Anda di halaman 1dari 85

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

LEMBAGA PEMBERDAYAAN PENGEMBANGAN KEPALA SEKOLAH


(LPPKS)
Kp Dadapan RT 06/RW 07, Desa Jatikuwung Gondangrejo Karanganyar, Jawa Tengah Indonesia
Telp. (0271) 8502888, 8502999/Fac. (0271) 8502000 Website: www.lppks.org:
Email: lp2kssolo@gmail.com

KOMPETENSI MANAJERIAL
W
UR I
H A ND
A
(Suplemen Diklat Jilid 2)
YA
T
TU

NI

Materi Penguatan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah

Tahun 2015
Apakah Anda ingin memberikan umpan
balik/masukan mengenai
Bahan Pembelajaran Penguatan
Kepala Sekolah/Madrasah?

Kami mengajak para individu dan organisasi


untuk memberikan umpan balik/masukan, baik
positif atau negatif, tentang bahan pembelajaran
Penguatan Kepala Sekolah ini.

Dalam hal ini, Anda diajak untuk


memberikan umpan balik (masukan/keluhan) ke
Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan
Kepala Sekolah (LPPKS), melalui:

Situs Web : www.lppks.org


Email : lp2kssolo@gmail.com
Telephone : (0271) 8502888, 8502999
Fax : (0271) 8502000
Surat :Petugas Penanganan Keluhan Modul
Kampung Dadapan RT. 06/RW. 07,
Desa Jatikuwung, Kec.
Gondangrejo, Karanganyar, Jawa
Tengah.

Terima kasih atas masukan untuk


penyempurnaan materi Bahan Pembelajaran ini.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat, tuntunan Tuhan
yang Maha Esa pula sehingga dapat disusunnya Bahan Pembelajaran materi manajerial jilid 2
ini untuk peserta pendidikan dan pelatihan penguatan Kepala Sekolah/Madrasah.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat urgen untuk menimgkatkan
kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah kemudian
mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang secara operasionalnya dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberi arahan
terhadap seluruh satuan pendidikan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan 8 (delapan)
Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar
kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan
prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan dan (8) standar penilaian.
Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan guru merupakan tenaga pendidik dan
kependidikan yang mutlak terstandarisasi kompetensinya secara nasional menurut PP No 19
tahun 2005 di atas. Karena pengawas, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur yang
berperan aktif dalam persekolahan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara langsung
berhadapan dengan para siswa di ruang kelas, dan pengawas serta kepala sekolah adalah pelaku
pendidikan di dalam pelaksanaan tugas Kepengawasan dan Manajerial pendidikan dalam
satuan pendidikan yang meliputi tiga aspek yaitu supervisi, pengendalian dan inspeksi
kependidikan.
Bahan Pembelajaran Manajerial ini merupakan materi tambahan yang dapat melengkapi
buku-buku maupun modul-modul yang telah banyak beredar tentang tugas manajerial kepala
sekolah. Materi Bahan Pembelajaran ini dapat digunakan sebagai materi pengembang modul
(MPM) pada pendidikan dan pelatihan Penguatan Kepala Sekolah/Madrasah.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan bahan pembelajaran ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati kita semua.

Karanganyar, Pebruari 2015


Kepala LPPKS,

Prof. Dr. Siswandari, M.Stats.

iii
TIM PENGEMBANG BAHAN PEMBELAJARAN LPPKS

Nama Bahan Pembelajaran:


Manajerial Kepala Sekolah/Madrasah
(Jilid 2)

Pengarah Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Kepala BPSDMP-PMP


Moh. Hatta, M.Ed Kepala Pusbangtendik
Prof. Dr, Siswandari, M.Stats Kepala LPPKS

Penanggung Jawab Umum Gentur Sulistyo, MM. Ka.Sub.Bag. Umum


Penanggung Jawab Akademik Yuli Cahyono, M.Pd. Koordinator Widyaiswara
Farikha, MM Ka.Sie. Sistem Informasi

Tim Penulis Setyo Hartanto, S.Pd. M.Kom.


Dra. Yusnaini Agustina, M.Pd
Drs. Edy P, M.Pd.

Diterbitkan Oleh:
LPPKS, Indonesia
@2015

Dilarang keras menerjemahkan, memfotocopy, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari LPPKS.

iv
PENJELASAN UMUM

A. Pengantar Bahan Pembelajaran Manajerial Kepala Sekolah/Madrasah (Jilid 2)


Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, dan puji syukur kita panjatan pada
Tuhan Yang Maha Esa, Mata Diklat Manajerial untuk membekali sebagai penyegaran
kompetensi kepala sekolah/madrasah, dalam rangka meningkatkan dan menguatkan kompetensi
manajerial (permendiknas 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah). Mata diklat ini
dialokasikan selama proses pembelajaran di kelas melalui kegiatan teori dan praktik serta diskusi
dalam bentuk kegiatan tugas mandiri dan kelompok.
Dalam melaksanakan kegiatan pada Bahan Pembelajaran ini, Bapak/Ibu harus
mempertimbangkan inklusi sosial tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, orang dengan HIV/AIDS dan yang berkebutuhan khusus. Inklusi sosial ini
juga diberlakukan bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik.

B. Hasil Pembelajaran yang Diharapkan


Bahan pembelajaran ini diarahkan untuk mencapai target kompetensi yang berkaitan
dengan standar kompetensi manajerial bagi kepala sekolah/madrasah (Permendiknas No. 13
tahun 2007) yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas manajerial kepala sekolah
dalam rangka meningkatkan prestasi sekolah/madrasah maupun pencapaian visi, misi, tujuan
sekolah.
Adapun hasil pembelajaran yang diharapkan, setelah mengikuti pembelajaran ini
peserta diklat diharapkan dapat terampil sebagai:
1. Pengelola Potensi Peserta Didik Di Sekolah/Madrasah
2. Pengelola Kurikulum Dan Kegiatan Pembelajaran
3. Pengelola Keuangan Sekolah/Madrasah Yang Kredibel
4. Pengelola Ketatausahaan Sekolah/Madrasah
5. Pengelola Unit Layanan Khusus (ULK) Di Sekolah/Madrasah
6. Pengelola Sistem Informasi Sekolah/Madrasah (SIM)
7. Fasilitator Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Sekolah/Madrasah
8. Pelaksana Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Di Sekolah/Madrasah

C. Tagihan
Menjelaskan dan mempresentasikan tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai:
1. Pengelola Potensi Peserta Didik Di Sekolah/Madrasah
2. Pengelola Kurikulum Dan Kegiatan Pembelajaran
3. Pengelola Keuangan Sekolah/Madrasah Yang Kredibel
4. Pengelola Ketatausahaan Sekolah/Madrasah
5. Pengelola Unit Layanan Khusus (ULK) Di Sekolah/Madrasah
6. Pengelola Sistem Informasi Sekolah/Madrasah (SIM)
7. Fasilitator Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Sekolah/Madrasah
8. Pelaksana Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Di Sekolah/Madrasah

D. Ruang Lingkup Materi


Pengelolaan Potensi Peserta Didik Di Sekolah/Madrasah, Kurikulum Dan Kegiatan
Pembelajaran, Keuangan Sekolah/Madrasah Yang Kredibel, Ketatausahaan Sekolah/Madrasah,
Unit Layanan Khusus (ULK) Di Sekolah/Madrasah, Sistem Informasi Sekolah/Madrasah (SIM),
Fasilitator Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Sekolah/Madrasah, Pelaksana Monitoring
Dan Evaluasi Kegiatan Di Sekolah/Madrasah.

v
E. Refleksi
1. Apa yang sudah dikuasai?
2. Apa yang belum dikuasai?
3. Apa yang harus dilakukan?
4. Apa yang perlu ditambah?

F. Alokasi Waktu
Alokasi Waktu
Selanjutnya, alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan rangkaian kegiatan belajar
materi ini dipisahkan antara waktu belajar individual dan kelompok, Untuk waktu belajar
individual sifatnya fleksibel karena dilakukan di luar pertemuan diklat. Sedangkan waktu untuk
kegiatan kelompok diperkirakan sekitar14jam pelajaran, dengan rincian sebagai berikut:
1 Mendiskusikan isi bahan belajar untuk memperoleh pemahaman bersama…. 3 jam
2 Mendiskusikan rancangan manajerial yang disusun peserta…………………. 1 jam
3 Melakukan diskusi hasil rancangan manajerial yang disusun……………….. 1 jam
4 Membuat rangkuman bersama............................................................................ 1 jam
5 Melakukan refleksi…………………………………………………………….. 1 jam
Jumlah 7 jam

vi
DAFTAR ISI
Halaman:
Halaman Judul ................................................................................................................................ i
Penanganan Keluhan (umpan balik) ............................................................................................... ii
Halaman Kata Pengantar................................................................................................................. iii
Tim Pengembang Bahan Pembelajaran LPPKS ............................................................................ iv
Penjelasan Umum ........................................................................................................................... v
Halaman Daftar Isi .......................................................................................................................... vii
Kepala Sekolah sebagai Pengelola Potensi Peserta Didik Di Sekolah/Madrasah ..........................
Kepala Sekolah sebagai Pengelola Kurikulum Dan Kegiatan Pembelajaran .................................
Kepala Sekolah sebagai Pengelola Keuangan Sekolah/Madrasah Yang Kredibel .........................
Kepala Sekolah sebagai Pengelola Ketatausahaan Sekolah/Madrasah ..........................................
Kepala Sekolah sebagai Pengelola Unit Layanan Khusus (ULK) Di Sekolah/Madrasah ..............
Kepala Sekolah sebagai Pengelola Sistem Informasi Sekolah/Madrasah (SIM) ............................
Kepala Sekolah sebagai Fasilitator Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Sekolah/Madrasah
Kepala Sekolah sebagai Pelaksana Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Di Sekolah/Madrasah ....
Penutup ...........................................................................................................................................
Daftar Pustaka .................................................................................................................................

vii
Pembelajaran Ke. 10
vii

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENGELOLA DAN PENGEMBANG


POTENSI PESERTA DIDIK

Pengelolaan (manajemen) peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan


terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka
lulus sekolah. Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel
administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan
dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual
seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Tugas-tugas manajerial Kepala Sekolah di sekolah yang dipimpinya salah satu diantaranya yaitu
pengelolaan peserta didik, sesuai amanat dalam UU Sisdiknas No.20 th 2003, mengamanatkan
peserta didik adalah anggota masyarakat yang ingin mengembangkan potensi dirinya.
I. Pengelolaan Peserta Didik
A. Pengertian Peserta Didik
Undang-undang No 20 Tahun 2003 Bab 1 memuat bahwa peserta didik merupakan
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pandangan
terhadap peserta didik ada dua macam, pandangan secara psikologis dan pandangan secara
sosiologis; dalam pandangan secara sosiologis, yaitu setiap anak (peserta didik) masing-
masing mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak
inilah yang melahirkan kensekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-
hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang
sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem schooling tersebut layanan
yang diberikan ditekankan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai seluruh anak.
Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal
ketimbang bersifat individual.
Adapun pandangan secara psikologis mengenai anak (peserta didik) yaitu bahwa setiap
individu pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan
layanan-layanan pendidikan yang berbeda pula antara satu dengan yang lainnya. Layanan
atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai
responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling
tersebut.
Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap anak (peserta didik) yakni aksentuasi/penekanan
pada layanan kesamaan dan perbedaan tiap anak, maka melahirkan pemikiran pentingnya
manajemen atau pengelolaan peserta didik untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua
macam layanan seara sosiologis maupun psikologis tersebut dapat dipenuhi di sekolah. Baik
layanan pada kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, akan tetapi kedua layanan
tersebut sama-sama diarahkan agar peserta didik dapat berkembang seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
B. Tujuan Pengelolaan Peserta Didik
Tujuan umum pengelolaan peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta
didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah yang
lebih efektif dan effisien sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Tujuan khusus pengelolaan peserta didik
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.

1
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat
peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
4. Peserta didik dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.
C. Fungsi Pengelolaan Peserta Didik
Fungsi pengelolaan peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik
untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi
peserta didik lainnya. Fungsi pengelolaan peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai
berikut:
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar
mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak
terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan),
kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar
peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan
keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya.
Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar
peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat
peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap
perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik
ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat
penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.
D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Peserta Didik
Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam
melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal
sebagai suatu prinsip. Prinsip pengelolaan peserta didik mengandung arti:
1. Keutuhan
Mengelola peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan pengelolaan sekolah.
Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap
tujuan pengelolaan sekolah secara keseluruhan. pengelolaan peserta didik tetap
ditempatkan dalam kerangka pengelolaan sekolah, tidak boleh ditempatkan di luar sistem
pengelolaan sekolah.
2. Pendidikan
Segala bentuk kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan
dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan,
berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik
peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
3. Kesatuan
Kegiatan-kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan
peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan.
Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya
konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan
menghargai.
4. Ketersediaan
Kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan
terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat

2
ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin
pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan
dari peserta didik sendiri.
5. Kemandirian
Kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian
peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak
hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini
mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit
dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan pengelolaan peserta didik.
6. Kemanfaatan
Kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah berguna bagi kehidupan peserta didik baik
di sekolah lebih-lebih di kehidupan masa depan.
E. Pendekatan Pengelolaan Peserta Didik
1) Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan dalam pengelolaan peserta didik ada dua. (Yeager, 1994). Pertama,
pendekatan kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan
pada segi-segi administratif dan birokratik lembaga pendidikan, antara lain peserta didik
diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga
pendidikan di tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa
peserta didik akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat memenuhi
aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh lembaga
pendidikannya.
Wujud pendekatan ini dalam pengelolaan peserta didik secara operasional adalah:
mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat
presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar peserta didik
menjadi mampu.
2) Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif (the qualitative approach) ini lebih memberikan perhatian
kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar
peserta didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik
senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka
mereka dapat belajar dengan baik serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka
sendiri di lembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya
penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara
optimal.
Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau
sebutlah dengan pendekatan terpadu. Dalam pendekatan terpadu demikian, peserta didik
diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu
pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa diminta untuk
menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi di sisi lain juga
disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan
dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian
layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik,
penyelesaian tugas-tugas peserta didik.

F. Kegiatan Pengelolaan Peserta Didik


1. Perencanaan Peserta Didik

3
Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut perencanaan penerimaan siswa baru,
kelulusan, jumlah putus sekolah dan kepindahan. Khusus mengenai perencanaan peserta
didik akan langsung berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses pencatatan atau
dokumentasi data pribadi siswa, yang kemudian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
pencatatan atau dokumentasi data hasil belajar dan aspek-aspek lain yang diperlukan dalam
kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler.
Langkah yang pertama yaitu perencanaan terhadap peserta didik, yang meliputi kegiatan;
2. Analisis kebutuhan peserta didik
Analisis kebutuhan peserta didik yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga
pendidikan yang meliputi;
(1) merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima dengan pertimbangan daya
tampung kelas, jumlah kelas yang tersedia, serta pertimbangan rasio murid dan guru. Secara
ideal rasio murid dan guru adalah 1 : 30 ;
(2) menyusun program kegiatan kesiswaan yaitu tentang kegiatan pengembangan minat dan
bakat siswa, sarana dan prasarana yang ada, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan
yang tersedia.
3. Rekruitmen peserta didik
Rekruitmen peserta didik pada hakikatnya proses pencarian, menentukan peserta didik
yang nantinya akan menjadi peserta didik di lembaga sekolah yang bersangkutan. Langkah-
langkah dalam kegiatan ini adalah
(1) membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang meliputi dari semua unsur guru,
tenaga TU dan dewan sekolah/komite sekolah;(2) pembuatan dan pemasangan pengumuman
penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka. Informasi yang harus ada
dalam pengumuman tersebut adalah gambaran singkat lembaga, persyaratan pendaftaran
siswa baru (syarat umum dan syarat khusus), cara pendaftaran, waktu
pendaftaran, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat seleksi dan
pengumuman hasil seleksi.
4. Seleksi peserta didik
Seleksi peserta didik merupakan kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk
menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta didik di lembaga
pendidikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Adapun cara-cara seleksi yang dapat
digunakan adalah
(1) melalui tes atau ujian, yaitu tes psikotest, tes jasmani, tes kesehatan, tes akademik, atau
tes ketrampilan;
(2) melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada prestasi yang diraih
oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau kesenian;
(3) berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN
5. Orientasi
Orientasi peserta didik baru merupakan kegiatan mengenalkan situasi dan kondisi
lembaga pendidikan tempat peserta didik menempuh pendidikan. Lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Tujuan dengan
orientasi tersebut adalah agar siswa mengerti dan mentaati peraturan yang berlaku di
sekolah, peserta didik dapat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah, dan siap
menghadapi lingkungan baru secara fisik, mental dan emosional.
6. Penempatan peserta didik
Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas) yaitu kegiatan pengelompokan peserta
didik yang dilakukan dengan sistem kelas, pengelompokan peserta didik bisa dilakukan
berdasarkan kesamaan yang ada pada peserta didik yaitu jenis kelamin dan umur. Selain itu

4
juga pengelompokan berdasar perbedaan yang ada pada individu peserta didik seperti minat,
bakat dan kemampuan.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah
sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan tentang kondisi peserta
didik dilakukan agar lembaga mampu melakukan bimbingan yang optimal pada peserta
didik. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam
perkembangan peserta didik di sebuah lembaga. Adapun pencatatan yang diperlukan untuk
mendukung data mengenai siswa adalah; (1) buku induk siswa, berisi catatan tentang peserta
didik yang masuk di sekolah tersebut, pencatatan diserta dengan nomor induk siswa/no
pokok; (2) buku klapper, pencatatannya diambil dari buku induk dan penulisannya diurutkan
berdasar abjad; (3) daftar presensi, digunakan untuk memeriksa kehadiran peserta didik
pada kegiatan sekolah; (4) daftar catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik
beserta riwayat keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini mendukung
program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

II. PEMBINAAN PESERTA DIDIK


Langkah kedua dalam pengelolaan peserta didik adalah pembinaan terhadap peserta didik
yang meliputi layanan-layanan khusus yang menunjang pengelolaan peserta didik. Layanan-
layanan yang dibutuhkan peserta didik di sekolah meliputi :
A. Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan BK merupakan proses pemberian bantuan terhadap siswa agar perkembangannya
optimal sehingga anak didik bisa mengarahkan dirinya dalam bertindak dan bersikap sesuai
dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Fungsi bimbingan
disini adalah membantu peserta didik dalam memilih jenis sekolah lanjutannya, memilih
program, lapangan pekerjaan sesuai bakat,minat, dan kemampuan. Selain itu bimbingan dan
konseling juga membantu guru dalam menyesuaikan program pengajaran yang disesuaikan
dengan bakat minat siswa,serta membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan bakat dan
minat siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal.
B. Layanan Perpustakaan
Diperlukan untuk memberikan layanan dalam menunujang proses pembelajaran di sekolah,
melayani informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan
pustaka. Keberadaan perpustakaan sangatlah penting karena perpustakaan juga dipandang
sebagai kunci dalam pembelajaran siswa di sekolah. Bagi siswa perpustakaan bisa menjadi
penyedia bahan pustaka yang memperkaya dan memperluas cakrawala pengetahuan,
meningkatkan ketrampilan, membantu siswa dalam mengadakan penelitian, memperdalam
pengetahuannya berkaitan dengan subjek yang diminati, serta meningkatkan minat baca siswa
dengan adanya bimbingan membaca, dan sebagainya.
C. Layanan Kantin
Kantin diperlukan di tiap sekolah agar kebutuhan anak terhadap makanan yang bersih,
bergizi dan higienis bagi anak sehingga kesehatan anak terjamin selama di sekolah. Guru bisa
mengontrol dan berkonsultasi dengan pengelola kantin dalam menyediakan makanan yang sehat
dan bergizi. Peranan lain dengan adanya kantin di dalam sekolah anak didik tidak berkeliaran
mencari makanan dan tidak harus keluar dari lingkungan sekolah.
D. Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk dalam sebuah wadah yang bernama Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Sasaran utama UKS untuk meningkatkan atau membina kesehatan
siswa dan lingkungan hidupnya. Program UKS sebagai berikut
1. mencapai lingkungan hidup yang sehat;

5
2. pendidikan kesehatan;
3. pemeliharaan kesehatan di sekolah
E. Layanan Transportasi
Sarana transport bagi peserta didik sebagai penunjang untuk kelancaran proses belajar
mengajar, biasanya layanan transport diperlukan bagi peserta didik di tingkat prasekolah dan
pendidikan dasar. Penyelenggaraan transportasi sebaiknya dilaksanakan oleh sekolah yang
bersangkutan atau pihak swasta.
F. Layanan Asrama
Bagi siswa layanan asrama sangat berguna untuk mereka yang jauh dari keluarga sehingga
membutuhkan tempat tinggal yang nyaman untuk beristirahat. Biasanya yang mengadakan
layanan asrama di tingkat sekolah menengah, madrasah dan perguruan tinggi, mempunyai
fasilitas pondok pesantren (boarding school).
G. Layanan Pengembangan Bakat, Minat, Kemampuan dan Kreatifitas
Mengembangkan Bakat, Minat, Kreativitas, dan Kemampuan
1. Pengembangan bakat melalui:
a. Bidang seni antara lain: musik, sastra, teater, dan tari beserta cabang- cabangnya.
b. Bidang olah raga meliputi berbagai cabang olah raga basket, sepakbola, tenis meja, tenis
lapangan, voli, dan bermacam-macam cabang olah raga lainnya.
c. Bidang keterampilan meliputi : elektronika, perbengkelan, dan macam-macam kerajinan
tangan.
2. Pengembangan minat, atau kecenderungan hati yang tinggi tentang sesuatu dilakukan dengan
menginvestarisasikan kecenderungan-kecenderungan siswa pada bidang yang diminati.
Pelaksanaannya sama dengan pengembangan bakat, contoh; kamping, mendaki gunung, dll.
3. Pengembangan kemampuan dan kreativitas siswa memerlukan upaya lebih banyak dan
berkualitas dibandingkan menagani bakat dan minat. Menyelenggarakan Wahana Penuangan
Kreativitas. Penyelenggaraan wahana bidang olah raga dalam bentuk penyediaan; Fasilitas
olah raga dan Fasilitas Seni, dsb.
I. Layanan Kepramukaan
Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya.
Pramuka adalah Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi
pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir yaitu.
1. Fungsi pengembangan, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat,
pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan
pelatihan kepemimpinan.
2. Fungsi sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial
dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan internalisasi nilai
moral dan nilai sosial.
3. Fungsi rekreatif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana
rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses
perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan
kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.
4. Fungsi persiapan karir, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.
1. Konsep Dasar Kepramukaan

6
Berikut dideskripsikan tentang konsep dasar kepramukaan sebagai pengetahuan awal
yang mendasari kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah yang meliputi: a) sejarah
kepramukaan; b) pengertian gerakan pramuka; c) tujuan kegiatan pramuka; d) fungsi
kegiatan pramuka; e) tingkatan dalam kepramukaan; f) peraturan dan persyaratan dalam
pramuka.
a. Sejarah Kepramukaan
Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana yang berarti kaum muda yang
suka berkarya.Di Indonesia sendiri penggunaan istilah “Pramuka” baru resmi digunakan
pada tahun 1961. Akan tetapi gerakan pramuka sejatinya telah ada sejak jaman penjajahan
Belanda dengan nama kepanduan.
1) Pendiri Pramuka
Tahun 1908, Mayor Jenderal Robert Baden Powell melancarkan suatu gagasan tentang
pendidikan luar sekolah untuk anak-anak Inggris, dengan tujuan agar menjadi manusia
Inggris, warga Inggris dan anggota masyarakat Inggris yang baik sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan kerajaaan Inggris Raya ketika itu. Beliau menulis “Scouting for Boys” sebuah
buku yang berisi pengalaman di alam terbuka bersama pramuka dan latihan-latihan yang
diperlukan Pramuka.Gagasan Boden Powell dinilai cemerlang dan sangat menarik sehingga
banyak negara-negara lain mendirikan kepanduan. Diantaranya di negeri Belanda dengan
nama Padvinder atau Padvinderij. Gagasan kepanduan dibawa oleh orang Belanda ke
Indonesia yang pada masa itu merupakan daerah jajahan Hindia Belanda (Nederlands Oost
Indie), dengan mendirikan Nederland Indischie Padvinders Vereeniging (NIPV) atau
Persatuan Pandu-pandu Hindia-Belanda.
2) Sejarah Kepramukaan di Indonesia
Gagasan organisasi Boden Powell tersebut dalam waktu singkat menyebar ke berbagai
negara termasuk Belanda.Di belanda gerakan pramuka dinamai Padvinder.Pada masa itu
Belanda yang menguasai Indonesia membawa gagasan itu ke Indonesia. Akhirnya mereka
mendirikan organisasi tersebut di Indonesia dengan nama NIPV (Nederland Indische
Padvinders Vereeniging = Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda).
Selanjutnya dalam perkembangan, pemimpin-pemimpin gerakan nasional Indonesia
mendirikan organisasi kepanduan dengan tujuan membentuk manusia Indonesia yang baik
dan siap menjadi kader pergerakan nasional.Dalam waktu singkat muncul berbagai
organisasi kepanduan antara lain JPO (Javaanse Padvinders Organizatie), JJP (Jong Java
Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamitsche Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling
Padvindery), HW (Hisbul Wathon). Kemudian pemerintah Hindia Belanda memberikan
larangan penggunaan istilah Padvindery. Maka K.H. Agus Salim mengganti
namaPadvindery menjadi Pandu atau Kepanduan dan menjadi cikal bakal dalam sejarah
pramuka di Indonesia.
Setelah sumpah pemuda kesadaran nasional juga semakin meningkat, maka pada tahun
1930 berbagai organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu
Pemuda Sumatra) bergabung melebur menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada
tahun 1931 dibentuk PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) kemudian pada tahun 1938
berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia).
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia organisasi Kepanduan dilarang, maka
banyak dari tokoh Pandu yang beralih dan memilih masuk Keibondan, Seinendan, dan
PETA. Setelah proklamasi kemerdekaan kembali dibentuk orgasisasi kepanduan yaitu Pandu
Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 dan menjadi satu-satunya organisasi
kepanduan.Pada tahun 1961 organisasi kepanduan di Indonesia terpecah menjadi 100
organisasi kepanduan dan terhimpun dalam 3 federasi organisasi yaitu IPINDO (Ikatan
Pandu Indonesia) berdiri 13 September 1951, POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri

7
Indonesia) tahun 1954 dan PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia). Sadar akan
kelemahan terpecah-pecah akhirnya ketiga federasi yang menghimpun bergabung menjadi
satu dengan nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).
Sejarah pramuka di Indonesia dianggap lahir pada tahun 1961. Hal tersebut didasarkan
pada Keppres RI No. 112 tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu
Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang
disebutkan Presiden pada 9 Maret 1961. Peringatan hari Pramuka diperingati pada setiap
tanggal 14 Agustus dikarenakan pada tanggal 14 Agustus 1961 adalah hari dimana Gerakan
Pramuka di perkenalkan di seluruh Indonesia, sehingga ditetapkan sebagai hari Pramuka
yang diikuti dengan pawai besar. Pendirian gerakan ini pada tanggal 14 Agustus1961 sedikit-
banyak diilhami oleh Komsomoldi Uni Soviet.Sebelumnya presiden juga telah melantik
Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari.
b. Pengertian dan Dasar Gerakan Pramuka
Kepramukaan pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan yang menyenangkan bagi
anak muda, dibawah tanggungjawab anggota dewasa, yang dilaksanakan di luar lingkungan
pendidikan sekolah dan keluarga, dengan tujuan, prinsip dasar dan metode pendidikan
tertentu. Gerakan Pramuka adalah suatu gerakan pendidikan untuk kaum muda, yang bersifat
sukarela, nonpolitik, terbuka untuk semua, tanpa membedakan asal-usul, ras, suku dan
agama, yang menyelenggarakan kepramukaan melalui suatu sistem nilai yang didasarkan
pada Satya dan Darma Pramuka.
Dasar Penyelenggaraan Gerakan Pramuka sebagai Landasan Hukum diatur berdasarkan:
1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka
2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tahun 1961 Tentang Gerakan
Pramuka
3) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118 tahun 1961 Tentang
Penganugerahan Pandji kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja Muda karana
4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 Tentang Pengesahan
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka
5) Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 tahun 2009 Tentang
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
Landasan Hukum Gerakan Pramuka merupakan landasan Gerak setiap aktifitas dalam
menjalankan tatalaksana organisasi dan manajemen di Gerakan Pramuka yang harus
dituangkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
1) Faktor – faktor penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan
Pramuka (Kepres RI No. 24 Tahun 2009 dan SK Kwarnas 203 Tahun 2009) ialah:
a) Jiwa ksatria yang patriotik dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
yang adil dan makmur material maupun spiritual, dan beradab.
b) Kesadaran bertanggungjawab atas kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
c) Upaya pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan dengan sasaran
meningkatkan sumber daya kaum muda dalam mewujudkan masyarakat madani dan
melestarikan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Ideologi Pancasila,
Kehidupan rakyat yang rukun dan damai, Lingkungan hidup di bumi nusantara
2) Fungsi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, sebagai :
a) Landasan hukum dalam pengambilan kebijakan Gerakan Pramuka.
b) Pedoman dan petunjuk pelaksanaan kegiatan kepramukaan.
c. Tujuan Kegiatan Pramuka
Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka:

8
1) memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat
jasmani, dan rohani;
2) menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat
membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas
pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam
lingkungan.
Mengacu Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
2013, lampiran III dijelaskan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka pada satuan
pendidikan adalah untuk:
1) Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.
2) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia seutuhnya.
d. Fungsi Kegiatan Pramuka
Dengan landasan uraian tujuan di atas, maka kepramukaan mempunyai fungsi sebagai
berikut:
1) Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda.
Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung
pendidikan.Karena itu permainan harus mempunyaitujuan dan aturan permainan, jadi
bukan kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja.
2) Pengabdian bagi orang dewasa.
Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang
memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa mempunyai kewajiban
untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi.
3) Alat bagi masyarakat dan organisasi.
e. Peran dan Fungsi Mabigus
Majelis Pembimbing adalah suatu badan dalam Gerakan Pramuka yang mendukung
pelaksanaan tugas Gerakan Pramuka dengan cara memberi bimbingan dan bantuan moril,
organisatoris, material dan finansial kepada Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, Kwartir
Cabang, Kwartir Ranting, dan Gugusdepan Gerakan Pramuka.
1) Majelis Pembimbing (MABI) Gerakan Pramuka berkedudukan di tingkat :
a) Nasional disebut Majelis Pembimbing Nasional (MABINAS)
b) Daerah disebut Majelis Pembimbing Daerah (MABIDA)
c) Cabang disebut Majelis Pembimbing Cabang (MABICAB)
d) Ranting disebut Majelis Pembimbing Ranting (MABIRAN)
e) Gugus depan disebut Majelis Pembimbing Gugus depan (MABIGUS)
f) Desa/Kelurahan disebut Majelis Pembimbing Desa (MABISA)
g) Satuan Karya Pramuka disebut Pembimbing Saka (MABISAKA)
2) Fungsi Majlis Pembimbing
Majelis Pembimbing dalam melaksanakan fungsi bimbingan, bantuan moril, organisatoris,
materiil dan bantuan finansiil kepada SAKA/Gudep/Kwartir sesuai kebutuhan jajarannya
masing - masing, wajib melaksanakan koordinasi secara periodik
a) Majelis Pembimbing Gugus depan berasal dari unsur orang tuapeserta didik dan tokoh
masyarakat di lingkungan Gugus depan yang memiliki perhatian dan tanggung jawab
terhadap Gerakan Pramuka serta mampu menjalankan peran Majelis Pembimbing.
b) Majelis Pembimbing Ranting, Cabang, Daerah, dan Nasional berasal dari tokoh
masyarakat pada tingkat masing - masing yang memiliki perhatian dan rasa

9
tanggungjawab terhadap Gerakan Pramuka serta mampu menjalankan peran Majelis
Pembimbing.
c) Pembina Gugusdepan dan Ketua Kwartir secara ex-officio menjadi Anggota Majelis
Pembimbing.
d) Majelis Pembimbing terdiri atas :
 Seorang Ketua
 Seorang atau beberapa orang Wakil Ketua.
 Seorang atau beberapa Sekretaris
 Beberapa orang Anggota
e) Ketua Majelis Pembimbing Gugus depan dipilih dari di antara Anggota Majelis
Gugus depan yang ada.
f) Ketua Majelis Pembimbing jajaran Ranting, Cabang, dan Daerah, dijabat oleh Kepala
Wilayah atau Kepala Daerah setempat.
g) Ketua Majelis Pembimbing Nasional dijabat oleh Presiden Republik Indonesia.
h) Majelis Pembimbing membentuk Majelis Pembimbing Harian terdiri atas :
 Seorang Ketua yang dijabat oleh Ketua Majelis Pembimbing atau salah seorang
dari Wakil Ketua.
 Seorang Wakil Ketua
 Seorang Sekretaris
 Beberapa orang Anggota
i) Majelis Pembimbing mengadakan Rapat Majelis Pembimbing sekurang - kurangnya
satu kali dalam waktu satu tahun.
j) Majelis Pembimbing Harian Mengadakan Rapat
k) Mejelis Pembimbing Harian sekurang - kurangnya 3 bulan sekali.
f. Syarat Kecakapan dalam Gerakan Pranuka.
Syarat Kecakapan Umum (SKU) adalah syarat kecakapan yang wajib dimiliki oleh
peserta didik. Tanda Kecakapan Umum (TKU) diperoleh setelah lulus melewati ujian-ujian
dan disematkan melalui upacara pelantikan.
Syarat Kecakapan Khusus (SKK) adalah syarat kecakapan pada bidang tertentu
berdasarkan pilihan pribadi dalam pengembangan minat dan bakat peserta didik.Tanda
Kecakapan Khusus (TKK) diperoleh setelah melalui ujian-ujian dan disematkan pada
upacara latihan mingguan.
Syarat Pramuka Garuda (SPG) adalah syarat-syarat kecakapan yang harus dipenuhi oleh
seorang Pramuka untuk mencapai persyaratan tertentu sebagai Pramuka Garuda.Untuk
memperoleh Tanda Pramuka Garuda (TPG), peserta telah melalui ujian-ujian dan
disematkan dalam upacara pelantikan.
Penilaian ujian dalam pemenuhan syarat Kecakapan Umum. Syarat Kecakapan Khusus
dan Syarat Pramuka Garuda dititik beratkan kepada perkembangan proses kemampuan
peserta didik terhadap suatu pengetahuan dan keterampilan
1) SKU dan TKU
a) SKU, sebagai alat pendidikan, merupakan rangsangan dan dorongan bagi para Pramuka
untuk memperoleh kecakapan-kecakapan yang berguna baginya, untuk berusaha
mencapai kemajuan, dan untuk memenuhi persyaratan sebagai anggota Gerakan
Pramuka.
b) SKU disusun menurut pembagian golongan usia Pramuka yaitu golongan Siaga,
golongan Penggalang, golongan Penegak dan golongan Pandega.
c) SKU untuk golongan Siaga terdiri dari 3 tingkat, yaitu: Siaga Mula, Bantu, dan Tata.
SKU untuk golongan penggalang terdiri atas 3 tingkat, yaitu: Penggalang Ramu, Rakit,
dan Terap.

10
d) SKU untuk golongan Penegak, terdiri atas 2 tingkat, yaitu: tingkat Bantara, Laksana,
dan Pandega
e) TKU diraih oleh peserta didik melalui bentuk ujian-ujian yang dilakukan secara
perseorangan.
2) SKK dan TKK
a) SKK adalah syarat kecakapan khusus berupa kecakapan, kepandaian, kemahiran,
ketangkasan, keterampilan, dan kemampuan di bidang tertentu, yang lain dari
kemampuan umum yang ditentukan dalam SKU.
b) SKK dipilih seorang Pramuka sesuai dengan minat dan bakatnya.
c) TKK sebagai alat pendidikan, merupakan rangsangan dan dorongan bagi para Pramuka
untuk memperoleh kecakapan, dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan dan
penghidupannya sesuai dengan bakat dan keinginannya sehingga dapat mendorong
semangat menjadi wiraswastawan di masa mendatang.
d) TKK diperoleh setelah meyelesaikan ujian-ujian SKK yang bersangkutan.
e) TKK dikelompokkan menjadi 5 bidang:Agama, Bidang Patriotisme dan Seni Budaya,
Bidang Keterampilan dan Teknik Pembangunan, Bidang Ketangkasan dan Kesehatan,
dan Bidang sosial, Perikemanusiaan, Gotong royong, Ketertiban Masyarakat,
Perdamaian Dunia dan Lingkungan Hidup. TKK dibedakan atas tingkatan-tingkatan,
yaitu Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega.
3) PG/TPG
Seorang yang telah menyelesaikan SPG disebut sebagai Pramuka Garuda, berhak
menyandang TPG menjadi teladan bagi teman-temannya di gudep dan masyarakat di
sekitarnya. SPG/TPG terdapat di semua golongan usia Pramuka.
4) Penguji
Penguji SKU adalah Pembina/Pembantu Pembina Pramuka yang langsung membina
Pramuka yang diuji.
g. Jenis Kegiatan Pembentuk Karakter
Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat relevan sebagai
wadah penanaman nilai karakter. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan
kepramukaan adalah sebagai berikut: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab. Berikut keterampilan kepramukaan yang dapat membentuk
karakter peserta didik, termasuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
1) Keterampilan Tali Temali
a) Cara dan manfaat
Keterampilan Tali Temali digunakan dalam berbagai keperluan di antaranya membuat
tandu, memasang tenda, membuat tiang jemuran, dan tiang bendera. Setiap anggota
gerakan pramuka diharapkan mampu dan dapat membuat dan menggunakan tali-temali
dengan baik.
b) Implementasi Nilai Karakter
Membuat simpul dan ikatan diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian,
kesabaran, kerjasama, dan tanggung jawab. Membuat tandu diharapkan dapat
membentuk karakter ketelitian, kesabaran, kerjasama, dan tanggung jawab.
2) Keterampilan Pertolongan Pertama Gawat Garurat(PPGD)
a) Cara dan Manfaat
Keterampilan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) merupakan kegiatan untuk
memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan atau orang sakit. Yang perlu
diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa tindakan ini hanya tindakan pertolongan
11
sementara. Langkah berikutnya tetap harus segera dibawa ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat.
b) Implementasi Nilai Karakter:
Mencari dan memberi obat diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian, kesabaran,
kerjasama, tanggung jawab, dan peduli sosial. Membalut luka, menggunakan bidai dan
mitela diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian, kesabaran, kerjasama, tanggung
jawab, dan peduli sosial.
2) Ketangkasan Pionering
a) Cara dan Manfaat
Ada beberapa kegiatan keterampilan dan pengetahuan yang sekiranya dapat membantu
membuat kegiatan kepramukaan tetap menarik dan menantang minat peserta didik untuk
tetap menjadi anggota gerakan pramuka.Kegiatan ketangkasan pionering merupakan
kegiatan yang sudah biasa dalam kegiatan kepramukaan.Kegiatan itu meliputi membuat
gapura, menara pandang, membuat tiang bendera, membuat jembatan tali goyang,
meniti dengan satu atau dua tali.
b) Implementasi Nilai Karakter:
Dalam kegiatan membuat gapura, menara pandang dan membuat tiang bendera
diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian, percaya diri, ketekunan, dan
kerjasama. Dalam kegiatan membuat jembatan tali goyang dan meniti dengan satu atau
dua tali diharapkan dapat membentuk karakter keberanian, ketelitian, percaya diri,
ketekunan, dan kesabaran.
3) Keterampilan Morse dan Semaphore
a) Cara dan manfaat
Kedua keterampilan ini sebenarnya merupakan bahasa sandi dalam kepramukaan.
Perbedaan keduanya adalah terletak pada penggunaan media. Morse menggunakan
media peluit, senter, bendera, dan pijatan. Semaphore menggunakan media bendera
kecil berukuran 45 cm X 45 cm. Keterampilan ini perlu dimiliki oleh setiap anggota
gerakan pramuka agar dalam kondisi darurat mereka tetap dapat menyampaikan pesan.
b) Implementasi Nilai Karakter:
Morse dan Semaphore diharapkan dapat membentuk karakter kecermatan, ketelitian,
tanggung jawab, dan kesabaran.
4) Keterampilan Membaca Sandi Pramuka
a) Cara dan Manfaat
Keterampilan ini sangat diperlukan dalam kegiatan penyampaian pesan rahasia dengan
menggunakan kunci yang telah disepakati. Seorang pramuka harus dapat dipercaya
untuk dapat melakukan segala hal termasuk penyampaian dan penerimaan pesan-pesan
rahasia. Dalam menyampaikan pesan rahasia ini diperlukan kode-kode tertentu yang
dalam kepramukaan disebut sandi. Sandi dalam pramuka antara lain sandi akar, sandi
kotak biasa, sandi kotak berganda, sandi merah putih, sandi paku, dan sandi angka.
b) Implementasi Nilai Karakter:
Sandi akar, sandi kotak biasa, sandi kotak berganda, sandi merah putih, sandi paku, dan
sandi angka diharapkan dapat membentuk karakter kreatif, ketelitian, kerjasama, dan
tanggung jawab.
5) Penjelajahan dengan Tanda Jejak
a) Cara dan Manfaat
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk latihan berpetualang. Anggota gerakan
pramuka harus terbiasa dengan alam bebas. Di alam bebas tidak terdapat rambu-rambu
secara jelas sebagaimana di jalan raya. Oleh karena itu, seorang anggota gerakan
12
pramuka harus dapat memanfaatkan fasilitas alam sebagai petunjuk arah dan atau tanda
bahaya kepada teman kelompoknya.
b) Implementasi Nilai Karakter:
Penjelajahan dengan memasang dan membaca tanda jejak diharapkan dapat membentuk
karakter religius, toleransi, cinta tanah air, peduli lingkungan, kerja sama, dan tanggung
jawab.
6) Kegiatan Pengembaraan
a) Cara dan Manfaat
Kegiatan pengembaraan ini bukan sekedar jalan-jalan di alam bebas atau rekreasi
bersama melainkan melakukan perjalanan dengan berbagai rintangan yang perlu
diperhitungkan agar tujuan kita dapat dicapai. Hal ini dengan sendirinya juga mendidik
generasi muda bahwa untuk dapat mencapai cita-cita itu banyak rintangan dan sangat
memerlukan perjuangan yang kuat. Oleh karena itu, pendidikan di alam bebas dengan
berbagai rintangan merupakan pendidikan yang menantang dan menyenangkan.
b) Implementasi Nilai Karakter:
Kegiatan pengembaraan ini diharapkan dapat membentuk karakter mandiri, peduli
lingkungan, tangguh, tanggung jawab, kepemimpinan, kerja sama, peduli sosial,
ketelitian, dan religius.
7) Keterampilan Baris-Berbaris (KBB)
a) Cara dan manfaat
Di lingkungan gerakan pramuka, peraturan baris-berbaris disebut keterampilan baris-
berbaris. Kegiatan ini merupakan keterampilan untuk melaksanakan perintah atau
instruksi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan fisik. Keterampilan Baris-berbaris ini
dilakukan untuk melatih kedisiplinan, kekompakan, keserasian, dan seni dalam berbaris.
b) Implementasi Nilai Karakter:
Keterampilan baris-berbaris ini diharapkan dapat membentuk karakter kedisiplinan,
kreatif, kerja sama, dan tanggung jawab.
8) Keterampilan Menentukan Arah
a) Cara dan Manfaat
Keterampilan ini merupakan suatu upaya bagi anggota gerakan pramuka untuk
mengetahui arah. Dalam penentuan arah ini dapat digunakan kompas, dan benda yang
ada di alam sekitar, misalnya: kompas sederhana (silet, magnet, dan air) bintang, pohon,
dan matahari. Hal ini sangat penting apabila anggota gerakan pramuka itu tersesat di
alam bebas ketika melakukan pengembaraan.
b) Implementasi Nilai Karakter:
Keterampilan menentukan arah ini diharapkan dapat membentuk karakter kreatif, kerja
keras, rasa ingin tahu, dan kerja sama.
h. Internalisasi Nilai-nilai Karakter
Beberapa strategi yang dapat lakukan untuk membentuk karakter peserta didik melalui
kegiatan ekstra kurikuler pramuka adalah sebagai berikut;
1) Intervensi
Intervensi adalah bentuk campur tangan yang dilakukan pembimbing
ekstrakurikuler pramuka terhadap peserta didik. Jika intervensi ini dapat dilakukan secara
terus menerus, maka lama kelamaan karakter yang diintervensikan akan terpatri dan
mengkristal pada diri peserta didik. Di berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler pramuka,
terdapat banyak karakter yang dapat diintervensikan oleh pembimbing terhadap peserta
didik yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler pramuka. Pembimbing dapat melakukan
intervensi melalui pemberian pengarahan, petunjuk dan bahkan memberlakukan aturan
ketat agar dipatuhi oleh para peserta didik yang mengikutinya.

13
2) Pemberian Keteladanan
Kepala sekolah dan guru pembimbing peserta didik adalah model bagi peserta
didik. Apa saja yang mereka lakukan, banyak yang ditiru dengan serta merta oleh
peserta didik. Oleh karena itu, berbagai karakter positif yang mereka miliki, sangat bagus
jika ditampakkan kepada peserta didik dengan maksud agar mereka mau meniru atau
mencontohnya.Karakter disiplin yang ingin disemaikan kepada peserta didik, haruslah
dimulai dengan contoh keteladanan yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru,
termasuk ketika dalam pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler pramuka.Karakter disiplin
yang dicontohkan oleh kepala sekolah dan guru dalam kegiatan ekstra kurikuler pramuka
ini, dapat diwujudkan dalam bentuk selalu hadir tepat waktu saat latihan/kegiatan ekstra
kurikuler pramuka, mentaati waktu dan jadwal latihan yang disepakati. Dengan contoh
konkret yang diberikan secara terus menerus, dan kemudian ditiru secara terus menerus,
akan membentuk karakter disiplin peserta didik.
3) Habituasi/Pembiasaan
Ada ungkapan menarik terkait pembentukan karakter peserta didik: “Hati-hati
dengan kata-katamu, karena itu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-hati dengan
kebiasaanmu, karena itu akan menjadi karaktermu”. Ini berarti bahwa pembiasaan yang
dilakukan secara terus menerus, akan mengkristal menjadi karakter.
Ada ungkapan senada terkait dengan pembentukan kebiasaan ini. Yaitu, “Biasakanlah
yang benar, dan jangan membenarkan kebiasaan”. Kebenaran harus dibiasakan agar
membentuk karakter yang berpihak pada kebenaran. Semenara itu, tidak semua
kebiasaan itu benar, dan oleh karena itu, hanya yang benar saja yang perlu dibiasakan.
Sementara yang salah, sebagai salah satu ujung dari karakter yang tidak positif,
hendaknya tidak dibiasakan. Dalam realitas kehidupan, orang menjadi bisa karena biasa
atau banyak membiasakan.
4) Mentoring/pendampingan
Pendampingan adalah suatu fasilitasi yang diberikan oleh pendamping kegiatan
ekstra kurikuler pramuka terhadap berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh peserta
didik, agar karakter positif yang sudah disemaikan, dicangkokkan dan diintervensikan
tetap terkawal dan diimplementasikan oleh peserta didik. Dalam proses pendampingan
ini, bisa terjadi terdapat persoalan actual riil keseharian yang ditanyakan peserta didik
kepada pembimbingnya, sehingga pembimbing yang dalam hal ini berfungsi sebagai
mentor, dapat memberikan pencerahan sehingga tindakan peserta didik tidak keluar dari
koridor karakter positif yang hendak dikembangkan.
Pembimbing peserta didik, dalam proses-proses pendampingan (mentoring), juga
bisa mengedepankan berbagai kelebihan dan kekurangan, efek positif dan negatif setiap
tindakan manusia, serta keuntungan dan kerugian (jangka pendek dan jangka panjang),
baik tindakan yang positif maupun negatif. Dengan demikian, sebelum dan selama
peserta didik bertindak, senantiasa dikerucutkan pada tujuan-tujuan yang positif dan juga
dengan menggunakan cara-cara yang positif.Untuk mencapai tujuan yang baik hanya
boleh dengan menggunakan tindakan yang baik dan dengan menggunakan cara yang baik
juga. Tujuan tidak membolehkan segala cara untuk mencapainya, sebaik dan sepositif
apapun tujuan tersebut. Hanya dengan cara yang baiklah, tujuan yang baik itu boleh
dicapai.
5) Penguatan
Dalam berbagai perspektif psikologi, penguatan yang diberikan oleh pembimbing
ekstra kurikuler pramuka berkhasiat untuk memperkuat perilaku peserta didik.Oleh
karena itu, jangan sampai pembimbing peserta didik kalah start dengan peer group
peserta didik yang sering mencuri start dalam hal memberikan penguatan perilaku
14
sebayanya. Sebab, jika peer group peserta didik telah “dikuasi” oleh peer group-nya,
termasuk peer group yang mengarahkan ke tindakan-tindakan yang negatif, akan sangat
sukar dikuasai oleh pembimbingnya. Penguasaan atas peserta didik ini dapat ditempuh
dengan secepatnya memberikan penguatan terhadap perilaku berkarakter positif.
6) Keterlibatan Berbagai Pihak
Berbagai pihak yang sepatutnya terlibat dalam kegiatan ekstra kurikuler pramuka
adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, guru pembimbing ekstra
kurikuler pramuka, komite sekolah, pengawas sekolah dan orang tua siswa. Berbagai
bentuk keterlibatan berbagai pihak tersebut dapat bertanggung jawab sebagai berikut:
a) Kepala Sekolah Sebagai Ketua Mabigus.
b) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
c) Pembimbing Kegiatan Ektra Kurikuler Pramuka sebagai Ketua Gugus Depan
Pramuka
d) Pengawas Sekolah
e) Komite Sekolah.
(dikutip: Bahan Pelatihan Kepramukaan. Pusbangtendik. 2014. Jakarta)

III. EVALUASI KEGIATAN PESERTA DIDIK


Menurut Wand dan Brown (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002;57),
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi
hasil belajar peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar siswa baik yang
berupa kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakurikuler. Penilaian hasil belajar
bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran
yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pasaribu dan
Simanjuntak (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002;58), menyatakan bahwa: (1)
Tujuan umum dari evaluasi peserta didik adalah: a. Mengumpulkan data yang membuktikan
taraf kemajuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan. b. Memungkinkan
pendidik/guru menilai aktifitas/pengalaman yang didapat, c. Menilai metode mengajar yang
digunakan. (2) Tujuan khusus dari evaluasi peserta didik adalah: a. merangsang kegiatan peserta
didik, b. menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan belajar peserta didik, c. memberikan
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan, d.
untuk memperbaiki mutu pembelajaran/cara belajar dan metode mengajar.
Mekanisme dan prosedur penilaian/evaluasi kegiatan peserta didik dalam KTSP 2013
dapat penulis gambarkan sebagai berikut;

15
Mekanisme penilaian dapat diterjemahkan sebagai feedback (umpan balik) dari siswa
tentang ketercapaian pembelajaran yang telah dilaksanakan sebagai indikator keberhasilan guru
sebagai agen pembelajaran, hal ini bila penilaian tersebut jika dilakukan oleh guru yang
mengajar mata pelajaran tertentu. Sedangkan penilaian yang dilakukan oleh sekolah merupakan
feedback dari siswa dalam kurun waktu selama belajar di sekolah tersebut sehingga sekolah
dapat memberikan predikat maupun prestasi sebagai hasil anak didik di akhir tahun kenaikan
tingkat atau kelulusan.
A. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi peserta didik melipui:
1. Fungsi selektif
Sekolah mengadakan evaluasi, sedangkan guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi
atau penilaian terhadap peserta didiknya. Evaluasi dalam hal ini bertujuan untuk : memilih
peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu, memilih peserta didik yang dapat naik
kelas atau tingkat berikutnya, memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, memilih
siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
2. Fungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, dengan melihat
hasilnya guru akan dapat mengetahui kelemahan peserta didik, sehingga lebih mudah untuk
mencari cara mengatasinya.
3. Fungsi penempatan
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan peserta didik adalah
pengajaran secara kelompok.
Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik harus
ditempatkan.
4. Fungsi pengukur keberhasilan program
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu program berhasil diterapkan.
Secara garis besar ada dua macam alat evaluasi, yaitu tes dan non tes, tes adalah suatu tugas
atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dengan
maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain (FL. Goodenough,
dalam Anas Sudjiono, 1995:67). Bukan tes (non tes) diartikan sebagai cara atau prosedure
yang dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dengan melakukan
pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan
angket (question-naire). Atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis) (Anas
Sudjono, 1995:76)
Teknik non tes digunakan untuk mengetahui peserta didik dari ranah sikap (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan tec domain), sedangkan tes
digunakan untuk men mengevaluasi hasil evaluasi hasil belajar pada ranah proses berfikiah
proses berfikirnya (cognitinya (cognitive domain).
Tes ada yang disajikan pada peserta didik secara lisan (jawaban lisan), ada tes tulisan
(jawaban tertulis), dan ada tes tindakan (jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada
yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk uraian. Untuk non tes sebagai
alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, ceklis,
dll.

16
Alat
Penilaian
TES NON TES

1) Lisan = Individual dan Kelompok 1) Observasi= Langsung, tidak langsung,


2) Tulisan= esai dan obyektif partisipasi
Esai = berstruktur, bebas, terbatas 2) Kuesioner= Berstruktur, tak berstruktur
Obyektif= benar salah, menjodohkan 3) Skala= Penilaian, Sikap, Minat
Isian pendek, pilihan ganda. 4) Sosiometri dan studi kasus
3) Tindakan= individu dan Kelompok 5) Check List

1. Tes Tertulis
Tes tertulis yang baik dan tepat sebaiknya diberikan dengan jawaban uraian, sebab dapat
mengetahui kemampuan peserta didik secara lebih komprehensif, walaupun tes tertulis
dapat berbentuk memilih jawaban. Jawaban uraian akan memberikan informasi tentang
kemampuan peserta didik dalam mengorganisasikan gagasannya secara sistematis.
2. Tes Performansi (tindakan)
Tes tindakan ini merupakan penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikan tugas
dalam bentuk perbuatan yang diamati.
3. Tes Penugasan atau proyek
Penugasan atau proyek dimaksudkan untuk menggali informasi tentang kemampuan peserta
didik dalam mengintegrasikan seluruh pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk laporan
atau karya tulis. Waktu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas relatif lama dalam
pengerjaannya.
4. Tes Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja dan tugas peserta didik yang diberi komentar
tentang tingkat kemajuan peserta didik tersebut. Portofolio sangat bermanfaat untuk
pelayanan peserta didik secara individual. Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas,
tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berbentuk tugas individu maupun
kelompok.
5. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta
didik sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang
tepat. Kedudukan diagnosis adalah dalam menemukan letak kesulitan belajar peserta didik
dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kegiatan belajar.
6. Tes formatif
Tes formatif atau evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta
didik telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu. Jenis penilaian ini juga
berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
7. Tes sumatif
Tes sumatif atau evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhir pemberian sekelompok
program atau pokok bahasan. Jenis penilaian ini berfungsi untuk menentukan angka
kemajuan hasil belajar peserta didik. Hasil evaluasi terhadap peserta didik tersebut
selanjutnya ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik.
8. Tes Ulangan Akhir Semester (UAS), Ulangan Kenaikan Kelas, Ujian Sekolah dan Ujian
Nasional
Tes akhir semester atau akhir tahun (kenaikan kelas) maupun ujian sekolah/ujian nasional
dilaksanakan setelah berakhir pemberian mata pelajaran di akhir semester, di akhir tahun,
17
atau menamatkan pendidikan dalam jenjang tertentu. Jenis penilaian ini berfungsi untuk
menentukan tuntas dan tidaknya peserta didik dalam standar Kriteria Ketuntasan Mengajar
(KKM) di akhir periode tertentu. Materi tes biasanya ditentukan oleh ketentuan musyawarah
Guru Mata Pelajaran/Kelompok Kerja Guru. Sedangkan untuk ujian sekolah maupun ujian
nasional biasanya selain hasil dari MGMP/KKG juga berdasarkan kebijakan-kebijakan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Hasil evaluasi terhadap peserta didik tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan
memberikan laporan hasil nilai seluruh mata pelajaran kepada orang tua peserta didik.

B. Tindak Lanjut Evaluasi


Ada dua kegiatan dalam menindaklanjuti hasil penilaian peserta didik, antara lain;
1. Program Remedial
Belajar tuntas merupakan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Maksud utama
konsep belajar tuntas adalah upaya agar dikuasainya bahan secara tuntas oleh sekelompok
peserta didik yang sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas. Tingkat ketuntasan ini
bermacam-macam dan merupakan peryaratan (kriteria) minimum yang harus dikuasai peserta
didik. Batas minimum ini kadang-kadang dijadikan dasar kelulusan bagi peserta didik yang
menempuh bahan tersebut.
Biasanya dipersyaratkan penguasaan bahan pelajaran bergerak antara 75% sampai 90%.
Penanganan masalah kesulitan belajar, secara metodologis dapat dilakukan melalui pendekatan
pengajaran remedial, bimbingan dan penyuluhan, psikoterapi atau dengan pendekatan lainnya.
Dalam hal pengajaran remedial, kegiatan ini dilakukan dengan beberapa alasan, antara lain :
a. Masih banyak peserta didik yang menunjukkan belum dapat mencapai prestasi belajar yang
diharapkan
b. Guru bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan, yang berarti bertanggung jawab
atas tercapainya tujuan pendidikan melalui pencapaian standar kompetensi yang diharapkan
c. Pengajaran remedial diperlukan dalam rangka melaksanakan proses belajar yang sebenarnya,
yaitu sebagai proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan
d. Pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan dan penyuluhan
melalui interaksi belajar mengajar.
Pengajaran remedial mempunyai arti terapeutik, maksudnya dalam proses pengajaran
remedial secara lansung maupun tidak langsung juga menyembuhkan beberapa gangguan atau
hambatan yang berkaitan dengan kesulitan belajar. Pengajaran remedial adalah suatu bentuk
khusus pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau
keseluruhan kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Perbaikan diarahkan kepada
pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing melalui
perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik.
Adapun tujuan pengajaran remedial adalah :
a. Secara umum pengajaran remedial bertujuan agar peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses penyembuhan atau
perbaikan, baik dalam segi kepribadian peserta didik maupun segi proses belajar mengajar.
b. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar peserta didik :
1) Memahami dirinya sendiri, hal ini menyangkut prestasi belajarnya dari segi kekuatan,
kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya
2) Dapat mengubah/memperbaiki cara-cara belajar kearah yang lebih sesuai dengan kesulitan
yang dihadapinya
3) Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat
4) Dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya

18
5) Dapat mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan yang baru yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang lebih baik
6) Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan
kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan yang
logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah dalam pengajaran
remedial, antara lain:
a. Penelaahan kembali kasus dan permasalahannya
b. Menentuakan alternative pilihan tindakan
c. Melaksanakan layanan bimbingan dan penyuluhan/psikoterapi
d. Melaksanakan pengajaran remedial
e. Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali
f. Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik
Sasaran akhir kegiatan remedial identik dengan pengajaran biasa (pada umumnya) yaitu
membantu setiap peserta didik dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat mengembangkan
diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan tertentu,
sekurang-kurangnya sesuai dengan batas kriteria ketuntasan keberhasilan yang dapat diterima.
Secara empirik sasaran strategis tersebut tidak selamanya dapat dicapai dengan pendekatan
sistem pengajaran secara konvensional, sehingga perlu dicari upaya pendekatan strategis lainnya.
Ada dua strategi yang bisa dilakukan dalam pengajaran remedial, yaitu :
a. Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat kuratif
Tindakan ini dapat dikatakan kuratif apabila dilakukan setelah selesai program pembelajaran
utama diselenggarakan. Hal ini dilakukan atas dasar bahwa ada seseorang atau beberapa orang
atau keseluruhan peserta didik dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan program proses
belajar mengajar yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan. Pendekatan pengajaran yang dapat diterapkan, antara lain :
1) Pengulangan, dapat dilakukan pada setiap akhir jam pertemuan, pada setiap akhir unit (satuan
bahan) pelajaran tertentu, dan pada akhir setiap satuan program studi (triwulan, semester,
tahunan). Pelaksanaan layanan pengajaran remedial ini dapat diberikan dan diorganisasikan
dengan cara: (a) Perorangan (individual), apabila peserta didik yang memerlukan bantuan
jumlahnya terbatas, (b) Kelompok (peer group), apabila terdapat sejumlah peserta didik yang
mempunyai jenis/sifat kesalahan atau kesulitan bersama, bahkan bisa juga terjadi dalam mata
pelajaran tertentu dialami oleh peserta didik dalam satu kelas secara keseluruhan. Waktu dan
cara pelaksanaannya dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada,
seperti contoh di bawah ini :
(a)) Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa, apabila sebagian atau seluruh anggota
kelas mengalami kesulitan yang serupa, dengan cara :
(1)) Bahan pelajaran dipresentasikan kembali dengan penjelasannya
(2)) Diadakan latihan/penugasan/soal kembali yang bentuknya sejenis dengan tugas soal
terdahulu
(3)) Diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil peningkatannya
kearah kriteria keberhasilan yang diharapkan.
(b)) Diadakan di luar jam pertemuan biasa, dengan cara :
(1) Diadakan jam pelajaran tambahan pada hari, jam, tempat tertentu apabila yang
mengalami kesulitan hanya seseorang/sejumlah peserta didik tertentu (missal sore
hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu istirahat, dan sebagainya)
(2) Diberikan kembali dalam bentuk pekerjaan rumah dengan diperiksa kembali oleh
guru hasil pekerjaannya

19
(c)) Diadakan kelas remedial (khusus bagi peserta didik) yang mengalami kesulitan
belajar tertentu, dengan cara :
(1) Peserta didik lainnya belajar dalam kelas biasa, sedangkan untuk peserta didik
tertentu dengan mendapat bimbingan khusus (remidial) dari guru yang sama atau
guru yang telah ditunjuk sampai yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan
tertentu sehingga dapat bersama-sama lagi dengan teman sekelasnya.
(2) Diadakan ulangan secara total, apabila peserta didik yang bersangkutan
prestasinya sangat jauh dari batas kriteria keberhasilan minimal dalam hampir
keseluruhan program (mata pelajaran), secara konvensional disebut dengan tinggal
kelas.
2) Pengayaan dan pengukuhan
Layanan pengayaan ditujukan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
ringan. Materi program pengayaan dalam hal ini dapat bersifat :
(a) Ekuivalen (horizontal) dengan Kegiatan Belajar Mengajar utama, sehingga bobot nilainya
dapat diperhitungkan oleh peserta didik yang bersangkutan
(b) Suplementer saja terhadap program Kegiatan Belajar Mengajar utama, dengan tidak
menambah bobot nilai tertentu yang penting dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan
atau keterampilan bagi peserta didik yang relatif lemah, dan memberikan dorongan serta
kesibukan bagi peserta didik yang cepat belajar untuk mengisi kelebihan waktunya
dibanding dengan teman sekelasnya.
Teknik pelaksanaannya dapat dengan cara :
(a) Berupa tugas/soal pekerjaan rumah bagi peserta didik yang lambat belajar
(b) Berupa tugas/soal yang dikerjakan di kelas pada jam pelajaran tersebut, sementara peserta
didik yang lain mengerjakan program Kegiatan Belajar Mengajar utama) bagi peserta didik
yang cepat belajar.
3) Percepatan
Alternatif lain adalah memberikan layanan kepada kasus berbakat tetapi menunjukkan
kesulitan psikososial atau ego emosional, dengan jalan mengadakan akselerasi atau promosi
kepada program Kegiatan Belajar Mengajar utama berikutnya yang lebih tinggi. Ada dua
kemungkinan pelaksanaannya, antara lain :
(a) Promosi penuh status akademisnya ke tingkat yang lebih tinggi sebatas kemungkinannya,
apabila peserta didik menunjukkan keunggulan yang menyeluruh dari bidang studi yang
ditempuhnya dengan luar biasa (dilakukan dengan placement test dari tingkat yang akan ia
masuki)
(b) Maju berkelanjutan (continous progress) tidak diartikan sebagai promosi status akademisnya
secara keseluruhan, tetapi pada beberapa bidang studi tertentu dimana kasus sangat menonjol
dapat diberikan layanan dengan program/bahan pelajaran yang lebih tinggi sebatas
kemampuannya, status akademisnya tetap sama dengan teman sekelasnya.
b. Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat preventif
Teknik layanan pengajaran yang digunakan adalah :
1) Layanan kepada kelompok belajar homogin
2) Layanan pengajaran individual
3) Layanan pengajaran secara kelompok dengan dilengkapi kelas khusus remedial dan
pengayaan
c. Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat pengembangan
Dalam pengajaran remedial diperlukan adanya pengorganisasian proses belajar mengajar
yang sistematis dalam bentuk sistem pengajaran berprograma, sistem pengajaran modul, dan
sebagainya. Sasaran utama dari strategi ini adalah agar peserta didik dapat segera mengatasi

20
hambatan atau kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Dengan mengacu pada beberapa uraian di atas maka terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remedial, antara lain :
a. Metode pemberian tugas
b. Metode diskusi
c. Metode tanya jawab
d. Metode kerja kelompok
e. Metode tutor teman sebaya
f. Pengajaran individual
2. Program pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada peserta didik kelompok
cepat sehingga peserta didik tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan keterampilannya atau
lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka pelajari. Tujuan dari kegiatan pengayaan
adalah agar peserta didik yang sudah menguasai bahan pelajaran lebih dahulu dari teman-
temannya tidak berhenti perkembangannya, dengan mengisi waktu kelebihannya dengan
melakukan kegiatan lain.
Strategi kegiatan pengayaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik modul pokok
b. kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan topik modul pokok
Kegiatan pengayaan untuk dapat efektif mencapai tujuan, maka perlu diadakan kegiatan
penilaian, melalui dua cara, yaitu : digabungkan dengan nilai modul pokok, dihitung dalam
satuan kredit atau bobot tertentu atau dipisahkan dari nilai pokok sehingga terdapat dua nilai.

IV. Mutasi Dan Perpisahan Peserta Didik (Pelacakan Alumni)


A. Mutasi
Secara garis besar mutasi peserta didik diartikan sebagai proses perpindahan peserta didik dari
sekolah satu ke sekolah yang lain atau perpindahan peserta didik yang berada dalam sekolah.
Oleh karena itu, ada dua jenis mutasi peserta didik, yaitu :
1. Mutasi Ekstern
Mutasi Ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah yang lain.
Perpindahan ini hendaknya menguntungkan kedua belah pihak, artinya perpindahan tersebut
harus dikaitkan dengan kondisi sekolah yang bersangkutan, kondisi peserta didik, dan latar
belakang orang tuanya, serta sekolah yang akan ditempati. Adapun tujuan mutasi ekstern adalah:
a. Mutasi didasarkan pada kepentingan peserta didik untuk dapat mengikuti pendidikan di
sekolah sesuai dengan keadaan dan kemampuan peserta didik serta lingkungan yang
mempengaruhinya.
b. Memberikan perlindungan kepada sekolah tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang
secara wajar sesuai dengan keadaan, kemampuan sekolah serta lingkungan yang
mempengaruhinya.
Mutasi ekstern harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain :
a. Permintaan mutasi peserta didik diajukan oleh orang tua/wali karena alasan yang dapat
dibenarkan (keluarga, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, dan lain-lain).
b. Mutasi peserta didik berlaku dari :
1) Sekolah negeri ke sekolah negeri, maupun ke sekolah swasta
2) Sekolah swasta mandiri ke sekolah swasta mandiri, maupun ke sekolah swasta yang UN-nya
menggabung
3) Sekolah swasta menggabung ke sekolah swasta yang juga menggabung UN-nya
4) Penyimpangan tersebut di atas dapat terjadi apabila di suatu kabupaten/kotamadia yang dituju
tidak ada sekolah yang berstatus sama, dengan syarat :

21
(a) Mutasi tersebut terpaksa dilakukan karena alasan mendesak, maka perlu surat keterangan
dari pengawas sekolah tentang dispensasi atau pengecualian kasus tersebut.
(b) Dilakukan tes penjajagan
5) Hendaknya dihindarkan mutasi peserta didik di dalam satu kabupaten/kotamadia, kecuali
dengan alasan yang sangat mendesak, maka perlu surat keterangan dari pengawas.
6) Mutasi antar kanwil/propinsi pada dasarnya sama dengan mutasi di dalam satu
kanwil/propinsi. Perbedaannya terletak pada adanya ijin dari kanwil/bidang dikdasmen dari
propinsi baik yang ditinggalkan maupun yang akan didatangi. Prosedur mutasinya adalah
sebagai berikut :
(a) Kepala sekolah membuat surat keterangan pindah
(b) Surat keterangan pindah tersebut harus diketahui dan disahkan oleh kantor wilayah
pendidikan nasional yang akan ditinggalkan maupun yang akan didatangi.
7) Alasan-alasan mutasi ekstern, antara lain :
(a) Keluarga
(b) Ekonomi
(c) Sosial
(d) Agama
(e) Kejiwaan
(f) Sebab-sebab lain
8) Syarat-syarat mutasi ekstern, antara lain :
(a) Menyerahkan raport
(b) Menyerahkan surat keterangan pindah dari sekolah asal
(c) Terdapat formasi (daya tampungnya masih ada)
(d) Bagi sekolah swasta mungkin peserta didik dikenakan syarat untuk membayar sejumlah
uang
9) Penomoran di buku induk
Peserta didik yang mutasi akan diberikan nomor induk yang baru di sekolah tersebut
sehingga nomor induk dari sekolah asal tidak dipakai lagi. Kemungkinan yang terjadi dalam
pemberian nomor induk bagi peserta didik yang mutasi, adalah :
(a) Diberi nomor induk terakhir dari jumlah peserta didik yang ada
(b) Menempati nomor induk peserta didik lama yang pindah atau keluar
(c) Dengan cara menempatkan kembali pada nomor induk semula
10) Penempatan peserta didik
Peserta didik yang mutasi sebaiknya ditempatkan sesuai dengan jurusan yang pernah
diambilnya di sekolah asal. Peserta didik yang mutasi karena tidak naik kelas, hendaknya juga
tetap berada pada kelas dimana mereka tidak naik kelas. Hal ini dilakukan untuk selalu menjaga
kualitas pendidikan.
2. Mutasi Intern
Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik dalam suatu sekolah. Dalam hal ini akan
dibahas khsus mengenai kenaikan kelas. Maksud kenaikan kelas adalah peserta didik yang telah
dapat menyelesaikan program pendidikan selama satu tahun, apabila telah memenuhi
persyaratan untuk dinaikkan, maka kepadanya berhak untuk naik kelas berikutnya. Seorang
peserta didik dinyatakan naik kelas apabila telah memenuhi persyaratan :
a. Tidak terdapat nilai mati
b. Program pendidikan umum rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0. Boleh ada 2 nilai yang
kurang dari 6,0 asal bukan pendidikan agama dan pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan.
c. Program pendidikan akademis rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0. Boleh ada 2 nilai
yang kurang dari 6,0 asal bukan bahasa Indonesia.

22
d. Program pendidikan keterampilan rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0 dan boleh ada 1
nilai yang kurang dari 6,0. Mengingat betapa pentingnya kenaikan kelas ini, maka setiap
akhir semester sekolah selalu mengadakan rapat kenaikan kelas yang dihadiri oleh kepala
sekolah dan dewan guru. Dalam hal ini peran wali kelas sangat menentukan naik tidaknya
peserta didik dalam kelas tertentu.
Di samping nilai akhir mata pelajaran, ada beberapa faktor yang dapat menentukan seorang
peserta didik berhasil atau tidak untuk naik kelas, antara lain :
a. Kerajinan
b. Kedisiplinan
c. Tingkah laku
Dalam rapat kenaikan kelas ini dibicarakan juga tentang peserta didik yang nyaris tidak naik
kelas, sehingga perlu mendapat pertimbangan dari berbagai pihak dan juga peserta didik yang
terpaksa tidak naik kelas. Kepada peserta didik ini masih diberi kesempatan untuk mengulang
kelas atau pindah ke sekolah lain. Dispensasi bagi peserta didik yang mengulang diberikan untuk
kepentingan peserta didik dan sekolah.
Bagi peserta didik :
a. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dengan sekolah yang baru
b. Dapat belajar lebih intensif
c. Karena malu, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk naik kelas
Bagi sekolah: dispensasi bagi peserta didik yang mengulang akan memberikan nilai tambah
minimal dari segi ekonomi. Ada beberapa ketentuan peserta didik yang dapat mengajukan
dispensasi, antara lain:
a. Pada kelas satu tidak naik kelas dua kali
b. Pada kelas satu tidak naik kelas satu kali kemudian naik kelas, di kelas dua tidak naik kelas
satu kali.
c. Pada kelas dua tidak naik kelas berturut-turut dua kali
d. Peserta didik yang tidak naik kelas di kelas II dan III masing-masing satu kali
e. Peserta didik yang berturut-turut tidak lulus atau tamat di kelas III sebanyak dua kali.
Penempatan peserta didik yang naik kelas dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
a. Secara vertilal, cara ini dilakukan apabila peserta didik selalu mengikuti kelasnya dari kelas I
sampai kelas III
b. Secara horizontal, pengelompokkan secara horizontal sebenarnya berdasarkan prestasi peserta
didik di kelas, sehingga di dalam suatu kelas bervariasi prestasinya. Hal ini akan mendorong
peserta didik untuk berkompetisi meningkatkan prestasinya.
B. Perpisahan Peserta Didik
1. Arti Perpisahan Peserta Didik
Kata pelepasan sering digunakan dalam kegiatan akhir tahun sewaktu peserta didik telah
lulus menyelesaikan studinya selama periode yang ditentukan. Banyak permasalahan makna
dalam penggunaan kata perpisahan atau pelepasan, penglepasan maupun inaugurasi.
Lema „pelepasan‟ dalam KBBI memiliki setidaknya memiliki 3 makna yaitu :
a. proses, cara, perbuatan (hal dsb) melepas (kan)
b. pemecatan (dari tugas)
c. dubur; anus
Sedangkan bentuk penglepasan dalam bahasa Indonesia tidak dikenal karena menyalahi
kaidah pembentukan kata. Kata dasar berawalan huruf L apabila mendapatkan imbuhan pe-an
tidak perlu berubah nasal/sengau dengan konsonan/ng/. Hal yang sama terjadi pada kata
PELARIAN bukan PENGLARIAN, PELEBURAN bukan PENGLEBURAN.
Kata inaugurasi merupakan bentuk serapan dari bahasa Inggris „inauguration‟ yang bermakna :

23
a. pelantikan
b. pembukaan
Kata „inauguration‟ diserap menjadi INAUGURASI bukan INAGURASI. Kata ini memiliki
makna :
a. peresmian suatu jabatan atau kedudukan
b. pembukaan resmi (gedung dsb)
c. perkenalan resmi (mahasiswa baru).
Sedangkan lema „perpisahan‟ dalam KBBI bermakna 23
a. perceraian dan
b. hal berpisah.
Dalam KBBI bahkan diberikan contoh kalimat penggunaan kata tersebut yaitu “Ia tampil ke
depan dan mengucapkan kata sambutan pada acara perpisahan dengan teman-temannya.”
Dengan demikian pengertian perpisahan peserta didik dapat dimaknai dengan berpisahnya
siswa/peserta didik yang telah dinyatakan lulus dengan warga sekolahnya. Dalam kegiatan
perpisahan ini melibatkan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, dewan guru, orang tua
maupun komite sekolah dan sebagian besar peserta didik yang secara langsung maupun tidak
langsung dengan diorganisir oleh Orgaisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Kegiatan perpisahan dapat menjadi langkah akhir pengelolaan peserta didik dengan
menginventarisir dan menghimpun seluruh data tentang segala sesuatunya peserta didik tersebut
selama belajar di sekolah itu sampai pada dokumen ijazah, SKHU, maupun dokumen-dokumen
lain yang terkait dengan kelulusan. Data tersebut dapat dikategorikan data alumni yang suatu
saat para alumni akan datang ke sekolah kembali guna keperluan administratif maupun
kepentingan alumni yang bersangkutan.
2. Pelacakan dan Pemantauan Alumni
Sekolalh diharapkan dapat mengetahui status dan kedudukan seluruh alumninya sebagai
kepedulian terhadap mantan peserta didiknya, sehingga perlu mengadakan langkah-langkah
pelacakan dan pemantauan secara periodik. Pemantauan ini dalam akreditasi sekolah juga
mendapat perhitungan point tersendiri, khususnya untuk sekolah SMK yang berkewajiban
menyediakan bursa kerja di sekolahnya.
Bagi sekolah dan madrasah umum juga memerlukan pemantauan alumninya agar diketahui
dan terdeteksi lulusannya yang telah terserap di tempat kerja atau melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi, atau bahkan menjadi penganggur. Pembentukan organisasi alumni sangat
disarankan agar lebih tertib tentang segala kegiatan-kegiatan para alumni dapat terorganisir rapi
dan menunjang kemajuan sekolah.

Lembar Kerja 1:
1. Terangkan makna persamaan dan perbedaan peserta didik!
2. Sebutkan prinsip-prinsip dalam pengelolaan peserta didik!
3. Terangkan pengertian pengelolaan peserta didik!
4. Apakah tujuan secara umum pengelolaan peserta didik?
5. Apakah fungsi secara umum pengelolaan peserta didik?
6. Perkelahian/tawuran pelajar saat ini di berbagai daerah sudah sering terjadi dan sampai
pada tingkat kriminalitas (penganiayaan bahkan pembunuhan).
a. Sebutkan hal-hal (permasalahan) yang memicu terjadinya perkelahian pelajar!
b. Sebagai seorang calon kepala sekolah menurut Anda adakah hubungan antara
perkelahian pelajar di suatu sekolah dengan pengelolaan/pembinaan peserta didik di
sekolah tersebut? Berikan alasan!

24
c. Perkelahian pelajar antar sekolah biasanya terjadi di lokasi yang tidak jauh dengan
sekolah-sekolah yang terlibat. Sebagai calon kepala sekolah jika melihat langsung
tawuran siswa binaanya dengan sekolah tetangga apa yang segera Anda lakukan ?
d. Apakah yang perlu dilakukan kepala sekolah guna mencegah tawuran pada peserta
didiknya?

Lembar Kerja 2:
1. Sebutkan langkah-langkah dalam perencanaan peserta didik!
2. Mengapa dalam penempatan peserta didik perlu ada pengelompokan?
3. Ada berapa macam pencatatan data peserta didik di sekolah Anda?
4. Kegiatan pengelolaan peserta didik pada tahap pembinaan meliputi apa
saja?
5. Dalam kegiatan pengembangan bakat, minat dan kreatifitas seorang kepala sekolah
diharapkan menugaskan guru yang sesuai dan tepat serta menggunakan prosedur dalam
kegiatan sekolah, meliputi apa saja prosedur dalam kegiatan-kegiatan pembinaan peserta
didik di sekolah?
6. Jelaskan macam-macam dan bentuk-bentuk alat evaluasi yang diperlukan di satuan
pendidikan (sekolah)!

Lembar Kerja 3:
1. Terangkan prosedur mutasi peserta didik di sekolah Anda, dan sebutkan prosedur mutasi
yang tepat!
2. Adakah perbedaan prosedur mutasi di sekolah Anda dengan prosedur pada umumnya?
Mengapa terjadi perbedaan ? dan bagaimana solusi pemecahannya menurut Anda sebagai
Calon Kepala Sekolah!
3. Perangkat administrasi apa saja yang dibutuhkan dalam organisasi alumni sekolah?
Jelaskan bentuk-bentuk formatanisasi alumni sekolah? Jelaskan bentuk-bentuk formatnya!

25

25
Pembelajaran Ke. 11

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENGELOLA KURIKULUM


DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan melakukan perbaikan-perbaikan atau


penyesuaian-penyesuaian terhadap dokumen kurikulum berdasarkan hasil evaluasi yang telah
dilakukan. Sehingga pertanyaan yang sering diajukan dalam pengembangan kurikulum adalah:
1. Bagaimana konsep dan prinsip dasar pengembangan kurikulum ?
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana cara mengembangkan kurikulum ?
4. Model – model pengembangan kurikulum yang bagaimana yang cocok?
5. Bagaimanakah peranan guru dalam pengembangan kurikulum?
6. Bagaimanakah Upaya pembinaan kurikulum bagi guru?
7. Apa saja hambatan yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
8. Bagaimana mengevaluasi kurikulum?
Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah
dan tujuan pendidikan nasional menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Dengan langkah-
langkah utama yaitu;
1. Kepala sekolah mengarahkan secara efektif dalam menerapkan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP dalam kegiatan IHT, Workshop, Rapat Koordinasi, dan kegiatan
MGMP. Harapannya mendapatkan hasil yang diinginkan, antara lain: Dokumen hasil
pengembangan kurikulum yang disusun melalui rapat kerja, IHT, Workshop, Rakor, atau
kegiatan MGMP yang dibuktikan dokumen kendali kegiatan (surat undangan, daftar
hadir, susunan kegiatan, dan dokumen hasil perbaikan Dokumen 1 KTSP, Silabus, dan
RPP).
2. Kepala sekolah mengendalikan pelaksanaan KTSP berlandaskan kalender pendidikan,
menerbitkan surat keputusan pembagian tugas mengajar, dan menerapkan aturan
akademik. Harapan kepala sekolah mendapatkan hasil yang diinginkan, antara lain:
Pelaksanaan KTSP sesuai dengan kalender pendidikan tingkat sekolah, surat keputusan
pembagian tugas mengajar, aturan akademik, jadwal pelajaran dalam rangka
memenuhistandar isi, proses, penilaian, isi, dan SKL, pengembangan karakter, dan
evaluasi keterlaksanaan dan ketercapaian target penerapan KTSP.

I. Konsep Dasar Kurikulum


A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yunani kuno yang
berasal dari kata curir dan curere pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Pada selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia
pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.(UU RI No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19,) Ada juga yang menyatakan bahwa, kurikulum

26
ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas dasar norma-norma yang
berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapi tujuan pendidikan.(Prof. Drs. H. Darkir).
Masih banyak lagi definisi tentang kurikulum, namun secara umum semua definisi atau
pengertian tersebut memiliki kesamaan dalam hal makna.

B. Peran dan Fungsi Kurikulum


Sebagai salah satu komponen dalam indust pendidikan, kurikulum memiliki tiga peran,
yaitu peran konservatif, peran kreatif serta peran kritis dan industryii (Sudrajat, Ahmad. 2008)
1. Peran Konsevatif
Peran Konservatif Kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan
masa lalu. Dokaotkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya
local, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti ynag sangat penting. Melalui
peran konservatif, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat
merusak nilai – nilai luhur masyarakat, sehingga identitas masyarakat akan tetap terpelihara
dengan baik.
2. Peran Kreatif
Dalam peran kreatif, kurikulum harus mengandung hal – hal baru sehingga dapat membantu
siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan
aktif dalam kehidupan indust masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan
nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik. Daam rangka ini peran
peran kritis dan industryii kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam
menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan
anakdidik.

C. Manfaat Kurikulum
Peran kurikulum dalam kegiatan pembelajaran tak ubahnya sebuah jalan atau titian untuk
pencapaian suatu tujuan. Beberapa manfaat dapat kita peroleh dari keberadaan kurikulum, yaitu:
1. Sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
2. Menjadi standar kualitas hasil pembelajaran
3. Sebagai acuan penyelenggraan penialaian hasil pembelajaran

D. Komponen-Komponen kurikulum
1. Tujuan, Yaitu arah/sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaran pendidikan.
2. Isi Kurikulum, Yaitu pengalaman belajar yang di peroleh murid disekolah. Pengalaman-
pengalaman ini di rancang dan di organisasikan sedemikian rupa sehingga apa yang
diperoleh murid sesuai dengan tujuan.
3. Metode proses belajar mengajar yaitu cara muri memperolehpengalaman belajar untuk
mencapai tujuan.
4. Evaluasi yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin di tuju dapat tercapai atau
tidak.

E. Prinsip Pengembangan Kurikulum


Kurkulum tingkat satuan pendidikan jenjeang pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar lulusan dan standar isi

27
serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan potensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan dan tuntutan lingkungan.
2. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhaikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjeng serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya
dan adat istiadat, serta status indust ekonomi dan gender.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa lmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, danoleh karena itu semangat industr kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikutidan memanfaatkan secara teapt perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Releven dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stkeholdersi) untuk menjamn relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk
didalamnya kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Olehkarena itu keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan indust, keterampilan akademik, dan
keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajia keilmuan dan
mata pelajaranyang direncanakan dan disajikan secara berkesinambugan antar semua
jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudyaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
7. Simbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan naasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan Bineka Tunggal Ika dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

II. Model-Model Pengembangan Kurikulum


Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, pemilihan suatu
model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikanya
serta kemungkinan tercapainya hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan indust
pendidikan dan indust pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana
yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam indust pendidikan dan pengelolaan
yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum

28
yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum industryii, teknologis dan rekontruksi
indust. Sekurang-kurangnya dikenal enam model pengembangan kurikulum yaitu:
A. The Administrative Model.
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling
banyak dikenal. Diberi nama model industryiiilie atau line staf, karena inisiatif dan
gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan
prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan
(apakah dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan)
membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggota-anggota
komisi atau tim ini terdiri atas, pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum,
ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan, tugas tim atau komisi
ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan
strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal mendasar ini terumuskan
dan mendapat pengakajian yang seksama, administrator pendidikan menyusun tim atau
komisi kerja pengembangan kurikulum. Para anggota tim atau komisi ini terdiri atas para
ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, guru-guru bidang
studi yang senior.
Tim kerja pengembangan kurikulum bertugas menyusun kurikulum yang
sesungguhnya yang lebih operasional, yang dijabarkan dari konsep-konsep dan
kebijaksanaan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah. Tugas tim kerja ini
merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan yang lebih umum,
memilih dan menyusun sekuens bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan
evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi para
guru.
Setelah semua tugas dari tim kerja pengembangan kurikulum tersebut selesai,
hasilnya dikaji ulang oleh tim pengarah serta para ahli lain yang berwewenang atau
pejabat yang kompeten. Setelah mendapat beberapa penyempurnaan, dan dinilai telah
cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut serta
memerintahkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Karena
sifatnya yang datang dari atas, model pengembangan kurikulum demikian disebut juga
model “top down” atau “line staff”. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak selalu
segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksanaanya, terutama guru-guru.
Mereka perlu mendapatkan petunujuk-petunjuk dan penjelasan atau mungkin juga
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Kebutuhan akan adanya penataran sering
tidak dapat dihindarkan.
B. The Grass Roots Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan
upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi datang dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama,digunakan dalam
sistim pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan Grass
Roots Model akan berkembang dalam indust pendidikan yang bersifat desentralisasi.
Dalam model pengembangan Grass Roots seorang guru, sekelompok guru atau
keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.
Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen
kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau seluruh bidang studi dan keseluruhan
komponen kurikulum. Apabil kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari
kemampuan guru-guru, vasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan,
pengembangan kerikulum Grass Roots Model akan lebih baik. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari

29
pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karna itu
dialah yang paling berkompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal itu sesuai
dengan prinsip-prinsip pengembang kurikulum yang deikemukakan oleh smith, industr
dan shores (1957:429) dalam pengembangan kurikulum karangan Prof. DR. Nana
Syaodih Sukmadinata.
Pengembangan kurikulum yg bersifat Grass Roots Model mungkin hanya berlaku
untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu tetapi mungkin pula dapat digunakan
untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah
atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model
grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan
indust pendidikan yang pada giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih
mandiri dan kreatif.
C. Beauchamp’s System.
Model pengembangan kurikukum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang
ahli kurikulum Beauchamp. Mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu
kurikulum.
1. Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten atau seluruh negara. Pentahapan arena
ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalanm
pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum. Walaupun daerah
yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan dan kebudayaan mencakup suatu
wilayah propinsi, tetapi arena pengembangan kurikulum hanya mencakup suatu daerah
akabuapten saja sebagai pilot proyek.
2. Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum yaitu:
a. Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan
para ahli bidang ilmu dari luar,
b. Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih,
c. Para industriiil dalam industri pendidikan.
d. Profesioanal lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
3. Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini harus berkenaan
dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang
lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta kegiatan evaluasi dalam menentukan
keseluruhan desain kurikulum.
4. Keempat, implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan
atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan
kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya,
disamping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
5. Kelima evaluasi kurikulum, pada langkah ini minimal mencakup empat hal yaitu:
a. evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru;
b. evaluasi desain;
c. evaluasi hasil belajar peserta didik; dan
d. evaluasi dari keseluruhan indust kurikulum.
Data yang diperoleh digunakan untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum.

D. The Demonstration Model

30
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, dangan dari bawah. Model
ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli
yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil,
hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu kompenen kurikulum atau
mencakup keseluruhna kompeonen kurikulum. Karena sikap ingin merubah atau
mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan
dari pihak-pihak tertentu.
Karena sifatnya yang ingin merubah, pengembangan kurikulum seringkali
mendapat tantangan dari pihak tertentu. Terdapat dua variasi model demonstrasi, yaitu ;
berbentuk proyek dan berbentuk informal, terutama diprakarsai oleh sekelompok guru
yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada.
Beberapa keunggulan dari pengembangan kurikulum model demonstrasi ini, yaitu:
Memungkinkan untuk menghasilkan suatu kurikulum atas aspek tertentu dari kurikulum
yang lebih praktis, karena kurikulum disusun dan dilaksanakan berdasarkan situasi nyata;
Jika dilakukan dalam skala kecil, resistensi dari administrator kemungkinan industry
kecil, dibandingkan dengan perubahan yang berskala besar dan menyeluruh;
Dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dokumen kurikulumnya bagus,
tetapi pelaksanaannya tidak ada;
Menempatkan guru sebagai pengambil insiatif yang dapat menjadi pendorong bagi para
administrator untuk mengembangkan program baru.
Sedangkan kelemahan model ini adalah bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi
mereka akan enggan-enggan. Dalam keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme.

E. Taba’s Inverted Model


Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan
secara deduksi, dengan urutan:
Penentuan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan dasar,
Merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh didasarkan atas komitmen-
komitmen tertentu,
Menyusun unit-unit kerikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh,
Melaksanakan kurikulum di dalam kelas.
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang
timbulnya inovasi-inovasi. Menurut pengembangan kurikulum yang lebih mendorong
inovasi dan kreativitas guru-guru adalah bersifat induktif, yang merupakan inversi atau
arah terbalik dari model tradisional.
Ada enam langkah pengembangan kurikulum model Taba, yaitu :
Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah: (1) mendiagnosis
kebutuhan; (2) merumuskan tujuan-tujuan khusus; (3) memilih isi; (4) mengorganisasi
isi; (4) memilih pengalaman belajar; (5) mengorganisasi pengalaman belajar; (5)
mengevaluasi; dan (6) melihat sekuens dan keseimbangan
F. Roger’s Interpersonal Relation Model (Model Model Pengembangan Kurikulum)
Meskipun roger bukan seorang ahli pendidikan melainkan seorang ahli psikologi
atau psikoterapi. Tetapi konsep-konsepnya tentang psikoterapi khususnya bagaimana
membimbing individu juga dapat diterapkan dalam bidang pendidikan dan
pengembangan kurikulum. Memang ia banyak mengemukakan konsep tentang
perkembangan dan perubahan individu.
Menurut when indust (1970:388) dalam Nana Syaodih Sukmadinata “pengembangan
kurikulum teori dan praktek mengatakan bahwa “perubahan kurikulum adalah perubahan
individu”.

31
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing,
changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri,
tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk
membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Guru serta pendidik
lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah
pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers, yaitu:
1. Pemilihan target dari indust pendidikan; di dalam penentuan target ini satu-satunya
kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat
pendidikan/administrator untuk turut serta dalam kegiatan kelompok secara intensif.
Selama satu minggu pejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok
dalam suasana relaks, tidak formal.
2. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Keikutsertaan guru dalam
kegiatan sebaiknya secara sukarela. Lama kegiatan satu minggu atau kurang. Menurut
Rogers bahwa efek yang diterima sejalan dengan para administrator seperti telah
dikemukakan di atas,
3. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
Selama lima hari penuh peserta didik ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan
fasilitator guru atau administrator atau fasilitator dari luar.
4. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat dikoordinasi oleh
Komite Sekolah masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok tiga jam tiap sore hari
selama seminggu atau 24 jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya
orang-orang dalam hubungannya dengan indust orang tua, dengan anak, dan dengan
guru. Kegiatan ini merupakan kulminasi dari kegiatan kelompok di atas. Metode
pendidikan yang dikembangkan Rogers adalah sensitivity industry, encounter group, dan
Trainning Group (T Group).
Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya.
Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian
kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers ssebagai sebagai Eksistensial Humanis., ia tidak
mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya. Bagi Rogers yang penting
adalah aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan
berubah. petode pendidikan yang di utamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter
group dan Training Group (T Group).

III. Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum


Dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat di bedakan antara sifat yang
bersifat sentralisasi dan desentralisasi. Pembagian kategori ini tentu saja akan memberikan
pengaruh signifikan terhadap pengembangan kurikulum.
Tujuan utama pengembangan kurikulum adalah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah.
A. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi tugas guru adalah menyusun dan merumuskan
tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat
dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi serta
menyusun program dan alat evaluasi yang memudahkan guru dalam implementasinya.
Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan berstruktur tetapi guru masih mempunyai tugas
untuk mengaddakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.
Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan,
kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih dan menciptakan situasi-

32
situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu memilih dan melaksanakan metode mengajar
yang sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran dan banyak mengaktifkan siswa, guru
hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi baik untuk mengevaluasi
perkembangan atau hasil belajar siswa untuk menilai efisiensi pelaksanaannya itu sendiri.
B. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi
Kurikulum desentralisasi di susun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu
wilayah atau daerah. Kuriklum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah
tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini di dasarkan pada karakteristik, kebutuhan,
perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Bentuk kurikulum seperti ini memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan – kelebihannya adalah.
1. Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat.
2. Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan profesioanal,
finansial maupun manajerial.
3. Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya.
4. Ada motivasi kepada kepada sekolah untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan
kurikulum yang sebaik-baikny, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum.
Adapun beberapa kelemahannya adalah. Guru Dan Pengembangan Kurikulum.
1. Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan kesesragaman demi persatuan
dan kesatuan nasional
2. Tidak adanya standar penilaian yang sama sehingga sukarn untuk diperbandingkan keadaan
dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah lainnya
3. Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah/wilayah lain
4. Sukar untuk mengadakan pengeloaan dan penilaian secara nasional.
5. Belum semua sekolah atau daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri.

C. Guru Dan Upaya Pembinaan Kurikulum


Upaya pembinaan kurikulum yang dilakukan guru bertujuan meningkatkaan kualitas proses
pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh sebab itu aspek pembinaan mencakup
proses belajar mengajar termasuk penilaian hasil belajar, bimbingan dan penyuluhan,
administrasi guru, dan pembinaan kompetensi professional guru itu sendiri. Proses belajar
mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum, khususnya silabus bidang studi tertentu. Upaya
yang bisa dilakukan agar pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan rambu-rambu yang
ada dalam Silabus adalah sbb :
1. Menelaah Silabus
Dalam Silabus dikemukakan Standar kompetensi, Kompetensi dasar, Idikator, bahan
pengajaran dan penyebaran pokok bahasan berdasarkan kelas/semester.
Telaah guru terhadap Silabus terutama untuk menetapkan :
Berapa banyak pokok bahasan dalam satu semester sesuai dengan Standar kompetensi. Hal
ini penting untuk membaginya ke dalam jumlah pertemuan mengajar tatap muka, sehingga
memudahkan dalam menyusun RPP.
Materi apa yang harus dikuasai dan disiapkan guru, sesuai dengan bahan isi bahan
atau/pokok bahasanyang ada dalam Silabus, melalui telaahan ini guru dapat mencari dan
menentukan buku sumbar yang paling sesuai dengan isi dan pokok bahasan.
Jenis alat peraga dan sarana belajar yang diperlukan guna mengajarkan pokok bahasan
tersebut.

33
Pertanyaan-pertanyaan sebagai alat evaluasi materi/bahan pengajaran berdasarkan pokok
bahasan tertentu. Guru dapat mengumpulkan atau menyusun pertanyaan, dari berbagai
sumber yang ada.
2. Menyusun RPP
Berdasarkan telaahan Silabus setiap guru sebaiknya menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk satu semester. Penyusunan RPP secara menyeluruh untuk satu
semester akan dapat menjamin kesinambungan tujuan, bahan kegiatan belajar, dan
penilaiaan. Manfaat lain, guru tidak direpotkan membuat RPP setiap kali akan mengajar.
RPP yang di susun untuk satu semester bisa diperbaiki dan disempurnakan pada tahun
berikutnya, berdasarkan pengalaman mengajar yang di tempuh guru dengan menggunakan
RPP yang telah disusun tersebut.
3. Penyediaan sumber (alat) fasilitas belajar
Menyediakan sumber (alat) fasilitas belajar untuk siswa, seperti alat peraga, buku
sumber, alat praktikum, bahan diskusi (indus-topik diskusi), keperluan permanen, alat untuk
kunjungan ke luar kelas, dan lain-lain.Upaya pengelolaan sumber belajar dilakukan dan
direncanakan sedini mungkin, sehingga pada waktu pelaksanaannya dapat berjalan lancar,
sumber belajar dapat di usahakan melaui berbagai cara misalnya membuat sendiri,
menugaskan siswa, membeli, atau bekerja sama dengan orang lain/pihak lain(meminjam,
dll).
4. Penilaian hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh para siswa dapat dijadikan salah satu ukuran dari
keberhasilan proses belajar mengajar. Hasil tersebut indust dalam hal perubahan intelektual
terutama mengenai pemahaman konsep, prinsip, indus, teori yang ada dalam bidang studi
yang dipelajarinya, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan prinsip-prinsip
pengetahuan ilmiah, kemampuan menganalisis dan menginterpretasi permasalahan yang
dihadapinya dan kemampuan memberikan pertimbangan terhadap sesuatu gejala, masalah,
objek, dan lain-lain atas dasar kaidah-kaidah dan nilai-nilai tertentu.

IV. Hambatan-hambatan yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum


Dalam pengembangan suatu kurikulum banyak pihak yang turut serta dalam partisipasi,
yaitu administrasi pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan,
guru-guru, dan orang tua murid. Serta tokoh masyarakat.
A. Peran para administrasi pendidikan
Peranan para administrator ditingkat pusat dalam pengembangan kurikulum adalah
menyusun dasar-dasar hokum, menyusun kerangka dasar serta program intinkuriulum.
Administrator tingkat pusat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang studi di
pergruan tinggi serta meminta persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum.
B. Peran para ahli
Pengembangan kurikulum bukan hanya sekedar memilih dan menyusun bahan pelajaran dan
metode mengajar, tetapi menyangkut dengan penentuan arah dan orientasi pendidikan, pemilihan
system dan modeli kurikulum, baik model konsep, model dasain, dll.
Partisipasi para ahlli pendidikan dan ahli kurukulum terutama sangat dibutuhkan dalam
pengembangan kurikulum pada tingkat pusat.
C. Peranan guru
Guru memegang sangat penting di dalam perencananaan maupun pelaksanaan kurikulum,
karena tanpa peran guru kurikulum tidak ada bedanya dengan perencanaan yang hanya
berbentuk tulisan. Peran guru bukan hanya memberikan nilai prestasi pada murid, tetapi guru
juga memberikan implimentasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Guru juga berperan sebagai

34
pengajar di masyarakat, sebab ia harus belajar struktur social masyarakat, nilai-nilai utama
dalam masyrakat.
D. Peranan orang tua murid
Orang tua murid juga mempunyai peranan dalalm pengembanan kurikulum. Ada dua hal
berkenaan degan meraka;Dalam ha penyusunpa irang tua kurikullum dan pelaksanaan
kurikulum. Dalam penyususnan kurikulum tidak semua orang tua ikut serta hanya terbatas
beberapa orang tua murid.

V. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum adalah kegiatan mencermati unsur-unsur pokok pada dokumen
kurikulum untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kualitas kurikulum yang telah
digunakan. Tindakan nyata dalam evaluasi kurikulum menyangkut pertanyaan-pertanyan yang
mengarah pada:
A. Struktur kurikulum sekolah
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata
pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi
yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan indus dan kegiatan pengembangan diri
merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. (lihat Permen no.22 th 2006 tentang standar isi).
B. Standar kompetensi mata pelajaran pada dokumen kurikulum sekolah
Standar kompetensi mata pelajaran merupakan kualilikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Uraian lebih lengkap
standar kompetensi, terdapat pada Permen no. 23 th 2006 tentang standar kompetensi lulusan.
C. Substansi muatan indus
Muatan indus merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan indus
ditentukan oleh satuan pendidikan.
D. Substansi pengembangan diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan
atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan indust, belajar,
dan pengembangan karir peserta didik.
E. Rumusan dan cakupan silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema
pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, industryi pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasiwaktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
F. Rumusan dan kegiatan pada dokumen RPP sekolah
Komponen RPP meliputi:

35
1. Identitas mata pelajaran: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian,
mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2. Standar kompetensi (diambil dari SKL).
3. Kompetensi dasar (diambil dari SKL).
4. Indikator pencapaian kompetensi (dia,bil dari silabus).
5. Tujuan pembelajaran: menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai
oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi ajar: memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan industryi pencapaian kompe¬tensi.
7. Alokasi waktu: ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. Metode pembelajaran: untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat industryi yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap industryi dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran.
9. Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan: merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Kegiatan Inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang¬kan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan �isik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan kon�irmasi.
c. Penutup: merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran
yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpul¬an, penilaian dan refleksi,
umpan balik, dan tindaklanjut.
10. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan industryii penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan industryi
pencapaian kom¬petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan industryi pencapaian kompetensi.

VI. Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum


a. Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara industry pada: akhir pembelajaran, akhir semester,
akhir tahun.
b. Menggunakan alat yang relevan
c. Mencakup kegiatan: identifikasi temuan dan penyimpulan hasil temuan

Lembar Kerja 1:
Saat ini KTSP sudah berjalan dan diimplementasikan di sekolah, dengan demikian ketentuan
perundangan sudah dilaksanakan dengan baik. Namun juga tidak dapat dipungkiri adanya
beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya, yaitu dalam hal keterlibatan guru dalam
penyusunan KTSP, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Sebuah kasus yang dijumpai di SMP N 1 Mercusuar, dari sidak yang dilakukan oleh kepala
sekolah hampir 45 % guru belum siap dengan silabus dan RPP dalam mengajar, Guru yang
mengampu mata pelajaran yang masuk dalam Ujian Nasional (UN) dalam pembelajarannya

36
cenderung mengajarkan pokok bahasan yang sering keluar di ujian nasional (tidak mengacu pada
KTSP di sekolah), siswa lulusan SMP N 1 Mercusuar yang melanjutkan ke jenjang SMA
memiliki kelemahan dalam penguasaan konsep-konsep dasar pelajaran matematika, IPA, bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris, padahal mereka mempunyai nilai UN yang industry baik.
Sebagai kepala sekolah di SMP N1 Mercusuar, tindakan apa yang bapak/ibu lakukan untuk
memperbaiki kondisi di SMP N1 Mercusuar tersebut.

Lembar Kerja 2:
KTSP menghendaki bahwa keberhasilan pembelajaran didukung oleh kinerja team yang
kompak dan transparan. Dengan bekerja sama, kompak, saling mendukung dan bertanggung
jawab sesuai dengan posisinya, maka keberhasilan akan dapat diraih. Di sekolah Menengah
Kejurauan (SMK) yang bapak/ibu pimpin ditemuakan kasus bahwa KTSP tidak berjalan dengan
baik, lulusan tidak mampu bersaing di dunia kerja, banyak mitra industry yang meninggalkan
SMK bapak/ibu pimpin.
Tindakan apa yang akan bapak/ibu lakukan untuk membenahi kondisi SMK yang bapak/ibu
pimpin.

37
Pembelajaran Ke. 12

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENGELOLA KEUANGAN YANG KREDIBEL

Pengelolaan keuangan adalah kegiatan sekolah untuk merencanakan, memperoleh,


menggunakan, dan mempertanggungjawabkan keuangan sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Manajemen keuangan perlu dilakukan karena sumber pembiayaan sekolah
biasanya terbatas. Karena itu, sekolah harus mampu meyakinkan pihak-pihak yang
berkepentingan bahwa program sekolah memerlukan tambahan biaya. Mengelola keuangan
sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien
Kepala sekolah mengarahkan pengelolan administrasi keuangan secara efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel.
Hasil yang diinginkan dengan pengelolaan keuangan yang tepat dan benar, antara lain:
terdapat dokumen administrasi keuangan yang meliputi penyusunan anggaran, pengajuan
anggaran, catatan penggunaan, iegarair, SPJ, evaluasi dan pertanggungjawaban anggaran yang
menerapkan prinsip efektif, efisien, penyusunan dan bukti pertanggungjawaban anggaran secara
terbuka sesuai peraturan yang berlaku.

I. Konsep Keuangan di Sekolah/Madrasah


A. Pengertian Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan merupakan salah satu substansi manajamen sekolah yang akan turut
menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di substansi
manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian.
Lipham, 1985; Keith, 1991, Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan
menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan
pertanggungjawaban.
Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan
pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,
pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.
Menurut Jones (1985), manajemen keuangan meliputi:
1. Perencanaan financial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber daya yang tersedia
untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik tanpa efek samping yang
merugikan.
2. Pelaksanaan (implenmentation involves accounting), yaitu kegiatan berdasarkan rencana
yang telah dibuat.
3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.
B. Tujuan Pengelolaan Keuangan Sekolah
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat
direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen
keuangan adalah:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah

38
2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali
sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan
pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
C. Manajer Keuangan Sekolah
Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut asas pemisahan tugas antara fungsi
Otorisator, Ordonator, dan Bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang
untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran.
Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan
pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.
Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan
pengeluaran uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
Kepala Sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan dilimpahi fungsi
Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi
Bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan
Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi Bendaharawan, juga dilimpahi fungsi
ordonator untuk menguji iegarair pembayaran.
Manajer keuangan sekolah berkewajiban untuk menentukan keuangan sekolah, cara
mendapatkan dana untuk infrastruktur sekolah serta penggunaan dana tersebut untuk membiayai
kebutuhan sekolah. Tugas manajer keuangan antara lain:
1. Manajemen untuk perencanaan perkiraan
2. Manajemen memusatkan perhatian pada keputusan investasi dan pembiayaannya
3. Manajemen kerjasama dengan pihak lain
4. Penggunaan keuangan dan mencari sumber dananya
Seorang manajer keuangan harus mempunyai pikiran yang kreatif dan dinamin. Hal ini
penting karena pengelolaan yang dilakukan oleh seorang manajer keuangan berhubungan dengan
masalah keuangan yang sangat penting dalam penyelenggaraan kegiatan sekolah. Adapun yang
harus dimiliki oleh seorang manajer keuangan yaitu strategi keuangan. Strategi tersebut antara
lain:
a. Strategic Planning
Berpedoman keterkaitan antara tekanan internal dan kebutuhan ekternal yang datang dari luar.
Terkandung unsur analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan, ekonomin dan financial.
b. Strategic Management
Upaya mengelolah proses perubahan, seperti: perencanaan, strategis, struktur organisasi, iegarai,
strategis dan kebutuhan primer.
c. Strategic Thinking
Sebagai kerangka dasar untuk merumuskan tujuan dan hasil secara berkesinambungan
D. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No
20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas iegara. Disamping itu prinsip
efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut,
yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti adanya
keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen
keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga

39
pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan
pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh
program pendidikan di sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan
timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga sekolah dan orang tua
siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RKAS) bisa ditempel di
papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang
membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa
mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk
apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap
sekolah.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas
performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung
jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan
perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah
membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada
orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat
terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan
menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah, (2)
adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi
dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam
menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan
pelayanan yang cepat
3. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner(2004)
mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai
tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi
lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan
pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau
kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka
mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency ”characterized by
quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan
(input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga,
pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:
a. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-
kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
Ragam efisiensi dapat dijelaskan melalui hubungan antara penggunaan waktu, tenaga, biaya dan
hasil yang diharapkan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

40
Gambar Hubungan penggunaan waktu, tenaga, biaya dan hasil yang diharapkan
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan daya C dan hasil D yang paling efisien,
sedangkan penggunaan daya A dan hasil D menunjukkan paling tidak efisien.
b. Dilihat dari segi hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu
memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.
Ragam efisiensi tersebut dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Gambar Hubungan penggunaan waktu, tenaga, biaya tertentu dan ragam hasil yang diperoleh
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil B paling
tidak efisien. Sedangkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil D paling efisien.
Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan terselenggaranya pelayanan
terhadap masyarakat secara memuaskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara
optimal dan bertanggung jawab.
E. Proses Pengelolaan Keuangan di Sekolah
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain,
setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya.
Proses pengelolaan keuangan di sekolah meliputi:

41
1. Perencanaan anggaran
2. Strategi mencari sumber dana sekolah
3. Penggunaan keuangan sekolah
4. Pengawasan dan evaluasi anggaran
5. Pertanggungjawaban
Menurut Lipham (1985), ada empat fase penyusunan anggaran antara lain:
1. Merencanakan anggaran
2. Mempersiapkan anggaran
3. Mengelola pelaksanaan anggaran
4. Menilai pelaksanaan anggaran
Anggaran mempunyai fungsi:
1. Sebagai alat penaksir
2. Sebagai alat otorisasi
3. Sebagai alat efisiensi
Pemasukan dan pengeluaran keuangan sekolah diatur dalam Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RKAS). Ada beberapa hal yang berhubungan dengan penyusunan RKAS,
antara lain:
1. Penerimaan
2. Penggunaan
3. Pertanggungjawaban

F. Sumber-Sumber Keuangan Sekolah


1. Dana dari Pemerintah
Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran Rutin dalam Daftar Isian Kegiatan
(DIK) yang dialokasikan kepada semua sekolah untuk setiap tahun ajaran. Dana ini lazim
disebut dana rutin. Besarnya dana yang dialokasikan di dalam DIK biasanya ditentukan
berdasarkan jumlah siswa kelas I, II dan III. Mata anggaran dan besarnya dana untuk masing-
masing jenis pengeluaran sudah ditentukan Pemerintah di dalam DIK. Pengeluaran dan
pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana rutin (DIK) harus benarbenar sesuai dengan mata
anggara tersebut.
Selain DIK, pemerintah sekarang juga memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Dana ini diberikan secara berkala yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan
operasional sekolah.
2. Dana dari Orang Tua Siswa
Istilah dana dari orang tua biasanya lebih luwes dan fleksibel jika menggunakan kata
sumbangan, hal ini mengacu tujuan nasional pendidikan yang tidak memprioritaskan unsur
komersiil, sehingga masyarakat saat ini cenderung menggunakan kata sumbangan. Sumbangan
atau pendanaan dari masyarakat ini dikenal dengan istilah iuran Komite. Besarnya sumbangan
dana yang harus dibayar oleh orang tua siswa ditentukan oleh rapat Komite sekolah. Pada
umumnya dana Komite terdiri atas :
a. Dana tetap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar oleh orang tua setiap bulan
selama anaknya menjadi siswa di sekolah.
b. Dana insidental yang dibebankan kepada siswa baru yang biasanya hanya satu kali selama
tiga tahun menjadi siswa (pembayarannya dapat diangsur).
c. Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua siswa terterntu yang dermawan
dan bersedia memberikan sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan apapun.
3. Dana dari Masyrakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, sebaliknya masyarakat merupakan pondasi
berdirinya sekolah, hal ini dibuktikan adanya perkumpulan komite sekolah, tokoh-tokoh

42
masyarakat yang sering dimintai bantuan baik moril maupun materiil untuk sekolalh. Dana ini
biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari anggota-anggota masyarakat
sekolah yang menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu sekolah. Sumbangan
sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud dari kepeduliannya karena merasa terpanggil
untuk turut membantu kemajuan pendidikan.Dana ini ada yang diterima dari perorangan, dari
suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari badan usaha baik milik pemerintah maupun milik
swasta.
4. Dana dari Alumni
Alumni merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan sekolah, alumni sering
menyelenggarakan reuni dan kegiatan amal yang melibatkan warga sekolah termasuk kepala
sekolah sehingga terkadang kegiatan tersebut bersifat mandiri dari organisasi alumni tersebut.
Bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan mutu sekolah tidak selalu dalam bentuk
uang (misalnya buku-buku, alat dan perlengkapan belajar). Namun dana yang dihimpun oleh
sekolah dari para alumni merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari mereka yang
merasa terpanggil untuk turut mendukung kelancaran kegiatan-kegiatan demi kemajuan dan
pengembangan sekolah. Dana ini ada yang diterima langsung dari alumni, tetapi ada juga yang
dihimpun melalui acara reuni atau lustrum sekolah.
5. Dana dari Peserta Kegiatan
Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan dana dan melibatkan anak maka sekolah dapat
memberitahukan terlebih dahulu kepada komite sekolah bahwa kegiatan anak tersebut
membutuhkan dana dari siswa sendiri atau anggota masyarakat yang menikmati pelayanan
kegiatan pendidikan tambahan atau ekstrakurikuler, seperti pelatihan iegarair, kursus bahasa
Inggris atau keterampilan lainnya.
6. Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah
Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk mendapatkan dana. Dana ini
merupakan kumpulan hasil berbagai kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapatj
dilakukan oleh staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin sekolah, bazaar
tahunan, wartel, usaha fotokopi, dll.
Perencanaan anggaran pembiayaan sekolah/madrasahdisesuaikan dengan rencana kerja
sekolah/madrasah (RKS) secara keseluruhan, baik pengembangan jangka pendek maupun jangka
panjang. Pengembangan jangka pendek berupa pengembangan satu tahunan. Pengembangan
jangka panjang berupa pengembangan lima tahunan, sepuluh tahunan, bahkan dua puluh lima
tahunan.
Kalau dianalisis pembuatan perencanaan keuangan, Garner (2004:) merumuskan sikuensi
perencanaan keuangan yang strategis sebagai berikut: 1) misi (mission), 2) tujuan jangka
panjang (goals), 3) tujuan jangka pendek (objectives), 4) program, layanan, aktivitas (programs,
services, activities), tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek berdasarkan kondisi riil unit
sekolah (site-based unit goals & objectives), 5) target: baik outcomes maupun outputs, 6)
anggaran (budget), dan 7) perencanaan keuangan yang strategis (strategic financial plan).
Di samping memperhatikan program pengembangan sekolah/madrasah, perencanaan
keuangan sekolah/madrasah juga mengacu pada penyelenggaraan pendidikan di
sekolah/madrasah secara keseluruhan. Kepmendiknas Nomor 056/U/2001 menyebutkan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah meliputi (1) pelayanan yang bersifat teknis
edukatif untuk proses belajar mengajar baik teori maupun praktik untuk seluruh mata pelajaran
dan penilaian hasil belajar, (2) pelayanan yang bersifat penunjang untuk operasionalisasi ruang
belajar dan kegiatan ekstra kurikuler, (3) pengadaan dan perawatan buku pelajaran, peralatan
pendidikan, alat pelajaran, peralatan laboratorium, perpustakaan dan peralatan praktik
keterampilan serta bahan praktik laboratorium dan keterampilan, (4) pengadaan dan perawatan
sarana kegiatan penunjang seperti sarana administrasi, gedung sekolah, ruang kelas, fasilitas

43
sekolah dan lingkungan; (5) penyediaan daya dan jasa seperti listrik, telepon, gas dan air, (6)
perjalanan dinas kepala sekolah dan guru, (7) pelayanan kemasyarakatan, pemberdayaan Komite
Sekolah, kegiatan sosial, (8) penyelenggaraan lomba yang diikuti siswa dan atau guru, (9)
pelayanan habis pakai untuk keperluan sekolah seperti surat kabar, (10) penyediaan gaji guru
dan non-guru, tunjangan, honorarium, lembur, transportasi, insentif dan lainnya yang menunjang
pendidikan. Berdasarkan komponen penyelenggaraan pendidikan tersebut,kepala
sekolah/madrasah menentukan program prioritas yang perlu dilaksanakan dalam satu tahun
anggaran dan kemudian dijadikan program kegiatan yang perlu mendapatkan dana.

Dalam menentukan alokasi anggaran, perlu diurutkan tingkat kebutuhan kegiatan dari yang
paling penting sampai dengan kegiatan pendukung yang mungkin dapat ditunda pelaksanaannya.
Hal ini terkait dengan tersedianya waktu, keberadaan tenaga, dan jumlah dana yang tersedia atau
yang bisa diupayakan ketersediaannya. Analisis sumber-sumber dana dan jumlah nominal yang
mungkin diperoleh dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan hasil analisis yang
dilakukan. Perpaduan analisis kegiatan dan sumber dana serta menyangkut waktu pelaksaannya
ini menghasilkan Rencana Kerja Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS-M). Setiap sekolah wajib
menyusun RKAS-M sebagaimana diamanatkandalam pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan hendaknya
memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu
tahun; RKAS-M merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber
pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta
beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran.
Dengan demikian, RKAS-M berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya,
baik rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan, dan jumlah nominalnya dalam satu
tahun anggaran.

Penyusunan RKAS-M perlu memperhatikan asas anggaran antara lain:


a. Asas kecermatan
Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian sehingga dapat efektif dan terhindar dari kekeliruan dalam
penghitungan.
b. Asas Terinci
Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat rencana kerja yang jelas
serta dapat membantu unsur pengawasan.
c. Asas Keseluruhan
Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan dari suatu organisasi secara
menyeluruh dari awal sampai akhir tahun anggaran.
d. Asas Keterbukaan
Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak yang terkait dengan sumber
pembiayaan sekolah dapat memonitor aktivitas yang tertuang dalam penyusunan anggaran
maupun dalam pelaksanaannya.
e. Asas Periodik
Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas.
f. Asas Pembebanan.
Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan anggaran perlu diperhatikan.
(lebih lanjut baca panduan penyusunan RKAS-M)

II. Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah

44
Kepala sekolah wajib menyampaikan laporan di bidang keuangan terutama mengenai
penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah. Pengevaluasian dilakukan setiap triwulan atau
per semester. Dana yang digunakan akan dipertanggungjawabkan kepada sumber dana. Jika
dana tersebut diperoleh dari orang tua siswa, maka dana tersebut akan dipertanggungjawabkan
oleh kepala sekolah kepada orang tua siswa. Begitu pula jika dana tersebut bersumber dari
pemerintah maka akan dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.

Lembar Kerja 1:
Laporan keuangan sekolah SSN, RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dan SBI
(Sekolah Bertaraf Internasional) adalah informasi _egara. Oleh karena itu, laporan keuangan
tersebut dibuka seluas-luasnya pada iegara terutama orang tua murid. Hal ini perlu dilakukan
mengingat banyaknya keluhan orang tua murid terhadap besarnya biaya di sekolah RSBI dan
SBI serta pengelolaan dana yang tidak transparan. Orang tua murid memiliki hak untuk
mengetahui penggunaan setiap rupiah yang mereka bayarkan atapun dana yang diberikan
pemerintah pada RSBI dan SBI (UU No. 14 Tahun 2008 tentang KIP – Keterbukaan Informasi
Publik).
Temuan Koalisi Anti Korupsi Pendidikan (KAKP) dalam laporan penggunaan dana Block
Grant RSBI tahun 2007 SDN Percontohan Kompleks UNJ. KAKP menemukan puluhan kwitansi
fiktif serta mark-up dalam pengadaan barang disekolah tersebut. Akan tetapi audit oleh lembaga
audit _egara dan pemerintah terbukti gagal menemukan manipulasi dalam laporan tersebut.
Jika bapak/ibu bertugas sebagai kepala sekolah di SDN Percontohan Kompleks UNJ
tersebut, langkah-langkah tindakan manajemen pengelolaan keuangan yang bagaimana yang
akan bapak/ibu ambil untuk memperbaiki pengelolaan keuangan di SDN Percontohan Kompleks
UNJ.

Lembar Kerja 2:
Humas SMKN 2 Garut Sunardi membantah terjadi penyimpangan keuangan oleh pihak
sekolah. Namun diakuinya, jika pengelolaan manajemen keuangan sekolah kurang bagus.
“Uang digunakan, tapi kurang tahu untuk apa saja. Kami hanya mengerjakan tugas sesuai
tupoksi kami,” kata Humas SMKN 2 Garut Sunardi ketika dikonfirmasi soal aksi unjuk rasa
sekitar 1.000 siswa yang menunut transparansi Dana Sumbangan Pembangunan (DSP) dan
Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), Jumat (9/3/2012).
Menghadapi kejadian yang seperti ini, tidakan apa yang harus diambil sebagai upaya untuk
mengembalikan kepercayaan warga sekolah terhadap pengelolaan keuangan sekolah.

(dikutip dari Bahan Pembelajaran Pengelolaan Keuangan PPCKS, LPPKS)

45
Pembelajaran Ke. 13

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENGELOLA KETATAUSAHAAN

Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan


sekolah/madrasah, menunjang kelancaran proses belajar-mengajar di sekolah/madrasah
diperlukan suatu bagian yang mendukung kegiatan tersebut yaitu ketatausahaan. Tata usaha
adalah suatu bagian dari sekolah yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan belajar-mengajar
agar berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan bisa tercapai seperti apa
yang diinginkan. Dengan berkembangnya zaman yang sekarang lebih dikenal dengan era
globalisasi, atau era teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maka fungsi ketatausahaan
harus lebih dapat ditingkatkan kualitasnya dengan memanfaatkan TIK tersebut yang secara
sederhana lebih dikenal dengan era komputerisasi. Hal ini dimaksud untuk lebih mengefektifkan
dan mengefisienkan pekerjaan ketatausahaan sekolah/madrasah dalam memanfaatkan sarana dan
prasarana sekolah/madrasah yang ada untuk mengakses dan memberikan pelayanan yang lebih
baik. Oleh karena itu, setiap staf tata usaha harus mampu mengoperasikan dan menguasai TIK
untuk kelancaran tugas dan fungsi ketatausahaannya agar kinerjanya terus berkembang dan
meningkat dalam menjawab kebutuhan sekolah/madrasahnya.
Tugas kepala sekolah dalam pengelola dan pembina ketatausahaan dapat digambarkan
dalam diagram sebagai berikut:

Kepala Sekolah
Pembina
Ketatausahaan

1. Pengelolaan 2. Pengelolaan 3. Pengelolaan 4. Pengelolaan


Administrasi administrasi sarana administrasi adminstrasi peserta
persuratan dan prasarana secara kepegawaian & didik secara efektif
kearsipan secara efektif pembinaan
efektif kepegawaian

1. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi persuratan dan kearsipan secara


efektif. Dengan harapan mendapatkan hasil yang diinginkan, antara lain: Terdapat dokumen
administasi pengelolaan surat masuk, surat keluar, pengagendaan, ekspedisi, serta kearsipan
yang sesuai dengan standar administrasi persuratan yang ditunjang dengan dokumen yang
rapih.
2. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi sarana prasarana secara efektif,
Dengan harapan mendapatkan hasil yang diinginkan, antara lain: Terdapat dokumen
administrasi sarana prasana, yang meliputi administrasi pengadaan, program pemeliharaan,
data penggunaan, dan inventarisasi, data penghapusan serta bukti bahwa data terbarukan
secara berkelanjutan.

46
3. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi kepegawaian sesuai dengan
perkembangan pembinaan kepegawaian. Dengan harapan mendapatkan hasil yang
diinginkan, antara lain: Terdapat dokumen administrasi kepegawaian dengan data yang
terbaharui secara berkelanjutan; meliputi data pegawai, data kehadiran, pembinaan, PAK,
usulan naik pangkat, data kenaikan gaji, data cuti, data DP3, pembinaan dan pengembangan.
4. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan adminstrasi peserta didik secara efektif. Dengan
harapan mendapatkan hasil yang diinginkan, antara lain: Terdapat dokumen administrasi
yang meliputi klaper, buku induk peserta didik, absen peserta didik, buku mutasi, leger,
rapot, data nilai UN/UAS, dan data pribadi peserta didik yang terbarukan secara
berkelanjutan.

A. Konsep Ketatausahaan
1. Pengertian Administrasi
Musanef (1996), dalam bukunya Manajemen Kepegawaian di Indonesia, mengemukakan
bahwa administrasi adalah kegiatan sekelompok manusia melalui tahapan-tahapan yang teratur
dan dipimpin secara efektif dan efisien dengan menggunakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan agar dapat dicapai tujuan yang diinginkan.
Pengertian tersebut menerangkan bahwa administrasi adalah sebuah rangkaian kegiatan
sistematis yang dilakukan oleh kelompok manusia untuk saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Tata Usaha
The Liang Gie (2009), dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern, memberikan
pengertian tentang tata usaha sebagai suatu rangkaian aktivitas menghimpun, mencatat,
mengelola, mengadakan, mengirim, dan menyimpan keterangan- keterangan yang diperlukan
dalam setiap usaha kerja sama.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tata usaha sebagai aktivitas
administrasi adalah suatu kegiatan untuk mengadakan pencatatan dan penyusunan berbagai
keterangan secara efektif dan efisien dengan menggunakan sarana dan prasarana sehingga
keterangan-keterangan itu dapat dipergunakan secara langsung sebagai bahan informasi baik
bagi pimpinan organisasi yang bersangkutan maupun pihak luar organisasi yang membutuhkan.
3. Perencanaan Program Kerja Ketatausahaan Sekolah
Tata usaha sekolah/madrasah merupakan bagian dari unit pelaksana teknis penyelenggaraan
bidang administrasi dan informasi data pendidikan yang perlu dikelola oleh kepala
sekolah/madrasah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam
pelaksanaannya, kepala sekolah/madrasah membina dan mengarahkan tata usaha
sekolah/madrasah sehingga mampu memberikan pelayanan administratif secara prima. Untuk itu
perlu dibuat program kerja yang sistematis, terarah, jelas, realitistis, dan dapat dilaksanakan oleh
petugas ketatausahaan agar pelayanan kepada guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, instansi
terkait, dan masyarakat lainnya dapat berjalan secara optimal.
4. Tujuan Pembuatan Rencana Kerja Ketatausahaan Sekolah/Madrasah
Pembuatan rencana kerja ketatausahaan sekolah/madrasah memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Sebagai dasar bagi kepala sekolah/madrasah untuk mengarahkan tata usahanya.
b. Pedoman kerja bagi tata usaha sekolah/madrasah untuk melaksanakan tugasnya.
c. Tolok ukur untuk mengukur kinerja tata usaha sekolah/madrasah.
5. Ruang Lingkup
a. Latar belakang, tujuan dan fungsi program kerja tata usaha sekolah/madrasah.
b. Kondisi objektif tata usaha sekolah/madrasah.
c. Program kerja tata usaha selama satu tahun pelajaran yang mencakup jenis kegiatan,
indikator, hasil yang dicapai, penanggung jawab, biaya, dan jadwal kegiatan.

47
B. Pembinaan Tata Usaha Sekolah/Madrasah
Tata Usaha (TU) merupakan salah satu unit kerja pendukung dalam organisasi dan
mempunyai kedudukan yang strategis dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan tugas dan
fungsinya itu, TU merupakan supporting unit yang menjadikan unit ini sama pentingnya dengan
unit lain yang ada di dalam organisasi. Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan unit ini untuk
senantiasa dapat memberi layanan yang baik terhadap pelanggan internal maupun pelanggan
eksternalnya.
Pelanggan internal sekolah/madrasah adalah warga sekolah/madrasah, yaitu siswa, guru, dan
tenaga kependidikan. Pelanggan eksternal sekolah/madrasah adalah orang tua siswa, masyarakat,
pemerintah, pengusaha, alumni, tokoh masyarakat, pengawas sekolah/madrasah, komite
sekolah/madrasah, lembaga swadaya masyarakat, dan asosiasi profesi.
Konsekuensi logis dari pentingnya pelayanan administratif dari tata usaha adalah bahwa
kepala sekolah/madrasah bertugas membina ketatausahaan sekolah/madrasah secara profesional.
Agar dapat membina ketatausahaan sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah harus
memahami konsep pembinaan sumber daya manusia, yang antara lain meliputi:
1) Tenaga Administrasi Sekolah Ruang Lingkup
Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) ialah sumberdaya manusia di sekolah/madrasah yang
tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar tetapi berperan mendukung
kelancaran proses pembelajaran dan administrasi sekolah/madrasah.
Ruang lingkup tenaga administrasi sekolah/madrasah pada bahan diklat ini adalah sebagai
berikut.
a) Kepala Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
b) Pelaksana Urusan Administrasi Sekolah/Madrasah, meliputi:
(1) Pelaksana Urusan Administrasi Kepegawaian
(2) Pelaksana Urusan Administrasi Keuangan
(3) Pelaksana Urusan Administrasi Sarana Prasarana
(4) Pelaksana Urusan Administrasi Humas
(5) Pelaksana Urusan Administrasi Persuratan dan Kearsipan
(6) Pelaksana Urusan Administrasi Kesiswaan
(7) Pelaksana Urusan Administrasi Kurikulum
c) Petugas Layanan Khusus:
(1) Penjaga Sekolah/Madrasah
(2) Tukang Kebun
(3) Pengemudi
(4) Pesuruh
2) Tupoksi, Hak, Wewenang, Tanggung Jawab, dan Kewajiban TAS
a) Tugas Pokok dan Fungsi TAS
(1) Tugas pokok dan fungsi kepala TAS adalah memimpin pelaksanaan urusan ketatausahaan
yang meliputi rumah tangga sekolah/madrasah, perlengkapan, kepegawaian, keuangan,
sarana prasarana dan kesiswaan.
(2) Tugas pokok dan fungsi urusan persuratan dan kearsipan adalah membantu kepala TAS
melaksanakan administrasi ketatausahaan sekolah/madrasah.
(3) Tugas pokok dan fungsi urusan kepegawaian adalah mengatur administrasi kepegawaian.
(4) Tugas pokok dan fungsi urusan keuangan adalah membantu kepala sekolah/madrasah
menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Madrasah, memproses
pertanggungjawaban dan mengadministrasikan keuangan.
(5) Tugas pokok dan fungsi urusan sarana dan prasarana adalah menyusun kebutuhan,
mengatur bahan/peralatan sekolah/madrasah serta memelihara dan merawatnya.

48
(6) Tugas pokok dan fungsi urusan kesiswaan adalah membantu Kepala Tata Usaha dalam
melaksanakan administrasi kesiswaan.
(7) Tugas pokok dan fungsi urusan kurikulum dan Program Pembelajaran adalah membantu
Kepala TAS dalam melaksanakan administrasi kurikulum dan Program Pembelajaran.
(8) Tugas pokok dan fungsi urusan kehumasan adalah membantu Kepala Tata Usaha dalam
melaksanakan administrasi kehumasan.
(9) Tugas pokok dan fungsi pesuruh adalah mengantar surat, meminta bukti penerima surat, dan
melaksanakan tugas lainnya sesuai perintah atasannya.
(10) Tugas pokok dan fungsi pengemudi adalah menyiapkan dan mengemudikan kendaraan
dinas untuk kepentingan dinas dengan aman dan lancar.
(11) Tugas pokok dan fungsi penjaga sekolah/petugas keamanan adalah menjaga keamanan
sekolah/madrasah dan lingkungan agar tercipta suasana aman, tertib, nyaman, dan
berwibawa.
(12) Tugas pokok dan fungsi tukang kebun adalah menjaga, membersihkan dan memelihara
kebersihan taman/kebun sekolah.
b) Hak TAS
Kepala TAS berhak memperoleh
(1) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai;
(2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
(3) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan mutu;
(4) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual;
(5) Kesempatan untuk menggunakan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan tugas.
c) Wewenang Kepala TAS
Kepala Tata Usaha berwenang:
(1) menilai hasil kerja dan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) bawahannya;
(2) memberi tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan pekerjaan;
(3) meminta dan memberi data serta laporan tugas dari bawahannya; dan
(4) menandatangani surat keluar apabila kepala sekolah/madrasah berhalangan.
d) Tanggung Jawab Kepala TAS
Kepala Tata Usaha bertanggung jawab atas:
(1) kebenaran dan ketepatan rencana program tata usaha;
(2) penertiban pelaksanaan kegiatan ketatausahaan;
(3) penertiban dan kerapihan pelaksanaan administrasi sekolah;
(4) kebenaran dan ketepatan laporan;
(5) keamanan dan kelayakan peralatan sekolah.
e) Kewajiban Kepala TAS
(1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan
dialogis.
(2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.

49
Pembelajaran Ke. 14

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENGELOLA UNIT LAYANAN KHUSUS

Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting dalam


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien. Sekolah merupakan salah satu
sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia.
Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk mlaksanakan proses
pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan teknologi saja, melainkan harus
menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai
dengan UUSPN Bab 11 Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan pendidikan nasional. Untuk
memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah memerlukan suatu manajemen
layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan
pendidikan tersebut dapat tercapai.
Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan diorganisasikan
untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus
siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk
memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapain tujuan pendidikan di sekolah.
Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik senanatiasa berada dalam
keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek jasmani maupun rohaninya. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan
pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan
pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien.
I. Unit Layanan Khusus (ULK)
Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran
dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah meliputi
A. Jenis-Jenis Layanan Khusus
Pelayanan khusus yang diberikan sekolah kepada peserta didik, antar sekolah satu dengan
sekolah lainnya pada umumnya sama, tetapi proses pengelolan dan pemanfaatannya yang
berbeda. Beberapa bentuk manajemen layanan khusus yang ada di sekolah antara lain:
Beberapa bentuk manajemen layanan khusus yang ada di suatu sekolah antara lain:
1. Layanan Perpustakaan Peserta Didik
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik,
dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-
informasi yang dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
Menurut Supriyadi (1983) dalam buku Manajemen Peserta Didik oleh Ali Imron mendefinisikan
perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang
program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal seperti sekolah, baik sekolah tingkat
dasar maupun menengah, baik sekolah umum maupun kejuruan. Selain itu, perpustakaan sekolah
adalah salah satu unit sekolah yang memberikan layanan kepada peserta didik di sekolah sebagai
sentra utama, dengan maksud membantu dan menunjang proses belajar mengajar di sekolah,
melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui
koleksi bahan pustaka (Imron, 1995:187). Dari definisi-definisi tersebut tampaklah jelas bahwa
perpustakaan sekolah merupakan suatu unit pelayanan sekolah guna menunjang proses belajar
mengajar di sekolah.
2. Layanan Kesehatan Peserta Didik
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan
sekolah. Menurut Jesse Ferring William pada buku Pengelolaan Layanan Khusus Di sekolah
50
oleh Kusmintardjo (1992) mendefinisikan layanan kesehatan adalah sebuah klinik yang didirikan
sebagai bagian dari Universitas atau sekolah yang berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan
pengobatan fisik dan penyakit jiwa dan dibiayai dari biaya khusus dari semua siswa. Selain itu
layanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin
bersifat sementara) murid-muridnya yang mengalami persoalan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa layanan kesehatan peserta didik adalah suatu
layanan kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah dan menjadikan peserta didik sebagai
sasaran utama, dan personalia sekolah yang lainnya sebagai sasaran tambahan (Imron, 1995:154)
3. Layanan Asrama Peserta Didik
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah, terutama bagi mereka
yang jauh dari orang tuanya diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama
mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama tersebut.
4. Layanan Bimbingan Dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa
dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi
dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan mengarahkan diri
serta bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan dan
konseling adalah salah satu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada
umumnya dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya.
5. Layanan Kafetaria Peserta Didik
Kantin/warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah supaya makanan yang dibeli
peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-
kali mengontrol kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai makanan
yang bersih dan bergizi. Peran lain kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik tidak
berkeliaran mencari makanan keluar lingkungan sekolah.
Layanan kafentaria adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh peserta didik
disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta
didik. Makanan dan minuman yang tersedia di kafentaria tersebut, terjangkau dilihat dari jumlah
uang saku peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat kebersihan dan cukup kandungan gizinya.
6. Layanan Laboratorium Peserta Didik
Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan mengadakan penelitiam yang
berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang suatu obyek tertentu. Laboratorium adalah suatu
tempat baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk melakukan penyelidikan,
pecobaan, pemraktekan, pengujian, dan pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana
penunjang proses belajar mengajar baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk
melaksanakan praktikum, penyelidikan, percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan.
7. Layanan Koperasi Peserta Didik
Layanan koperasi mendidik para peserta didik untuk dapat berwirausaha. Hal ini sangat
membantu peserta didik di kehidupan yang akan datang. Koperasi sekolah adalah koperasi yang
dikembangkan di sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun sekolah dan dalam
pengelolannya melibatkan guru dan personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau
biasa disebut koperasi siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah tetapi pengelolaanya
adalah oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah sebagai pembimbing saja
8. Layanan Keamanan
Layanan keamanan yaitu layanan yang dapat memberikan rasa aman pada siswa selama
siswa belajar di sekolah misalnya adanya penjagaan oleh satpam sekolah. Dengan adanya

51
petugas keamanan sekolah, dapat membantu suasana aman dan tertib di sekolah, sehingga dapat
membantu proses kelancaran pembelajaran dan segala aktivitas sekolah.
B. Substansi Manajemen Layanan Khusus
Substansi Manajemen Layanan Khusus berdasarkan proses manajemen adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan, meliputi analisis kebutuhan layanan khusus bagi warga sekolah dan penyusunan
program layanan khusus bagi warga sekolah
b. Pengorganisasian, berupa pembagian tugas untuk melaksanakan program layanan khusus bagi
warga sekolah
c. Penggerakan, meliputi pengaturan pelaksanaan perpustakaan, koperasi sekolah, ketrampilan,
unit kesehatan sekolah, ekstakulikuler, tabungan, keagamaan, kantin, perpustakaan, kafetaria,
dan layanan khusus lainnya.
d. Pengawasan,meliputi pemantauan program layanan khusus dan penilaian kinerja program
layanan khusus bagi warga sekolah.
Jenis-jenis layanan khusus yang dapat dikembangkan sekolah terdiri dari :
1. Pusat Sumber Belajar (PSB), yakni suatu unit kegiatan yang mempuyai fungsi untuk
memproduksi, mengadakan, menyimpan, serta melayani bahan pengajaran sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan kegiatan pengajaran dan pendidikan di lembaga pendidikan. PSB
merupakan lebih lanjut dari perpustakaan yang berisi berbagai macam bahan perpustakaan
di tambah dengan media pendidikan yang diperoleh melalui berbagai cara seperti
pembelian, hadiah/hibah, dan sebagainya. Tujuannya adalah unuk memberi kemudahan
kepada peserta didik dan guru dalam memanfaatkan sumber belajar sehingga proses
pengajaran dan pendidikan dapat berjalan secara maksimal.
2. Perpustakaan, merupakan suatu sub unit Pusat Sumber Belajar yang berisi bahan pustaka
baik berupa buku maupun non-buku yang diatur dan diklasifikasikan menurut sistem dan
aturan tertentu untuk digunakan para pembacanya. Perpustakaan memberikan banyak
manfaat terutama dalam 1) fungsi pendidikan yaitu memberi kesempatan kepada peserta
didik menambah pengetahuan, 2) fungsi informasi yaitu menyediakan bacaan-bacaan
informatif, 3) fungsi rekreasi yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik menikmati
pengalaman berekreasi melalui penajaman imajinatif, dan 4) fungsi penelitian yaitu
memberikan bantuan kepada peserta didik untuk menjawab berbagai masalah ilmiah dengan
mengkaji bahan-bahan yang disediakan perpustakaan berupa laporan hasil-hasil penelitian.
Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah sebagai
satuan pendidikan bertugas dan bertanggungjawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak
hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap saja, tetapi harus
menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu “...
manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani” (UUSPN, bab II pasal 4). Untuk
kepentingan tersebut di sekolah-sekolah dikembangkan program pendidikan jasmani dan
kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan sekolah melalui usaha kesehatan sekolah (UKS).

II. Keterkaitan antara Manajemen Layanan Khusus dengan Manajemen Sarana dan
Prasarana
Menurut Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan,
dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan
prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Dalam hubungannya dengan sarana
pendidikan, ada sejumlah pakar pendidikan yang mengklasifikasikan menjadi beberapa macam
sarana pendidikan yang ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Pertama, ditinjau dari
habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis

52
pakai dan sarana pendidikan yang tahan lama. Kedua, ditinjau dari bergerak tidaknya, ada dua
macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan yang
tidak bisa bergerak. Ketiga, ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar ada dua
jenis sarana pendidikan di sekolah, yaitu sarana pendidikan yang secara langsung digunakan
dalam proses belajar mengajar, dan sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan
dengan proses belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam.
Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar,
seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium.
Kedua, prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar,
tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mangajar. Beberapa contoh
tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang kantor, kantin
sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang
guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.
Berdasarkan uraian tentang sarana dan prasarana di atas, serta penjelasan mengenai layanan
khusus di sekolah pada pembahasan sebelumnya, dapat diketahui kaitan antara pentingnya
sarana dan prasarana dengan layanan khusus di sekolah. Suatu layanan khusus tanpa didukung
oleh sarana dan prasarana maka pelayanan yang diberikan tidak akan maksimal karena tidak ada
fasilitas yang mendukung. Sebagian besar layanan khusus memerlukan tempat dan peralatan
dalam memberikan pelayanannya kepada peserta didik. Sebagai contoh pelayanan perpustakaan.
Pelayanan perpustakaan ini memerlukan tempat yang berupa ruang perpustakaan serta
memerlukan perabot dan peralatan seperti rak, buku, alamari dan lain-lain untuk melakukan
kegiatan pelayanan kepada peserta didik. Begitu juga dengan layanan-layanan yang lainnya.

53
Pembelajaran Ke. 15

KEPALA SEKOLAH PENGELOLA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)

Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program


dan pengambilan keputusan suatu kegiatan di sekolah/madrasah. Lingkaran tugas kegiatan
kepala sekolah dalam mengelola sistem informasi manajemen sekolah ini dapat digambarkan
dalam skema sebagai berikut:

Mengembangkan
Sistem Administrasi Mengelola
Pengelolaan Sekolah Adminsistasi
Secara Efektif Pembelajaran
Dengan Dukungan Secara Efektif
Penerapan Dengan Dukungan
Teknologi Informasi Penerapan
Dan Komunikasi Teknologi Informasi
Dan Komunikasi.

Mengembangkan
Sistem Pengelolaan
Perpustakaan Secara
Efektif Dengan
Dukungan
Penerapan
Teknologi Informasi
Dan Komunikasi

Hasil yang diinginkan, antara lain: (1) terdapat penerapan TIK (berbasis sistem, CD, jejaring
intranet, internet) dalam pengelolaan administrasi administrasi persuratan, sarana prasarana,
kepegawaian, kepeserta didikan, dan keuangan, (2) model penerapan TIK dalam pengelolaan
adminsitrasi kurikulum dan pembelajaran, misalnya, pengelolaan kurikulum berbasis
iuturist,intranet, dan internet, (3) model pemanfaatan TIK dalam iuturi pengelolaan perpustakaan
berbasis iuturist, intranet, atau internet.
54
I. Pengertian Istilah Sistem Informasi Manajemen
A. Sistem
Gordon B. Davis dalam bukunya, Management Information System : Conceptual
Foundation, Structure, and Development, menyatakan sebagai berikut:
Sistem dapat abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan-
gagasan atau konsepsi-konsepsi yang saling tergantung. Misalnya, sistem teologi adalah
susunan yang teratur dari gagasan-gagasan tentang Tuhan, manusia dan sebagainya. Sistem
yang bersifat fisis adalah serangkaian unsur yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk menjelaskan sistem yang bersifat fisis, Gordon B. Davis memberikan contoh-contoh
antara lain sebagai berikut: Sistem angkutan, pegawai-pegawai, mesin-mesin, dan organisasi
yang menyangkut barang-barang. Sistem sekolah, gedung-gedung, guru-guru, administrator-
administrator, buku-buku pelajaran, dan sebagainya yang bersama-sama berfungsi
memberikan pelajaran kepada para siswa.
Norman L. Enger bukunya, Management Standards for Developing Information Sistems,
menulis bahwa “a system consists of related that meet company objectives such as inventory
control or production scheduling”, suatu sistem terdiri atas kegiatan-kegiatan yang
berhubungan guna mencapai tujuan-tujuan perusahaan seperti pengendalian inventaris atau
penjadwalan produksi.
Prof.Dr.Mr.S. Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Pengambilan Keputusan, mengatakan:
Sistem sebagaimana telah saya rumuskan dalam BAGIAN-BAGIAN terdahulu adalah setiap
sesuatu yang terdiri atas obyek-obyek, atau unsur-unsur, atau komponen-komponen yang
bertata-kaitan dan bertata-hubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan uang tertentu.
Richard A. Johnson, Fremont E. Kast, dan James E. Rosenzweig dalam buku mereka yang
berjudul The Theory and Management of System, yang diterjemahkan oleh rs. S. Pamudji,
M.P.A dalam bukunya, Teori Sisteam dan Penerapannya dalam Management, mengemukakan
bahwa suatu sistem adalah suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh.
Suatu sistem akan didefinisikan sebagai suatu gugus komponen-komponen yang dirancang
untuk menyelesaikan suatu tujuan tertentu sesuai dengan rencana. Terdapat tiga hal yang
penting dalam definisi ini. Pertama, adanya maksud atau tujuan, dimana sistem dirancang
untuk mengerjakannya. Kedua, adanya suatu rancangan, atau suatu susunan komponen-
komponen. Akhirnya input informasi, energi (tenaga), dan bahan-bahan (material) harus
dialokasikan sesuai dengan rencana.
B. Sistem
Gordon B. Davis mengatakan bahwa sistem dibagi atau dijadikan faktor-faktor/unsur-unsur
dalam subsistem-subsistem. Jadi subsistem adalah bagian atau faktor/unsur dari sistem.
C. Data
Menurut The Liang Gie, data atau bahan keterangan adalah :
Hal, peristiwa atau kenyataan lainnya apa pun yang mengandung sesuatu pengetahuan untuk
dijadikan dasar guna penyusunan keterangan, pembuatan kesimpulan atau penerapan
keputusan. Data adalah ibarat bahan mentah yang melalui pengolahan tertentu lalu menjadi
keterangan (informasi).
Menurut Gordon B. Davis :
Data, bahan mentah bagi informasi, dirumuskan sebagai kelompok lambang-lambang tidak
acak yang menunjukan jumlah-jumlah, tindakan-tindakan, hal-hal, dan sebagainya. Data-
data dibentuk dari lambang grafis seperti *, $, dan ~. Data-data disusun untuk mengolah
tujuan-tujuan menjadi susunan data, susunan kearsipan, dan pusat data atau landasan data.
D. Informasi
55
Menurut Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk
yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam
keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Penulis lain, Burch dan Strater, menyatakan :
Informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan dan
keterangan.
George R. Terry, Ph.D. menyatakan bahwa informasi adalah data yang penting yang
memberikan pengetahuan yang berguna. Selanjutnya dijelaskan oleh beliau bahwa kegunaan
informasi tergantung pada :
1. Tujuan si penerima
Apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan, maka informasi itu harus
membantu si penerima dalam apa ynag ia usahakan untuk memperolehnya.
2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data
Dalam menyampaikan dan mengolah data, inti dan pentingnya informasi harus
dipertahankan.
3. Waktu
Apakah informasi itu masih up-to-date?
4. Ruang dan tempat
Apakah informasi itu tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat?
5. Bentuk
Dapatkah informasi itu digunakan secara efektif? Apakah informasi itu menunjukkan
hubungan-hubungan yang diperlukan, bidang-bidang yang memerlukan perhatian
manajemen? Dan apakah informasi itu menekankan situasi-situasi yang ada hubungannya?
6. Semantik
Apakah hubungan antara kata-kata dan arti yang diinginkan cukup jelas? Apakah ada
kemungkinan salah tafsir?
E. Manajemen
Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo, S.H. pengertian manajemen itu dapat
dipandang sebagai:
1. Orang-orang:
Semua orang yang mempunyai fungsi/kegiatan pokok sebagai pemimpin-pemimpin
kerja.
2. Proses:
Adanya kegiatan-kegiatan yang berarah ke bawah, jadi berupa kerja-kerja untuk
mencapai tujuan tertentu.
3. Sistem Kekuasaan:
Atau sistem kewenang-kewenangan/wewenang-wewenang supaya orang-
orang menjalankan pekerjaan.
Demikian juga apabila kita mengatakan top management, middle management, dan lower
management, maka yang kita maksudkan adalah top manager, middle manager, dan lower
manager.
Buku suplemen pembelajaran jilid 1 menyebutkan bahwa Manajemen Sekolah dapat
disimpulkan sebagai proses mengelola/mengendalikan satuan pendidikan secara mandiri,
kemitraan, partisipatif, terbuka dan akuntabel guna mencapai visi, misi, tujuan satuan pendidikan
yang telah ditentukan sebelumnya. Manajemen Berbasis Sekolah secara utuh dan independen
menjadi pilihan setiap satuan pendidikan dalam rangka penjaminan mutu sekolah.
Sistem Informasi Manajemen
Burt Scanlan dan J. Bernard Keys dalam buku mereka yang berjudul Management
and Organizatial Behaviour, mengatakan bahwa suatu sistem informasi manajemen adalah

56
suatu sistem formal mengenai hal melaporkan, menggolongkan, dan menyebarkan informasi
kepada orang-orang yang tepat dalam suatu organisasi.
The Liang Gie dalam bukunya, Pokok-pokok PPBS dan MIS menyarankan perumusan
MIS yang lebih luas lingkupannya sebagai :
Keseluruhan jalinan hubungan antara satuan-satuan dan jaringan lalu lintas macam-macam
keterangan dalam sesuatu organisasi serta segenap proses pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan,pengambilan kembali dan penyebaran keterangan itu dengan berbagai peralatan
sehingga memungkinkan para anggota melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya maupun
pimpinan membuat keputusan atau menjalankan tugas kepemimpinannya yang lain secara tepat.

II. Peranan Sim Dalam Kegiatan Manajemen


Suatu SIM Manajemen yang baik harus mampu memberikan dukungan pada proses-
proses berikut : (1) Proses perencanaan, (2) Proses pengendalian, (3) Proses pengambilan
keputusan.
A. Manajemen Sebagai Suatu Sistem
1. Perencanaan
Pada penganalisaan kegiatan perencanaan lebih lanjut, perencanaan harus melaksanakan
lima tugas pokok sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan
2. Mengetahui kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan.
3. Menjelaskan sumber-sumber dan atau bakat-bakat yang diperlukan untuk melaksanakan
tiap kegiatan.
4. Menentukan lamanya tiap kegiatan.
5. Menentukan urutannya, apabila ada, kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan.
B. Dukungan SIM pada proses perencanaan
Suatu rencana merupakan suatu arah tindakan yang telah ditetapkanlebih dahulu. Rencana
adalah menggabungkan antara tujuan yang hendak dicapai dan kegiatan-kegiatan yang perlu
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Rencana pada suatu organisasi adalah tergantung pada individu-individu yang menjadikan
organisasi tersebut. Proses perencanaan akan memerlukan suatu model perencanaan, data
masukan, dan manipulasi model untuk menghasilkan keluaran berupa suatu rencana. Secara
ringkas, dukungan SIM pada proses perencanaan ditunjukan table 4.1
Tabel. Dukungan SIM pada Proses Perencanaan
Kebutuhan Dukungan Sistem Informasi
Model Dukungan analitik dalam pengembangan struktur dan persamaan
Perencanaan model.
Data historis untuk analisis hubungan, perkiraan dan perencanaan Suatu
penggerak model perencanaan untuk dijalankan pada suatu komputer

Data Masukan Data historis ditambah analisis dan manipulasi data untuk
membangkitkan data masukan yang berdasarkan data historis
Manipulasi Model Penggunaan komputer untuk menjalankan suatu model
Manipulasi data lainnya berdasarkan teknik peramalan dan
ekstrapolasi

57
C. Dukungan Sistem Informasi pada proses pengendalian
Dukungan yang diberikan pada proses pengendalian ini mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Analisis perbedaan prestasi dengan standar prestasi
2. Analisis lain yang membantu dalam pemahaman perbedaan
3. Arah tindakan yang akan memperbaiki prestasi pada masa mendatang
Dukungan lain dari SIM dalam proses pengendalian adalah monitor yang terus menerus dari
prestasi, bukan hanya pelaporan periodik saja. Monitor dapat dilakukan berdasarkan model
perencanaan ditambah konsep batasan pengendalian. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan
dalam organisasi dapat dimonitor secara terus-menerus dan penyimpangan-penyimpangan
akan segera terdeteksi. Untuk seterusnya keputusan-keputusan baru dapat dibuat untuk
mengembalikan proses ke dalam batasan pengendalian. Pengambilan Keputusan dalam SIM perlu
beberapa pertimbangan antara lain;
1. Unsur-unsur pengambilan keputusan
Proses yang teratur untuk mengambil keputusan mengandung empat unsur :
a) Model
Menunjukan suatu gambaran masalah secara kuantitatif dan kualitatif
b) Kriteria
Menunjukan tujuan dari masalah keputusan misalnya untuk mencapai jasa langganan yang
maksimum.
c) Pembatas
Ada faktor-faktor tambahan yang harus dipertimbangkan dalam pemecahan masalah
keputusan.
d) Optimalisasi
Apabila masalah keputusan telah diuraikan dengan sejelas-jelasnya (model). Maka
manajer menentukan apa yang diperlukan (kriteria) dan apa yang diperbolehkan
(pembatas). Pada titik ini pengambil keputusan siap untuk memilih penyelesaian yang
terbaik atau optimum.
2. Jenis-jenis pengambilan keputusan
Dalam arti luas ada dua jenis pengambilan keputusan, yakni :
a) Pengambilan keputusan yang terprogram
Jenis pengambilan keputusan ini mengandung tanggapan otomatis terhadap kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Semua masalah
yang sifatnya berulang dan menjadi kebiasaan sehari-hari dengan parameter- parameter
yang dirumuskan dengan baik memberi kemungkinan untuk pengambilan keputusan yang
diprogramkan.
b) Pengambilan keputusan yang tidak terprogramkan
Jenis pengambilan keputusan ini menunjukan proses yang berhubungan dengan masalah-
masalah yang tidak jelas. Masalah-masalah tersebut biasanya kompleks, hanya sebagian
parameter yang diketahui dan banyak parameter yang telah diketahui mempunyai banyak
hal yang sifatnya mungkin, tidak pasti.
3. Tingkat-tingkat pengambilan keputusan
Untuk menggolongkan, kita membagi pengambilan keputusan itu ke dalam tiga tingkat :
a) Pengambilan keputusan tingkat strategis
Keputusan strategis ditandai oleh banyak ketidakpastian dan berorientasikan masa depan.
Keputusan ini menentukan rencana jangka panjang yang mempengaruhi seluruh organisasi.
b) Pengambilan keputusan tingkat taktis
Pengambilan keputusan ini berhubungan dengan kegiatan jangka pendek dan penentuan
sumber daya untuk mencapai tujuan. Sementara pengambilan keputusan strategis
sebagian besar mengandung kegiatan perencanaan, pengambilan keputusan taktis

58
memerlukan gabungan dari kegiatan perencanaan dan kegiatan pengawasan yang hampir
sama. Jenis pengambilan keputusan ini mempunyai sedikit, apabila ada, kemungkinan
untuk pengambilan keputusan terprogramkan.
c) Pengambilan keputusan tingkat teknis
Pada tingkat ini standar-standar ditentukan dan hasil keputusan sifatnya menentukan.
Pengambilan keputusan teknis adalah suatu proses untuk menjamin agar tugas-tugas
khusus dapat dilaksanakan dengan cara yang efektif dan efisien.
4. Dukungan Sistem Informasi pada pengambilan keputusan
Dukungan SIM pada proses pengambilan keputusan meliputi tiga tahapan, yaitu :
a) Penelusuran untuk pemahaman masalah, terdiri atas :
1) Usaha-usaha penyelidikan lingkungan yang memancing keputusan
2) Pengakuan adanya masalah
b) Desain untuk penciptaan pemecahan masalah, meliputi usaha-usaha :
1) Penemuan alternatif-alternatif pemecahan masalah
2) Pengembangan alternatif-alternatif pemecahan masalah analisis arah tindakan yang
mungkin.
c) Pemilihan untuk pengujian kelayakan pemecahan masalah adalah melibatkan seleksi arah
tindakan dan pelaksanaannya

III. Pertukaran Sistem Manual Ke Sistem Komputer


A. Konversi Sistem Manual ke Sistem Komputer
Dalam rangka memperdalam pengertian tentang sistem informasi manajemen ( S IM )
yang menggunakan komputer, pembelanjaran selanjutnya tentang peralihan dari sistem
manual ke sistem komputer, langkah-langkah yang diambil dalam konversi ini adalah langah
persiapan-persiapan meliputi: (1) Uraian atau penjelasan sistemnya (secara keseluruhan), (2)
Dokumen-dokumen Input, (3) Dokumen-dokumen Output, (4) Desain arsip, (5) Program
logikanya (detail), (6) Program komputer, (7) Verifikasi system, (8) Dokumentasi.
1. Uraian Sistem
Uraian sistem pada dasarnya merupakan suatu pernyataan tentang input, output, operasi
pengolahan data serta arsip utama yang diperlukan. Tujuannya adalah untuk
memperlihatkan arus informasi yang logis dan operasi-operasi logis yang perlu dilakukan
untuk menjalankan desain khusus yang dipilih. Uraian sistem ini berbentuk tertulis dan
berupa gambar diagram.
a. Uraian tertulis
Uraian secara tertulis ini menjelaskan bagaimana sistem itu bekerja. Dalam uraian ini
harus dicantumkan apa inputnya, outputnya, arsipnya, dan operasinya. Penjelasan itu
harus cukup terperinci, agar para pemakainya dan para teknisi komputernya memahami
operasi dari sistemnya, dan dapat menggunakan penjelasan ini sebagai titik tolak untuk
membuat desain yang lebih terperinci.
b. Uraian berupa gambar
Sebuah gambar atau ilustrasi memungkinkan kita untuk menyimpulkan uraian tertulis
dari sistem secara drastik. Bentuk simbolis ini mempermudah analisa cepat dari
pekerjaan yang harus dilaksanakan, dan memberikan gambaran menyeluruh secara visual
dari seluruh operasi.
2. Dokumen Input
Setelah uraian sistem selesai dibuat, perlu diperinci bagaimana informasinya harus
dicatat dalam bentuk yang dapat diterima oleh komputer. Pertimbangan dalam penentuan
format ini meliputi volume dari informasi, frekwensi, ketepatan dan keperluan verifikasinya,
serta penanganan dari informasi tersebut. Kadang-kadang informasi itu harus diterima dalam

59
bentuk aslinya, sebagaimana diterima dari luaran. Dalam hal ini hanya diperlukan
pembuatan suatu bentuk yang dapat digunakan oleh mesin.
3. Dokumen Output
Pertimbangan-pertimbangan mengenai output hampir tidak ada bedanya dengan input,
hanya formatnya saja yang harus dirancang lebih cermat karena ini merupakan tujuan dari
seluruh operasi ini. Manajemen khususnya hanya memerlukan dokumen output ini, dan
karena sifat yang kritis ini, maka desainnya harus dilakukan dengan baik.
4. Desain Arsip
Logika yang diperlukan untuk mengendalikan arus data di dalam sistem merupakan
bagian dari desain sistem, dan arus ini sebaliknya bergantung pada desain dari arsip-arsip
datanya, kedua langkah ini berkaitan sangat erat dan seharusnya dipertimbangkan
bersamaan dengan pertimbangan antar jenis peralatan, kepastian penyimpanan, media input
dan output, dan format.
5. Logika Program
Meskipun ada berbagai cara dalam penyusunan logika dan mendokumentasikan program
logika ini, kita akan menggunakan bagan arus, karena hal ini sudah mendominasi secara
historis serta mudah untuk membuat dan memahaminya.
Bagan arus program ini merupakan logika dari penyusunan program (programmer)
mengenai ilustrasi selangkah demi selangkah bagaimana program komputer melaksanakan
pekerjaannya. Ini adalah “cetak biru” dari suatu program, dan digunakan untuk
mengumpulkan dan menyusun fakta-fakta agar dapat diteliti di atas kertas untuk
menguraikan masalah, logika, dan pemecahannya, dan untuk menangani masalah dengan
langkah-langkah yang sistematis.
6. Verifikasi Sistem
Setelah program disusun dan digunakan dalam proses pemakaian, maka program
tersebut disimpan dalam memory dalam bentuk binary atau bentuk yang “dapat dibaca
mesin” dan siap untuk mengolah input dari terminal, menyesuaikan catatan dalam arsip
induk dalam disk, dan mencetak laporan yang diperlukan. Komputer akan melaksanakan
instruksi-instruksi dari program tersebut menurut urutannya, sampai programnya berhenti.
Supaya langkah ini tidak dianggap remeh, perlu diperhatikan bahwa kemungkinan dari
sebuah program bekerja semestinya pada penggunaan pertama kalinya, adalah nihil.
7. Dokumentasi
Dokumen yang diperlukan terdiri dari tiga jenis :
a. Bagi mereka yang menyediakan inputnya, diperlukan sebuah gambaran menyeluruh yang
sederhana dari sistemnya, serta uraian yang jelas mengenai jenis input apa yang
diperlukan, dan catatan mengenai input manakah yang tidak dapat diterima.
b. Bagi mereka yang menjalankan dan memelihara sistemnya, diperlukan semua dokumentasi
teknis yang dihasilkan selama proses pengembangan sistem ini.
c. Bagi mereka yang menggunakan outputnya, diperlukan sebuah gambaran menyeluruh
yang sederhana dari sistemnya, serta uraian yang jelas mengenai makna output tersebut,
dan catatan tentang keterbatasannya.
B. Perancangan SIM Secara Umum Berbasis Komputer
1. Perancangan model
Perancangan model SIM dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Pembuatan model logik (logical model)
Model logik digunakan untuk menjelaskan secara logik kepada pemakai tentang
bagaimana fungsi-fungsi dalam SIM akan bekerja. Model logik dapat digunakan
dengan menggunakan Diagram Arus Data/DAD (Data Flow Diagram/DFD)

60
2) Pembuatan model fisik sistem (physical model)
Model fisik digunakan untuk menjelaskan kepada pemakai tentang bagaimana sistem
secara fisik akan diterapkan. Bagan alir sistem (system flowchart) merupakan alat yang
tepat untuk menunjukan simbol fisik yang digunakan, seperti terminal, media
penyimpan, laporan dan sebagainya. Bagan alir data merupakan alat berbentuk grafis yang
digunakan untuk menggambarkan aliran pemroses dalam SIM berbasis komputer.
2. Perancangan Basis Data untuk SIM
Perancangan basis data secara umum dilakukan dengan menentukan kebutuhan-
kebutuhan file-file dalam basis data berdasarkan DAD sistem baru yang telah dibuat
dan kemudian menentukan parameter file dalam basis data. Beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan dalam rancangan basis data adalah :
a. Minimalisasi kerangkapan data (data redundacy)
b. Dihindari terjadinya inkonsistensi data (inconsistency data)
c. Data-data dalam basis data harus dapat digunakan secara bersama-sama (share ability)
d. Standarisasi data untuk menyeimbangkan perbedaan kebutuhan data para pemakai
e. Pembatasan kewenangan (privacy) dan keamanan data (data security)
f. Menjamin integritas data (data integrity)
g. Menghindari terjadinya data terisolasi (data isolation)
h. Berorientasi pada data (data oriented) dan bukan pada program (program oriented)
i. Data dapat digunakan oleh pemakai-pemakai yang berbeda atau beberapa program aplikasi
tanpa perlu mengubah basis data
j. Data dapat berkembang dengan mudah baik volume maupun strukturnya
k. Data yang ada dapat memenuhi kebutuhan sistem-sistem secara mudah
l. Data dapat digunakan dengan cara yang berbeda-beda
m. Independensi data (data independenc), baik secara logik maupun secara fisik
n. Dihindari terjadinya penyimpangan (anomaly) dalam basis data
3. Perancangan Teknologi
Secara umum, teknologi SIM adalah teknologi komputer yang dikelompokan
menjadi tiga klasifikasi, yaitu : (1) Perangkat keras, (2) Perangkat lunak, (3) Teknologi
komunikasi data.
1. Teknologi perangkat keras
Teknologi perangkat keras untuk SIM adalah teknologi komputer. Secara umum, sistem
komputer mempunyai komponen perangkat keras yang terdiri atas :
1) Perangkat keras masukan, terdiri dari :
Alat input langsung
Alat input tidak langsung
Contoh perangkat keras masukan adalah : keyboard, teleprinter terminal, dll.
2) Perangkat keras keluaran, terdiri atas :
Hard copy device, contoh : printer, plotter, dll.
Soft copy device, contoh : video display, speaker, dll.
Drive device, contoh : disk drive, cd drive, dll.
3) Perangkat keras unit pengolah atau Central Processing Unit (CPU) terdiri atas :
Aritmatic and Logic Unit (ALU)
Control Unit
Main Memory (RAM dan ROM)
2. Teknologi perangkat lunak
1) Kategori perangkat lunak
Perangkat lunak dapat dikategorikan dalam tiga bagian yaitu :
a) Perangkat lunak sistem operasi (Operating 61 System/SO), yaitu program yang ditulis
untuk mengendalikan dan mengkoordinasi kegiatan dari perangkat keras sistem
komputer
b) Perangkat lunak bahasa (Language Software), yaitu program yang digunakan untuk
menterjemahkan intruksi-intruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam
bahasa mesin supaya dimengerti komputer
c) Perangkat lunak aplikasi (Aplication Software), yaitu program yang ditulis dan
diterjemahkan oleh Language Software untuk menyelesaikan suatu aplikasi tertentu.
3. Teknologi Komunikasi Data
1) Database
a) Konsep Database
Bila sebuah organisasi memiliki suatu koleksi terpadu dari data yang disusun
secara logis dan dikendalikan secara sentral, maka organisasi itu mempunyai sebuah
Database.
Dikatakan Sebuah Sistem Manajemen Database jika untuk setiap database telah
dikembangkan sebuah sistem untuk penggunaan database. Sistem ini, atau suatu
rangkaian peraturan dan metode, memungkinkan pemberian definisi, penciptaan,
perubahan, pembacaan, pemeliharaan, dan perlindungan database tersebut. Pendek kata
sistem ini adalah sistem manajemen database (DBMS=database management
system)
b) Komponen Database
Database mempunyai beberapa komponen:
1) Setidak-tidaknya satu orang menjadi “pemiliknya” dan bertanggung jawab atas
database tersebut.
2) Serangkaian peraturan dan hubungan yang menentukan dan mengatur interaksi
antara berbagai unsur dari database.
3) Manusia yang memasukan data ke dalam database itu.
4) Orang yang mengeluarkan data dari database itu.
5) Databasenya sendiri.
2) Komputer Database
Kecepatan merupakan salah satu dari atribut komputer yang paling berharga.
Keistimewaan kedua adalah kemampuan untuk menangani data dalam volume besar
secara akurat serta komputer tidak menjadi lelah atau bosan dengan pekerjaannya yang
berulang- ulang. Semua karakteristik ini mempunyai arti penting dalam manajemen
database :
1) Kecepatan (speed), karena perusahaan yang modern harus mengolah banyak transaksi
dalam waktu yang sangat singkat.
2) Ketelitian, karena banyak perusahaan menbutuhkan data, yang mereka simpan dan
gunakan yang benar.
3) Sangat baik dalam melakukan pekerjaan berulang-ulang, karena database bersifat
berulang (setidak-tidaknya dalam format dan bentuk isinya)
3) Dampak terhadap manajemen
Tidak diragukan lagi, bahwa sistem database elektronik ini merupakan faktor yang
besar artinya dalam dunia organisasi/lembaga/usaha . Dan hal ini akan menjadi
bertambah penting dengan berlalunya waktu. Namun DBMS ini menimbulkan beberapa
masalah serius bagi manajemen :
1) Bagaimana mengelola ahli-ahli teknik yang dibutuhkan untuk menggunakan
database yang besar dan canggih.
2) Bagaimana menjaga agar sistem ini tidak muncul sebagai unsur utama dan
menjadi benalu dalam kegiatan utama organisasi/lembaga/perusahaan.
3) Bagaimana mendapatkan informasi dan bukan setumpuk data dari database ini.
4) Bagaimana mempertahankan kebebasan manusia, dengan adanya potensi dari
database untuk “mengingat” setiap gerak-gerik kita.
5) Bagaimana melakukan pengintegrasian DBMS secara mulus dalam organisasi yang
lebih besar.
4) Keuntungan DBMS
1) Sebaliknya manajemen dapat menarik keuntungan besar dari penggunaan yang
tepat dari DBMS ini :
2) Lebih banyak data yang dapat dipertimbangkan dalam menghasilkan informasi
bagi manajemen untuk mengambil keputusan.
3) Informan dapat disajikan secara lebih cepat untuk manajemen.
4) Usaha dapat dijalankan secara lebih efektif dan lebih efisien (misalnya, bila data
pelanggan segera tersedia, dari dalam hal perbankan, pada cabang mana nasabah
mempunyai rekening).
5) Database dari sumber-sumber diluar organisasi/perusahaan/lembaga tersedia untuk
membantu manajemen dalam mengambil keputusan (misalnya informasi tentang
persediaan barang).
5) Tujuan DBMS
Tujuan-tujuan yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dalam merancang dan
menyusun sistem manajemen database mereka :
A. Menyediakan tempat penyimpanan massal untuk data yang relevan.
B. Membuat agar pemakainya mudah mendapatkan (meng-akses) data.
C. Memungkinkan respon yang segera atas permintaan dari data para pemakai.
D. Melakukan modifikasi terakhir dengan segera pada database.
E. Menghapus data yang berlebihan.
F. Memungkinkan penggunaan secara serentak dalam beberapa pemakai.
G. Memungkinkan perkembangan lebih lanjut dalam sistem database.
H. Melindungi data dari kerusakan fisik dan pemakaian yang tidak diotorisasi.

62
Pembelajaran Ke. 16

KEPALA SEKOLAH FASILITATOR TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI

Kepala Sekolah dapat memfasiltasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi


informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah, dengan cara kepala
sekolah dapat mengembangkan pelayanan belajar yang inovatif melalui pengembangan
perangkat dan sumber belajar yang terbarukan. Hasil yang diinginkan sebagai fasilitator
teknologi informasi dan komunikasi, antara lain: adanya bukti penggunaan metode hasil
pelatihan paling akhir, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, penggunaan alat
peraga, teknik evaluasi baru yang menghasilkan produk belajar peserta didik yang
dipublikasikan di lingkungan sekolah atau media lain.

I. PEMBELAJARAN BERBASIS WEB (KELAS ONLINE)

A. Pembelajaran Kelas Online


Pembelajaran saat ini berkembang maju pesat menyesuaikan perkembangan teknologi dan
informasi, pembelajaran tidak hanya di kelas saja tetapi sudah menjarah ke dunia maya. Fasilitas dan
infrastruktur lokal maupun internasional sudah memenuhi prasyarat bahkan tersedia dengan mudah dan
gratis.
1. Fasilitas Web Edmodo (Gratis)
Bentuk situs web ini dapat diakses melalui search engine: www.edmodo.com, contoh web;

Pembelajaran ini secara gratis bisa dimanfaatkan tiap-tiap kelas (rombongan belajar) dengan
fasilitas akses kelas melalui peranan sebagai guru, sebagai siswa, sebagai orang tua, bahkan dalam
edmodo diberi kewenangan mengatur/mengkondisikan kelas tersebut melalui peranan sebagai admin.
Syarat utama buat emai menggunakan gmail.com (bila belum punya).
a. Sebagai Guru
Bagaimana mendaftar sebagai guru? ikhtisar agar dapat menggunakan Edmodo, Anda mengambil
langkah pertama dalam memulai dengan mendaftar sebagai guru dan membuat akun guru. Akun guru
63
akan membiarkan Anda bergabung dengan kelompok lain untuk pelatihan dan kelas online lainnya, tetapi
juga memberi Anda kemampuan untuk membuat grup Anda sendiri untuk kelas Anda sendiri. Proses sign
up sangat sederhana dan seakan tidak memakan waktu sama sekali!
1) Buka beranda (home page)di edmodo.com klik teacher, nampak tahap awal kotak dialog sebagai
berikut!

Contoh gambar akun sebagai guru (teacher)


2) Ikuti langkah sign Up for Free secara otomatis, sehingga pada akhirnya Anda terdaftar dan
mempunyai akun sendiri sebagai guru. Contoh bentuk akun teacher:

b. Sebagai Siswa
Mendaftar sebagai pesera didik/siswa/mahasiswa (Student), Anda dapat membuat Account (akun)
studen baru dengan mengikuti langkah-langkah64berikut: mendapatkan kode Grup 6 digit dari guru Anda
(contoh kode dari guru= j25rcm). Pergi ke beranda (homepage) ke www.edmodo.com dan klik "student."
Mengisi formulir pendaftaran dengan kode grup (j25rcm), unik username (tulis nama), dan password (buat
kata kunci yang mudah diingat). Alamat email tidak diperlukan untuk mendaftar untuk sebuah Account siswa
(boleh dikosongkan. Pilih tombol "Sign up" untuk menyelesaikan proses sign up. Anda akan melihat
kelompok guru Anda dibuat di panel kiri akun Anda. Catatan: Anda hanya perlu satu Account student untuk
bergabung dengan semua kelompok Anda! Contoh bentuk kotak dialog pendaftaran sebagai peserta/siswa
(student)!

Contoh bentuk akun siswa yang telah terdaftar dan berkomunikasi di dalam kelas online, sbb:

Kode Yang akan


Dipakai untuk
membuat akun
sebagai Orang Tua

65
Selamat datang di Edmodo saya! Sekarang Anda dapat terhubung ke semua kelas Anda
di satu tempat. Untuk bergabung dengan grup yang ada, klik ikon di sebelah kiri layar ini dan
masukkan kode yang disediakan oleh guru Anda +. Setelah Anda berada di akun ini, Anda akan
dapat mengakses setiap grup yang diikuti di sini, ada account tambahan atau mendaftar
diperlukan. Sekarang kelas pembelajaran online sudah lengkap ada guru dan peserta didik
tergabung dengan semudah ini!
c. Sebagai Orang Tua
Bagaimana cara Sign Up sebagai orangtua, akun orang tua adalah cara yang bagus untuk
tetap selalu mengetahui mengenai kegiatan kelas anak Anda, tugas, nilai, dan kegiatan sekolah.
Akan diuraikan proses pendaftaran yang sederhana, sehingga Anda bisa mulai mengamati kelas
anak Anda segera. Setelah anak Anda membuat Akun, Anda dapat membuat Akun Induk
menggunakan unik Kode Induk anak Anda. Setelah Anda membuat Akun Induk Anda, Anda
akan secara otomatis mengamati setiap grup/kelas yang anak Anda merupakan bagian dari
on/akunnya. Anda akan membutuhkan sebuah alamat email untuk mendaftar akun Induk Anda.
Jika alamat email Anda digunakan pada akun Student anak Anda, maka Anda dapat menghapus
alamat email dari akun siswa sehingga Anda dapat menggunakannya pada akun Induk Anda.
Akun siswa tidak memerlukan alamat email.
Cara Daftar sebagai Orang Tua, perhatikan contoh kotak dialog di bawah ini dan mengikuti
tahapan-tahapan secara otomatis disajikan oleh edmodo. Mendapatkan 6 - digit Induk Kode unik
dari akun anak Anda (ini tidak sama dengan anak Anda Kode grup/s). Kode Induk melekat ke
rekening anak Anda. Setiap anak memiliki Kode Induk yang berbeda. Anda dapat menemukan
Kode Induk Anda dengan cara berikut : Edmodo Homepage anak Anda : Kode Induk terletak di
bagian bawah panel sebelah kiri. Guru anak Anda dapat memberikan Anda dengan Kode Induk.
Klik " Orangtua. " Isi informasi yang diperlukan dan Kode Induk unik Anda, dan centang kotak
untuk menyetujui Persyaratan Layanan dan Kebijakan Privasi. Klik " Sign Up. "
Anda hanya perlu satu Induk Akun seluruh waktu Anda di Edmodo. Bahkan jika Anda
memiliki beberapa anak menggunakan Edmodo, Anda dapat menambahkan mereka semua untuk
satu account Anda. Tidak pernah ada kebutuhan untuk membuat Akun Induk baru (dan tidak
pernah ada kebutuhan untuk anak Anda untuk membuat Akun Mahasiswa baru juga). Jika anak
Anda tidak membuat account baru, cukup mendapatkan Kode Induk terkait dengan akun baru
anak Anda dan menambahkannya ke Rekening Induk yang ada. Sebagai anak Anda bergabung
atau meninggalkan kelas atau sekolah, akun Anda secara otomatis akan diperbarui untuk
mencerminkan perubahan ini.
Catatan : Setiap anak memiliki Kode Induk yang berbeda. Anda tidak harus berbagi Account
Induk dengan orang tua lain, kerabat, atau wali. Beberapa Account Induk dapat diatur untuk satu
siswa. Cukup gunakan Kode Induk yang sama ditemukan pada rekening siswa untuk membuat
Akun Induk kedua (harus memiliki alamat email yang berbeda).

66
Pembelajaran Ke. 17

KEPALA SEKOLAH PELAKSANA MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN

Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan


sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya sebagai
langkah utama dan pertama terhadap upaya penjaminan mutu dalam pelaksanaan semua
kegiatan-kegiatan operasional di sekolah/madrasah.
I. Konsep Monitoring dan Evaluasi
A. Pengertian
Monitoring dan Evaluasi (Monev) adalah dua kata yang memiliki aspek kegiatan yang
berbeda, yaitu kata Monitoring dan Evaluasi. Monitoring merupakan kegiatan untuk
mengetahui apakah program yang telah dibuat berjalan dengan baik sesuai dengan yang
direncanakan, adakah hambatan yang terjadi dan bagaimana para pelaksana program itu
mengatasi hambatan tersebut. Monitoring terhadap hasil perencanaan yang sedang dilaksanakan
menjadi alat pengendalian yang baik terhadap seluruh proses implementasi. “Monitoring lebih
menekankan pada pemantauan terhadap proses pelaksanaan” (Departemen Pendidikan
Nasional: 2001).
Evaluasi merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring, karena
kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan melalui kegiatan monitoring.
Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi
berhubungan dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat
suatu kebijakan. Istilah evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka dan
penilaian. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang dibuat?” (William N Dunn:
2000). Tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia data dasar untuk
melakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi. Oleh karena itu,
Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring. Secara ringkas bisa digambarkan hubungan dan
perbedaan antara monitoring dan evaluasi sebagai berikut:
Pelaksanaan Monitoring Evaluasi
Waktu 1. Terus-menerus selama 1. Dilakukan terhadap keseluruhan program setelah
program dilaksanakan. program selesai.
Kedalaman 1. Merupakan bagian 1. Evaluasi melihat keberhasilan program dan
dan tujuan manajemen yang menilai apakah program tersebut merupakan cara
dilakukan secara terbaik untuk mencapai tujuan.
regular. 2. Evaluasi mengukur capaian, termasuk dampak
2. Fokusnya pada jangka pendek yang positif maupun negatif, yang
keterlak-sanaan diinginkan maupun yang tidak.
program, mem- 3. Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan pelajaran
bandingkan apakah dari keberhasilan dan kekurang-berhasilan
yang terjadi seperti program dan untuk menemukan praktik terbaik
yang direncanakan. yang bisa diterapkan di tempat lain.
Pelaku 1. Biasanya dilakukan 1. Sebaiknya dilakukan oleh pihak lain yang tidak
oleh orang yang terlibat punya kepentingan dengan program tersebut.
langsung dalam sebuah
program.
Hubungan 1. Data yang terkumpul dan kesimpulan yang diperoleh selama proses
monitoring monitoring menjadi masukan dan digunakan dalam proses evaluasi.
evaluasi

67
B. Tujuan
Monitoring bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program yang sedang
berjalan, dengan mengetahui kebutuhan ini pelaksanaan program akan segera
mempersiapkan kebutuhan tersebut. Kebutuhan bisa berupa biaya, waktu, personel, dan alat.
Pelaksanaan program akan mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan, berapa lama waktu
yang tersedia untuk kegiatan tersebut.
Secara lebih terperinci monitoring bertujuan untuk:
1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan;
2. Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program;
3. Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan;
4. Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan kegiatan;
5. Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan
selama kegiatan;
6. Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;
7. Memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai
Evaluasi memiliki tujuan yang berbeda dengan monitoring. Tujuan evaluasi terhadap suatu
program/kegiatan, seperti yang dijelaskan oleh Kirkpatrik (1994), adalah sebagai berikut.
1. Untuk menilai keefektifan program
Melalui evaluasi akan diperoleh informasi apakah tujuan program telah tercapai, dan sejauh
mana pencapaiannya.
2. Untuk menunjukkan atau melihat dampak
Melalui evaluasi akan bisa kita lihat apakah program kegiatan berdampak pada kualitas
sekolah.
3. Untuk memperkuat atau meningkatkan akuntabilitas
Melalui laporan evaluasi, pemangku kepentingan mendapatkan gambaran jelas bahwa
sumber daya telah dimanfaatkan dengan tepat dan sesuai peruntukannya.
4. Untuk medapatkan masukan terhadap pengambilan keputusan
Apakah pelaksanaan program sekolah yang telah dilaksanakan sudah cukup baik, atau perlu
adanya inovasi dan revisi dalam pelaksanaan program sekolah tahun berikutnya.
C. Prinsip
Sebagaimana prinsip-prinsip evaluasi pada umumnya, pelaksanaan monitoring dan evaluasi
program sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip berikut.
1. Komprehensif
Monitoring dan evaluasi program sekolah harus mencakup bidang sasaran yang luas atau
menyeluruh, baik aspek personelnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya. Evaluasi
jangan hanya ditujukan pada salah satu aspek saja. Misalnya monev pada aspek personel,
jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga murid, karyawan dan kepala sekolahnya.
Begitu pula, yang berkaitan dengan aspek material dan operasionalnya. Evaluasi harus
dilakukan secara menyeluruh.
2. Kooperatif
Prinsip ini menyatakan bahwa pelaksanaan monitoring dan evaluasi program sekolah
harus dilakukan dengan cara bekerja sama dengan semua orang yang terlibat dalam aktivitas
pelaksanaan program sekolah. Sebagai contoh, di dalam mengevaluasi keberhasilan guru
dalam mengajar, harus ada kerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru, dan murid.
Dengan melibatkan semua pihak dalam monitoring dan evaluasi terhadap program sekolah
ini diharapkan kita dapat memperoleh informasi yang akurat.
3. Kontinyu

68
Monitoring dan evaluasi program sekolah hendaknya dilakukan secara terus-menerus
selama proses pelaksanaan program sekolah. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil
yang telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini
penting karena hasil monitoring dan evaluasi akan selalu berguna untuk memonitor
keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu. Selain itu, hasil monitoring
dan evaluasi juga dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan
aktivitas. Sedangkan aktivitas yang gagal akan dapat dicarikan jalan lain untuk mencapai
keberhasilan.
4. Objektif
Monitoring dan evaluasi program sekolah harus mengungkap fakta sesuai dengan
kenyataan yang ada. Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Dalam
pelaksanaan monitoring dan evaluasi, jangan sampai kita mengatakan yang hijau itu
kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh, apabila seorang guru itu sukses dalam
mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini sukses, dan sebaliknya jika guru itu kurang
berhasil dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai
objektivitas dalam monitoring dan evaluasi program sekolah perlu adanya data dan atau
fakta. Hal ini harus dilakukan karena data dan fakta ini akan diolah untuk kemudian diambil
suatu kesimpulan.
5. Berdasarkan Kriteria yang Valid
Selain data dan fakta, pelaksanaan monev juga menggunakan kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar kita memiliki standar yang jelas apabila menilai
suatu program pendidikan di sekolah. Adanya konsistensi antara kriteria dengan tujuan
monev berarti ada konsistensi dengan substansi monev.
6. Fungsional
Hasil monitoring dan evaluasi program sekolah dikatakan fungsional apabila dapat
digunakan untuk memperbaiki program sekolah yang ada pada saat itu. Dengan demikian
monitoring dan evaluasi program sekolah benar-benar memiliki nilai guna baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kegunaan langsung adalah untuk perbaikan apa yang
dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsung adalah untuk penelitian atau keperluan
lainnya.
7. Diagnostik
Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program sekolah hendaknya mampu
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan program itu sehingga
dapat dilakukan perbaikan terhadap kekurangan dan kelemahan tersebut. Oleh sebab itu,
setiap hasil monitoring dan evaluasi program sekolah harus didokumentasikan.
Dokumentasi yang lengkap dapat berguna untuk mendiagnosis kekurangan dan kelemahan
suatu program di sekolah.

II. Prosedur Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi program sekolah dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan. Perencanaan
A. Perencanaan
Perencanaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi hal-hal yang akan dimonitor, variabel
apa yang akan dimonitor serta menggunakan indikator mana yang sesuai dengan tujuan program.
Rincian tentang variabel yang dimonitor harus jelas dulu, serta pasti dulu batasannya dan
definisinya. “Variabel adalah karakteristik dari seseorang, suatu peristiwa atau objek yang bisa
dinyatakan dengan data numerik yang berbeda-beda” (William N. Dunn: 2000).
B. Pelaksanaan

69
Setelah memastikan definisi yang tepat tentang variabel yang dimonitor serta indikatornya,
maka laksanakan monitoring tersebut. Misal, monitoring ini untuk mengukur keterampilan guru
dalam menggunakan metode mengajar, maka indikator yang diukur dalam melihat persiapan
mengajar adalah:
1. Adanya tujuan pembelajaran umum dan khusus;
2. Kesesuaian metode untuk mencapai tujuan pembelajaran yang disusun;
3. Penggunaan sarana atau media mengajar;
4. Kesesuaian metode dengan media yang akan digunakan;
5. Adanya tahapan evaluasi dan alat evaluasinya;
6. Kesesuaian metode dengan alat evaluasi;
7. Kesesuaian evaluasi dengan tujuan pembelajaran.
Monitoring pada waktu pelaksanaan program pembelajaran, indikator dan proses yang
dilakukan adalah:
1. Ketetapan dan pengelolaan waktu;
2. Ketepatan penggunaan metode yang digunakan;
3. Adanya penjelasan yang sesuai dengan penggunaan metode;
4. Penggunaan media yang sesuai dengan harapan metode;
5. Melaksanakan evaluasi pembelajaran;
6. Adanya tindak lanjut dari program tersebut.
Monitoring pasca pelaksanaan program, yaitu pemantauan setelah pembelajaran selesai,
tentu menyangkut sikap dan perbuatan siswa yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
C. Pelaporan
Laporan merupakan dasar penentuan kinerja sebuah program dalam hal kontribusinya
terhadap dampak melalui hasil kegiatan. Laporan harus bisa memberikan informasi mutakhir
yang akurat, mengidentifikasi kendala utama, dan mengusulkan arah ke masa depan. Laporan
sebaiknya ringkas, dan berisi unsur dasar minimum untuk menilai hasil, masalah utama, dan
tindakan ke depan. Nanang Fattah (1996) menyarankan langkah-langkah laporan monev
mencakup hal-hal berikut:
1. Penetapan standar
2. Pengukuran prestasi/hasil kerja
3. Penilaian apakah prestasi memenuhi standar
4. Tindak lanjut hasil penilaian

III. Penyusunan Program Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Sekolah


Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun program monitoring dan evaluasi
adalah: (1) Program dikembangkan dari aspek-aspek monitoring dan evaluasi yang sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP), (2) Menggunakan format program yang sudah
diberikan.
Kegiatan MonEv biasanya dilakukan dalam 3 tahapan, yakni:
Tahap 1 Persiapan, meliputi kegiatan
1. Menetapkan tujuan kegiatan Monev.
2. Membagi tugas dan tanggung jawab tim monev, serta sumber daya yang tersedia.
3. Mengidentifikasi dan mengembangkan instrumen/alat monev yang dibutuhkan.
4. Berlatih menggunakan instrumen/alat monev.
5. Menyusun rencana kegiatan monev
Tahap 2 Pelaksanaan Monev, meliputi kegiatan
1. Mengorganisasikan penggunaan intrumen/alat monev.
2. Mengumpulkan dan mendapatkan data.
3. Berkoordinasi dan bekerjasama antaranggota tim monev.

70
4. Memonitor perkembangan kegiatan.
5. Memodifikasi/melakukan penyesuaian monev jika perlu.
6. Mengidentifikasi isu/masalah yang penting, peluang, dan hasil.
7. Mengadakan pertemuan tim monev untuk mengevaluasi hasil monev.
Tahap ke 3 Pelaporan, meliputi kegiatan
1. Berbagi hasil monev dengan warga sekolah terkait untuk mendapatkan masukan/umpan
balik lebih lanjut dari mereka.
2. Mendiskusikan berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan warga sekolah untuk
menindaklanjuti masukan/rekomendasi.
A. Instrumen Monitoring dan Evaluasi
Instrumen yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data monev adalah: angket,
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Angket
Ada dua jenis angket yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup berisi
sejumlah butir pertanyaan yang menghendaki jawaban pendek, dengan alternatif jawaban 2 atau
lebih. Alternatif berupa jawaban dalam bentuk YA atau TIDAK; a, b, c, d, e; atau 1, 2, 3, 4 dan
seterusnya. Alternatif jawaban menunjukan skala nominal sehingga angka-angka pada alternatif
jawaban merupakan kode.
Sedangkan angket terbuka biasa disebut angket tidak terbatas, karena menghendaki jawaban
bebas dengan menggunakan kalimat atau kata-kata responden sendiri. Jawaban responden sangat
bervariasi karena tidak ada aturan atau rambu-rambu dalam butir pertanyaan, sangat tergantung
pada pendidikan dan pengalaman responden, dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
daripada angket tertutup. Contoh:
Jika sekolah ini membuka kompetensi keahlian kendaraan ringan, bagaimana pendapat Saudara?
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun angket:
a. Isi atau materi pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan ataupun pengetahuan responden.
b. Pertanyaan atau pernyataan yang dituliskan harus menggunakan kata dan kalimat yang
mudah difahami responden.
c. Butir pertanyaan/pernyataan tidak terlalu banyak.
d. Kemasan instrumen menarik.
e. Tata letak pertanyaan/pernyataan.
Pemberian skor pada alternatif jawaban dapat digunakan model pisah (model semantik),
skala tipe Likert atau Thurstone.
1) Skala Likert
Skala Likert paling banyak digunakan daripada yang lain, karena dipandang lebih sederhana
dan relatif lebih mudah membuatnya. Rentangan skala dapat bervariasi antara 4 sampai
dengan 7, dapat ganjil atau genap. Pernyataan kata dalam skala mulai dari sangat setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS), diwujudkan
dalam bentuk angka yang menyatakan urutan (order) dari atas ke bawah. Sehingga besar
kecilnya akan menunjukan intensitas butir.
2) Skala Semantic Defferential
Instrumen jenis ini hampir sama dengan skala Likert, dapat dipergunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang sikap seseorang terhadap suatu kebijakan yang diambil
oleh pimpinan. Perbedaannya terletak pada alternatif jawaban pada setiap butir pertanyaan.
Pada Skala Semantic Defferential, alternatif jawaban pada setiap butirnya diberikan dengan
pertanyaan yang berbeda, tergantung pada hal yang ditanyakan. Pernyataan dua kata
diletakkan pada sebelah kiri dan kanan skala, yang menunjukan ukuran tertinggi dan
terendah dari skala. Sehingga sistem skala Semantic disebut juga dengan skala bipolar.

71
Kelebihan instrumen jenis Semantic Defferential dibanding dengan skala Likert adalah lebih
adaptif terhadap responden dan mengurangi kejenuhan dari responden.
Pengumpulan data dengan angket ini memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungannya
dapat menjangkau responden secara luas dan dalam jumlah banyak. Kelemahannya hanya
dapat menanyakan permasalahan yang umum saja dan tidak dapat secara mendalam.
Kadang-kadang responden juga menjawab tidak sesuai dengan keadaannya, tetapi
menjawab sesuai dengan norma-etika-aturan yang berlaku di masyarakat, misalnya jika
ditanyakan tentang pelaksanaan kegiatan agama, perilaku seksual, pendapatan dan lain-lain,
tentu akan menjawab yang baik-baik saja. Hal inilah yang dinamai dengan social
desirability bias.
2. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung kejadian atau proses di lapangan. Jenis informasi yang diperoleh dapat berupa
karakteristik benda, proses interaksi benda, atau perilaku manusia baik interaksinya dengan
benda/alat maupun interaksinya dengan manusia lain.
Beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang observer:
a. melakukan pengamatan secara terencana dan sistematis;
b. mengetahui skenario aktivitas yang akan diamati;
c. mengetahui hal-hal pokok yang perlu diperhatikan/difokuskan; dan
d. membuat/menggunakan alat bantu berupa alat pencatat dan perekam.
Dalam pengamatan, diperlukan alat untuk mencatan atau merekam peristiwa penting yang
terjadi. Alat bantu yang dipakai dalam observasi antara lain: alat perekam, checklist, skala
penilaian, dan kartu skor.
Kelebihan dari metode ini adalah pelaksana monev dapat mengamati secara langsung realitas
yang terjadi, sehingga dapat memperoleh informasi yang mendalam. Namun metode ini kurang
dapat mengamati suatu fenomena yang lingkupnya lebih luas, terkait dengan keterbatasan
pengamat.
3. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan proses untuk memperleh data dengan mengadakan
tanya-jawab antara pelaksana monev dengan responden. Dalam wawancara, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Membuat panduan wawancara agar pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
responden tidak ada yang terlewatkan atau jika berimprovisasi tidak melenceng terlalu jauh.
b. Memperhatikan situasi dan waktu yang tepat, disesuaikan dengan kesempatan yang dimiliki
oleh responden. Penampilan pewawancara disesuaikan dengan keadaan responden.
c. Pewawancara perlu bersikap netral terhadap semua jawaban.
4. Dokumentasi
Dalam kegiatan monev, kadang-kadang pelaksana tidak perlu melakukan
pengumpulan/penjaringan data secara langsung dari responden. Untuk suatu tujuan monev
tertentu, pelaksana monev bisa menggunakan data sekunder. Data sekunder ini merupakan data
yang telah ada, atau data yang telah dikumpulkan oleh pelaksana monev lain ataupun hal-hal
yang telah dilakukan oleh orang lain. Cara mengumpulkan data semacam ini merupakan cara
pengumpulan data dengan dokumentasi.
Kelebihan metode ini dapat menghemat waktu dan biaya yang diperlukan. Kekurangannya
pelaksana monev hanya dapat memperoleh data yang telah ada dan terbatas pada apa yang telah
dikumpulkan. Kadang-kadang untuk dapat memperoleh datanya terhambat oleh sistem birokrasi.
B. Sistem Pelaksanaan Monev
Monev lebih dari sekedar membuat instrumen, mengambil data dan melaporkannya, tetapi
menyangkut sebuah sistem yang bekerja menurut tatanan tertentu yang disepakati. Ada beberapa

72
macam model sistem pelaksanaan yang dapat diterapkan. Salah satu model yang sering
digunakan dapat dilihat pada diagram berikut.

Program Perbaikan Pengambilan


Kegiatan Pelaksanaan Keputusan
Sekolah Program

Penyusunan
Program & Inst.
Monev

Sosialisasi

Pengumpulan
Data/Fakta

Presentasi Hasil
Analisis Data
Olah Data

Diagram 1. Sistem Pelaksanaan Monitoring dan


Evaluasi (Dikutip Dari Bahan Pembelajaran PPCKS, 2013 Lppks)

Kepala sekolah dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan
pembelajaran. Agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan, antara lain: Terdapat rumusan
masalah yang kepala sekolah peroleh dari pemantauan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran. Kepala sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target pencapaian
yang terukur. Agar mendapat hasil yang diinginkan, antara lain: Terdapat rumusan tujuan
supervisi yang dilengkapi dengan target pencapaian yang terukur. Selain itu kepala sekolah
dapat juga selalu mengembangkan instrument-intrumen monitoring dan evaluasi. Sehingga hasil
yang diinginkan, antara lain: Instrumen yang kepala sekolah gunakan relevan dengan target
indikatorpecapaian tujuan sekolah, relevan dengan targetpemenuhan isi, proses, dan penilaian,
serta SKL sekolah dan SKL mata pelajaran.

73
PENUTUP

Kepala Sekolah sebagai pemimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya dari seluruh
aspek yang dipimpinnya guna mendukung mencapai visi, misi, tujuan satuan pendidikan yang
menjadi tanggung jawabnya. Materi suplemen jilid 2 ini mengulas ringkas tentang; Kepala
Sekolah sebagai Pengelola Potensi Peserta Didik Di Sekolah/Madrasah, Kepala Sekolah sebagai
Pengelola Kurikulum Dan Kegiatan Pembelajaran, Kepala Sekolah sebagai Pengelola Keuangan
Sekolah/Madrasah Yang Kredibel, Kepala Sekolah sebagai Pengelola Ketatausahaan
Sekolah/Madrasah, Kepala Sekolah sebagai Pengelola Unit Layanan Khusus (ULK) Di
Sekolah/Madrasah, Kepala Sekolah sebagai Pengelola Sistem Informasi Sekolah/Madrasah
(SIM), Kepala Sekolah sebagai Fasilitator Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di
Sekolah/Madrasah, Kepala Sekolah sebagai Pelaksana Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Di
Sekolah/Madrasah.
Kami menyadari bahwa materi ini masih jauh dari sempurna untuk itu saran dan
masukan sangat kami harapkan.Semoga tulisan ini bermanfaat bagi usaha penguatan kompetensi
manajerial kepala sekolah.

74
DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman G, (2010). PMC Program BERMUTU. Diklat Pengendalian Penyaluran DBLke


KKG dan MGMP. Dit. Bindiklat, Jakarta.
Arifin, Tamy. 2010. Pers, koperasi sekolah. www.google.com. (diakses tanggal 19 Maret 2012)
Burt Scanlan dan J. Bernard Keys.--------. Management and Organizatial Behaviour.---------
Bahri Djamarah, syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dirjen PMPTK; (2009); Bahan Belajar Mandiri KKKS, Dimensi Kompetensi Manajerial:
DIKNAS; Jakarta.
Depdiknas. (2001). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Dikdasmen.
Darwoto. 2010. Administrasi Pelayanan Khusus. (http://darwoto.
wordpress.com/2010/03/17/administrasi-pelayanan-khusus/, diakses tanggal 19 Maret
2012).
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Keuangan. Materi Pelatihan Terpadu untuk
Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat
Pertama
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 056/U/2001 tentang
Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jakarta: CV Tamita
Utama
Episentrum (Lembaga Psikologi). 2010. Jenis-jenis Layanan Khusus di Sekolah. (Online),
(http://episentrum.com/search/jenisjenis%20layanan%20khusus%20di%20sekolah,
diakses tanggal 19 Maret 2012).
Fattah, Nanang. (2001). Strategi Manajemen Sumber Daya Pendidikan, dalam Modul MBS,
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, Bandung.
Fattah, Nanang. 2003. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
George R. T., ------------, Principles of Management, -------------
Greenlee, B. J., & Bruner, D. Y. (2007). Why school both attracts and resists whole school
reform models. Diambil pada tanggal 9 Nopember 2008 dari www.usca.edu.essay.pdf.
Gordon B. Davis -----------Management Information System : Conceptual Foundation,
Structure, and Development,---------------
Hoy, W. K., & Miskel, C. G. (2005). Educational administration: Theory, research, and practice,
7th edition. New York: McGraw-Hill.
Hamalik, Oemar. 2008. Manajmen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosdakarya.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989).
Musanef, 1996, Manajemen Kepegawaian di Indonesia Jilid I, Gunung Agung, Jakarta.
Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2009. Implementasi KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution.2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nata, abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Norman L. Enger ---------, Management Standards for Developing Information Sistems, - - -
Paringadi. Djono. 2006. MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG AMAN, NYAMAN DAN
DISIPLIN, (Online), (http://media. diknas.go.id/media/document/5117.pdf. diakses
tanggal 19 Maret 2012)

75
Peraturan Pemerintah 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 12 tahun2007, Standar Nasional Pengawas
Sekolah/Madrasah, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 13 tahun 2007, Standar Nasional Kepala
Sekolah/Madrasah, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil
S. Prajudi Atmosudirdjo--------- Pengambilan Keputusan.------------------
Peterson, K. (1999). Time use flows from school culture: River of values and traditions can
nurture or poison staff development hours. [Versi elektronik] Journal of Staff
Development, 20, 2.
Purkey, S. C. & Smith, M. S. (1982). Too soon to cheer? Synthesis of research on effective
schools. [Versi elektronik]. Educational Leadership, 40, 64-69.
Pusbangtendik. 2014. Bahan Pelatihan Kepramukaan, Jakarta. BPSDMPKPMP, KEMDIKBUD.
2014
Pusat Pembinaan Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Rusliana, Ade. 2010. Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah. (Online), Rusman. 2009. Setyo
Hartanto, 1995. Manajemen Perkantoran dalam Kesekretarisan, MGMP Mulok
Kesekretarisan, Brebes.
Sulistiyorini. 2006. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: Elkaf
Saodih Sukmadinata, Nana. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung:
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana
Sudjana, Nana. 2002. Pengembangan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung:
Algesindo.
Sukmadinata, Nana Saodih. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung:RosdaKarya.
SK Kwartir Nasional : Nomor 177 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Organisasi
Dan Tata Kerja Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Gerakan Pramuka Tingkat Nasional
SK Kwartir Nasional : Nomor 178 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Organisasi
Dan Tata Kerja Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Gerakan Pramuka Tingkat Daerah.
SK Kwartir Nasional : Nomor 179 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Organisasi
Dan Tata Kerja Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Gerakan Pramuka Tingkat Cabang.
Sailah,Illah. 2007.Pengembangan Soft Skills dalam Kerangka Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi di Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemdiknas..
The Liang Gie, 2009, Administrasi Perkantoran Modern, Liberty, Yogyakarta.
The Liang Gie --------. Pokok-pokok PPBS dan MIS .-----------------------
Tim Dosen (2003) Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi
Pendidikan, UPI 17
76
Tim LPPKS (2013). Bahan Pembelajaran Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah/Madrasah,
KEMDIKBUD. LPPKS. Karanganyar. 2013
Tim LPPKS (2013). Bahan Pembelajaran Pemanfaatan TIK dalam Peningkatan Kualitas
Pembelajaran, KEMDIKBUD. LPPKS. Karanganyar. 2013
Tim LPPKS (2013). Bahan Pembelajaran Pengelolaan Keuangan Sekolah/Madrasah,
KEMDIKBUD. LPPKS. Karanganyar. 2013.
Tim LPPKS (2013). Bahan Pembelajaran Pengelolaan Kurikulum, KEMDIKBUD. LPPKS.
Karanganyar. 2013
Tim LPPKS (2013). Bahan Pembelajaran Pengelolaan Peserta Didik, KEMDIKBUD. LPPKS.
Karanganyar. 2013
Tim LPPKS (2013). Bahan Pembelajaran Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah/Madrasah,
KEMDIKBUD. LPPKS. Karanganyar. 2013
Tim LPPKS (2013). Bahan Pembelajaran Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
KEMDIKBUD. LPPKS. Karanganyar. 2013
Tim LPPKS (2013). Bahan Pembelajaran Supervisi Akademik, KEMDIKBUD. LPPKS.
Karanganyar. 2013
Undang-undang Nomor 12 tahun 2000 tentang Kepramukaan
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Tamita
Utama
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
Zamroni. (2000). Paradigma pendidikan masa depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing
Zuhairini, Dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi aksara.
http://www.sarjanaku.com/search/label/Kurikulum di akses Tanggal 25 April 2012
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/18/konsep-dasar-manajemen-keuangan-
sekolah/ Diakses Tanggal 24 April 2012
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/kompetensi-kepala-sekolah/; 10 Januari
2014. 9.00.
http://kikie.student.umm.ac.id/2010/06/12/pengembangan-budaya-sekolah/ Diakses Tanggal 1
Mei 2012
http://desainwebsite.net/artikel-ilmiah/pengelolaan-sarana-dan-prasarana-sekolah Diakses
Tanggal 23 April 2012
http://sofiainur.wordpress.com/2010/04/01/pengadaan-sarana-dan-prasarana-sekolah/ Diakses
Tanggal 24 April 2012
http://hbis.wordpress.com/2010/03/31/konsep-budaya-dan-iklim-sekolah-oleh-a-fatah-munzali/
Diakses Tanggal 28 April 2012
(http://www.tendik.org/., diakses tanggal 19 Maret 2012).
http://www.edmodo.com. Last Updated: 28 Mar 2014 17:47 UTC
--------------(2001). Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Dikdasmen.
-------------- 2009. Asrama Sekolah. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Asrama, diakses
tanggal 19 Maret 2012).
-------------- 2004. Membangun Perpustakaan Model.
(http://www.bit.lipi.go.id/masyarakatliterasi/indephp/membangun-perpustakaan-
sekolahmodel?showall=1), 19Maret2012)
--------------, 2007, Manajemen Ketatausahaan Sekolah (bahan Ajar Diklat Kepala Sekolah),
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

77

Anda mungkin juga menyukai