Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA BIOANORGANIK

Phorfirin dan Senyawa Kompleksnya


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Kimia Bioanorganik. Dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai Phorfirin dan Senyawa Kompleksnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan
kritikan agar dihari-hari mendatang penulis dapat lebih baik dalam membuat
makalah.
Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Bogor , Februari 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ......................................................................... 3
1.1 Porfirin ..................................................................................... 3
1.2 Fungsi dan Struktur Porfirin....................................................... 4
1.2.1 Fungsi Porfirin ..................................................................... 4
1.2.2 Struktur Porfirin ................................................................... 4
1.2.3 Kimia Porfirin ...................................................................... 4
1.3 Klorofil ..................................................................................... 5
1.4 Hemoglobin .............................................................................. 7
1.5 Struktur Hemoglobin ................................................................. 8
1.6 Fungsi dari Hemoglobin ............................................................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................... 11
Kesimpulan ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 12
LAMPIRAN .......................................................................................... 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Porfirin adalah suatu senyawa organik yang mengandung empat
cincin pirol, suatu cincin segi lima yang terdiri dari empat atom karbon
dengan atom nitrogen pada satu sudut. Senyawa ini ditemukan pada sel
hidup hewan dan tumbuhan, dengan berbagai macam fungsi biologis.
Empat atom nitrogen di tengah molekul porfirin dapat mengikat ion logam
seperti magnesium, besi, seng, nikel, kobal, tembaga, dan perak. Tiap-tiap
logam yang diikat akan memberikan sifat yang berbeda-beda. Jika logam
yang diikat di pusat adalah besi, maka kompleks porfirin disebut
ferroporfirin, atau heme.
Empat gugus heme ini dapat bergabung menyusun hemoglobin,
molekul dalam sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen.
Sementara vitamin B12 mengandung molekul porfirin dengan ion kobal di
tengahnya. Pada klorofil yang merupakan molekul penting pada tanaman
yang menangkap energi matahari dan memberi warna hijau, molekul
porfirin mengikat ion logam pusat magnesium (Mg). Dalam makalah ini
akan dijelaskan secara lengkap tentang struktur dan fungsi porphirin
dalam sistem biologis.

Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah


yang berfungsi sebagai media transport karbondioksida dari jaringan
tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
membuat darah berwarna merah.Pemeriksaan hemoglobin dalam darah

1
mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena
hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel
darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O 2 ke jaringan dan
mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari
pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang
biasa disebut anemia.
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-
macam cara. Yang banyak dipakai dalam laboratorium klinik ialah cara
fotoelektrik dan kolorimetrik visual. Cara fotoelektrik yaitu dengan metode
sianmethemoglobin sedangkan cara kolorimetrik visual adalah metode
sahli (R.Gandasoebrata, 2007).

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui kadar Hb (hemoglobin) dalam darah,
mengetahui macam senyawa porfirin dan peranannya dalam tubuh

1.3. Manfaat
Dapat mengetahui prosedur pemeriksaan yang benar dalam
pemeriksaan Hb Cyanmethemoglobin, mengetahui peranan vitamin C
berdasarkan jurnal yang diteliti

2
BAB II DASAR TEORI

1.1. Porfirin
Asam amino merupakan prekursor dari banyak senyawa kompleks
nitrogen yang penting dalam fungsi fisiologis. Porfirin salah satu dari
kompleks tersebut, adalah suatu senyawa organik yang mengandung
empat cincin pirol, suatu cincin segi lima yang terdiri dari empat atom
karbon dengan atom nitrogen pada satu sudut. Sebagai gugus prostetik
dari banyak protein, heme membentuk sejumlah hemeprotein yang secara
terus menerus mengalami proses sintesa dan degradasi. Sebagai contoh,
6 sampai 7 gram hemoglobin disintesa setiap hari untuk menggantikan
heme yang hilang dalam proses katabolismenya. Pembentukan dan
pemecahan komponen porfirin dari hemoglobin berperan dalam menjaga
keseimbangan nitrogen tubuh (Rizkia, N. dkk, 2014).
Senyawa ini ditemukan pada sel hidup hewan dan tumbuhan, dengan
berbagai macam fungsi biologis. Empat atom nitrogen di tengah molekul
porfirin dapat mengikat ion logam seperti magnesium, besi, seng, nikel,
kobal, tembaga, dan perak. Tiap-tiap logam yang diikat akan memberikan
sifat yang berbeda-beda. Jika logam yang diikat di pusat adalah besi,
maka kompleks porfirin disebut ferroporfirin atau heme muncul pada
sejumlah penyakit yang berkisar dari anemia hemolitik hingga hepatitis
serta kelainan sekresi empedu (gangguan obstruksi) (Rizkia, N. dkk,
2014).
Di alam semesta, metaloporfirin terkonjugasi dengan protein
membentuk senyawa-senyawa antara lain:
1. Haemoglobin (Hb) : merupakan porfirin besi yang terikat pada
protein globin, berfungsi : mengangkut oksigen O2 di darah.
2. Eritrokruorin : terdapat pada beberapa invertebrate, fungsi: hampir
sama dengan Hb.
3. Mioglobin : pengangkut O2 di jaringan otot (pigmen pernafasan).
4. Sitokrom : berfungsi sebagai pemindah elektron pada proses
redoks.

3
5. Katalase : enzim yang merubah 2H2O2 menjadi 2H2O2 + O2.
6. Triptofan pirolase : mengkatalisa oksidasi triptofan menjadi formil
kinurenin ( Prasiska, 2011 ).

1.2. Fungsi dan Struktur Porfirin


1.2.1. Fungsi Porfirin
Di dalam tubuh manusia, porfirin berfungsi untuk :
a. Membentuk senyawa sebagai pengangkutan O2
b. Membentuk senyawa sebagai pengangkutan elektron
c. Membentuk senyawa sebagai enzim enzim tertentu
1.2.2. Struktur Porfirin (C20H14N4)
Menyingkat rumus porfirin dengan menghilangkan jembatan metenil
dan setiap cincin pirol yang diperlihatkan sebagai tanda kurung dengan
8 tanda substituent.
1.2.3. Kimia Porfirin
Porfirin mengandung nitrogen tersier pada dua cincin pirolen
sehingga bersifat basa lemah dan adanya gugus karboksil pada rantai
sampingnya menyebabkan juga bersifat asam. Titik isoelektrisnya
pada pH 3,0 – 4,0, mudah diendapkan dalam larutan air. Semua
porfirin berwarna. Dalam penelitian tentang porfirin atau turunannya,
spectrum absorpsinya khas yang diperlihatkan masing-masing dalam
region spectrum sinar tampak dan ultraviolet sangat bermanfaat. Salah
satu contohnya adalah kurva absorpsi untuk suatu larutan porfirin
dalam 5% asam hidroklorida. Jika porfirin yang dilarutkan dalam asam
mineral kuat atau dalam pelarut inorganic disinari oleh sinar ultraviolet,
Porfirin tersebut akan memancarkan Fluoresensi merah yang kuat.
Fluoresensi ini sedemikian khasnya sehingga sering digunakan
mendeteksi adanya sejumlah kecil porfirin bebas ( Prasiska, 2011 ).
Ikatan yang menyatukan cincin – cincin pirol diporfirin merupakan
penyebab utama absorpsi dan fluoresensi khas senyawa golongan ini;
ikatan rangkap ini tidak terdapat dalam porfirinogen Hal yang menarik
sifat fotodinamik porfirin adalah kemungkinan pemakaiannya dalam

4
terapi kanker jenis tertentu, suatu prosedur yang disebut fototerapi
kanker. Tumor sering membentuk lebih banyak porfirin dibanding
jaringan normal. Jadi, hematoporfirin atau senyawa terkait, dapat
diberikan kepada pasien yang mengidap tumor – tumor tertentu.
Kemudian, tumor diberi laser asrgon yang akan menyebabkan eksitasi
porfirin dan menimbulkan efek–efek sitotoksik ( Prasiska, 2011 ).

1.3. Klorofil
Istilah Klorofil berasal dari Bahasa Yunani yaitu Chloros artinya hijau
dan Phyllos artinya daun. Ini diperkenalkan pada tahun 1818, dimana
pigmen tersebut diekstrak dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut
organik. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga
dan bakteri fotosintetik. Senyawa ini yang berperan dalam proses
fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah tenaga cahaya
matahari menjadi tenaga kimia. Proses fotosintesis, terdapat 3 fungsi
utama dari klorofil yaitu yg pertama memanfaatkan energy matahari,
kedua memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan yang ketiga
menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan.
Karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme diubah
menjadi protein, lemak, asam nukleat, dan molekul organik lainnya
(Muthalib, 2009).
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya
dengan gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi). Klorofil
banyak menyerap sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm,
terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia klorofil, antara lain (1) tidak larut
dalam air, melainkan larut dalam pelarut organik yang lebih polar, seperti
etanol dan kloroform; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H bila dalam
suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang disebut
feofitin yang berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1981).
Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis.
Fotosintesis merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO 2 dan
H2O) menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan

5
cahaya matahari. Klorofil merupakan pigmen utama yang terdapat dalam
kloroplas. Klorofil menyebabkan cahaya berubah menjadi radiasi
elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Misalnya, cahaya
matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah
sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap
dengan baik secara merata oleh klorofil. Klorofil dapat menampung energi
cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya melali
fotosintesisi, sehingga fotosintesis disebut sebagai pigmen pusat reaksi
fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat
memanfaatkan sinar matahari dengan bentuk panjang gelombang antara
400-700 nm (Ai, 2011). Pada tumbuhan didapatkan bermacam-macam
pigmen yang berperan menyerap energi cahaya. Pigmen fotosintetis
terdapat dalam kloroplas yang terdiri dari klorofil a, klorofil b, xantofil,
karotenoid, bakterioklorofil pada bakteri. Pigmen ini menyerap warna atau
gelombang cahaya yang berbeda-beda. Masing-masing menyerap
maksimum pada gelombang cahaya tertentu. Pigmen umumnya
mempunyai penyerapan maksimum pada gelombang cahaya pendek dan
juga panjang. Untuk memaksimalkan penyerapan energi cahaya, maka
pada kloroplas terdapat kelompok pemanen cahaya yang disebut dengan
antena yang terdiri dari bermacam-macam pigmen, pigmen yang paling
banyak pada kloroplas adalah klorofil. Klorofil merupakan pigmen yang
berwarna hijau yang terdapat pada kloroplast. Pigmen ini berguna untuk
melangsungkan fotosintesis pada tumbuhan . Aneka bentuk dan ukuran
kloroplast ditemukan pada berbagai tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada tanaman tingkat tinggi ada 2 macam klorofil yaitu) yang berwarna
hijau tua dan berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat menyerap
cahaya di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit
cahaya hijau (500-600 nm). Sedangkan cahaya berwarna biru dari
spektrum tersebut diserap oleh karotenoid. Karotenoid ternyata berperan
membantu mengabsorpsi cahaya sehingga spektrum matahari dapat
dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap karotenoid
diteruskan kepada klorofil-a untuk diserap digunakan dalam proses

6
fotosintesis, demikian pula dengan klorofil-b. Perbedaan klorofil a dan b
adalah pada atom C3 terdapat gugusan metil untuk klorofil a dan aldehid
untuk klorofil b. karena itu keduanya mempunyai penyerapan gelombang
cahaya yang berbeda. Peranan pigmen klorofil adalah dalam reaksi
fotosistem. Klorofil mempunyai banyak electron yang mampu berpindah ke
orbit eksitasi karena menyerap cahaya (Nurdin dalam Razone, 2013).
Molekul Klorofil memiliki kesamaan struktur dengan haemoglobin.
Kemiripan dalam struktur itu menimbulkan kemiripan fungsi kedua
senyawa tersebut dalam tubuh.
Hasil penelitian menujukkan bahwa pemanfaatan klorofil pada
penderita anemia memungkinkan usus kecil meningkatkan penyerapan
unsur besi dari makanan sehingga produksi sel darah merah meningkat.
Cara kerjanya adalah dengan mengubah zat besi di pusat molekul
menjadi magnesium untuk memberikan bentuk bioavailable besi sehingga
dapat digunakan dengan baik oleh tubuh.

1.4. Hemoglobin (Hb)


Hemoglobin adalah suatu kompleks protein yang ditemukan pada sel
darah merah, terdiri dari Fe (besi/Irron) dan bertindak sebagai agen yang
membawa molekul O2 dalam darah pada manusia maupun hewan.
Hemoglobin menjemput O2 di paru-paru dan menyalurkannya ke jaringan,
dimana tiap sel pada jaringan membutuhkan suplai oksigen untuk
aktifitasnya. Terdapat dua bagian yang paling penting dari hemoglobin:
Heme adalah sebuah porphyrin dengan satu ligan Fe pada bagian
pusatnya. Cincin porphyrin ditemukan pada seluruh sistem biologi dan
penyebab banyak peran yang berbeda meliputi photosintesis pada
tanaman hijau, penerimaan O2 pada otot (myoglobin) dan pembawa O2
pada darah (hemoglobin). Porphirin di bangun dari empat cincin pirol yang
melingkar kemudian membuat atom N berkumpul pada pusat cincin.

7
Empat atom N memiliki ikatan sendiri yang dapat berikatan dengan

metal seperti Fe2+, Mg 2+ dan beberapa ion logam lain. Cincin porpirin

yang ditemukan pada hemoglobin memiliki special kelompok.


penyusun pada tiap sisi-sisinya (metil, vinil dan asam propanoat).
Tipe cincin porpirin seperti ini dikenal dengan nama prorophorpirin IX.
Ketika berikatan dengan Fe, kesatuan kompleks tersebut dinamakan

heme. Fe pada hemoglobin bisa dalam keadaan mengikat ferro (Fe2+)

atau Ferri (Fe3+). Heme dengan mengikat ferro (Fe2+) disebut

ferroheme, feroheme merupakan bagian aktif yang mengikat O 2. Heme


inilah yang memberikan warna tampak merah pada hemoglobin,
dengan merubah satu struktur heme berarti dapat merubah warnanya.
globin merupakan gugus protein yang melingkupi heme.

1.5. Struktur Hemoglobin


Secara umum struktur dari hemoglobin terdiri dari empat rantai
polipeptida (globin) yang berkumpul antara satu rantai dengan rantai
lainnya. Disini terdapat beberapa perbedaan struktur molekul rantai
polipeptida (globin), perbedaan tersebut terletak pada beberapa urutan
asam aminonya. Sebuah desain greek memberikan identitas yaitu α, β,
δ, ε, dan seterusnya.
Tiap molekul globin menyatu dengan satu kelompok gugus
heme. Tiap gabungan satu unit heme dan globin disebut dengan

8
subunit. Tiap molekul hemoglobin terdiri dari 4 unit globin dan 4 unit
heme.

Hemoglobin normal yang sering dijumpai adalah Hemoglobin


pada manusia dewasa yaitu Hemoglobin A (HbA). Pada manusia
dewasa (HbA), terdapat 2 bagian molekul subunit kembar/ sama, tiap
bagianny terdiri dari satu α subunit dan β subunit. Secara keseluruhan
strukutr HbA adalah α2β2, yang berarti terdiri dari 2 molekul subunit α
dan β (2 α, 2β).

1.6. Fungsi dari Hemoglobin


Hemoglobin (Hb) mengangkut O2 dari paru-paru munuju jaringan
dan melepaskan O2 lalu kembali ke paru-paru dan menangkap O2 lagi.
Ketika hemoglobin mengangkut O2 disebut oksihemoglobin dan ketika
melepaskan O2 (keadaan tanpa O2), disebut deoksihemoglobin. Deoksi
dan oksi memiliki perbedaan warna. Oksigen mengikat langsung pada
pusat Fe pada heme.

9
Adanya senyawa 2,3 bifosfogliserat (BPG) yang mengikat Hemoglobin
membuat hemoglobin tidak mampu mencapai keadaan R, karena
keadaan R merupakan keadaan dimana afinitas Fe terhadap Oksigen lain
semakin besar, Karena BPG mengikat tepat pada posor pusat (gambar 5)
dimana 4 dari tiap subunit berinteraksi, sehingga O2 tidak mampu
berikatan dengan Fe pada hemoglobi

10
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Porfirin adalah suatu senyawa organik yang mengandung empat
cincin pirol, suatu cincin segi lima yang terdiri dari empat atom karbon
dengan atom nitrogen pada satu sudut. Senyawa ini ditemukan pada sel
hidup hewan dan tumbuhan, dengan berbagai macam fungsi biologis.
Dalam tubuh manusia, porfirin berfungsi untuk membentuk senyawa
sebagai pengangkutan O2, membentuk senyawa sebagai pengangkutan
elektron, membentuk senyawa sebagai enzim enzim tertentu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adams J, Boxer L, Baehner R, Forget B, Tsistrakis G, Steinberg M. 1979.


Hemoglobin Indianapolis (b112 [G14] arginine). An unstableb-chain
variant producing the phenotype of severeb-thalassemia.J Clin
Invest63:931–938.Arg leads to Serb2).Biochim Biophys Acta578:534–
540.

Bunn HF, Forget BG. 1986.Hemoglobin: Molecular, genetic and clinical


aspects.W.B. Saunders, Philadelphia.

Clegg J, Weatherall D, Boon W, Mustafa D. 1969. Two new haemoglobin


variants involving proline substitutions. Nature222:379–380.

Como PF, Wylie BR, Trent RJ, Bruce D, Volpato F, Wilkinson T, Kronenberg
H, Holland RA, Tibben EA. 1991. A new unstable and low oxygen
affinity hemoglobin variant: Hb Stanmore b111[G13] Val>Ala).
Hemoglobin 15:53– 65.

Crowley M, Mollan T, Abdulmalik O, Butler AD, Goodwin E, Sarkar A, Stolle


C, Gow A, Olson J, Weiss M. 2011. A hemoglobin variant associated
with neonatal cyanosis and anemia.N Engl J Med364:1837– 1843.

Geva A, Clark JJ, Zhang Y, Popowicz A, Manning JM, Neufeld EJ. 2004.
Hemoglobin Jamaica Plain—A sickling hemoglobin with reduced
oxygen affinity.N Engl J Med 351:1532–1538.
Rizkia, N. Dkk. (2014). Sintesis dan Karakterisasi Tetra (p-
dimetilaminofenil) porfirin dengan Metode Microwave-
Assisted Organic Synthesis (MAOS). Research and
Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.3,
2014, pp. 118-123.

12
LAMPIRAN

Analisis Kadar Haemoglobin metode cyanmethemoglobin

Prinsip : semua bentuk HB kecuali sulfhemoglobin diubah menjadi


methemoglobin dala larutan kalium ferisianida dan di ubah
menjadi cyanmethemoglobin oleh larutan kalium sianida dan di
baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540
nm.

Alat dan Bahan :


Alat :
 Spektrofotometer
 Mikropipet 20μl
 Pipet 5 ml
 Tabung reaksi
 Tissue
Bahan :
 Cyanmethemoglobin standar (siap pakai)
 Antikoagulan EDTA
 Darah kapiler
 Reagen Drabkins

Reaksi:

13
Cara Kerja:
1. Kedalam tabung reaksi/botol kecil dimasukkan 2 ml larutan
Drabkin.
2. Isaplah darah kapiler 8 μl dengan pipet mikro atau pipet
Sahli.
3. Kelebihan darah yang melekat pada bagian luar pipet
dihapus dengan kain kasa kering/kertas tissue.
4. Darah dalam pipet dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
berisi larutan Drabkin.
5. Pipet dibilas beberapa kali dengan larutan Drabkin tersebut.
6. Campur larutan ini dengan cara menggoyang tabung
perlahan-lahan hingga larutan homogen dan dibiarkan
selama 3 menit.
7. Baca dengan spektrofotometer pada gelombang 540 nm,
sebagai blanko digunakan larutan Drabkin.

14

Anda mungkin juga menyukai