Anda di halaman 1dari 23

Initial Coverage

Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul


Bloomberg: SIDO.IJ | Reuters: SIDO.JK

Samuel Equity Research 15 September 2016

BUY (Initiate) Another Rising Star


Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO) merupakan perusahaan
Target Price Rp 730 yang bergerak dalam produksi aneka minuman berbasis herbal di
Last Price Rp 520 Indonesia dan memiliki posisi sebagai pemimpin pangsa pasar industri
jamu di Indonesia, dengan dua produk andalannya: Tolak Angin dan
Potential Upside 40.4% Kuku Bima Ener-G. Secara keseluruhan, dipandang dari membaiknya
JCI Index 5,139 daya beli masyarakat Indonesia mengikuti keadaan makroekonomi
Share isued (bn) 15.00
Indonesia yang lebih stabil, meningkatnya kesadaran masyarakat
Indonesia untuk mengkonsumsi minuman berbasis kesehatan,
Market Cap. (Rp tn) 7.65 melimpahnya ketersediaan sumber hayati di Indonesia sebagai bahan
52-Weeks High/Low 620/469 baku (rendah eksposur terhadap resiko ketergantungan impor bahan
baku) meyakinkan kami bahwa SIDO masih memiliki feasible earnings
Avg Daily Vol (m n) 4.92 growth ke depannya. Dengan menggunakan metode 12M DCF dan
Free Float 19.0% WACC sebesar 13.7% serta valuasi yang di rollover sampai ‘17E, kami
Nom inal Value Rp 100
mendapatkan TP Rp730/lembar saham (17E’PE: 13.3x, PBV 3.8x). BUY.
Book value/share ‘16 Rp181 Memiliki competitive advantage pada industri jamu. Sampai saat ini,
kedua produk unggulan SIDO, yakni Tolak Angin dan Kuku Bima telah
Relative to JCI Chart
140 berhasil untuk menguasai masing – masing 75% dari pasar obat flu herbal
JCI SIDO
dan 60% pasar minuman berenergi. Selain itu, SIDO juga menerima dua
120 sertifikasi, yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik dan Cara
Pembuatan Obat yang Baik Setara Dengan Farmasi, turut mengukuhkan
100 eksistensi SIDO sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar farmasi
berkualitas tinggi di Indonesia yang menerima kedua sertifikasi tersebut
80 sekaligus. SIDO juga memiliki keunggulan diatas pesaing – pesaingnya,
Jan-16 Apr-16 Jul-16 ditunjang dengan jaringan distribusi yang dan infrastruktur yang ekstensif,
Com pany Background modal yang kuat, dan teknologi memadai untuk menunjang proses produksi.
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. Ekspansi sebagai motor pertumbuhan penjualan. Inovasi (dengan
(SIDO) memproduksi produk - produk berbasis kontinuitas pengembangan produk baru), serta ekspansi merupakan kunci
herbal. SIDO mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
bagi pertumbuhan penjualan SIDO. Tahun ini, perusahaan telah
Indonesia pada tahun 2013.
meluncurkan 2 varian baru pada segmen produk Tolak Angin dan Kuku
Bima, yakni Tolak Linu Mint dan Kuku Bima Ener-G Herbal. Selain itu, SIDO
juga akan meluncurkan New Alam Sari. Selain memperluas aneka varian
Shareholder Structure
dari produk herbal, perusahaan juga tengah fokus untuk menyelesaikan
pabrik barunya di Semarang yang ditargetkan dapat beroperasi pada tahun
Sulistio Desy 40.50%
ini. Penambahan pabrik tersebut diproyeksikan dapat memberikan
Hidajat Sandra Linata 8.10% tambahan kapasitas produksi sekitar 150 juta sachet/tahun. All in all, kami
Hidajyat Irw an 8.10% memproyeksikan pertumbuhan penjualan sebesar 7%YoY dan 9%YoY,
Hidayat Sofyan 8.10% serta marjin laba bersih berada pada angka 20% dan 22%, untuk ’16E dan
Hidayat Johan 8.10%
’17E.
Hidayat David 8.10% Memulai inisiasi dengan rekomendasi BUY. Katalis lainnya adalah: 1).
Schroder Investments 4.2% Kuatnya neraca keuangan perusahaan (‘debt free’), 2). Valuasi yang masih
lebih rendah jika dibandingkan dengan rata – rata sektor. Dengan potensi
Publics 14.8%
kenaikan harga yang besar menuju TP, kami menyukai saham SIDO, serta
menginisiasinya dengan BUY dengan target harga Rp730/lembar saham.
Forecast and Valuation (at closing price Rp520 per share)
Y/E Dec (Rp Bn) 14A 15A 16E 17E 18E 19E
Revenue 2,198 2,219 2,380 2,602 2,927 3,368
Marlene Tanumihardja
EBITDA 710 821 994 1,258 1,562 1,989
+62 21 2854 8387
Net Profit 417 437 480 585 703 892
marlene@samuel.co.id
EPS (Rp) 27.8 29.2 32.0 39.0 46.9 59.5
DPS (Rp) 405 360 360 439 527 669
BV per Share (Rp) 175 173 181 191 203 218
EV/EBITDA (x) 11.0 9.5 7.8 6.2 5.0 3.9
P/E Ratio (x) 18.7 17.8 16.2 13.3 11.1 8.7
P/BV Ratio (x) 3.0 3.0 2.9 2.7 2.6 2.4

www.samuel.co.id
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Makroekonomi Indonesia

Bertambahnya kelas menengah dan pendapatan masyarakat Indonesia


Peningkatan jumlah kelas menengah masyarakat Indonesia termasuk salah satu yang paling
cepat di dunia, di mana World Bank menilai pada setiap tahunnya, pertumbuhan kelas
menengah di Indonesia rata-rata mencapai 7 juta penduduk. Dengan membagi populasi
masyarakat Indonesia berdasarkan tingkat pengeluarannya, Boston Consulting Group yang
memprediksi jumlah kelas menengah (middle) sebanyak 41.6 juta pada tahun 2012
memproyeksikan bahwa angka tersebut terus bertambah dan diprediksi mencapai 68.2 juta
orang pada tahun 2020 mendatang, sementara jumlah masyarakat miskin yang masuk dalam
kategori poor less diprediksi akan turun drastis dari 64.5 juta jiwa pada tahun 2012 ke level 28.3
juta jiwa pada tahun 2020 mendatang. Adapun yang menempati kelas Poor Less adalah
masyarakat yang memiliki pengeluaran bulanan kurang dari Rp1juta per bulan, Aspirant Middle
adalah masyarakat yang berpengeluaran Rp1juta sampai Rp1.5juta, Emerging Middle Rp1.5juta
sampai Rp2 juta, Middle Rp2 juta sampai Rp3juta, Upper Middle dari Rp3 juta sampai Rp5 juta,
Affluent dari Rp5 juta sampai Rp7.5juta, sementara kelas Elite memiliki pengeluaran bulanan di
atas Rp7.5 juta per bulannya.

Figure 1. Indonesia’s Population Breakdown By Expenditure Level (2012 and 2020)

64.5

65.4

44.4

2012 41.6

23.2

6.6

2.5

0 10 20 30 40 50 60 70
Population (Mn People)

Poor less Aspirant Emerging Middle Middle Upper middle Affluent Elite

www.samuel.co.id Page 2 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

28.3

47.9

50.5

2020F 68.2

49.3

16.5

6.5

0 10 20 30 40 50 60 70 80
Population (Mn People)

Poor less Aspirant Emerging Middle Middle Upper middle Affluent Elite

Source: Boston Consulting Group (BCG)

Membaiknya Indeks Kepercayaan Konsumen

Kami melihat pada tahun 2015, indeks kepercayaan konsumen (‘Consumer Confidence Index’)
sempat mengalami tren penurunan akibat perlambatan ekonomi. Akan tetapi sejak awal tahun
ini, indeks kepercayaan konsumen berangsur membaik (seperti terlampir pada gambar di
bawah), seiring dengan mulai berjalannya sejumlah proyek infrastruktur pemerintah.
Membaiknya Indeks Kepercayaan Konsumen juga menjadi suatu indikator mulai pulihnya
kembali daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli masyarakat menjadi salah satu penggerak
yang signifikan, terutama bagi sektor ritel dan konsumsi.

Figure 2. Consumer Confidence Index

120

115

110

105

100

95

90

85
Jun-15 Aug-15 Oct-15 Dec-15 Feb-16 Apr-16 Jun-16

Source: Bloomberg, Bank Indonesia

www.samuel.co.id Page 3 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Berlanjutnya Arus Urbanisasi


Salah satu dampak positif dari proses urbanisasi adalah pertambahan penduduk perkotaan yang
memungkinkan terjadinya perdagangan dalam skala yang besar, di mana penduduk tersebut
berpotensi menjadi konsumen yang baik untuk memasarkan produk-produk hasil produksi.
Dengan semakin berkembangnya perkotaan, proses urbanisasi di Indonesia masih akan terus
berlanjut. World Bank memproyeksikan pada tahun 2025, persentase penduduk yang tinggal di
perkotaan akan mencapai 67%.

Figure 3. Rural vs Urban Population


120

100

80
36
42
60 48
54
40 67

20

0
1995 2000 2005 2010 2050

Rural Population to Total (%) Urban Population to Total (%)

Source: World Bank

Stabilnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS

Pada saat ini, kami melihat nilai tukar Rupiah yang jauh lebih stabil jika dibandingkan dengan
tahun lalu. Tercatat, nilai tukar Rupiah telah menguat sekitar 9%YoY dan 5.3%YTD. Kami
mengekspektasikan nilai tukar Rupiah yang lebih stabil lagi, seiring dengan mulai membaiknya
makroekonomi Indonesia, terealisasinya program – program infrastruktur pemerintah, serta
berjalannya program pengampunan pajak. Kami memperkirakan nilai tukar dapat mencapai
Rp13,000 per dolar AS pada akhir tahun ini. All in all, meskipun pergerakan nilai tukar Rupiah
tidak secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan pada sektor konsumsi, akan tetapi
penguatan nilai tukar Rupiah berdampak bagi kestabilan ekonomi Indonesia secara keseluruhan
dan secara tidak langsung mempengaruhi daya beli masyarakat.

Figure 4. USD/IDR Exchange Rate Movement


15,000

14,500

14,000

13,500

13,000

12,500

12,000
Aug-15 Nov-15 Feb-16 May-16 Aug-16

Source: World Bank

www.samuel.co.id Page 4 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Industri Barang Konsumsi di Indonesia

Industri makanan dan minuman di Indonesia masih menjanjikan, didorong oleh pertumbuhan
populasi penduduk yang terus bertambah (terutama usia produktif), bertumbuhnya pendapatan,
serta tingkat kesejahteraan masyarakat. Industri makanan dan minuman terbilang merupakan
salah satu industri yang paling matang di Indonesia, dengan banyaknya pemain baik lama dan
baru dari dalam dan luar negeri. Contoh nama pemain besar pada sektor konsumsi adalah
Indofood, Wings, Garuda Food, dan Mayora. Selain itu, perusahaan – perusahaan asing juga
turut tertarik pada pasar Indonesia yang menjanjikan dan masuk ke pasar Indonesia, seperti
contohnya adalah Kraft dan Nestle. Selain ditinjau dari sisi besarnya populasi Indonesia dan
pertumbuhan ekonominya, ketersediaan berbagai komoditas berbasis agrikultur seperti kelapa
sawit, tebu, kopi, dan gula turut menjadi daya tarik bagi investor untuk mengembangkan bisnis
makanan dan minumannya di Indonesia.

Penjualan makanan minuman pada tahun 2013 mencapai Rp900 triliun, dan Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memprediksi pertumbuhan pada sektor
ini dapat menyentuh 11% per tahun ke depannya. Angka pertumbuhan tersebut melampaui
angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang pada tahun lalu hanya mencapai 4.7%. Bahkan,
segmentasi minuman sendiri diprediksi mampu tumbuh sebesar CAGR 9% dari tahun 2014
sampai 2018, dengan estimasi pertumbuhan penjualan minuman ringan sebesar CAGR 9.3%
dari tahun 2014 sampai 2018.

Untuk segmentasi minuman, Gapmmi bahkan menilai, ruang tumbuh untuk sektor minuman
dalam industri konsumsi masih memiliki ruang yang sangat menjanjikan, karena tingkat
penetrasi yang masih terbilang rendah. Didukung oleh data dari Asosiasi Perusahaan Air Minum
Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), konsumsi AMDK per kapita di Indonesia masih rendah
dibandingkan negara lain. Indonesia mengonsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) hanya
sebanyak 91,04 liter per kapita per tahun, lebih kecil daripada negara – negara berkembang
lainnya seperti: Tiongkok (118,1 liter), Thailand (225,61 liter), bahkan sangat tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan Meksiko (254,76 liter).

Figure 5. Beverage Consumptions Per Capita Among Countries

300
254.8
250 226.6

200
litre/capita/year

150
118.1

100 91.0

50

0
Indonesia China Thailand Mexico

Source: Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin)

www.samuel.co.id Page 5 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Figure 6. Varied Beverages Growth in Indonesia

30,000

25,000

20,000
Million Liter

15,000

10,000

5,000

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Source: Indonesianconsume.blogspot.com, Euromonitor

Figure 7. Shares of Beverage Consumptions in Indonesia (2015)

3%
3%
9%

85%

RTD Tea RTD Carbonates RTD Waters Others

Source: Indonesianconsume.blogspot.com, Euromonitor

www.samuel.co.id Page 6 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Prospek Industri Jamu di Indonesia

Perkembangan industri jamu di Indonesia bermula pada era 1900-an, dengan ditandai oleh
berdirinya sejumlah pabrik – pabrik jamu yang saat ini telah menjadi skala besar, seperti Mustika
Ratu, Nyonya Meneer, Jamu Jago, Sido Muncul, Jamu Jago, dan Jamu Borobudur. Potensi
untuk mengembangkan industri jamu masih sangat besar di Indonesia, didukung oleh
keanekaragaman tanaman herbal dan hayati di Indonesia, di mana menurut riset dari Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indonesia memiliki sekitar 30.000 jenis dari sekitar 40.000
jenis aneka tanaman di dunia.

Berbagai ahli menyebutkan ada sekitar 7.000 jenis di antaranya memiliki potensi untuk menjadi
tanaman obat, walaupun Indonesia baru memanfaatkan hanya sekitar 180 spesies sebagai
bahan baku obat bahan alam dari sekitar 950 spesies yang berkhasiat sebagai obat. Dengan
kayanya bahan baku herbal tersebut dan potensi yang besar bagi tanaman – tanaman tersebut
untuk dikembangkan lebih lanjut, industri jamu di Indonesia juga tidak terlalu terpengaruh oleh
keterbatasan dan sulitnya impor, serta volatilitas nilai tukar Rupiah. Selain itu, jamu berfungsi
bukan hanya untuk memelihara kesehatan, namun memiliki sejumlah fungsi lainnya seperti
memelihara bentuk tubuh, menambah tenaga dan gairah hidup, dan mengobati berbagai
penyakit kronis.

Karena sifat jamu yang cenderung lebih minim efek samping, toksisitas yang lebih rendah
daripada obat kimia, serta tidak meninggalkan residu sehingga relatif lebih aman untuk
dikonsumsi jika dibandingkan dengan obat – obatan kimia yang memberikan efek cepat tapi
bersifat merusak, serta didukung oleh semakin sadarnya masyarakat untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman sehat, permintaan terhadap minuman herbal seperti jamu terus
bertumbuh. Data dari Gabungan Pengusaha Jamu mencatat, penjualan obat herbal (jamu-
jamuan) di Indonesia pada 2010 menembus angka Rp7,2 triliun dan pada tahun 2011 mencapai
Rp12 triliun, lalu terus meningkat di tahun 2012 menjadi Rp 13 triliun. Selain itu, Kementerian
Perindustrian mencatat bahwa pada tahun 2014, penjualan jamu mampu menembus Rp 15
triliun.

Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2010 pun turut mendukung
prospek industri jamu di Indonesia, di mana sekira 56 persen masyarakat Indonesia
mengkonsumsi jamu dan 95 persen dari mereka mengakui manfaat jamu. Selain itu, besarnya
manfaat jamu dan jumlah tanaman herbal di Indonesia mendorong komoditas tersebut untuk
diekspor sehingga mendatangkan devisa bagi negara. Adapun negara – negara mayoritas
tujuan ekspor tanaman herbal asal Indonesia antara lain Bangladesh, Pakistan, Malaysia,
Vietnam, dan Jepang. Untuk tahun ini, Kementerian Perindustrian memprediksi nilai ekspor jamu
asal Indonesia dapat menembus Rp 2 triliun tahun ini (tumbuh 18% jika dibandingkan dengan
nilai ekspor tahun lalu yang tercatat Rp 1,67 triliun).

www.samuel.co.id Page 7 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Figure 8. Indonesian Herbal Export Value (in USD ‘000)

25,000 23,446

20,000 18,867

15,000 13,998
11,790

10,000 8,947

5,000

0
2009 2010 2011 2012 2013

Source: Warta Ekspor (Ditjen PEN/MJL/005/9/2014 September)

Figure 9. Indonesian Herbal Export Destination

Japan
3%
Others
Vietnam 10%
4%

Malaysia Bangladesh
9% 37%

Pakistan
37%

Source: Warta Ekspor (Ditjen PEN/MJL/005/9/2014 September)

www.samuel.co.id Page 8 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Sekilas Perjalanan Perusahaan

Pertama kali berdiri pada tahun 1940 sebagai produsen obat


herbal lokal di Yogyakarta, yang dikelola oleh Mrs. Rahmat
Sulistio.

Pada tahun 1951, proses produksi pindah ke Semarang, dan


perusahaan diberi nama Sido Muncul, yang artinya sebuah

Perusahaan terbatas dibentuk dengan nama CV Industri Jamu


dan Farmasi Sido Muncul pada tahun 1970.

Berdirinya perusahaan jamu tersebut berubah menjadi


Perusahaan Terbatas atau PT, dan namanya menjadi PT
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, pada 1975.

Pabrik Sido Muncul pindah ke Lingkungan Industri Kecil,


Semarang, dan diperlengkapi dengan mesin – mesin modern
pada 1984.

Mulai pembangunan pabrik yang lebih besar dan modern di


Klepu, Ungaran pada tahun 1997.

Pabrik baru di kawasan Klepum Ungaran, dengan luas area 30


hektar selesai pada tahun 2000.

Sido Muncul melaksanakan IPO dengan harga Rp580 per


lembar saham, dan menawarkan sebanyak 1,500,000,000
lembar saham pada 2013.

www.samuel.co.id Page 9 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

PT Berlico Mulia Farma bergabung dengan grup Sido Muncul,


serta memperluas bisnis Sido Muncul di bidang farmasi.

Ekspansi pabrik ekstrak selesai dan beroperasi secara penuh


pada tahun 2015

Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan

www.samuel.co.id Page 10 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Sekilas Mengenai Perusahaan

Garis Besar Bisnis Perusahaan

SIDO memiliki tiga divisi bisnis utama, yakni Obat – obatan Herbal, Makanan dan Minuman
(F&B), dan Farmasi. Divisi Herbal dan Suplemen menjadi kontributor utama penjualan SIDO, di
mana pada 1H16 kemarin berkontribusi sebesar 57.4%, disusul oleh divisi Makanan dan
Minuman (F&B) sebesar 39.5%, dan divisi Farmasi sebesar 3.1%.

Divisi Herbal dan Suplement


Divisi Herbal dan Suplemen memiliki produk unggulan, yakni Tolak Angin. Perusahaan tidak
berhenti untuk berinovasi dalam pengembangan produk Tolak Angin (produk perusahaan
dengan brand awareness yang tinggi), dengan mengeluarkan varian lainnya seperti Tolak Angin
Flu dan Tolak Angin Herbal. Selain itu, produk perusahaan bernama Pegel Linu juga masuk ke
dalam kategori divisi ini.

Divisi Makanan dan Minuman (F&B)


Divisi Makanan dan Minuman didirikan oleh Sido Muncul pada tahun 2004, dengan produk
pertama yang dirintis oleh perusahaan pada divisi ini adalah minuman energi “Kuku Bima
Energi” rasa original, yang kemudian perusahaan mengembangkan berbagai rasa seperti rasa
Anggur, Jambu, Jeruk, Nanas, Kopi, Mangga, Susu Soda, serta Kuku Bima Energi Plus Vitamin
C. Setelah sukses dengan produk “Kuku Bima Energi”, perusahaan kembali mengembangkan
divisi ini dengan produk bertipe permen, yakni “Permen Tolak Angin”, “Permen Jahe Wangi”,
dan “Permen Kunyit Asam”. Lalu, perusahaan juga mengembangkan berbagai minuman
kesehatan “Sido Muncul VitaminC-1000”, “Kuku Bima Kopi Ginseng”, “Kopi Jahe SidoMuncul”,
“Susu Jahe”, serta “Alang Sari Plus”.

Figure 10. 1H16 Sales Mix

3.1%

39.5%

57.4%

Herbal Medicine and Supplement Food and Beverages Pharmacy

Source: Company

www.samuel.co.id Page 11 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Figure 11. SIDO’s Product Portfolio

Source: Company

Divisi Farmasi
Dalam rangka memperlebar bisnisnya ke industri farmasi di Indonesia, Sido Muncul
mengakuisisi PT. Berlico Mulia Farma, dan resmi menjadi anak perusahaan SIDO pada tanggal
1 September 2014. PT. Berlico Mulia Farma yang telah memiliki sertifikat CPOB sangat
berpengalaman sejak tahun 1976 dalam membuat berbagai macam obat-obatan, baik dalam
bentuk cairan berbentuk sirup, tablet, tablet salut, dan krim. Perusahaan ini juga dilengkapi
dengan fasilitas penunjang antara lain seperti laboratorium ruang pengawasan pengendalian
mutu dan gudang penyimpanan, serta sarana pengolahan limbah, baik limbah udara, padat,
maupun cair.

Saat ini PT. Berlico Mulia Farma telah memproduksi kurang lebih sebanyak 80 jenis obat yang
terdiri dari produk-produk ethical, OTC, food supplement, dan medical herbal. Berbagai merek
produk yang dipasarkan antara lain: Anacetine (Obat Penurun Panas), Combicitrine (Obat
Cacing), Berlosid (Obat Mag), Anabion (Multivitamin Anak-anak), Suprabion (Multivitamin untuk
Orang Dewasa), dan Minyak Telon cap 3 anak. Selain memiliki jaringan distribusi yang
memadai, anak usaha SIDO ini juga memiliki fasilitas laboratorium penelitian dan
pengembangan, sarana pengelolaan limbah terpadu baik limbah padat, cair, dan udara, serta
memiliki pengawasan dan pengendalian kualitas yang baik.

www.samuel.co.id Page 12 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Extensive Infrastructure sebagai tambahan ‘Competitive Advantage’


Sebagai pemimpin pada industri jamu dan farmasi yang dituntut untuk memiliki pengembangan
produk yang bermutu, dan SIDO telah membuktikannya, dengan membangun infrastruktur yang
memadai, terutama yang berkaitan dengan inovasi dan pengembangan produk. Upaya tersebut
sekaligus menjadikannya satu – satunya perusahaan jamu di Indonesia yang memiliki fasilitas
laboratorium dan teknologi yang memadai, unggul jika dibandingkan dengan kompetitor -
kompetitornya. Perusahaan memiliki laboratorium berskala modern yang terintegrasi, seperti
Laboratorium Instrumentasi (pengukuran kualitas bahan baku pembuatan berbagai produk),
Laboratorium Farmakologi (penelitian manfaat obat dalam tubuh), Laboratorium Farmakolognosi
(penelitian terhadap berbagai tanaman obat dan khasiatnya), Laboratorium Stabilitas (tempat
untuk melakukan uji kualitas berbagai produk), dan Laboratorium Formulasi (Peracikan
berbagai, hingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan takarannya yang tepat).

Dengan demikian, kami menilai bahwa SIDO memiliki extensive infrastruktur yang lebih unggul
dibandingkan dengan perusahaan pesaing lainnya. Besarnya modal yang dibutuhkan oleh
produsen jamu dan farmasi untuk membangun infrastruktur dan berbagai fasilitas penunjang
untuk pengembangan produk, inovasi, meningkatkan standar, serta mempertahankan kualitas
menciptakan barrier to entry yang cukup besar pada bisnis herbal dan farmasi, sehingga
memberikan keuntungan tersendiri bagi SIDO sebagai pemain lama. (Gambar di bawah diurut
dari atas ke bawah: Laboratorium Instrumentasi, Laboratorium Farmakologi, Laboratorium
Farmakolognosi, Laboratorium Stabilitas, Laboratorium Stabilitas, dan Laboratorium Formulasi).

Figure 12. Company’s Extensive Laboratories

www.samuel.co.id Page 13 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Source: Company

Figure 13. Distributional Coverages

Source: Company

www.samuel.co.id Page 14 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Proyeksi Kinerja Penjualan

Memperkirakan perbaikan kinerja penjualan pada ’16 – ‘17E


Kami memproyeksi pertumbuhan top line yang lebih baik lagi terutama untuk ’16 dan ‘17E, yang
didorong oleh: 1). Perbaikan ekonomi, sehingga mendorong kembali daya beli masyarakat yang
sempat lesu pada tahun 2015 lalu, 2). Pertumbuhan konsumsi minuman yang melebihi
pertumbuhan ekonomi dalam kurun beberapa waktu belakangan ini, serta kesadaran
masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi minuman kesehatan (‘Health Awareness’),
menyebabkan menariknya pertumbuhan bisnis Food & Beverage SIDO, setidaknya untuk
beberapa tahun ke depan, 3). Inovasi dan pengembangan produk baru yang
berkesinambungan, contohnya: peluncuran varian baru untuk Tolak Linu dengan varian rasa
baru Mint dan Kuku Bima Ener-G Herbal (minuman energi dengan komposisi mengandung
herbal) pada tahun ini, 4). Perluasan cakupan pasar melalui kafe jamu (strategi yang belum
pernah diperkenalkan sebelumnya), di mana SIDO akan bermitra dengan UMKM dan
mendirikan 20,000 kafe jamu untuk tahap awal.
Figure 14. Historical and Projected Revenues

3,500 50%

3,000 40%
2,500
30%
2,000
Rp Bn

20%
1,500
10%
1,000

500 0%

- -10%

Revenue yoy change (%)

Source: Company

Figure 15. New Product Launching (Tolak Linu with Mint and Kuku Bima Ener-G Herbal)

Source: Company

www.samuel.co.id Page 15 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Analisa Profitabilitas

Figure 16. Stable Profitability Margins

50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
2013 2014 2015 2016E 2017E 2018E

Gross margin Operating margin Net margin

Source: Company, SSI Research

Figure 17. Rising Trend of ROE, ROA, and ROCE

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
2013 2014 2015 2016E 2017E 2018E

ROE ROA ROCE

Source: Company, SSI Research

www.samuel.co.id Page 16 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Analisa Neraca Keuangan

Tingkat solvabilitas dan likuiditas yang tinggi


Sampai saat ini, SIDO merupakan salah satu perusahaan sektor konsumsi yang memiliki tingkat
solvabilitas dan likuiditas yang solid dan stabil. SIDO sampai dengan 1H16 tidak memiliki
eksposur terhadap hutang berbunga (baik merupakan pinjaman bank jangka pendek dan jangka
panjang, serta obligasi). Dengan demikian, SIDO memiliki resiko gagal bayar yang sangat
minim. Dengan jumlah kas internal yang masih memadai (FY15: Rp837 miliar dan 1H16: Rp741
miliar), serta kebutuhan ekspansi yang tidak terlalu besar (sarana infrastruktur dan jaringan
distribusi yang telah memadai), kami menilai kebutuhan pendanaan eksternal untuk ekspansi
terbilang minim. Oleh karena itu, kami mengestimasikan rasio net gearing sebesar -27% dan -
22% untuk ‘16E dan ‘17E (Lihat tabel Key Financial). serta rasio lancar sebesar 7.7x dan 7.6x,
untuk ‘16E dan ‘17E.

Figure 18. Gearing Ratio

-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016E 2017E 2018E
(10.00)

(20.00)

(30.00)

(40.00)

(50.00)

(60.00)

(70.00)

(80.00)

(90.00)

Source: Company; SSI Research

www.samuel.co.id Page 17 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Figure 19. Stable Liquidity Ratios Over Years

12

10

8
(x)

0
2013 2014 2015 2016F 2017F 2018F

Current ratio (x) Quick ratio (x)

Source:Company, SSI Research

Valuasi Perusahaan dan Rekomendasi

Inisiasi dengan rekomendasi BUY, TP: Rp730/lembar saham (potensi kenaikan: 40.4%)

Kami menginisiasi saham SIDO dengan rekomendasi BUY. Dengan menggunakan valuasi yang
di rollover untuk ‘17E, kami mendapatkan potensi kenaikan pada saham SIDO sebesar 40.4%
dari harga sekarang. Dengan valuasi menggunakan 12MDCF, WACC sebesar 13.7%, dan rata
– rata terminal growth sebesar 5%, harga tersebut mencerminkan 17E’PE dan PBV sebesar
18.7x dan 3.8x. Kami berpendapat saham SIDO memiliki valuasi yang menarik dan
undemanding, jika dibandingkan dengan valuasi saham konsumsi lainnya yang sudah memiliki
PE yang tinggi, serta valuasi sektor konsumsi secara keseluruhan yang memiliki 17E’PE
sebesar 24.7x. Dengan posisi perusahaan sebagai salah satu perusahaan produsen jamu dan
ramuan herbal tradisional terkemuka di tanah air dengan teknologi yang canggih, konsistensi
dalam inovasi dan pengembangan produk baru, serta solidnya marjin dan kinerja neraca
keuangan, kami menilai saham SIDO masih menarik dan layak untuk mendapatkan valuasi
premium.

www.samuel.co.id Page 18 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Figure 20. Valuation Table

Terminal Growth Rate 5.0% NPV of Cash Flows 1,646


Adjusted Beta 1.0 NPV of Terminal Value 8,548
Risk-Free Rate 6.5% Total NPV 10,921
Market Risk Premium 7.5% Cash/(Debt) 727
Cost of Equity 13.7% Implied Equity Value 11,648
Gross Cost of Debt 9.0% Implied Per Share Value 728
Tax Rate 22.0% Outstanding Shares (Mn) 15
Net Cost of Debt 7.0%
Equity/(Equity + Net Debt) (%) 100.0%
Weighted Cost of Equity (%) 13.7%
Net Debt /(Equity + Net Debt) (%) 0.0%
Weighted Cost of Debt (%) 0.0%
WACC 13.7%

Source: SSI Research

Figure 21. Sector Comparison

Company Last Target PE (x) PBV (x) ROE


price price 16E 17E 16E 17E 16E 17E
Unilever Indonesia (UNVR.IJ) 44,750 45,200 53.5 47.8 63.6 55.7 118.9% 116.6%
Indofood Sukses Makmur (INDF.IJ) 8,175 9,900 18.2 15.4 2.4 2.2 13.2% 14.2%
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP.IJ) 9,425 10,300 29.5 26.5 6.2 5.5 21.0% 20.8%
Kalbe Farma (KLBF.IJ) 1,695 1,700 36.1 30.3 6.8 5.9 18.7% 19.6%
Nippon Indosari Corpindo (ROTI.IJ) 1,565 2,000 29.5 22.0 5.6 4.6 18.9% 21.1%
Ultrajaya Milk Industry (ULTJ.IJ) 4,620 5,000 21.1 17.6 4.8 4.0 22.6% 22.5%
Industri Jamu Sido Muncul (SIDO.IJ) 520 730 16.2 13.3 2.9 2.7 17.7% 20.4%
Average 29.2 24.7 13.2 11.5 33.0% 33.6%

Source: Bloomberg, SSI Research

Figure 22. Valuation Matrix

Source: Bloomberg, SSI Research

www.samuel.co.id Page 19 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Figure 23. SIDO PE Band

31.6
30
26.2

20.8
20
15.1

9.4
10

0
Dec-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Dec-14 Mar-15 Jun-15 Sep-15 Dec-15 Mar-16 Jun-16

Average ST dev +1 ST dev -1


PER - Roll ST dev +2 ST dev -2

Source: Bloomberg, SSI Research

Figure 24. Result Comparison (1H16)

(in Rp bn) 1Q16 2Q16 QoQ 1H16 1H15 YoY 1H16/


'16 Cons
Sales 608 689 13.3% 1,297 1,141 14% 54.2%
COGS (367) (398) 8.4% (765) (687) 11%
Gross Profit 241 291 20.7% 532 454 17% 53.5%
Total Operating Expense (92) (116) 25.4% (208) (175) 19%
Selling Expense (67) (85) 26.9% (152) (126) 21%
G&A Expense (25) (31) 21.3% (56) (49) 14%
Operating Profit 149 175 N/A 324 279 16% 61.0%
Non-Operating Income (expense) 14 13 -8.3% 27 38 -28%
Pre-tax Income 163 188 16% 351 317 11%
Tax (37) (50) N/A (87) (71) N/A
Net Income 126 138 9.9% 264 246 7% 57.7%
Profitability
Gross margin 39.6% 42.2% 2.6% 41.0% 39.8% -1.2%
Operating margin 24.5% 25.4% 1.0% 25.0% 24.5% -0.5%
Pre-tax margin 26.8% 27.3% 0.5% 27.1% 27.8% 0.7%
Net margin 20.7% 20.1% -0.6% 20.4% 21.6% 1.2%
Source: Bloomberg, SSI Research

www.samuel.co.id Page 20 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Faktor Resiko Utama

Perbaikan ekonomi lebih lambat dari ekspektasi


Kinerja SIDO tidak dapat lepas dari makroekonomi Indonesia, di mana volatilitas daya beli
masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan penjualan perusahaan. Dengan demikian,
lambatnya perbaikan ekonomi Indonesia juga merupakan sebuah ancaman bagi kinerja
perusahaan.
Perubahan peraturan pemerintah
Sektor manufaktur dan barang konsumsi turut terekspos oleh serangkaian kebijakan dan
regulasi dari pemerintah, karena sektor manufaktur dan barang konsumsi juga merupakan
penggerak perekonomian Indonesia yang menyangkut langsung dengan kebutuhan pokok
masyarakat Indonesia, di mana perputaran uang di dalamnya termasuk cepat. Contoh aturan
pemerintah yang berdampak pada industri makanan dan minuman Indonesia yakni: kenaikan
pajak plastik untuk kemasan makanan dan minuman.
Ketatnya persaingan
Industri barang konsumsi di Indonesia menghadapi persaingan yang ketat, baik dalam dan luar
negeri. Meskipun kami menilai SIDO memiliki value added dengan spesialisasi pada minuman
jamu dan herbal tradisional, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan akan adanya pesaing baru
dengan bisnis serupa, baik dari dalam dan luar negeri. Secara keseluruhan, para pemain dalam
industri jamu tidak hanya kesulitan menciptakan produk yang berkualitas, akan tetapi dituntut
untuk memiliki daya saing pasar yang tinggi.
Stabilitas pengadaan bahan baku
Pengadaan bahan baku, yang tergantung dengan kondisi alam, keadaan tanah, kontur, dan
iklim di Indonesia, sangat mempengaruhi ketersediaan aneka tumbuhan yang merupakan bahan
baku bagi Industri jamu dan obat herbal. Sumber bahan baku yang mayoritas berasal dari
tanaman – tanaman herbal yang hanya dapat ditemukan dan tumbuh di Indonesia
mengakibatkan para produsen jamu terkekspos oleh resiko kelangkaan sumber bahan baku dan
volatilitas harga yang tinggi akibat dari terbatasnya ketersediaan dari sumber bahan baku, dan
gangguan lainnya yang tidak terprediksi sebelumnya.
Maraknya keberadaan jamu ilegal
Keberadaan produk obat tradisional atau herbal ilegal akan menimbulkan kompetisi yang tidak
sehat dengan produk obat tradisional atau herbal yang legal dan terjamin kualitasnya.
Sulitnya pengembangan dan pemasaran produk
Masuk pada bisnis jamu bukanlah hal yang mudah, diperlukan modal yang tinggi untuk
pengembangan produk (Research and Development), peningkatan standar dan mutu, serta
biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan standar pengakuan dan sertifikasi yang menyangkut
kesehatan dan hidup banyak orang. Selain itu, kendala juga dihadapi oleh industri jamu di
antaranya pemasaran produk yang memerlukan fasilitas distribusi yang memadai.
Kurangnya standardisasi produk
Tantangan lain adalah kurangnya standarisasi produk, baik dari segi bahan yang digunakan
(menyangkut faktor keamanan produk), serta cara pengolahan, serta pembuatan obat – obatan
berbasis herbal, yang terkadang tidak mudah untuk dibuat.

www.samuel.co.id Page 21 of 23
Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul
SIDO.IJ | SIDO.JK

Key Financials
Profit and Loss Cash Flow
Rp bn 14A 15A 16E 17E Yr-end Dec (Rp bn) 14A 15A 16E 17E
Revenue 2,198 2,219 2,380 2,602 Net income 417 437 480 585
COGS (1,359) (1,335) (1,400) (1,454) Depreciation & amort. 107 129 154 184
Gross profit 839 883 979 1,148 Others (38) (266) (46) (56)
Gross margin (%) 38% 40% 41% 44% Working capital (117) 133 (117) (46)
Operating profit 436 478 544 679 Operating cash flow 369 433 471 668
Operating margin (%) 20% 22% 23% 26% Net - Capital expenditure 309 (239) (243) (304)
EBITDA 710 821 994 1,258 Investing cash flow (424) (1) (245) (306)
EBITDA margin (%) 32% 37% 42% 48% Net - Borrowings 1 (1) 0 0
Other income (expenses) 112 82 71 71 Other financing (431) (459) (336) (448)
Pre-tax profit 549 560 615 750 Financing cash flow (430) (460) (336) (448)
Income tax - net (131) (123) (135) (164) Net - Cash flow (484) (28) (110) (86)
Net profit 417 437 480 585 Cash at beginning 1,349 865 837 727
Net profit margin (%) 19% 20% 20% 22% Cash at ending 865 837 727 641

Balance Sheet Key Ratios


Yr-end Dec (Rp bn) 14A 15A 16E 17E Yr-end Dec (Rp bn) 14A 15A 16E 17E
Cash & ST Investment 865 837 727 641 ROE (%) 16% 17% 18% 20%
Receivables 334 348 473 505 ROA (%) 15% 16% 16% 19%
Inventories 231 265 278 289 Revenue growth (%) -7% 1% 7% 9%
Others 431 258 264 270 EBITDA growth (%) 10% 16% 21% 26%
Total current assets 1,860 1,707 1,742 1,704 EPS growth (%) 3% 5% 10% 22%
Net fixed assets 791 962 1,098 1,274 Interest coverage (x) N/A N/A N/A N/A
Other assets 169 127 128 130 Debt to equity (%) N/A N/A N/A N/A
Total assets 2,820 2,796 2,968 3,108 Net gearing (%) -33 -32 -27 -22
Payables 150 158 182 179
ST. debt and curr. maturity 0 0 0 0 Major Assumptions
Other current liabilities 30 25 44 43 14A 15A 16E 17E
LT Bank Loans 14 14 21 17 GDP Growth (%) 5.5 4.7 5.1 5.4
Other long term liabilities 0 0 0 0 Inflation Rate (%) 8 3 4 6
Total liabilities 194 197 246 240 USD/IDR Rate 12,440 14,000 13,000 12,500
Total equity 2,626 2,598 2,718 2,865 Population 254 255 258 260

www.samuel.co.id Page 22 of 23
www.samuel.co.id Page 23 of 23

Anda mungkin juga menyukai