Untuk Judul 1
PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO AKTIVITAS, RASIO
LEVERAGE, RASIO PROFITABILITAS, DAN RASIO PASAR
TERHADAP HARGA SAHAM
(Studi Pada Sektor Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia)
Ratri Pradipta Sekartaji
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang
Pembimbing:
Satriya Candra Bondan Prabowo
ABSTRAK
Penelitian ini didasari oleh pentingnya kinerja keuangan perusahaan dalam pengambilan keputusan
berinvestasi untuk calon investor. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari rasio
keuangan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
masing-masing Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar
terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage periode 2015–2019. Sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik Purposive Sampling dan memperoleh 15 perusahaan Food and Beverage. Metode
analisis yang digunakan penelitian ini adalah Uji Asumsi Klasik, Uji Regresi Linier Berganda,
Koefisien Determinasi, Uji Kelayakan Model (Uji F), dan Uji hipotesis melalui Uji Signifikasi Parsial
(Uji t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio, Return on Equity dan Price Earning Ratio
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan Total Asset Turnover dan Debt
to Equity Ratio seacara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Kata Kunci: Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Equity Ratio, Return on
Equity, Price Earning Ratio, Harga Saham
ABSTRACT
This research is based on the importance of the company's financial performance in making investment
decisions for potential investors. To assess the company's financial performance can be seen from the
company's financial ratios. The purpose of this study was to determine and analyze the effect of each
Liquidity Ratio, Activity Ratio, Leverage Ratio, Profitability Ratio, and Market Ratio to the Stock Price
of Food and Beverage Companies for the period 2015–2019. The sample in this study used the
Purposive Sampling technique and obtained 15 Food and Beverage companies. The analytical method
used in this research is the Classical Assumption Test, Multiple Linear Regression Test, Coefficient of
Determination, Model Feasibility Test (F Test), and Hypothesis Testing through Partial Significance
Test (t Test). The results show that the Current Ratio, Return on Equity and Price Earning Ratio partially
have a significant effect on stock prices, while Total Asset Turnover and Debt to Equity Ratio partially
have no significant effect on stock prices.
Kata Kunci: Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Price
Earning Ratio, Stock Price
1
PENDAHULUAN Gambar 1. Total Realisasi Investasi
Sektor Industri Makanan tahun
Dalam era bisnis modern
2015–2019
semua pelaku usaha dituntut untuk
TOTAL REALISAS I
beradaptasi dengan perkembangan
INV ES TAS I ( RP. J U TA)
yang sangat cepat. Maka dari itu,
Total Realisasi Investasi (Rp. Juta)
setiap perusahaan harus mampu
mengembangkan bisnisnya agar
24,532,891.30
38,539,397.80
38,338,754.60
36,602,515.10
dapat bertahan dan bersaing dengan
31,950,549.90
perusahaan lain, untuk mencapainya
maka dibutuhkan tambahan dana atau
modal. Salah satu cara untuk
menambah modal adalah dengan go
2015 2016 2017 2018 2019
public sehingga investor dapat
Sumber: nswi.bkpm.go.id
menanamkan modal pada perusahaan.
Investasi pada perusahaan
Industri makanan dan
dilakukan dengan harapan
minuman di Indonesia memiliki
perusahaan dapat berkembang
peluang investasi sangat besar, karena
dengan baik sehingga investor akan
industri makanan dan minuman
mendapatkan return yang diharapkan.
memberikan kontribusi yang besar
Bedasarkan jangka waktu, investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi
dibagi menjadi dua kategori, yaitu
Indonesia saat ini. Selama lima tahun
investasi jangka pendek dan investasi
terakhir (2015–2019) investasi sektor
jangka panjang (hsbc.co.id). Investasi
sekunder paling diminati adalah
jangka pendek adalah investasi yang
industri makanan yang realisasi
dilakukan pada jangka waktu yang
investasinya mencapai Rp 169 triliun
pendek atau kurang dari satu tahun
(nswi.bkpm.go.id, 2021). Berikut
dan memiliki return investasi yang
data realisasi investasi industri
jauh lebih rendah daripada investasi
makanan pada tahun 2015–2019 yang
jangka panjang. Sementara itu,
mengalami perkembangan investasi
investasi jangka panjang memiliki
yang bagus.
return yang lebih tinggi dan optimal
2
walaupun membutuhkan waktu lebih KAJIAN PUSTAKA
lama dan mempunyai risiko yang Investasi
lebih tinggi. Investasi diartikan sebagai
Saham merupakan salah satu komitmen uang atau sumber daya lain
instrumen keuangan yang diterbitkan saat ini dengan harapan akan
perusahaan sebagai alat pendanaan mendapat keuntungan di masa depan
perusahaan. Ada dua keuntungan jika (Bodie, et al., 2018). Dengan
investor membeli saham, yaitu berinvestasi berarti mengorbankan
mendapatkan dividen dan capital sesuatu yang berharga saat ini dengan
gain. Jika investor tidak berhati-hati harapan akan mendapatkan sesuatu
dalam menganalisis perusahaan, dari pengorbanan tersebut nanti.
maka risiko investor dapat berupa Pasar yang memperjualbelikan aset
capital loss atau perusahaan yang keuangan dibagi menjadi dua, yaitu:
diinvestasikan mengalami delisting. pasar uang dan pasar modal.
Dalam menganalisis saham
dapat dilakukan dengan dua cara, Analisis Saham
yaitu: analisis teknikal dan analisis Beberapa investor memilih
fundamental. Umumnya investor untuk menggunakan analisis
menggunakan analisis fundamental fundamental dibandingkan analisis
untuk menganalisis saham dengan teknikal dalam mengambil keputusan
menganalisis nilai intrinsik investasi (Bodie, et al., 2018). Hal ini
perusahaan. Untuk menganalisis nilai didukung oleh Subramanyam (2017)
intrinsik perusahaan, maka perlu yang menjelaskan untuk menganalisis
menganalisis rasio keuangan. Rasio saham dapat dilakukan dengan dua
keuangan dibagi menjadi lima cara, yaitu: pertama, analisis teknikal
(Brigham dan Houston, 2019), yaitu: dengan mencari pola pergerakan
a) Rasio Likuiditas, b) Rasio harga atau volume masa lalu saham
Aktivitas, c) Rasio Leverage, d) Rasio untuk memprediksi pergerakan harga
Profitabilitas, dan e) Rasio Pasar. saham di masa depan dan yang kedua,
analisis fundamental dengan
menganalisis nilai intrinsik
3
perusahaan, sehingga investor yang boleh membeli atau menjual
menggunakan analisis fundamental saham.
akan mendapatkan hasil yang lebih
akurat. Rasio Likuiditas
Tingkat rasio likuiditas yang
Pengambilan Keputusan Investasi tinggi menunjukkan bahwa
Dalam berinvestasi akan lebih perusahaan mampu membayar
mudah jika investor dapat kewajiban dalam jangka pendek tanpa
memperkirakan nilai intrinsiknya mengalami kesulitan keuangan. Rasio
(Brigham and Houston, 2019). Dasar likuiditas dapat diukur menggunakan
yang digunakan untuk penilaian nilai current ratio.
intrinsik, yaitu (Husnan, 2003): 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐶𝑅 =
a. Jika nilai intrinsik > harga pasar 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
Current ratio berguna untuk
saat ini, maka saham tersebut
mengukur sejauh mana aktiva lancar
dinilai undervalued. Hal ini
menunjukkan bahwa investor dapat digunakan untuk membayar
4
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 karena modalnya digunakan untuk
𝑇𝐴𝑇𝑂 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 menanggung hutang perusahaan.
Rasio ini berguna untuk
mengukur perputaran seluruh aset
Rasio Profitabilitas
perusahaan (Brigham & Houston,
Rasio profitabilitas adalah
2019). Semakin tinggi total asset
kemampuan perusahaan untuk
turnover ratio suatu perusahaan
menghasilkan laba dengan sumber-
menunjukkan perusahaan tersebut
sumber yang dimiliki perusahaan
menghasilkan penjualan yang cukup
(Sudana, 2011). Rasio profitabilitas
tinggi yang akan menarik minat para
dapat diukur dengan Return on Equity
investor untuk menanamkan
(ROE).
modalnya pada perusahaan. 𝑛𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐸 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Rasio Leverage ROE berguna untuk
Rasio leverage mengukur mengukur tingkat pengembalian atas
kemampuan perusahaan dalam ekuitas dari pemegang saham
membayar hutang yang periode (Brigham & Houston, 2019).
pembayarannya lebih dari satu tahun. Semakin tinggi ROE sebuah
Rasio leverage dapat diukur dengan perusahaan menunjukkan semakin
menggunakan Debt to Equity Ratio efektif dan efisien perusahaan
(DER). tersebut mengelola ekuitasnya.
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
𝐷𝐸𝑅 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Rasio Pasar
Menurut Ross, et al. (2018)
Rasio pasar merupakan salah
DER berguna untuk mengetahui
satu rasio yang digunakan untuk
seberapa besar hutang jangka panjang
memberi gambaran tentang
yang dijamin oleh modal perusahaan.
perusahaan dan prospek masa
Semakin tinggi DER suatu
depannya (Brigham and Houston,
perusahaan menunjukkan semakin
2019). Rasio pasar dapat diukur
besar risiko yang dihadapi, sehingga
dengan Price Earning Ratio (PER).
dapat memengaruhi harga saham
5
𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 H3: Terdapat pengaruh signifikan
𝑃𝐸𝑅 =
𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 Debt to Equity Ratio (X3) terhadap
PER berguna untuk mengukur Harga Saham (Y).
seberapa tinggi harga saham apabila H4: Terdapat pengaruh signifikan
dibandingkan dengan laba yang Return on Equity (X4) terhadap Harga
dihasilkan harga per saham (Ross, et Saham (Y).
al., 2018). Jika perusahaan memiliki H5: Terdapat pengaruh signifikan
PER sebanyak 2x, berarti harga Price Earning Ratio (X5) terhadap
saham perusahaan 2x labanya. PER Harga Saham (Y).
merupakan rasio yang paling sering
digunakan dan disarankan oleh METODE PENELITIAN
investor untuk menganalisis saham Penelitian ini merupakan
(Jones, 2012). penelitian explanotary research
dengan metode penelitian kuantitatif.
Konsep Hipotesis Lokasi penelitian dilakukan di Bursa
6
multikolonmieritas, uji autokorelasi, Y = –2660.408 + 397.185CR +
dan uji heteroskedastisitas. 370.664TATO + 82.491DER +
131.291ROE + 47.163PER
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari persamaan tersebut
Statistik Deskriptif dapat diketahui bahwa variabel
Tabel 1. Statistik Deskriptif Current Ratio, Total Asset Turnover,
Std. Debt to Equity Ratio, Return on
Deviati
N Min Max Mean on Equity, dan Price Earning Ratio
CR 1.9429 berpengaruh positif terhadap Harga
75 .11 8.64 2.4709
4
TATO 75 .35 4.46 1.2140 .81990 Saham, yang mengartikan bahwa
DER 75 .16 2.68 1.0875 .67197 ketika masing-masing variabel
ROE 20.644 24.168
75 .09 124.15 Current Ratio, Total Asset Turnover,
4 22
PER 32.115 66.195 Debt to Equity Ratio, Return on
75 6.10 554.55
2 85
Harga 30500. 3085.7 4598.1 Equity, dan Price Earning Ratio
75 100.00
Saham 00 600 1661
mengalami kenaikan maka Harga
Valid N
75
(listwise) Saham juga mengalami kenaikan.
Sumber: Data diolah, 2021
7
didapat bahwa nilai signifikansi t
Tabel 4. Uji Kelayakan Model (Uji < 0,05 dan thitung > ttabel (3,065 >
F) 1,994). Hal ini mengartikan
Model F Sig, bahwa H0 ditolak, sehingga
1 Regression 125.638 .000
Residual
hipotesis I (H1) yang
Total menyatakan “Terdapat pengaruh
Sumber: Data diolah, 2021
signifikan variabel Current Ratio
Dari tabel 4 diatas, hasil uji F
(X1) terhadap Harga Saham (Y)”
antara variabel Current Ratio, Total
diterima.
Asset Turnover, Debt to Equity Ratio,
b. Pengujian hipotesis antara
Return on Equity, dan Price Earning
variabel X2 (Total Asset
Ratio dan Harga Saham didapat bahwa
Turnover) dan variabel Y (Harga
nilai signifikansinya F < 0,05 dan
Saham) didapat bahwa nilai
Fhitung > Ftabel (125,638 > 2,50), maka
signifikansi t > 0,05 dan t hitung <
H0 ditolak. Hal ini mengartikan bahwa
ttabel (1,700 < 1,994). Hal ini
model regresi layak atau fit untuk
mengartikan bahwa H0 diterima,
digunakan.
sehingga hipotesis II (H2) yang
menyatakan “Terdapat pengaruh
Uji Hipotesis
signifikan variabel Total Asset
Tabel 5. Uji Signifikansi Parsial (Uji
Turnover (X2) terhadap Harga
t)
Saham (Y)” tidak diterima.
Model t Sig.
c. Pengujian hipotesis antara
1 (Constant) -3.454 .001
CR 3.065 .003 variabel X3 (Debt to Equity
TATO 1.700 .094
Ratio) dan variabel Y (Harga
DER .221 .826
ROE 17.875 .000 Saham) didapat bahwa nilai
PER 17.721 .000
signifikansi t > 0,05 dan t hitung <
Sumber: Data diolah, 2021
ttabel (0,221 < 1,994). Hal ini
Bedasarkan tabel 5 diatas
mengartikan bahwa H0 diterima,
diperoleh hasil sebagai berikut:
sehingga hipotesis III (H3) yang
a. Pengujian hipotesis antara
menyatakan “Terdapat pengaruh
variabel X1 (Current Ratio) dan
signifikan variabel Debt to
variabel Y (Harga Saham)
8
Equity Ratio (X3) terhadap Harga perusahaan tersebut dapat membayar
Saham (Y)” tidak diterima. hutang jangka pendeknya dengan
d. Pengujian hipotesis antara akttiva lancar perusahaan tanpa
variabel X4 (Return on Equity) mengalami kesulitan keuangan.
dan variabel Y (Harga Saham) Pada hasil pengujian hipotesis
didapat bahwa nilai signifikansi t penelitian ini terbukti didapat bahwa
< 0,05 dan thitung > ttabel (17,875 > Current Ratio (X1) berpengaruh
1,994). Hal ini mengartikan signifikan terhadap harga saham.
bahwa H0 ditolak, sehingga Menurut Brigham and Houston
hipotesis IV (H4) yang (2019) standar rata-rata industri untuk
menyatakan “Terdapat pengaruh Current Ratio adalah 4,2x, sedangkan
signifikan variabel Return on dari hasil penelitian ini didapatkan
Equity (X4) terhadap Harga rata-rata Current Ratio perusahaan
Saham (Y)” diterima. yaitu 2,4x. Hal ini menunjukkan
e. Pengujian hipotesis antara bahwa Current Ratio perusahaan
variabel X5 (Price Earning Food and Beverage yang terdaftar di
Ratio) dan variabel Y (Harga Bursa Efek Indonesia periode 2015–
Saham) didapat bahwa nilai 2019 belum mencapai standar dalam
signifikansi t < 0,05 dan t hitung > membayar hutang jangka pendeknya.
ttabel (17,721 > 1,994). Hal ini Walaupun memiliki Current Ratio
mengartikan bahwa H0 ditolak, dibawah standar, tetapi Current Ratio
sehingga hipotesis V (H5) yang perusahaan Food and Beverage yang
menyatakan “Terdapat pengaruh terdaftar di Bursa Efek Indonesia
signifikan variabel Price Earning periode 2015–2019 tetap
Ratio (X5) terhadap Harga Saham memengaruhi harga saham
(Y)” diterima. perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa
Pengaruh Current Ratio terhadap semakin tinggi Current Ratio
Harga Saham mencerminkan aset yang dimiliki
Current Ratio yang tinggi perusahaan mampu membayar hutang
akan membuat asumsi bahwa jangka pendeknya. Hal ini tentunya
9
dapat menarik minat investor untuk penjualan belum tentu dapat
menanamkan modal pada perusahaan meningkatkan laba.
yang memiliki Current Ratio yang
lebih tinggi, sehingga akan Pengaruh Debt to Equity Ratio
meningkatkan permintaan saham terhadap Harga Saham
yang akan memengaruhi peningkatan Semakin rendah Debt to
harga saham. Equity perusahaan mengartikan
bahwa perusahaan mampu membayar
Pengaruh Total Asset Turnover hutang jangan panjangnya, sehingga
terhadap Harga Saham membuat minat investor semakin
Tingginya Total Asset tinggi untuk berinvestasi pada
Turnover menandakan bahwa perusahaan tersebut. Hal ini, berbeda
perusahaan tersebut dapat dengan hasil pengujian hipotesis yang
menghasilkan penjualan yang tinggi, dilakukan pada penelitian ini.
sehingga akan mempengaruhi minat Hasil pengujian hipotesis
investor untuk berinvestasi pada pada penelitian ini menunjukkan
perusahaan tersebut. bahwa Debt to Equity Ratio
Berbeda dengan teorinya, berpengaruh tidak signifikan terhadap
bedasarkan penelitian ini investor harga saham, yang mengartikan
kurang melihat besar atau kecilnya bahwa pergerakan naik atau turunnya
Total Asset Turnover perusahaan. Hal Debt to Equity Ratio tidak
ini disebabkan karena dari hasil berpengaruh pada pergerakan harga
pengujian hipotesis pada penelitian saham. Hal ini dapat terjadi karena
ini menunjukkan bahwa Total Asset investor tidak hanya melihat tinggi
Turnover berpengaruh tidak atau rendahnya hutang, tetapi juga
signifikan terhadap harga saham. Hal melihat bagaimana kemampuan
ini terjadi karena investor kurang perusahaan dapat melunaskan
melihat tinggi atau rendahnya hutang-hutangnya.
kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan penjualan, karena Pengaruh Return on Equity
kemampuan aset dalam menghasilkan terhadap Harga Saham
10
Return on Equity digunakan periode 2015–2019 telah efisien dan
mengukur kemampuan perusahaan efektif dalam mengelola modal
dalam menghasilkan laba bersih perusahaan untuk menghasilkan laba.
dengan menggunakan modal sendiri. Dapat disimpulkan bahwa
Semakin tinggi Return on Equity Return on Equity sangat
berarti semakin efektif dan efisien dipertimbangkan bagi investor serta
perusahaan dalam menghasilkan manajemen perusahaan, semakin
pendapatan, sebaliknya semakin tinggi Return on Equity
rendah Return on Equity berarti mencerminkan semakin tinggi
semakin tidak efektif dan efisien kemampuan perusahaan
perusahaan dalam menghasilkan menggunakan ekuitas secara efektif
pendapatan. dan efisien untuk menghasilkan laba,
Pada hasil pengujian penelitian yang berarti dapat menghasilkan
ini didapat bahwa Return on Equity keuntungan bagi investor dan akan
(X4) berpengaruh signifikan terhadap semakin menarik minat investor
harga saham, yang menunjukkan untuk menanamkan modal pada
bahwa semakin tinggi Return on perusahaan yang memiliki Return on
Equity, maka kemampuan perusahaan Equity yang lebih tinggi, semakin
semakin efektif dan efisien tinggi minat investor terhadap saham
menggunakan ekuitasnya untuk akan berpengaruh terhadap kenaikan
menghasilkan laba. Menurut Brigham harga saham.
and Houston (2019) rata-rata industri
memiliki Return on Equity sebesar Pengaruh Price Earning Ratio
15%, dalam penelitian ini diketahui terhadap Harga Saham
pada perusahaan Food and Beverage Price Earning Ratio
yang terdaftar di Bursa Efek membandingkan seberapa tinggi
Indonesia periode 2015–2019 harga saham terhadap laba per
memiliki rata-rata Return on Equity sahamnya. Semakin tinggi Price
sebesar 20,6%, yang berarti rata-rata Earning Ratio maka semakin tinggi
perusahaan Food and Beverage yang nilai harga saham perusahaan, yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia berarti dapat menunjukkan kinerja
11
perusahaan yang baik sehingga Semakin tinggi Price Earning Ratio
investor bersedia membayar lebih maka akan menimbulkan tanggapan
untuk prospek perusahaan yang bahwa perusahaan memiliki
meyakinkan. perkembangan yang baik, sehingga
Price Earning Ratio merupakan dapat menarik minat investor untuk
salah satu faktor penting yang dilihat menanamkan modal pada perusahaan
investor dalam penentuan yang memiliki Price Earning Ratio
berinvestasi. Dilihat dari hasil yang tinggi.
pengujian hipotesis penelitian ini
terbukti bahwa Price Earning Ratio KESIMPULAN DAN SARAN
(X5) berpengaruh signifikan terhadap Kesimpulan
harga saham. Menurut Brigham and 1. Rasio likuiditas perusahaan Food
Houston (2019) rata-rata industri and Beverage yang terdaftar di
memiliki Price Earning Ratio sebesar Bursa Efek Indonesia periode
11,3x, dalam penelitian ini 2015–2019 yang dihitung
perusahaan Food and Beverage yang menggunakan Current Ratio
terdaftar di Bursa Efek Indonesia berpengaruh positif signifikan
periode 2015–2019 menghasilkan terhadap Harga Saham.
rata-rata Price Earning Ratio sebesar 2. Rasio aktivitas perusahaan Food
32,1x. Hal ini menunjukkan bahwa and Beverage yang terdaftar di
semakin tinggi Price Earning Ratio, Bursa Efek Indonesia periode
maka harga saham dinilai semakin 2015–2019 yang dihitung
tinggi oleh investor dan menunjukkan menggunakan Total Asset
harga saham yang semakin mahal. Turnover berpengaruh positif
Semakin mahal harga saham akan tidak signifikan terhadap Harga
memberikan gambaran bahwa Saham.
perusahaan memiliki prospek yang 3. Rasio leverage perusahaan Food
bagus di masa depan. and Beverage yang terdaftar di
Dapat disimpulkan bahwa Price Bursa Efek Indonesia periode
Earning Ratio sangat 2015–2019 yang dihitung
dipertimbangkan bagi investor. menggunakan Debt to Equity
12
Ratio berpengaruh positif tidak 2. Untuk investor diharapkan tidak
signifikan terhadap Harga hanya melihat variabel dalam
Saham. penelitian ini, melainkan melihat
4. Rasio profitabilitas perusahaan rasio keuangan lain dan faktor-
Food and Beverage yang faktor lain yang tidak disebutkan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam penelitian ini yang dapat
periode 2015–2019 yang memengaruhi harga saham.
dihitung menggunakan Return on 3. Untuk calon kreditur, diharapkan
Equity berpengaruh positif penelitian ini dijadikan salah satu
signifikan terhadap Harga pertimbangan untuk memberi
Saham. kredit pada perusahaan.
5. Rasio pasar perusahaan Food and 4. Untuk peneliti selanjutnya
Beverage yang terdaftar di Bursa diharapkan menambah variabel
Efek Indonesia periode 2015– lain yang dapat memengaruhi
2019 yang dihitung harga saham dengan periode
menggunakan Price Earning lebih panjang sehingga penarikan
Ratio berpengaruh posistif kesimpulan dapat dilakukan
signifikan terhadap Harga lebih tepat.
Saham.
DAFTAR PUSTAKA
Saran Adipalguna, I G N Sudangga &
1. Untuk pihak perusahaan food and Suarjaya, Anak Agung Gede.
beverage diharapkan 2016. Pengaruh Likuiditas,
mempertahankan dan Solvabilitas, Aktivitas,
meningkatkan Current Ratio, Profitabilitas, dan Penilaian
Price Earning Ratio dan Pasar Terhadap Harga
khususnya Return on Equity. Hal Saham Perusahaan LQ45 di
ini dikarenakan Return on Equity BEI. E-Jurnal Manajemen
mempunyai pengaruh paling Unud, Vol. 5, No. 12.
besar terhadap keputusan Amanah. Raghilia., Atmanto. Dwi.,
investor untuk berinvestasi. Azizah. Devi Farah. 2014.
13
Pengaruh Rasio Likuiditas Dewi., Putu Dina Aristya &
Dan Rasio Profitabilitas Suaryana., I.G.N.A. 2013.
Terhadap Harga Saham Pengaruh EPS, DER, Dan
(Studi pada Perusahaan PBV Terhadap Harga Saham.
Indeks LQ45 Periode 2008- E-Jurnal Akuntansi
2012). Jurnal Administrasi Universitas Udayana 4.1: 215-
Bisnis. Vol. 12, No. 1. 229.
Agustin, Isnaini Nuzula. 2019. The Halim. A. 2018. Analisis Investasi
Integration of Fundamental dan Aplikasinya. Jakarta:
and Technical Analysis in Salemba Empat.
Predicting The Stock Price. Hanie. Ummu Putriana & Saifi.
Jurnal Manajemen Marantha. Muhammad. 2018. Pengaruh
Vol. 18, No. 2. Rasio Likuiditas Dan Rasio
Astutik, Eva Dwi., Surachman & Leverage Terhadap Harga
Djazuli, Atim. 2014. The Saham Studi Pada
effect of fundamental and Perusahaan Indeks LQ45
technical variables on stock Periode 2014-2016. Jurnal
price (Study on manufacturing Administrasi Bisnis. Vol. 58,
companies listed in Indonesia No. 1.
Stock Exchange). Journal of Hardani, S.Pd., M.Si., dkk. 2020.
Economics, Business, and Metode Penelitian Kualitatif
Accountancy Ventura. Vol. dan Kuantitatif. Yogyakarta:
17, No. 3. Pustaka Ilmu
Brigham. E. F., Houston. J. F. 2019. Hidayat., Dicky & Topowijono. 2018.
Fundamentals of Financial Pengaruh Kinerja Keuangan
Management. Cengage. Terhadap Harga Saham
Cooper, Donald R. & Schindler, (Studi Pada Perusahaan
Pamela S. 2014. Business Pertambangan Subsektor
Research Methods. 12th Pertambangan Minyak Dan
Edition. New York: McGraw- Gas Bumi Yang Terdaftar
Hill Higher Education. Dibursa Efek Indonesia
14
Jurnal 2
Untuk Judul 1
JIHBIZ: Global Journal of Islamic Banking and Finance
Volume 1, No - (2)
ISSN-E: 2684-8554
Sayid Abrar1
Israk Ahmadsyah2
Evy Iskandar3
sayidabrar26@gmail.com1
isra.leicester@gmail.com2
evyiskandar@gmail.com3
Perbankan Syariah, UIN Ar-Raniry Banda Aceh1,2,3
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of Total Asset Turnover (TATO),
Return on Equity (ROE), Current Ratio (CR), and Debt to Equity Ratio (DER)
on the stock returns of manufacturing companies listed in Jakarta Islamic
Index. Data collection techniques in this study use documentation, namely the
quarterly financial statements of manufacturing companies for the period
2013-2017. The test used in this research is panel data regression analysis
with the help of Eviews software version 9. The results show that Total Asset
Turnover (TATO) has a negative and significant effect on stock returns. Return
on Equity (ROE) has a significant positive effect on stock returns. Current
Ratio (CR) and Debt to Equity Ratio (DER) have no effect on stock returns.
Simultaneously, Total Asset Turnover (TATO), Return on Equity (ROE),
Abrar, Israk, Evy, Analisis Pengaruh Rasio131
Current Ratio (CR), and Debt to Equity Ratio (DER) have no effect on stock
returns.
Keyword: Total Asset Turnover (TATO), Return on Equity (ROE), Current
Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER)
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan
para investor untuk menilai kondisi suatu perusahaan. Laporan keuangan
dapat menggambarkan secara keseluruhan apakah suatu perusahaan dalam
keadaan baik atau tidak. Namun kurang efektif jika menilai perusahaan hanya
sekedar melihat seberapa utang ataupun laba perusahaannya saja. Sebab,
setiap transaksi dalam kegiatan bisnis berkaitan satu sama lain. Oleh karena
itu diperlukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan pada
dasarnya menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan
keuangan dengan angka lain, untuk menjelaskan arah perubahan atau trend.
Angka-angka pada laporan keuangan tersebut dapat dihubungkan dengan
cara menilai rasio keuangan. Menurut Kasmir (2010: 109) rasio keuangan
terdiri dari beberapa jenis yaitu rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio
likuiditas dan rasio leverage.
Rasio aktivias merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya yang ada
pada pengendaliannya. Rasio ini membandingkan antara tingkat penjualan
suatu perusahaan dengan unsur-unsur aktiva seperti persediaan, aktiva tetap
dan aktiva lainnya. Untuk mengukur nilai rasio aktivitas dapat diukur dengan
Total Assets Turnover (TATO). Total assets turnover merupakan rasio yang
mengukur perputaran seluruh aktiva perusahaan. Untuk mengukur perputaran
seluruh aktiva perusahaan maka dihitung dari penjualan dibagi dengan
jumlah aktiva (Weston dan Copeland, 1999:230-232).
Rasio profitabilitas merupakan pendapatan yang dikurangi dengan
beban dan kerugian selama periode tertentu (Sartono, 2010: 122). Rasio
profitabilitas merupakan hasil akhir bersih yang dihitung dari pendapatan
perusahaan dengan kerugian dalam periode tertentu. Salah satu proksi dari
rasio profitabilitas ini yaitu Return on Equity (ROE). Return on equity
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi pemegang
saham atas modal yang mereka investasikan di dalam suatu perusahaan.
Return on equity dihitung dari laba bersih (net profits after taxes) dibagi
dengan rata-rata ekuitas (stakeholders equity). Semakin tinggi nilai return
yang diperoleh semakin baik pula kedudukan pemilik perusahaan.
Rasio likuiditas merupakan kemampuan untuk menjual sebuah aset
guna mendapatkan kas pada waktu singkat. Perusahaan harus menyiapkan
132
JIHBIZ: Global Journal of Islamic Banking and Finance
Volume 1, No - (2)
ISSN-E: 2684-8554
dana maupun aset yang bisa dijual untuk mengantisipasi adanya tagihan
besar dan tagihan tak terduga (Brealey dkk, 2008: 77). Salah satu proksi yang
digunakan untuk mengukur rasio likuiditas yaitu Current Ratio (CR). Current
ratio merupakan rasio yang berfungsi untuk mengukur seberapa kesanggupan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk mengetahui hal
tersebut maka perlu dilakukan perbandingan yaitu membandingkan antara
aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Rasio leverage merupakan rasio yang menggambarkan hubungan
antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini dapat mengukur seberapa besar suatu perusahaan
dibiayai oleh utang daripada dibiayai oleh modal perusahaan itu sendiri.
Perusahaan yang sehat dinilai dari jumlah utang dan jumlah modalnya. Besar
kecilnya rasio leverage dapat diukur dengan Debt Equity Ratio (DER). DER
adalah rasio yang mengukur besarnya dana yang bersumber dari utang untuk
membiayai kegiatan bisnis perusahaan. DER dihitung dari pembagian antara
total utang dan total aset perusahan. Semakin besar rasio maka semakin
besar pula penggunaan utang dalam membiayai roda kegiatan bisnis
perusahaan. (Sudana, 2011: 20).
Rasio-rasio tersebut bertujuan untuk memudahkan para investor dalam
pengambilan keputusan investasi yang diukur dan bermuara pada masalah
keuangan. Investasi merupakan pengalokasian dana atau sumber daya
(resources) yang ada pada saat ini dengan harapan mendapatkan manfaat
berupa suatu keuntungan di masa yang akan datang (Noor, 2009: 4).
Saham adalah salah satu instrumen investasi dan instrumen yang
paling populer diperdagangkan di pasar modal. Saham adalah tanda bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan, oleh karena itu pemegang saham
memiliki hak atas dividen, hak hadir dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS) dan hak-hak lain apabila perusahaan melakukan corporate action
(Samsul, 2006: 71).
Ekspektasi setiap investor yang melakukan investasi di dunia saham
adalah return saham. return saham merupakan tingkat pengembalian berupa
keuntungan kepada investor atas kompensasi dana yang telah diinvestasikan
pada suatu perusahaan. Sumber-sumber return saham tersebut diperoleh dari
dua komponen yaitu yield dan capital gain. Yield merupakan tingkat
pengembalian yang diberikan perusahaan kepada investor atas pendapatan
yang diperoleh secara periodik atau secara umum disebut dividen. Sedangkan
Capital gain merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh dari selisih
harga jual dan harga beli saham dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli
saham tersebut (Tandelilin, 2017: 114). Sebaliknya apabila harga jual lebih
Pada tabel 1.1 di atas menunjukkan nilai rata-rata dari TATO sebesar
0,490, ROE sebesar 0,103, CR sebesar 1,276, DER sebesar 0,967 dan return
perusahaan Astra Indonesia memiliki nilai rata-rata sebesar 0,010 selama
periode 2013-2017.
LANDASAN TEORI
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, persediaan, piutang,
dan efesiensi di bidang lainnya (Kasmir, 2010:113).
Salah satu proksi yang digunakan untuk mengukur rasio aktivitas ini
adalah Total Assets Turnover (TATO). TATO menunjukkan tingkat efesiensi
penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu. semakin tinggi nilai TATO berarti semakin tinggi efesiensi
penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan (Syamsuddin, 2004:62).
TATO dirumuskan sebagai berikut:
!"#$%&'&#
Total Assets Turnover = ()*&' ,-*./& (1)
Keterangan :
Penjualan : Penjualan bersih perusahaan
Total Aktiva : Total Aset perusahaan akhir tahun
134
JIHBIZ: Global Journal of Islamic Banking and Finance
Volume 1, No - (2)
ISSN-E: 2684-8554
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini memberikan ukuran efektivitas
menajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan
dari penjualan dan pendapatan investasi (Kasmir, 2010: 120). Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang meniai kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan penjualan dan menekan biaya yang terjadi. Selain itu, rasio ini
juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mamanfaatkan aktivanya
untuk memperoleh keuntungan yang optimal (Rasid, 2018). Rasio profitabilitas
ini menggambarkan kinerja fundamental suatu perusahaan yang diukur dari
tingkat efesiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba.
Untuk mengukur rasio profitabilitas dapat dinilai dari beberapa proksi,
salah satunya adalah Return On Equity (ROE). ROE merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (Income) yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik
kedudukan perusahaan (Syamsuddin, 2004: 64). Rasio ini dihitung dari
pembagian antara laba bersih dan ekuitas. Jika hasil pembagian tersebut
menunjukkan nilai yang tinggi maka semakin baik pula keadaan perusahaan
tersebut. Return On Equity (ROE) dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
Net Profit After Taxes : Laba bersih setelah pajak
Equity : Ekuitas (modal)
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya pada jatuh tempo (Sartono, 2010: 116). Rasio
likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka
pendek. Kewajiban jangka pendek adalah utang yang akan dilunasi dalam
satu tahun. Pengukuran likuiditas mengaitkan antara kewajiban jangka pendek
dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Rasio ini bertujuan
untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar utang
lancarnya dengan aktiva lancarnya.
Indikator untuk mengukur rasio likuiditas salah satunya adalah Current
Ratio (CR). CR merupakan salah satu proksi untuk menilai likuiditas suatu
8A27B: C:DE:4
Current Ratio = F2:DG C:DE:4
(2)
Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya
baik jangka pendek maupun jangka panjang (Kasmir, 2010:112).
Untuk mengetahui besar kecilnya rasio ini maka digunakan indikator
yaitu Debt to Equity Ratio (DER). DER membandingkan antara utang dengan
modal sendiri (perusahaan). Semakin kecil utang dianggap semakin baik
karena melihat sisi buruknya utang yakni beban tetap (bunga) yang harus
dibayar, juga semakin kecil (Asnawi dan Wijaya, 2015: 24). DER dapat
dirumuskan sebagai berikut:
()*&' H*&#I
Debt to Equity = J-%.*&K
(3)
Return Saham
Return atau tingkat pengembalian menurut Brigham dan Houston
(2006: 215) adalah pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima
dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan.
Return saham merupakan faktor yang memotivasi dan juga imbalan atas
keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya (Tandelilin, 2007). Menurut Brigham dan Houston (2006) return
saham dirumuskan sebagai berikut:
!!" !#
Return Saham = !#
(4)
METODE PENELITIAN
Regresi Data Panel merupakan kombinasi dari data bertipe Cross-
section dan data time series yakni sejumlah variabel diobservasi atas
sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka waktu tertentu
136
JIHBIZ: Global Journal of Islamic Banking and Finance
Volume 1, No - (2)
ISSN-E: 2684-8554
(Rosadi, 2012: 283). Dalam regresi data panel ini terdapat tiga model regresi
yang dapat digunakan sesuai dengan hasil dari pemilihan model regresi
tersebut. Ketiga model tersebut adalah Common Effect, Random Effect dan
Fixed Effect. Berdasarkan ketiga model tersebut, untuk menentukan model
mana yang akan digunakan sebagai model regresi pada penelitian ini maka
diperlukan beberapa uji yaitu uji Chow dan uji Hausaman. Adapun persamaan
analisis regresi data panel sebagai berikut:
Ketetarangan:
Y72 = Return Saham dari unit ke- i dan diamati pada periode ke- t
X172 = Rasio Aktivitas dari unit ke- i dan diamati pada periode ke- t
X272 = Rasio Profitabilitas dari unit ke- i dan diamati pada periode ke- t
X372 = Rasio Likuiditas dari unit ke- i dan diamati pada periode ke- t
X472 = Leverage dari unit ke- i dan diamati pada periode ke- t
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi Variabel Independen
e = error term
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan triwulan perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada kelompok Jakarta Islamic Index (JII) periode
2013-2017. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik Purpossive sampling. Dari hasil teknik tersebut terdapat
4 perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel yaitu PT. Astra Indonesia,
PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Kalbe Farma, dan PT. Unilever Indonesia.
KESIMPULAN
1. Rasio aktivitas (TATO) secara parsial berpengaruh negatif terhadap return
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di JII periode 2013-2017.
2. Rasio Profitabilitas (ROE) secara parsial berpengaruh Positif terhadap
return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di JII periode 2013-
2017.
3. Rasio Likuiditas (CR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap return
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di JII periode 2013-2017.
4. Leverage (DER) secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di JII periode 2013-2017.
5. Rasio aktivitas (TATO), rasio profitabilitas (ROE), rasio likuiditas (CR), dan
leverage (DER) secara simultan tidak berpengaruh terhadap return saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di JII periode 2013-2017.
140
Jurnal 3
Untuk Judul 1
PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS,
LEVERAGE, DAN AKTIVITAS TERHADAP
PENGEMBALIAN INVESTASI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BEI TAHUN 2013-2015
ABSTRAK
Kata kunci : rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan
pengembalian investasi.
ABSTRACT
This study aims to test the ratio of liquidity, profitability, leverage, and activity
to return on investment and test which factors of the ratio the most influential on return
on investment. Research Methods used quantitative methods. This study uses data of
financial statements of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange period 2013-2015 with a sample of 16 companies. Analysis method used in
this research is Multiple Linear Regression Test. The results showed that only partially
Profitability Ratios and Leverage that have a significant effect on Return on Investment.
While the Liquidity Ratios and Activities that have no significant effect on Return on
Investment. Second, the simultaneous test shows that the Liquidity Ratio, Profitability,
Leverage, and Activity together have a significant influence on Return of Investment.
Keywords : liquidity ratio, profitability ratio, leverage ratio, activity ratio, and return
on investment.
630
PENDAHULUAN
Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah
tersedianya dana, sumber dana murah, yang dapat diperoleh suatu industri adalah
dengan menjual saham kepada publik di pasar modal. Di sisi lain, keputusan investor
dan investor potensial untuk berinvestasi pada suatu perusahaan di pasar modal
berkembang dari keinginan investor dan investor potensial untuk mendapatkan suatu
pengembalian dari yang mereka investasikan, disamping mereka juga melakukan
investasi pada money market yang berupa tabungan dan deposito. Menurut Tandelilin
(2010), saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal dan
merupakan instrumen investasi yang cukup menarik karena dapat memberikan
pengembalian investasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan investasi lainnya
seperti obligasi.
Tingkat pengembalian menjadi daya tarik bagi investor potensial untuk
berinvestasi pada saham karena tingkat pengembalian merupakan indikator untuk
meningkatkan keuntungan dari para investor dan merupakan imbalan atas keberanian
investor dalam menanggung risiko atas investasi yang telah dilakukannya. Kualitas
operasional bisnis dari suatu perusahaan dapat diindikasikan melalui indikator keuangan
yaitu laporan keuangan tahunan. Informasi yang disajikan oleh pihak manajemen dalam
laporan keuangan tahunan memberikan gambaran kinerja keseluruhan perusahaan
secara komprehensif, baik gambaran kinerja keuangan maupun non keuangan yang
perlu diketahui oleh stockholders, investor potensial, pemerintah, dan masyarakat. Salah
satu cara untuk memanfaatkan informasi dari laporan keuangan adalah dengan
menggunakan analisis terhadap rasio-rasio keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah informasi
keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap pengembalian
investasi. Analisis rasio keuangan didasarkan pada data keuangan historis yang tujuan
utamanya adalah memberi suatu indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan
datang. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisa
prestasi operasi perusahaan. Disamping itu analisis rasio keuangan juga dapat
diperhitungkan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan.
631
Rumusan Masalah
1. Apakah rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aktivitas mempunyai pengaruh
secara parsial terhadap pengembalian investasi ?
2. Apakah rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aktivitas mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap pengembalian investasi ?
3. Diantara rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aktivitas variabel manakah
yang mempunyai pengaruh dominan terhadap pengembalian investasi ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tambahan tentang pengaruh
Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Leverage, dan Aktivitas terhadap pengembalian
investasi yang disajikan secara simultan dan parsial serta menentukan rasio manakah
yang berpengaruh dominan terhadap pengembalian investasi. Penelitian ini juga dapat
memberikan informasi yang dapat bermanfaat bagi investor sebagai acuan pengambilan
keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian investasi, bagi perusahaan
dapat digunakan sebagai tambahan informasi tentang laba yang dihasilkan dalam
kegiatan operasional sebagai fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan, dan bagi
peneliti adalah untuk menambah wawasan dalam bidang penelitian guna bekal dalam
penulisan skripsi.
KAJIAN TEORI
Investasi
Halim (2005:1), investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan
secara makro, investasi merupakan jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk
menambah stock dalam periode tertentu (Nanga, 2005). Investasi disimpulkan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal untuk membeli perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia
dalam perekonomian. Investasi disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal.
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Dimana
definisi efek adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan
dalam bentuk surat berharga, saham atau obligasi, bukti hutang (promissory notes),
632
bunga atau partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (reksa dana), hak untuk membeli
suatu saham (rights), warrant untuk membeli saham pada masa mendatang atau
instrumen yang dapat diperjualbelikan. Sedangkan bentuk-bentuk investasi, yaitu :
a. Investasi Langsung (direct investment) adalah investasi pada aset riil (Real Assets)
misalnya : pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan
atau perkebunan, dan lain-lain.
b. Investasi Tidak Langsung (indirect investment) atau investasi portofolio adalah
investasi pada aset finansial (Financial Assets) :
Investasi di pasar uang : deposito, sertifikat BI.
Investasi di pasar modal : saham, obligasi, opsi, warrant.
Return (Tingkat Pengembalian)
Return dari suatu aset adalah tingkat pengembalian atau hasil yang diperoleh
akibat melakukan investasi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor untuk berinvestasi karena dapat menggambarkan secara nyata perubahan
harga. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan
kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dengan risiko penurunan daya beli
akibat adanya inflasi.
Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di
masa datang. Sedangkan return yang terjadi merupakan tingkat return yang telah
diperoleh di masa lalu. Antara tingkat return yang diharapkan dan return yang terjadi
atau return aktual merupakan risiko yang harus dipertimbangkan dalam proses
investasi.
Tingkat pengembalian (return) biasanya di bedakan menjadi dua yaitu:
a. Return Realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dihitung
berdasarkan data historis.
b. Return Ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.
Laporan Keuangan
Menurut PSAK No. 1 Tahun 2015:2, “Laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping
633
itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.“
Pemakai laporan keuangan menurut PSAK No. 1 Tahun 2015 meliputi investor
sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur
usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia Tahun 2012, terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok yaitu: (1) dapat dipahami; (2) relevan; (3) keandalan; (4) dapat
dibandingkan.
Analisa Laporan Keuangan
Harahap (2015:190) “Analisa laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos
laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya
yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik
antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat.”
Kasmir (2016:70) metode yang digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan, terdapat beberapa jenis teknik analisa laporan keuangan yang dapat
dilakukan adalah: Analisa perbandingan antara laporan keuangan, Analisa trend atau
tendesi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam presentase
(Trend Preventage Analysis), Analisa persentase per komponen (common size
statement), Analisa sumber dan penggunaan dana, Analisa sumber dan penggunaan kas
(cash flow statement analysis), Analisa rasio, Analisa kredit, Analisa laba kotor (gross
profit analysis), Analisa titik pulang pokok atau titik impas (break event point).
Rasio Keuangan
Rasio keuangan menurut Harahap (2015:297), adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Sedangkan pengertian rasio keuangan
menurut Kasmir (2016:104), merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
634
Quick Ratio (QR)
Harahap (2015:302), rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang
paling likuid mampu menutupi utang lancar. Sedangkan menurut Kasmir (2016:136),
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar
kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan
cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Semakin besar nilai dari rasio ini maka
semakin baik pula kemampuan aset lancar melunasi hutang lancarnya.
Return On Equity (ROE)
Kasmir (2016:204), rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya.
Debt to Equity Ratio (DER)
Kasmir (2016:157), rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang
lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan
utang. Bagi Bank (kreditur), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang
mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan
semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan
yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika
terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva.
Total Assets Turnover (TATO)
Kasmir (2016:185), rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua
aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh
dari tiap rupiah aktiva.
Dividend Payout Ratio (DPR)
Gitman (2003) “Dividend Payout Ratio adalah persentase yang diperoleh yang
didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas”. Sedangkan
635
menurut Brigham dan Houston (2001:69) “Dividend Payout Ratio adalah persentase
dari laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham”.
Likuiditas (X1)
Profitabilitas (X2)
Pengembalian Investasi (Y)
Leverage (X3)
Aktivitas (X4)
Sumber : Peneliti (2017)
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian teori yang telah dilakukan
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Bahwa rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan rasio aktivitas
secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengembalian
investasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2015.
H2 : Bahwa rasio likuiditas, rasio profitabilitas, leverage, dan rasio aktivitas
secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengembalian
investasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2015.
H3 : Bahwa rasio profitabilitas yang mempunyai pengaruh dominan terhadap
pengembalian investasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015.
METODELOGI PENELITIAN
Pengukuran Variabel
Adapun variabel yang digunakan dan pengukurannya, adalah:
a. Variabel Terikat
Y = Dividend Payout Ratio (DPR)
b. Variabel Bebas
636
1. X1 = Quick Ratio (QR)
637
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai Dividen Payout Ratio (DPR) positif
selama periode penelitian 2013, 2014, dan 2015.
Berdasarkan kriteria yang ditentukan terdapat 16 perusahaan manufaktur yang
datanya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 1
Proses Pemilihan Sampel
No. Kriteria Pengambilan Sampel Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
143
Indonesia pada periode 2013 sampai 2015.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan
keuangan secara lengkap dari periode 2013, 2014, dan 137
2015.
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai
16
Pengembalian Investasi (DPR)
Perusahaan Manufaktur yang memenuhi kriteria sampel 16
Tabel 2
Sampel Penelitian
No. KODE NAMA PERUSAHAAN
1. AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
2. ASII Astra International Tbk
3. AUTO Astra Auto Part Tbk
4. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
5. EKAD Ekadharma International Tbk
6. GGRM Gudang Garam Tbk
7. HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
8. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
9. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10. INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
11. INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
12. KLBF Kalbe Farma Tbk
13. MERK Merck Tbk
14. SMGR Semen Indonesia Tbk d.h Semen Gresik Tbk
15. SRIL Sri Rejeki Isman Tbk
16. UNVR Unilever Indonesia Tbk
Sumber: Peneliti (2017)
Metode Analisis Data
Untuk meneliti pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Leverage, dan
Aktivitas terhadap Pengembalian Investasi digunakan Regresi Linier Berganda. Dengan
menggunakan variabel Rasio Likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio (QR), Rasio
Profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE), Rasio Leverage yang diukur
dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan Rasio Aktivitas yang diukur dengan Total
638
Assets Turnover (TATO) sebagai variabel bebas dan Pengembaian Investasi yang
diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai variabel terikat.
Analisis Persamaan Regresi Linier Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi
linier berganda. Bentuk persamaan linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = α + (β1X1) + (β2X2) + (β3X3) + (β4X4) + e
Keterangan :
Y : Pengembalian Investasi
α : Konstanta
X1 : Quick Ratio
X2 : Return On Equity
X3 : Debt to Equity Ratio
X4 : Total Asset Turnover
β1, β2, β3, β4 : koefisien regresi
e : variabel penganggu
Uji t
Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel yang
terikat, digunakan pengujian koefisien regresi secara parsial (uji t). Uji t berfungsi untuk
menguji signifikansi koefisien regresi secara individual. Penerimaan dan penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel dengan nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis nol
(H0) diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variabel bebas tersebut mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel terikat.
b. Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel dengan nilai signifikansi t < 0,05 maka
hipotesis nol (H0) ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel bebas tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
639
Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersamaan
(simultan) mampu menjelaskan variabel terikat. Penerimaan dan penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika F hitung ≤ F tabel dengan nilai signifikansi F > 0,05 maka hipotesis nol
(H0) diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa keempat variabel bebas tersebut
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel terikat.
b. Jika F hitung > F tabel dengan nilai signifikansi F < 0,05 maka hipotesis nol
(H0) ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa keempat variabel bebas tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengukur besarnya hubungan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat dapat dilihat melalui koefisien determinasi (R 2). Semakin tinggi nilai R2
suatu regresi maka semakin baik regresi tersebut, demikian pula sebaliknya.
Hasil Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan agar dapat memberikan gambaran terhadap
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan
empat variabel bebas yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Rasio
Likuiditas, Profitabilitas, Leverage, dan Aktivitas terhadap Pengembalian
Investasi. Variabel terikat dalam penelitian ini menggunakan Pengembalian
Investasi. Deskriptif variabel atas data yang dilakukan selama tiga tahun, sehingga
jumlah data secara keseluruhan yang diamati berjumlah 48 sampel untuk
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Tabel 3
Data Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Pengembalian Investasi 48 ,00 1,38 ,4398 ,04093 ,28358
Quick Ratio 48 ,16 5,61 1,5335 ,16875 1,16912
Return On Equity 48 ,02 1,26 ,2571 ,04222 ,29251
Debt to Equity Ratio 48 ,16 2,26 ,8690 ,08729 ,60478
Total Asset Turnover 48 ,39 2,84 1,1731 ,08594 ,59540
Valid N (listwise) 48
Sumber: Peneliti (2017)
640
Dari tabel 3 diatas, diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah sebanyak 16 sampel dan disebabkan karena jangka waktu
observasi selama 3 tahun maka N = 48. Selain itu, diketahui bahwa rata-rata
Pengembalian Investasi sebesar 0,4398 dengan standar deviasi sebesar 0,28358.
Quick Ratio (QR) memiliki rata-rata 1,5335 dengan standar deviasi 1,16912,
Return On Equity (ROE) memiliki rata-rata 0,2671 dengan standar deviasi
0,29251, Debt to Equity Ratio (DER) memiliki rata-rata 0,8690 dengan standar
deviasi 0,60478, Total Assets Turnover (TATO) memiliki rata-rata 1,1731 dengan
standar deviasi sebesar 0,59540.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu
rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aktivitas terhadap variabel terikat
yaitu pengembalian investasi.
Tabel 4
Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) ,431 ,167 2,574 ,014
Quick Ratio -,002 ,035 -,007 -,048 ,962
Return On Equity ,507 ,251 ,523 2,021 ,049
Debt to Equity Ratio -,207 ,082 -,442 -2,533 ,015
Total Asset Turnover ,052 ,114 ,109 ,454 ,652
a. Terikatt Variable: Pengembalian Investasi
Sumber: Peneliti (2017)
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa persamaan regresi linier berganda
adalah sebagai berikut :
Pengembalian Investasi = 0,431 - 0,002X1 + 0,507X2 - 0,207X3 + 0,052X4 + e
Persamaan regresi di atas memiliki makna:
1. Konstanta (α) sebesar 0,431 mempunyai arti apabila semua variabel bebas
sama dengan nol, maka pengembalian investasi perusahaan manufaktur
bernilai sebesar 0,431.
2. Quick Ratio (X1) mempunyai koefisien regresi sebesar -0,002, mempunyai arti
setiap kenaikan quick ratio sebesar 1 satuan maka pengembalian investasi
perusahaan manufaktur turun sebesar -0,002 dengan asumsi faktor-faktor yang
lain tetap atau cateris paribus.
641
3. Return On Equity (X2) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,507, mempunyai
arti setiap kenaikan return on equity sebesar 1 satuan maka pengembalian
investasi perusahaan manufaktur naik sebesar 0,507 dengan asumsi faktor-
faktor lain tetap atau cateris paribus.
4. Debt to Equity Ratio (X3) mempunyai koefisien regresi sebesar -0,207,
mempunyai arti setiap kenaikan debt to equity ratio sebesar 1 satuan maka
pengembalian investasi perusahaan manufaktur turun sebesar -0,207 dengan
asumsi faktor-faktor yang lain tetap atau cateris paribus.
5. Total Asset Turnover (X4) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,052,
mempunyai arti setiap kenaikan total asset turnover sebesar 1 satuan maka
pengembalian investasi perusahaan manufaktur naik sebesar 0,052 dengan
asumsi faktor-faktor yang lain tetap atau cateris paribus.
Besarnya peranan Quick Ratio, Return On Equity, Debt to Equity Ratio,
dan Total Assets Turnover terhadap Pengembalian Investasi diukur melalui
koefisien determinasi ( R2). Berikut ini adalah hasil uji koefisien determinasi :
Tabel 5
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,605 a ,366 ,307 ,23600
a. Predictors: (Constant), Total Asset Turnover, Debt to Equity Ratio,
Quick Ratio, Return On Equity
Sumber: Peneliti (2017)
Hasil uji Adjusted R2 pada penelitian ini diperoleh nilai sebesar 0,307. Hal
ini menunjukkan bahwa pengembalian investasi dipengaruhi oleh quick ratio,
return on equity, debt to equity ratio, dan total asset turnover sebesar 30,7%,
sedangkan sisanya sebesar 69,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
PEMBAHASAN
Uji t (Secara Parsial)
Untuk mengetahui pengaruh Quick Ratio, Return On Equity, Debt to
Equity Ratio, dan Total Assets Turnover terhadap Pengembalian Investasi, maka
perhitungan hasil uji t sebagai berikut:
642
Tabel 6
Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
643
Tabel 7
Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1,385 4 ,346 6,216 ,000b
Residual 2,395 43 ,056
Total 3,780 47
a. Terikatt Variable: Pengembalian Investasi
b. Predictors: (Constant), Total Asset Turnover, Debt to Equity Ratio, Quick Ratio, Return
On Equity
Sumber: Peneliti (2017)
Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar
6,216 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari taraf
signifikan sebesar 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quick Ratio, Return
On Equity, Debt to Equity Ratio, dan Total Assets Turnover secara simultan atau
bersama-sama memiliki pengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan
terhadap Pengembalian Investasi.
Pembuktian Dominan
Pembuktian dominan digunakan untuk mengetahui variabel bebas mana
yang dominan berpengaruh terhadap variabel terikat. Untuk menentukan variabel
bebas yang dominan mempengaruhi variabel terikat dapat dilihat dari Koefisien
Beta (Beta Coefficient) atau yang disebut Standardized Coefficients.
Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat diketahui bahwa variabel profitabilitas
yang dominan dalam mempengaruhi pengembalian investasi dengan nilai
standardized coefficients β sebesar 0,523 lebih besar dibanding variabel likuiditas
(QR), variabel leverage (DER), dan variabel aktivitas (TATO).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan yang dilakukan
sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan bahwa : 1. Secara parsial terbukti
bahwa hanya Quick Ratio (QR) dan Total Assets Turnover (TATO) memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap Pengembalian Investasi. Sedangkan
Return On Equity Ratio (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Pengembalian Investasi. 2. Secara simultan
terbukti bahwa Quick Ratio (QR), Return On Equity Ratio (ROE), Debt to Equity
644
Ratio (DER), dan Total Assets Turnover (TATO) secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Pengembalian Investasi. 3. Dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas (ROE) yang dilihat dengan
menggunakan koefisien beta memiliki pengaruh dominan terhadap pengembalian
investasi dibanding variabel likuiditas (QR), variabel leverage (DER), dan
variabel aktivitas (TATO).
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, penulis memberikan saran: Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk para investor dalam
melakukan investasi saham sebaiknya melihat kondisi perusahaan melalui Quick
Ratio, Return On Equity Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Total Assets Turnover
karena faktor tersebut terbukti memiliki pengaruh terhadap pengembalian
investasi. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan kajin lebih lanjut
dengan memasukkan variabel bebas lainnya serta memperpanjang periode
penelitian sehingga akan diperoleh gambaran lebih jelas tentang kondisi laporan
keuangan di Bursa Efek Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham Eugene. dan Houston Joel., 2001, Manajemen Keuangan, Buku 1,
Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Gitman, Lawrence J., 2003. Principles of Managerial Finance, Tenth Edition,
Addison Wesley.
Halim, Abdul., 2005, Analisis Investasi, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafri., 2015, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2012, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba
Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2015, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No 1:
Penyajian Laporan Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir., 2016, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers.
645
Jurnal 1
Untuk Judul 2
Dedek Hasanur PENGARUH JUMLAH PENDUDUK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
Abstract
This study aims (a). to determine the effect of population size and economic growth
on local revenues in districts / municipalities in Barsela region, (b). to determine the
effect of the Number of Residents on the Original Revenue of Regencies /
Municipalities in the Barsela region, (c). to determine the effect of Economic Growth
on Local Revenue at Regency / City in Barsela region. The data analysis model uses
multiple regression analysis. The results of simultaneous research on the variable of
population and economic growth have significant and significant effect to PAD.
Partially, the number of residents has a positive and significant effect to the original
income of the regency / municipality of Barsela of Aceh Province. While partially
economic growth does not affect the local revenue.
Keywords: population, economic growth and local income
1. PENDAHULUAN
Negara Indonesia sebagai negara berkembang sedang giat-giatnya
melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan tersebut dilakukan
dengan tujuan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu masyarakat yang adil
dan makmur. Pembangunan pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus
menerus dilakukan menuju kearah yang lebih baik. Pelaksanaan pembangunan
sangat ditentukan dengan adanya biaya operasional melalui anggaran yang didapat
dari pendapatan daerah ataupun dana perimbangan dari pusat setiap tahunnya.
Pembangunan yang selama ini sudah berlangsung disetiap daerah sebagai bagian
integral dari pembangunan Nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi
daerah. Pelaksanaan pembangunan yang ada di daerah memperhatikan aspek
pembangunan berwawasan kepentingan daerah atau mempertimbangkan pada
kebutuhan daerah itu sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah sebenarnya mempunyai
tujuan untuk membebaskan beban dan urusan domestik di daerah yang ada, dan
pemerintah pusat diharapkan lebih memfokuskan diri pada kebijakan Nasional yang
strategis. Disisi lain daerah otonomi juga akan melalui proses-proses pemberdayaan
yang lebih berpengaruh, dan hal itu dipakai sebagai dasar kebijakan otonomi daerah.
Pelaksanaan Undang – Undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah mengharuskan tiap daerah mampu mengembangkan
otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka
memberdayakan masyarakat, lembaga ekonomi, politik, hukum, adat dan lembaga
swadaya masyarakat. Dalam penjelasannya UU tersebut telah dinyatakan bahwa
“Penyerahan sumber keuangan daerah baik berupa pajak daerah dan retribusi
Jurnal E-KOMBIS| Volume III, No.2, 2017| 46
Dedek Hasanur PENGARUH JUMLAH PENDUDUK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
dan retribusi daerah tersebut. PDRB dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa-
jasa yang diproduksi didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Barang-
barang dan jasa-jasa ini diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk
negara tersebut, tetapi oleh penduduk negara lain yang bertempat tinggal di negara
tersebut. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula
kemampuan orang untuk membayar berbagai pungutan yang ditetapkan Pemerintah.
Dalam konsep makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar PDRB yang
diperoleh maka akan semakin besar pula potensi penerimaan daerah. Besar kecilnya
PAD sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam PDRB.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Badan Pusat Statistik (2015) Pendapatan Asli Daerah adalah
seluruh penerimaan dari berbagai usaha Pemerintah Daerah, baik untuk
mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai
kegiatan rutin maupun dalam kegiatan pembangunannya. Sedangkan menurut NN
dalam K Datu (2012), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari
berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan
daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun
pembangunannya, yang terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba
Usaha Milik Daerah, dan Lain-lain Penerimaan Asli Daerah yang Sah
Menurut Darise (2009, h. 33) Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya
disingkat PAD adalah pendapatan yang di peroleh daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan perundang-undangan. Pendapatan
Asli Daerah yang merupakan sumber penerimaan asli daerah sendiri perlu terus
ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pemerintah dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun
meningkat sehingga kemandirian otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab
dapat dilaksanakan.
Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2006, h. 9) pertumbuhan ekonomi adalah sebagai suatu
ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan perekonomian dalam suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pernyataan tersebut
selalu dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan Pendapatan Nasional dalam
suatu tahun sebelumnya.
Menurut Scumpeter dalam Adisasmita (2013, h. 35) pertumbuhan ekonomi
adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap terjadi melalui
kenaikan tabungan dan penduduk. Sedangkan menurut Djojohadikusumo dalam
Sanusi (2004, h. 8) Pertumbuhan Ekonomi berpokok pada proses peningkatan
produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Schumpeter dan
Ursula Hicks membedakan antara istilah perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan ekonomi menurut mereka mengacu kepada permasalahan negara
terbelakang, sedangkan pertumbuhan ekonomi mengacu kepada permasalahan
negara maju.
Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik (2015) penduduk adalah semua orang yang
berdomisili diwilayah geografis selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang
berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Smith dalam
Siskawati (2014) menjelaskan bahwa, dengan didukung bukti empiris, pertumbuhan
penduduk tinggi akan dapat menaikkan output tingkat dan ekspansi pasar baik
pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penambahan penduduk tinggi yang diiringi
dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala
ekonomi di dalam produksi. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang
dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur penting yang dapat
memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya pendapatan dapat
mempengaruhi penduduk, jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang
dapat ditarik juga meningkat.
3. METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah di Kabupaten/kota kawasan Barsela, adapun
yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pengaruh jumlah penduduk dan
pertumbuhan ekonomi terhadap PAD (studi kasus di kabupaten/kota kawasan
Barsela Provinsi Aceh) dalam kurun waktu 2008-2014.
Data Penelitian
Dalam peneltian ini peneliti menggabungkan data dari kabupaten/kota
kawasan Barsela, penggabungan ini dilakukan karena minimnya data yang tersedia
disetiap kabupaten. Untuk memenuhi syarat penelitian model regresi linier berganda
maka peneliti melakukan penggabungan data agar hasil penelitian dapat maksimal.
Y = a + b1 x1 + b2 x2+ e
Dimana,
Y : Variabel Terikat (Pendapatan Asli Daerah)
a,b : Koefisien Regresi
X1 : Jumlah Penduduk
X2 : Pertumbuhan Ekonomi
e : Kesalahan Penganggu (error term)
b. Uji Heterokedatisitas
Menurut Sudarmanto (2005. H, 147) uji heterokedatisitas ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk
semua pengamatan. Apabila asumsi tidak terjadinya heterokedatisitas ini tidak
terpenuhi, maka penaksir tidak lagi menjadi efisien baik dalam sampel kecil Maupun
besar dan estimasi koefisien dapat dikatakan menjadi kurang akurat.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan diantara
variabel bebas memiliki masalah multikolerasi (gejala multikolinieritas) atau tidak.
Multikolinieritas adalah kolerasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang terjadi
pada hubungan diantara variabel bebas (Sarjono dan Julianita2013, h. 70).
Ada beberapa cara mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas, sebagai
berikut:
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan
memengaruhi variabel terikat.
Menganalisis korelasi diantara variabel bebas. Jika diantara variabel bebas ada
kolerasi yang cukup tinggi (lebih besar daripada 0,90), hal ini mengindikasi
adanya multikolinieritas.
Multikolinieritas juga dapat dilihat dari nilai VIF (variance-inflating faktor). Jika VIF
< 10, tingkat kolinearitas dapat ditoleransi.
Nilai Eigenvalue sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang mendekati nol
memberikan petujuk adanya multikolinieritas.
Uji F
Uji F adalah uji statistik koefisien korelasi berganda di gunakan untuk menguji
signifikan atau tidaknya hubungan lebih dari dua variabel (Misbahuddin dan Hasan.
2013, h.150).
Uji t
Uji t adalah pengujian statistik koefisien korelasi parsial yang digunakan untuk
melihat signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel interval ratio yang melibatkan
hubungan lebih dari dua variabel dengan mengkonstantakan variabel yang tidak
diukur (Misbahuddin dan Hasan2013, h.150).
Gambar 1. Gambar 2.
b. Uji Heterokedatisitas
Dari scatterplot tersebut, dapat terlihat bahwa titik-titik penyebaran secara
acak, baik dibagian atas angka nol mapun dibagian bawah angka nol dari sumbu
vertikal atau sumbu Y. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedatisitas dalam penelitian ini.
c. Uji Multikolinearitas
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari kedua variabel (X1 dan X2)
diperoleh nilai VIF = 1,035. Artinya, nilai VIF lebih kecil dari pada 10 (1,035 < 10)
dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinieritas di antara
variabel bebas.
Model Summaryb
Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien kolerasi (R) sebesar 0,623
menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan
variabel dependen sebesar 62,3%. Artinya jumlah penduduk dan pertumbuhan
ekonomi mempunyai hubungan dengan pendapatan asli daerah. Kekuatan
hubungan antara variabel independen dan dependen berada pada interval yang
“kuat” yakni 0,40 < KK ≤ 0,70.
Selanjutnya Koefisien determinasi sebagai mana yang telah diketahui pada
tabel di atas adalah sebesar 0,388 menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah di
kabupaten/kota kawasan Barsela sebesar 38,8% di pengaruhi oleh jumlah penduduk
dan pertumbuhan ekonomi sedangkan sisanya sebesar 61,2% di pengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak ada di dalam penelitian ini.
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Contants) 9,623 2,903 3,315 ,002
X1 1,249 ,236 ,578 5,289 ,000
X2 -,487 ,357 -,149 -1,397 ,177
a. Dependen Variabel: Pendapatan Asli Daerah
Tabel 4.2.5
ANOVAa
Sum of
Squares
Model Df Mean Square F Sig.
1 Regression 14,041 2 7,021 16,821 0,000b
Residual 22,122 53 ,417
Total 36,163 55
a. Dependent Variabel: Y
Pada penelitian ini taraf tingkat keyakinan adalah 95%, (α ) 0,05. F tabel
dihitung menggunakan microsoft excell. df pembilang = jumlah variabel – 1 = 3 – 1 =
2. df penyebut jumlah sampel – jumlah variabel = 56 – 3 = 53. Jadi rumus
menghitung F tabel menggunakan excell adalah finv (0,05;2;53) F tabel = 3,17.
Berdasarkan tabel 4.2.5 diatas menunjukan bahwa Fhitung16,821 dan Ftabel
3,17 jadi Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel yang
dimasukkan kedalam model ini yakni jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah di
Kabupaten/ kota kawasan Barsela. Hasil uji signifikansi menunjukkan nilai sig.0,000
jika di bandingkan dengan α = 0,05, nilai signifikan lebih kecil dari α (0,000 < 0,05)
Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya koefisien regresi adalah
signifikan.
4.2. Pembahasan
Hasil Pengujian Secara Simultan
Pengujian secara simultan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen yang terdiri dari jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi secara
bersama – sama mempengaruhi variabel dependen yaitu pendapatan asli daerah di
kabupaten/kota kawasan Barsela. Hasil pengujian secara statistik ini menunjukkan
bahwa nilai F penelitian > nilai F tabel (16,821 > 3,17), maka, Ha diterima H0 ditolak.
yang murah, jika para pekebun tetap mengambil hasil karet maka kebutuhan tidak
mencukupi sehingga harus mencari tambahan pendapatan dengan bekerja
dibidang yang lain.
4.2 Saran
Setelah melakukan serangkaian pengujian dan pembahasan mengenai
pengaruh penduduk dan pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan asli daerah di
kabupaten/ kota kawasan Barsela Provinsi Aceh. Berikut ini diajukan beberapa saran
yang berkaitan dengan tulisan ini yaitu:
Dari penerimaan pendapatan asli daerah melalui pajak daerah dan retribusi yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota Barsela secara rata-rata telah efektif
dan cukup efisien, untuk itu diharapkan kepada pemerintah kabupaten/ kota
Barsela agar terus meningkatkan penerimaaan pajak dan retribusi, disamping itu
pemerintah juga harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pemungutan pajak dan retribusi sehingga lebih efektif dan efisien.
Melakukan penyederhanaan, penyempurnaan mekanisme dan prosedur, serta
penataan ulang jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah ataupun jenis
penerimaan daerah lainnya. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan
efektifitas sumber-sumber PAD tersebut, serta meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat.
Melihat kembali sektor-sektor perekonomian yang menjadi unggulan dalam
meningkatnya pertumbuhan ekonomi agar dapat meningkatkan pendapatan asli
daerah melalui pajak daerah.
Penerimaan pajak daerah perlu di pertahankan konsistensinya dan ditingkatkan
secara proposional sesuai dengan perkembangan kegiatan ekonomi yang ada.
Penerimaan pajak akan berhasil jika melibatkan semua staholder yang ada
didaerah untuk mencari solusi bersama yang dilakukan sesuai dengan peraturan
perundangan yang ada secara konsisten dan proposional
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. (2013), Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Pertumbuhan
Ekonomi Dan Wilayah. Yogyakarta, Graha Ilmu
Badan Pusat Statistik. (2015), Aceh Barat Dalam Anggka 2015. Meulaboh
Badan Pusat Statistik. (2015), Statisitk Daerah Kabupaten Aceh Barat 2015.
K, Datu, Rindu, Indra. (2012), Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah (Pad) Di Makassar Tahun 1999-2009.http://repository.unhas.ac.id.
Semarang, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Misbahuddin., dan Hasan, Iqbal. 2013. Analisis Data Dengan Statistik. Jakarta, PT
Bumi Aksara.
Siahaan, P. Marihot. (2013), Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta. PT Raja
Gravido Persada.
Abstract: This study aims to see the effect of Economic Growth, Local Own Revenue (PAD),
Total Population, and Area of Regional Government on Capital Expenditures in Regency/ City in
West Sumatra Province. This type of research is quantitative research. The sample in this study
is the report on the realization of the APBD in 19 regency/ cities in West Sumatra for the 2016-
2019 fiscal year. The data analysis technique used is Multiple Linear Regression Analysis with
the help of SPSS 24. Based on the Multiple Linear Regression Analysis with a significance level
of 0.05, the results show that Local Own Revenue (PAD) and Regional Area have a significant
effect on Capital Expenditures, where the significant level - are 0.000 and 0.000, respectively.
Keyword: Capital Expenditures, Economic Growth, Local Own Revenue, Population, Area of
Regional, development financing
PENDAHULUAN
Sistem pertanggungjawaban dan pengelolaan keuangan daerah yang tercermin dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan bentuk otorisasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah, yaitu evaluasi kinerja masing-masing unit perangkat daerah. Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Pasal 19 ayat 1 dan 2 Keuangan Negara menegaskan hal tersebut,
yaitu tata cara berdasarkan prestasi kerja. Dengan membangun sistem anggaran yang dapat
mengintegrasikan rencana kinerja dengan anggaran tahunan, akan memungkinkan untuk melihat
keterkaitan antara dana yang tersedia dan hasil yang diharapkan.
Pada era setelah reformasi sekarang ini perhatian masyarakat tertuju terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah dan juga pelayanan yang diberikan pemerintah daerah kepada
masyarakat, selain itu pemerintah daerah juga dituntut untuk melakukan pengalokasian belanja
modal secara tepat. Sejak diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 mengenai pemerintah daerah
3452
kemudian dilakukan revisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 yang mengatur mengenai otonomi
daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan pendapatan layanan publik dan kesejahteraan masyarakat berdasarkan tujuan
otonomi daerah yang luas, benar, dan bertanggung jawab yang disepakati dengan pemerintah
daerah dan DPRD sesuai dengan peraturan daerah. APBD juga harus mencerminkan pemenuhan
kebutuhan masyarakat, dengan menitikberatkan pada potensi dan keragaman daerah (Abdul
Halim dan Syam Kusufi, 2012).
Diharapkan dengan adanya anggaran guna mendapat aset tetap dan juga pendanaan untuk
memelihara aset, maka pelaksanaan berbagai aktivitas dalam melayani kepentingan publik dapat
lebih lancar dan terarah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan tingkat Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan. Menurut penelitian yang dilakukan Arsyad
(2015:12) pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari peningkatan produktivitas dan pendapatan per
kapita masing-masing penduduk.Dikarenakan kenaikan pendapatan per kapita menggambarkan
adanya tambahan penghasilan serta adanya perbaikan terhadap kesejahteraan ekonomi rakyat.
Dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, seharusnya mampu mendorong untuk
terwujudnya pembangunan daerah yang nantinya akan dapat meningkatkan alokasi belanja
modal pemerintah daerah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu pengukuran dari kemajuan suatu daerah.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan baik, dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, selain itu pelayanan publik juga dapat dijalankan secara maksimal tanpa adanya
kendala. Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan stabil perlu adanya
kebijakan yang konkrit dari pemerintah daerah serta adanya perencanaan yang matang (Aryani,
2017). Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010, Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber
pendapatan yang diperoleh daerah dari pengelolaan kekayaan sumber daya ekonomi maupun
potensi ekonomi yang dimiliki daerah yang dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur
untuk peningkatan kesejahteraan dan kemajuan daerah. pengelolaan pendapatan asli daerah
bergantung pada setiap kebijakan dari masing-masing daerah melalui peraturan yang dibuat oleh
kepala daerah. Berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2004, pendapatan asli daerah terdiri
dari retribusi daerah, hasil pajak daerah, hasil pengelolaan sumber daya alam atau kekayaan
daerah, serta pendapatan lain-lain PAD yang sah.
Jumlah penduduk dari setiap daerah kabupaten dan kota akan mempengaruhi peningkatan
belanja daerah. Jumlah penduduk yang banyak dari sebuah daerah, menurut para ahli dalam
perencanaan pembangunan dapat dikategorikan sebagai aset dasar untuk pembangunan sebuah
daerah untuk dapat maju dan berkembang. Namun, hal tersebut dapat menimbulkan
permasalahan baru yakni permasalahan pembiayaan serta beban dalam proses pembangunan.
Pemerintah daerah dalam menentukan anggaran belanja modal, harus mempertimbangkan
kebutuhan daerah terhadap fasilitas sarana dan prasarana yang akan dibagun, yang dapat berguna
untuk memperlancar tugas pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara optimal(Asmuruf et al., 2015). Selain itu, dengan belanja
modal yang memadai, pemerintah dapat memaksimalkan dalam pembangunan fasilitas publik
yang dibutuhkan.
Luas wilayah merupakan kesatuan geografis dari suatu daerah beserta seluruh unsure yang
terkait terhadap batas dan sistem yang berlaku yang ditentukan berdasarkan aspek administrastif
serta aspek fungsional yang dimiliki (Kusnandar dan Siswantoro, 2016). Jika suatu daerah
mempunyai wilayah yang cukup luas, maka akan menghabiskan biaya pembangunan yang tidak
sedikit. Sehingga jika daerah tersebut ingin maju dan sejahtera, maka pemerintah daerah harus
3453
menyediakan anggaran yang banyak untuk dapat melakukan pembangunan.Untuk dapat
mewujudkan pembangunan serta kemajuan daerah, maka pemerintah daerah harus mampu
mengoptimalkan serta harrus mampu memanfaatkan penggunaan serta pengalokasian belanja
modal nya (Putra, 2017).
Berdasarkan pemahaman diatas, motivasi yang melandasi penelitian ini adalah
pengalokasian anggaran belanja modal yang semakin meningkat setiap tahunnya. Berbagai cara
telah ditempuh oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan publik, salah satunya
dengan menggunakan belanja modal untuk mencapai tujuan investasi (Solikin, 2010). Sehingga,
peningkatan belanja modal diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) masyarakat dalam pembangunan.
Dimana, sarana dan prasarana di Sumatera Barat masih sangat rendah, ketergantungan
pemerintah daerah yang tinggi pada bantuan pemerintah pusat dan kemampuan daerah untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih lemah, sehingga hal ini secara langsung
akan mempengaruhi kemampuan pendanaan rutin dan anggaran pembangunan daerah (Kafi,
2011). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas maka peneliti tertarik meneliti tentang
“’Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Jumlah Penduduk
dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah ( Studi Empiris Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat Tahun 2016-2019).
REVIU LITEARATUR
Teori Keagenan
Dalam pemerintahan pihak yang berperan sebagai principal atau pemberi wewenang adalah
pemerintah pusat, sedangkan yang berperan sebagai agen atau yang melaksanakan
tugas/wewenang adalah pemerintah daerah. Pemerintah pusat akan mendelegasikan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk mengelola pemerintahannya sendiri tetapi tetap pemerintah pusat
tidak sepenuhnya lepas tangan. Salah satu bukti campur tangan pemerintah pusat adalah dengan
memberikan bantuan berupa dana perimbangan yang bertujuan untuk membantu mendanai
kebutuhan daerah dengan harapan daerah bisa mandiri dalam menghasilkan pedapatan asli
daerahnya sendiri pada masa yang akan datang.
Stakeholder Theory
Variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Jumlah Penduduk dan Luas
Wilayah memiliki hubungan dengan teori stakeholder dimana pemerintah daerah mengelola
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah yang juga bersumber dari masyarakat dan dana
perimbangan yang didapatkan dari transfer pemerintah pusat yang akan digunakan untuk
mengembangkan potensi daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat sebagai stakeholder.
Belanja Modal
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91 / PMK.06 / 2007 tentang Standar Bagan Akun,
disebutkan belanja modal sebagai belanja anggaran untuk perolehan atau penambahan aset tetap
dan aset lain yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batas
kapitalisasi minimum untuk aset tetap atau Aset lain ditentukan oleh pemerintah dimana aset
tersebut digunakan dalam operasi sehari-hari dari unit kerja yang tidak dapat dijual.
Berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri nomor 29 Tahun 2002, belanja modal
dibagi menjadi:
3454
1) Belanja Publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat umum.
2) Belanja Aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati
oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur.
Belanja Modal dapat diakategorikan dalam 5 (lima) kategori utama (Syaiful, 2006):
1. Belanja modal tanah mengacu pada penyelesaian pembebasan/ pembelian/ pelepasan,
pengalihan nama dan sewa tanah, pengosongan, penimbunan, perataan, pembukaan lahan,
pembuatan sertifikat, dan pengeluaran/ biaya lain yang terkait dengan perolehan hak atas tanah
sampai tanah dalam kondisi baik.
2. Belanja peralatan dan mesin mengacu pada biaya/ pengeluaran yang digunakan untuk
membeli/ menambah/ mengganti serta untuk meningkatkan efisiensi peralatan dan mesin serta
menambah sumber daya kantor yang memberikan manfaat selama lebih dari 12 (dua belas)
bulan, untuk waktu memulai peralatan dan mesin.
3. Belanja Modal Bangunan dan Gedung adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk
pengadaan/ penambahan/ penggantian, termasuk biaya perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan gedung dan pembangunan gedung yang menambah kapasitas hingga gedung dan
gedung tersebut dalam keadaan siap pakai.
4. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk
membeli/ menambah/ mengganti/ meningkatkan konstruksi/ produksi dan pemeliharaan serta
meliputi pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan dan jaringan
irigasi yang meningkatkan kapasitas jalan dan jaringan irigasi sampai jalan irigasi dan jaringan
tersebut dalam kondisi tersedia dan siap pakai.
5. Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk membeli/
menambah/ mengganti konstruksi/ produksi serta pemeliharaan fisik lainnya yang tidak
diklasifikasikan dalam kriteria belanja modal untuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
gedung serta jalan dan jaringan irigasi. Termasuk dalam biaya biaya ini adalah biaya investasi
yang berkaitan dengan perjanjian sewa-beli, pembelian barang-barang kesenian, arkeologi dan
museum, ternak dan tumbuhan, buku dan jurnal ilmiah.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai ukuran kuantitatif yang digunakan untuk
menggambarkan perkembangan ekonomi pada tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB),
terlepas dari apakah pertumbuhan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk, dan apakah struktur ekonomi telah berubah atau apakah sistem kelembagaan telah
membaik.
Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan pendapatan nasional yang signifikan dalam
kurun waktu tertentu (peningkatan pendapatan per kapita). Menurut Mankiw yang dikutip oleh
Menik Fitriani Safari, PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian.
Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode
waktu tertentu. Ada dua cara untuk memeriksa ukuran PDB: Yang pertama adalah dengan
menganggap PDB sebagai total pendapatan semua orang dalam perekonomian. Cara lain untuk
mengamati PDB adalah dengan menggunakan total pengeluaran untuk output produk dan jasa
ekonomi.
3455
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perekonomian di era modern. Para ekonom
percaya bahwa faktor produksi adalah kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan.
Beberapa faktor produksi antara lain:
1. Sumber Daya Alam merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
2. Akumulasi Modal atau pembentukan modal adalah peningkatan stok modal dalam jangka
waktu tertentu.
3. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh, dan membantu meningkatkan
produktivitasnya.
4. Kemajuan Teknologi merupakan yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi yaitu
untuk meningkatkan produktivitas, modal dan faktor produksi lainnya.
5. Pembagian kerja dan skala produksi, spesialisasi dan pembagian kerja dapat meningkatkan
produktivitas. Keduanya telah menghasilkan ekonomi produksi skala besar, yang pada
gilirannya mendorong perkembangan industri.
1. Pajak Daerah
Hasil pajak daerah merupakan pungutan daerah sesuai peraturan yang ditetapkan oleh daerah
untuk membiayai rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah adalah pungutan
yang dikenakan oleh pemerintah daerah yang dananya digunakan untuk pengeluaran umum yang
tidak segera diberikan imbalannya selama pelaksanaannya dapat dilaksanakan. Pemungutan dan
pengelolaan pajak daerah merupakan kewenangan yang dimiliki dan dilaksanakan oleh biro
pajak daerah. Pajak daerah yang baik merupakan perpajakan yang akan mendukung pelimpahan
kewenangan kepada daerah dalam rangka desentralisasi pembiayaan. Untuk itu, pemerintah
daerah dalam pemungutan pajak harus tetap menempatkannya sesuai dengan fungsinya.
2. Retribusi Daerah
Hasil Retribusi daerah adalah pungutan yang telah secara hukum menjadi pungutan daerah
sebagai pembayaran atas pemakaian atau untuk memperoleh pekerjaan, usaha atau milik
pemerintah daerah yang bersangkutan. Retribusi daerah memiliki ciri khas yaitu pelaksanaannya
ekonomis, ada imbalan langsung walaupun harus memenuhi persyaratan formal dan materil,
namun ada alternatif suka atau tidak suka yaitu pungutan yang anggarannya tidak menonjol,
dalam hal-hal tertentu. Retribusi daerah merupakan pengembalian biaya yang dikeluarkan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3456
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan adalah penerimaan daerah dari laba bersih
perusahaan daerah berupa dana pembangunan daerah dan sebagian anggaran belanja daerah yang
disetorkan ke kas daerah, keduanya merupakan perusahaan daerah yang dipisahkan, sesuai motif
pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah adalah unit produksi yang
meningkatkan pendapatan daerah, memberikan pelayanan, memberikan kemanfaatan umum, dan
mampu menggerakkan perekonomian daerah.
Jumlah Penduduk
Penduduk Indonesia menurut Badan Pusat Statistik adalah semua orang yang telah tinggal di
wilayah teritorial Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau yang telah tinggal kurang dari 6
bulan tetapi mempunyai tujuan menetap. Penduduk juga berperan penting dalam meningkatkan
belanja daerah. Artinya, jumlah penduduk di suatu provinsi sangat berpengaruh dalam
meningkatkan belanja daerah. Besar kecilnya jumlah penduduk akan dihadapkan pada seberapa
cepat kemampuan menambah jumlah sarana pemuas kebutuhan serta sarana dan prasarana untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam pengumpulan data penduduk bisa dilakukan dengan tiga
cara/metode yakni:
a. Sensus, yaitu pendataan penduduk secara menyeluruh.
b. Survei, yaitu pendataan penduduk secara sampel.
c. Sistem Registrasi Penduduk, yaitu pendataan penduduk berdasarkan catatan resmi pada
instansi-instansi yang berwenang misalnya kelurahan. Sensus penduduk di Indonesia hanya
dilakukan 10 tahun sekali, sehingga jumlah penduduk per tahun didapat berdasarkan perhitungan
proyeksi penduduk. Tersedianya data kependudukan yang akurat sangat membantu dalam
tercapainya perencanaan pembangunan nasional.
Luas Wilayah
Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi wilayah kedaulatan. Dahulu suatu
kawasan sering kali dikelilingi oleh kondisi fisik yang alami seperti sungai, pegunungan, atau
laut. Wilayah pemerintahan merupakan penjumlahan dari luas wilayah suatu pemerintahan, baik
itu kabupaten, kota, maupun wilayah geografis (Afkarina, 2017). Luas wilayah menurut Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan penyediaan
sarana dan prasarana per satuan wilayah. Artinya semakin besar luas suatu wilayah pemerintahan
maka semakin banyak pula sarana dan prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah daerah
agar dapat memberikan pelayanan publik yang efektif. Terkait dengan pemekaran wilayah, luas
wilayah kemungkinan besar terkait erat dengan penganggaran belanja modal.
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan referensi.
Diantaranya, Nurin Hidayati (2016), Kusnandar, Dodik Siswanto (2012), Choilil Inayah (2013),
dan Ni Putu Dwi Eka Rini Sugiarthi, Ni Luh Supadmi (2014).
3457
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunkan pendekatan penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan
untuk untuk mendapatkan penjelasan dari sebuah teori dan hukum-hukum realitas. Penelitian
Kuantitatif seringkali di pakai untuk melihat bukti dan menampik suatu teori, kemudian di
bahas dan diambil kesimpulan.
Lokasi Penelitian
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dipilih dalam penelitian ini karena Sumatera Barat
merupakan daerah yang membutuhkan pembiayaan dalam pembangunan infrastruktur publik.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder yaitu berupa laporan realisasi
APBD Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat yang diakses melalui situs resmi pemerintah
www.djpk.depkeu.go.id dan data jumlah penduduk yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Barat.
Y= a +b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e
Keterangan:
Y : Belanja Modal Pemerintah
a : Konstanta
X1 : Pertumbuhan Ekonomi
X2 : Pendapatan Asli Daerah
X3 : Jumlah Penduduk
X4 : Luas Wilayah
b1.2.3 : Koefisien regresi
e : Variabel yang tidak diteliti
Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data pada metode penelitian kuantitatif dapat dilakukan, uji (1)
Asumsi Klasik diantaranya dengan uji normalitas, Uji Multikolonieritas, Uji Heteroskendastisitas,
(2) Uji hipotesis, diantaranya Uji t, Uji F dan Koefisien Determinasi (R2).
3458
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Data penelitian yang menjadi variabel dependen (Y) yaitu belanja modal sedangkan yang
menjadi variabel independen adalah pertumbuhan ekonomi (X1), pendapatan asli daerah (X2),
jumlah penduduk (X3), dan Luas Wilayah (X4).
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel
3459
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian berdistribusi normal,
dengan demikian analisis regresi linear berganda dapat dilaksanakan karena data telah
berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas menunjukkan bahwa nilai tolerance semua variable
penelitian adalah > 0,1 yang berarti bahwa tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Hasil
yang sama dilihat dari nilai VIF semua variabel menunjukkan angka dibawah 10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolonieritas antar variabel.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian menunjukkan penyebaran data tidak teratur, hal tersebut terlihat pada plot yang
menyebar atau terpencar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan tidak ada
terjadi heterokedastisitas.
Uji Model
Koefisiensi Determinasi (R2)
Berdasarkan hasi analisis determinan diperoleh nilai R Square sebesar 0,656 atau (65,6%). Hal
ini menunjukkan bahwa persentase hubungan pengaruh variabel independen seraca bersama-
sama (simultan) terhadap variabel dependen sebesar 65,6,%, sisanya 34,4% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk model penelitian ini.
Uji Hipotesa
Uji t
Dari ketiga variabel independen yang dimasukkan kedalam model regresi ditemukan hasil
sebagai berikut:
3460
tabel sebesar 1.993 sehingga t hitung < t tabel (1.598 < 1.993). Maka H3 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variable jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap belanja modal
Pemerintah pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat Tahun 2016-2019.
Uji F
Berdasarkan tabel diperoleh nilai F hitung sebesar 36.793 dengan signifikan 0,000 nilainya lebih
kecil dari tingkat signifikan ∝ 5% (0,05), atau dilihat dari F hitung lebih besar pada F tabel
36.793 > 2,50 Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah (PAD), jumlah
penduduk dan luas wilayah bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja
modal Pemerintah pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat Tahun 2016-
2019)
PEMBAHASAN
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah
Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa H1 ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap belanja modal pemerintah
daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,626 berarti tingkat signifikansinya
diatas 0,05 dan nilai t hitung < t tabel, yaitu -0,490 < 1.993 maka H1 ditolak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2018)
bahwa belanja modal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan alasan bahwa
dalam praktiknya usulan anggaran yang diajukan oleh eksekutif cenderung mengutamakan
kepentingan eksekutif, dimana eksekutif menyampaikan anggaran baik secara finansial maupun
anggaran. istilah non-keuangan untuk memenuhi kepentingan pribadi. Hasil ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Darwanto, 2017) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak diikuti oleh anggaran belanja modal yang signifikan. Hal ini disebabkan adanya
penurunan data anggaran belanja modal, namun di sisi lain pertumbuhan ekonomi justru
mengalami peningkatan.
Untuk menambah aset tetap, Pemerintah Daerah menganggarkan dana dalam bentuk
anggaran belanja modal dalam APBD. Anggaran belanja modal ini berdasarkan kebutuhan
daerah akan sarana dan prasarana, yaitu untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan
maupun untuk sarana umum. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah
harus mengubah komposisi belanjanya. Selama ini cenderung belanja daerah lebih banyak
digunakan untuk belanja rutin yang tidak produktif.
Pelaksanaan belanja modal sangat penting dilaksanakan dalam rangka peningkatan
pembangunan daerah dan pemenuhan pelayanan publik yang baik. Peningkatan belanja modal
oleh pemerintah daerah menjadi salah satu faktor peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah daerah. Peningkatan belanja modal dalam bentuk belanja gedung, irigasi, jalan, dan
infrastruktur dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pasalnya, belanja modal dapat
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dibandingkan belanja rutin. Oleh karena itu,
3461
semakin kecil nilai belanja modal dan belanja barang dan jasa, maka seharusnya semakin buruk
dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. (DJPK, 2015).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maolana (2012) yang
menunjukkan bahwa belanja modal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,
hal ini dikarenakan proporsi belanja modal pemerintah daerah yang tidak terlalu besar, dan
alokasi belanja modal pada jalan dan jaringan irigasi hanya 46% 69 %, sisanya digunakan untuk
belanja modal yang berkaitan dengan urusan pemerintahan, seperti peralatan dan mesin, serta
gedung dan gedung.
Oates (2016) memiliki perbedaan penelitian, yang berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang akan berdampak pada penciptaan sektor publik di
daerah tersebut. Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai pembangunan yang
menyebabkan peningkatan barang dan jasa produksi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah
Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa H2 diterima dan dapat
disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja modal pemerintah
daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 berarti tingkat signifikansinya
diatas 0,05 dan nilai t hitung < t tabel, yaitu 3.724 > 1.993 maka H2 diterima.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda untuk menguji bagaimana pengaruh PAD terhadap
Belanja Modal menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Modal pada
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. PAD bertujuan untuk memberdayakan pemerintah daerah
dalam menyediakan dana bagi penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan kinerja
desentralisasi daerah. Dilihat dari nilai PAD yang terealisasi tahun 2016-2019, realisasi PAD di
masing-masing kabupaten/ kota mengalami peningkatan. Begitu pula dalam realisasi belanja
modal, belanja modal di hampir seluruh kabupaten/ kota di Sumatera Barat selalu mengalami
peningkatan. PAD merupakan pendapatan daerah dan dapat digunakan sebagai sumber belanja
daerah, salah satunya adalah belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
menjalankan pemerintahan.
PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Modal dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambah nilai PAD pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat maka semakin bertambah pula
nilai realisasi Belanja Modal pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat tersebut. Dengan
PAD yang tinggi, pemerintah dapat mengalokasikan Belanja Modal semaksimal mungkin.
Namun apabila PAD rendah, pemerintah akan sulit melaksanakan Belanja Modal yang maksimal.
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aziz dkk. Pada tahun
2015 tentang dampak pajak daerah (pajak dari sumber daerah) terhadap belanja daerah; Blackley,
2016; yang menyatakan bahwa “penerimaan daerah (terutama pajak ) Akan mempengaruhi
belanja pemerintah daerah, dikenal dengan namatax-spend hypothesis. Hal ini juga sesuai
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdullah dan Halim (2018) bahwa “PAD
berpengaruh positif terhadap belanja pemerintah pada kabupaten/kota di Jawa dan Bali”. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa “PAD berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal di pemerintahan Sumatera Barat, dimana penerimaan daerah menunjukkan
kapasitas daerah yang terus meningkat dan upaya peningkatan penerimaan daerah dari jalur
penerimaan PAD semakin meningkat. dilakukan dengan benar. Sedangkan belanja modal
menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan daerah tumbuh maka belanja modal pemerintah
akan semakin meningkat.
3462
Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah
Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa H3 ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap belanja modal pemerintah
daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,114 berarti tingkat signifikansinya
diatas 0,05 dan nilai t hitung < t tabel, yaitu 1.598 < 1.993 maka H3 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variable jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap belanja modal
Pemerintah pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat Tahun 2016-2019.
Berdasarkan hasil pengujian yang menyatakan bahwa jumlah penduduk tidak berpengaruh
terhadap belanja modal, hasil tersebut dapat diartikan bahwa jumlah penduduk tidak berpengaruh
terhadap belanja modal. Hal tersebut kemungkinan karena infrastruktur dan infrastruktur
pembangunan yang ada selama lima tahun terakhir masih memadai dan memadai sehingga
pemerintah daerah khususnya Sumatera Barat tidak mengeluarkan anggaran untuk penambahan
infrastruktur atau pembangunan sehingga jumlah penduduk tidak mempengaruhi belanja modal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Devita et.al (2015) yang meneliti wilayah
Jambi dan Herlina (2013) yang meneliti wilayah Kabupaten Berau, Kalimantan bahwa ukuran
populasi tidak berpengaruh signifikan terhadap modal. pengeluaran. Namun penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi (2013) di Jawa dan Widiagma (2013) di
wilayah Jawa Timur yang membuktikan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan
terhadap belanja modal.
3463
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardhini (2016) dimana luas wilayah berpengaruh
positif signifikan terhadap alokasi belanja modal.
Alokasi belanja modal yang dilakukan oleh daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya
daerah itu sendiri. Luas suatu wilayah dapat dijadikan tolak ukur suatu daerah untuk
mengalokasikan anggarannya untuk pembangunan, terutama dalam bentuk pembangunan
infrastruktur berupa jalan dan jaringan. Pembangunan infrastruktur berupa jalan raya akan
memudahkan akses ke suatu daerah dan dapat memperlancar transportasi sehingga
memperlancar arus barang dari satu daerah ke daerah lain. Kelancaran arus barang dapat menarik
investor untuk berinvestasi. Dan ini bisa meningkatkan perekonomian daerah itu sendiri.
3464
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan lain-lain, agar penelitian menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Dan Syam Kusufi. (2016). Akuntansi Sektor Publik : Teori, Konsep Dan Aplikasi.
Akuntansi Sektor Publik : Teori, Konsep Dan Aplikasi.
Adyatma, E., & Oktaviani, R. M. (2015). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi
Umum Terhadap Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Pemoderasi.
Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan.
Andirfa, M., Basri, H., & Majid, M. S. A. (2016). Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan
Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten Dan Kota Di
Provinsi Aceh. Jurnal Magister Akuntansi.
Andriyani, I., & Armereo, C. (2016). Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Nilai Buku Terhadap Harga
Saham Perusahaan Indeks Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei). Orasi
Bisnis. Diambil Dari
Https://Www.Jurnal.Polsri.Ac.Id/Index.Php/Admniaga/Article/View/633
Anugrawati, R. A., Aji, S., & Farida, U. (2018). Analisis Pengaruh Customer Relationship
Marketing Dan Service Quality Terhadap Loyalitas Nasabah Pt Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk. Unit Mlarak Kantor Cabang Ponorogo. Isoquant : Jurnal Ekonomi,
Manajemen Dan Akuntansi.
Arikunto. (2019). Metodelogi Penelitian, Suatu Pengantar Pendidikan. In Rineka Cipta, Jakarta
(Hal. 21).
Asmuruf, F., Rumate, V. A., & Kawung, G. M. V. (2015). Pengaruh Pendapatan Dan Jumlah
Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah ( Pad ) Di Kota Sorong. Jurnal Berkala Ilmu
Efesien.
Astuti, I., & Astika, I. (2016). Pengaruh Jumlah Penduduk, Dana Alokasi Umum, Dan Dana
Alokasi Khusus Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. E-
Jurnal Akuntansi.
Boediono. (2017). Ekonomi Moneter. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5.
Bungin, B. (2016). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu
Sosial Lainnya. Kencana.
Dewi, G. (2017). Pengaruh Moralitas Individu Dan Pengendalian Internal Pada Kecurangan
Akuntansi (Studi Eksperimen Pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali). Jia (Jurnal Ilmiah
Akuntansi). Diambil Dari Https://Ejournal.Undiksha.Ac.Id/Index.Php/Jia/Article/View/9984
Ghozali, I., & Ratmono, D. (2017). Analisis Multivariat Dan Ekonometrika. Universitas
Diponegoro.
Giovanni, G. (2019). … Biaya Agensi Dalam Memediasi Hubungan Antara Karakteristik Dewan
Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pendekatan Teori Keagenan (Studi Kasus
Pada …. Eprints.Kwikkiangie.Ac.Id. Diambil Dari Http://Eprints.Kwikkiangie.Ac.Id/180/
Gunantara, P. C., & Dwirandra, A. A. N. . (2014). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana
Alokasi Umum Pada Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel
Pemoderasi Di Bali. Akuntansi Universitas Udayana.
Hairiyah, H., Malisan, L., & Fakhroni, Z. (2018). Pengaruh Dana Alokasi Umum Dau Dana
Alokasi Khusus Dak Dan Pendapatan Asli Daerah Pad Terhadap Belanja Modal. Kinerja.
3465
Jurnal 3
Untuk Judul 2
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA p-ISSN 2614-0241
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66 e-ISSN 2301-6965
Email: dlourinetalluta@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of PAD, Balancing Funds in this case Revenue Sharing Fund (DBH),
General Allocation Grant (DAU), Special Allocation Fund (DAK), and Budget Financing Surplus (SILPA) on Capital
Expenditures and the impact on the Economic Growth of the Regional Government of Kupang City, East Nusa
Tenggara Province.This research used mixed methods, with sequential explanatory models, where data collection and
quantitative analysis were carried out in the first stage by using secondary data. Population in this research are
Statement of Budget Realization and Gross Domestic Regional Product Report by Kupang City Government with 13
years samples from 2005 to 2017. Then followed by collection and analysis of qualitative data in the second stage
through interviews, in order to strengthen the results of quantitative research conducted in the first phase. To test and
prove the research hypothesis, the analytical method used to test the effect of PAD, DBH, DAU, DAK, and SILPA on
Capital Expenditure is Multiple Linear Regression and to examine the Impact of Capital Expenditures on Economic
Growth, Simple Linear Regression is used.
Based on the results of data analysis it can be concluded that through t test, partially PAD variable gives
significant influence towards capital expenditure, it is showed by significant influence in amount of 0.001 < 0,05
probability value. DAU gives significant influence towards capital expenditure, it is showed by significant influence
in amount of 0.021 < 0.05 probability value. While DBH has no significant effect on Capital Expenditures with
significant value of 0.381 > 0.05 probability value. DAK has no significant effect on Capital Expenditures with
significant value of 0.219 > 0.05 probability value. SILPA has no significant effect on Capital Expenditures with sig
value of 0.305> 0.05 probability value. While through the F Test PAD, DBH, DAU, DAK, and SILPA simultaneously
gives significant influence towards capital expenditure with a value of sig 0,000 <0,05 probability value. Furthermore,
through t Test Capital Expenditures gives significant influence towards Economic Growth of Kupang city with
significant value of 0.010 <0.05 probability value.
Key words: Local Own Sources Revenue, Revenue Sharing Fund, General Allocation Grant, Special Allocation Fund,
Budget Financing Surplus, Capital Expenditure and Economic Growth
43
Terakreditasi Kemenristek Dikti Nomor 21/E/KPT/2018, tanggal 9 Juli 2018
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
Daerah pada Bab V Pasal 6 Ayat 1 disebutkan ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal
bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber (fiscal gap) suatu daerah, yang
dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil merupakan selisih antara kebutuhan
Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang daerah (fiscal need) dan potensi daearh
Dipisahkan, Lain-Lain Pendapatan Asli (fiscal capacity)”.
Daerah Yang Sah 3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Salah satu bentuk Transfer Dana
Dana Perimbangan Perimbangan adalah Dana Alokasi
Dana Perimbangan itu sendiri Khusus, berdasarkan Peraturan
merupakan konsekuensi dari pembagian Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah tentang Dana Perimbangan Pasal 1 Ayat
daerah sebagai bentuk otonomi daerah. 24 Dana Alokasi Khusus adalah: Dana
Dalam Undang-Undang Nomor 23 yang bersumber dari pendapatan APBN
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang dialokasikan kepada daerah tertentu
Pasal 288 Ayat (2) Huruf a Angka 1 dengan tujuan untuk membantu mendanai
disebutkan jenis- jenis Dana perimbangan kegiatan khusus yang merupakan urusan
yang diberikan Pemerintah Pusat kepada daerah dan sesuai dengan prioritas
Pemerintah Daerah terdiri atas: nasional. Menurut Ahmad Yani
1. Dana Bagi Hasil (DBH); Pemerintah (2002:168)”Kriteria umum dirumuskan
Daerah masih dapat meningkatkan berdasarkan kemampuan keuangan
Penerimaaan Daerah dari Dana daerah yang dicerminkan dari penerimaan
Perimbangan melaui Dana Bagi Hasil. umum APBD setelah dikurangi Belanja
Dana Bagi Hasil adalah dana yang Pegawai daerah”.
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang dialokasikan kepada SILPA (Sisa Lebih Perhitungan
Daerah berdasarkan angka persentase Anggaran) Tahun Lalu
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam SILPA itu sendiri merupakan bagian
rangka pelaksanaan desentralisasi. dari struktur pembiayaan dalam Anggaran
2. Dana Alokasi Umum (DAU); dan Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD).
Dana Alokasi Umum merupakan dana Menurut Kusnandar dan Siswantoro(2012)
yang di alokasikan untuk Pemerintah SILPA sebenarnya merupakan indikator
Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang efisiensi, karena SILPA hanya akan terbentuk
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan bila terjadi Surplus pada APBD dan sekaligus
Belanja Daerah yang bertujuan untuk terjadi pembiayaan neto yang positif, dimana
pemerataan kemampuan keuangan antar komponen penerimaan lebih besar dari
daerah untuk mengurangi ketimpangan komponen pengeluaran pembiayaan.
antar daerah yang dihitung melalui
formula yang memperhitungkan Belanja Modal
kebutuhan serta potensi yang ada pada Menurut Peraturan Menteri Dalam
suatu daerah. Menurut Ahmad Yani Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
(2009;143) “DAU suatu daerah Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 53,
46
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH...[Dessyana Lourine
Talluta, Rossy Lambelanova, Ella Wargadinata]
Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno dalam
bukunya makro ekonomi (2001:10)
“Pertumbuhan Ekonomi berarti
perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat”.
Oleh sebab itu Barang – barang modal
Sumber: Diolah Peneliti, 2018
sangat berpengaruh terhadap kegiatan
Berdasarkan kerangka pikiran diatas maka
perekonomian. Lebih lanjut Sukirno
berikut adalah gambar paradigma penelitian
menjelaskan bahwa perkembangan dan
ini:
modernisasi suatu perekonomian
memerlukan modal yang sangat banyak,
47
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
X1.PAD
H1
X3.SILPA H5
Keterangan :
H = Hipotesis
Sumber : Diolah Penulis, 2018 X = Belanja Modal
Y = Pertumbuhan Ekonomi
Keterangan :
H = Hipotesis HIPOTESIS
X1 = PAD 1. Ho = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap Belanja
X2.1 = DBH Modal Pemerintah Daerah Kota Kupang
X2.2 = DAU Ha = Pendapatan Asli Daerah
X2.3 = DAK (PAD) berpengaruh terhadap Belanja
X3 = SILPA Modal Pemerintah Daerah Kota Kupang
Y = Belanja Modal 2. Ho = Dana Bagi hasil (DBH) tidak
berpengaruh terhadap Belanja Modal
2. Struktur kedua untuk menunjukan Kota Kupang
pengaruh atau dampak Belanja Modal Ha = Dana Bagi hasil (DBH)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja
ModaliPemerintah Daerah Kota Kupang
X Y 3. Ho = Dana Alokasi Umum (DAU) tidak
BELANJA H7 PERTUMBUHAN berpengaruh terhadap Belanja Modal
MODAL EKONOMI
Pemerintah Daerah Kota Kupang
48
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH...[Dessyana Lourine
Talluta, Rossy Lambelanova, Ella Wargadinata]
Keterangan: Tabel 1
Y’ = Variabel dependen (nilai yang Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov PAD (X1), DBH
(X2.1), DAU (X2.2), DAK (X2.3), SILPA (X3), terhadap
diprediksikan) Belanja Modal (Y)
X = Variabel independen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0) Unstandardized Residual
b = Nilai arah sebagai penentu ramalan 13
Mean -.0000242
(prediksi) yang menunjukan nilai Normal
Std.
peningkatan atau nilai penurunan Parametersa,b 16228333543.78207000
Deviation
Variable Y Most Absolute .152
Extreme Positive .152
HASIL PENELITIAN DAN Differences Negative -.110
Kolmogorov-Smirnov Z .549
PEMBAHASAN Asymp. Sig. (2-tailed) .924
a. Test distribution is Normal.
1. Uji Asumsi Klasik Regresi Linier b. Calculated from data.
Berganda Pengaruh PAD (X1), DBH
(X2.1), DAU (X2.2), DAK (X2.3),
Sumber: Diolah Peneliti, 2018
SILPA (X3), terhadap Belanja Modal
(Y)
Selanjutnya Ghozali (2013)
a. Uji Normalitas
menyatakan sebagai berikut:
- Jika hasil signigikansi
Ghozali (2011:160) menjelaskan
Kolmogorov-Smirnov
bahwa:
menunjukkan nilai signifikan >
Uji normalitas bertujuan untuk
0.05 maka data residual
menguji apakah dalam model
terdistribusi dengan normal
regresi, variabel pengganggu
- Jika hasil signifikansi
atau residual memiliki distribusi
Kolmogorov-Smirnov
normal. Seperti yang diketahui
menunjukkan nilai signifikan<
bahwa uji t dan uji f
0.05 maka data residual tidak
mengasumsikan bahwa nilai
terdistribusi normal
residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini di
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa nilai
dilanggar maka uji statistik
signifkansi residual sebesar 0,924 > 0,05
menjadi tidak valid untuk
artinya data berdistribusi normal sehingga
jumlah sampai kecil.
data tersebut dapat dikatakan memenuhi
persyaratan untuk analisis regresi karena
memenuhi persyaratan normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
50
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH...[Dessyana Lourine
Talluta, Rossy Lambelanova, Ella Wargadinata]
51
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
Tabel 4
Uji Glejser
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) - 17173573261.4 -.121 .907
2070795172. 77
936
PAD (X1) -.059 .156 -.361 -.381 .714
DBH (X2.1) .468 .463 .356 1.011 .346
DAU (X2.2) .031 .065 .456 .482 .644
X2.3 (DAK) -.095 .103 -.521 -.925 .386
X3 (SILPA) -.016 .148 -.058 -.109 .917
a. Dependent Variable: RES2
Sumber: Diolah Peneliti, 2018 - Jika hasil signigikansi
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan Uji Glejser dari tabel menunjukkan nilai signifikan >
di atas tampak bahwa data terbebas dari 0.05 maka data residual
hetorekedastisitas karena nilai terdistribusi dengan normal
probabilitas signifikan dari seluruh - Jika hasil signifikansi
masing-masing variabel independen Kolmogorov-Smirnov
terhadap variable dependen lebih dari menunjukkan nilai signifikan<
0,05. 0.05 maka data residual tidak
terdistribusi normal
2. Uji Normalitas Regresi Linier
Sederhana Dampak Belanja Modal
(X) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(Y).
Uji normalitas ini pun
menggunakan uji kolmogorov-
Smirnov. Selanjutnya Ghozali (2013)
menyatakan sebagai berikut:
52
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH...[Dessyana Lourine
Talluta, Rossy Lambelanova, Ella Wargadinata]
Tabel 5
Uji Normalitas Dampak Belanja Modal (X) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(Y)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 13
Mean -1E-7
Normal
a,b Std.
Parameters 4022746619.61797860
Deviation
Absolute .209
Most Extreme
Positive .182
Differences
Negative -.209
Kolmogorov-Smirnov Z .754
Asymp. Sig. (2-tailed) .620
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Diolah Peneliti, 2018
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa
nilai signifkansi residual sebesar 0,620 > 0,05
artinya data berdistribusi normal sehingga
data tersebut dapat dikatakan memenuhi
persyaratan untuk analisis regresi karena
memenuhi persyaratan normalitas (data
berdistribusi normal).
3. Uji Statistik
Tabel 6
Uji t Pengaruh PAD (X1), DBH (X2.1), DAU (X2.2), DAK (X2.3) dan SILPA (X3)
terhadap Belanja Modal (Y)
Coefficientsa
Model Unstandarized Coefficients Standarized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Consta 87451574250 31058735116.31
2.816 .026
nt) .534 1
PAD 1.536 .282 1.300 5.454 .001
1 DBH .783 .837 .083 .935 .381
DAU -.348 .118 -.702 -2.949 .021
DAK .251 .186 .191 1.351 .219
SILPA .296 .268 .150 1.108 .305
a. Dependent Variable: BELANJA MODAL
Sumber: diolah penulis, 2018
53
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
54
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH...[Dessyana Lourine
Talluta, Rossy Lambelanova, Ella Wargadinata]
sampai 20% dari belanja daerah sehingga Dari pendapat di atas dapat
jumlah ini tidak cukup bila digunakan untuk dilihat bahwa salah satu point
menunjang seluruh belanja. Apalagi untuk penting diberikannya DAU dari
menunjang infestasi dan pembangunan pemerintah pusat kepada pemerintah
infrastuktur. Sehingga penerimaan daerah adalah penyediaan
pendapatan pemerintah kota kupang terbesar infrastruktur dimana penyediaan
berasal dari DAU dan DAK. infrasruktur umum merupakan jenis
belanja yang dibiayai pemerintah
3. Hasil Uji t Hipotesis 3: Pengaruh daerah melalui belanja modal.
DAU (X2.2) terhadap Belanja
Modal (Y) 4. Hasil Uji t Hipotesis 4: Pengaruh
Dari hasil perhitungan DAK (X2.3) terhadap Belanja
diperoleh nilai koefisien dapat Modal (Y)
dituliskan dalam persamaan Dari hasil perhitungan diperoleh
struktural Y = -0,702 X2.2, dengan nilai koefisien dapat dituliskan
nilai t tabel 2,447 < dari t hitung dalam persamaan struktural Y =
sebesar -2,949. Hasil analisis uji 0,191 X2.3, dengan nilai t tabel2,447
kebermaknaan (test of significance) > dari t hitung sebesar 1,351. Hasil
untuk koefisien tersebut analisis uji kebermaknaan (test of
menunjukkan nilai sig sebesar 0,021 significance) untuk koefisien
lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 tersebut menunjukkan nilai sig
atau (0,021) < (0,05). Berdasarkan sebesar 0,305 lebih besar dari nilai
keterangan di atas maka diperoleh probabilitas 0,05 atau (0,305)
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan >(0,05). Berdasarkan keterangan di
Ha diterima yang artinya DAU atas maka diperoleh kesimpulan
(X2.2) berpengaruh secara signifikan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak
terhadap Belanja Modal (Y). Hal ini yang artinya DAK (X2.3) tidak
sejalan dengan pendapat Yani berpengaruh secara signifikan
(2006:143) bahwa: terhadap Belanja Modal (Y)
Kebutuhan fiskal daerah Hal ini tidak sejalan dengan
merupakan kebutuhan Undang – Undang Nomor 33 Tahun
pendanaan daerah untuk 2004 tentang Perimbangan
melaksanakan fungsi layanan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dasar umum. Layanan dasar dan Pemerintah Daerah, yang
publik yang dimaksudkan mengatakan bahwa “Dana Alokasi
antara lain adalah penyediaan Khusus adalah Dana yang
layanan kesehatan dan dialokasikan kepada daerah tertentu
pendidikan, penyediaan untuk membantu mendanai kegiatan
infrastruktur, dan pengentasan khusus yang merupakan urusan
masyarakat dari kemiskinan. daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional”. Selanjutnya menurut Yani
55
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
Tabel 7
Uji F – Struktur 1 Pengaruh PAD (X1), DBH (X2.1), DAU (X2.2), DAK
(X2.3), SILPA (X3) terhadap Belanja Modal (Y)
ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
1372426
686213346
6929365
Regression 468299400 5 30.399 .000b
9880000
00000.000
00.000
4514722
316030571
1 4504269
Residual 529888750 7
8200000
0000.000
.000
717816403
Total 621288300 12
00000.000
a. Dependent Variable: BELANJA MODAL
b. Predictors: (Constant), SILPA, DBH, PAD, DAK, DAU
Sumber: Diolah Penulis, 2018
Berdasarkan table Uji F di atas berpengaruh secara signifikan
diperoleh nilai F hitung sebesar terhadap Belanja Modal (Y). Adapun
30,399, oleh sebab itu nilai F hitung besaran kontribusi pengaruh secara
(30,399) > dari F tabel (3,972).Hasil simultan PAD (X1), DBH (X2.1),
analisis uji kebermaknaan (test of DAU (X2.2), DAK (X2.3), dan
significance) secara simultan, SILPA (X3) terhadap Belanja Modal
menunjukkan nilai sig sebesar 0,000 (Y) yang diberikan dapat dilihat pada
lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 perhitungan koefisien determinasi
atau (0,021) < (0,05). Berdasarkan dalam tabel berikut ini.
keterangan di atas maka diperoleh
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima yang artinya secara simultan
PAD (X1), DBH (X2.1), DAU
(X2.2), DAK (X2.3), dan SILPA (X3)
57
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
Tabel 8 Y = 87451574250.534+1,300 X1 +
Besarnya Pengaruh PAD (X1), DBH 0,083X2.1+(-0,702)X2.2+0,191X2.3+
(X2.1), DAU (X2.2), DAK (X2.3), dan 0,150 X3 +Ɛ
SILPA (X3) terhadap Belanja Modal (Y) Keterangan :
Sumber: Diolah Penulis, 2018 Y = Variabel Belanja Modal
Model Summary X1 = Variabel PAD
M R R Adjust Std. Error of the X2.1 = Variabel DBH
od Squ ed R Estimate X2.2 = Variabel DAU
el are Squar X2.3 = Variabel DAK
e X3 = Variabel SILPA
Ɛ = Kesalahan dalam model
.97 21247876247.8205
1 a .956 .925 regresi berganda
8 9
a. Predictors: (Constant), SILPA, DBH,
7. Analisis Regresi Linier Sederhana
PAD, DAK, DAU
Struktur 2– Uji t Pengaruh Belanja
Seperti yang telah dijelaskan
Modal (X) terhadap Pertumbuhan
sebelumnya bahwa Alokasi belanja
Ekonomi (Y)
modal pada pemerintah daerah dapat
bersumber dari berbagai pendapatan Struktur 2 merupakan struktur
dan penerimaan pembiayaan. yang dimaksudkan untuk menguji
Hipotesis 7. Melalui struktur dan
Pada tabel model summary di
persamaan struktur 2 pada penelitian
atas dapat dilihat Besarnya koefisien
ini maka dapat dilakukan analisis
determinan Rsquare atau R2 = 0,956=
jalur untuk menguji hipotesis yang
95,6%, yang berarti Belanja modal
telah di buat dengan hasil sebagai
Pemerintah Kota Kupang secara
berikut:
positif dan signifikan dipengaruhi
oleh PAD (X1), DBH (X2.1), DAU
(X2.2), DAK (X2.3), dan SILPA (X3)
sebesar 95,6% sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variable lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
Sehingga berdasarkan koefisien
determinasi tersebut maka besarnya
pengaruh variable lain (ɛ) = 1 –
0,956= 0,044 = 4,4%. Selanjutnya
dapat ditentukan persamaan regresi
linear berganda dari hasil analisis
data dengan perhitungan sebagai
berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2.1 + b2X2.2 +
b2X2.3 + b3X3 + Ɛ
58
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH...[Dessyana Lourine
Talluta, Rossy Lambelanova, Ella Wargadinata]
Tabel 9
Uji t –Struktur 2 Pengaruh Belanja Modal (X) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(Y)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 1861331103.714 2152097441.554 .865 .406
1 BELANJA
.049 .016 .682 3.093 .010
MODAL
a. Dependent Variable: PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber: diolah penulis, 2018
59
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
61
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
63
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
Vol. 8 No. 1, Oktober 2018 : 43 – 66
DAFTAR REFERENSI
Buku :
Achmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan. 2007. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur
(Path Analysis). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Achmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur
(Path Analysis). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Asyaidah, Devi. 2015.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SILPA) terhadap Alokasi Belanja Modal Kabupaten dan Kota di
Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Baay, Megawati. 2017. Pengaruh PAD, DBH, DAU dan DAK terhadapBelanja Modal Kabupaten
dan Kota di Provinsi Maluku Utara,2010-2015. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Fitri, Vella Kurniasih. 2012.Pengaruh Rasio Keuangan Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD),
dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota
di Provinsi Riau Tahun 2009-2012. Universitas Riau. Pekanbaru
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
Universitas Diponogoro.
Halim, Abdul. 2004. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta :Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
___________. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
___________. 2008. Analisis Investasi (Belanja Modal) Sektor Publik – Pemerintah Daerah.
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
___________. 2016. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Kuspita, Maya.2015.Pengaruh PAD,DAU,DAK, dan SILPAterhadap Realisasi Belanja Modal
serta Pengaruh Realisasi Belanja Modal, Inventasi Swasta dan Tenaga Kerja terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mahmudi, 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Yogyakarta : Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta :Erlangga.
Mankiw, Gregory.2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
___________, Euston Quah, Peter Wilson.201. Pengantar Makroekonomi. Principles Of Economy
an Asian Edition- Volume 2. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi
Nazir, Moh. 2004. Metode Penelitian.Jakarta : Ghalia Indonesia.
-----------. 2014. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. RefikaAditama.
___________. 2015. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: PT.Refika Aditama.
Smith, Brian C.2012.Decentralization. Jakarta Selatan: MIPI Kampus IPDN
64
Jurnal 1
Untuk Judul 3
JAE: JURNAL AKUNTANSI DAN EKONOMI E ISSN 2541-0180
AKREDITASI NOMOR 21/E/KPT/2018 P ISSN 2721-9313
DOI: 10.29407/jae.v7i1.17368
Tanggal Masuk: PT Unilever Indonesia Tbk is a company engaged in manufacturing, marketing and product
7 Januari 2022 distribution. Debt is one source of capital in optimizing or developing company profits. The
purpose of this study is to analyze the effect of debt on net income at PT Unilever Indonesia
Tanggal Revisi: Tbk. This study uses quantitative methods, namely the data analysis method using statistical
14 February 2022 tests, namely the basic assumption test, correlation, coefficient of determination and linear
regression equation. The sample data of this study were taken from the website of the BEI and
Tanggal Diterima: PT Unilever Indonesia Tbk for the 2013-2020 quarter period, so that the data obtained were 32
26 February 2022 data. Based on the results of the research, the correlation coefficient test of 0.311 shows that
debt to net income has an insignificant, weak and unidirectional relationship. Partially there is no
Publikasi On line: influence between debt on profit and loss (H0 is accepted, Ha is rejected). As for the linear
28 Maret 2022 regression equation, it is obtained Y=0.843 + 0.809X.
Abstrak
PENDAHULUAN
Persaingan usaha yang semakin meningkat di era milenial ini menuntut setiap perusahaan untuk mengerahkan
semua sumber dayanya baik sumberdaya manusia terutama sumber daya keuangan secara maksimal. Sudah
banyak perusahaan yang melakukan merger, akuisisi dan konsolidasi agar tetap terus survive. Ada banyak cara
agar perusahaan dapat terus survive, salah satunya dengan memenuhi sumber dananya dari pihak luar (hutang)
untuk memenuhi kebutuhan dana yang besar. Mengukur laba usaha tidak hanya bermanfaat untuk
memastikan prestasi yang didapat perusahaan, namun bisa menjadi data untuk membagi keuntungan
serta komposisi modal usaha. Perbandingan modal asing dengan modal pribadi disebut dengan
struktur modal. Modal asing dalam hal ini disebut juga sebagai hutang. Hutang menjadi salah satu
sumber modal ataupun dana industri untuk mengembangkan usaha serta menggapai tujuan yaitu
mendapatkan laba. Hutang memiliki pengaruh bernilai untuk industri sebab tidak hanya selaku
sumber pendanaan pengembangan, akan tetapi industri yang menggunakan hutang untuk mendanai
industri serta tidak sanggup menuntaskan hutangnya akan terancam likuiditasnya.
Manajer perusahaan sangat berhati-hati dalam menetukan komposisi hutang perusahaan karena dapat
berakibat pada kebangkutan perusahaan jika tidak dikelola dengan baik (Sukmayanti and Triaryati 2019).
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
Hutang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan (Samosir 2017). Semakin tinggi
profitabiltas perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan (Jufrizen and Asfa 2015). Praktik manipulasi laba
untuk menarik minat investor masih dilakukan oleh beberapa perusahaan, untuk itu perlu pemahaman yang baik
oleh investor tentang kualitas laba sesungguhnya (Irawati 2021), Untuk mengetahui pertumbuhan laba yang
akan datang dapat menggunakan rasio keuangan (Gunawan and Wahyuni 2013). Rasio keuangan juga dapat
digunakan untuk mengetahui financial distress (kesulitan keuangan) perusahaan (Srikalimah 2017)
PT Unilever Indonesia Tbk bergerak dibidang manufaktur, pemasaran serta distribusi produk dengan kategori
home care, beauty and personal serta food and drink. Perusahaan ini memiliki pembagian pada setiap divisi
sesuai dengan produksi seperti divisi makanan dan minuman, divisi kosmetik, serta divisi sabun. Hal ini menjadi
tanggungjawab bagi setiap divisi atas produksi hingga produk tersalurkan ke konsumen. Dalam menghadapi
pandemi unilever tetap fokus pada pertumbuhan dan kelanjutan usaha jangka panjang yang menjadi prioritas
utama yaitu tersedianya produk sesuai kebutuhan konsumen dan keselamatan juga kesejahteraan karyawan.
PT Unilever Indonesia Tbk sukses mencapai pertumbuhan yang konsisten serta menguntungkan selama 10
tahun terakhir. Pertumbuhan pendapatan dan laba bersih memiliki rata-rata 9,5% pertahun. Pertumbuhan
perusahaan yang kompetitif seperti hampir setiap kategori produk unilever menjadi market leader. Hal ini
menjadi penyebab terjadinya pertumbuhan pendapatan dan laba bersih. Dimasa pandemi unilever menjadi salah
satu perusahaan yang mendapatkan keuntungan sebab meningkatnya gaya hidup kesehatan masyarakat
sehingga mengalami peningkatan permintaan sejumlah produk perusahaan yang menjadi kenaikan pada
penjualan yang berimbas terhadap kenaikan laba bersih. Pada tahun 2020 terjadi penurunan pada laba bersih
sebesar 3,1% dibanding tahun lalu yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya pemasaran dan kegiatan jual
beli, serta biaya umum maupun administrasi. PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai struktur modal 100%
ekuitas sebab dalam pembentukan kewajiban jangka panjang bukan berasal dari pinjaman bank atau obligasi
melainkan hutang pajak tangguhan serta hutang imbalan kerja.
Berdasarkan uraian tersebut diatas diperlukan penelitian untuk memahami dengan baik pengaruh hutang
terhadap laba bersih perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelummnya adalah variabel X
nya yaitu laba bersih dengan data penelitian terbaru (periode 2013-2020).Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh hutang terhadap laba bersih menggunakan data terbaru saat ini sehingga bermanfaat
bagi peneliti dan masyarakat untuk mengetahui pengaruh hutang terhadap laba bersih apakah signifikan atau
tidak.
53
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
Hutang
Menurut (Fahmi, 2015:160) “Hutang ialah kewajiban (liabilities). Jadi hutang yakni kewajiban yang berasal dari
pihak lain baik dari penjualan obligasi, pinjaman bank maupun leasing yang dimiliki oleh industri”.
“Secara global, kewajiban adalah pinjaman masa kini industri yang tampak akibat dari kejadian masa lampau,
yang mempunyai manfaat ekonomi dengan yang solusi yang bermula dari arus kas sumber daya industri. Demi
membiayai jalannya suatu industri, industri menggunakan hutang untuk meningkatkan modal”. (Firdhausya
2019). Sedangkan menurut (Darsono, 2013:26) yaitu aset karena mendapat pinjaman.
Klasifikasi Hutang
Menurut Fahmi dalam (Nainggolan 2019) adalah :
1. Hutang jangka pendek
Menurut (Hery, 2014:165) Hutang ini harus dilunasi dibawah satu tahun.
2. Hutang jangka panjang
Menurut (Oxtaviana and Khusbandiyah 2016), hutang yang lebih dari satu tahun.
Laba
Menurut (Kariyoto, 2017:14) yaitu tempat lain yang melengkapi definisi pendapatan serta yang dapat timbul
ataupun tidak dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Klasifikasi Laba
Terdapat 4 (empat) jenis keuntungan atau laba menurut (Subramanyam and Wild 2010), yakni keuntungan kotor,
keuntungan operasi, keuntungan sebelum pajak dan sesudah pajak, maupun keuntungan bersih.
1. Anggaran dana
Anggaran dana yang keluar melalui hasil ataupun oleh suatu barang/jasa dapat memengaruhi harga jual
keluar barang dan jasa.
2. Harga Jual
Harga jual barang dan jasa dapat memengaruhi kapasitas penjualan barang dan jasa terkait.
3. Kapasitas Penjualan dan Produksi
Kapaistas penjualan dan produksi dapat memengaruhi besar atau kecil anggaran produksi
Kajian (Irawati 2017) memperlihatkan utang berperiode singkat mempengaruhi bermakna bagi tingkat
keuntungan. Utang berperiode lama tanpa memengaruhi bermakna bagi tingkat keuntungan.
Kajian (Helvida and Murti 2016) memperlihatkan bila utang berjangka waktu lama dan aset tetap secara
bersamaan memengaruhi bermakna bagi keuntungan bersih.
Kajian (Maulana and Safa 2017) memperlihatkan bila hutang jangka pendek memengaruhi bermakna
bagi keuntungan bersih. Lalu, modal kerja tanpa memengaruhi bermakna bagi keuntungan bersih.
Kajian (Dewi 2021) memperlihatkan bila utang berperiode lama, utang berperiode singkat, serta modal
bersih secara bersamaan memengaruhi positif dan bermakna bagi keuntungan PT. Griya Asri Prima
Penelitian (Adrianah 2019) menunjukkan bila pinjaman berperiode singkat maupun berperiode lama
secara bermakna memengaruhi keuntungan bersih PT Vale Indonesia Tbk
Berdasar uraian tersebut, hipotesis kajian ini yakni hutang memengaruhi bermakna bagi keuntungan
bersih PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :
54
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mempergunakan metode kualitatif berdata sekunder yang didapat melalui pelaporan keuangan
yang terpublikasikan oleh PT Unilever Indonesia Tbk yang diakses dari website resmi. Objek kajian ini adalah
utang kepada laba bersih PT Unilever Indonesia yang tercatat di BEI berperiode 2013-2020. Kajian ini
menggunakan data laporan keuangan neraca dan laba rugi secara triwulan agar bisa mencermati nilai utang
maupun laba bersih perusahaan. Teknik anaisis yang dipergunakan ialah pengujian asumsi klasik, uji korelasi,
determinasi, persamaan regresi berganda, serta uji T
HASIL PENELITIAN
55
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
Sesuai uraian tersebut, memperlihatkan bila total utang PT Unilever Indonesia Tbk meningkat dan
menurun. Pada medio 2013 mengalami peningkatan di triwulan II dan IV. Sedangkan tahun 2014 dan 2015
hanya mengalami peningkatan pada triwulan II dan lanjut menurun sampai triwulan IV. Selanjutnya, pada 2016
dan 2017 mengalami hal yang sama dengan tahun 2013 yaitu hanya meningkat pada triwulan II dan IV.
Selanjutnya untuk 2018 meningkat pada triwulan II lalu menurun drastis di triwulan III dan lanjut mengalami
sedikit peningkatan pada triwulan IV. Lalu untuk tahun 2019 terjadi peningkatan yang cukup drastis di triwulan II
dan lanjut menurun di triwulan III lalu kembali naik di triwulan IV. Sedangkan untuk tahun 2020 berbeda dari
tahun sebelumnya yang selalu meningkat di triwulan II akan tetapi pada tahun ini terjadi penurunan dan untuk
triwulan selanjutnya mengalami kenaikan.
56
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
Sesuai uraian tersebut, memperlihatkan bila netto perusahaan yang diperoleh dari pengurangan antara
pendapatan, beban serta pajak mengalami kenaikan di setiap triwulannya. Adapun data triwulan I yang tertinggi
dicapai pada tahun 2017 sebesar Rp 1.960.841, sedangkan data triwulan I yang terendah pada tahun 2014
sebesar Rp 1.360.981. Kemudian data triwulan II tertinggi dicapai pada tahun 2019 sebesar Rp 3.697.232,
sedangkan untuk yang terendah pada tahun 2013 sebesar Rp 2.823.890.
Selanjutnya untuk triwulan III data tertinggi dicapai pada tahun 2018 sebesar Rp 7.303.493, sedangkan data
triwulan terendah pada tahun 2014 sebesar Rp 4.048.929. Untuk data triwulan IV data tertinggi thn 2018 sebesar
Rp 9.109.445, sedangkan data triwulan terendah pada tahun 2013 sebesar Rp 5.352.625.
PEMBAHASAN
Uji Linearitas
Dalam menguji linearitas untuk menunjukkan ada atau tidaknya hubungan linear secara signifikan. Uji linearitas
dapat dilakukan dengan Scatter Plot dengan asumsi bila ada pola yang jelas melalui ploting data guna
memperlihatkan arah keterkaitan positif ataupun negatif, j maka linearitas terpenuhi. Sebaliknya jika pola tidak
membentuk secara jelas pada ploting data maka linearitas tidak terpenuhi. Berikut ini hasil uji linearitas yang
dilakukan dengan Scatter Plot tersaji melalui uraian berikit.
57
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
Uji Heteroskedastisitas
Dalam menguji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode uji Glejter. Ketentuan pada uji ini
dengan melihat nilai Sig. antara variabel bebas dengan absolute residual atau ABS_RES lebih dari 0,05 berarti
tanpa ada gejala heterokedastisitas begitupun sebaliknya. Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas menggunakan
metode uji Glejter yang disajikan dalam uraian berikut.
Tabel 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
No Variabel Dependen Sig. (2-tailed) Status Kesimpulan
1 ABS_RES 0,265 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Data Diolah, 2021
Sesuai uraian di atas, memperlihatkan bila nilai Sig. (2-tailed) untuk variabel bebas (hutang) sejumlah 0,265 >
0,05, sehingga berdasar pada dasar dalam mengambil keputusan pada pengujian Glejter maka menyimpulkan
bila variabel bebas (hutang) tanpa mengalami masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bermaksud agar bisa membandingkan model regresi linear ditemukan pada korelasi
antara penyimpangan pengganggu pada periode t dengan sebelumnya. Metode yang digunakan pada uji ini
ialah Durbin-Watson guna mencari tahu kehadiran autokorelasi yang ada di model regresi.
Tabel 5
Hasil Uji Autokorelasi
dU Durbin Watson 4-dU Status Kesimpulan
1,501 2,103 2,499 Tidak terdapat autokorelasi
Data Diolah, 2021
Berdasar uraian di atas, hasil pengujian autokorelasi memperoleh nilai Durbin-Watson sejumlah 2,103 bertingkat
signifikan 5% jumlah sampel 32 dan jumlah variabel bebas 1 (k=1), nilai dL sejumlah 1,373 dan dU sejumlah
1,501. Atas dasar itulah, nilai d lebih dari batas atas (dU) serta kurang dari (4-dU) 4-1,501 = 2,499. Dengan kata
lain du < d < 4-du (1,501 < 2,103 < 2,499), berarti menyimpulkan bila tanpa terdapat autokorelasi.
58
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
Berdasarkan tabel 6 hasil output diatas dapat dilihat persamaan regresi linear sederhana yang terbentuk
signifikan antara hutang (X) terhadap laba bersi (Y) yaitu:
Uji Korelasi
Hasil pengujian korelasi tersaji dalam Tabel 7.
Tabel 7
Hasil Uji Korelasi
Pearson
Sig. (2-tailed) Status Kesimpulan
Correlation ®
Hubungan yang rendah, searah serta tidak
0,311 0,083
signifikan
Data Diolah, 2021
Berdasar tabel 7 hasil output diatas dapat diketahui nilai koefisien korelasi ialah r = 0,311 yang berarti hutang
dengan laba bersih memiliki tingkat keterkaitan yang rendah (ada di interval koefisien 0,2 – 0,4). Sedangkan nilai
korelasi positif berarti hubungan antar variabel tersebut searah. Mengenai nilai signifikansinya sejumlah 0,083
berarti lebih besar dibanding 0,05 (0,083 > 0,05). Dengan begitu menyimpulkan jika hutang dengan laba bersih
memiliki tingkat hubungan yang rendah, searah serta tidak signifikan.
59
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
Sesuai hasil hitungan diatas baik mempergunakan rumus dan hasil dari SPSS menunjukkan hasil yang
sama sebesar 0,097 atau 9,7% yang berarti perubahan pada laba bersih dipengaruhi oleh hutang, sedangkan
sisanya sebesar 90,3% dipengaruh oleh variabel lainnya yang tidak ada di model kajian.
Hasil hitungan korelasi, Sig. (2-tailed) diperoleh sebesar 0,083 (0,083 > 0,05) maka keputusan H0 diterima Ha
ditolak artinya tidak signifikan. Berdasarkan hasil uji korelasi pada tabel Correlations terdapat nilai Pearson
Correlation (r) yaitu positif 0,311 berarti hubungan antara variabel hutang dengan variabel laba bersih lemah
serta tidak signifikan. Korelasi positif memperlihatkan bila hubungan antara variabel hutang dengan variabel laba
bersih searah. Artinya, apabila variabel hutang kecil, maka variabel laba bersih akan menurun. Dari hasil uji
persamaan regresi linear sederhana antara hutang terhadap keuntungan bersih pada PT Unilever Indonesia Tbk
diketahui bahwa terdapat persamaan regresi linear sederhana yang terbentuk signfikan antara hutang terhadap
laba bersih. Berdasarkan hasil uji persamaan regresi yang terlihat pada tabel Coefficients regresinya adalah Y=
0,843 + 0,809X. Dari persamaan regresi tersebut bisa menjelaskan bila constant sejumlah 0,843 berarti apabila
hutang (X) nilainya 0 maka laba bersih (Y) Rp 0,843. Sedangkan untuk nilai koefisien regresi variabel sejumlah
0,809 menjelaskan jika hutang (X) naik Rp 1 berarti laba bersih (Y) terjadi kenaikan sejumlah Rp 0,809. Untuk
perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk sebaiknya lebih memperhatikan keadaan perusahaan jika menggunakan
pendanaan atau hutang. Sebab hutang mempunyai risiko yang sangat besar dalam berkembangnya
perusahaan. Dalam meningkatkan keuntungan hutang termasuk salah satu yang mempengaruhinya sebab kian
membesar total utang maka kian besar juga pengeluaran guna melakukan pembayaran utang itu diikuti beban
yang telah dipersyaratkan pada utang itu. Secara umum hutang terdapat dua jenis yakni utang berjangka
pendek maupun berjangka panjang. Apabila perusahaan hendak memakai hutang jangka pendek wajib
diperhatikan tingkat kapabilitas perusahaan untuk melakukan pelunasan atas utang tersebut sebab utang
berjangka pendek mempunyai batas waktu jatuh tempo yang sedikit. Sedangkan pada hutang jangka panjang
perusahaan juga wajib memperhatikan melihat hutang jangka panjang dapat menimbulkan biaya yang lumayan
besar Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya lebih memperbanyak referensi tentang teori agar mempermudah
dalam memperoleh hasil yang maksimal dari penelitian yang bersangkutan serta menambah jumlah variabel
penelitian maupun tahun penelitian pada PT Unilever Indonesia Tbk sehingga memperoleh hasil yang dapat
menjadi dasar pengambilan keputusan dalam penelitian kinerja keuangan, mengingat variabel yang
dipergunakan pada kajian ini cukup terbatas juga diperhatikan selama pemilihan variabel yang ikut serta
mempengaruhi laba bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Adrianah. 2019. “Pengaruh Hutang Jangka Pendek Dan Hutang Jangka Panjang Terhadap Laba Bersih P.T. Vale Indonesia
Tbk Di Bursa Efek Indonesia.” Economix 7(2): 84–95.
Darsono, Basuki. 2013. Pustaka Rumah Cinta Buku Siswa EKONOMI Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Untuk Siswa SMA/MA
Kelas XII.
60
Pengaruh hutang terhadap laba bersih (Studai pada PT. UNILEVER INDONESIA TBK)……………………………..
Vol. 7 No. 1, Tahun 2022
Suhartono
Dewi, Desilia Purnama. 2021. “Analisis Pengaruh Hutang Jangka Panjang, Hutang Jangka Pendek Dan Modal Kerja Bersih
Terhadap Laba Pada PT. Griya Asri Prima.” Jurnal Sekretari Universitas Pamulang 8(2): 1–18.
Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab. Bandung: Alfabeta.
Firdhausya, Amalia. 2019. “Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” : 18–26.
Gunawan, Ade, and Sri Fitri Wahyuni. 2013. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan
Perdagangan Di Indonesia.” Manajemen dan Bisnis 13(1): 63–84.
Helvida, Luthfi, and Wahyu Murti. 2016. “Pengaruh Hutang Jangka Panjang Dan Aktiva Tetap Terhadap Laba Bersih (Studi
Kasus Pt. Intraco Penta Tbk.).” Jurnal Akuntansi 10(2): 18–32.
Hery. 2014. Akuntansi, Aset, Liabilitas, Dan Ekuitas. Jakarta: PT Grasindo.
Hidayat, Wastam Wahyu. 2018. DASAR-DASAR ANALISA LAPORAN KEUANGAN. Edisi 1. Sidoharjo: Uwais Inspirasi
Indonesia.
Irawati. 2017. “Pengaruh Hutang Jangka Pendek Dan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Pada CV. Jaya Utama Rengat.”
Eko dan Bisnis: Riau Economic and Business 8(1): 190–97.
Irawati, Dhian Eka. 2021. “Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran Perusa-Haan Dan Likuiditas Terhadap
Kualitas Laba.” Accounting Analysis Journal 1(2): 1–6.
Jufrizen, and Qoula Asfa. 2015. “Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.” Kajian Manajemen Bisnis 4(2): 1–
20.
Kariyoto. 2017. Analisa Laporan Keuangan. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Mamduh, Hanafi. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Maulana, Zefri, and Ayang Fhonna Safa. 2017. “Pengaruh Hutang Jangka Pendek Dan Hutang Jangka Panjang Terhadap
Profitabilitas Pada Pt. Bank Mandiri Tbk.” Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) 1(1): 44–48.
Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Cetakan ke. Jakarta: Salemba Empat.
Nainggolan, Wella Meri Christina. 2019. PENGARUH HUTANG JANGKA PENDEK DAN HUTANG JANGKA PANJANG
TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR PULP DAN KERTAS YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA.
Nuraini, Fitri, and Andrianto. 2020. AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Pasuruan: CV Penerbit Qiara Media.
Oxtaviana, Tri Ani, and Ani Khusbandiyah. 2016. “PENGARUH AKTIVA TETAP, HUTANG JANGKA PANJANG DAN
PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tri.” XIV(1): 68–70.
Samosir, Hendrik E.S. 2017. “Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Utang Terhadap Nilai Perusahaan Yang Terdaftar Di
Jakarta Islamic Index (Jii).” Journal Of Business Studies 2(1): 75–83.
Srikalimah. 2017. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage Dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013).” Jurnal Akuntansi & Ekonomi 2(1): 43–66.
Subramanyam, K.R., and John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Financial Statement Analysis Buku 1-10/E.
Jakarta: Salemba Empat.
Sugiono, Arief, and Edy Untung. 2016. Panduan Praktis Dasar Analisa Keuangan Edisi Revisi. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Sukmayanti, Ni Wayan Pradnyanita, and Nyoman Triaryati. 2019. “Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property Dan Real Estate.” E-Jurnal Manajemen 8(1): 7132–
62.
61
Jurnal 2
Untuk Judul 3
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pada masa perekonomian saat ini banyak pengusaha baik usaha besar
maupun kecil yang dalam permodalannya menggunakan sumber dana dari luar
seperti kredit atau hutang. Hutang adalah kewajiban untuk menyerahkan uang,
barang, atau jasa kepada pihak lain dimasa yang akan datang sebagai akibat dari
transaksi yang telah terjadi dimasa yang lalu atau sebelumnya. Ditinjau dari
jangka waktu pelunasan atau alat pelunasan hutang dapat di bagi menjadi dua
kelompok yaitu hutang jangka pendek (hutang lancar) dan hutang jangka panjang.
Maka liabilities atau hutang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak
perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber
diakibatkan dari penggunaan hutang tersebut. Karena dana eksternal tersebut akan
daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya. Suatu perusahaan dituntut harus berusaha untuk selalu
berada dalam keadaan dalam keadaan menguntungkan, karena dalam keadaan ini
perusahaan mampu menciptakan daya tarik bagi perusahaan lain yang mungkin
menarik perhatian para investor untuk menanamkan modal atau sahamnya bagi
perusaaan tersebut.
dapat mengambil keputusan dan kebijakan yang tepat dalam hal penggunaan dana
Berikut ini data laporan keuangan pada perusahaan Sub Sektor Pulp dan
Kertas yang melaporkan data keuangannya mulai tahun 2016-2018 dengan indeks
Tabel 1.1
Data Laporan Keuangan
No kode Nama Tahun TW Laba Bersih Hutang Jangka Hutang Jangka
Perusahaan Pendek Panjang
1. SPMA Suparma Tbk 2016 1 49.363.095.594 348.237.940.808 1.031.684.699.739
2 57.711.301.054 286.051.115.956 1.061.698.217.526
3 69.257.725.444 251.760.334.888 1.065.270.506.302
4 77.459.711.399 283.932.792.368 763.373.092463
2017 1 28.442.023.986 700.511.515.596 356.129.831.426
2 65.957.269.476 716.657.844.354 258.233.480.762
3 59.629.354.544 788.749.638.334 245.862.889.311
4 93.048.783.846 733.771.730.418 246.351.552.190
2018 1 13.584.363.152 650.531.846.967 304.081.186.397
2 28.614.318.268 210.442.642.978 738.777.104.831
3 32.478.920.300 296.229.297.412 652.690.374.371
4 82.414.344.052 236.077.148.880 777.188.966.678
2. KDSI Kedaung Setia 2016 1 5.960.436.683 641.706.526.145 159.725.077.538
Industrial Tbk 2 16.716.146.955 598.387.034.654 152.430.206.871
3 29.263.568.508 587.994.393.119 154.481.836.147
4 40.862.997.030 575.996.641.235 146.492.093.211
2017 1 15.506.977.865 604.804.716.099 136.197.705.519
2 23.730.647.341 639.521.153.398 148.793.359.069
3 40.054.021.277 679.773.557.973 130.302.544.527
4 65.755.214.997 709.035.285.125 133.716.941.390
2018 1 17.870.559.068 705.693.407.25 122.499.434.62
2 33.036.364.648 614,554,409,727 107,791,082,335
3 53.300.948.313 694.067.027.647 94.224.292.877
4 69.631.528.292 704.831802.004 131.413.633.107
3. KBRI Kertas Basuki 2016 1 18.540.113.286 375.836.186.111 505.361.866.750
Rachmat 2 28.675.846.362 375.965.838.861 485.270.620.071
Indonesia Tbk 3 79.944.653.361 353.301.860.544 462.634.243.559
4 18.540.113.286 444.595.675.025 399.973.103.336
2017 1 16.804.179.516 459.264.694.469 401.962.499.200
2 44.999.655.165 515.379.246.620 316.263.092.349
3 76.650.879.602 586.185.547.583 281.531.454.280
4 126.096.607.097 318.104.922.819 560.068.240.180
2018 1 37.664.865.264 301.438.769.476 570.754.535.926
2 79.986.049.794 291.120.831.078 597.418.801.527
3 124.222.740.584 289.815.411.577 619.646.279.023
4 123.372.929.643 672.263.564.452 216.975.429.094
Sumber: Data Laporan Keuangan di BEI
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang yang dimiliki oleh setiap perusahaan yang ada pada Sub Sektor
Pulp dan Kertas yang dimulai tahun 2016-2018 tidak stabil atau kadang naik atau
turun. Namun berbeda dengan keuntungan yang diperoleh tiap tahunnya yaitu
mengalami peningkatan.
Perusahaan Sub Sektor Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
Perusahaan Sub Sektor Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
3. Apakah terdapat pengaruh hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang
secara simultan terhadap profitabilitas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang
1.1. Kesimpulan
profitabilitas pada perusahaan sub sektor pulp dan kertas yang terdaftar di
BEI periode 2016-2018. Dengan standar erornya 0,004, sedikit lebih rendah,
kecil.
profitabilitas pada perusahaan sub sektor pulp dan kertas yang terdaftar di
Dengan arti bahwa jika tingkat hutang jangka panjang tinggi maka
mengurangi kewajiban pajak, hal ini dikarenakan bunga pinjaman merupakan biaya
3. Variabel hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang secara bersama-sama
1.2. Saran
1. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan sub sektor pul dan kertas yang terdaftar di BEI diharapkan
Karena semakin besar hutang semakin besar pula kewajiban untuk membayar
hutang tersebut.
2. Bagi Peneliti
BUKU :
Hanafi M.M, Halim, 2007. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua. Cetakan
Pertama, Yogyakarta: UUP AMP YKPN
JURNAL:
Irawan, Rudi 2012, Pengaruh Hutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Telekomunikasi Yang Go Public Di Bei Periode 2006-2011, Universitas
Islam Negerisultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Nadira, Liza dan Rustam, Pengaruh Hutang Jangka Pendek Dan Jangka
Panjang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Universitas Sumatera Utara.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh hutang terhadap laba bersih pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 2012 sampai dengan 2016. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode asosiatif, jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif
yaitu neraca dan laporan laba rugi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dengan teknik
sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Dianalisis menggunakan uji regresi liniear
sederhana, uji hipotesis Uji-t, dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan
yaitu tidak berpengaruh secara signifikan hutang terhadap laba bersih pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero). Dalam penelitian Koefisien Determinasi menunjukkan bahwa kontribusi
variabel bebas (hutang) terhadap variabel terikat (laba bersih) adalah sebesar 18,8%
sedangkan sisanya 81,2% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, setiap perusahaan harus
memiliki kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Manajemen yang baik tidak saja diperlukan untuk dapat berhasil dalam menghadapi
persaingan dalam dunia usaha, tetapi juga agar perusahaan dapat melakukan pembelanjaan secara
ekonomis, hal ini berkaitan erat dengan tujuan dari setiap perusahaan, yaitu untuk menghasilkan
laba atau keuntungan. Perkembangan suatu perusahaan dititikberatkan pada bagaimana cara
perusahaan tersebut mencapai tujuan utamanya, yaitu tercapainya laba perusahaan yang telah
ditetapkan. Besar kecilnya laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan ukuran
keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya, selain itu juga laba digunakan oleh
manajemen dalam mengambil keputusan.
Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan
mengutamakan sumber dana yang berasal dari dalam, namun karena adanya pertumbuhan
perusahaan, maka mengakibatkan kebutuhan dana makin besar, sehingga dalam memenuhi
sumber dana tersebut, perusahaan dapat menggunakan sumber dana dari luar perusahaan yaitu
hutang.
Akan tetapi dalam penggunaan hutang ini, perlu adanya kehati-hatian atas resiko yang
diakibatkan dari penggunaan hutang tersebut. Hal ini disebabkan penggunaan hutang mempunyai
resiko yang tinggi yaitu biaya modal. Oleh sebab itu dalam mengambil keputusan untuk
menggunakan hutang, perusahaan harus memperhatikan perimbangan antara modal sendiri dan
modal luar yang akan digunakan. Jika penggunaan sumber dana dari luar lebih kecil dari modal
sendiri, maka penggunaan modal luar tersebut layak digunakan, namun jika penggunaan modal
luar lebih besar dari pada modal sendiri, maka penggunaan modal luar tersebut tidak layak
digunakan (Riyanto, 2001: 23).
39
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
Laba merupakan salah satu faktor penentu dalam proses pengembalian keputusan oleh
para pengguna laporan keuangan. Hal ini mendorong manajemen bekerja lebih efektif dan efisien
agar perusahaan dapat menghasilkan laba yang maksimal dengan tetap menjaga kestabilan
aktivitas operasi sekaligus meningkatkan kinerja manajemen, sehingga dapat menumbuhkan
kepercayaan bagi para investor maupun kreditor pengguna laporan keuangan.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditor menurut Munawir (2017:18). Total hutang adalah gabungan hutang jangka pendek dan
hutang jangka panjang. Dengan gabungan hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang
tersebut maka membuat beban perusahaan semakin tinggi. Tetapi tingginya beban tersebut dapat
digunakan untuk menurunkan pajak perusahaan, hal tersebut yang menjadikan keuntungan (
Julio, 2016).
Titman dan Wessels dalam (Suaryana, 2006:6) yang menyatakan bahwa peningkatan
utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bagi perusahaan, yang mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi semua kewajibanya, karena semangkin besar penggunaan hutang
maka akan semangkin besar kewajibanya.
Menurut Syafrida Hani (2014:29) Analisa terhadap hutang merupakan hal yang penting
dilakukan untuk pengambilan keputusan bagi pihak yang memerlukan informasi tentang utang,
baik internal perusahaan, kreditor, dan pihak eksternal lain seperti investor. Masing-masing pihak
memerlukan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Objek penelitian penulis adalah pada PT.Kereta Api Indonesia (persero) adalah sebuah
badan usaha milik Negara (BUMN) mempunyai hutang yang digunakan untuk kegiatan
pembiayaan aktivitas operasional perusahaan, yang mana gunanya adalah untuk meningkatkan
laba perusahaan. Berikut ini adalah tabel total hutang dan laba bersih PT.Kereta Api Indonesia
(persero) dimana perusahaan mengalami penurunan laba.
KAJIAN PUSTAKA
Laba
Salah satu tujuan utama dari kegiataan operasi perusahaan adalah mendapatkan laba yang
semaksimal mungkin dan laba tersebut akan dapat dilihat dari laporan laba rugi perusahaan.
Laporan laba rugi (income statements) adalah laporan yang menggambarkan kinerja hasil
operasional perusahaan selama satu periode.
L.M.Samryn (2011:41) Laba adalah hasil pengurangan biaya atas pendapatan, perusahaan
menghasilkan laba jika pendapatan lebih besar dari biayanya. Sebaliknya selisih tersebut akan
menghasilkan rugi jika biayanya lebih besar dari total pendapatan.
Menurut Januri dkk (2015:96) keuntungan (gains) timbul dan tidak timbul
daripelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan (gains) mencerminkan kenaikan
manfaat ekonomi.
Menurut sofyan syafri harahap (2016:245) berdasarkan committe on Terminologi
mendefenisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan antara harga pokok produksi
biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.
Dapat disimpulkan bahwa “ laba adalah hasil dari keuntungan yang diterima perusahaan
setelah dikurangi dari pendapatan dan biaya – biaya selama satu periode”.
Merupakan selisih positif atas penjualan dikurang biaya – biaya dan pajak. Pengertian
laba yang dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih
positif antara pendapatan dan biaya.
Menurut Soemarsono S.R. (2002) menyatakan laba bersih adalah selisih lebih pendapatan
atas beban-beban dan merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha.
40
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
Dari laba yang diperoleh oleh perusahaan akan dapat diketahui kinerja perusahaan yang
bersangkutan.
Menurut Irham Fahmi (2012:101) bahwa Laba bersih (net income) adalah laba setelah
pajak (earnings after tax) merupakan laba yang diperoleh setelah dikurangkan dengan pajak”.
Manfaat analisis perubahaan lababersih bagi manajemen menurut Prastowo (2002:191)
yaitu memberikan cukup motivasi bagi manajemen adanya pertumbuhan lada dalam perusahaan
dapat menunjukan bahwa pihak – pihak menajemen telah berhasil dalam mengelolah sumber –
sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Menurut amstrong (2002:327)
adapun manfaat dari pertumbuhan laba sebagai berikut:
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau hutang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih, artinya kemampuan untuk membayar kewajibanyang sudah
waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetap (tanggal dan bulan tertentu).
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva
lancar secara keseluruhan.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek tanpa
memperhitungkan persediaan atau piutang
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal
perusahaan.
5. Untuk memgukur seberapa besar uang kas untuk membayar hutang.
Menurut Walter T. Harrison Jr, dkk (2013, hal 125) Laba pada laporan keuangan dapat
diklasifikasikan kedalam beberapa jenis bagian ialah sebagai berikut:
1. Laba Kotor
Perbedaan antara penjualan bersih dan persentase beban pokok penjualan.Langkah pertama
dari pengukuran laba pada laporan laba rugi banyak tahap dan merupakan suatu alat analitik
kunci dalam menilai suatu kinerja operasi perusahaan.
1. Laba Operasi
Laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.Merupakan langkah kedua dari penetuan laba
laporan laba rugi.
2. Laba Bersih
Setelah pertimbangan semua pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode akuntansi.
3. Laba Per Lembar Saham Biasa
Laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa untuk suatu periode dibagi dengan
jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.
Hutang
Munawir (2017, hal 18) Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada
pihak lain yang belum terenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke
dalamhutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang.
L.M. Samryn (2011, hal 37) Hutang merupakan kewajiban yang masih harus dilunasi
kepada pihak ketiga.
Menurut Ani Rahmaniar & Soegijanto (2016, hal 13) Hutang adalah kewajiban membayar
sejumlah uang pada waktu yang telah disepakati.
Menurut Syarida Hani (2014, hal 28) Hutang merupakan klaim pihak luar atas aktiva dan
sumber daya yang dimiliki perusahaan saat ini dan masa depan.
Menurut Irham Fahmi (2013:25) Hutang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak
perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman
perbankan, leasing, obligasi dan sejenisnya.
41
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
Dapat disimpulkan bahwa “Hutang adalah sumber dana yang berasal dari pihak ketiga
yang harus dikembalikan pada waktu yang telah ditentukan bersama.”
Menurut Munawir (2017, hal 18) hutang dikelompokkan menjadi:
1. Hutang lancar atau hutang jangka pendek
Hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau
pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain:
a. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan
secara kredit.
b. Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan
undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tetentu pada waktu tertentu
dimasa yang akan datang.
c. Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan
karyawan yang belum disetorkan ke kas Negara.
d. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum
dilakukan pembayarannya.
e. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian (seluruh) hutang jangka
panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan
pembayarannya.
f. Penghasilan yang diterima di muka (Deferred Revenue), adalah penerimaan uang muka
untuk penjualan barang/ jasa yang belum direalisir.
2. Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya
(jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang
meliputi:
a. Hutang obligasi
b. Hutang hipotik, adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu.
c. Pinjaman jangka panjang yang lain.
Kerangka konseptual
Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya,dengan
mengutamakan sumber yang berasal dari dalam, namun karena adanya pertumbuhan perusahaan,
maka kebutuhan dana akan semakin besar, sehingga dalam memenuhi kebutuhan dana
tersebut,perusahaan harus menggunakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan yaitu
hutang.
Perusahaan lebih memilih menggunakan hutang sebagai sumber danadibandingkan
sumber ekuitas karena pada umunya bunga yang dibayarkan oleh perusahaan karena
menggunakan hutang dapat digunakan untuk mengurangi pajak penghasilan, sehingga pajak
penghasilan yang harus dibayarkan oleh perusahaan lebih kecil, penghematan pajak penghasilan
merupakan suatu manfaat yang menguntungkan bagi perusahaan, menurut (Setiana, 2012).
Hutang menjadi salah satu faktor dalam meningkatnya atau menurunnya laba yang
dihasilkan perusahaan setiap tahunnya. Hutang digunakan untuk kegiatan operasional atau
investasi bagi perusahaan. Apabila hutang yang diperoleh perusahaan meningkat maka
diharapkan akan berdampak baik terhadap peningkatan laba sehingga kelangsungan hidup
perusahaan dimasa yang akan datang dapat terjamin.
Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bagi perusahaan, yang
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan
oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya,
42
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
karena semakin besar penggunaan hutang maka akan semakin besar kewajibannya, menurut
Kasmir (2010:195)
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menggambarkan kerangka konseptual
sebagai berikut :
Gambar II.1
Kerangka Konseptual
Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiono (2012:93) menyatakan bahwa pengertian hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
biasanya di susun dalam bentuk kalimat pertanyaan" Berdasarkan kerangka konseptual di
atas, maka hipotesis penelitian yang akan diuji adalah:
“Adanya pengaruh hutang terhadap laba bersih pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)”.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
penelitian yaitu pendekatan asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang
dalam hal ini yaitu pengaruh hutang terhadap laba bersih.
Dianalisis menggunakan uji regresi liniear sederhana, uji hipotesis Uji-t, dan uji koefisien
determinasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu tidak berpengaruh secara signifikan
hutang terhadap laba bersih pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Dalam penelitian Koefisien
Determinasi menunjukkan bahwa kontribusi variabel bebas (hutang) terhadap variabel terikat
(laba bersih) adalah sebesar 18,8% sedangkan sisanya 81,2% dipengaruhi variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini
43
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
mendorong Perumka menjadi perusahaan jasa, pada tanggal 3 Februari 1998 pemerintah
menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum (Perum) Kereta Api menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) berdasarkan peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1998. Dengan status
barunya, KAI Beroperasi sebagai lembaga bisnis yang berorientasi laba. Untuk tetap
menjalankan sebagaian misinya sebagai organisasi pelayanan publik, pemerintah
menyediakan dana Public Service Obligation (PSO).
Seiring dengan demikian dunia usaha dan berkembang tuntunan pasar, saat ini KAI
juga menyelengarakan kegiatan usaha penunjang lainnya dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimilikinya. Diantaranya adalah pengolahan properti yang berkaitan dengan jasa
kereta api, parawisata berbasis kereta api, restoran dikereta api (on train service) dan
distasiun, termasuk jasa ketering dan distribusi logistik dalam menjalankan bisnisnya, KAI
terus berupaya menerapkan standar terbaik dibidangnya berdasarkan sistem manajemen yang
berlaku.
Visi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yaitu menjadi penyedia jasa perkeretaapian
terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan Stakeholders. Dan
Misi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yaitu menyelengarakan bisnis perkeretaapian dan
bisnis usahapenunjangnya melalui praktik bisnis dan modal organisasi terbaik untuk
memberikan nilai tambah yang tinggi bagi Stakeholders dan kelestarian lingkungan
berdasarkan empat pilar utama: keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan, dan keyamanan.
2. Hutang pada PT. Kereta Api Indonesia Indonesia (Persero)
Dalam pertumbuhan perusahaan yang semakin besar, perusahaan mengunakan
sumber dana dari luar yaitu hutang. Hutang menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan laba
yang dihasilkan perusahaan, Hutang digunakan untuk kegitan operasional atau investasi bagi
perusahaan. perusahaan harus memperhatikan pengunaan hutang secara efisien, maksudnya
perusahaan harus dapat menyesuaikan jumlah pinjaman modal tersebut atau hutang dengan
kegiatan operasionalnya agar dapat memperoleh laba yang diinginkan demi kelangsungan
usahanya.
Berikut akan disajikan data Total Hutang pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dalam laporan tahunan.
Tabel VI.1
Data Total Hutang PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Tahun 2012 Sampai dengan 2016
Tahun Total Hutang
2012 Rp. 3.637.648.986
2013 Rp. 9.136.520.053
2014 Rp. 11.656.345.399
2015 Rp. 13.306.312.618
2016 Rp. 15.420.143.242
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Data diatas menunjukkan bahwa total hutang perusahaan mengalami kenaikan
kenaikan disetiap tahunnya, pada tahun 2012 total hutang sebesar Rp.3.637.648.986, pada
tahun 2013 sebesar Rp. 9.136.520.053, pada tahun 2014 sebesar Rp.11.656.345.399, pada
tahun 2015 sebesar Rp.13.306.312.618 dan pada tahun 2016 sebesar Rp 15.420.143.242.
Terjadinya peningkatan total hutang pada perusahaan disebabkan pertumbuhan
perusahaan yang semakin pesat, mengakibatkan kebutuhan dana semakin besar dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya.
3. Laba bersih pada PT. Kereta Api Indonesia Indonesia (Persero)
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba, maka perusahaan melihat laba yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan.
44
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
Berikut akan disajikan data laba operasional berdasarkan data laporan Laba Rugi tahun 2012
sampai dengan tahun 2016.
Tabel IV.2
Data Laba Bersih PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Tahun 2012 Sampai dengan 2016
Deskripsi Data
Berdasarkan data terdahulu telah dibahas mengenai rancangan pembuktian untuk
mengetahui hipotesis kerja (Ha) ini yaitu ada pengaruh hutang terhadap laba bersih pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero). Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan pengujian analisis regresi sederhana, uji hipotesis (uji t), dan uji
koefisien determinasi dengan bantuan software SPSS versi 16.
Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian yaitu variabel
bebas hutang dan variabel terikat laba bersih. Adapun data penelitian dapata disajikan pada
tabel berikut ini.
Tabel IV.3
Data Total Hutang dan Laba Bersih
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Tahun 2012 Sampai dengan 2016
Tahun Total Hutang Laba Bersih
2012 Rp. 3.637.648.986 Rp. 425.104.842
2013 Rp. 9.136.520.053 Rp. 560.716.836
2014 Rp. 11.656.345.399 Rp. 860.878.658
2015 Rp. 13.306.312.618 Rp.1.396.980.150
2016 Rp. 15.420.143.242 Rp.1.048.240. 148
Sumber : Laporan keuangan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
45
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
Statistik Deskriptif
Variabel – variabel dalam penelitian dimasukkan ke program SPSS dan
menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berikut ini
ditampilkan data statistik secara umum dan seluruh data yang digunakan sebagaimana
terlihat pada tabel berikut.
Tabel IV.4
Output Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
hutang 5 3.64 15.42 10.6310 4.53574
lababersih 5 1.05 860.88 3.6983E2 371.60617
Valid N
5
(listwise)
Sumber : Data diolah 2018
Tabel IV.5
Output Uji Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 747.091 485.121 1.540 .221
Hutang -35.487 42.634 -.433 -.832 .466
a. Dependent Variable: LabaBersih
46
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian awal terhadap data penelitian berikut akan dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan uji-t. Uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa besar
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Tampilan output SPSS uji-t dapat dilihat pada tabel IV.5.
Tabel IV.6
Output SPSS Uji-t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 747.091 485.121 1.540 .221
Hutang -35.487 42.634 -.433 -.832 .466
a. Dependent Variable: LabaBersih
Koefisien Determinasi
Selanjutnya dilakukan pengujian Koefisien Determinasi untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel hutang terhadap variabel laba bersih perusahaan. Tabel IV.6 berikut
merupakan hasil pengujian dengan bantuan program SPSS terhadap data hutang dan laba
bersih perusahaan, maka diperoleh hasil outpu perusahaan yaitu tabel summary yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kualitas model regresi yang berbentuk dari data
variabel hutang dan variabel laba bersih perusahaan hingga dapat menerangkan kondisi, yang
sebenarnya, dengan memperlihatkan nilai koefisen determinasi (R Square).
Tabel IV.7
Output Uji Determinasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .433 .188 -.083 386.75226
a. Predictors: (Constant), Hutang
47
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh secara signifikan hutang
terhadap laba bersih pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Berdasarkan hasil pengujian
maka diperoleh hasil sebagai berikut : dari hasil penelitian diperoleh t hitung 0,832 sedangkan ttabel
sebesar 3,182 ternyata (thitung < ttabel) maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada
pengaruh hutang terhadap laba bersih. Pengujian dengan menggunakan koefisien determinasi
kontribusi variabel bebas (hutang) terhadap variabel terikat (laba bersih) tingkat hubungan
kategori rendah hanya sebesar 18,8% sisanya 81,2% dipengaruhi variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Dimana hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nazahah Kusuma Dini (2015) yang menyebutkan bahwa “Total Utang
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Laba Bersih dengan besarnya pengaruh yang
masuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan ketika Total Utang perusahaan meningkat maka
Laba Bersih yang dibagikan perusahaan akan meningkat”.
Gita Laura Manoppo (2015) dalam penelitian juga menegaskan bahwa “hutang
berpengaruh terhadap laba perusahaan, Ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan mendapatkan
keuntungan dari adanya pemakaian hutang. Dengan menggunakan hutang maka akan terdapat
pembayaran biaya bunga dan berdampak pada penghematan pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan.
jika aktivitas perusahaan semakin tinggi maka pendapatan atau laba perusahaan juga akan
semakin meningkat, karena laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan perusahaan dari
suatu badan usaha serta merupakan salah satu tujuan mendorong suatu perusahaan untuk
dapat berkembang lebih lanjut, suatu perusahaan tidak akan mampu mencapai tujuan apabila
perusahaan tersebut tidak mampu mengahasilkan pendapatan dan laba.
Hutang menjadi salah satu faktor dalam meningkatnya atau menurunnya laba yang
dihasilkan perusahaan setiap tahunnya. Hutang digunakan untuk kegiatan operasional atau
investasi bagi perusahaan. Apabila hutang yang diperoleh perusahaan meningkat maka
diharapkan akan berdampak baik terhadap peningkatan laba sehingga kelangsungan hidup
perusahaan dimasa yang akan datang dapat terjamin. Dan menurut Hartono (2000 : 254) yang
menyatakan bahwa semakin besar hutang, maka semakin besar pula profitabilitas yang
diharapkan. karena manajemen perusahaan memilih hutang sebagai alternatif bagi tersedianya
sumber modal perusahaannya, maka manajemen perusahaan bertanggungjawab untuk lebih
bekerja keras agar modal yang digunakan tersebut dapat memberikan keuntungan yang lebih
besar bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu
memenuhi kewajibannya (Inggriani Elim, 2010).
Dapat dilihat pada perusahaan yang mengalami penurunan nilai laba sementara teori
menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai perusahaan yang terpenting adalah memperoleh
laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal perusahaan dapat
berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan produk dan melakukan
investasi baru. (Kasmir, 2008:196).
Dampak penurunan laba terhadap perusahaan adalah apabila perusahaan mengalami
kesulitan keuangan atau penurunan laba, dan perusahaan tidak mampu mencukupi atau menutupi
kekurangan tersebut, maka perusahaan akan bangkrut. Hutang dapat menghambat perkembangan
perusahaan yang pada akhirnya dapat membuat pemegang saham berfikir dua kali untuk tetap
menambahkan modalnya. Peningkatan laba juga penting karena menyangkut kelangsungan hidup
suatu perusahaan. Suatu perusahaan harus selalu berada dalam keadaan menguntungkan, karena
tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Pihak
48
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 18 No. 1, Maret 2018,
ISSN : 1693-7597
manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini, karena sangat disadari
betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ani Rahmaniar dan Soegijanto, 2016. Pengantar Akuntansi Dasar 1. Bogor: In Media.
Anna Setiana, 2012. Dalam Jurnal “Pengaruh Hutang Jangka Panjang Terhadap Profitabilitas Pt
Ramayana Lestari Sentosa”
Ardansyah, 2015. Dalam jurnal “Analisis Penggunaan Hutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Pada PT. Wahana Abadirukun Agungsejahtera Bandar Lampung”
Ari purwanti dan Darsono prawironegoro (2008). Akuntansi Manajemen. Edisi 3 Revisi Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media.
Desilia Purnama Dewi, 2012. Dalam Jurnal “Analisis Pengaruh Hutang Jangka Panjang, Hutang
Jangka Pendek Dan Modal Kerja Bersih Terhadap Laba Pada Pt. Griya Asri Prima”.
49
Banda Aceh, 21 Oktober 2022
Kepada Yth:
Ibu Ketua Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Serambi Mekkah
di –
Banda Aceh
Demikianlah permohonan ini saya ajukan, besar harapan saya agar Ibu
dapat menyetujui salah satu dari judul skripsi di atas. Atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.
(BintangMarseno, 2020)
3) Pengaruh Pendapatan Asli Dependent: Metode yang Variable PAD berpengaruh secara
Daerah, Dana Perimbangan, - Belanja Modal digunakan signifikan terhadap Belanja Modal
Dan Silpa Terhadap Belanja dalam pengujian dimana nilai sig 0,001 < nilai
Modal Dan Dampaknya Independent: hipotesis ini probabilitas 0,05. DAU secara parsial
Kepada Pertumbuhan - PAD adalah analisis berpengaruh secara signifikan terhadap
Ekonomi Pemerintah - Dana Perimbangan regresi linear Belanja Modal dengan nilai sig 0,021 <
Daerah Kota Kupang - Silpa berganda nilai probabilitas 0,05. Sedangkan
Provinsi Nusa Tenggara DBH secara parsial tidak memiliki
Timur pengaruh terhadap Belanja Modal
dengan nilai sig 0,38 > nilai 0,05.
(Dessyana Lourine Talluta.
2018)
3. Pengaruh Utang Lancar 1) Pengaruh Hutang Terhadap Dependent: Metode yang Pengaruh hutang terhadap laba bersih
dan Utang Tidak Laba Bersih (Studi pada PT. - Laba bersih digunakan memiliki hubungan tidak signifikan,
Lancar Terhadap Laba Unilever Indonesia Tbk) dalam pengujian lemah serta searah. Secara parsial
Bersih Perusahaan Independent: hipotesis ini utang tidak berpengaruh terhadap laba
Farmasi Yang Suhartono (2018) - Hutang adalah analisis bersih perusahaan
Terdaftar di Bursa Efek regresi linear
Indonesia Periode berganda
2018-2021 2) Pengaruh Hutang Jangka Dependent: Metode yang Hutang jangka pendek dan hutang
Pendek dan Jangka Panjang - Laba bersih digunakan jangka panjang berpengaruh positif
terhadap Profitabilitas pada dalam pengujian terhadap profitabilitas
Perusahaan Pulp dan Kertas Independent: hipotesis ini
yang Terdaftar di Bursa Efek - Hutang jangka adalah analisis
Indonesia panjang regresi linear
- Hutang jangka berganda
Mery Christina (2018) pendek
3) Analisis Pengaruh Hutang Dependent: Metode yang Hasil penelitian yang telah dilakukan
Terhadap Laba Bersih pada - Laba bersih digunakan yaitu tidak berpengaruh secara
PT. Kereta Api Indonesia dalam pengujian signifikan hutang terhadap laba bersih
(Persero) Independent: hipotesis ini pada PT. Kereta Api Indonesia
- Hutang adalah analisis (Persero).
Vera Handayani (2018) - regresi linear