Biokimia Mutiara2 PDF
Biokimia Mutiara2 PDF
MUTIARA INDAH
Fakultas Kedokteran
Bagian Biokimia
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
I. 1. SEKRESI HORMONAL
Konsentasi hormon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10-15 –10-9.
Sel target harus membedakan antara berbagai hormon dengan konsentrasi yang
kecil, juga antar hormon dengan molekul lain.Derjad pembeda dilakukan oleh
molekul pengenal yangterikat pada sel target disebut Reseptor
→Reseptor Hormon: Molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan
sebelum memulai efek biologiknya
Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen
Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun
intraselluler.
Reseptor IGF, EGF , LDL, umumnya serupa dengan dengan reseptor insulin
ini.Reseptor untuk ANF yang memiliki aktifitas guanilil siklase juga termasuk dalam
kelas ini.
Golongan I Golongan II
cAMP,cGMP,Ca2+,
Fosfotidilinosi-
tol, Lintasan Kinase
Kelompok hormon ini terdiri dari hormon-hormon yang bersifat larut dalam air
dan terikat pada membran plasma sel sasaran. Hormon-hormon ini akan
berkomunikasi dengan proses meabolisme intraselluler melalui senyawa yang disebut
sebagai second messenger.Konsep second messenger timbul dari pengamatan Earl
Sutherland dan rekan-rekan,bahwa Epineprin terikat pada membran plasma eritrosit
burung merpati dan meningkatkan cAMP.Diikuti oleh berbagai macam percobaan
ditemukan bahwa cAMP ternyata mengantarai efek metabolik banyak hormon.
Senyawa second messenger yang diaktivasi oleh pengikatan antara hormon
dengan reseptor spesifiknya di membran plasma didata dalam tabel di bawah ini
cAMP merupakan second messenger yang dibentuk dari senyawa ATP oleh
kerja enzim Adenilat Siklase dengan adanya Mg2+ yang membentuk suatu kompleks
dengan ATP untuk bertindak sebagai substrat untuk reaksi.
Mg2+
ATP cAMP + PPi + H+
Adenilat siklase
cAMP mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses kerja sejumlah
hormon.Epineprin meningkatkan kadar cAMP yang tinggi di dalam sel-sel otot dan
perubahan yang relatif kecil dalam sel-sel hati
N
N
N N
H2 O
5' C 4'
H H 1'
O
H 3' 2' H
P O OH
O
O-
• Reseptor spesifik hormon pada permukaan luar membran plasma (Rs atau Ri)
• Paling sedikit 2 protein pengatur nukleotida guanosin (protein G) yang
tergantung GTP
Protein pengatur ini diberi simbol Gs(stimulasi) dan Gi(inhibisi) yang masing-
masing tersusun tiga subunit α,β,χ .Subunit β dan χ dalam Gs identik dengan
dalam Gi, sedangkan subunit α dalam Gs berbeda dengan dalam Gi diberi tanda
αs dan αi
Fosfodiesterase
Kerja yang ditimbulkan oleh hormon yang meningkatkan konsentrasi cAMP
bisa diakhiri dengan sejumlah cara termasuk hidrolisis cAMP oleh fosfodiesterase.
Enzim hidrolisis ini menjamin proses pergantian sinyal yang cepat dengan demikian
juga penghentian proses biologik yang cepat begitu stimulus hormonal
dihilangkan.Inhibitor fosfodiesterase,yang paling terkenal adalah derivat
xantintermetilasi seperti kafein dan teofilin, akan meningkatkan cAMP intrasel,meniru
atau memperpanjang kerja hormon
fosforilase kinase ↑
cAMP ↑ → protein kinase
glikogen sintase ↓
Merupakan senyawa second messenger yang dibentuk dari GTP oleh kerja
enzim Guanilil Siklase, yang terdapat dalam bentuk larut dan terikat
membran.Hormon Atriopeptin, suatu famili peptida dihasilkan dalam atrium jantung,
menyebabkan natriuresis, diuresis,vasodilatasi otot dan inhibisi sekresi aldosteron .
Hormon peptida ini mis:ANF akan mengaktifkan enzim guanilil siklase → cGMP ↑→
mengantarai efek hormon.Senyawa nitroprusida,nitrogliserin ,natrium nitrit, natrium
azida,nitogen oksida (NO) meningkatkan cGMP dengan mengaktifkan guanilil siklase
. Peningkatan cGMP akan berikatan dan mengaktifkan Protein Kinase Spesifik (Kinase
G ) yang analog dengan Kinase A
Enzim ini akan melakukan fosforilasi terhadap sejumlah protein otot polos .Peristiwa
ini agaknya terlibat dalam proses relaksasi otot polos dan vasodilatasi.
O H2C O C R2
R1 C O CH O
H2C O P O
O− H
1 6
OH OH
H OH
2 H 5
OH
phosphatidyl- H H
3 4
inositol H OH
O H 2C O C R2
R1 C O CH O
H 2C O P O
cleavage by O− H
1 6
Phospholipase C OH OPO 3 2−
H OH
2 H 5
OH
H H
PIP 2 3 4
phosphatidylinositol- H OPO 3 2−
4,5-bisphosphate
OPO 3 2− H
1 6
OH OPO 3 2−
H OH
2 H 5
OH
H H
3 4
H OPO 3 2−
IP 3
inositol-1,4,5-trisphosphate
O H2C O C R2
R1 C O CH
H2C OH
diacylglycerol
Beberapa reseptor hormon seperti reseptor hormon Insulin, EGF, IGF memiliki
aktivitas Tirosin Kinase Intrinsik. Perubahan penyesuaian yang yang ditimbulkan
interaksi antara hormon dan reseptor pada reseptor ini mengaktivasi aktivitas kinase
tirosin. Aktifitas enzim kinase ini mengakibatkan fosforilasi substrat pada residu
tirosin
Aktivitas tirosin dapat pula memulai serangkaian fosforilasi .Mekanisme umum
untuk hal ini adalah melalui domain SH2 yang berikatan dengan fosfotirosin pada
reseptor. Tirosin Fosfatase mengangkat gugus fosfat tirosin mengakhiri kerja dari
protein terfosforilasi
( Gambar 7 )
INSULIN
Mekanisme Kerja
Hormon T3 dan T4 berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan afinitas yang
tinggi di nukleus sel sasaran. Di sitoplasma hormon ini berikatan pada tempat
dengan afinitas yang rendah dengan reseptor spesifiknya. Kompleks hormon
reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA, menginduksi atau merepresi
sintesis protein dengan meningkatkan atau menurunkan transkripsi gen.
Dari transkripsi gen–gen ini timbul perubahan dari tingkat transkripsi m RNA
mereka. Perubahan tingkat mRNA ini mengubah tingkatan dari produk protein dari
gen ini.Protein ini kemudian memperantarai respon hormon Thyroid. Hormon Thyroid
dikenal sebagai modulator tumbuh kembang → penting pada usia balita
Patofisiologi
• Pembesaran Thyroid → goiter
• Simple goiter : usaha mengkompensasi produksi hormon thyroid yang kurang
• Jika berat → Hypothyroidisme
• Therapi dengan hormon thyroid eksogen (Levotiroksin)
Hipothyroidisme
• Dibedakan : - Kreatinisme
- Miksedema
• Gambaran menonjol : - bradikardi
VII. ENDORPHINE
β endorphine terdiri atas 31 asam amino yang ditemukan dalam hipofise tapi
disana akan mengalami asetilasi .Berikatan dengan reseptor SSP sama seperti opium
morphin dimana jaringan otak dari vertebrata mempunyai reseptor untuk alkaloid
(morphin ) → opium.
Senyawa β endorphine yang dibentuk dari Proopiocortin ini, berperan dalam
mengontrol persepsi rasa nyeri secara endogen sehingga dapat berperan analgesik
yang kuat untuk rasa sakit pada tubuh selama beberapa jam. Potensi analgesik
senyawa 18-30 kali lebih kuat dari morphin
XI. Rangkuman.
Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 :
534-626