Anda di halaman 1dari 28

1.

Dao – Dao
Seperangkat alat yang
digunakan nelayan untuk
meyimpang umpan pancing
dari ikan yang masih hidup
dan segar. Umpan pancing
yang masih hidup
dimasukkan kedalam
keranjang itu diikat pada
rangkaian gabus kemudian
keranjang dibenangkan
kedalam air laut.
2. Maket Roppo Pajala
Rumah ikan yang terbuat dari susunan bambu memakai tali labuh
panjangnya 1.000 – 2.000 m dan batu besar sebanyak 15 – 20 buah, dan
ikatan daun kepala yang
diikatnya pada bagian
bawah. Di rumah ikan
inilah para nelayan menjala
ikan.
3. Buaro
Alat untuk menangkap ikan di sungai, dipasang didasar
sungai diantara celah batu.

4. Karajing Bau
Tempat untuk menyimpan ikan hasil tangkapan.

5. Basung
Tempat untuk menyimpan ikan peralatan pancing, dan lain – lain.
6. Dapo’
Alat penangkapan ikan yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya
dipasang didalam pasar laut yang berterumbu karang.
7. Maket “Olang Mesa”
Perahu tradisional mandar yang dipakai untuk menangkap ikan
bambangang.

8. Batu Jala
Alat pemberat jala.

9. Ladung Tungga’
Alat pancing ikan yang terdiri dari tali pancing,
alat pemberat dari timah, mata pancing, dan umpan
dari ikan sebesar jari kelingking atau udang, alat ini
digunakan dilaut dangkal.

10. Pangolor
Alat pancing ini digunakan untuk
memancing ikan tuna. Yang terdiri dari
pancing, alat pemberat dari timah, satu
buah mata pancing, dan umpan dari ikan
layang atau ikan tongkol.

11. Maket “Sande”


Perahu tradisioal mandar, sebagai alat transportasi.
 Memuat orang atau barang dagangan antar daerah atau antar pulau.
Perahu Ba’go terkecil mempunyai daya angkut 15 ton, dan ujung besar
mempunyai daya angkut sampai 100 ton.
 Untuk menangkap ikan Tuna di laut lepas
 Sebagai perahu lomba
12. Maket “Perahu Ba’go”
Perahu khas mandar
digunakan untuk
mengangkut barang atau
pulau. Perahu Ba’go
terkecil mempunyai daya
angkut 15 ton, dan yang
besar mempunyai daya
angkut 15 ton dan perahu
yang besar mempunyai
daya angkut sampai 100 ton.
13. Maket “Perahu” (Lopi) Lete’
Perahu khas mandar digunakan untuk mengangkut barang antar pulau.
Perahu lete’ terkecil mempunyai daya angkut 15 ton dan perahu lete’ terbesar
mempunyai daya angkat sebesar 50 ton.
14. Sitto
Kotak berisi pakaian
perempuan, sendal,
sepatu, dll. Sitto dibawah
oleh gadis – gadis remaja
dalam iring – iringan
penganting laki – laki
sebanyak 4 buah bagi
masyarakat biasa serta 6 sampai 12 buah.
15. Parewa Massaula’
Perangkat alat untuk mengusir
roh jahat, massaula’ adalah
rangkaian kegiatan perkawinan
sebelum acara akad nikah
perkawinan. Sumbu yang ada pada
bumbu dan sloki dinyalakan
dengan api oleh sando / dukun
kemudian menaikan peralatan ini
keatas kepala penganting yang
sudah berpakaian lengkap
sebanyak 3 kali.

16. Kipa – Kipa


Hiasan yang terdapat pada ujung belakang selendang.
17. Sima’ – Sima’
Assesoris yang
dipakai pada lengan
dibagian atas
pergelangan kiri dan
kanan.

18. Patto
Assesoris yang dipakai pada lengan kiri dan kanan terletak pada bagian
atas Sima’.

19. Gallang Balle


Assesoris yang dipakai pada lengan kiri dan kanang terletak pada bagian
atas Patto.

20. Jima’ Salletto’ / Jima’ Ma’borong


Assesoris yang dipasang pada lengan kiri dalam.
21. Teppang / Sima’ Taya
Assesoris yang diikatkan pada ujung lengan baju kiri dan kanan.
22. Patti – patti
Peti kecil ini berisi uang
mahar kawin, dibawah oleh
seorang laki – laki yang sudah
berkeluarga dalam iring – iringan
pengantin laki – laki menuju
rumah pengantin perempuan untuk melaksanakan akad nikah, peti ini berisi
uang belanja dibawah oleh seorang perempuan yang sudah berkeluarga saat
pelaksanaan maccanring atau meminang.
23. Masi – Masigi
Maket masjid dalam iring – iringan
pengantin laki – laki dibawah oleh
remaja laki – laki sebanyak 2 buah.
Masi – masigi bermakna agar kedua
mempelai patuh dan taat
melaksanakan ajaran agama Islam.
24. Pa’annang Pa’indo Sorong
Terdiri dari statd cup terbuat dari tanah liat satu lembar kain putih sebagai
pembungkus wadah pa’indo sorong. Pa’indo sorong terdiri dari :
1). Satu buah kelapa yang sedang tumbuh tunasnya, bermakna agar seluruh
kehidupan kedua memplai berguna keluarganya dan mesyarakat
disekitarnya.
2). Indo Asso (Kunyi Besar), bermakna agar kedua memplai tetap tabah dan
ulet dalam menghadapi segala tantangan kehidupan.
3). Setangkai tumbuhan “Bangun Tuo” bermakna agar cinta kasih kedua
memplai tetap lestari sebagaimana sifat tumbuhan tersebut tetap nampak
segar meskipun sudah lama dipetik.
4). Sepintal benang bermakna agar cinta kasih memplai ibarat pintalan
benang yang sangat sulit dilepas.
5). Gula merah, barmakna agar kedua memplai senang tiasa menikmati
manisnya kahidupan.
Keseluruhan Pa’indo seorang diletakkan dalam wadah, dipangku dalam
lilitan kain putih oleh seorang pria yang sudah berkeluarga, berpakaian putih
dan rapi.
25. Kappu Ayu atau Kappu Gallang
Wadah bunga – bungaan atau harum – haruman, bermakna agar seluruh
kehidupan kedua memplai senantiasa harum semerbak. Kappu’ dalam iring –
iringan pengantin laki – laki dibawah oleh para gadis remaja ssebanyak 4
buah bagi pengantin masyarakat biasa, 6 buah sampai dengan 12 buah bagi
pengantin kaum bangsawan
26. Botol Lomo’
Botol yang berisi minyak kelapa,
dengan makna harapan agar
pelaksanaan perkawinan berjalan lancar
sebagaimana sifat minyak yang selalu
lembut dan licin. Botol ini dibawa oleh
seorang perempuan tua berpakaian baju
pokko dan sarung sutera mandar, berada
di depan iring – iringan pengantin laki –
laki menuju rumah pengantin
perempuan untuk pelaksanaan akad
nikah.
27. Patung Kelapa
Patung kelapa atau batu rupa tau yang ditemukan dilingkungan Teppo
kelurahan baru kecamatan Banggae pada tahun 2009.
28. Batu Pale’ Lette’
Batu Pale’ Lette’ (Tapak Kaki) ini ditemukan di Dusun Bulo, Desa Ihing,
Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 1979.
29. Fosil Kayu
Ditemukan pada saat
penggalian pondasi Masjid
pasar sentral Majene di Pakkola
pada tahun 1980 dihibahkan
oleh saudara Baharuddin
dilingkungan Timbo – Timbo,
kelurahan Pangli – ali
Kecamatan Banggae.

30. Fosil Jagung


Ditemukan dilingkungan Pangali – ali Kelurahan Pangali – ali Kecamatan
Banggae, hibah dari saudara suriyawan, petugas Museum Mandar Kabupaten
Majene.

31. Fosil Ubi Jalar


Ditemukan dilingkungan Pangali – ali, hibah dari saudara Suriyawan.
32. Fosil Kura – Kura
Ditemukan dikompleks makam tomakaka’ di Pullajonga oleh Balai
peninggalan sejarah dan purbakala pada tahun 1982.
33. Fosil Kayu Jati
Fosil ini ditemukan
oleh bapak Tammalele, di
lingk. Galung Lego
(Pembusuang) tahun
1987.
34. Pipa Air Ledeng Zaman Belanda

a. Ditemukan :
 Tempat : dilingk. Timbo – timbo, kelurahan Pangali – ali,
Kec.Banggae.
 Tanggal : 10 Februari 2002.
b. Bahan :
 Tanah liat untuk pipa
 Pasir, Semen, dan kapur untuk pasangan Sambung.
35. Jarumbing
Alat musik pukul khas Mandar yang terbuat dari bambu.

36. Lesung Issung

37. Kapak Pemecah


Kapak pemecah ini adalah tinggalan zaman prasejarah ditemukan
dikompleks makam Tambulese pada tahun 2009.
38. Kapak Genggam
Kapak genggan adalah tinggalan zaman prasejarah yang ditemukan pada
saat penggalian sumur didalam kedalaman 2 meter dilingkungan Pangli – ali.
Dihibahkan oleh H.Sahabuddin Hadi kepala Museum Daerah Mandar pada
tahun 2006.
39. Mesin Jahit Tangan
Mesin Jahit produksi Eropa pada abad ke-19.

40. Kowi’ Pa’oyo


Parang yang digunakan
untuk membelah dan
memotong – motong ikan tuna
atau ikan besar lainnya.

41. Lonjong
Keranjang khas Ulumanda, tempat menyimpan biji kopi yang baru dipetik.
42. Kowi’ Lakka (Duplikat)
Parang panjang khas Mandar
yang dipakai oleh para pasukan
perang di zaman Kerajaan.

43. Kowi – Kowi


Senjata tajam khas Mandar,
digunakan untuk melindungi
diri dari gangguan keamanan.

44. Bendi
Alat transportasi lokal

.
45. Peralatan Pembuatan Minyak
Kelapa Tradisional
(Pappolanang) Khas Majene.

46. Maket “Lopi Panjala”


Perahu nelayan tradisional
Mandar.

47. Maket “Body”


Perahu nelayan yang memakai
mesin dalam.

48. Makam ini merupakan makam Raja pertama yang ada di Banggae. Dan
makam ini merupakan
makam yang terbesar dan
tertinggi. Makam yang ada
disampingnya adalah orang
yang – orang yang terdekat
dengan Beliau, misalnya
Istri, anak, dan lain – lain.

49. Makam ini merupakan makam dari salah satu tokoh masyarakat yang
memiliki kedudukan pada masa kerajaan Banggae Mandar.
50.

50.

50. Makam ini merupakan makam dari salah


satu tokoh Agama ( Ulama ) yang ada pada
zaman kerajaan.

51. Makam ini merupakan salah satu keturunan


dari Raja ( Anak Raja ) pada zaman kerajaan
Banggae Mandar.
Makam ini di khususkan untuk laki – laki

Makam ini di khususkan untuk


perempuan

Anda mungkin juga menyukai