Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CEMPAKA PUTIH

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CEMPAKA PUTIH

NOMOR 09 TAHUN 2017

TENTANG
KEBIJAKAN AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CEMPAKA PUTIH

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit


perlu ditetapkan pelayanan yang terintegrasi dan kontinyu
untuk menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan
pelayanan yang tersedia
b. bahwa rumah sakit perlu mengkoordinasikan pelayanan,
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya;
c. bahwa pasien dan keluarga diberi informasi tentang
pelayanan yang diberikan, cara mengakses pelayanan di
rumah sakit, sumber alternatif bila rumah sakit tidak bisa
menyediakan asuhan dan pelayanan bagi pasien;
d. bahwa informasi penting yang diberikan dapat membuat
keputusan tentang kebutuhan pelayanan pasien, pemberian
pelayanan yang efisien, rujukan ke pelayanan di dalam dan
diluar Rumah Sakit Umum Daerah Cempaka Putih dan
pemulangan pasien yang tepat ke rumah;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, menetapkan
Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan
dan Kontinuitas Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
Cempaka Putih.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Pemerintah RI No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No.
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
5. Peraturan Menteri Kesehatan No.
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.
11/MENKES/PER/VIII/2017 tentang Keselamatan Pasien

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD CEMPAKA PUTIH TENTANG


KEBIJAKAN AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS
PELAYANAN DI RUMAH SAKIT CEMPAKA PUTIH

KESATU : Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan tertuang


dalam lampiran keputusan ini

KEDUA : Kebijakan ini akan dilengkapi dengan panduan panduan yang


merupakan petunjuk pelaksanaan dari kebijakan operasional
dan standar prosedur operasional.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila kemudian


hari diketemukan kekeliruan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 21 April 2017
Direktur Rumah Sakit Umum
Kecamatan Cempaka Putih

dr. Dewi R. Anggraini, M.Kes


NIP. 196209091990032001

Lampiran Surat Keputusan


Direktur RSUD CempakaPutih
Nomor : 09 Tahun 2017
Tanggal :21 April 2017

AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN

1. Skrining dan Triase


a. Skrining dilakukan sejak kontak pertama atau via telepon oleh petugas
yang
terlatih untuk mendapatkan informasi apakah kebutuhan pasien sesuai
dengan misi dan sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau perlu dirujuk
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
b. Skrining dilakukan melalui kriteria triase, visual, pengamatan,pemeriksaan
fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya
c. Triage dilakukan di IGD oleh tim triage dan ditentukan level triage-nya (level I
– V)
d. Kebutuhan darurat, mendesak atau segera diidentifikasi dengan triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan penanganan pasien sesuai dengan
kegawatannya oleh tenaga kesehatan yang terlatih
e. Dalam keadaan disaster, tim triage melakukan seleksi berdasarkan kelompok
sesuai dengan label warna
f. Rumah sakit harus membuat dan menetapkan kriteria bagi pasien yang
membutuhkan tingkat pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan
yang terlatih seperti pelayanan intensif dan pelayanan asuhan lainnya

2. Admisi Pasien
a. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar sebagai pasien
rawat jalan apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien
b. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap harus melakukan pendaftaran
termasuk pasien gawat darurat dan pasien yang tidak bisa dirawat karena
fasilitas dan tempat terbatas
c. Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, kuratif, paliatif, dan rehabilitatif
diprioritaskan berdasarkan kondisi pasien saat proses admisi sebagai pasien
rawat inap.
d. Pasien dan keluarganya mendapatkan penjelasan tentang pelayanan yang
ditawarkan, hasil pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya pelayanan
tersebut .
e. Rumah sakit harus membuat dan melaksanakan proses untuk memberikan
asuhan pelayanan yang terintegrasi

3. Penundaan Pelayanan atau Pengobatan


a. Rumah sakit memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu
atau penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan
b. Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga apabila
akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan.
c. Rumah sakit memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan
memberikan informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan pasien
d. Pemberian informasi tentang penundaan pelayanan atau pengobatan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien

4. Hambatan dalam Populasi Pasien


Rumah sakit mengidentifikasi hambatan dalam populasi pasien seperti usia tua,
cacat fisik, tuna netra, anak – anak, kendala bahasa dan budaya untuk
mengatasi atau membatasi serta mengurangi dampak dari hambatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien

5. Case Manager
a. Rumah sakit menyusun desain dan melaksanakan proses yang mendukung
kontinuitas pelayanan pasien dan koordinasi pelayanan dengan para tenaga
medis/ tenaga profesional
b. Pelayanan empat pilar asuhan pasien yang terdiri dari asuhan medis, asuhan
keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan farmasi harus diberikan secara
terintegrasi dan berkesinambungan.
c. Rumah sakit menetapkan individu yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan pelayanan tersebut sebagai case manager
d. Case manager dan tenaga profesional lainnya harus merencanakan
penatalaksanaan pasien sejak pasien dirawat sampai dengan pasien pulang
perawatan dan pasca perawatan.
e. Case manager harus mengkoordinasikan dan bekerja secara kolaboratif
dengan pemberi asuhan pasien yaitu DPJP, perawat, ahli gizi, dan tenaga
farmasi serta staf rumah sakit lainnya
f. Dalam penanganan kasus bermasalah selain bekerjasama dengan para
profesional, case manager juga harus bekerjasama dengan manajer
pelayanan medis dan komite medis

6. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)


a. Staf yang bertanggungjawab terhadap pelayanan pasien adalah DPJP atau
DPJP utama apabila pasien memiliki lebih dari satu penyakit
b. Penanggungjawab pasien utama berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. DPJP utama berasal dari para DPJP terkait
2. DPJP utama merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien
pada awal perawatan
3. DPJP utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan
kondisi penyakit terparah
4. DPJP utama dapat merupakan pilihan dari pasien

7. Pemulangan Pasien
a. Rumah sakit harus membuat dan menetapkan kriteria pasien yang boleh
dipulangkan
b. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan
c. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien
d. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis
e. Rumah sakit melakukan identifikasi organisasi dan individu penyedia
pelayanan kesehatan di lingkungannya yang sangat berhubungan dengan
pelayanan yang ada di rumah sakit serta populasi pasien
8. Resume Pasien
a. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP utama sebelum pasien pulang,
yang mencantumkan alasan pasien dirawat, diagnosis, penyakit penyerta,
temuan fisik dan hal penting lainnya, prosedur diagnostik dan terapeutik yang
telah dilakukan, medikamentosa termasuk obat pulang, kondisi pasien saat
pulang, serta instruksi untuk tindak lanjut
b. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis dan
diberikan kepada pasien atau praktisi kesehatan penerima rujukan melalui
pasien
c. Pasien rawat jalan yang mendapatkan pelayanan berkelanjutan harus dibuat
resume rawat jalan (summary list) yang berisi semua diagnosis penting,
alergi terhadap obat, medikamentosa yang sedang diberikan, serta riwayat
prosedur pembedahan dan perawatan/ hospitalisasi di rumah sakit

9. Penolakan Pelayanan atau Pengobatan


a. Rumah sakit memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau
tidak melanjutkan pengobatan
b. Rumah sakit memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab
berkaitan dengan keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan
dan pengobatan
c. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati
keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi dan
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (do not resuscitate)
d. Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak
pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan
bantuan hidup dasar
e. Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat,
serta persyaratan hukum dan peraturan

10. Transfer Pasien


a. Pasien dirujuk/ ditransfer ke rumah sakit lain berdasarkan atas kondisi dan
kebutuhan akan kontinuitas pelayanannya termasuk bila tempat tidur tidak
tersedia di rumah sakit
b. Pasien dirujuk/ ditransfer intra hospital (antar ruangan) berdasarkan atas
kondisi dan kebutuhan akan kontinuitas pelayanannya
c. Rumah sakit melakukan proses penahanan pasien untuk observasi sesuai
dengan kebutuhan pasien sebelum pasien di transfer di dalam maupun
keluar rumah sakit
d. Rumah sakit harus memastikan kondisi pasien stabil dan transportable saat
dirujuk/ ditransfer antar ruangan (intra hospital) maupun ke rumah sakit lain
(inter hospital) dengan melakukan asesmen
e. Rumah sakit menentukan proses rujukan ke rumah sakit lain yang meliputi
serah terima praktisi kesehatan antar rumah sakit, kriteria waktu merujuk
sesuai kebutuhan pasien, penanggung jawab saat merujuk pasien,
ketersediaan perbekalan dan peralatan yang diperlukan dalam merujuk
pasien, penjelasan situasi dimana rujukan tidak mungkin dilaksanakan serta
pendokumentasian proses tersebut dalam rekam medis pasien
f. Rumah sakit harus memastikan bahwa rumah sakit penerima dapat
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien
g. Selama proses rujukan/ transfer pasien, petugas rumah sakit yang kompeten
harus selalu memantau kondisi pasien

11. Transportasi Pasien


a. Rumah sakit melakukan asesmen terhadap kebutuhan transportasi pasien
dalam kegiatan proses rujukan dan pemulangan pasien rawat inap atau
rawat jalan
b. Transportasi pasien disediakan/ diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien
c. Kendaraan transportasi milik rumah sakit harus memenuhi hukum dan
peraturan yang berlaku sehubungan dengan pengoperasian, kondisi, dan
pemeliharaan kendaraan
d. Semua kendaraan yang digunakan untuk transportasi, baik milik rumah sakit
maupun kontrak dengan pihak ketiga, harus dilengkapi dengan peralatan
yang memadai serta perbekalan dan medikamentosa yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
e. Rumah sakit melakukan proses monitor terhadap kualitas dan keamanan
transportasi yang disediakan atau yang dikelola rumah sakit, termasuk
proses menanggapi keluhan
f. Untuk transfer pasien dengan tirah baring, transportasi harus menggunakan
ambulance

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 21 April 2017
Direktur Rumah Sakit Umum
Kecamatan Cempaka Putih

dr. Dewi R. Anggraini, M.Kes


NIP. 196209091990032001

Anda mungkin juga menyukai