Anda di halaman 1dari 3

GONOREA

No.Dokumen :
No.Revisi :

SOP Tanggal terbit :


PEMERINTAH
Halaman :1-2
KABUPATEN
KAUR
UPT
PUSKESMAS TTD
DEBHORA
PERAWATAN
D.TARIGAN,AMG.SKM
MUARA NASAL
NIP : 198006212010012015

1. Pengertian Tatalaksana Gonore adalah penanganan terhadap semua penyakit yang


disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan termasuk Penyakit Menular
Seksual (PMS) yang memiliki insidensi tinggi.
2. Tujuan Sebagai bahan acuan petugas dalam Tatalaksana Gonore
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Muara Nasal Nomor
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Klinis

4. Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Dinas Keseharan R.I

5. Prosedur a. a. Alat
1. Blangko Anamnesa
2. Blangko Observasi
3. Blangko Pemeriksaan
4. Spekulo
5. Handscoon

6. Langkah-Langkah 1. Petugas menanyakan keluhan


a. Pada laki-laki
1) Kencing nanah
2) Gejala diawali oleh rasa panas dan gatal di distal uretra,
disusul dengan disuria, polakisuria dan keluarnya nanah dari
ujung uretra yang kadang disertai darah. Selain itu, terdapat
perasaan nyeri saat terjadi ereksi. Gejala terjadi pada 2-7
hari setelah kontak seksual.
3) Apabila terjadi prostatitis, keluhan disertai perasaan tidak
enak di perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri
kencing hingga hematuri, serta retensi urin, dan obstipasi.
b. Pada wanita
1) Keluarnya cairan hijau kekuningan dari vagina, disertai
dengan disuria, dan nyeri abdomen bawah.
2) Keluhan selain di daerah genital yaitu : rasa terbakar di
daerah anus (proktitis), mata merah pada neonatus dan
dapat terjadi keluhan sistemik (endokarditis, meningitis, dan
sebagainya pada gonore diseminata – 1% dari kasus
gonore).
2. Petugas menanyakan faktor resiko
a. Berganti-ganti pasangan seksual.
b. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK).
c. Wanita usia pra pubertas dan menopause lebih rentan terkena
gonore.
d. Bayi dengan ibu menderita gonore.
e. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom).
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Tampak eritem, edema dan ektropion pada orifisium uretra
eksterna, terdapat duh tubuh mukopurulen, serta pembesaran KGB
inguinal uni atau bilateral. Apabila terjadi proktitis, tampak daerah
anus eritem, edem dan tertutup pus mukopurulen.
Pada pria:
Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk memeriksa prostat:
pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila
terdapat abses akan teraba fluktuasi.
Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan apabila wanita tesebut sudah
menikah. Pada pemeriksaan tampak serviks merah, erosi dan
terdapat secret mukopurulen.
4. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopis sediaan langsung duh tubuh dengan
pewarnaan gram untuk menemukan kuman gonokokus gram
negarif, intra atau ekstraseluler. Pada pria sediaan diambil dari
daerah fossa navikularis, dan wanita dari uretra, muara kelenjar
bartolin, serviks dan rektum.
Pemeriksaan lain bila diperlukan:
a. Kultur
b. Tes oksidasi dan fermentasi
c. Tes beta-laktamase
d. Tes Thomson dengan sediaan urine
5. Petugas menegakkan diagnose
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Klasifikasi :
Berdasarkan susunan anatomi genitalia pria dan wanita:
a. Uretritis gonore
b. Servisitis gonore (pada wanita)
Diagnosis Banding
a. Infeksi saluran kemih.
b. Faringitis.
c. Uretritis herpes simpleks.
d. Arthritis inflamasi dan septik.
e.Konjungtivitis, endokarditis, meningitis dan uretritis non
gonokokal.
6. Petugas melakukan penatalaksanaan komprehensif
a. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual
hingga dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital.
b. Pemberian farmakologi dengan antibiotik: Tiamfenikol, 3,5 gr per
oral (p.o) dosis tunggal, atau ofloksasin 400 mg (p.o) dosis
tunggal, atau Kanamisin 2 gram Intra Muskular (I.M) dosis
tunggal, atau spektinomisin 2 gram I.M dosis tunggal.
Catatan: tiamfenikol, ofloksasin dan siprofloksasin merupakan
kontraindikasi pada kehamilan dan tidak dianjurkan pada anak
dan dewasa muda.
7. Petugas menentukan kriteria rujukan
a. Apabila tidak dapat melakukan tes laboratorium
b. Apabila pengobatan di atas tidak menunjukkan perbaikan dalam
jangka waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke dokter spesialis
karena kemungkinan terdapat resistensi obat.

7. Bagan Alir
Menanyakan keluhan

Menanyakan faktor resiko

Melakukan pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan penunjang

Menegakkan diagnosa

Melakukan penatalaksanaan komprehensif

Menentukan kriteria rujukan

8. Hal-hal yang 1. Keadaan umum pasien


perlu 2. Privasi pasien
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Poli Klinik Rawat Jalan
2. Lingkungan tempat tinggal
3. IGD
10. Dokumen Terkait 1. Status pasien/Rekam medis
2. Register
11. Rekaman Historis
perubahan No Halaman Yang Dirubah Perubahan Diberlakukan
Tanggal

Anda mungkin juga menyukai