Anda di halaman 1dari 1

Nama : Nur Rahmatia Abdul Azis

Kelas : IV (Empat)

Legenda Lahilote
Dahulu ada seorang laki-laki bernama Lahilote yang tinggal di hulu sungai dekat
mata air. Pekerjaannya sehari-harinya ialah mencari kayu rotan di hutan. Pada suatu hari
tanpa di sangka-sangka ia melihat tujuh bidadari yang sedang mandi di sungai. Canda tawa
terdengar dari kejauhan. Ketika mereka sedang mandi, Lahilote mengambil selendang salah
satu bidadari dan menyembunyikannya di suatu tempat. Para bidadari baru sadar, rupanya ada
orang yang sejak tadi mengintip mereka mandi. Kehadiran Lahilote secara tiba-tiba sungguh
mengejutkan bidadari-bidadari tersebut. Mereka terbang kekayangan, kecuali seorang yang
kehilangan selendangnya. Singkat cerita, seorang bidadari itu berhasil dibujuk dan dinikahi
Lahilote.

Seperti biasanya, Lahilote mencari kayu rotan ke hutan. Ketika sedang membersihkan
rumah, tanpa sengaja isteri Lahilote menemukan selendangnya yang hilang dalam tabung
bambu. Ia senang sekali karena selendangnya telah ditemukan. Saat itu juga ia terbang ke
tempat asalnya, yaitu Kayangan.

Hari itu Lahilote sungguh beruntung, rotan yang diperoleh lebih banyak dari biasanya.
Tapi ketika pulang kegembiraannya lenyap. Tabung bambu sudah kosong dan istrinya telah
kembali ke kayangan. Ia benar - benar gundah. Tiba - tiba seorang Polahi yaitu suatu suku
yang tinggal di tengah hutan hadir di hadapannya. Ia memegang rotan hutiya mala. Sang
Polahi berkata, " Rotan ini akan memandumu ke kayangan." Temukan isterimu disana!".

Singkat cerita, Lahilote terbang ke kayangan dan bertemu dengan isterinya. Lahilote
dan istrinya bersatu kembali di kayangan. Pada suatu waktu, Lahilote bersama isterinya
sedang asyik bicara berdua. Lahilote duduk diatas sebatang kayu. Sementara itu, isterinya
sibuk mencari kutu dikepala Lahilote. Ia terkejut melihat uban yang ada dikapala suaminya.
Ia ingat seorang yang beruban tidak boleh ada di kayangan. Lahilote menanyakan apa
alasannya. Istrinya menjawab, " Apalah arti sebuah cinta kalau Tuan sudah beruban, apalah
arti sebuah kayangan kalau tuan tinggal bayangan. Lahilote tidak menyangka akibatnya
sungguh berat. Ia benar-benar terpukul dibuatnya. Lalu ia turun ke bumi menggunakan
ssebilah papan.

Lahilote bersumpah," Sampai senja umurku nanti, berbatas pantai Pohe berujung kain
kafan, disana telapak kakiku akan terpatri sepanjang zaman."

Batu berbentuk telapak kaki itu dapat ditemukan di pantai Pohe, Gorontalo. Menurut
kepercayaan masyarakay setempat, batu itu adalah telapak kali Lahilote yang terbuang dari
kayangan.

Sumber: Cerira Rakyat Nusantara Karya Yustitia Angelia penerbit Lintas Media

Anda mungkin juga menyukai