Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Testosteron Terhadap Perubahan Tubuh Laki-Laki

Ricky Djunaedi
102014008
Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.16
Email : ricky.2014fk008@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Manusia hidup dan memperbanyak diri dengan berhubungan antara kaum wanita dengan pria.
Pria atau kaum adam memiliki struktur alat reproduksi yang berbeda dengan wanita. Pada
alat reproduksi pria dan wanita memiliki ciri khas yang sama dengan yang lain, yaitu terdapat
saluran keluar urine dan beberapa cairan dalam tubuh serta memiliki alat reproduksi. Proses
pertumbuhan pria dan wanita akan sangat terlihat berbeda ketika memasuki usia pubertas.

Pada alat kelamin merupakan organ reproduksi, dalam gambaran besarnya jenis kelamin pria
terdiri dari dua buah testis dan sebuah penis. Kedua testis tersebut berada dalam suatu
kantong yang menggantung di bawah tubuh,di antara kedua paha.

Dalam penulisan makalah ini akan ada pembahasan banyak hal seputar pertumbuhan tubuh
pria dan sistem reproduksi pria, dimana nanti akan dibahas mengenai mekanisme sistem
reproduksi pria dan perubahan yang terjadi pada organ seks sekunder, dan juga hormone-
hormon yang berpengaruh terhadap sistem reproduksi pria.

Sistem Reproduksi Pria

Gambar no. 1
Struktur Umum Organ Reproduksi Pria1
Organ reproduksi pria teridiri dari berbagai organ seperti penis dan testis, lihat pada gambar
1. Penis adalah salah satu organ reproduksi eksternal pria yang menjadi alat yang akan
memberi saluran keluar bagi urine ketika berkemih dan sperma ketika ejakulasi. Fungsi penis
sebagai alat reproduksi pria sangat penting artinya sehingga semua orang perlu mengenal
lebih baik, letak alat kelamin terdapat diantara bagian bawah rongga abdomen dan berada
diantara kedua paha.

Urine dan semen keluar dari tubuh melalui saluran yang sama yaitu uretra. Urethra adalah
sebuah saluran, pada urethra terdiri atas pars pre-postatica, pars prostatica, pars membranacea
dan pars spongiosa. Pada pars membranacea memiliki ciri yaitu yang terpendek dan mudah
terjadi rupture ketika dilakukan pemasangan kateter, pars membranacea juga memiliki muara
pada glandula bulbo urethralis. Sedangkan pada pars spongiosa memiliki ciri yaitu saluran
terpanjang dari urethra dan bermuara pada glandula urethralis littrei anterior.2

Gambar no. 2
Struktur Alat Kelamin Pria Bagian Luar2

Penis terbagi menjadi 2 bagian yaitu radix dan corpus penis. Pada radix penis terdapat
bulbus atau akar penis dan crus penis. Pada corpus penis terdiri atas cavernosa dan spongiosa.
Pada penis pars spongiosa terdapat urethralis pars spongiosa yang memiliki ukuran
terpanjang dan keluar melalui ostium / miatus uretra externus. Penis difiksasi oleh beberapa
jaringan ikat seperti lig. suspentorium penis dan lig. fundiforme penis. Jaringan penis juga
diperdarahi oleh a. pudenda externa dan interna, a. bulbi penis, a. urethralis, a. profunda
penis, dan a. dorsalis penis serta pembuluh darah balik di perantarai oleh v. pudenda interna
dan nodus illiaca interna.2

Glans penis merupakan kepala penis seperti kerucut. Glans penis biasanya sangat
sensitif dan tertutup oleh kulup atau preputium kecuali pada penis yang melakukan ereksi
atau preputium telah di buang atau telah di sirkumsisi. Kepala penis memiliki fungsi seperti
menciptakan gesekan dan penekan saat berada di dalam vagina selama hubungan seksual.
Pada bagian bawah terdapat frenulum. Frenulum adalah area yang sangat sensitive pada
penis, lokasinya terletak di bawah bagian glans penis.2

Scrotum berada di luar,berbentuk seperti kantung dan menggantung di belakang dan


di bawah penis,dan berisi testis dan epididimis. Berfungsi sabagai menjaga suhu testis dimana
testis paling efektif menghasilkan sperma. Lapisan dinding pada scrotum terdiri dari kulit,
lapisan superficial, fascia spermatica eksterna berasal dari external obliqus, fasia cremasterica
berasal dari intenal obliqus, fascia spermatika internal yang berasal dari fasialis transversal,
tunika vaginalis pada scrotum merupakan kantung tertutup yang meliputi anterior, medial,
dan permukaan lateral masing-masing testis. Scrotum juga homolog dengan labia mayor pada
organ genital wanita.2

Testis terletak pada skrotum, umumnya pada testis kiri biasanya terletak pada tingkat
lebih rendah dari kanan. Setiap testis dikelilingi oleh kapsul fibrosa yang kuat yang
dinamakan tunika albuginea. Spermatogenesis yang normal dapat terjadi hanya jika testis
berada pada suhu lebih rendah dari rongga perut. Ketika mereka berada di skrotum, mereka
pada suhu sekitar 3 ° C lebih rendah dari suhu perut. Pada lingkungan testis yang panas maka
akan dapat menghasilkan sperma yang viabilitasnya buruk, karna sperma sangat sensitif
terhadap suhu. Luas permukaan kulit skrotum dapat diubah secara refleks oleh kontraksi dari
otot dartos dan cremaster.2

Epididimis adalah saluran lanjutan dari testis, awal dimulai dari testis pada lobus-
lobus testis kemudian rete testis menuju ke ductus efferent dan masuk kedalam capus
epididimis menuju ke bagian corpus dan menuju ke cauda epididimis kemudian berlanjut ke
ductus epididimis, dan menuju ductus deferens. Panjang panjang saluran dari epididimis akan
menyediakan ruang penyimpanan untuk spermatozoa dan memungkinkan mereka untuk
dewasa. Fungsi utama dari epididimis adalah penyerapan cairan. Fungsi lain mungkin
penambahan zat untuk cairan semen untuk menurutrisi sperma agar mencapai masa
kesuburan.2

Gambar no. 3
Gambaran Mikroskopis Testis4
Testis secara mikroskopik memiliki jaringan lapisannya peelindung yang tebal yaitu
tunika albugenia. Setiap lobules memiliki 1-4 tubulus seminiferus dengan di kelilingi jaringan
penyambung, pembuluh darah dan sel Leydig bisa di lihat pada gambar no.3. Setiap testis di
kelilingi oleh dua tunika yaitu tunika vaginalis yang berasal dari peritoneum dan tunika
albugenia jaringan pelindung dari testis.5

Tubulus seminiferus Pada setiap tubulus seminiferus yang berbelit-belit terdiri dari
tunika fibromuskular propia, yang terpisah dari epitel seminiferus oleh membran basalis.5

Stroma terdapat jaringan ikat longgar vascular stroma mengelilingi tubulus cluster
mayor dan minor, terlihat pada vakuolisasi endokrin, dan sel-sel interstitial dari sel Leydig.5

Gambar no. 4
Gambaran Mikroskopis Rete testis6

Rete testis merupakan jaringan saluran bercabang yang dilapisi dengan epitel kuboid,
bisa di lihat pada gambar no.4. Pada rete testis terdapat beberapa selnya bersilia pada sel
dikelilingi oleh jaringan ikat mediastinum, rete testis terletak pada mediastinum dari testis,
jaringan ikat kolagen padat dari testis mediastinum jelas, seperti profil tubulus seminiferus.
Spermatozoa mendapatkan akses ke rete testis langsung melalui tubulus recti.5

Gambar no. 5
Gambaran Mikroskopis Ductus efferent7
Ductus eferent membentuk caput epididimis, yang lumennya dilapisi oleh columnar
sederhana yang epitel bersilia tinggi dan epitel rendah tidak bersilia bisa di lihat pada gambar
no.5. Dinding dinding dari ductus terdiri dari jaringan ikat fibroelastik dan sel otot polos.5

Duktus epididimis terdiri dari corpus dan radix dari epididimis. Lumen yang dibatasi
oleh jenis semu dari epitel terdiri dari basal pendek dan sel pokok tinggi bantalan Stereosilia
memiliki mikrovili yang panjang. Epitel dipisahkan oleh membran basal dari dinding jaringan
ikat yang merupakan tempat dari sel otot polos.5

Gambar no. 6
Gambaran Mikroskopis Duct deferens8

Dustus Deferens merupakan kelanjutan dari ductus epididimis, ductus deferens,


adalah struktur yang sangat berotot. Lapisan mukosa lumen yang kecil terdiri dari epitel
bersilia yang semu berada pada lapisan fibroelastik lamina propria yang tipis. bisa di lihat
pada gambar no.6. Ductus deferens memiliki ciri tebal, mantel otot yang terdiri dari tiga
lapisan otot polos lapisan longitudinal interna dan eksterna dan lapisan melingkar yang
berada di tengah. Memiliki ciri longgar, lapisan adventisia fibroelastik mengelilingi lapisan
longitudinal eksterna.5

Gambar no. 7 Gambar no. 8


Gambaran Mikroskopis Glandula
Gambaran Prostat9 Penis10
Mikroskopis
Glandula Prostat , terdapat jaringan parenkim prostat terdiri dari banyak kelenjar
individu terbagi dalam tiga lapisan, lapisan mukosa, submukosa, dan lapisanan eksterna pada
bagian inti, bisa di lihat pada gambar no.7. Lumen dari ketiga lapisan tersebut mengalir ke
tiga sistem saluran yang mengarah ke perbesaran sinus urethra. Mukosa berlipat pada
glandula terdiri dari sel epitel kuboid hingga sel epitel columnar disertai dengan adanya
daerah columnar yang semu., dan dibantu oleh pembuluh darah serat fibroelastis yang terlihat
menunjukan sel otot polos.5

Pada penis, dengan kulit yang terbuka, memiliki kapsul kolagen, tunika albuginea,
yang membungkus tiga badan silinder jaringan ereksi memiliki jaringan yang tebal bisa di
lihat pada gambar no.8. Kedua bagian dorsal di letakan pada korpus cavernosa yang tidak
sempurna terpisah satu dengan yang lain oleh septa yang berasal dari tunika albugenia bisa
dilihat pada gambar no 8. Corpus cavernosa urethra atau corpus spongiosa mengandung
bagian spons dari uretra. Pembuluh darah dari jaringan ereksi dilapisi oleh endothelium.5

Mekanisme Sistem Reproduksi Pria Pada Saat Pubertas

Respon fisiologis pertama pria terhadap rangsangan seksual atau sentuhan adalah
ereksi penis. Ereksi merupakan rangsangan yang terjadi pada saraf parasimpatis sehingga
reflex ini diinisiasi oleh berbagai stimulus dari pikiran sampai sentuhan sekalipun, ereksi
akan terjadi ketika jaringan erektil penis terisi penuh dengan darah dan vena menyempit, dan
menutup aliran dan menambah turgor penis sehingga akan menyebabkan penis menjadi besar
dan keras. 11

Dalam prosesnya terjadi ejakulasi terdapat peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah sistolik. Sesaat sebelum ejakulasi terjadi rona kemerahan yang hangat di sekitar
abdomen atas, batang tubuh, leher, dan wajah. Terdapat peningkatan peningkatan ketegangan
otot yang difus dan mendekati maksimal di seluruh tubuh hal ini disebut dengan periode
excitement, pada periode excitement reflex parasimpatis akan distimulus sehingga
menyebabkan dilatasi arteriola dan mneyebabkan ruang vascular penis penuh dengan darah,
menyebabkan penis penuh dengan darah pada pars spongiosa dan menjadikan penis menjadi
besar dan keras hal ini juga menyeybabkan tertekanannya vena dorsalis penis yang
menyebabkan penis membengkak.11
Ejakulasi terjadi akibat diterimanya rangsangan dari saraf simpatis, prosesnya berupa
keluarnya semen dari urethra saat orgasme, karena kontraksi otot bulbocavernosus, pada
ejakulasi terjadi 2 fase yaitu fase emisi dan fase ekspulsi. Fase emisi akan membuat sfingter
vesika urinaria tertutup rapat untuk mencegah semen masuk ke dalam vesika urinaria.
Sedangkan pada fase ekspulsi adalah terjadinya pengisian uretra oleh semen sehingga
memicu impuls saraf dan mengaktifkan serangkaian otot di pangkal penis, sehingga
meningkatan tekanan di dalam penis sehingga menyebabkan semen keluar melalui uretra ke
eksterior.11

Perubahan Fisik Pria Pada Pubertas

Ketika masa pertumbuhan sudah mencapai usia pubertas, akan timbul tanda-tanda
spesifik bentuk tubuh seorang pria. Pada sel Leydig yang berada pada testis memproduksi
hormon testosteron dengan di bantu oleh hormon LH. Hormon testosteron akan memberikan
ciri seperti, masa sebelum lahir yang akan membentuk maskulinisasi saluran reproduksi dan
genitalia eksterna, kemudian menyebabkan turunnya testis ke dalam skrotum.11,12

Ketika telah memasuki usia 12-14 yaitu masa pubertas, maka perkembangan yang
dilakukan testosteron pada jaringan seks spesifik akan menunjukan pengingkatan
pertumbuhan dan pematangan sistem reproduksi pada saat puber, penting untuk proses
spermatogenesis dan mempertahankan saluran reproduksi, dam mengontrol perkembangan
seks pada masa pubertas, serta mengontrol sekresi hormone gonadotropin atau GnRH.11

Sedangkan perkembangan pada karakteristik seks sekunder akan memberi dampak


pada awal dari penignkatan pola pertumbuhan rambut pria, menjadikan suara pria menjadi
lebih dalam karena penebalan plica vocalis, kemudian memacu pertumbuhan otot sehingga
mengembangkan tubuh menjadi bentuk pria yang lebih dominan.11

Testosteron juga akan mempengaruhi organ non-reproduksi ketika memasuki usia 12-14
tahun yaitu ketika masa pubertas, sehingga testosterone akan menunjukan efek anabolik
protein terjadi peningkatan sintesis dan penurunan perombakan sehingga dapat memacu
pertumbuhan tubuh, serta meningkatkan pertumbuhan tulang pada pubertas dan kemudian
menutup lempeng epifisis, serta mempengaruhi pengingkatan prilaku agresif.11

Hormon yang Berperan Pada Sistem Reproduksi Pria


Pada manusia terdapat organ seks yang menghasilkan hormon-hormon, hormon-
hormon tersebut dibedakan atas hormon kelamin pria atau androgen, hormon kelamin wanita
atau esterogen dan hormon kehamilan atau progestin. Fungsi seksual manusia membutuhkan
koordinasi dan interaksi antara sistem neuroendokrin, alat kelamin, kelenjar kelamin
pendukung, dan sistem saraf pusat. Hipothalamus mengendalikan sistem reproduksi dengan
cara mengeluarkan hormone pelepas gonadotropin (GnRH) secara intermiten. Frekuensi dan
jumlah GnRH yang dilepaskan diatur oleh inhibin, testosterone, dan estradiol. GnRH bekerja
pada kelenjar hipofisis anterior untuk memproduksi prolaktin, hormon perangsang folikel
atau FSH dan hormone lutein atau LH. LH nanti akan bekerja terhadap sel Leydig untuk
mensintesis dan melepas testosterone, sedangkan FSH berfungsi untuk merangsang sel
Sertoli untuk merubah testosterone menjadi estradiol. Pada pria, FSH memulai
spermatogenesis saat masa pubertas dan menyebabkan terjadinya sintesis inhibin yang akan
menghambat pengleuaran hormone FSH.12,13

Pada pria, testis merupakan organ yang produktif yang nantinya akan membuat
sperma dan merupakan organ endokrin yang membuat hormon testosteron. Sebagai androgen,
testosterone bertanggung jawab dalam mengatur perkembangan sistem reproduksi dan
perkembangan seks sekunder pada pria. Pada masa remaja atau puber, produksi testosterone
meningkat maka akan memperlihatkan ciri-ciri pria dewasa seperti bentuk perkembangan
badan khas pria mulai terlihat, pembesaran alat reproduksi, kulit dan rambut yang semula
halus menjadi kasar, pita suara yang menebal, dan rambut halus pada daerah genital luar,
ketiak dan jenggot mulai tumbuh.12,13

Simpulan

Pada tubuh pria, proses pertumbuhan pada alat reproduksi serta karakteristik dari seks
sekunder dapat terlihat berbeda dengan wanita.

Perkembangan pria akan terlihat telah memasuki usia pubertas pada usia 12-14 tahun
dimana seharusnya pria akan menunjukan beberapa ciri khas seperti pematangan sistem
reproduksi pada saat puber, mempertahankan saluran reproduksi, dam mengontrol
perkembangan seks pada masa pubertas, menjadikan suara pria menjadi lebih dalam karena
penebalan plica vocalis, kemudian memacu pertumbuhan otot sehingga mengembangkan
tubuh menjadi bentuk pria yang lebih dominan serta penignkatan pola pertumbuhan rambut
pria.
Fungsi seksual manusia membutuhkan koordinasi dan interaksi antara sistem
neuroendokrin, alat kelamin, kelenjar kelamin pendukung, dan sistem saraf pusat.
Hipothalamus mengendalikan sistem reproduksi dengan cara mengeluarkan hormone pelepas
gonadotropin. Pada sel Leydig yang berada pada testis, akan memproduksi hormon
testosteron dengan di bantu oleh hormon LH dan menyebabkan terjadinya perubahan fisik
pada pria agar terlihat lebih maskulin.

Daftar Pustaka

1. Di unduh dari
https://kesehatanreproduksiremaja.files.wordpress.com/2013/06/reproduksi-pria.jpg.
18 September 2015.
2. Snell RS. Clinical anatomy.9th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2012: p. 129-32, 315-20.
3. Di unduh dari https://kchemimage.wordpress.com/answers-for-augusts-clinical-
image/. 18 September 2015.
4. Di unduh dari https://fluktuantes.files.wordpress.com/2013/08/testis_40x.jpg. 18
September 2015.
5. Gartner LP, Hiatt JL. Color atlas and text of histology. 6th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2014: p. 451-53.
6. Di unduh dari http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/28_02.jpg. 18
September 2015.
7. Di unduh dari http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/30_03.jpg. 18
September 2015.
8. Di unduh dari http://faculty.une.edu/com/abell/histo/vasdeferensw.jpg. 18 September
2015.
9. Di unduh dari
http://www.wesapiens.org/hosted_file/agtuYXR1cmFzY29wZXISCxIKSG9zdGVkR
mlsZRjq-lIM/. 18 September 2015.
10. Di unduh dari https://abisjatuhbangunlagi.files.wordpress.com/2013/06/histologi-
penis.jpg. 18 September 2015.
11. Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 8th edition. Belmont:
Brooks/Cole, Cengage Learning; 2013: p. 787, 792-95.
12. Sumardjo D. Buku panduan mahasiswa kedokteran dan program strata 1 fakultas
bioeksakta. Jakarta: EGC; 2008: h. 460.
13. Jeyaratnam J, David K. Buku ajar praktik kedotkeran kerja. Jakarta: EGC; 2010: h.
177- 80.

Anda mungkin juga menyukai