Anda di halaman 1dari 5

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14


hari setelah ovulasi. Menstruasi adalah perdarahan pervagina secara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus. Menstruasi disebabkan oleh berkurangya
estrogen dan progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus
ovarium bulanan. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dengan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan
sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma. Dengan adanya
kontrasepsi dapat menjadi upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. metode atau
cara kontrasepsi dibagi dalam dua kategori, yaitu metode kontrasepsi modern dan
cara tradisional.1-3
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari BKKBN (Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional) pada tahun 2012, hampir semua wanita pada
kelompok umur 15-49 tahun (98%) mengetahui alat/cara kontrasepsi modern, dimana
metode suntik adalah metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan. Penggunaan
metode suntik terus meningkat secara substansial, dari 12% pada data SDKI (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 1991 menjadi 32% pada SDKI 2012.
Metode suntik merupakan metode kontrasepsi modern yang paling popular digunakan
sejak SDKI 1997.3
Selain itu, didapatkan data mengenai masalah dengan kontrasepsi yang sedang
dipakai saat ini. Dari beberapa masalah, ternyata tidak haid menjadi salah satu
masalah yang timbul dari metode suntik, yakni sebesar 2,9% dari 10.695 jumlah
wanita di Indonesia. Amenore biasa terjadi pada DMPA, dengan 10% hingga 30%
pengguna menjadi amenore dalam 3 bulan pertama, 50% pada tahun pertama, dan
80% pada 5 tahun. Mayoritas wanita pengguna DMPA mengalami perubahan
menstruasi sebagai akibat dari progestin yang tinggi. Selama berbulan-bulan setelah
injeksi pertama dan kedua, episode lebih dari 7 hari terjadinya perdarahan atau bercak
yang tidak terjadwal adalah umum. Frekuensi atau durasi dari episode-episode ini
berkurang dengan penggunaan yang terus menerus. Empat puluh enam persen
pengguna akan mengalami amenorea selama satu tahun, 70% dengan
penggunaan yang lebih lama.16,17
Ada pula faktor seperti indeks masa tubuh yang dapat mempengaruhi
menstruasi terutama pada obesitas. IMT yang tidak normal, juga memiliki siklus
menstruasi yang tidak normal. Hal ini didukung penelitian oleh Shuying tahun 2009
pada 726 wanita di Australia, menemukan sebanyak 26% responden yang obesitas
(IMT ≥30), memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dibandingkan dengan 14%
responden dengan IMT dengan rentang 20-24,9 dan wanita dengan IMT < 20 atau
>30kg/m2dua kali lebih beresiko mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur
dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal.25
Data penelitian di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan durasi kontrasepsi suntik dan faktor lainnya terhadap siklus
menstruasi.

1.2 Rumusan Masalah

1) Menurut penelitian Villavicencio J tahun 2016 tidak haid menjadi salah satu
masalah yang timbul dari metode suntik, yakni sebesar 2,9% dari 10.695
jumlah wanita di Indonesia. Amenore biasa terjadi pada DMPA, dengan 10%
hingga 30% pengguna menjadi amenore dalam 3 bulan pertama, 50% pada
tahun pertama, dan 80% pada 5 tahun.
2) Menurut Zigler, R. E., & McNicholas, C tahun 201, mayoritas wanita
pengguna DMPA mengalami perubahan menstruasi sebagai akibat dari
progestin yang tinggi. Selama berbulan-bulan setelah injeksi pertama dan
kedua, episode lebih dari 7 hari terjadinya perdarahan atau bercak yang tidak
terjadwal adalah umum. Frekuensi atau durasi dari episode-episode ini
berkurang dengan penggunaan yang terus menerus. 46 % pengguna akan
mengalami amenorea selama satu tahun, 70% dengan penggunaan yang lebih
lama.
3) IMT yang tidak normal, juga memiliki siklus menstruasi yang tidak normal.
Hal ini didukung penelitian oleh Shuying tahun 2009 pada 726 wanita di
Australia, menemukan sebanyak 26% responden yang obesitas (IMT ≥30),
memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dibandingkan dengan 14%
responden dengan IMT dengan rentang 20-24,9 dan wanita dengan IMT < 20
atau >30kg/m2dua kali lebih beresiko mengalami siklus menstruasi yang tidak
teratur dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal.
4) Data penelitian di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan durasi pemakaian kontrasepsi suntik dan faktor lainnya
terhadap siklus menstruasi

1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara durasi pemakaian kontrasepsi suntik dan
faktor lain seperti IMT dan psikososial terhadap siklus menstruasi pada Ibu-
ibu di puskesmas Grogol Petamburan.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara durasi penggunaan kontrasepsi suntik dan


faktor lainnya yang mempengaruhi siklus menstruasi di puskesmas Grogol
Petamburan
1.4.2 Tujuan Khusus

1) Diketahui distribusi frekuensi pengaruh penggunaan kontrasepsi suntik


terhadap siklus menstruasi pada ibu-ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik
di puskesmas grogol petamburan.

2) Diketahui apakah ada faktor lain yang berhubungan sehingga


mempengaruhi siklus menstruasi pada ibu-ibu yang menggunakan kontrasepsi
suntik di puskesmas grogol petamburan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti


1) Menerapkan dan membandingkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah
terhadap masalah maupun kejadian yang ada di masyarakat dengan teori ilmu
yang telah didapatkan untuk merumuskan, memecahkan, dan menilai masalah
di masyarakat.
2) Diharapkan penelitian ini akan memberikan wawasan dan pengetahuan yang
lebih dalam tentang kontrasepsi suntik dan faktor lainnya yang mempengaruhi
siklus menstruasi
3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.

1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai masukan dan acuan bagi mahasiswa fakultas kedokteran untuk


penelitian berikutnya dan diharapkan penelitian ini dapat menjadi data dasar,
atau pembanding, serta masukan bagi peneliti lain terkait hubungan durasi
kontrasepsi suntik dan faktor lainnya terhadap siklus menstruasi
1.5.3 Bagi Puskesmas

Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat, khususnya di Puskesmas Grogol Petamburan,
Jakarta Barat terhadap pengaruh durasi kontrasepsi suntik dan faktor lainnya
terhadap siklus menstruasi

1.5.4 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan pengetahuan masyarakat untuk mengetahui tentang


hubungan durasi kontrasepsi suntik dan faktor lainnya terhadap siklus
menstruasi

Anda mungkin juga menyukai