Pendahuluan
1) Menurut penelitian Villavicencio J tahun 2016 tidak haid menjadi salah satu
masalah yang timbul dari metode suntik, yakni sebesar 2,9% dari 10.695
jumlah wanita di Indonesia. Amenore biasa terjadi pada DMPA, dengan 10%
hingga 30% pengguna menjadi amenore dalam 3 bulan pertama, 50% pada
tahun pertama, dan 80% pada 5 tahun.
2) Menurut Zigler, R. E., & McNicholas, C tahun 201, mayoritas wanita
pengguna DMPA mengalami perubahan menstruasi sebagai akibat dari
progestin yang tinggi. Selama berbulan-bulan setelah injeksi pertama dan
kedua, episode lebih dari 7 hari terjadinya perdarahan atau bercak yang tidak
terjadwal adalah umum. Frekuensi atau durasi dari episode-episode ini
berkurang dengan penggunaan yang terus menerus. 46 % pengguna akan
mengalami amenorea selama satu tahun, 70% dengan penggunaan yang lebih
lama.
3) IMT yang tidak normal, juga memiliki siklus menstruasi yang tidak normal.
Hal ini didukung penelitian oleh Shuying tahun 2009 pada 726 wanita di
Australia, menemukan sebanyak 26% responden yang obesitas (IMT ≥30),
memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dibandingkan dengan 14%
responden dengan IMT dengan rentang 20-24,9 dan wanita dengan IMT < 20
atau >30kg/m2dua kali lebih beresiko mengalami siklus menstruasi yang tidak
teratur dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal.
4) Data penelitian di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan durasi pemakaian kontrasepsi suntik dan faktor lainnya
terhadap siklus menstruasi
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara durasi pemakaian kontrasepsi suntik dan
faktor lain seperti IMT dan psikososial terhadap siklus menstruasi pada Ibu-
ibu di puskesmas Grogol Petamburan.