Cedera kepala merupakan trauma mekanik terhadap kepala., baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dari hasil anamnesis didapatkan secara alloanamnesis dimana tukang ojek
mengtakan pasien menglami kecelakaan motor dengan mobil 1 jam yang lalu. Pada saat itu
penderita mengendarai sepeda motor, tanpa helm dengan kecepatan cepat dan ditabrak mobil
yang melaju dengan cepat juga. Pasien memiliki GCS : E3M5V4, pupil anisokor kanan,
hemiparesis tidak ada, serta peningkatan pada tekenan darah hingga mencapai angka 150/90
mmHg karena terjadi penurunan kesadaran. Pasien tidak sadarkan diri,maka dari itu
penanganan yang terbaik adalah menurunkan tekanan intracranial pasien yang menjadi faktor
mengapa pasien mengalami penurunan kesadaran, kemudian mengatasi komplikasi yang
muncul, serta memberikan nutrisi yang adekuat.
Kata kunci: Intracranial, GCS, penurnan kesadaran
Abstract
Head injury is a trauma to the head mechanic. Either directly or indirectly. From the results
obtained alloanamnesis history where a motorcycle taxi driver said in a statement patient have
motorcycle accident with a car 1 hour ago. At that time people riding a motorcycle without a
helmet with fast speed and was hit by an oncoming car quickly too. Patients have GCS:
E3M5V4, pupil anisokor right hemiparesis does not exist, as well as an increase in blood
pressure of 150/90 mmHg to reach due to a loss of consciousness. The patient is unconscious,
and therefore the best treatment is to decrease the intracranial pressure of the patient can be
factors why patients lost consciousness, and then address the complications that arise, as well
as provide adequate nutrition.
Keywords: Intracranial, GCS, loss of consciousness
Pendahuluan
Cedera kepala merupakan trauma mekanik terhadap kepala., baik secara langsung
maupun tidak langsung hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi neurologis (
gangguan fisik kognitif, serta fungsi psikososial ) baik temporer maupun permanen.1
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
Pada kasus ini di dapatkan seorang laki-laki 18 tahun dibawa tukang ojek dengan luka
di kepala sebelah kanan dan tangan sebelah kanan.
Anamnesis
Pada pasien kita harus memberikan tujuh komponen dari anamnesis komprehensif,
yaitu identifikasi data yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
pekerjaan, dan status perkawinan; keluhan utama yang menyebabkan pasien mencari
perawatan; riwayat penyakit sekarang yang memberatkan keluhan utama dan mendeskripsikan
lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, kondisi saat terjadi gejala, faktor yang memperburuk atau
meredakan, dan manifestasi hal-hal lain yang terkait gejala; riwayat pasien yang terdiri dari
daftar penyakit dahulu dalam empat kategori (medis, bedah, obstetric/ginekologi, dan
psikiatri); riwayat keluarga yang mencakup daftar penyakit keluarga dan keadaan anggota
keluarga; riwayat pribadi dan sosial; dan tinjauan sistem mengenai gejala yang umum pada
masing-masing sistem tubuh.3
Dari hasil anamnesis didapatkan secara alloanamnesis dimana tukang ojek mengtakan
pasien menglami kecelakaan motor dengan mobil 1 jam yang lalu. Pada saat itu penderita
mengendarai sepeda motor, tanpa helm dengan kecepatan cepat dan ditabrak mobil yang
melaju dengan cepat juga.
Dari hasil anamnesis yang di dapatkan secara autoanamnesis pasien mengeluh nyeri
kepala hebat dan muntah beberapa kali, 2 jam kemudian penderita tidak sadarkan diri.
Setelah kejadian, penderita tidak sadar selama beberapa saat dan kemudian sadar
kembali saat ke rumah sakit. Tiba di rumah sakit, pasien mengeluh nyeri kepala hebat dan
muntah beberapa kali, 2 jam kemudian penderita tidak sadarkan diri. Ada darah juga mengalir
dari telinga kananya tetapi sudah berhenti.
Pemeriksaan Fisik
2
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
Pemeriksaan TTV penting untuk dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik yang
spesifik. Pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu
tubuh. TTV memberikan informasi awal yang kritis dan biasanya berpengaruh pada
pemeriksaan.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada kasus ini didapatkan pada saat pasien sadar
3
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
Pada pemeriksaan kedua 2 jam kemudian di UGD pasien tidak sadar hasilnya :
Pemeriksaan penunjang
CBC
Hitung darah lengkap (CBC) dengan trombosit: Pantau adanya infeksi dan menilai
hematokrit dan trombosit untuk mengidentifikasi risiko perdarahan dan komplikasi. Skrining
untuk hematologi, infeksi, dan etiologi vaskulitis pada pasien tertentu: pengujian Selektif untuk
penyebab yang lebih jarang dari perdarahan intraserebral.1,5-7
CT scanning
4
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
perdarahan intrakranial dan harus menjalani mendesak dan liberal CT scan. Pada keadaan
edema Perihematomal dan perpindahan jaringan dengan herniasi juga dapat dinilai. Sebaliknya
iodinasi dapat disuntikkan untuk meningkatkan hasil skrining untuk tumor yang mendasari atau
malformasi vaskuler. CT "tanda spot" angiografi dapat digunakan untuk memprediksi
pertumbuhan hematoma intraserebral.1,5-7
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang dapat diperoleh dari pemeriksaan adalah Tekanan tinggi
intracranial ec suspect perdarahan spontan.
GCS : E3M5V4, pupil anisokor kanan, hemiparesis tidak ada, serta peningkatan pada
tekenan darah hingga mencapai angka 150/90 mmHg. Pasien tidak sadarkan diri, sehingga di
ambil kesimpulan bahwa pasien memiliki gejala penurunan kesadaran dengan total GCS 12
sehingga dianggap sebagai cedera kepala sedang dengan gejalanya tidak ada trauma dari
eksternal sebelumnya, jadi perdarahan terjadi didalam karna arteri rupture akibat tekanan
intracranial yang tinggi.1,5,7
Diagnosis Kerja
Pada kasus ini di dapatkan bahwa pasien mengalami kecelakaan dalam mengendari
kendaraan bermotor dan memiliki GCS : E3M5V4, pupil anisokor kanan, hemiparesis tidak
ada, serta peningkatan pada tekenan darah hingga mencapai angka 150/90 mmHg. Pasien tidak
sadarkan diri, sehingga di ambil kesimpulan bahwa pasien memiliki gejala penurunan
kesadaran dengan total GCS 12 sehingga dianggap sebagai cedera kepala ringan serta terjadi
perdarahan intracranial akibat trauma dari eksternal sehingga pasien harus segera di tangani
dan di rawat di RS, dengan working diagnosisnya pasien mengalami cedera kepala sedang +
tekanan tinggi intracranial ec suspect perdarahan intracranial.1,5-7
Etiologi
5
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
penyebab penting lain dari cedera ini. Jatuh menyebabkan cedera kepala pada pasien usia lanjut
dan anak-anak, kadang-kadang dengan hasil bencana. Insiden cedera otak traumatis terkait
jatuhnya telah meningkat di Amerika Serikat. Ledakan luka dari perangkat pembakar dapat
menyebabkan trauma kepala dan terutama terjadi pada tentara, meskipun ledakan ban
sekalipun juga dapat mempengaruhi. Ketika energi dari ledakan dapat berdampak langsung
terhadap tempurung kepala dan ditransfer ke otak, beberapa peneliti telah memperkirakan
bahwa pembuluh darah sistemik dapat benar-benar mengirimkan gelombang kejut ke dalam
otak.1
Epidemiologi
Dari kasus cedera kepala >80% merupakan cedera kepala ringan, namun insiden terbanyak
adalah pada kelompok usia produktif terutama usia 15-24 tahun dan usia lanjut >65 tahun.
Cedera kepala lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan.1,8,9
Patofisiologi
Rangsang suara (3) Bicara Kacau (4) Tunjuk tempat rangsang (5)
Tidak ada (1) Bunyi tanpa arti (2) Fleksi abnormal (3)
13-15 Ringan
9-12 Sedang
3-8 Berat
6
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
Hematoma Subdural
Hematoma subdural adalah perdarahan yang terjadi antara lapisan dura dengan
arakhnoid. Hematoma subdural memerlukan trauma dengan tenaga yang lebih besar
dibandingkan dengan hematoma epidural. Adanya jejas menyebabkan jaringan otak
mengalami akselerasi-deselerasi relatif terhadap jaringan dura yang stabil. Hal ini membuat
vena-vena mengalami laserasi dan terbentuklah hematoma. Gejala dapat timbul dari kompresi
korteks serebri atau pergeseran mudline. Indikasi tata laksana pembedahan pada hematoma
subdural. Ciri khas terdapat hematoma subdural >1 cm pada titik yang paling tebal, Midline
shift lebih dari 0,5 cm, terdapt penurunan GCS lebih atau sama dengan 2 antara waktu cedera
sampai masuk rumah sakit, terdapat pupil asimetris atau midriasis disertai hilangnya refleks
cahaya dan / atau TIK > 20 mmHg.7
7
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
focal belakang calvaria tersebut. Perdarahan tersebut dapat mengakibatkan memar fokus
intraserebral atau perdarahan serta perdarahan ekstraserebral. Perdarahan ekstraserebral adalah
perdarahan terutama subdural yang timbul dari robeknya bridging veins, tetapi perdarahan
epidural dari merobek arteri meningeal tengah atau vena diploic juga umum. Kadang-kadang,
perdarahan subdural terjadi dari gangguan arteri kortikal.1,5,6
Gejala Sekunder
Hipotensi dan hipoksia menyebabkan iskemia otak akibat luka sekunder yang paling menonjol.
Upaya untuk membatasi cedera hipoksia dengan di-bidang intubasi tidak berhasil. Memang,
sebuah studi multicenter dari 4098 pasien dengan cedera otak traumatik yang parah
menemukan bahwa di lapangan intubasi dikaitkan dengan peningkatan dramatis dalam
kematian dan prognosis yang buruk pada neurologis untuk jangka panjang, bahkan setelah
mengendalikan keparahan cedera sekalipun. Hipotensi bahkan lebih signifikan dibandingkan
hipoksia dan, dengan sendirinya, dikaitkan dengan peningkatan 150% dalam tingkat kematian.
Hipotensi sistemik sangat penting karena perfusi otak berkurang dengan tekanan darah somatik
yang lebih rendah. Perfusi otak (yaitu, serebral tekanan perfusi) adalah perbedaan antara
tekanan arteri rata-rata dan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial meningkat pada cedera
kepala dengan perdarahan intrakranial, kematian sel, dan hipoksia sekunder dan cedera
iskemik. Dengan demikian, penelitian terbaru yang lain melaporkan bahwa kematian dan
peningkatan hasil kecacatan berkorelasi dengan durasi dari kedua hipotensi sistemik dan
tekanan intrakranial. Akhirnya, infark serebral pasca trauma terjadi pada hingga 12% pasien
dengan cedera kepala sedang dan berat dan berhubungan dengan Skala penurunan Glasgow
Coma, tekanan darah rendah, dan sindrom herniasi.1
Manifestasi Klinik
8
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
Manifestasi klinis dari perdarahan intraserebral ditentukan oleh ukuran dan lokasi
perdarahan, tetapi berkemungkinan hal-hal ini termasuk manifestasi yang akan muncul seperti
: hipertensi, demam, atau aritmia jantung, kaku kuduk, perdarahan retina Subhyaloid, tingkat
perubahan kesadaran, anisocoria, defisit neurologis fokal 1,6
- Putamen - hemiparesis kontralateral, gangguan sensorik kontralateral, kontralateral
konjugasi paresis, hemianopia homonim, aphasia, kelalaian, atau apraxia
- Thalamus - hilangnya kontralateral sensorik, hemiparesis kontralateral, tatapan paresis,
hemianopia homonim, miosis, aphasia, atau kebingungan
- Lobar - hemiparesis kontralateral atau hilangnya sensasi, kontralateral konjugasi
paresis, hemianopia homonim, abulia, aphasia, kelalaian, atau apraxia
- Caudate nucleus - hemiparesis kontralateral, kontralateral konjugasi paresis, atau
kebingungan
- Batang otak - quadriparesis, kelemahan wajah, penurunan tingkat kesadaran, tatapan
paresis, penglihatan bergoyang, miosis, atau ketidakstabilan otonom
Pemeriksaan neurologis
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah andalan untuk penilaian neurologis yang cepat
dalam cedera kepala akut. Kedua skor GCS postresuscitation awal dan terburuk telah
berkorelasi secara signifikan dengan hasil 1 tahun setelah cedera kepala berat. Berikut
pemastian skor GCS, fokus pemeriksaan pada tanda-tanda trauma eksternal. Memar atau
pendarahan di kepala dan kulit kepala dan darah di liang telinga atau di belakang membran
timpani mungkin petunjuk untuk cedera otak okultisme. Juga pertimbangkan tulang belakang
leher hidup berdampingan dan cedera sistemik lainnya. Anosmia adalah umum dan mungkin
disebabkan oleh tarikan saraf penciuman di piring berkisi. Jika disertai dengan rhinorrhea,
kebocoran CSF dengan risiko petugas dari ascending meningitis harus disingkirkan. Isolated
internuclear ophthalmoplegia secondary untuk cedera batang otak traumatis telah dijelaskan
dan memiliki prognosis yang relatif jinak. Kelumpuhan saraf cranial VI mungkin
mengindikasikan peningkatan tekanan intrakranial. CN VII palsy, terutama berkaitan dengan
pendengaran menurun, mungkin menunjukkan fraktur tulang temporal. Gangguan
pendengaran juga sering dengan hilangnya saraf sensorik terjadi pada 20-30% pasien dengan
cedera kepala. kerugian frekuensi rendah biasanya membaik setelah 1 tahun.1,6,7,9
9
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
Komplikasi
Dampak dari sindrom kedua terjadi ketika seorang atlet menderita gegar otak ringan
dan kemudian mengalami keadaan trauma kembali dalam bermain. Peristiwa concussive
berulang yang berteori untuk menghasilkan disfungsi autoregulatory dan kemacetan vaskular.
Bencana edema otak, herniasi, dan kematian mendadak mungkin terjadi.
kejang pasca trauma terjadi klinis di sekitar 4% pasien dengan cedera kepala dalam minggu
pertama cedera. pemantauan EEG terus menerus telah diungkapkan insiden yang lebih tinggi
(22%). Kejang setelah minggu pertama terjadi pada 4-30% pasien. Tingkat keparahan cedera
kepala, kejang awal, patah tulang tengkorak depresi, dan luka-luka temporal dan frontal
diidentifikasi pada CT scan semua telah dikaitkan dengan perkembangan kejang terlambat.1,6
10
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
Sakit kepala pasca trauma yang umum dan dapat terjadi pada 30-90% pasien setelah cedera
kepala. Perubahan dalam kation, katekolamin, dan asam amino rangsang yang sama pada kedua
migrain dan cedera kepala. Sakit kepala pasca trauma biasanya bermanifestasi dengan
komponen vaskuler, tapi sakit kepala harian kronis juga umum. Meskipun kontroversial,
beberapa penulis telah melaporkan bahwa sakit kepala yang paling pasca trauma terutama pulih
atau sakit kepala analgesik-berlebihan. Hampir tiga perempat dari pasien tersebut dapat
manfaat dari penghentian obat nyeri. Lebih besar oksipital neuralgia dapat terjadi setelah
kepala dan leher cedera. nyeri saraf oksipital lebih besar terjadi di belakang kepala dan dapat
ditandai dengan nyeri pedih atau sakit sensasi di daerah ini.1,8
Tremor, dystonia, parkinsonisme, mioklonus, dan hemiballism semua bisa terjadi setelah
cedera kepala. Dalam sebuah studi tindak lanjut 2 tahun dari 398 pasien dengan cedera kepala
berat, 12% memiliki gangguan gerak terus-menerus. Menonaktifkan dystonia dan frekuensi
rendah tremor kinetik hadir di 5,4%. Parkinson dan myoclonus disebabkan cedera terjadi dalam
waktu kurang dari 1% dari pasien. 6,7
Gangguan fungsi emosional telah didokumentasikan berulang kali setelah cedera kepala.
Sebuah studi kasus-kontrol dari 91 pasien dirawat di rumah sakit dengan cedera otak traumatis
mencatat kejadian 33% dari depresi besar. Depresi telah dikaitkan dengan cedera frontal kiri.
Gangguan bipolar juga lebih sering pada pasien dengan cedera kepala daripada populasi umum
dan berhubungan dengan kejang dan lesi hemisfer kanan. Selain itu, perilaku impulsif dan
disinhibited yang umum pada pasien dengan cedera frontal, meskipun fitur bahkan obsesif-
kompulsif juga telah dilaporkan. Kepala terkait cedera psikosis adalah kontroversial. Sebuah
studi kasus-kontrol dari 45 pasien dengan psikosis setelah cedera kepala menemukan bahwa
halusinasi pendengaran dan delusi paranoid dikembangkan setelah 54 bulan postinjury periode
laten. cedera yang lebih luas di neuroimaging dan penurunan fungsi kognitif yang ditandai
pasien psikotik dengan cedera kepala dibandingkan dengan pasien kontrol nonpsychotic
dengan cedera kepala.1,5-7
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien kecelakaan yang baru datang ke UGD bisa kita beri
dengan cara tata laksana awal di ruang UGD.
1. Survei primer, untuk menstabilkan kondisi pasien harus dilakukan ABC, airway breathing
circulation1,5-9
11
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
I. Untuk jalan nafas pastikan tidak ada benda asing ataupun cairan yang mengalangi jalan
nafas seperti saliva dll.
II. Kemudian lakukan intubasi jika GCS telah menyentuh angka <8 ,beri perhatian khusus
pada cedera servical, sehingga pasien harus diberikan collar neck terlebih dahulu.
III. Breathing berikan O2 dengan target saturasi O2 > 92%
IV. Circulation pasang jalur intravena dan infus NaCl 0,9% atau RL. Hindari cairan
hipotonis. Pertahankan tekanan darah sistolik >90 mmHg.
Survey sekunder dilakukan setelah pasien stabil dilakukan tindakan pemeriksaan laboratorium
dan radiologi.
Prognosis
Cedera kepala dapat menyebabkan kematian, keadaan vegetatif, pemulihan parsial, atau
kembali penuh untuk bekerja. Setiap pasien menyajikan dengan neurologis dasar yang unik
membuat, mekanisme cedera, komplikasi sekunder, dan penyesuaian postinjury dan sistem
imun.1
12
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
intrakranial, durasi amnesia pasca trauma atau kebingungan, duduk keseimbangan, dan
patologi intrakranial diidentifikasi pada neuroimaging.
Tingkat kematian dari cedera kepala berat berkisar 25-36% pada orang dewasa dalam
6 bulan pertama setelah cedera. Kebanyakan kematian terjadi dalam 2 minggu pertama.
Penutup
Pada kasus ini di dapatkan bahwa pasien mendapat cedera kepal sedang + tekanan
tinggi intracranial ec suspect perdarahan intracranial akibat kecelakaan serta tidak
menggunakan helm maka dari itu penanganan yang terbaik adalah menurunkan tekanan
intracranial pasien yang menjadi faktor mengapa pasien mengalami penurunan kesadaran,
kemudian mengatasi komplikasi yang muncul, serta memberikan nutrisi yang adekuat. Setelah
pasien sudah kembali pulih, untuk pencegahan agar tidak terulang harus segera di edukasi
dengan memberitahu agar berhati-hati pada saat mengendari kendaraan bermotor serta
menggunakan alat pelindung. Apa bila pasien mengalami keadaan penurunan kesdaran maka
hasil prognosis sangat di tentukan oleh GCS untuk melihat apakah kemungkinan tingkat
kesembuhan yang dapat terjadi pada pasien.
13
Cedera Kepala Sedang Dengan Peningkatan Intracranial
DAFTAR PUSTAKA
1. Ainsworth CR, John G. Head trauma. Medscape online. 09 January 2015. Downloaded
from http://emedicine.medscape.com/article/433855-overview. 15 January 2016
2. Hartanto YB, Nirmala WK, Ardy, Setiono S, Dharmawan D, Yoavita, et.al.,
penyunting. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2008: h. 52.
3. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ guide to physical examination and history taking. 11th
edition. China: Lippincott Williams & Wilkins; 2013: p. 6-13, 56-7, 114-9
4. McKinney M. Lippincott’s guide to infectious diseases. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2011.p. 118-9
5. Liesbesdkind DS, Helmi LL. Intracranial hemorrhage. Medscape online. 10 May
2016. Downloaded from http://emedicine.medscape.com/article/1163977-overview. 15
January 2016
6. Liebeskind DS. Epidural hematoma. Medscape online. 08 April 2014. Downloaded
from http://emedicine.medscape.com/article/1137065-overview. 15 January 2016
7. Meagher RJ, Helmi LL. Subdural hematoma. Medscape online. 04 August 2016.
Downloaded from http://emedicine.medscape.com/article/1137207-overview. 15
January 2016
8. Marshal LF. Traumatic injuries of the central nervous system in Corey-Bloom J, David
Rb. Clinical adult neurology. Edisi ke-3. New York: Demos Medical; 2009. H 271-80.
9. Soertidewi L, Misbach J, Sjahrir H, Hamid A, Jannis J, Bustami M, Konsensus nasional
penanganan trauma kapitis dan trauma spinal. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia; 2006. h. 1-18.
14