oleh :
Barbarani Satriyani Hayyu (13711068)
Pembimbing:
dr. Kardimin, Sp.KJ, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
1
RESUME JURNAL
ABSTRAK
2
PENDAHULUAN
3
baik harus digunakan. Dua metode utama yang kami diskusikan di halaman berikut
ini mencakup polifarmasi antopsikosis dan monoterapi dosis tinggi.
Salah satu studi pencitraan awal tahun 1997 mencatat bahwa sebagian besar
pasien distabilkan dengan haloperidol oral dosis rendah yang memiliki kadar
plasma yang terkait dengan >80% D2 occupancy. Namun, studi klinis sebelumnya
menemukan bahwa bahkan pada tingkat haloperidol 6 ng/ml (diperkirakan 90% D2
occupancy), hanya 30% yang mengalami efek samping. Pola serupa terlihat pada
risperidone. Uji coba yang sangat penting mempelajari dosis 10 mg dan 16 mg,
yang berhubungan dengan tingkat keaktifan plasma masing-masing 70 ng/ml dan
112 ng/ml. tingkat plasma 70 ng/ml sesuai dengan D2 occupancy sebesar 80%.
Namun meskipun tingkat occupancy D2 diprediksi tinggi, proporsi pasien pada 10
mg yang memerlukan pengobatan antiparkinson hanya 31%.
Kegagalan Farmakokinetik
4
cepat dan polimorfisme enzimatik, kadar plasma antipikotik tidak mencapai
ambang batas yang terkait dengan D2 occupancy 60% striatal. Hal ini menyebabkan
gejala psikotik beranjut. Hal itu juga menyebabkan frustasai dan kebingungan bagi
dokter karena pasien tidak menanggapi algoritme pengobatan dengan tepat.
Kegagalan Farmakodinamik
5
minggu yaitu sekitar 87% menganggapi pengobatan. Penelitian lain tentang
ziprasidone, risperidone, dan olanzapine telan menunjukkan perbaikan terus selama
beberapa bulan pengobatan.
Uji coba sekuensial minimal dua SGA direkomendasikan. Jika kedua percobaan
gagal, pertimbangan FGA adalah tepat. Penting untuk tidak mengabaikam
clozapine sebagai monoterapi. Efektivitas clozapine dalam skizofrenia yang
resisten terhadap pengobatan, terutama yang berkaitan dengan agresi dan kekerasan
, terdokumentasi dengan baik. Namun, beberapa dokter mungkin ragu untuk
melakukan percobaan clozapine karena takut efek samping seperti agranulositosis.
6
dengan haloperidol, fluphenazine, perphenazine, risperidone, olanzapine dan
clozapine.
Polifarmasi Antipsikotik
7
didokumentasikan dengan baik. Meningkatnya efek samping, biaya pengobatan
lebih tinggi, sedikit informasi yang mendukung efisiensi, dan hasil yang kurang
optimal merupakan masalah dalam polifarmasi antipsikotik. Jadi, mengapa
membutuhkan untuk mengulas topic? Kenyataanya adalah bahwa pasien yang
termasuk dalam penelitian umumnya adalah orang-orang yang dapat memberikan
persetujuan, menunjukkan sedikit kekerasan dan kurang impulsif, memiliki tingkat
ketergantungan kimia yang lebih rendah, dan cenderung tidak memiliki riwayat uji
coba antipsikotik berurutan pada tingkat terapeutik terdokumentasi. Dengan kata
lain, konsisten dengan banyak penelitian psikiatri, mereka lebih sehat dan tidak
mencerminkan gambaran pasien yang terlihat dalam praktek klinis. Oleh karena itu,
kami percaya bahwa kepatuhan terhadap pengobatan berdasarkan sampel yang
sangat selektif tidak harus terjalin dengan baik ke klinik rujukan berbasis
masyarakat dan fasilitas rawat inap.
8
perbaikan pada kelompok gejala skizofrenia lainnya. Misalnya ikatan serotonergic,
noradrenergic dan histaminergik yang secara teori memperbaiki depresi,
kegelisahan, insomnia, impulsif dan agresi. Namun disisi lain, pasien berpotensi
terkena efek samping yang merugikan dari beberapa ikatan reseptor atau pengikatan
berlebihan melalui sifat serupa yang dimiliki oleh antipsikotik (misalnya
pengikatan histaminergik yang berlebihan menyebabkan rangsangan atau stimulasi
nafsu akan siang hari dan penambahan berat badan). Akibatnya, menggabungkan
antipsikotik harus dilakukan secara rasional berdasarkan profil pengikatnya. Salah
satu contoh yang jelas adalah kebutuhan untuk menghindari penggabungan
agonisme D2 parsial aripiprazole dengan antipsikotim dengan antagosnisme D2
penuh. Interferensi yang mengikat dapat menyebabkan memburukmya gejala
kandungan aripiprazole yang tinggi untuk reseptor D2, dan fakta bahwa bahkan
dosis rendah seperti 10 mg mencapai penempatan 83% D2, dan dengan demikian
dapat menggantikan antagonis penuh.
9
dosis yang disetujui FDA sampai respon terapeutik terjadi atau pasien mengalami
efek samping yang tidak dapat ditolerir. Penting bahwa informed consent diperoleh
dan pertimbangan pengobatan didokumentasikan dengan baik saat ini terjadi. Di
bawah ini kita membahas rentang dosis khas dan pertimbangan khusus untuk dosis
tinggi antipsikotik. Analisis yang lebih rinci dapat ditemukan dalam tinjauan topik
Stahl & Morrissette.
Clozapine
Quetiapine
10
Olanzapine
Risperidone/Paliperidone
Risperidone mencapai 70-80% dari hunian D2 pada dosis antara 2 dan 6mg
/ hari. Risiko EPS berkorelasi positif dengan dosis. Dosis di atas 8mg / hari
umumnya tidak dianggap bermanfaat bagi kebanyakan pasien, namun pada
beberapa kasus, efek sampingnya mungkin tidak muncul sampai dosis tinggi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahkan pada 10mg / hari hanya 31%
pasien yang memerlukan pengobatan anti-Parkinson dalam uji coba yang sangat
penting, sekali lagi memberikan bukti bahwa subkelompok mungkin memerlukan
dan mentoleransi dosis dan kadar plasma yang lebih tinggi. Paletidone metabolit
aktif Risperidone memiliki sedikit kemungkinan interaksi obat-obat karena tidak
dimetabolisme oleh hati. Mirip dengan risperidone, paliperidone membawa
peningkatan risiko EPS saat dosis meningkat.
Ziprasidone
11
Aripiprazole
Ringkasan
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang relatif umum namun seringkali sulit
untuk diobati. Meskipun monoterapi antipsikotik pada tingkat dosis standar cukup
untuk sebagian besar pasien, sebagian lainnya akan memerlukan pendekatan 'tidak
konvensional' seperti polifarmasi antipsikotik dan lebih tinggi dari dosis normal.
Jika dilakukan dengan hati-hati dan rasional, pendekatan ini dapat memberi manfaat
yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang paling membutuhkan pertolongan.
12
CRITICAL APPRAISAL
A. Analisis PICO
Patient/Problem : Schizophrenia
Intervention : Unconventional treatment
Comparison : Standard dose
Outcome : Successful treatment
B. Identitas Jurnal
Judul artikel : Drug Information Update. Unconventional Treatment
Strategies for Schizophrenia: Polypharmacy and Heroic
Dosing
Judul jurnal : Bulletin Psych Journal
Penulis : Moore, Bret A., Morrisette, Debbi A., Meyer, Jonathan .M.,
Stahl, Stephen M., et al.
Tempat terbit : USA
Tahun terbit : 2017
13
peneliti buta
terhadap
perlakuan?
14
9 Apakah hasil Ya Terdapat ketersediaan obat di Indoneisa.
penelitian dapat
diterapkan?
10 Apakah semua Tidak Tidak dijelaskan secara rinci mengenai aspek
hasil klinis penting klinis lain.
dipertimbangkan?
11 Apakah maanfaat Ya Pasien dengan kegagalan terapi skizofrenia
terapi sebanding menggunakan dosis standar dapat beralih ke
dengan kerugian polifarmasi / dosis heroik yang bisa dicover
dan biaya? BPJS.
15