Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF

INA CBGS PADA PASIEN SECTIO CAESAR DI RSIA IBUNDA


PELAIHARI

Karya Tulis Ilmiah

D3 Farmasi

Disusun Oleh :
Ryan Akbar

16.4101.48401.0.088

D3 FARMASI

AKADEMI FARMASI ISFI

BANJARMASIN

2019
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF
INA CBGS PADA PASIEN SECTIO CAESAR DI RSIA IBUNDA
PELAIHARI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi sebagai persyaratan

Mencapai derajat Diploma III

Pada jurusan Farmasi

Disusun Oleh :
Ryan Akbar

16.4101.48401.0.088

D3 FARMASI

AKADEMI FARMASI ISFI

BANJARMASIN

2019
Persetujuan Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah

Analisis Perbandingan Biaya Rill Dengan Tarif INA-CBG’s Pada Pasien


Sectio Caesar Di RSIA Ibunda Pelaihari

Oleh :
Ryan AKbar
16.4101.48401.0.088

Untuk dipertahankan dihadapan panitia penguji Usulan Karya Tulis Ilmiah


Akademi Farmasi Insan Farmasi Indonesia
Banjarmasin

Dosen Pembimbing Internal Dosen Pembimbing Eksternal

Noor Aisyah, M.Pharm. Sci., Apt Masnar Sendy, S.Farm, Apt


Tanggal : Tanggal :

i
Persetujuan Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah

Analisis Perbandingan Biaya Rill Dengan Tarif INA-CBG’s Pada Pasien


Sectio Caesar Di RSIA Ibunda Pelaihari

Oleh :
Ryan AKbar
16.4101.48401.0.088

Untuk dipertahankan dihadapan panitia penguji Usulan Karya Tulis Ilmiah


Akademi Farmasi Insan Farmasi Indonesia
Banjarmasin

Dosen Pembimbing Internal Dosen Pembimbing Eksternal

Noor Aisyah, M.Pharm. Sci., Apt Masnar Sendy, S.Farm, Apt


Tanggal : Tanggal :

ii
Lembar Pengesahan Proposal Penelitian

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF INA-CBGS


PADA PASIEN SECTIO CAESAR DI RSIA IBUNDA PELAIHARI

Diajukan Oleh :
Ryan Akbar
16.4101.48401.0.088

Disetuji Untuk Dilaksanakan Penelitian Oleh :


Pembimbing Internal

Noor Aisyah, M.Pharm. Sci., Apt


NIK.1105108102

Penguji 1 Penguji II

Erna Prihandiwati, S.F, M.Farm.Apt Rakhmadaniah, M. Farm, Apt


NIK. 9911004563 NIK. 1105049101

Mengehatui,
Direktur Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Yugo Susanto, S. Si., M.Pd,. M. Farn,. Apt


NIK. 9911004342

iii
KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF INA-CBGS
DI RSIA IBUNDA PELAIHARI

Disiapkan dan disusun oleh


Ryan Akbar
16.4101.48401.0.088

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal

Dosen Pembimbing I Mengetahui


Direktur
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
Noor Aisyah, M.Pharm. Sci., Apt
Dosen Pembimbing II

Yugo Susanto, S. Si,. M. Pd, M. Farm, Apt


Masnar Sendy, S.Farm, Apt

Tim Penguji
Ketua : Noor Aisyah, M.Pharm. Sci., Apt ............................
Anggota :
1. Masnar Sendy, S.Farm, Apt 1. ...........................
2. Erna Prihandiwati, S.F, M.Farm.Apt 2. ...........................
3. Rakhmadaniah, M. Farm, Apt 3. ...........................

iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarmasin, Januari 2019

Ryan Akbar

v
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr Wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada

waktunya.

Karya Tulis ini berjudul “ Analisis Perbandingan Biaya Riil Dengan Tarif

INA-CBG’s Pada Pasien Sectio Saecar Di RSIA Ibunda Pelaihari” . Dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini saya banyak sekali mendapatkan masukan,

bimbingan, saran, serta bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya dan setinggi-tingginya kepada :

1. Yugu Susanto, S.Si, M. Pd, M. Farm, Apt selaku Direktur Akademi

Farmasi ISFI Banjarmasin.

2. Noor Aisyah, M.Pharm. Sci., Apt Selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membantu, memberi kritik, saran, dan

membimbing dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Masnar Sendy, S.Farm, Apt Selaku Pembimbing II yang juga meluangkan

banyak waktu untuk membantu, memberi kritik, saran, dan membimbing

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi Isfi

Banjarmasin.

vi
5. Keluarga saya khususnya ibu yang selalu mendoakan dan memberikan

support dan ayah saya yang mendoakan saya dari surga.

6. Sahabat-sahabat dan teman saya yang sudah banyak meluangkan waktu

untuk menemani pada saat pengambilan data.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Akademi Farmasi ISFI Banjramasin.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini banyak memiliki

kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi perbaikan Karya Tulis ini.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Banjarmasin, 15 Januari 2019

Penulis

Ryan Akbar

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalian dengan prosedur cesar atau sectio caesarea menjadi tren di

masyarakat. Angka persalianan caesarea terus meningkat di setiap negara.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan Caesarean Section

Rate (CSR) yang ideal bagi suatu negara adalah berkisar 10% sampai 15%

(Betran dkk, 2015). Hasil survei global oleh WHO pada tahun 2004-2008 di

tiga benua yaitu Amerika Latin, Afrika, dan Asia menunjukan bahwa negara-

negara di Afrika lebih banyak angka persalinan pervagina dan sebagian besar

negara di Asia melakukan persalinan sectio caesarea. Negara di Asia yang

angka sectio caesarea paling tinggi adalah negara China (46,2%) (Souza dkk.,

2010). Indonesia memiliki nilai CSR sekitar 6,8 berdasarkan hasil data survei

oleh WHO pada tahun 2008 (Gibbons dkk., 2010).

Tren persalinan sectio caesarea ini sering kali dipertanyakan

hukumnya menurut Islam oleh umat muslim. Persalinan sectio caesarea

menurut hukum Islam diperbolehkan pada saat yang memang mendesak atau

darurat seperti yang disebutkan dalam Al Quran surah Al Baqarah ayah 185

yang berbunyi :

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan

hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan

kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

1
Dari dalil tersebut dapat diketahui bahwa sesungguhnya Allah SWT

telah memberikan berbagai jalan kemudahan yaitu memberikan alternatif

apabila persalinan normal tidak dapat dilakukan. Sectio caesarea dapat

dilakukan jika terdapat faktor penyulit baik dari ibu maupun bayi seperti

distorsia persalinan, endometriosis, kelahiran sungsang, kematian bayi pada

kelahiran dan indikasi lainnya (Chunningham dkk., 2010).

Seiring dengan perkembangan teknologi kesehatan, sectio caesarea

banyak diminati dan dianggap lebih aman karena didukung oleh adanya

antibiotik, transfusi darah, teknik operasi, dan anestesi yang lebih baik.

Namun, morbiditas maternal setalah sectio caesarea lebih tinggi daripada

persalinan pervagina karena ada peningkatan risiko komplikasi pasca-operasi.

Komplikasi utama yang sering terjadi berasal dari risiko perdarahan, infeksi,

cedera pada janin, cedera pada organ di dekat uterus, dan memerlukan

pembedahan lebih lanjut (Norwitz dan Schorge, 2007).

Estimasi dana pada tahun 2008 yang dibutuhkan untuk pembiayaan

prosedur sectio caesarea di Indonesia menurut WHO adalah 19.532.824 US

dollars(Gibbons dkk., 2010). Hasil dari penelitian W.V.Durrotunnisia (2017)

menunjukan pada kelas I, kode O-6-10-I, O-6-10-II, dan O-6-10-III tarif INA-

CBG’s adalah Rp 5.631.000,00, Rp 6.213.800,00, dan Rp 6.517.300,00

dengan rata-rata biaya riil Rp 6.026.755,00 (p=0,001), Rp 7.859.922,00

(p=0,143), dan Rp 8.262.833,00 (p=1,00). Pada kelas 2, biaya klaim

INACBG’s O-6-10-I, O-6-10-II, dan O-6-10-III adalah Rp 4.826.600,00; Rp

5.326.100,00; dan Rp 5.586.200,00 sedangkan rata-rata biaya riilnya, Rp

5.286.904,00 (p=0,003), Rp 5.724.867,00 (p=0,004), dan Rp 6.267.101,00

2
(p=0,115). Pada kelas 3, pada biaya klaim INACBG’s O-6-10-I, O-6-10-II,

dan O-6-10-III adalah Rp 4.022.100,00, Rp 4.438.400,00, dan Rp

4.655.200,00, dengan rata-rata biaya riil Rp 4.306.238 (p=0,00), Rp

4.745.696,00 (p=0,027), dan Rp 6.715.103,00 (p=0,164) . Terkait

permasalahan biaya kesehatan yang tinggi, pemerintah telah meyelenggarakan

program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bagian dari

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berlaku sejak tanggal 1 Januari

2014. Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui

mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia

terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan (Permenkes RIb, 2014).

Dalam penerapan sistem INA-CBG’s ini sering terjadi permasalahan

dalam pembiayaannya. Hal yang sering terjadi adalah besarnya biaya riil suatu

prosedur kesehatan melebih dari klaim dari INA-CBG’s sehingga

menyebabkan sebagian rumah sakit merasa terbebani dengan sistem ini.

Menurut penelitian Kusumaniangtyas (2013), faktor-faktor yang

mempengaruhi biaya riil rumah sakit pada kasus sectio caesar adalah biaya

pengobatan, perawatan intensif, pemeriksaan penunjang, dan lama perawatan.

Jika permasalahan tersebut dikaitkan dengan program JKN yang di

selenggarakan oleh pemerintah, ada kemungkinan untuk menyebabkan

perbedaan pelayanan kesehatan antara pasien yang menggunakan JKN dengan

pasien non-JKN.

Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

3
tentang analisis perbandingan biaya riil dengan tarif ina cbgs di RSIA Ibunda

Pelaihari. RSIA Ibunda telah menjalankan program BPJS dengan kriteria

rumah sakit tipe C. Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi peneliti dan Rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Berapa perbedaan antara biaya riil dengan biaya klaim INA-CBG’s pada

pasien peserta JKN dengan prosedur sectio caesar di RSIA Ibunda

Pelaihari?

2. Faktor apa yang mempengaruhi biaya rill pada pasien sectio caesar peserta

JKN di RSIA Ibunda Pelaihari?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan antara biaya riil dengan biaya klaim INA-

CBG’s pada pasien BPJS dengan proedur sectio caesar di RSIA Ibunda

Pelaihari.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi biaya rill pada pasien

sectio caesar peserta JKN di RSIA Ibunda Pelaihari.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada BPJS sebagai penyelenggara Jaminan Kesehatan

Nasional dalam menentukan kebijakan khususnya untuk pasien persalinan

caesar.

4
2. Bagi pihak rumah sakit hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan

untuk pihak manajemen dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan

efisiensi dan efektivitas serta peningkatan kualitas pelayanan pasien rawat

inap peserta JKN.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan sectio caesarea

2.1.1 Definisi

Persalinan sesar atau partus sectio caesarea adalah proses

melahirkan janin melalui jalur abdominal dengan laparotomi yang

selanjutnya memerlukan insisi ke dalam uterus dengan histerotomi

(Norwitz & Schorge, 2007).

2.1.2 Indikasi

Indikasi utama sectio caesarea di Amerika Serikat dan negara

indistri adalah 85% karena adanya riwayat seksio sesarea sebelumnya,

distorsia persalinan, fetal distress, dan kelahiran sungsang

(Chunningham dkk., 2006). Indikasi seksio sesarea bisa berasal dari

fakto ibu dan juga bayi. Faktor dari ibu yaitu adanya endometriosis,

komplikasi perlukaan, atau luka operasi. Sedangkan, dari faktor bayi

yaitu adanya kemungkinan apgar score ≤3, umbilical artery pH <7,0,

hypotoxic ischemic enchephalopathy, atau kematian bayi pada

kelahiran (Chunningham dkk., 2010).

2.1.3 Teknik Insisi Pada Sectio Caesarea

a. Insisi Abdomen

Dari segi kosmetika, insisi transversal lebih banyak dipilih

oleh sebagian wanita dan dianggap lebih kuat dan kemungkinan

lepasnya kecil. Namun, insisi vertikal lebih disukai oleh para

6
dokter daripada insisi lintang (transversal) karena memudahkan

dalam memperluas ruang jika diperlukan ruang yang lebih banyak

(Chunningham dkk., 2006).

b. Insisi Uterus

Insisi uterus juga terdiri dari dua teknik yaitu teknik insisi

vertikal (klasik) dan insisi melintang. Insisi klasik adalah insisi

vertikal ke dalam korpus uterus di atas segmen bawah uterus

sampai mencapai fundus uterus. Insisi klasik sudah jarang

digunakan dan beralih ke insisi melintang (transversal) karena

mudah untuk diperbaiki dan dari segi lokasinya memiliki

kemungkinan yang sedikit untuk ruptur dan tidak menyebabkan

pelekatan usus atau omentum ke garis insisi (Chunningham dkk.,

2010).

2.1.4 Komplikasi

Pada proses bedah sesar terdapat berbagai komplikasi seperti :

perdarahan, infeksi, cedera pada janin, cedera pada organ di dekat

uterus (usus, kandung kemih, ureter, pembuluh darah), dan

memerlukan pembedahan lebih lanjut (histerektomi masa nifas, jahitan

pada usus) (Norwitz dan Schorge, 2007).

2.1.5 Penatalaksanaan Peripartum

a. Pra – operasi

Pada perawatan pra-operasi, wanita yang dijadwalkan

untuk menjalani operasi sesar harus dicek darah terlebih dahulu

7
dan asupan oralnya dihentikan paling tidak delapan jam sebelum

operasi berlangsung. Pasien dapat diberikan antasida sesaat

sebelum induksi anestesi untuk mencegah risiko trauma paru akibat

naiknya asam lambung jika terjadi aspirasi (Chunningham dkk.,

2006).

Pemilihan teknik anestesi harus dipertimbankan secara

individual berdasarkan pertimbangan kebidanan, atau faktor resiko

janin (misalnya persalinan elektif dan emergency), prefalensi

pasien, dan keputusan ahli anestesi. Ada dua macam anestesi yaitu

lokal dan umum. Teknik anestesi yang biasa digunakan adalah

anestesi lokal. Anestesi spinal adalah salah satu jenis anestesi lokal

yang paling sering dipilih untuk sectio caesarea. Anestesi umum

dapat menjadi pilihan yang paling tepat dalam kondisi tertentu,

misalnya ruptur uterus, pendarahan berat, bradikardi pada janin,

dan lain-lain (Apfelbaum, 2015).

b. Operasi

Transfusi darah sangat diperlukan untuk mempertahankan

volume darah. Cairan intravena yang dapat diberikan seperti

larutan Ringer Laktat atau larutan kristaloid serupa dan ditambah

dekstrosa 5% (Chunningham dkk., 2006). Namun, berdasarkan

penlitian Rudi (2012) menyebutkan bahwa prmberian infus Ringer

Laktat lebih baik dibandingkan NaCl 0,9% karena NaCl 0,9%

8
dapat menimbulkan alkalosis dan asidosis lebih besar daripada

Ringer Laktat (Rudi, 2012).

c. Pasca – operasi

Analgesia perlu juga diberikan pada pasca-operasi karena

sewaktu pasien lepas dari anaestesinya, kemungkinan besar akan

timbul nyeri yang berat. Pilihan analgesia bisa dengan meperidin

75 sampai 100 mg atau morfin 10 sampai 15 mg secara intravena

dan selanjutnya bisa dengan intramuskular (paling sering setiap 3

jam). Pemberian narkotik biasanya disertai dengan antiemetik

seperti prometazin 25 mg. Antibiotik profilaksis juga diperlukan

karena morbiditas demam pasca-operasi cukup besar. Pilihan

antibiotiknya adalah ampisilin 2 g dosis tunggal, atau dari

golongan sefalosporin atau penisilin spektrum luas (Chunningham

dkk., 2006).

Tanda vital dimonitoring setiap empat jam dengan

memeriksa tekanan darah, suhu badan, jumlah urin, jumlah

perdarahan, dan status fundus uteri (Chunningham dkk., 2006).

2.2 Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah suatu badan

hukum publik yang menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS

terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan

sendiri merupakan suatu badan hukum yang menyelenggarakan program

9
jaminan kesehatan nasional yang pelaksanaan kepesertaannya mulai

beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014 (Putri, 2014).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2012 tentang

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Presiden No.

12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, pengertian jaminan kesehatan

adalah perlindungan kesehatan yang dapat memberi manfaat dalam

kebutuhan dasar dan permeliharaan kesehatan kepada peserta yang telah

membayar iuran atau dibayarkan iurannya oleh pemerintah. Manfaat yang

dijamin mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)

yang sudah termasuk obat dan bahan medis (Putri, 2014). Prinsip dari

program ini adalah kegotongroyongan antar peserta, portabilitas atau

berkelanjutan, kepesertaan bersifat wajib dan menyeluruh, dikelola dengan

prinsip nirlaba, dan dana berupa dana amanat serta digunakan penuh untuk

pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta

(Depkes RI, Tanpa Tahun).

Peserta JKN terbagi menjadi dua golongan utama yaitu Penerima

Bantuan Iuran JKN (PBI) dan Bukan Bantuan Iuran JKN (non-PBI). Yang

termasuk ke dalam PBI adalah fakir miskin dan orang tidak mampu

menurut Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2011. Sedangkan, non-PBI

terdiri atas pekerja penerima upah dan anggota keluarganya (dalam hal ini

pegawai negeri dan swasta), pekerja bukan penerima upah dan anggota

10
keluarganya (pekerja mandiri), dan bukan pekerja dan anggota

keluarganya (investor, pemberi kerja, dan pensiunan) (Putri, 2014).

Pelayanan rawat inap dibagi menjadi tiga kelas ruang perawatan,

urutan dari kelas tertinggi ke kelas terendah, yaitu kelas 1, kelas 2, dan

kelas 3. Dalam kondisi tertentu, peserta yang ingin meningkatkan kelas

perawatan di atas haknya, bisa dengan membayar selisih biaya yang telah

dijamin oleh BPJS Kesehatan (Putri, 2014).

2.3 Sistem INA-CBG’s

Indonesian Case Based Groups (INA-CBG’s) merupakan terapan

darisistem pembayaran casemix (case based payment). Sistem casemix

adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri

klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber daya/biaya perawatan

yang mirip/sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan

software grouper (Permenkes RIb, 2014). Pengelompokan INA-CBG’s

pada dasarnya menggunakan sistem kodifikasi dari diagnosis akhir dan

tindakan/prosedur.

Tarif INA-CBG memiliki 1.077 kelompok tarif yang terdiri dari

789 kode kelompok rawat inap dan 288 kode kelompok rawat jalan

dengan menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis serta

ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan. Berikut adalah contoh kode INA-

CBG’s berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 27 Tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Sistem IndonesianCase Base Groups (INA-

CBG’s) :

11
Keterangan :

1. Digit ke-1 : CMG (Casemix Main Groups).

2. Digit ke-2 : tipe kasus.

3. Digit ke-3 : CBG kasus.

4. Digit ke-4 : berupa angka romawi merupakan severity level.

Sub-grup pertama adalah Case-Mix Main Groups (CMGs) yang

dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z) dan berhubungan dengan

sistem organ tubuh. Terdapat 30 CMGs dalam UNU Grouper (22 Acute

Care CMGs, 2Ambulatory CMGs, 1 Subacute CMGs, 1 Chronic CMGs, 4

Special CMGs dan 1 Error CMGs). Sub-grup kedua menunjukan 9 tipe

kasus yangdilambangkan denngan angka 1-9. Sub-group ketiga menkode

secara spesifik CBGs yang dilambangkan dengan numerik mulai dari 01

sampai dengan 99. Sub-grup keempat melambangkan tingkat keparahan

kasus dengan kode romawi I, II, dan III.

Kode INA-CBG’s yang digunakan pada prosedur sectio caesarea

adalah O-6-10-I, O-6-10-II, dan O-6-10-III. Digit I yaitu huruf O artinya

deliveries groups atau prosedur persalinan. Digit II yaitu angka 6

menunjukan tipe kasus rawat inap kebidanan. Digit II yaitu angka 6 yang

menunjukan prosedur sectio caesarea. Digit IV menunjukan tingkat

12
keparahannya yaitu I untuk keparahan ringan, II untuk keparahan sedang,

dan III untuk tingkat keparahan berat.

Tarif rumah sakit ada tujuh yaitu tarif rumah sakit kelas A, tarif rumah

sakit kelas B, tarif rumah sakit kelas B Pendidikan, tarif rumah sakit kelas

C, tarif rumah sakit kelas D, tarif rumah sakit khusus rujukan nasional, dan

tarif rumah sakit umum rujukan nasional. Pengelompokan tersebut

berdasarkan Hospital Base Rate (HBR) yang dihitung dari total biaya

pengeluaran rumah sakit.

Regionalisasi rumah sakit dibagi berdasarkan Indeks Harga Konsumen

(IHK). Regionalisasi dalam tarif INA-CBGs bertujuan untuk

mengakomodir perbedaan biaya distribusi obat dan alat kesehatan di

Indonesia. Terdapat lima regional yaitu regional I, regional II, regional III,

regional IV, dan regional V.

2.4 Landasan Teori

2.4.1 Sectio caesarea memiliki pervalensi tinggi seperti yang dilaporkan

padapenelitian yaitu terdapat 139 pasien dengan kasus sectio caesarea

atau 25,3% dari keseluruhan pasien persalinan di RSUD Tugurejo

Semarang pada triwulan pertama tahun 2013 (Kusumaningtyas,

Kresnowatti, dan Ernawati, 2013). Selain itu, estimasi dana pada tahun

2008 yang dibutuhkan untuk pembiayaan prosedur sectio caesarea di

Indonesia menurut WHO adalah 19.532.824 US dollars (Gibbons et

al., 2010).

13
2.4.2 Pasien yang menerima proosedur persalinan sectio caesarea dibagi

menjadi dua yaitu pasien peserta JKN dan non-JKN. Pasien peserta

JKN adalah pasien yang menerima pelayanan kesehatan sesuai dengan

ketetapan pelayanan yang telah berlaku dan disepakati oleh pihak

rumah sakit dengan penyedia layanan program jaminan kesehatan.

Rumah sakit termasuk dalam tempat pelayanan kesehatan di fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan sehingga dalam proses

pembiayaannya menggunakan sistem INA-CBG’s.

2.4.3 Prevalensi dan biaya yang tinggi untuk sectio caesarea sehingga perlu

dilakukan analisis biaya di rumah sakit lain. Analisis biaya juga

dilakukan untuk semua pasien sectio caesarea baik pasien peserta JKN

maupun non-JKN. Analisis biaya pada pasien JKN dapat dilakukan

dengan membandingkan biaya riil menggunakan standar tarif yang

berlaku pada tahun 2015 yaitu Permenkes RI No. 59 tahun 2014

tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelengaraan

Program Jaminan Kesehatan.

2.4.4 Penggunaan obat antibiotik dan analgesik merupakan obat yang paling

banyak digunakan pada tindakan sectio caesarea. Keduanya juga

memiliki harga yang bervariasi karena di pasaran tersedia berbagai

golongan dan merek sehingga memungkinkan untuk memilih obat

sesuai dengan jenis pembiayaan pasien. Adanya perbedaan pemberian

obat antara pasien JKN dengan non-JKN karena pasien JKN

cenderung terbatasi dalam segi biaya sehingga perlu dilakukan analisis

14
terhadap pola penggunaan antibiotik & analgesik pada pasien sectio

caesarea peserta JKN dan non-JKN.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis farmakoekonomi

dengan perspektif rumah sakit terhadap biaya medis langsung (direct

medical cost) ,data diambil secara retrospektif dari data keuangan rumah

sakit dan rekam medis pasien. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara biaya riil

dengan paket INA-CBG’s pasien rawat inap JKN sectio caesarea dan

dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan

tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di bagian verifikasi internal klaim

JKN instalasi rekam medik, unit teknologi informasi, bagian akuntansi dan

verifikasi RSIA Ibunda Pelaihari. Data pasien yang di gunakan adalah

pada bulan oktober 2018- maret 2019.

3.3 Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien sectio caesar peserta

JKN di RSIA Ibunda Pelaihari. Sedangkan Sampel dalam penelitian ini

adalah pasien sectio caesar peserta JKN periode Oktober 2018 – Maret

2019 di RSIA Ibunda Pelaihari. Besarnya sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel.

16
3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Identifikasi variable

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi biaya riil maka

variable bebasnya adalah umur, LOS, tingkat keparahan dan kelas

perawatan sedangkan variabel terikatnya adalah biaya riil.

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Komponen biaya riil adalah semua komponen biaya yang

terdapat dalam rincian tagihan pasien Sectio Caesar selama di

rumah sakit, meliputi biaya akomodasi, biaya tenaga medis,

biaya tindakan keperawatan, biaya penunjang medis, biaya obat

atau barang medis, biaya administrasi dan biaya lain-lain.

b. Biaya riil adalah total biaya yang diperlukan atas semua

tindakan dan pelayanan yang di terima pasien di rumah sakit

yaitu biaya yang berhubungan dengan pengobatan pasien,

seperti biaya akomodasi, biaya tenaga medis, biaya tindakan

keperawatan, biaya penunjang diagnostik, biaya obat dan

barang medis.

c. Biaya akomodasi merupakan biaya sewa ruang rawat inap atau

biaya kamar yang digunakan selama pasien menjalani

perawatan/rawat inap dirumah sakit yang terdiri dari ruang

perawatan kelas I,II, dan III.

17
d. Biaya tenaga medis yaitu biaya kunjungan dokter, biaya

konsultasi antar SMK, dan biaya konsultasi dengan ahli gizi

selama menjalani rawat inap.

e. Biaya tindakan keperawatan dan tindakan non operatif adalah

biaya tindakan keperawatan dan biaya manajemen sectio

caesar.

f. Biaya penunjang medis adalah biaya untuk jasa pemeriksaan

penunjang seperti pemeriksaan laboratorium.

g. Biaya obat atau barang medis adalah biaya yang diperlukan

untuk penggunaan obat atau barang medis selama pasien

menjalani rawat inap di rumah sakit.

h. Biaya lain lain yaitu biaya yang tidak termasuk dalam biaya

obat dan alat kesehatan, biaya penunjang medis, biaya tenaga

medis, biaya akomodasi dan biaya administrasi, yang meliputi

biaya penunggu pasien, sewa ruangan dll.

i. Biaya obat persalinan sectio caesar adalah biaya yang di

perlukan untuk penggunakan obat sectio caesar.

j. Tarif paket INA-CBGs adalah tarif yang di tentukan besarnya

dan tercantuk dalam berkas pasien yang telak diverifikasi oleh

BPJS. Tarif yang dimaksud adalah tarif yang di tetapkan pada

pasien dengan kode INA-CBGs O-6-10-I, O-6-10-II, dan O-6-

10-III.

3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data

18
Tahap awal penelitian yaitu pengumpulan data. Data yang

dikumpulkkan merupakan data pasien rawat inap JKN periode oktober 2018-

maret 2019 dengan kode INA-CBGs O-6-10-I, O-6-10-II, dan O-6-10-III.

Sumber datanya berasal dari berkas klaim JKN dan rekam medik..

pengumpulan data ini dilakukan secara langsung dengan mengamati sumber

data. Data yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam lembar observasi dan

diperoksa kelengkapan datanya. Data kemudian di entri ke komputer dan

dikelompokkan berdasarkan faktor yang diteliti.

3.6 Alur Penelitian

Pengajuan ijin penelitian dari peneliti kepada AKFAR ISFI Banjarmasin.

Surat izin dibuat oleh AKFAR ISFI, ditunjukkan pada direktur RSIA Ibunda

Pelaihari .

Pengumpulan data pasien persalinan sectio caesar peserta JKN di RSIA

Ibunda Periode Oktober 2018- Maret 2019

Pengambilan data pasien dari data rekam medis dan data berkas klaim JKN

Analisis data dan hasil penelitian.

19
3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis gambar terapi

Analisis gambaran terapi dilakukan dengan meliat penggunaan

obat selama pasien menjalani rawat inap dengan diagnosis yang tertera

didalam rekam medik pasien.

3.7.2 Analisis deskripsi

Analisis deskripsi menyajikan data dalam bentuk statistik yang

berfungsi mendeskripsikan atau memaparkan biaya riil pasien

persalinan sectio caesar peserta JKN. Perbedaan biaya riil dengan tarif

INA-CBGs diperoleh dari total tarif INA-CBGs dikurangkan dengan

total biaya riil.

3.7.3 Kesesuaian biaya riil dengan tarif INA-CBGs

Analisis kesesuaian biaya riil dengan tarif INA-cbgs dilakukan

dengan one sampel test , membandingkan antara rata-rata biaya

pengobatan pasien persalinan Sectio Caesar dirumah sakit dengan tarif

INA-CBGs.

3.7.4 Analisis faktor yang mempengaruhi biaya riil

Analisis faktor yang mempengaruhi biaya riil dilakukan dengan

analisis uji multivariat regresi linier.

20

Anda mungkin juga menyukai