Anda di halaman 1dari 14

Posted by admin on February 20th, 2011

Defenisi
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum,
terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang
kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan
tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan
kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.

Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam
keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan
dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.

Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan terfokus pada retina,
demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal ini terjadi akibat adanya daya akomodasi
lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang
berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata
untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan
lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan,
makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila
mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan
terletak pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang
retina. Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi
dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan Dioptri (D), lensa
1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter.

Epidemiologi
Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di Amerika Serikat memakai alat pengkoreksi gangguan
refraksi, dengan penggunaan lensa kontak mencapai 34 juta orang. Angka kejadian rabun jauh
meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Jumlah penderita rabun jauh di Amerika Serikat
berkisar 3% antara usia 5-7 tahun, 8% antara usia 8-10 tahun, 14% antara usia 11-12 tahun dan
25% antara usia 12-17 tahun. Pada etnis tertentu, peningkatan angka kejadian juga terjadi
walupun persentase tiap usia berbeda. Etnis Cina memiliki insiden rabun jauh lebih tinggi pada
seluruh usia. Studi nasional Taiwan menemukan prevalensi sebanyak 12% pada usia 6 tahun dan
84 % pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga dijumpai di Singapura dan Jepang.

Miopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat
dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan
kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan
akan terletak di depan retina.

Gbr.1 : Mata Miopia

Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia antara lain:
ringan (3D), sedang (3 – 6D), berat (6 – 9D), dan sangat berat (>9D).

Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak
tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata, gangguan
dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala.

Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk
mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dengan kaca mata
dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat terjadi pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu
setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat
diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif,
Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).

Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di
belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata
dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang
retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial),
seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif
(hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).
Gambar 2. Mata Hipermetropia

Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya
berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan jauh juga akan
terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat
melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa kesulitan, namun tidak demikian bila usia sudah 60
tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot
siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa
berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga akan lebih terletak di
belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya
usia. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.

Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat
ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus
berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina.
Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih
mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak
membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut akan memberikan
keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan
tertekan.

Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan
sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya
diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.

Astigmatisma
Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga
tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar
terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang
sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata
dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air yang bening.
Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur.
Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang melihat dekat
lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi
lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah,
mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi
mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda. Astigmat
ringan tidak perlu diberi kaca mata.

Presbiopia
Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk
melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin
keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar
berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.

Gambar 3. Mata Presbiopia

Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula terjadinya tergantung
kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan
lainnya. Gejalanya antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering
terasa pedas, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan terutama di
malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Koreksi dengan kaca
mata bifokus untuk melihat jauh dan dekat. Untuk membantu kekurangan daya akomodasi dapat
digunakan lensa positif. Pasien presbiopia diperlukan kaca mata baca atau tambahan untuk
membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu: +1D untuk 40 tahun, +1,5D untuk 45
tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasanya
33cm, sehingga tambahan +3D adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan.

Pemeriksaan Refraksi
Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif. Refraksi
subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi yang memberikan tajam
penglihatan terbaik.
Gambar 4. Pemeriksaan Mata

Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi menggunakan sistem


proyeksi streak yang dikembangkan oleh Copeland. Retinoskopi dilakukan saat akomodasi
pasien relaksasi dan pasien disuruh melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan
tidak membutuhkan daya akomodasi.

Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat akomodasi mata pasien istirahat.
Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20 – 50 tahun
dan mata tidak memperlihatkan kelainan, maka pemeriksaan mata perlu dilakukan setiap 1 – 2
tahun. Setelah usia 50 tahun, pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun.

Pencegahan
Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat
progresi miopia, antara lain dengan:

1.
o Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata

o Pemberian tetes mata atropin.

o Menurunkan tekanan dalam bola mata.

o Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada


anak.
o Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat.

Gejala dan Tanda


Penderita kelainan refraksi biasanya datang dengan keluhan sakit kepala terutama di daerah
tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal pada bola mata, dan
penglihatan kabur. Tajam penglihatan pasien kurang dari normal (6/6). Ametropia pada anak
dapat mengakibatkan seperti penglihatan kabur dan juling.

Terapi
Terapi meliputi edukasi mengenai kelainan refraksi, penggunaan kaca mata tidak menyembuhkan
kelainan refraksi, meningkatkan jumlah asupan makanan yang mengandung vitamin A, B, dan C.
Kebutuhan mengkoreksi kelainan refraksi tergantung gejala pasien dan kebutuhan penglihatan.
Pasien dengan kelainan refraksi ringan dapat tidak membutuhkan koreksi. Koreksi kelainan
refraksi bertujuan mendapatkan koreksi tajam penglihatan terbaik.

Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan karena mudah merawatnya
dan murah. Lensa gelas dan plastik pada kaca mata atau lensa kontak akan mempengaruhi
pengaliran sinar. Warna akan lebih kuat terlihat dengan mata telanjang dibanding dengan kaca
mata. Lensa cekung kuat akan memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil,
sedangkan lensa cembung akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan memakai kaca mata
diantaranya, kaca mata tidak selalu bersih, coating kaca mata mengurangkan kecerahan warna
benda yang dilihat, mudah turun dari pangkal hidung, sakit pada telinga dan kepala.

Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa kontak
merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan
refraksi dan pengobatan. Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena
terapung pada kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik
pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea.
Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar)
ataupun normal untuk dapat menempel secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea.
Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan air mata dengan mudah masuk diantara
lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan untuk membawa makanan seperti oksigen.
Keuntungan dibandingkan dengan kaca mata biasa antara lain:

1. Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan normal


2. Lapang pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan tepi
bingkai pada kaca mata.

Selain itu dapat pula dilakukan pembedahan. Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer
adalah dengan cara LASIK atau bedah dengan sinar laser. Pada lasik yang diangkat adalah
bagian tipis dari permukaan kornea yang kemudian jaringan bawahnya dilaser. Pada lasik dapat
terjadi hal-hal berikut : kelebihan koreksi, koreksi kurang, silau, infeksi kornea, ataupun
kekeruhan pada kornea. Terapi bedah lain yang dapat dilakukan antara lain penanaman lensa
buatan di depan lensa mata, pengangkatan lensa, radikal keratotomi dan Automated Lamelar
Keratoplasty (ALK).

Sumber: www.perdami.or.id

Read More »

Katarak
Posted by admin on February 20th, 2011
Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat penambahan
cairan di lensa, pemecahan protein lensa, atau kedua-duanya.

Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati di dunia pada saat ini.
Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap
pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan
kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait usia). Sejumlah
kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi, retinitis pigmentosa, trauma, uveitis,
miopia tinggi, pengobatan tetes mata steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik
(diabetes, galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela kongenital,
distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak turunan, radiasi sinar X).

Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan menurun.
Secara umum, penurunan tajam penglihatan berhubungan langsung dengan kepadatan katarak.
Gbr 1 : Perbedaan Penglihatan benda
pada mata normal dan mata katarak

Gejala dan Tanda


Gejala utama yang dijumpai adalah penglihatan berkabut dan penglihatan yang semakin kabur.
Pada gejala awal dapat terjadi penglihatan jauh kabur sedangkan penglihatan dekat sedikit
membaik dibandingkan sebelumnya (second sight). Bila kualitas lensa memburuk atau terjadi
kelelahan maka second sight ini akan menghilang. Gejala lain yang dijumpai pada katarak senilis
adalah penigkatan rasa silau (glare). Pada lensa mata penderita katarak akan tampak bayangan
putih. Selain itu dapat pula terjadi pandangan ganda, rabun senja dan terkadang membutuhkan
cahaya yang lebih terang untuk membaca.

Gbr 2 :Mata tanpa katarak Gbr 3 : Mata dengan katarak

Tata laksana
Satu-satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari mata
(ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular :

 Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.


 Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan
diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa
intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Kejadian komplikasi
setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
 Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang
menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang
kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini
kurang efektif pada katarak yang padat.

Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien mungkin meninggal
sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka pengangkatan lensa
akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada >90% kasus. Sisanya mungkin telah mengalami
kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina,
atau infeksi yang mengambat pemulihan daya pandang. Adanya lensa intraokular dan lensa
kontak kornea menyebabkan penyesuaian penglihatan setelah operasi katarak menjadi lebih
mudah dibandingkan sewaktu hanya tersedia kacamata katarak yang tebal.

Epidemiologi
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%
orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara
65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.

Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding
pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan
dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.

Pemeriksaan
Pada pasien katarak, dapat dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan
biasanya akan sangat berkurang.

Sumber: klikdokter.com

Read More »

Glaukoma
Posted by admin on February 20th, 2011

Definisi
Adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan dalam bola mata
(Tekanan Intra Okular = TIO) yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang
pandang. Penyakit ini disebabkan:

 Bertambahnya produksi humor akueus (cairan mata) oleh badan siliar


 Berkurangnya pengeluaran humor akueus (cairan mata) di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil.

Aliran Humor Akueus (cairan mata)


Terdapat 2 rute dalam pengeluaran humor akueus
1. Melalui jaringan trabekular

Sekitar 90% humor akueus dikeluarkan melalui jalur ini. Dari sini akueus akan disalurkan ke
kanal schlemm kemudian berakir di vena episklera.

1. Melalui jaringan uveoskleral

Mempertanggung jawaban 10% dari pengeluaran akueus .

Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian glaukoma antara lain :

1. glaukoma sudut terbuka (glaukoma kronis)


2. glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut)

Pemeriksaan penunjang untuk menilai glaukoma secara klinis

1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata normal
berkisar antara 10-21 mmHg.
2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor akueus.
Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah terbuka, sempit
atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur rasio
cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata
melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang
signifikan.
4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan
menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang
karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.

Glaukoma Akut
Merupakan glaukoma yang terjadi secara tiba-tiba dengan sumbatan aliran humor akueus yang
lebih komplit. Nama lainnya adalah glaukoma sudut tertutup primer.
Epidemiologi
Terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian yang
bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. sering terjadi
pada kedua mata.

Gejala
Gejala-gejala yang ada antara lain :

 Keluhan :
o penglihatan kabur mendadak

o nyeri hebat

o mual

o muntah

o melihat halo (pelangi disekitar objek)

 Pemeriksaan Fisik :
o Visus sangat menurun

o TIO meninggi

o Mata merah

o Kornea suram

o Bilik mata depan dangkal

o Rincian iris tidak tampak

o Pupil sedikit memlebar, tidak bereaksi terhadap sinar

o Diskus optikus terlihat merah dan bengkak


Penatalaksanaan

 Terapi medikamentosa

Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat sistemik (obat yang
mempengaruhi seluruh tubuh)
A. obat sistemik


o Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena (acetazolamide
500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat minum lepas lambat 250mg 2x
sehari
o Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah
glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat
ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif
lagi.
o Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.

B. obat tetes mata lokal


o Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan
TIO.
o Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
o Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x dengan jarak 15 menit
kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai pencegahan
pada mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum iridektomi pencegahan
dilakukan.
 Terapi Bedah
o Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal
ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
o Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.

Glaukoma Kronis
Merupakan glaukoma yang terjadi perlahan-lahan dengan ciri-ciri :


o Kerusakan seraf optikus glaukomatosa

o Kerusakan lapangan pandang glaukomatosa

o TIO beberapa kali berulang lebih tinggi dari 21 mmHg

o Usia dewasa

o Sudut bilik mata depan terbuka dan terkesan normal

o Tidak adanya penyebab sekunder lainnya

Umumnya terjadi pada kedua mata akan tetapi tidak terdapat kesamaan pada perburukannya.
Nama lainnya adalah glaukoma sudut terbuka primer.

Epidemiologi
Glaukoma kronis merupakan glaukoma yang tersering, mengenai sekitar 1 dari 200 seluruh
populasi yang berusia lebih dari 40 tahun dan jumlahnya semakin meningkat sesuai dengan usia.
Pria dan wanita mempunyai angka kejadian yang sama dan lebih sering mengenai kulit hitam
dibandingkan kulit putih.

Faktor keturunan juga berperan terjadinya keadaan ini karena TIO, cara pengeluaran akueus dan
ukuran diskus optikus dipengaruhi oleh genetik. Secara umum risiko terjadinya glaukoma pada
saudara kandung sekitar 10% sedangkan pada keturunan sebanyak 4%.

Gejala klinis
Dari keluhan pasien umumnya penglihatannya yang makin menurun. Bahkan jika berlangsung
cukup lama pasien akan mengeluhkan kehilangan penglihatan pada salah satu mata sedangkan
mata yang lainnya menurun penglihatannya. Hal ini sesuai dengan teori dimana glaukoma kronik
dimana umumnya kedua mata akan terkena meski perburukan keduanya tidak sama. Selain itu
karena TIO yang meningkat pasien juga akan mengeluhkan adanya nyeri pada mata, sakit kepala
dan perasaan seperti melihat halo (pelangi di sekitar objek) karena pembengkakkan pada kornea.

Gejala
1. Penurunan lapang pandang
2. Peningkatan TIO. Terdapat perbedaan 5 mmHg antara kedua mata perlu dicurigai adanya
peningkatan yang abnormal.
3. Sudut bilik mata depan terbuka
4. Perubahan pada diskus optikus. Tampak kerusakan nervus optikus glaukomatosa atau
terdapat ketidaksamaan pada cekungan pada pemeriksaan rutin.
5. Tidak terdapat sebab lain yang dapat menyebabkan glaukoma kronik

Penatalaksanaan

 Terapi obat-obatan

Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang diberikan adalah
penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol) atau simpatomimetik
(adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek samping obat diberikan dengan dosis terendah
dan frekuensi pemberiannya tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol)
meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya.

Jika pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat, mengganti
jenis obat atau menambah dengan obat lain.

 Terapi bedah
o Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan
medikamentosa yang maksimal.
o Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti gagal, atau kontraindikasi
dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang lebih rendah lagi

Anda mungkin juga menyukai