Anda di halaman 1dari 9

Mengurai Penyebab Terjadinya Retur SP2D

Oleh: Nur Fatoni Kepala KPPN Manokwari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah salah satu produk
kebijakan pemerintah yang digunakan sebagai salah satu instrumen untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur. APBN merupakan rincian daftar yang dibuat secara
sistematis berisi rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran.
Pencairan dana APBN dilakukan melalui transfer dana dari Rekening Kas Umum Negara
(RKUN) ke rekening pihak penerima sesuai yang tercantum pada Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D).
Alur proses pencairan dana APBN dimulai dari satuan kerja membuat Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan tagihan
pembayaran yang dimilikinya lalu mengajukannya kepada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) mitra kerjanya, dilengkapi dengan Arsip Data Komputer
(ADK). Atas dasar SPM dan ADK dari satuan kerja, KPPN membuat SP2D dan melakukan
pencairan dana dengan cara transfer dari RKUN kepada bank mitra kerja KPPN untuk
diteruskan kepada bank dimana penerima dana membuka rekening.
Dalam proses pencairan dana tersebut dapat terjadi kegagalan transfer dana ke
rekening pihak penerima. Bank menolak memindahbukukan dana SP2D ke rekening
penerima antara lain karena kesalahan nomor rekening, kesalahan nama pemilik rekening,
kesalahan nama bank, rekening ditutup dan rekening pasif. Saat ini sistem kerja perbankan
sangat disiplin dan ketat. Dengan alasan keamanan, bank tidak dapat menerima kesalahan
nama, nomor rekening dan kepastian pencantuman kode wilayah bank. Menurut Munandar
(2015), rekening penerima dana SP2D berasal dari berbagai bank di Indonesia, jika ada
sedikit ketidakcocokan data maka sistem bank akan menolak membayarkan. Penolakan bank
untuk mencairkan dana ke rekening pihak penerima tersebut biasa disebut dengan retur
SP2D. Sesuai dengan Peraturan Direktur Jeneral (Perdirjen) Perbendaharaan Nomor PER-
09/PB/2018 tentang Tata Cara Penyelesaian Retur Surat Perintah Pencairan Dana, Retur
SP2D didefinisikan sebagai penolakan/pengembalian atas pemindahbukuan dan/atau
transfer pencairan APBN dari bank penerima kepada bank pengirim. Dalam bahasa
sederhananya, SP2D sudah terbit namun uangnya tidak masuk ke rekening penerima.
Berdasarkan Laporan Arus Kas Konsolidasian tahun anggaran 2017 yang berasal dari
KPPN di seluruh Indonesia selaku Kuasa BUN di daerah, nilai transaksi retur SP2D sejumlah
Rp5,5 triliun (Zain, 2018). Sementara berdasarkan data Online Monitoring SPAN (OMSPAN)
jumlah retur SP2D yang ada pada KPPN Manokwari selama periode tahun 2017 hingga
tanggal 14 Juni 2019 sebanyak 826 transaksi dengan nilai sejumlah Rp44,69 miliar.
Kegagalan transfer dana ke rekening pihak penerima pembayaran memberikan
dampak yang kurang baik bagi semua pihak, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan
dan segera melakukan tindakan penyelesaiannya jika terlanjur terjadi. Masing-masing KPPN
(termasuk KPPN Manokwari) telah melakukan upaya-upaya guna mencegah dan
meminimalisir terjadinya retur SP2D, namun upaya yang telah dilakukan saat ini dirasa belum
optimal, sehingga retur SP2D masih terjadi dan cukup tinggi. Hal ini terjadi karena langkah
antisipadi dan upaya pencegahannya tidak mendasarkan pada akar masalah yang
menyebabkan terjadinya retur SP2D. Tulisan ini mencoba untuk menjabarkan dan
menguraikan hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya retur SP2D. Sehingga pada akhirnya
solusi dan langkah yang diambil bisa lebih tepat dan optimal.

Gambaran Retur SP2D pada KPPN Manokwari

Selama periode dari tahun 2017 Tabel 1


hingga bulan Juni tahun 2019 jumlah Jumlah Retur SP2D pada KPPN Manokwari

transaksi retur SP2D pada KPPN Manokwari Tahun SP2D Nilai (Rp)
berdasarkan data OMSPAN sebanyak 826 2017 372 24.766.722.762
transaksi dengan nilai sejumlah 2018 281 15.599.990.583
Rp44,69 miliar. Berdasarkan Tabel 1, jumlah
2019*) 173 4.324.819.850
transaksi retur semakin berkurang baik
Total 826 44.691.533.195
berdasarkan jumlah maupun nilainya, namun Sumber: OMSPAN. diolah
*) Posisi s.d. tgl. 14 Juni 2019
jumlah dan nilainya masih relatif tinggi. Lebih-
lk
lebih pada tahun 2019 yang masih berjalan setengah tahun, namun jumlah transaksi retur
SP2D sudah akan mendekati jumlah transaksi retur SP2D pada tahun 2018.
Jumlah transaksi retur SP2D bila dikelompokkan berdasarkan jenis SP2D yang
diterbitkan oleh KPPN Manokwari selama periode tahun 2017 sampai dengan bulan Juni
tahun 2019, maka komposisinya adalah sebagai mana dalam Tabel 2.
Tabel 2
Jumlah Retur SP2D Berdasarkan Jenis SP2D pada KPPN Manokwari

Jenis 2017 2018 2019 Jumlah

SP2D Penerima Retur % Penerima Retur % Penerima Retur % Penerima Retur %

Gaji 145.012 24 0,02 124.217 15 0,01 23.917 7 0,03 293.146 46 0,02

Non Gaji 49.784 335 0,67 58.293 255 0,44 18.794 162 0,86 126.871 752 0,59

Retur 325 13 4,00 355 11 3,10 37 4 10,81 717 28 3,91

Total 195.121 372 0,19 182.865 281 0,15 42.748 173 0,40 420.734 826 0,20
Sumber: OMSPAN. diolah
*) Posisi s.d. tgl. 14 Juni 2019
Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas, selama periode tahun 2017 hingga bulan Juni
2019 jumlah transaksi retur SP2D semakin berkurang, dari semula tahun 2017 sebanyak 372
transaksi, tahun 2018 sebanyak 281 transaksi, dan tahun 2019 sebanyak 173 transaksi.
Namun, apabila dilihat dari persentasenya justru tahun 2019 yang memiliki persentase
tertinggi, yaitu sebesar 0,40% dibanding tahun 2017 sebesar 0,19% dan tahun 2018 sebesar
0,15%. Kenaikan persentase pada tahun 2019 ini merata pada semua jenis SP2D, dan jenis
SP2D pembayaran kembali retur SP2D yang diretur kembali merupakan persentase tertinggi
pada setiap tahun.
Bila dilihat berdasarkan alasan terjadinya retur SP2D yang disampaikan oleh Bank
Operasional mitra kerja KPPN, dengan mengkelompokkan menjadi 3 (tiga) alayasan, yaitu

Tabel 3 (1). Account Closed (rekening


Alasan Retur SP2D pada KPPN Manokwari pihak penerima pembayaran
Alasan Retur 2017 2018 2019 Total % sudah dittutup oleh Bank), (2).

Accound Closed 90 39 35 164 19,85 Dormant (rekening pihak penerima


Dormant 50 23 4 77 9,32 pembayaran pasif/tidak aktif), dan
Account Credit (3). Account Credit Invalid/Not
232 219 134 585 70,82
Invalid/ Not Found
Found (adanya kesalahan
Total 372 281 173 826 100,00
Sumber: OMSPAN. diolah penulisan nomor dan/atau nama
*) Posisi s.d. tgl. 14 Juni 2019
lk rekening pihak penerima
pembayaran) dapat digambarkan sebagai mana dalam Tabel 3 di atas.
Berdasarkan Tabel 3 tersebut di atas, selama periode tahun 2017 hingga bulan Juni
2019 yang menjadi alasan terbesar bank penerima menolak memindahbukukan dana SP2D
ke rekening pihak penerima pembayaran adalah karena “adanya kesalahan penulisan nomor
dan/atau nama rekening pihak penerima pembayaran” atau sebesar sebesar 70,82%.
Selanjutnya berturut-turut karena “rekening pihak penerima pembayaran sduah ditutup” atau
sebesar 19,85%, dan “rekening pihak penerima pembayaran tidak aktif” atau sbesar 9,32%.
Sementara, bila dilihat dari Tabel 4
5 (lima) besar Kementerian 5 K/L dengan Jumlah Retur SP2D Terbesar
pada KPPN Manokwari
Negara/Lembaga (K/L) dengan
K/L 2017 2018 2019 Total
jumlah retur SP2D terbanyak
018 Kementerian Pertanian 30 73 10 113
adalah sebagaimana dalam Tabel
025 Kementerian Agama 116 80 14 210
4 di samping kanan. Berdasarkan 033 Kementerian Pekerjaan Umum dan
45 15 37 97
Perumahan Rakyat
Tabel 4 ini, selama periode tahun
060 Kepolisian Negara Republik
17 27 5 49
2017 hingga bulan Juni 2019 Indonesia
067 Kementerian Desa Pembangunan
nampak Kementerian Agama 48 14 8 70
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Sumber: OMSPAN. diolah
(Kemenag) sebagai K/L dengan *) Posisi s.d. tgl. 14 Juni 2019
lk
jumlah retur SP2D terbanyak,
disusul secara berturut-turut diikuti oleh Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) .
Apabila dilihat dari jumlah satuan kerja dari masing K/L tersebut di atas, Kemenag
memiliki 30 satuan kerja, Kementan memiliki 15 satuan kerja, Kemen PUPR memiliki 18
satuan kerja, Kemendes PDTT memiliki 5 satuan kerja, dan Polri memiliki 25 satuan kerja.
Kecuali Kemendes PDTT, 4 K/L lainnya memiliki satuan kerja sebanyak 15 ke atas. Disamping
memiliki satuan kerja yang cukup banyak, Kemenag dan Polri juga memiliki jumlah pegawai
yang cukup banyak. Sementara, satuan kerja Kementan dan Kemendes PDTT hampir
semuanya adalah instansi Pemerintah Daerah sebagai pengelola dana Dekonsentrasi dan
dana Tugas Pembantuan. Jumlah satuan kerja dan pegawai yang relatif cukup banyak akan
mengakibatkan jumlah transaksi juga cukup banyak, sehingga potensi terjadinya retur SP2D
juga akan cukup tinggi. Sedangkan tipe satuan kerja dan kualitas sumber daya manusia
pengelola dana APBN juga akan memperngaruhi terjadi tidaknya retur SP2D.

Dampak dari Retur SP2D

Terjadinya retur SP2D dapat menimbulkan beberapa dampak, baik bagi pihak
penerima pembayaran, satuan kerja, dan KPPN itu sendiri. Bagi pihak penerima pembayaran
yaitu pegawai, pengusaha atau masyarakat, terjadinya retur SP2D mengakibatkan hak untuk
mendapatkan pembayaran secara tepat waktu tertunda atau tidak terpenuhi. Kegagalan
transfer dana ke rekening pegawai atau masyarakat dapat mengakibatkan daya belinya
menurun, serta tertundanya atau bahkan gagalnya pemenuhan kebutuhan dan pelaksanaan
kegiatan yang telah direncanakannya. Sementara bagi pihak ketiga atau pengusaha,
kegagalan transfer dana dapat mempengaruhi operasional perusahaan dan perputaran
bisnisnya terutama pengusaha yang memiliki modal relatif kecil.
Bagi satuan kerja, terjadinya retur SP2D selain mengakibatkan penyerapan dana bagi
satuan kerjanya menjadi lambat, juga akan menambah beban pekerjaan. Setelah
mendapatkan surat pemberitahuan terjadinya retur SP2D dari KPPN, satuan kerja
berkewajiban untuk segera menindaklanjuti dan menyampaikan data perbaikan nama pemilik
dan/atau nomor rekening pihak penerima pembayaran kepada KPPN. Semakin sering dan
banyak terjadinya retur SP2D, maka semakin bertambah beban pekerjaan bagi satuan kerja
untuk menindaklanjutinya.
Sementera bagi KPPN, terjadinya return SP2D selain menambah beban pekerjaan
bagi KPPN juga bisa berdampak terhadap citra KPPN. Setelah mendapatkan informasi
terjadinya retur SP2D lewat aplikasi SPAN atau OMSPAN, KPPN berkewajiban membuat dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan Retur SP2D kepada satuan kerja dilampiri daftar retur
SP2D. Semakin sering dan banyak terjadinya retur SP2D, maka semakin banyak pula surat
pemberitahuan yang harus dibuat dan disampaikan oleh KPPN kepada satuan kerja. Begitu
juga setelah ada surat balasan dari satuan kerja terkait data perbaikan nama pemilik dan/atau
nomor rekening pihak penerima pembayaran, maka KPPN berkewajiban untuk segera
memproses pembayaran kembali melalui mekanisme penerbitan SPP, SPM, dan SP2D.
Dampak lain bagi KPPN yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu
diwaspadai adalah dampak yang mengakibatkan penurunan citra dan kinerja layanan KPPN.
Bagi masyarakat atau pihak ketiga (pengusaha) yang tidak berhubungan langsung dengan
KPPN dan tidak mengetahui dengan baik mekanisme pencairan dana APBN atau satndar
layanan KPPN, namun dia memiliki hak tagih kepada negara dan hak untuk menerima
pembayaran atas prestasi dan kinerja yang telah dilakukannya, maka terjadinya retur SP2D
bisa jadi dia beranggapan jika layanan dan mekanisme pencairan dana APBN pada KPPN
membutuhkan waktu yang cukup lama. Pengalaman dan persepsi dari masyarakat dan
pengusaha tersebut bisa mengakibatkan citra dan kinerja layanan KPPN dianggap masih
buruk.

Faktor Penyebab Terjadinya Retur SP2D

Munculnya retur SP2D akibat bank penerima menolak melakukan transfer dana SP2D
ke rekening pihak penerima pembayaran. Ada beberapa alasan mengapa bank penerima
melakukan hal tersebut, yaitu antara lain karena kesalahan nomor rekening, kesalahan nama
pemilik rekening, kesalahan nama bank, rekening ditutup dan rekening pasif. Menurut Portal
KPPN (2016), retur SP2D bisa terjadi karena hal-hal diantaranya: (1). nama pemilik rekening
pada SPM salah, (2). nomor rekening pada SPM salah, (3). nama bank penerima salah, (4).
rekening tidak aktif, (5). rekening tutup, dan (6). rekening pasif. Sementara menurut Sumantri
(2017) terjadinya retur SP2D dikarenakan berbagai alasan, seperti adanya kesalahan
nama/nomor rekening pada SP2D dengan data perbankan, kesalahan penulisan nama bank
penerima, dan rekening tidak aktif/tutup.
Beberapa alasan yang dijadikan dasar oleh bank penerima untuk menolak melakukan
transfer dana SP2D ke rekening pihak penerima pembayaran sebagaimana dikemukakan di
atas memang mengakibatkan terjadinya retur SP2D. Namun, hal tersebut setelah dilakukan
penelitian bukanlah sebagai faktor utama yang menyebabkan terjadinya retur SP2D,
melainkan sebagai faktor antara atas terjadinya retur SP2D. Dengan kata lain, adanya
permasalahan dalam pengelolaan pencairan dana APBN pada satuan kerja dan KPPN
sehingga mengakibatkan seperti terjadinya kesalahan penulisan nama/nomor rekening dan
nama bank, serta adanya rekening sudah ditutup/tidak aktif sebagai alamat tujuan
pembayaran. Pada akhirnya, adanya kesalahan tersebut mengakibatkan bank penerima
menolak melakukan transfer dana SP2D ke rekening pihak penerima pembayaran atau lebih
dikenal dengan retur SP2D. Untuk bisa memberikan gambaran yang lebih jelas atas
hubungan pokok masalah sebagai penyebab utama, penyebab antara, dan akibatnya
(terjadinya retur SP2D) dapat dilihat pada Gambar 1 di bawan ini.

Alasan Bank
Faktor menolak
Penyebab melakukan Retur SP2D
transfer
Gambar 1. Hubungan antara Faktor yang Menjebabkan Terjadinya Retur SP2D

Dalam suatu proses produksi barang atau layanan membutuhkan masukan (input) dan
akan menghasilan keluaran (output). Input terdiri dari sumber daya baik manusia maupun
bahan, dan sistem atau metode, sedangkan output dari proses produksi tersebut bisa berupa
barang atau jasa (layanan). Ungkapan “garbage in garbage out” nampaknya dapat dijadikan
sebagai ‘spirit” untuk mendapatkan kinerja dan kualitas hasil yang lebih baik dari suatu proses
produk barang atau layanan. Agar pengelolaan APBN dapat dilakukan secara profesional,
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, maka diperlukan para pengelola yang memiliki
integritas, profesionalisme,dan kompetensi di bidangnya, serta didukung tata kelola yang baik
(bisnis proses yang jelas dan sistem aplikasi yang handal). Dengan demikian, terjadi tidaknya
return SP2D akan sangat dipengaruhi oleh kualitas dari pegawai pengelola APBN satuan kerja
dan petugas KPPN (kompetensi, ketelitian, dan kecermatan) serta SOP terkait pencairan
dana APBN. Berikut analisa dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya retur SP2D
tersebut:

1. Kualitas SDM Pengelola APBN Satuan Kerja


Dapat dikatakan terjadinya retur SP2D akibat kesalahan pencantuman nomor/nama
rekening bank pada SP2D atau nomor rekening tidak aktif/sudah ditutup. Pencantuman
nomor/nama rekening bank pada SP2D berasal dari data SPM lewat pendaftaran data
supplier atau data kontrak oleh satuan kerja kepada KPPN. Kesalahan
pencantuman/penginputan nomor/ nama rekening bank pada data supplier atau data kontrak
terbawa pada SPM dan SP2D. Proses pencantuman/penginputan nomor/nama rekening bank
pada data supplier atau data kontrak hingga terbitnya SPM terjadi dan dilakukan oleh
pegawai/petugas satuan kerja. Sehingga kualitas pejabat/pegawai pengelola APBN pada
satuan kerja akan sangat menentukan terjadi tidaknya retur SP2D. Kualitas pejabat/pegawai
satuan kerja tersebut dalam wujud pengetahuan, pemahaman, dan kompetensinya di bidang
perbendaharaan negara serta komitmennya untuk melakukan pengelolaan keuangan negara
secara profesional, transparan, dan akuntabel.
Berdasarkan tabel 3 tersebut di atas, alasan terbesar atau sebesar 70,82% bank
menolak melakukan transfer ke rekening pihak penerima adalah adanya kesalahan nomor/
nama rekening (Account Credit Invalid/ Not Found). Kesalahan nomor/nama rekening bermula
dari kesalahan penginputan/pencantuman nomor/nama rekening pada data supplier atau data
kontrak oleh satuan kerja. Hal ini menunjukkan terjadinya kekurangcermatan atau
kekurangtelitian pegawai satuan kerja dalam melaksanakan pekerjaan. Selanjutnya,
berdasarkan tabel 4 tersebut di atas, terlihat terjadinya retur lebih banyak pada satuan kerja
K/L yang berasal dari Pemerintah Daerah (DIPA Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) yaitu
Kementan dan Kemendes PDTT. Sementara tingginya retur SP2D pada Kemenag karena
jumlah satuan kerja dan pegawainya yang cukup banyak, dan pegawai pengelola APBN-nya
rata-rata bukan berlatar berpendidikan ekonomi.
Selain itu tingginya retur SP2D yang mengakibatkan dampak kerugian bagi semua
pihak, juga juga disebabkan oleh kurangnya komitmen dan perhatian para pejabat/pegawai
satuan kerja untuk melakukan pengelolaan APBN secara profesional. Hal ini terbukti saat
adanya aturan atau kebijakan baru yang disampaikan dan disosialisasikan lewat sosialisasi
atau bimtek, respondan tingkat kehadiran berkisar 75% dari total undangan. Selain itu,
pegawai yang menghadiri undangan bukanlah pejabat perbendaharaan satuan kerja (KPA,
PPK maupun PPSPM) sebagaimana yang tertulis dalam undangan. Sehingga berakibat
informasi yang disampaikan tidak dapat langsung diterima oleh para pejabat perbendaharaan
satuan kerja yang berkompeten.

2. SOP Pendaftaran Supplier dan Data Kontrak


Sejak diimplementasikannya aplikasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
(SPAN) mulai tahun 2014 dalam pengelolaan APBN, untuk pelaksanaan pembayaran
mengharuskan adanya Data Supplier, yaitu informasi terkait dengan pihak yang berhak
menerima pembayaran atas beban APBN yang memuat paling kurang informasi pokok,
informasi lokasi, dan informasi rekening. Data tersebut diinput pada aplikasi SAS (Sistem
Aplikasi Satker) dan kemudian oleh pegawai/petugas satuan kerja disampaikan kepada KPPN
untuk didaftarkan pada aplikasi SPAN.
Sesuai Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2013 tentang Pengelolaan Data
Supplier dan Data Kontrak dalam Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara,
pendaftaran data supplier ke SPAN dilakukan secara otomatis pada saat satuan kerja
menyampaikan ADK SPM atau ADK Kontrak ke KPPN. Selanjutnya KPPN akan melakukan
validasi atas data supplier tersebut. Berdasarkan hasil validasi, KPPN melakukan: (1).
persetujuan dan menerbitkan Laporan Pendaftaran Supplier yang memuat NRS (Nomor
Register Supplier) apabila data supplier telah memenuhi ketentuan validasi; atau (2).
penolakan dan menerbitkan Laporan Penolakan Informasi Supplier apabila data supplier tidak
memenuhi ketentuan validasi. Laporan Pendaftaran Supplier dan Laporan Penolakan
Informasi Supplier akan dikirimkan secara otomatis oleh SPAN ke alamat e-mail yang
dicantumkan pada data supplier yang didaftarkan.
Berdasarkan SOP pendaftaran data supplier sebagaimana diatur dalam Perdirjen
Perbendaharaan Nomor PER-558/PB/2013 tersebut di atas, tidak ada kewajiban KPPN untuk
melakukan verifikasi dan validasi atas kebenaran penginputan data rekening pada ADK data
supplier dengan rekening koran atau buku tabungan. Kedua dokumen tersebut tidak menjadi
hal yang dipersyaratkan untuk dilampirkan saat pengajuan pendaftaran data supplier.
Validasi terhadap ADK supplier dilakukan hanya dalam rangka: (1). pemenuhan isian data
supplier sesuai ketentuan validasi aplikasi SPAN; dan (2). menghindari duplikasi data.
Dengan demikian, kesalahan penginputan data rekening akan terbawa sampai dengan
penerbitan SP2D oleh KPPN yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya retur SP2D.

3. Kualitas SDM KPPN


Sesuai Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-558/PB/2013, tidak ada kewajiban dan
tugas bagi petugas FO (front office) KPPN untuk melakukan verifikasi atas kebenaran
penginputan data rekening sesuai rekening koran atau buku tabungan, serta mengecek status
rekening apakah masih aktif atau tidak. Namun, untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya
retur SP2D diperlukan kualitas SDM KPPN untuk membuat inovasi dan terobosan. Misalnya,
KPPN dapat membuat SOSP internal terkait pelaksanaan verifikasi atas data rekening pada
ADK supplier dengan rekening koran atau buku tabungan. Untuk itu, diminta dan dihimbau
kepada satuan kerja saat menyampaikan ADK data supplier juga melampirkan rekening koran
atau buku tabungan. Begitu juga untuk menghindari terjadinya retur SP2D akibat rekening
sudah ditutup atau tidak aktif, maka perlu diminta dan dihimbau kepada satuan kerja saat
mengajukan SPM denan tipe supplier 6 disertai dengan lampiran surat konfirmasi dari bank
yang menyatakan nomor/nama rekening yang tercantum pada SPM dalam kondisi masih aktif.
Keberhasilan proses verifikasi data rekening tersebut sangat tergantung pada
kemauan dan cara pendekatan dan pemberian pemahaman oleh KPPN kepada satuan
kerjanya. Untuk itu, KPPN bisa menuangkan mekanisme verifikasi pendaftaran data supplier
dalam rangka untuk mencegah terjadinya retur SP2D dalam suatu SOP internal KPPN.

Rekomendasi
Meningat dampak yang ditimbulkan oleh retur SP2D merugikan semua pihak maka
perlu adanya langkah dan upaya untuk meminimalisir terjadinya retur SP2D hingga
terwujudnya zero retur SP2D. Langkah dan upaya yang perlu dilakukan dan
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya standarisasi kompetensi bagi pejabat perbendaharaan satuan kerja, untuk
menjamin tingkat kualitas dan komitmennya dalam pengelolaan APBN secara profesional,
akuntabel, dan transparan;
2. Perlu adanya perbaikan SOP tentang Pengelolaan Data Supplier dan Data Kontrak, untuk
memberikan kewenangan bagi petugas FO KPPN melakukan verifikasi atas kebenaran
data rekening saat pengajuan pendaftaran data supplier dan data kontrak; dan
3. Perlunya dijajaki peluang untuk membangun sistem yang terkoneksi secara host to host
dengan sistem perbankan, sehingga pada saat SPM diajukan oleh satuan kerja dan belum
menjadi SP2D sudah tervalidasi data rekeningnya.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2013 tanggal 30 Desember


2013 tentang Pengelolaan Data Supplier dan Data Kontrak dalam Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara.
Peraturan Direktur Jeneral Perbendaharaan Nomor PER-09/PB/2018 tentang Tata Cara
Penyelesaian Retur Surat Perintah Pencairan Dana.
Munandar, Aries. (2015). Evaluasi Penyelesaian Retur Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) Satuan Kerja Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Banjarmasin.
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Portal KPPN. (2016). Mekanisme Penyelesaian dan Penatausahaan Retur SP2D Setelah
SPAN. https://portalkppn.com/pd/retur/mekanisme-penyelesaian-retur-setelah-span/
(diakses tanggal 16 Juni 2019).
Sumantri, Joko (2017). Penyelesaian Dana Retur SP2D: Studi Kasus Pada Kantor Bayar
KPPN Jakarta V. Jurnal Manajemen Keuangan Publik PKN STAN Vol, No.2
Zain, Ahmad Fuad (2018). Retur SP2D, Akibat dan Mekanisme Percepatan Penyelesaiannya.
Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat, Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Edisi 24 Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai