Anda di halaman 1dari 35

Studi Kasus SPKPD

Studi Kasus 1

STUDI KASUS MATA DIKLAT SPKPD - ASET

Neraca Pemerintah Kabupaten X menyajikan saldo akun sebagai berikut.

No. Akun Saldo per 31-12-2020 Saldo per 31-12-2019


1 Kas dan Setara Kas Rp248.662.899.541,17 Rp222.267.751.002,11
2 Piutang Rp41.712.782.898,30 Rp40.932.980.268,42
3 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp23.319.783.577,82 Rp19.544.780.386,85
4 Persediaan Rp30.936.729.407,35 Rp34.507.820.124,62
5 Investasi Jangka Panjang Rp62.878.747.688,67 Rp60.805.951.978,43
6 Aset Tetap Rp 5930533824799,7 Rp5575061935264,09
7 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp 2251431359214,32 Rp 2001632946703,2
8 Dana Cadangan Rp20.000.000.000,00 Rp0,00
9 Aset Lainnya Rp6.621.280.665,28 Rp6.764.793.216,33
10 Kewajiban Rp79.713.534.033,21 Rp16.568.499.632,41
11 Ekuitas Rp3.987.303.475.088,23 Rp3.903.005.205.575,30

Untuk kelancaran pelaksanaan anggaran, Bupati X telah menunjuk bendahara pengeluaran,


bendahara penerimaan, dan pengurus barang di masing-masing OPD melalui SK Bupati X Nomor 03/SK-
IV/01/2020 tanggal 3 Januari 2020.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas penatausahaan kas, persediaan, dan aset tetap pada sepuluh
OPD menunjukkan permasalahan sebagai berikut.
a. Terdapat 60 Rekening Belum Didukung SK Penetapan oleh Kepala Daerah
Untuk melaksanakan kegiatan operasional, bendahara pengeluaran dan bendahara penerimaan
OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten X telah membuka rekening sebanyak 60 buah terdiri dari
59 rekening dikelola bendahara pengeluaran dan satu rekening dikelola bendahara penerimaan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa seluruh rekening-rekening tersebut belum didukung SK
penetapan oleh kepala daerah.
b. Rekening yang Tidak Digunakan Lagi Belum Ditutup
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa pada Tahun 2020 terjadi perubahan penunjukan
bank untuk penempatan rekening dana BOS dan BLUD, dari semula ditempatkan pada BPD Intan
ke BEST. Untuk rekening dana BOS terjadi pada triwulan IV, sedangkan BLUD terjadi pada triwulan
I. Kepala daerah menjelaskan bahwa perubahan penunjukan bank tersebut berdasarkan beberapa
pertimbangan antara lain untuk menggerakkan perekonomian di bidang perbankan pada wilayah
Kabupaten X, menghindari monopoli atas penempatan dana milik pemerintah daerah hanya di BPD

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 1


Studi Kasus SPKPD

Intan, serta upaya untuk peningkatan perolehan manfaat dari bank-bank umum yang ada dalam hal
pemberian CSR.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa atas sepuluh rekening penampungan dana BOS yang tidak
digunakan lagi belum ditutup dengan saldo per 31 Desember 2020 sebesar Rp38.899.200,25.
c. Bendahara Penerimaan RSUD Y Tidak Menyelenggarakan Pencatatan BKU
Selama Tahun 2020, bendahara penerimaan hanya menyusun laporan penerimaan dan penyetoran
setiap bulan. Laporan tersebut dibuat berdasarkan buku setoran tunai dari loket pendaftaran/kasir,
buku catatan manual setoran dari petugas jaga Instalasi Farmasi,
Selama Tahun 2020, bendahara penerimaan pembantu tidak pernah menyusun BKU untuk
mencatat seluruh transaksi pendapatan yang dikelola. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
penyusunan laporan bulanan dilakukan oleh staf honorer yang ditunjuk lisan membantu tugas
bendahara penerimaan pembantu. Penatausahaan berupa penyusunan dokumen pendukung
administrasi pendapatan dilakukan oleh staf pembantu. Tugas sehari-hari bendahara penerimaan
pembantu hanya menerima fisik setoran yang, menyimpan, dan menyetorkan ke kas daerah.
d. Bendahara Penerimaan RSUD Y Tidak Menyetorkan Setiap Hari Kas atas Pendapatan yang
Diterima ke RKUD Maupun Rekening Penampungan Sementara
Pada bulan Juli 2020, manajemen rumah sakit membuka rekening di BPD Intan AC#119006093.
Pembukaan rekening telah didukung penetapan bupati melalui SK nomor
188.45/381/KEP/434.013/2020 tanggal 18 November 2020.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bendahara penerimaan diketahui bahwa rekening tersebut
digunakan untuk menampung uang deposit pasien suspek Covid-19 (sambal menunggu hasil PCR)
serta menampung dana klaim dari BPJS Kesehatan. Apabila hasil PCR menunjukkan bahwa pasien
suspek tersebut positif, maka uang deposit akan dikembalikan ke pasien karena biaya perawatan
akan ditagihkan ke Kementerian Kesehatan.
Hasil pemeriksaan atas buku setoran, laporan bulanan, rekening koran, dan hasil cash opname
menunjukkan bahwa bendahara penerimaan tidak menyetorkan pendapatan yang diterima ke
RKUD atau rekening AC#119006093 setiap hari. Penyetoran ke kas daerah umumnya dilakukan 2
s.d. 20 hari kalender.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 2


Studi Kasus SPKPD

e. Terdapat Pajak Pusat Telah Dipungut Namun Belum Disetorkan ke Kas Negara
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas bukti pembayaran pajak oleh bendahara pengeluaran pada
lima OPD menunjukkan terdapat pajak atas transaksi belanja Tahun 2020 telah dipungut namun
belum disetorkan ke kas negara, dengan rincian sebagai berikut.

No. Nama Sekolah Kode MAP Nilai Pajak (Rp)


1 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 411211 3.324.000,00
2 Dinas Pendidikan 411124 20.600,00
3 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 411124 302.000,00
411211 1.510.000,00
4 Bappedalitbang 411124 110.180,00
411211 709.091,00
Jumlah 5.975.871,00
f. Dana Kas Berupa Uang Jaminan Pasien Tidak Dicatat
Sesuai karakteristiknya yang melaksanakan pola pengelolaan keuangan BLUD, RSUD X mengelola
dana kas yang bukan miliknya. Dana kas dimaksud berupa uang jaminan pasien. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kabag TU dan Kepala Ruang Mawar, praktik pemberlakuan uang jaminan
pasien dilaksanakan pada Ruang Rawat Mawar (ruang bersalin). Namun demikian, praktik tersebut
tidak tertutup juga dilaksanakan pada enam ruang rawat inap lain yang dimiliki oleh RSUD X.
Uang jaminan pasien merupakan uang yang diterima oleh rumah sakit dari pasien/keluarga pasien
rawat inap Jamkesda, Jampersal, dan JKN. Uang jaminan pasien tersebut digunakan sebagai
jaminan karena persyaratan administrasi yang disampaikan kepada rumah sakit belum lengkap.
Uang jaminan pasien diberikan kepada rumah sakit pada saat pasien keluar sebesar nilai tagihan
atas pelayanan yang diberikan selama pasien dirawat.
Uang jaminan pasien akan dikembalikan kepada pasien/keluarga pasien apabila persyaratan
administrasi telah dilengkapi. Dalam praktik pelaksanaan, apabila dalam jangka waktu tiga hari kerja
persyaratan administrasi tidak dilengkapi, maka uang jaminan pasien tersebut akan disetorkan ke
rekening sebagai pendapatan pelayanan. Uang jaminan pasien dikelola oleh petugas kasir rumah
sakit sebanyak dua orang.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa petugas kasir tidak menyelenggarakan pencatatan atas
uang jaminan pasien yang dikelola selama Tahun 2020. Satu-satunya dokumen yang dapat dijadikan
pengujian alternatif adalah buku laporan harian yang disusun oleh petugas ruang rawat inap.
Namun demikian, hasil pemeriksaan atas buku tersebut menunjukkan bahwa pencatatan pasien
yang dirawat bercampur antara pasien umum dan pasien Jamkesda/Jampersal/JKN. Selain itu,
petugas ruang rawat inap juga tidak mencatat besaran nilai jaminan untuk masing-masing pasien

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 3


Studi Kasus SPKPD

(apabila ada), karena memang peruntukan buku laporan harian tidak dibuat sebagai bentuk
pencatatan atas uang jaminan pasien.
Praktik uang jaminan pasien diperbolehkan sebagai bentuk pengendalian untuk memastikan agar
pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit kepada pasien Jampersal, JKN, dan Jamkesmas
akan mendapatkan penggantian karena kelengkapan persyaratan administrasi telah terpenuhi.
Namun demikian, manajemen rumah sakit seharusnya mendesain bentuk prosedur pengendalian
secara baku yang berlaku dan yang harus dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait.

g. Penatausahaan Persediaan Obat di RSUD Y Tidak Memadai


Pada tanggal 17 Februari 2021, Tim BPK bermaksud melakukan pemeriksaan stock opname
persediaan di Instalasi Farmasi RSUD X. Namun pemeriksaan tersebut tidak dapat dilakukan karena
tidak tersedia catatan persediaan per kondisi tanggal tersebut. Atas permasalahan tersebut, Tim
BPK menyampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Plt. Inspektur.
Menindaklanjuti permasalahan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan Plt
Inspektur dan Kepala BPPKAD telah melakukan perbaikan penataan persediaan serta membantu
manajemen rumah sakit menyusun catatan atas mutasi persediaan selama Tahun 2021 yang dikelola
Instalasi Farmasi RSUD X.
Selanjutnya, pada saat pemeriksaan terinci, Tim BPK melakukan pemeriksaan stock opname pada
tanggal 15 Maret 2021. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari 39 jenis obat yang diuji petik,
seluruhnya tidak didukung catatan mutasi Tahun 2020. Namun demikian, dari 39 jenis obat yang
diuji petik, sebanyak 19 jenis obat belum didukung catatan mutasi persediaan di Tahun 2021
sedangkan sisanya sebanyak 20 jenis persediaan telah didukung catatan mutasi Tahun 2021.
Hasil perhitungan tarik mundur pemeriksaan stock opname menunjukkan bahwa dari 20 jenis
persediaan tersebut, terdapat tiga jenis obat dengan saldo per 31 Desember 2020 berbeda dengan
yang dilaporkan. Hasil pemeriksaan juga menunjukkan bahwa selain disimpan di Instalasi Farmasi,
persediaan juga disimpan di tiga ruangan lainnya. Ruangan lainnya tersebut antara lain ruang
konsultasi dokter. Pada saat pemeriksaan diketahui bahwa terdapat kardus pembungkus
persediaan dengan kondisi rusak, meskipun barang persediaan yang disimpan di dalamnya tidak
kadaluwarsa karena bersifat tahan lama (kapas). Pendingin ruangan di tempat tersebut juga tidak
berfungsi dengan penerangan kurang.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 4


Studi Kasus SPKPD

h. Terdapat Aset Tetap yang Dipinjampakaikan kepada Institusi yang Tidak Memenuhi Kriteria
Berdasarkan dokumen perjanjian pinjam pakai yang diadministrasikan oleh Bidang Aset BPPKAD,
terdapat 42 bidang tanah dengan luas 14.614 m2 serta enam bangunan dengan luas total 1.390 m2
yang berstatus dipinjampakaikan kepada sembilan institusi baik pemerintah, swasta, maupun
organisasi kemasyarakatan dengan rincian sebagai berikut.

Jenis Aset Tetap yang


Keterangan
Dipinjampakaikan
No. Nama Institusi
Tanah Bangunan
3
(m ) (m3)
1 PDAM X 11.189 580 BUMD
2 RRI X 275 200 Lembaga Penyiaran Publik
3 Fatayat NU Kabupaten X 450 - Organisasi Kemasyarakatan
4 Muslimat NU Kabupaten X 450 - Organisasi Kemasyarakatan
5 BAWASLU 600 260 Satker Pemerintah Pusat
6 TK A 200 - TK Binaan PKK Kabupaten
7 TK B 200 - TK Binaan PKK Kabupaten
8 TK C 200 - TK Binaan PKK Kabupaten
9 TK D 200 - TK Binaan PKK Kabupaten
10 TK E 200 - TK Binaan PKK Kabupaten
11 MPC Pemuda Pancasila Kabupaten X 200 100 Organisasi Kemasyarakatan
12 FPTI Kabupaten X 150 100 Federasi Olahraga di bawah KONI
13 PMI Kabupaten X 300 150 Organisasi Perhimpunan Nasional
Jumlah 14.614 1.390

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat lima institusi yang tidak memenuhi kriteria
untuk dapat melakukan pinjam pakai BMD milik Pemerintah Kabupaten X yaitu PDAM X, RRI X,
Fatavat NU Kabupaten X, Muslimat NU Kabupaten X, dan MPC Pemuda Pancasila Kabupaten X.
Sesuai dengan Pasal 30 ayat (1) PP Nomor 28 Tahun 2020, pinjam pakai BMD hanya dapat
dilaksanakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian, pemanfaatan BMD oleh lima institusi
seharusnya dilaksanakan selain dalam bentuk pinjam pakai.
Sesuai data KIB, aset tetap tanah yang dipinjampakaikan kepada Fatayat NU dan Muslimat NU
berlokasi di Jalan Makboel Kecamatan X. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa di atas
tanah tersebut telah berdiri bangunan sebagai kantor sekretariat. Hal tersebut tidak sesuai
perjanjian pinjam pakai yang telah disepakati.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 5


Studi Kasus SPKPD

Pertanyaan:
Berdasarkan uraian kasus di atas, peserta diklat diharapkan untuk:
1. Mengidentifikasi siapa saja pengelola keuangan daerah yang yang terkait dalam pengelolaan aset
(kas dan setara kas, persediaan, dan aset tetao) di Pemerintah Kabupaten X;
2. Menguraikan kelemahan pengendalian yang dilakukan oleh masing-masing pengelola keuangan
daerah terkait;
3. Mengusulkan perbaikan atas kelemahan pengendalian yang terjadi dalam pengelolaan aset (kas
dan setara kas, persediaan, dan aset tetap).

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 6


Studi Kasus SPKPD

Studi Kasus 2

STUDI KASUS MATA DIKLAT SPKPD - PENDAPATAN DAERAH

Pemerintah Kota X telah menganggarkan Pendapatan Pajak Daerah TA 2021 sebesar


Rp640.526.276.598,00 dengan realisasi sebesar Rp361.067.598.382,00 atau 56,73% dari anggaran.
Rincian anggaran dan realisasi pendapatan pajak daerah TA 2021 dan realisasi pada Tahun 2020
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah Kota X TA 2021

Anggaran 2021 Realisasi 2021 Realisasi 2020


No Jenis Pajak Daerah %
(Rp) (Rp) (Rp)

1 Pajak Hotel 26.000.000.000,00 24.000.000.000,00 92,31 21.070.809.433,00

2 Pajak Restoran 45.000.000.000,00 31.700.000.000,00 70,44 30.000.000.000,00

3 Pajak Hiburan 6.500.000.000,00 2.883.790.044,00 44,37 3.805.101.995,00

4 Pajak Reklame 9.000.000.000,00 8.894.749.122,00 98,83 7.496.118.362,00

5 Pajak Penerangan Jalan 130.000.000.000,00 108.853.228.082,00 83,73 106.648.682.956,00

6 Pajak Parkir 1.500.000.000,00 1.248.055.300,00 83,20 1.384.529.900,00

7 Pajak Air Tanah 1.000.000.000,00 1.084.030.457,00 108,40 911.062.239,00

8 Pajak Sarang Burung Walet 15.000.000,00 15.000.000,00 100,00 15.000.000,00

Pajak Mineral Bukan Logam 35.234.135.218,00 83,89 36.668.894.560,00


9 42.000.000.000,00
dan Batuan

10 Pajak BPHTB 301.511.276.598,00 82.469.278.746,00 27,35 68.991.556.893,00

11 Pajak Bumi dan Bangunan 78.000.000.000,00 64.685.331.413,00 82,93 62.578.387.788,00

Jumlah 640.526.276.598,00 361.067.598.382,00 56,73 339.570.144.126,00

Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 7


Studi Kasus SPKPD

Sesuai dengan SOTK Pemerintah Kota X, pengelolaan Pajak Daerah dilaksanakan oleh Badan
Pendapatan Daerah (Bapenda). Susunan Organisasi Bapenda Kota X dapat dirinci sebagai berikut:

a. Kepala Badan;
b. Sekretariat (Sub Bagian Umum, Sub Bagian Keuangan, dan Sub Bagian Program);
c. Bidang Pendataan dan Penetapan (Sub Bidang Pendataan dan Pendaftaran, Sub Bidang
Penetapan, dan Sub Bidang Informasi Pendapatan Daerah);
d. Bidang Penagihan dan Pemeriksaan (Sub Bidang Penagihan, Sub Bidang Pemeriksaan, dan Sub
Bidang Pembinaan WP);
e. Bidang Pengendalian dan Pelaporan (Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan dan Sub Bidang
Evaluasi dan Pengendalian); dan
f. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).

Hasil pemeriksaan secara uji petik pada Pajak Restoran, Pajak Hotel, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), dan Pajak Reklame menunjukkan permasalahan sebagai berikut.

a. Pemerintah Kota X belum memanfaatkan hasil kajian potensi pajak dalam menetapkan target
pendapatan Pajak Restoran
Pada Tahun 2020 Bapenda Kota X bekerjasama dengan Pusat Studi Keuangan Daerah Universitas Y
telah melakukan kajian atas potensi penerimaan pajak dan retribusi daerah yang dipungut oleh
Pemerintah Kota X. Hasil kajian dimuat dalam Laporan Riset Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
Kota X Tahun 2020 sesuai gambar berikut.

Gambar 1. Kajian Potensi Pajak dan Reribusi Daerah Kota X Tahun 2020

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 8


Studi Kasus SPKPD

Berdasarkan hasil kajian tersebut diketahui bahwa potensi Pajak Restoran dihitung dari proyeksi
rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan selama lima tahun terakhir (2016 – 2020), namun
penghitungan potensi pada kajian tersebut tidak digunakan sebagai salah satu pertimbangan
dalam menetapkan target pajak daerah setiap tahun. Berdasarkan hasil kajian diketahui proyeksi
pendapatan pajak restoran Tahun 2021 dari seluruh wajib pajak adalah sebesar
Rp31.500.000.000,00, namun dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bapenda diketahui
taget pendapatan Pajak Restoran ditetapkan sebesar Rp45.000.000.000,00, lebih tinggi sebesar
Rp13.500.000.000,00 atau 30% dari hasil kajian. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan jumlah
pendapatan pajak Restoran yang dapat direalisasikan oleh Bapenda Kota X Tahun 2021 adalah
sebesar Rp31.700.000.000,00 atau hanya 70,44% dari target dalam APBD. Berdasarkan keterangan
dari Kepala Bapenda dan Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan diketahui bahwa hasil kajian
potensi pajak dan retribusi daerah tidak diinformasikan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah
pada saat penyusunan APBD TA 2021. Angka yang dijadikan sebagai target pendapatan Pajak
Restoran hanya bersumber dari anggaran tahun lalu ditambah dengan kenaikan sebesar 33,33%.

b. Basis Data Wajib Pajak Hotel Belum Lengkap dan Mutakhir


Untuk mengoptimalkan penerimaan PAD dari sektor pajak daerah, Pemerintah Kota X telah
menetapkan sistem dan prosedur administrasi pajak daerah. Sistem dan prosedur ini mengatur tata
cara pengelolaan administrasi perpajakan dalam suatu proses yang berkesinambungan. Urutan
pengelolaan pajak daerah dimulai dengan penghimpunan data objek dan subjek pajak daerah oleh
Pemerintah Daerah. Pada Pemerintah Kota X, prosedur pendaftaran dan pendataan pajak daerah
diatur dalam peraturan sebagai berikut:
1) Peraturan Walikota Nomor 14 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pendataan dan
Penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2); dan
2) Peraturan Walikota Nomor 12 Tahun 2016 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak
Daerah. Lingkup peraturan ini meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, dan Pajak Air Tanah.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 9


Studi Kasus SPKPD

Berdasarkan database wajib pajak hotel diketahui jumlah wajib pajak terdata Tahun 2021 sebanyak
245 dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Wajib Pajak Hotel Kota X Tahun 2021

No Klasifikasi WP Hotel Jumlah


1 Hotel Bintang 5 4
2 Hotel Bintang 4 13
3 Hotel Bintang 1 - 3 26
4 Hotel Melati 47
5 Losmen/Guest House/Wisma 73
6 Rumah Kos (Lebih dari 10 Pintu) 82
Jumlah 245

Hasil perbandingan dengan informasi yang dimuat dalam Buku Kota X dalam Angka Tahun 2021
yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota X diketahui jumlah hotel dan/atau
penginapan yang beroperasi di Kota X Tahun 2021 adalah sebanyak 294 hotel dan/atau penginapan
lainnya, sehingga terdapat selisih sebanyak 49 hotel dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. Perbedaan Jumlah Hotel pada Kota X Menurut Data Bapenda dengan Data BPS
Tahun 2021

Jumlah Data
No Klasifikasi Hotel Bapenda Jumlah Data Menurut Selisih
BPS
1 Hotel Bintang 5 4 6 2
2 Hotel Bintang 4 13 14 1
3 Hotel Bintang 1 - 3 26 33 7
4 Hotel Melati 47 52 5
5 Losmen/Guest House/Wisma 73 88 15
6 Rumah Kos (Lebih dari 10 Pintu) 82 101 19
Jumlah 245 294 49

Permintaan keterangan kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan Pajak menyatakan bahwa
atas selisih jumlah hotel dan/atau penginapan lainnya tersebut terjadi karena Bapenda belum
melakukan pendataan kembali data wajib pajak hotel. Pendataan terakhir dilakukan pada Tahun

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 10


Studi Kasus SPKPD

2018 dengan laporan jumlah wajib pajak hotel terdata sebanyak 245 hotel dan belum dimutakhirkan
sampai dengan Tahun 2021.
Pemeriksaan lebih lanjut secara uji petik pada lima hotel yang belum terdata menunjukkan kelima
hotel tersebut telah beroperasi secara penuh sejak Tahun 2020 dengan total omset sebesar
Rp45.550.000.000,00 sesuai rincian pada Tabel berikut.

Tabel 4. Jumlah Omset Lima Hotel pada Kota X yang Belum Terdata Tahun 2020 dan 2021

No Nama WP Hotel Omset Omset Total


2020 (Rp) 2021 (Rp) Omset (Rp)
1 Hotel A
3.000.000.000,00
4.000.000.000,00 7.000.000.000,00
2 Hotel B
4.500.000.000,00
5.500.000.000,00 10.000.000.000,00
3 Hotel C
9.000.000.000,00 18.585.000.000,00
9.585.000.000,00
4 Hotel D
4.700.000.000,00 11.220.000.000,00
6.520.000.000,00
5 Hotel E
7.825.000.000,00
8.135.000.000,00 15.960.000.000,00

Jumlah 29.025.000.000,00 33.740.000.000,00 62.765.000.000,00

Sesuai dengan Peraturan daerah Kota X Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
diketahui bahwa tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% dari omset penjualan yang dilaporkan,
sehingga berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui Pemerintah Kota X telah kehilangan potensi
pendapatan Pajak Hotel minimal sebesar Rp6.276.500.000,00 (10% x Rp62.765.000.000,00).
Potensi kehilangan pendapatan sebenarnya lebih tinggi dari nilai tersebut karena belum
memperhitungkan omset 44 Wajib Pajak hotel lainnya yang belum terdata.

c. Penetapan dan Penagihan PBB-P2 Belum Dilakukan atas Seluruh Wajib Pajak Terdaftar
Penghitungan pajak daerah merupakan salah satu rangkaian kegiatan pemungutan pajak sehingga
diketahui besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak (WP). Berdasarkan sifat pemungutannya, pajak
daerah dibedakan menjadi dua jenis yaitu pajak yang dipungut berdasarkan penetapan oleh kepala
daerah (official assesment system) dan pajak yang dihitung/dilaporkan/dibayar sendiri oleh WP (self

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 11


Studi Kasus SPKPD

assesment system). Dalam official assesment system, fiskus berperan aktif dalam menghitung dan
menetapkan besaran pajak yang terhutang. Jenis pajak daerah yang dipungut secara official
assesment diantaranya adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2).

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan serta Kepala Bidang
Penagihan dan Pemeriksaan, diketahui bahwa proses penetapan dan penyampaian Surat
Penetapan Pajak Terutang (SPPT) PBB P2 sebagai berikut:
1) Setelah dilakukan pembaharuan data, SPPT di cetak massal lalu didistribusikan ke kelurahan;
2) Dalam pendistribusian SPPT PBB-P2, kelurahan dibantu oleh kolektor yang ditunjuk melalui Surat
Keputusan Walikota tentang Penunjukkan Penanggungjawab, Wakil Penanggungjawab,
Koordinator Kecamatan, Koordinator Kelurahan dan Kolektor Kelurahan Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Kota X;
3) Untuk penyampaian SPPT Tahun 2021 Bapenda menyerahkan ke kecamatan, selanjutnya
kecamatan mendistribusikan ke kelurahan yang ada di dalam kawasan tersebut;
4) Di tiap kelurahan, SPPT dikelompokan ke blok-blok yang ada, dan kolektor mendistribusikan ke
WP; dan
5) WP diarahkan untuk membayar melalui kolektor, loket pembayaran di kantor kelurahan, atau
melalui Bank.

Hasil pemeriksaan terkait penetapan, pendistribusian dan penagihan SPPT PBB-P2 Tahun 2021
menunjukkan permasalah berikut.
1) Sebanyak 254 WP PBB-P2 tidak diterbitkan SPPT-nya
Berdasarkan database WP PBB-P2 diketahui bahwa jumlah WP terdata Tahun 2021 adalah
sebanyak 29.433, namun penelusuran pada aplikasi SISMIOP dan catatan Bidang Pendataan dan
Penetapan Pajak Bapenda menunjukkan jumlah SPPT yang diterbitkan Tahun 2021 hanya
sebanyak 29.179 sehingga terdapat selisih sebanyak 254 WP yang tidak ditetapkan pajaknya.
Berdasarkan keterangan dari Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan Pajak Bapenda diperoleh
informasi bahwa WP tersebut merupakan WP yang terdata telah menunggak lebih dari 5 Tahun
dan subjek pajaknya tidak dapat ditemui saat pendistribusian SPPT. Atas kondisi ini Kepala
Bapenda mengambil kebijakan untuk menghentikan penerbitan SPPT atas WP tersebut sampai
subjek pajak nya dapat ditelusuri keberadaannya.
2) Sebanyak 6.258 SPPT tidak diterima Wajib Pajak

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 12


Studi Kasus SPKPD

Berdasarkan data penyampaian dan penagihan SPPT diketahui bahwa atas SPPT yang telah
diterbitkan belum seluruhnya terdistribusi kepada WP, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 5. Distribusi SPPT PBB-P2 Tahun 2021

Jumlah SPPT Terbit Jumlah SPPT Jumlah SPPT Jumlah SPPT Tidak % Tase Nilai SPPT
Disampaikan Ke Disampaikan ke Terdistribusi
Kolektor WP
29.433 29.433 23.175 6.258 21,26% 2.300.000.000,00

Dari tabel di atas diketahui bahwa persentase SPPT yang dikembalikan karena tidak terdistribusi
masih cukup tinggi yaitu sebesar 21,26%. Menurut keterangan Kepala Bidang Penagihan dan
Pemeriksaan pajak hal tersebut disebabkan karena WP tidak berada di tempat, Objek Pajak (OP)
tidak ditemukan, sudah beralih fungsi, terdapat OP ganda, dan permasalahan data lainnya
sehingga SPPT tidak dapat disampaikan sampai batas waktu yang ditetapkan yaitu tanggal 30
September setiap tahun. Penelusuran lebih lanjut diketahui bahwa sampai dengan saat ini belum
terdapat upaya dari Bapenda untuk memvalidasi dan memverifikasi data wajib pajak PBB-P2
yang teridentifikasi tidak valid sehingga nilai sebesar Rp2.300.000.000,00 juga tercatat sebagai
penambah nilai piutang Tahun 2021. Piutang tersebut berpotensi tidak dapat tertagih karena
belum akuratnya nama dan alamat WP tersebut.

d. Penerimaan PBB-P2 Belum Disetorkan Ke Kas Daerah Sebesar Rp75.000.000,00


Berdasarkan dokumen Surat Tanda Setor (STS) yang di arsipkan oleh Bendahara Penerimaan
Bapenda diketahui realisasi pendapatan PBB-P2 Tahun 2021 yang telah diterima oleh Kas Daerah
adalah sebesar Rp64.685.331.413,00 dengan rincian sebesar Rp60.485.331.413,00 disetorkan
langsung oleh WP ke Kas Daerah, sedangkan sisanya sebesar Rp4.200.000.000,00 merupakan
setoran PBB-P2 yang dipungut oleh kolektor kelurahan dan penyetorannya di lakukan oleh
Bendahara Penerimaan Pembantu pada masing-masing UPTD. Berdasarkan pencatatan
penerimaan PBB-P2 oleh Bendahara Penerimaan Pembantu dengan uji petik pada UPTD Z
diketahui bahwa jumlah Penerimaan PBB-P2 adalah sebesar Rp985.000.000,00, namun
penelusuran atas dokumen STS menunjukkan jumlah penyetoran ke Kas Daerah hanya sebesar
Rp910.000.000,00 sehingga terdapat selisih sebesar Rp75.000.000,00 (Rp985.000.000,00 –
Rp910.000.000,00).

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 13


Studi Kasus SPKPD

Berdasarkan keterangan dari Bendahara Penerimaan Pembantu UPTD Z diketahui bahwa


penerimaan PBB-P2 sebesar Rp75.000.000,00 tidak disetorkan ke kas daerah, namun digunakan
secara langsung untuk biaya-biaya pada UPTD Z. Pengujian lebih lanjut diketahui atas biaya-biaya
tersebut tidak dilaporkan dalam realisasi belanja UPTD Z Tahun 2021.

e. Pendapatan Pajak Reklame Lebih Saji sebesar Rp250.000.000,00


LRA Pemerintah Kota X untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun 2021
menyajikan realisasi Pendapatan Pajak Reklame sebesar Rp8.894.749.122,00. Hasil
pemeriksaan menunjukkan penerimaan sebesar Rp250.000.000,00 bukan pembayaran atas
Pajak Reklame Tahun 2021, namun penyetoran jaminan pembongkaran reklame oleh 35 WP
kepada Bapenda. Berdasarkan keterangan Kepala Sub Bagian Keuangan selaku Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD) pada Bapenda, diketahui bahwa jaminan tersebut akan
dikembalikan kepada WP apabila seluruh reklame yang dipasang telah dibongkar setelah masa
tayang reklame berakhir, sedangkan apabila setelah masa tayang reklame WP tidak melakukan
pembongkaran, maka Bapenda akan menyetorkan uang jaminan tersebut ke kas daerah dan
dicatat sebagai Pendapatan Lain-Lain oleh Pemerintah Daerah. Berdasarkan uraian tersebut
diketahui bahwa pencatatan realisasi Pajak Reklame lebih besar dari jumlah yang seharusnya
sebesar Rp250.000.000,00.

Keterangan lebih lanjut dari Kasubag Keuangan diketahui bahwa kurang jelasnya informasi
pada dokumen STS yang dilampirkan oleh WP reklame membuat pihak Bapenda tidak memiliki
cukup informasi mengenai klasifikasi penyetoran tersebut. Selain itu Kasubag Keuangan juga
tidak melakukan rekonsiliasi rutin dengan Kepala Bidang Pengendalian dan Pelaporan Pajak
untuk membandingkan Laporan penerimaan Pajak Reklame dengan jumlah yang dicatat dalam
LRA Bapenda.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 14


Studi Kasus SPKPD

Pertanyaan:

Berdasarkan uraian kasus di atas diharapkan kepada peserta diklat untuk:


1. Mengidentifikasi siapa saja pengelola keuangan daerah yang terlibat dalam pengelolaan pajak
daerah pada Pemerintah Kota X.
2. Jelaskan kelemahan masing-masing pihak tersebut dalam mengelolaa pendapatan pajak daerah.
3. Usulkan perbaikan yang harus dilakukan oleh masing-masing pengelola keuangan daerah tersebut
agar pengelolaan pajak daerah pada Kota X menjadi lebih optimal.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 15


Studi Kasus SPKPD

Studi Kasus 3

STUDI KASUS MATA DIKLAT SPKPD – BELANJA

Pada TA 2021, Pemerintah Provinsi Y menganggarkan Belanja Barang dan Jasa sebesar
Rp345.063.507.542,00 dengan realisasi sebesar Rp340.021.558.600,00 atau sebesar 98,54%. Realisasi
tersebut diantaranya merupakan belanja perjalanan perjalanan dinas pada 10 SKPD total sebesar
Rp40.437.101.531,00 dengan rincian pada Tabel berikut.

Tabel Anggaran dan Realisasi Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah pada 10 SKPD

TA 2021

No. SKPD Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)


Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian
1 4.776.030.000,00 4.674.717.206,00
dan Pengembangan Daerah
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
2 2.520.444.865,00 2.071.018.153,00
Daerah
3 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 640.375.000,00 596.917.900,00
Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi
4 1.556.810.000,00 1.393.717.126,00
Daerah
Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
5 2.309.495.000,00 2.158.270.000,00
Pemukiman
6 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1.530.781.300,00 1.472.205.547,00
7 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 2.143.653.400,00 2.100.524.250,00
8 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1.150.608.600,00 1.005.027.130,00

9 Sekretariat Daerah 11.571.545.000,00 10.964.696.966,00


10 Sekretariat DPRD 15.976.432.000,00 14.000.007.253,00
Total 44.176.175.165,00 40.437.101.531,00

Kegiatan perjalanan dinas TA 2021 pada Provinsi Y diatur dengan Keputusan Gubernur Provinsi
Y Nomor 123/III.3/2020 tanggal 31 Desember 2020 yang kemudian diubah dengan Keputusan Gubernur
Provinsi Y Nomor 158/III.3/ 2021 tanggal 11 Juni 2021 tentang Standar Satuan Harga Perjalanan Dinas
bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap. Untuk pembayaran perjalanan dinas Gubernur,
Wakil Gubernur, Ketua DPRD dan Wakil Ketua DPRD mengacu pada Keputusan Gubernur Provinsi Y

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 16


Studi Kasus SPKPD

Nomor 148/III.3/2020 yang kemudian diubah dengan Keputusan Gubernur Provinsi Y Nomor
169/III.3/2021 tentang Standar Satuan Harga Perjalanan Dinas bagi Gubernur, Wakil Gubernur dan
Pimpinan serta Anggota DPRD.

Komponen biaya perjalanan dinas terdiri dari biaya transportasi, biaya akomodasi, uang harian,
dan uang representasi. Sesuai ketentuannya, biaya transportasi dan biaya akomodasi
dipertanggungjawabkan sesuai realnya (at cost), sedangkan uang harian dan uang representasi
dibayarkan secara lumpsum sesuai jumlah hari perjalanan dinas.

Hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti pertanggungjawaban realisasi belanja perjalanan dinas


pada 10 SKPD tersebut diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Bukti-bukti pertanggungjawaban perjalanan dinas


BPK telah melakukan pengujian atas bukti-bukti pertanggungjawaban at cost atas biaya
transportasi berupa tiket transportasi pesawat udara dan biaya akomodasi berupa kuitansi/nota
hotel/penginapan. Pengujian juga dilakukan dengan mengonfirmasi kebenaran transportasi
perjalanan berdasarkan manifest untuk maskapai GI dan SWJ yang datanya telah tersedia di
database sistem informasi di BPK. Sementara untuk maskapai LA, BA dan WA, BPK mengonfirmasi
secara tertulis kepada pihak LA Group. Selain itu, BPK juga mengonfirmasi kebenaran biaya
akomodasi pada 10 hotel/penginapan melalui surat pada tanggal 21 Februari 2022 kepada para
manager hotel, yaitu Hotel AB, Hotel BC, Hotel CD, Hotel DE, Hotel EF, Hotel FG, Hotel GH, Hotel HI,
Hotel IJ, Hotel JK, Hotel KL dan Hotel LM.

Hasil pengujian atas nilai bukti-bukti pertanggungjawaban at cost tersebut serta hasil
konfirmasi kepada pihak terkait atas tiket transportasi pesawat udara dan biaya akomodasi
diketahui ketidaksesuaian bukti-bukti pelaksanaan perjalanan dinas dengan kondisi sebenarnya
sebesar Rp1.114.737.792,00 dengan rincian pada Tabel berikut.

Tabel Rekapitulasi Bukti-bukti Perjalanan Dinas Tidak Sesuai Kondisi Sebenarnya

No. SKPD Nilai (Rp) Keterangan


Badan Perencanaan Tidak terkonfirmasi maskapai, kelebihan pembayaran
1 Pembangunan Penelitian dan 21.411.000,00 uang harian diklat/seminar/ sosialisasi, kelebihan
Pengembangan Daerah pembayaran uang penginapan

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 17


Studi Kasus SPKPD

No. SKPD Nilai (Rp) Keterangan


Kelebihan pembayaran uang harian diklat/
Badan Pengelolaan Keuangan
2 25.280.611,00 seminar/sosialisasi, perbedaan nama invoice hotel
dan Aset Daerah
dengan pelaksana perjalanan dinas.
Kelebihan pembayaran uang harian diklat/
Badan Penanggulangan seminar/sosialisasi, pembayaran melebihi invoice, tidak
3 141.198.900,00
Bencana Daerah terkonfirmasi hotel, kelebihan pembayaran uang
representasi dan uang harian
Kelebihan pembayaran uang harian, Pembayaran
Badan Pengelolaan Pajak dan
4 33.812.212,00 melebihi invoice, kelebihan pembayaran uang harian
Retribusi Daerah
diklat/seminar/sosialisasi
Kelebihan pembayaran uang representasi, kelebihan
Dinas Perumahan Rakyat
5 34.772.100,00 pembayaran uang harian untuk pelaksanaan
Kawasan Pemukiman
diklat/seminar/ sosialisasi,
Dinas Pekerjaan Umum dan Kelebihan pembayaran uang harian dan representasi,
6 32.925.281,00
Penataan Ruang peningapan tidak terkonfirmasi.
Kelebihan pembayaran uang harian dan representasi,
Dinas Pendidikan dan
7 87.991.669,00 penginapan tidak terkonfirmasi, visum SPPD tidak asli,
Kebudayaan
pembayaran melebihi invoice
Kelebihan pembayaran uang harian dan representasi,
Dinas Perindustrian dan
8 157.120.349,00 kelebihan pembayaran uang penginapan, penginapan
Perdagangan
tidak terkonfirmasi hotel,
Kelebihan pembayaran Uang Harian dan representasi,
9 Sekretariat Daerah 347.659.376,00 penginapan tidak terkonfirmasi hotel, pembayaran
melebihi invoice, kelebihan pembayaran uang harian
Kelebihan pembayaran Uang Harian dan representasi,
10 Sekretariat DPRD 232.566.294,00 penginapan dan tiket pesawat tidak terkonfirmasi,
pembayaran melebihi invoice,
Total 1.114.737.792,00

Hasil dari pemeriksaan tersebut telah disampaikan kepada masing-masing bendahara pengeluaran
untuk diklarifikasi kepada para pelaksana perjalanan dinas. Seluruh ketidaksesuaian tersebut telah
diklarifikasi kepada para pelaksana perjalanan dinas.

b. Pembayaran Ganda Perjalanan Dinas


Hasil pemeriksaan secara uji petik atas dokumen pertanggungjawaban pelaksanaan
perjalanan dinas diketahui terdapat pembayaran atas dua atau lebih penugasan perjalanan dinas

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 18


Studi Kasus SPKPD

dalam waktu bersamaan pada tujuh SKPD sehingga terdapat kelebihan pembayaran perjalanan
dinas sebesar Rp516.819.590,00 dengan rekapitulasi disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel Kelebihan Bayar Perjalanan Dinas Ganda

Kelebihan Bayar Perjalanan


No. SKPD
Dinas Ganda

1 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 123.659.900,00

2 Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah 75.432.700,00

3 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman 76.443.600,00

4 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 56.432.000,00

5 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 32.876.000,00

6 Sekretariat Daerah 65.432.190,00


7 Sekretariat DPRD 86.543.200,00
Jumlah 516.819.590,00

c. Selisih setoran atas SPJ Rampung


Realisasi belanja perjalanan dinas luar daerah TA 2021 pada Sekretariat Daerah, Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, serta Sekretariat DPRD adalah sebesar
Rp27.035.722.372,00. Jumlah tersebut merupakan nilai pembayaran atas biaya kegiatan perjalanan
dinas pada kedua SKPD tersebut. Pembayaran biaya perjalanan dinas dilaksanakan dengan
mekanisme langsung atau dengan SP2D LS ke Bendahara Pengeluaran. Bendahara Pengeluaran
kemudian membayarkannya kepada masing-masing pelaksana perjalanan dinas. Setelah perjalanan
dinas selesai dilaksanakan, para pelaksana menyampaikan bukti-bukti pertanggungjawaban
kepada Bendahara Pengeluaran. Bukti-bukti pertanggungjawaban atas seluruh realisasi
pembayaran tersebut telah disampaikan ke Bendahara Pengeluaran masing-masing SKPD tersebut.

Hasil pengujian atas bukti-bukti pertanggungjawaban kegiatan perjalanan dinas pada kedua
SKPD tersebut, diketahui bahwa seluruh kegiatan perjalanan dinas TA 2021 telah
dipertanggungjawabkan, namun nilai bukti-bukti pertanggungjawaban rampung tersebut lebih
kecil sebesar Rp222.254.072,00 dari nilai yang telah dibayarkan, dengan rincian pada Tabel berikut.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 19


Studi Kasus SPKPD

Tabel Realisasi Kelebihan Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas yang Belum Disetorkan ke Kas
Daerah

Nilai Belanja Setoran


Total Nilai SPJ Selisih Selisih akhir
No. Nama SKPD Perjalanan Dinas Pengembalian
Rampung (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5=3-4 6 7=5-6
1. Sekretariat Daerah
10.964.696.966,00 10.785.678.000,00 101.543.600,00
179.018.966,00 77.475.366,00
2. Badan Pengelolaan Keuangan
2.071.018.153,00 2.001.549.000,00 13.546.700,00
dan Aset Daerah 69.469.153,00 55.922.453,00
3. Sekretariat DPRD
14.000.007.253,00 13.865.487.000,00 45.664.000,00
134.520.253,00 88.856.253,00
Jumlah
27.035.722.372,00 26.652.714.000,00 160.754.300,00
383.008.372,00 222.254.072,00

Berdasarkan keterangan Bendahara Pengeluaran pada tiga SKPD tersebut, selisih disebabkan
pencairan biaya perjalanan dinas melalui mekanisme SP2D-LS kepada Bendahara dan pada saat para
pegawai pelaksana perjalanan dinas menyampaikan bukti-bukti pertanggungjawaban, Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pembantu tidak memperhitungkan adanya kelebihan pembayaran.
Disamping itu, pada Sekretariat Daerah tidak ada petugas verifikator untuk TA 2021, sehingga
pelaksanaan prosedur verifikasi atas dokumen pertanggungjawaban perjalanan dinas kurang
optimal dilakukan bendahara ketika SPJ rampung. Atas kekurangan nilai bukti
pertanggungjawaban tersebut, secara nyata tidak dapat dilengkapi karena dari sisi jumlah bukti
telah benar tetapi nilainya tidak sesuai dengan jumlah yang telah dibayarkan.

d. Pembayaran biaya transportasi taksi

Komponen biaya perjalanan dinas terdiri dari biaya transportasi, biaya akomodasi, uang
harian, dan uang representasi. Untuk biaya transportasi, dalam ketentuannya merupakan
transportasi dari kota kedudukan kantor sampai dengan kota tujuan perjalanan dinas atau
sebaliknya. Sementara biaya transportasi atau taksi dari kantor kedudukan ke bandara atau
terminal tranportasi udara maupun dari bandara/terminal kota tujuan ke tempat penginapan atau
kantor tujuan serta sebaliknya tidak diatur dalam ketentuan tentang perjalanan dinas TA 2021
dalam, yaitu Keputusan Gubernur Provinsi Y Nomor 123/III.3/2020 tanggal 31 Desember 2020 yang
kemudian diubah dengan Keputusan Gubernur Provinsi Y Nomor 158/III.3/ 2021 tanggal 11 Juni 2021

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 20


Studi Kasus SPKPD

tentang Standar Satuan Harga Perjalanan Dinas bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap.
Untuk pembayaran perjalanan dinas Gubernur, Wakil Gubernur, Ketua DPRD dan Wakil Ketua DPRD
mengacu pada Keputusan Gubernur Provinsi Y Nomor 148/III.3/2020 yang kemudian diubah dengan
Keputusan Gubernur Provinsi Y Nomor 169/III.3/2021 tentang Standar Satuan Harga Perjalanan
Dinas bagi Gubernur, Wakil Gubernur dan Pimpinan serta Anggota DPRD.

Biaya transportasi taksi tersebut juga tidak diatur dalam Surat Keputusan Gubernur Provinsi
Y Nomor 131/III.2/ 2021 tentang Standarisasi Besarnya Honorarium/Gaji/Upah dan Biaya lain-lain
dalam penyusunan perencanaan/ pelaksanaan kegiatan satuan kerja perangkat daerah/unit kerja di
lingkungan Pemerintah Provinsi Y TA 2021.

Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa terdapat pembayaran biaya transportasi dari


bandara ke hotel untuk perjalanan dinas luar Kota – luar Provinsi Y yang nilainya bervariasi, namun
sebagian besar terealisasi sebesar Rp600.000,00 per orang per masing-masing kegiatan perjalanan
dinas. Dari 51 SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Y, sebanyak tujuh SKPD yang tidak
merealiasasikan pembayaran biaya transportasi taksi tersebut dengan alasan tidak ada
ketentuannya dalam SK Gubernur, yaitu Sekretariat DPRD, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan
Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah. Namun demikian, 44 SKPD
lainnya merealisasikan pembayaran biaya transportasi taksi tersebut dengan total sebesar
Rp894.910.417,00 dengan alasan mengacu pada tahun tahun sebelumnya.

Dalam proses pembayaran dan pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas di Provinsi Y


tersebut, pengelola keuangan daerah terkait tidak melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal
sesuai ketentuan yang berlaku.

Pertanyaan:

Berdasarkan uraian kasus di atas diharapkan kepada peserta diklat untuk:


1. Identifikasi siapa saja pengelola keuangan daerah yang terlibat dalam pengelolaan belanja daerah
pada Pemerintah Provinsi Y!
2. Jelaskan kelemahan masing-masing pengelola keuangan daerah beserta usulan perbaikan yang
harus dilakukan oleh masing-masing pengelola keuangan daerah tersebut!

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 21


Studi Kasus SPKPD

Studi Kasus 4

Studi Kasus Mata Diklat SPKPD – Penganggaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan Daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). Penyusunan APBD dilakukan sesuai kebutuhan
dengan memedomani Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) berdasarkan rencana pembangunan tahunan daerah atau Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu)
tahun. APBD harus ditetapkan dalam Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah (Perkada)
tentang Penjabaran APBD paling lambat tanggal 31 Desember tahun sebelumnya. APBD yang
ditetapkan melalui Perda mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dan stabilisasi. Untuk itu, semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam bentuk uang
harus dianggarkan dalam APBD. Selain itu, APBD juga menjadi dasar dalam pengelolaan keuangan
daerah dalam masa satu tahun anggaran sesuai dengan undang-undang mengenai keuangan negara.

Selama dalam pelaksanaan Perda APBD di tahun anggaran yang berkenaan, Pemerintah
Daerah dapat melakukan perubahan APBD apabila terjadi hal-hal berikut.
a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA
Perkembangan tersebut dapat berupa pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi Pendapatan
Daerah, pelampauan atau tidak terealisasinya alokasi belanja daerah, dan/atau perubahan sumber
dan penggunaan pembiayaan daerah. Perkembangan yang tidak sesuai asumsi KUA tersebut
diformulasikan dalam rancangan perubahan KUA serta perubahan PPAS berdasarkan perubahan
RKPD yang disertai penjelasan mengenai perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan
sebelumnya.
b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar organisasi, antar unit
organisasi, antar Program, antar Kegiatan, dan antar jenis belanja. Pemerintah Daerah mengatur
lebih lanjut ketentuan mengenai tata cara pergeseran anggaran
c. Keadaan yang menyebabkan SILPA tahun anggaran sebelumnya harus digunakan dalam tahun
anggaran berjalan;
d. Keadaan darurat; dan/atau
e. Keadaan luar biasa.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 22


Studi Kasus SPKPD

Perubahan APBD dilakukan dengan melakukan penambahan dan/atau pergeseran anggaran.


Ketentuan terkait dengan pergeseran anggaran berdasarkan PP 12 Tahun 2019 yaitu:
a. Pergeseran anggaran antar organisasi, antar unit organisasi, antar Program, antar Kegiatan, dan
antar jenis belanja dilakukan melalui perubahan Perda tentang APBD;
b. Pergeseran anggaran antar objek belanja dan/atau antar rincian objek belanja dilakukan melalui
perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD yang selanjutnya dituangkan dalam rancangan
Perda tentang perubahan APBD atau ditampung dalam laporan realisasi anggaran. Apabila
Pemerintah Daerah tidak melakukan perubahan APBD atau pergeseran tersebut dilakukan
setelah ditetapkannya Perda tentang perubahan APBD, maka perubahan Perkada tentang
penjabaran APBD tersebut tetap ditampung dalam laporan realisasi anggaran.
Untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah pada Tahun Anggaran (TA) 2019,
Pemerintah Kota Minas Tirith telah menetapkan Perda APBD Nomor 9 Tahun 2018 Tanggal 26
Desember 2018 tentang APBD TA 2019 dan Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2019 Tanggal 26
Desember 2018 tentang Penjabaran APBD TA 2019. Dalam pelaksanaan APBD TA 2019 tersebut,
Pemerintah Kota Minas Tirith telah melakukan perubahan Peraturan Walikota tentang Penjabaran
APBD sebanyak tiga kali sebagai berikut.

Perubahan Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD TA 2019

No. Uraian Dasar Perubahan Tanggal Jenis Perubahan

1 Peraturan Walikota Minas Tirith Nomor 27 Maret Pergeseran


Perubahan ke-1
30 Tahun 2019 2019 Anggaran

2 Peraturan Walikota Minas Tirith Nomor 25 Oktober Pergeseran


Perubahan ke-2
49 Tahun 2019 2019 Anggaran

3 Peraturan Walikota Minas Tirith Nomor 28 Pergeseran dan


Perubahan ke-3 51 Tahun 2019 November Penambahan
2019 Anggaran

Penelusuran lebih lanjut terhadap perubahan penjabaran APBD TA 2019, diketahui pergeseran
anggaran dilakukan pada seluruh tingkatan pergeseran dan terdapat penambahan anggaran, dengan
rekapitulasi sebagai berikut.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 23


Studi Kasus SPKPD

Pergeseran dan Penambahan Anggaran TA 2019

Pergeseran
Nilai Pergeseran
No. Uraian Pergeseran Jumlah Jumlah
Satuan (Rp)
Pengurangan Penambahan
Antar Unit Organisasi Unit
1 44 83 51.386.635.976,00
Organisasi

2 Antar Program dalam Unit Organisasi 27 24 Program 7.412.017.175,00

3 Antar Kegiatan dalam Program 6 5 Kegiatan 835.230.000,00

4 Antar Jenis dalam Kegiatan 10 11 Jenis 64.450.000,00

5 Antar Objek dalam Jenis 152 227 Objek 15.641.232.650,00

Antar Rincian Objek dalam Objek Rincian


6 29 30 1.676.552.150,00
Objek
Penambahan Anggaran Unit
7 - 3 16.924.144.000,00
Organisasi

Pengujian lebih lanjut diketahui atas ketiga perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD TA
2019 tersebut, tidak diikuti dengan perubahan Perda APBD TA 2019. Hal tersebut dikarenakan tidak
adanya kesepakatan Perubahan APBD TA 2019 antara DPRD Kota Minas Tirith dengan Pemerintah Kota
Minas Tirith.

Berdasarkan data dan dokumen penganggaran dapat dijelaskan kronologis perubahan APBD
Kota Minas Tirith TA 2019 sebagai berikut.
a. Perubahan APBD melalui Peraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2019
Pemerintah Kota Minas Tirith pada tanggal 18 No. telah mengusulkan pergeseran anggaran TA
2019 melalui Surat Walikota Nomor 910/1913 perihal Usulan Pergeseran Anggaran TA 2019 kepada
Pimpinan DPRD Kota Minas Tirith. Usulan tersebut memuat beberapa kegiatan yang mengalami
pergeseran anggaran antar unit kerja, antar program, antar kegiatan, dan antar jenis belanja
untuk selanjutnya ditampung dalam perubahan APBD Kota Minas Tirith TA 2019. Pergeseran
anggaran ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa pertimbangan yaitu:
1) Sifat kegiatan yang penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan penganggarannya
sudah tidak sesuai perkembangan.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 24


Studi Kasus SPKPD

2) Menyesuaikan dengan menu kegiatan Dana Kelurahan berdasarkan Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2018 tentang Kegiatan Pembangunan Saranan dan Prasarana
Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan.
3) Menyesuaikan dengan menu kegiatan dan Petunjuk Teknis pelaksanaan kegiatan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2019 dari kementerian terkait.

Usulan pergeseran tersebut telah mendapatkan persetujuan Pimpinan DPRD Kota Minas Tirith
dengan Berita Acara Nomor 06/III/2019 tentang Pergeseran Anggaran antar Unit Kerja, antar
Program, antar Kegiatan, dan antar Jenis Belanja APBD Kota Minas Tirith TA 2019. Selanjutnya,
pada tanggal 27 No. 2019 ditetapkan Peraturan Walikota Minas Tirith Nomor 30 Tahun 2019
tentang Pergeseran Penjabaran APBD TA 2019 Kota Minas Tirith.

Pergeseran terjadi melalui pengurangan anggaran belanja senilai Rp4.500.000.000,00 dan


penambahan anggaran pengeluaran pembiayaan daerah berupa Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah senilai Rp4.500.000.000,00 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Minas
Tirith Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kota Minas Tirith. Ringkasan
pergeseran anggaran sebagai berikut.

Ringkasan Pergeseran Anggaran dalam Peraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2019

Dalam Rupiah
JUMLAH
BERTAMBAH/
No. URAIAN SEBELUM
PERUBAHAN SATU (BERKURANG)
PERUBAHAN

2 BELANJA 957.477.574.367,00 952.977.574.367,00 (4.500.000.000,00)

BELANJA TIDAK
2.1 388.973.361.791,50 387.397.361.791,50 (1.576.000.000,00)
LANGSUNG

2.1.1 Belanja Pegawai 374.991.067.966,50 369.971.067.966,50 (5.020.000.000,00)

2.1.2 Belanja Hibah 7.383.500.000,00 7.747.500.000,00 364.000.000,00

2.1.3 Belanja Bantuan Sosial 0,00 3.080.000.000,00 3.080.000.000,00

Belanja Bantuan
2.1.4 633.793.825,00 633.793.825,00 0,00
Keuangan

2.1.5 Belanja Tidak Terduga 5.965.000.000,00 5.965.000.000,00 0,00

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 25


Studi Kasus SPKPD

JUMLAH
BERTAMBAH/
No. URAIAN SEBELUM
PERUBAHAN SATU (BERKURANG)
PERUBAHAN

2.2 BELANJA LANGSUNG 568.504.212.575,50 565.580.212.575,50 (2.924.000.000,00)

2.2.1 Belanja Pegawai 24.715.997.000,00 24.942.647.000,00 226.650.000,00

2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 307.278.286.542,00 309.640.495.142,00 2.362.208.600,00

2.2.3 Belanja Modal 236.509.929.033,50 230.997.070.433,50 (5.512.858.600,00)

3 PEMBIAYAAN DAERAH 61.092.831.000,00 56.592.831.000,00 4.500.000.000,00

PENERIMAAN
3.1 61.211.000.000,00 61.211.000.000,00 0,00
PEMBIAYAAN DAERAH

Sisa Lebih Perhitungan


3.1.1 Anggaran Tahun 61.211.000.000,00 61.211.000.000,00 0,00
Anggaran Sebelumnya

PENGELUARAN
3.2 118.169.000,00 4.618.169.000,00 4.500.000.000,00
PEMBIAYAAN DAERAH

Penyertaan Modal
3.2.1 (Investasi) Pemerintah 0,00 4.500.000.000,00 4.500.000.000,00
Daerah

Pembayaran Utang
3.2.2 118.169.000,00 118.169.000,00 0,00
kepada Pihak Ketiga

b. Perubahan APBD melalui Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2019

Kronologis perubahan APBD melalui Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2019 sebagai berikut:

Kronologis perubahan APBD melalui Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2019

No. Tanggal Uraian

1 7 Agustus 2019 Pemerintah Kota Minas Tirith menyampaikan Surat Nomor


907/3618 perihal Penyampaian KUA PPAS Perubahan TA 2019
kepada Pimpinan DPRD Kota Minas Tirith.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 26


Studi Kasus SPKPD

No. Tanggal Uraian

2 12 Agustus 2019 Diterbitkan Surat Edaran Walikota Minas Tirith yang ditandatangani
oleh Sekretaris Daerah Nomor 903/3692 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Perubahan (RKAP) SKPD 2019 yang
ditujukan kepada Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
lingkup Pemerintah Kota Minas Tirith.

3 2 September Pemerintah Kota Minas Tirith menyampaikan Rancangan Peraturan


2019 Daerah Kota Minas Tirith dan Rancangan Perwali Minas Tirith
kepada Ketua DPRD Minas Tirith melalui Surat Nomor 090/4051
sebagai bahan rapat pembahasan Raperda tentang Perubahan
APBD Kota Minas Tirith TA 2019.

4 19 September Walikota Minas Tirith menyampaikan Surat Nomor 910/4407 kepada


2019 Gubernur Bumi Tengah perihal Konsultansi Perubahan Anggaran
APBD Tahun 2019 yang di antaranya memuat permintaan
pertimbangan terkait langkah-langkah strategis yang tidak
melanggar ketentuan yang berlaku dalam mengatasi permasalahan
penganggaran sampai dengan akhir tahun 2019. Hal tersebut
dilakukan sehubungan dengan batas akhir persetujuan antara
pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan peraturan
daerah tentang perubahan APBD TA 2019 yang ditetapkan paling
lambat akhir bulan September 2019, namun perkembangan pada
internal DPRD diketahui belum membahas dokumen KUA
Perubahan dan PPAS Perubahan TA 2019. Gubernur Bumi Tengah
menanggapi melalui surat nomor903/6674 pada tanggal 28
Oktober 2019 perihal penyampaian Perubahan APBD TA 2019. Surat
tersebut menyatakan bahwa apabila tidak melaksanakan
Perubahan APBD TA 2019 maka dokumen yang digunakan mengacu
pada APBD tahun berjalan.

5 24 September Walikota Minas Tirith menyampaikan Surat kepada Kepala BPKP


2019 Perwakilan Bumi Tengah nomor 902/2548 perihal Petunjuk
Pelaksanaan Perubahan APBD TA 2019. Kepala BPKP Bumi Tengah

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 27


Studi Kasus SPKPD

No. Tanggal Uraian


memberikan tanggapan melalui Surat Nomor S-1717/PW20/3/2019
Tanggal 31 Oktober 2019 Perihal tanggapan atas Petunjuk
Pelaksanaan Perubahan APBD TA 2019. Surat tersebut berisi
tanggapan yaitu:
1. Pergeseran yang mengakibatkan pergeseran antar unit
organisasi, kegiatan, dan jenis belanja anggaran harus dilakukan
melalui perubahan Perda dengan mekanisme pengajuan
Raperda tentang APBD.
2. Sehubungan dengan akhir September Tahun 2019 Perda
Perubahan APBD TA 2019 belum ditetapkan, maka Kepala
Daerah melaksanakan pengeluaran yang telah dianggarkan
dalam APBD tahun anggaran berkenaan.
3. Pemerintah Kota Minas Tirith agar berkonsultasi dengan
Kementerian Dalam Negeri atas tidak terlaksananya
pengesahan perubahan APBD yang telah diusulkan kepada
DPRD akibat tidak terpenuhinya kuorum di DPRD.

6 7 Oktober 2019 Walikota Minas Tirith bersurat kepada Menteri Dalam Negeri c.q.
Dirjen Bina Keuangan Daerah, Nomor 903/4833 perihal Usulan
Rancangan Perwali tentang Perubahan Penjabaran APBD TA 2019.
Pada tanggal 9 Oktober telah dilakukan diskusi dan konsultasi
dengan hasil konsultasi dituangkan dalam notulen yang
ditandatangani oleh Kepala BKAD Kota Minas Tirith, Kepala Bidang
Pembangunan Manusia dan Pemerintahan, Setda Kota Minas Tirith,
Direktur Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah,
Kasubdit Wilayah II, Kasi Wilayah III-B serta mengetahui Direktur
Jenderal Bina Keuangan Daerah. Isi notulen antara lain:
1. Dalam hal Pemerintah Kota Minas Tirith dan DPRD Kota Minas
Tirith telah melampaui batas waktu persetujuan bersama
rancangan Perda tentang Perubahan APBD TA 2019, maka Perda

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 28


Studi Kasus SPKPD

No. Tanggal Uraian


tentang perubahan APBD TA 2019 Kota Minas Tirith tidak dapat
dilaksanakan.
2. Apabila terdapat kebutuhan pendanaan yang belum cukup
tersedia dan/atau belum dianggarkan dalam APBD Tahun
Anggaran 2019 akibat pelaksanaan kegiatan dalam keadaan
darurat dan/atau mendesak, penyesuaian dana transfer yang
tidak sesuai dengan petunjuk teknis tahun berkenaan, dan
kewajiban lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan, dapat dilaksanakan dengan menetapkan Peraturan
Kepala Daerah tentang Perubahan Penjabaran APBD dan
memberitahukan kepada Pimpinan DPRD selanjutnya
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
3. Walikota agar melakukan perubahan peraturan Walikota
tentang penjabaran APBD TA 2019 untuk menampung belanja
kegiatan yang belum cukup tersedia dan/atau belum
dianggarkan yang sifatnya mendesak sesuai kriteria yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

7 15 Oktober 2019 Kepala BKAD mengajukan telaah staf kepada Ketua TAPD Kota
Minas Tirith tentang Penyusunan Perubahan Peraturan Walikota
Minas Tirith tentang Perubahan Kedua Penjabaran APBD TA 2019.
Rapat bersama TAPD dilakukan tanggal 15 Oktober 2019
menghasilkan BA Rekomendasi Nomor 910/5015

8 25 Oktober Setelah terdapat kesepakatan TAPD, maka Ketua TAPD mengajukan


2019 telaah staf kepada Walikota Minas Tirith perihal Penyusunan
Perubahan Peraturan Walikota Minas Tirith tentang Perubahan
Kedua Penjabaran APBD TA 2019. Ditanggal yang sama Walikota
Minas Tirith menetapkan Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Walikota Minas Tirith
Nomor 45 Tahun 2018.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 29


Studi Kasus SPKPD

Pergeseran pada perubahan kedua dilakukan melalui pengurangan anggaran belanja tidak
langsung untuk penambahan anggaran belanja langsung senilai Rp2.119.199.000,00. Ringkasan
perubahan kedua APBD TA 2019 sebagai berikut.

Ringkasan Pergeseran Anggaran dalam Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2019

Dalam Rupiah

JUMLAH BERTAMBAH/
No. URAIAN
PERUBAHAN SATU PERUBAHAN DUA (BERKURANG)

2 BELANJA 952.977.574.367,00 952.977.574.367,00 0

BELANJA TIDAK
2.1 387.397.361.791,50 385.278.162.791,50 (2.119.199.000,00)
LANGSUNG

2.1.1 Belanja Pegawai 369.971.067.966,50 367.851.868.966,50 (2.119.199.000,00)

2.1.2 Belanja Hibah 7.747.500.000,00 7.747.500.000,00 0,00

2.1.3 Belanja Bantuan Sosial 3.080.000.000,00 3.080.000.000,00 0,00

Belanja Bantuan
2.1.4 633.793.825,00 633.793.825,00 0,00
Keuangan

2.1.5 Belanja Tidak Terduga 5.965.000.000,00 5.965.000.000,00 0,00

2.2 BELANJA LANGSUNG 565.580.212.575,50 567.699.411.575,50 2.119.199.000,00

2.2.1 Belanja Pegawai 24.942.647.000,00 24.219.394.000,00 (723.253.000,00)

2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 309.640.495.142,00 312.482.947.142,00 2.842.452.000,00

2.2.3 Belanja Modal 230.997.070.433,50 230.997.070.433,50 0,00

3 PEMBIAYAAN DAERAH 56.592.831.000,00 56.592.831.000,00 0,00

PENERIMAAN
3.1 61.211.000.000,00 61.211.000.000,00 0,00
PEMBIAYAAN DAERAH

Sisa Lebih Perhitungan


3.1.1 Anggaran Tahun 61.211.000.000,00 61.211.000.000,00 0,00
Anggaran Sebelumnya

PENGELUARAN
3.2 4.618.169.000,00 4.618.169.000,00 0,00
PEMBIAYAAN DAERAH

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 30


Studi Kasus SPKPD

JUMLAH BERTAMBAH/
No. URAIAN
PERUBAHAN SATU PERUBAHAN DUA (BERKURANG)

Penyertaan Modal
3.2.1 (Investasi) Pemerintah 4.500.000.000,00 4.500.000.000,00 0,00
Daerah

Pembayaran Utang
3.2.2 118.169.000,00 118.169.000,00 0,00
kepada Pihak Ketiga
c. Perubahan APBD melalui Peraturan Walikota Nomor 51 Tahun 2019
Perubahan APBD dilakukan karena terdapat kegiatan yang merupakan amanat Pemerintah Pusat
yang belum tercantum dalam perubahan APBD sebelumnya, yaitu:
1) Surat Menteri Keuangan Nomor:S-448/MK.7/2019 tanggal 20 November 2019 Perihal
Penetapan Pemberian Hibah Daerah untuk Program Bantuan Pendanaan rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca bencana TA 2019;
2) Surat Kementerian Dalam Negeri Nomor: 906/5426/Keuda Tanggal 9 Oktober 2019 Hal
Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Afirmasi dan BOS Kinerja Satuan
Pendidikan Dasar (Satdiknas) Negeri pada APBD Kabupaten/Kota;
3) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 320/P/2019 Tanggal 9 September
2019 tentang Satuan Pendidikan Penerima Bantuan Operasional Sekolah Afirmasi dan
bantuan Operasional Sekolah Kinerja Tahun 2019;
4) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/14075/SJ Tanggal 17 Desember 2019 tentang
Penyesuaian Iuran Jaminan Kesehatan pada Pemerintah Daerah (Kurang Bayar);

Ringkasan pergeseran anggaran sebagai berikut.

Ringkasan Pergeseran Anggaran dalam Peraturan Walikota Nomor 51 Tahun 2019

Dalam Rupiah

JUMLAH BERTAMBAH/
No. URAIAN
PERUBAHAN DUA PERUBAHAN TIGA (BERKURANG)

2 BELANJA 952.977.574.367,00 969.901.718.367,00 16.924.144.000,00

BELANJA TIDAK
2.1 385.278.162.791,50 390.994.597.791,50 5.716.435.000,00
LANGSUNG

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 31


Studi Kasus SPKPD

JUMLAH BERTAMBAH/
No. URAIAN
PERUBAHAN DUA PERUBAHAN TIGA (BERKURANG)

2.1.1 Belanja Pegawai 367.851.868.966,50 373.568.303.966,50 5.716.435.000,00

2.1.2 Belanja Hibah 7.747.500.000,00 7.747.500.000,00 0,00

2.1.3 Belanja Bantuan Sosial 3.080.000.000,00 3.080.000.000,00 0,00

Belanja Bantuan
2.1.4 633.793.825,00 633.793.825,00 0,00
Keuangan

2.1.5 Belanja Tidak Terduga 5.965.000.000,00 5.965.000.000,00 0,00

2.2 BELANJA LANGSUNG 567.699.411.575,50 578.907.120.575,50 11.207.709.000,00

2.2.1 Belanja Pegawai 24.219.394.000,00 24.219.394.000,00 0,00

2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 312.482.947.142,00 312.482.947.142,00 0,00

2.2.3 Belanja Modal 230.997.070.433,50 242.204.779.433,50 11.207.709.000,00

3 PEMBIAYAAN DAERAH 56.592.831.000,00 56.592.831.000,00 0,00

PENERIMAAN
3.1 61.211.000.000,00 61.211.000.000,00 0,00
PEMBIAYAAN DAERAH

Sisa Lebih Perhitungan


3.1.1 Anggaran Tahun 61.211.000.000,00 61.211.000.000,00 0,00
Anggaran Sebelumnya

PENGELUARAN
3.2 4.618.169.000,00 4.618.169.000,00 0,00
PEMBIAYAAN DAERAH

Penyertaan Modal
3.2.1 (Investasi) Pemerintah 4.500.000.000,00 4.500.000.000,00 0,00
Daerah

Pembayaran Utang
3.2.2 118.169.000,00 118.169.000,00 0,00
kepada Pihak Ketiga

Berdasarkan analisis atas realisasi APBD TA 2019 Unaudited, diketahui bahwa Pemerintah Kota
Minas Tirith merealisasikan APBD berdasarkan perubahan Peraturan Walikota tentang Penjabaran
APBD TA 2019. Hasil pengujian lebih lanjut atas realisasi rincian objek belanja dan pengeluaran
pembiayaan yang mengalami pergeseran atau penambahan anggaran dibandingkan dengan anggaran

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 32


Studi Kasus SPKPD

murni, ditinjau per jenis belanja secara akumulasi menunjukkan pelampauan realisasi anggaran senilai
Rp7.580.000.000,00, dengan rekapitulasi sebagai berikut.

Rekapitulasi Pelampauan Anggaran

Dalam Rupiah
Anggaran
Uraian Realisasi Selisih
Murni
1 2 3 4=3-2
2-BELANJA
2.1-BELANJA OPERASI
2.1.6-Belanja Bantuan Sosial 0,00 3.080.000.000,00 3.080.000.000,00
3-PEMBIAYAAN
3.2-PENGELUARAN DAERAH
3.2.2-Penyertaan Modal
(Investasi) 0,00 4.500.000.000,00 4.500.000.000,00
Pemerintah Daerah
Jumlah 0,00 7.580.000.000,00 7.580.000.000,00

Kelebihan realisasi anggaran atas belanja bantuan sosial dan penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Belanja Bantuan Sosial


Belanja bantuan sosial yang direalisasikan merupakan program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadayan (BSPS) berupa Bantuan Rumah Swadaya (BRS). BRS yang salurkan berbentuk uang
yang diberikan kepada perseorangan untuk dipergunakan membeli bahan bangunan dan
membayar upah tukang/pekerja guna melaksanakan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya
(PKRS) atau Pembangunan Baru Rumah Swadaya (PBRS) kepada Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR). Sumber dana belanja bantuan sosial berupa BRS berasal dari Dana Alokasi Khusus
DAK Bidang Perumahan dan Pemukiman.

Pelampauan realisasi belanja bantuan sosial senilai Rp3.080.000.000,00 terjadi sebagai akibat
pergeseran anggaran karena adanya program DAK Bidang Perumahan berupa Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya kepada 176 penerima masing-masing senilai Rp17.500.000,00.
Program tersebut belum dianggarkan pada APBD Murni, sehingga baru dimasukkan dalam

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 33


Studi Kasus SPKPD

Pergeseran Anggaran ke-1 (Peraturan Walikota Minas Tirith Nomor 30 Tahun 2019). Realisasi
belanja bantuan sosial secara keseluruhan melampaui anggaran murni senilai
Rp3.080.000.000,00.

b. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah


Pada tahun 2017 telah ditetapkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2017 tentang Penyertaan Modal
Pemerintah Kota Minas Tirith kepada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Minas Tirith. Jumlah
penyertaan modal Pemerintah Kota Minas Tirith diberikan dalam bentuk uang senilai
Rp9.578.000.000,00 yang dilaksanakan paling lama 3 (tiga) tahap Tahun Anggaran dan
dianggarkan mulai Tahun Anggaran 2017 sampai dengan Tahun Anggaran 2019. Perda tersebut
menetapkan untuk Tahun Anggaran 2019, jumlah penyertaan modal senilai Rp4.500.000.000,00.

Pelampauan realisasi Penyertaan Modal Pemerintah Daerah senilai Rp4.500.000.000,00 terjadi


sebagai akibat dari pergeseran antar unit organisasi berupa penambahan anggaran penyertaan
Modal pada PDAM Kota Minas Tirith yang semula pada APBD Murni belum dianggarkan, pada
APBD Pergeseran ke-1 dianggarkan senilai RP4.500.000.000,00. Namun, atas pergeseran tersebut
tidak diterbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Perubahan APBD TA 2019.

Kepala Bidang Anggaran BKAD Kota Minas Tirith menjelaskan bahwa perubahan APBD TA 2019 tetap
dilakukan berdasarkan pertimbangan telah dilakukan konsultasi dengan Kementerian Dalam Negeri
sebagaimana telah disajikan dalam Notulen Konsultasi yaitu dilakukan dengan pertimbangan kegiatan
yang sifatnya mendesak dan merupakan amanat dari Pemerintah Pusat. Selain itu, seluruh perubahan
APBD telah didokumentasikan dan berdasarkan hasil pembahasan dan kesepakatan Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Minas Tirith. Perubahan APBD TA 2019 dilakukan mengacu pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan perubahannya. Saat ini, Pemerintah Kota
Minas Tirith belum memiliki peraturan kepala daerah yang mengatur tata cara pergeseran anggaran.

Pertanyaan:

Berdasarkan uraian kasus di atas diharapkan kepada peserta diklat untuk:


1. Mengidentifikasi siapa saja pengelola keuangan daerah yang terlibat dalam kondisi penganggaran
pada Pemerintah Kota Minas Tirith.
2. Jelaskan kelemahan masing-masing pihak tersebut dalam penganggaran APBD TA 2019.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 34


Studi Kasus SPKPD

3. Usulkan perbaikan yang harus dilakukan oleh masing-masing pengelola keuangan daerah tersebut
agar penganggaran APBD menjadi lebih optimal.

https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id 35

Anda mungkin juga menyukai