Anda di halaman 1dari 16

= RANGKUMAN MATERI SKB =

CPNS KEMENAG 2018


Dikutip dari postingan akun instagram @kemenag_ri : Untuk memenagkan SKB, peserta
CPNS Kemenag tahun ini haruslah menguasai beberapa hal sebagai modal. Diantaranya;
Pertama, perlu modal lima etika PNS yang terpancar dari sikap, tingkah laku dan tutur sapa.
Kedua, Sebagai calon PNS Kemenag sudah semestinya kita juga harus mengenal siapa
Kemenag, tugas dan kewenangannya, serta mengenal kiprahnya sepanjang mengawal
pembangunan NKRI.
Ketiga, mengetahui tugas dan fungsi jabatan formasi yang dilamar, bagaimana kerjanya, hingga
resiko pekerjaannya. Sehingga saat praktek kerja dan wawancara, kita sudah siap.
Keempat, tau aturan. Setiap formasi jabatan dibelakangnya pasti memiliki sejumlah regulasi
dari UUD, hingga Permen atau Keputusan Kepala Kantor. Juklas atau Juknis pun tidak salah jika
turut dipelajari. Serta seluk-beluk formasi jabatan juga perlu dikenal.
Kelima, seiring perkembangan teknologi industri 4.0 menjadi tantangan PNS kedepan.
Bagaimana berinovasi disetiap lini pekerjaan guna memberikan pelayanan prima ke publik.
Berdasarkan gambaran yang diberikan oleh admin Instagram diatas, dapat dijabarkan
beberapa materi yang harus kita kuasai untuk menghadapi tes SKB CPNS Kemenag sebagai
berikut

A. LIMA ETIKA PNS

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Jadi, secara etimologis, etika mempunyai arti yaitu
ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).
Lebih lanjut Bertens (2000) mengemukakan konsep dasar etika adalah ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral) serta kesusilaan hati
seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah
Laku seseorang terhadap orang lain.
Sementara itu Kementrian PAN-RI memberikan definisi etika sebagai nilai-nilai moral
yang mengikat seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur sikap, tindakan ataupun
ucapannya (2006: 43).
Dengan demikian, etika dapat diartikan sebagai suatu sikap dan perilaku yang
menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan
norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau satu organisasi.
Etika perlu dikembangkan, terutama dalam pelaksanaan birokrasi pemerintahan, dimana
etika administrasi memiliki fungsi sesuai penerapan pada bidangnya tersebut. Etika ini akan
membuat seseorang bisa berdisiplin, bertanggung jawab atas semua sikap dan perbuatan yang
dilakukan.

Secara spesifik nilai-nilai dasar dan etika PNS sebagai elemen utama organisasi
pemerintah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan
Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. Nilai-nilai dasar tersebut yang harus dijunjung tinggi oleh
setiap PNS, yaitu:
(1) Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
(3) Semangat nasionalisme;
(4) Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
(5) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
(6) Penghormatan terhadap hak asasi manusia;
(7) Tidak diskriminatif;
(8) Profesionalisme, netralitas dan bermoral tinggi; dan
(9) Semangat jiwakorps.

1. ETIKA BERNEGARA
 melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
 mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
 menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 menaati semua peraturan perundang-undang yang berlaku dalam melaksanakan tugas;
 akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan;
 tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap
kebijakan program pemerintah;
 menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara efisien dan
efektif;
 tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.

2. ETIKA DALAM BERORGANISASI


 melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;
 menjaga informasi yang bersifat rahasia;
 melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
 membangun etos kerja dan meningkatkan kinerja organisasi;
 menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka
pencapaian tujuan;
 memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
 patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
 mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kineri
organisasi;
 berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

3. ETIKA DALAM BERMASYARAKAT


 mewujudkan pola hidup sederhana;
 memberikan pelayanan dengan empati, hormat, dan santun tanpa pamrih dan tanpa
unsur pemaksaan;
 memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif;
 tanggap terhadap keadaan lingkunga masyarakat;
 berorientasi kepada peningkatan kesejahtera masyarakat dalam melaksanakan tugas.

4. ETIKA TERHADAP DIRI SENDIRI


 jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasiyang tidak benar;
 bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
 menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan;
 berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
sikap;
 memiliki daya juang yang tinggi;
 memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
 menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
 berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.

5. ETIKA TERHADAP SESAMA PEGAWAI NEGERI SIPIL


 saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan yang
berlainan;
 memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai Negeri Sipil;
 saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horisontal dalam
suatu unit kerja, instansi, maupun di luar instansi;
 menghargai perbedaan pendapat;
 menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil;
 menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama Pegawai Negeri Sipil;
 berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang menjamin
terwujudnya solidaritas dan soliditas semua Pegawai Negeri Sipil dalam
memperjuangkan hak-haknya.
B. PROFIL KEMENAG

1. SEJARAH PEMBENTUKAN KEMENTERIAN AGAMA


Kementerian Agama adalah kementerian yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan
dalam bidang agama. Usulan pembentukan Kementerian Agama pertama kali disampaikan oleh
Mr. Muhammad Yamin dalam Rapat Besar (Sidang) Badan Penyelidik Usaha – Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), tanggal 11 Juli 1945. Dalam rapat tersebut Mr. Muhammad
Yamin mengusulkan perlu diadakannya kementerian yang istimewa, yaitu yang berhubungan
dengan agama.
Menurut Yamin, "Tidak cukuplah jaminan kepada agama Islam dengan Mahkamah
Tinggi saja, melainkan harus kita wujudkan menurut kepentingan agama Islam sendiri. Pendek
kata menurut kehendak rakyat, bahwa urusan agama Islam yang berhubungan dengan pendirian
Islam, wakaf dan masjid dan penyiaran harus diurus oleh kementerian yang istimewa, yaitu yang
kita namai Kementerian Agama”.
Namun demikian, realitas politik menjelang dan masa awal kemerdekaan menunjukkan
bahwa pembentukan Kementerian Agama memerlukan perjuangan tersendiri. Pada waktu
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melangsungkan sidang hari Ahad, 19 Agustus
1945 untuk membicarakan pembentukan kementerian/departemen, usulan tentang Kementerian
Agama tidak disepakati oleh anggota PPKI. Salah satu anggota PPKI yang menolak
pembentukan Kementerian Agama ialah Mr. Johannes Latuharhary.
Keputusan untuk tidak membentuk Kementerian Agama dalam kabinet Indonesia yang
pertama, menurut B.J. Boland, telah meningkatkan kekecewaan orang-orang Islam yang
sebelumnya telah dikecewakan oleh keputusan yang berkenaan dengan dasar negara, yaitu
Pancasila, dan bukannya Islam atau Piagam Jakarta.
Diungkapkan oleh K.H.A. Wahid Hasjim sebagaimana dimuat dalam buku Sedjarah
Hidup K.H.A. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar (Kementerian Agama, 1957: 856), "Pada
waktu itu orang berpegang pada teori bahwa agama harus dipisahkan dari negara. Pikiran orang
pada waktu itu, di dalam susunan pemerintahan tidak usah diadakan kementerian tersendiri yang
mengurusi soal-soal agama. Begitu di dalam teorinya. Tetapi di dalam prakteknya berlainan."
Lebih lanjut Wahid Hasjim menulis, "Setelah berjalan dari Agustus hingga November
tahun itu juga, terasa sekali bahwa soal-soal agama yang di dalam prakteknya bercampur dengan
soal-soal lain di dalam beberapa tangan (departemen) tidak dapat dibiarkan begitu saja. Dan
terasa perlu sekali berpusatnya soal-soal keagamaan itu di dalam satu tangan (departemen) agar
soal-soal demikian itu dapat dipisahkan (dibedakan) dari soal-soal lainnya. Oleh karena itu,
maka pada pembentukan Kabinet Parlementer yang pertama, diadakan Kementerian Agama.
Model Kementerian Agama ini pada hakikatnya adalah jalan tengah antara teori memisahkan
agama dari negara dan teori persatuan agama dan negara."
Usulan pembentukan Kementerian Agama kembali muncul pada sidang Pleno Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang diselenggarakan pada tanggal 25-27 November 1945.
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) merupakan Parlemen Indonesia periode 1945-1950,
sidang pleno dihadiri 224 orang anggota, di antaranya 50 orang dari luar Jawa (utusan Komite
Nasional Daerah). Sidang dipimpin oleh Ketua KNIP Sutan Sjahrir dengan agenda
membicarakan laporan Badan Pekerja (BP) KNIP, pemilihan keanggotaan/Ketua/Wakil Ketua
BP KNIP yang baru dan tentang jalannya pemerintahan.
Dalam sidang pleno KNIP tersebut usulan pembentukan Kementerian Agama
disampaikan oleh utusan Komite Nasional Indonesia Daerah Keresidenan Banyumas yaitu K.H.
Abu Dardiri, K.H.M Saleh Suaidy, dan M. Sukoso Wirjosaputro. Mereka adalah anggota KNI
dari partai politik Masyumi. Melalui juru bicara K.H.M. Saleh Suaidy, utusan KNI Banyumas
mengusulkan, "Supaya dalam negeri Indonesia yang sudah merdeka ini janganlah hendaknya
urusan agama hanya disambilkan kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
saja, tetapi hendaklah Kementerian Agama yang khusus dan tersendiri”.
Usulan anggota KNI Banyumas mendapat dukungan dari anggota KNIP khususnya dari
partai Masyumi, di antaranya Mohammad Natsir, Dr. Muwardi, Dr. Marzuki Mahdi, dan M.
Kartosudarmo. Secara aklamasi sidang KNIP menerima dan menyetujui usulan pembentukan
Kementerian Agama. Presiden Soekarno memberi isyarat kepada Wakil Presiden Mohammad
Hatta akan hal itu. Bung Hatta langsung berdiri dan mengatakan, "Adanya Kementerian Agama
tersendiri mendapat perhatian pemerintah." Pada mulanya terjadi diskusi apakah kementerian itu
dinamakan Kementerian Agama Islam ataukah Kementerian Agama. Tetapi akhirnya diputuskan
nama Kementerian Agama.
Pembentukan Kementerian Agama dalam Kabinet Sjahrir II ditetapkan dengan
Penetapan Pemerintah No 1/S.D. tanggal 3 Januari 1946 (29 Muharram 1365 H) yang berbunyi;
Presiden Republik Indonesia, Mengingat: usul Perdana Menteri dan Badan Pekerja Komite
Nasional Pusat, memutuskan: Mengadakan Kementerian Agama.
Pembentukan Kementerian Agama pada waktu itu dipandang sebagai kompensasi atas
sikap toleransi wakil-wakil pemimpin Islam, mencoret tujuh kata dalam Piagam Jakarta yaitu
"Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya."
Maksud dan tujuan membentuk Kementerian Agama, selain untuk memenuhi tuntutan
sebagian besar rakyat beragama di tanah air, yang merasa urusan keagamaan di zaman
penjajahan dahulu tidak mendapat layanan yang semestinya, juga agar soal-soal yang bertalian
dengan urusan keagamaan diurus serta diselenggarakan oleh suatu instansi atau kementerian
khusus, sehingga pertanggungan jawab, beleid, dan taktis berada di tangan seorang menteri.
Pembentukan Kementerian Agama, sebagaimana diungkapkan R. Moh. Kafrawi (mantan
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama), "…. dihasilkan dari suatu kompromi antara teori
sekuler dan Kristen tentang pemisahan gereja dengan negara, dan teori muslim tentang
penyatuan antara keduanya. Jadi Kementerian Agama itu timbul dari formula Indonesia asli
yang mengandung kompromi antara dua konsep yang berhadapan muka: sistem Islami dan
sistem sekuler."
Pengumuman berdirinya Kementerian Agama disiarkan oleh pemerintah melalui siaran
Radio Republik Indonesia. Haji Mohammad Rasjidi diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai
Menteri Agama RI Pertama. H.M. Rasjidi adalah seorang ulama berlatar belakang pendidikan
Islam modern dan di kemudian hari dikenal sebagai pemimpin Islam terkemuka dan tokoh
Muhammadiyah.
Rasjidi saat itu adalah menteri tanpa portfolio dalam Kabinet Sjahrir. Dalam jabatan selaku
menteri negara (menggantikan K.H. A. Wahid Hasjim), Rasjidi sudah bertugas mengurus
permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam.
Kementerian Agama mengambil alih tugas-tugas keagamaan yang semula
berada pada beberapa kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri
yang berkenaan dengan masalah perkawinan, peradilan agama,
kemasjidan dan urusan haji; Kementerian Kehakiman yang berkenaan
dengan tugas dan wewenang Mahkamah Islam Tinggi; dan Kementerian
Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan yang berkenaan dengan masalah
pengajaran agama di sekolah-sekolah.
Sehari setelah pembentukan Kementerian Agama, Menteri Agama
H.M. Rasjidi dalam pidato yang disiarkan oleh RRI Yogyakarta menegaskan bahwa berdirinya
Kementerian Agama adalah untuk memelihara dan menjamin kepentingan agama serta pemeluk-
pemeluknya.
Kutipan transkripsi pidato Menteri Agama H.M. Rasjidi yang mempunyai nilai sejarah,
tersebut diucapkan pada Jumat malam, 4 Januari 1946. Pidato pertama Menteri Agama tersebut
dimuat oleh Harian Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta tanggal 5 Januari 1946.
Dalam Konferensi Jawatan Agama seluruh Jawa dan Madura di Surakarta tanggal 17-18
Maret 1946, H.M. Rasjidi menguraikan kembali sebab-sebab dan kepentingan Pemerintah
Republik Indonesia mendirikan Kementerian Agama yakni untuk memenuhi kewajiban
Pemerintah terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Bab XI pasal 29, yang menerangkan bahwa
"Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa" dan "Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu" (ayat 1 dan 2). Jadi, lapangan pekerjaan Kementerian Agama
ialah mengurus segala hal yang bersangkut paut dengan agama dalam arti seluas-luasnya.
Perkembangan berikutnya
Tahun-tahun berikutnya merupakan masa konsolidasi dan pengembangan kementerian.
Peralihan kekuasaan kepada Pemerintah RI menjadi momentum penting untuk memperkuat
posisi kementerian. Pada tanggal 23 April 1946, Menteri Agama mengeluarkan Maklumat yang
isinya :
Pertama, Shumuka yang dalam zaman Jepang termasuk dalam kekuasaan Residen menjadi
Jawatan Agama Daerah, yang selanjutnya ditempatkan di bawah Kementerian Agama.
Kedua, hak untuk mengangkat penghulu Landraad (sekarang bernama Pengadilan Negeri),
ketua dan anggota Raad Agama yang dahulu ada di tangan pemerintah kolonial Hindia
Belanda, selanjutnya diserahkan kepada Kementerian Agama.
Ketiga, hak untuk mengangkat penghulu masjid, yang dahulu ada tangan Bupati, selanjutnya
diserahkan kepada Kementerian Agama.
Melalui perjuangan yang gigih dan tanpa pamrih para pendahulu kita, sejarah
Kementerian Agama menyatu dengan sejarah NKRI. Bahkan dalam masa revolusi fisik dan
diplomasi mempertahankan kemerdekaan, Kantor Pusat Kementerian Agama turut hijrah ke
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kementerian Agama di masa H.M. Rasjidi dapat disebut
"kementerian revolusi", karena ketika awal dibentuk, Kementerian Agama sejak 12 Maret 1946
berkantor di ibukota revolusi, Yogyakarta.
Dalam Maklumat Kementerian Agama No 1 tanggal 14 Maret 1946 diumumkan alamat
sementara kantor pusat Kementerian Agama adalah di Jalan Bintaran No 9 Yogyakarta.
Kemudian bulan Mei 1946 alamat Kementerian Agama pindah ke Jalan Malioboro No 10
Yogyakarta. Kantor ini tersedia berkat jasa baik tokoh Muhammadiyah K.H. Abu Dardiri dan
K.H. Muchtar. Dalam waktu tersebut tugas-tugas Menteri Agama secara fakultatif tetap memiliki
akses dengan Jakarta.
Setelah berdirinya Kementerian Agama, urusan keagamaan dan peradilan agama bagi
umat Islam yang telah berjalan sejak prakemerdekaan menjadi tanggung jawab Kementerian
Agama.
Semula hal itu berlaku di Jawa dan Madura, tetapi setelah terbentuknya kembali Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang didorong oleh mosi integral Mohammad Natsir (periode
berlakunya UUDS 1950) dan penyerahan urusan keagamaan dari bekas negara-negara bagian
Republik Indonesia Serikat (RIS) kepada Menteri Agama, maka secara de jure dan de facto,
tugas dan wewenang dalam urusan agama bagi seluruh wilayah RI menjadi tanggung jawab
Menteri Agama

Dalam perkembangan selanjutnya, diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1949


dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1950 serta Peraturan Menteri Agama Nomor 5 Tahun
1951 antara lain menetapkan kewajiban dan lapangan tugas Kementerian Agama yaitu:
1. Melaksanakan asas Ketuhanan Yang Maha Esa dengan sebaik-baiknya;
2. Menjaga bahwa tiap-tiap penduduk mempunyai kemerdekaan untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya;
3. Membimbing, menyokong, memelihara dan mengembangkan aliran-aliran agama
yang sehat;
4. Menyelenggarakan, memimpin dan mengawasi pendidikan agama di sekolah-sekolah
negeri;
5. Memimpin, menyokong serta mengamat-amati pendidikan dan pengajaran di
madrasahmadrasah dan perguruan-perguruan agama lain-lain;
6. Mengadakan pendidikan guru-guru dan hakim agama;
7. Menyelenggarakan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan pengajaran rohani
kepada anggota-anggota tentara, asrama-asrama, rumah-rumah penjara dan tempat-
tempat lain yang dipandang perlu;
8. Mengatur, mengerjakan dan mengamat-amati segala hal yang bersangkutan dengan
pencatatan pernikahan, rujuk dan talak orang Islam;
9. Memberikan bantuan materiil untuk perbaikan dan pemeliharaan tempat-tempat
beribadat (masjid-masjid, gereja-gereja dll);
10. Menyelenggarakan, mengurus dan mengawasi segala sesuatu yang bersangkut paut
dengan Pengadilan Agama dan Mahkamah Islam Tinggi;
11. Menyelidiki, menentukan, mendaftarkan dan mengawasi pemeliharaan wakaf-wakaf;
12. Mempertinggi kecerdasan umum dalam hidup bermasyarakat dan hidup beragama.

Pada waktu memperingati 10 tahun berdirinya Kementerian Agama, tahun 1956, Menteri
Agama K.H. Muchammad Iljas menegaskan kembali politik keagamaan dalam Negara Republik
Indonesia. Ditegaskannya, bahwa fungsi Kementerian Agama adalah merupakan pendukung dan
pelaksana utama asas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kondisi saat ini
Pada perkembangan selanjutnya, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, saat ini
Kementerian Agama terdiri dari 11 unit eselon I yaitu : Sekretariat Jenderal, Inspektorat
Jenderal, Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan, dan 7 Direktorat
Jenderal yang membidangi Pendidikan Islam, Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Bimbingan
Masyarakat Islam, Bimbingan Masyarakat Kristen, Bimbingan Masyarakat Katolik, Bimbingan
Masyarakat Hindu, Bimbingan Masyarakat Buddha, dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal (BPJPH).
Selain 11 unit kerja tersebut, Menteri Agama juga dibantu oleh 3 (tiga) staf ahli dan 2
(dua) pusat yaitu : Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan Keagamaan, Staf Ahli Bidang
Manajemen Komunikasi dan Informasi, Staf Ahli Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, Pusat
Kerukunan Umat Beragama, Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu.
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) merupakan unit kerja baru dan
baru efektif melaksanakan tugasnya pada tahun 2017. BPJPH dibentuk sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH) yang disahkan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober 2014 dan pada tanggal
tersebut juga diundangkan oleh Menkumham Amir Syamsuddin. Dalam Undang-Undang JPH,
disebutkan bahwa BPJPH harus dibentuk paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-
Undang JPH diundangkan.
BPJPH merupakan unit eselon I di bawah Menteri Agama yang dipimpin oleh Kepala
Badan, hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agama yang mengatur ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Keberadaan BPJPH juga tertuang dalam
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama. PMA Nomor 42 Tahun 2016 mengatur mengenai tugas dan fungsi dari
masing-masing struktur BPJPH mulai dari eselon IV sampai dengan eselon I. Keputusan Menteri
Agama RI No. 270 tahun 2016 tentang Peta Proses Bisnis Kementerian Agama yang di
dalamnya ada Subprocess Map Penjaminan Produk Halal juga merupakan peraturan
pelaksanaaan UU JPH yang terkait dengan BPJPH.
Menurut UU JPH, dalam penyelenggaraan Jaminan Produk Halal BPJPH berwenang
antara lain: merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH, menetapkan norma, standar, prosedur
dan kriteria JPH, menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal pada produk luar negeri; dan
melakukan registrasi Sertifikat Halal pada Produk luar negeri.
Pembahasan draft RPP secara internal Kementerian Agama dilakukan semenjak tahun
2014 sampai dengan Juli 2016, sedangkan pembahasan panitia antar Kementerian dilakukan
pada bulan Agustus s.d. Desember 2016 atau sebanyak 12 x pertemuan.
Selain menyusun RPP, Kementerian Agama juga membuat Peraturan Menteri Agama,
yang materi muatannya meliputi: jenis-jenis produk halal, sanksi, penyelia halal, tata cara
permohonan sertifikat halal, lembaga pemeriksa halal, peran serta masyarakat, jenis hewan yang
diharamkan, kerja sama luar negeri, label halal, dan pengelolaan keuangan BPJPH.

Dalam melaksanakan wewenangnya, BPJPH bekerjasama dengan kementerian dan/atau


lembaga terkait, Lembaga Pemeriksa Halal (LPH), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Penetapan kehalalan dikeluarkan MUI dalam bentuk Keputusan Penetapan Halal Produk.
Kedepannya apabila diperlukan, maka BPJPH dapat membentuk perwakilan di daerah.
Ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi BPJPH diatur dalam Peraturan
Presiden.

Saat ini, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, Kementerian Agama menyelenggarakan
fungsi antara lain :
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, penyelenggaraan haji dan
umrah, dan pendidikan agama dan keagamaan;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agama;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Agama;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agama;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Agama di daerah;
f. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;
g. pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang agama dan
keagamaan;
h. pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal; dan
i. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Agama.

2. VISI DAN MISI KEMENTERIAN AGAMA

VISI
"Terwujudnya Masyarakat Indonesia yang Taat Beragama, Rukun, Cerdas, dan Sejahtera Lahir
Batin dalam rangka Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong" (Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2015)

MISI
1. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama
2. Memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama
3. Menyediakan pelayanan kehidupan beragama yang merata dan berkualitas
4. Meningkatkan pemanfaata dan kualitas pengelolaan potensi ekonomi keagamaan
5. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang berkualitas dan akuntabel
6. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum berciri agama, pendidikan agama pada
satuan pendidikan umum, dan pendidikan keagamaan
7. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, dan terpercaya
(Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2015)

3. TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN AGAMA

Tugas :
Kementerian Agama mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Fungsi :
Dalam menjalankan tugasnya, Kementerian Agama menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, penyelenggaraan haji dan
umrah, dan pendidikan agama dan keagamaan;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agama;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Agama;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agama;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Agama di daerah;
f. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;
g. pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang agama dan
keagamaan;
h. pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal; dan
i. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Agama.

4. TUJUAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN AGAMA

Sebagai penjabaran visi dan misi, tujuan pembangunan Kementerian Agama :


Bidang Agama :
a. Peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan beragama.
b. Pengukuhan suasana kerukunan hidup umat beragama yang harmonis sebagai salah satu
pilar kerukunan nasional.
c. Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kehidupan beragama yang berkualitas dan merata.
d. Peningkatan pemanfaatan dan perbaikan kualitas pengelolaan potensi ekonomi
keagamaan dalam meningkatkan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan percepatan pembangunan.
e. Peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang trasparan dan
akuntabel untuk pelayanan ibadah haji yang prima.
f. Peningkatan kualitas tata kelola pembangunan bidang agama dalam menunjang
penyelenggaraan pembangunan bidang agama yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

Bidang Pendidikan :
a. Peningkatan akses pendidikan yang setara bagi masyarakat tidak mampu terhadap
pendidikan dasar-menengah (wajib belajar 12 tahun).
b. Peningkatan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat pada berbagai jenjang
pendidikan.
c. Penurunan tingkat kegagalan masyarakat dalam menyelesaikan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar-menengah (wajib belajar 12 tahun).
d. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang pendidikan.
e. Peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam melakukan proses
mendidik yang profesional di seluruh satuan pendidikan.
f. Peningkatan akses masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan agama pada satuan
pendidikan umum yang berkualitas.
g. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan keagamaan yang berkualitas

5. STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN AGAMA


Untuk versi yang lebih jelas, teman-teman bisa lihat di website www.kemenag.go.id
6. LAMBANG KEMENTERIAN AGAMA

MAKNA ISI LAMBANG :


1. Bintang bersudut lima yang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Pancasila, bermakna bahwa karyawan Kementerian Agama selalu menaati dan
menjunjung tinggi norma-norma agama dalam melaksanakan tugas Pemerintahan dalam
Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
2. 17 kuntum bunga kapas, 8 baris tulisan dalam Kitab Suci dan 45 butir padi bermakna
Proklamasi Kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
menunjukkan kebulatan tekad para Karyawan Kementerian Agama untuk membela
Kemerdekaan Negara Kesatuan republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17
Agustus 1945.
3. Butiran Padi dan Kapas yang melingkar berbentuk bulatan bermakna bahwa Karyawan
Kementerian Agama mengemban tugas untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
adil, makmur dan merata.
4. Kitab Suci bermakna sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang serasi antara
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, materil dan spirituil dengan ridha Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Alas Kitab Suci bermakna bahwa pedoman hidup dan kehidupan harus ditempatkan pada
proporsi yang sebenarnya sesuai dengan potensi dinamis dari Kitab Suci.
6. Kalimat “Ikhlas Beramal” bermakna bahwa Karyawan Kementerian Agama dalam
mengabdi kepada masyarakat dan Negara berlandaskan niat beribadah dengan tulus dan
ikhlas.
7. Perisai yang berbentuk segi lima sama sisi dimaksudkan bahwa kerukunan hidup antar
umat beragama RI yang berdasarkan Pancasila dilindungi sepenuhnya sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945.
8. Kelengkapan makna lambang Kementerian Agama melukiskan motto : Dengan Iman
yang teguh dan hati yang suci serta menghayati dan mengamalkan Pancasila yang
merupakan tuntutan dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
karyawan Kementerian Agama bertekad bahwa mengabdi kepada Negara adalah Ibadah.

( Lambang Kementerian Agama Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor : 717 Tahun
2006 )

C. MENGENAL JABATAN FORMASI GURU

1. TUGAS DAN FUNGSI GURU MENURUT UNDANG-UNDANG


Guru merupakan salah satu profesi dari tenaga kependidikan. Guru bertugas untuk
mengajar dimana mengajar merupakan pelaksanaan proses pembelajaran dan menjadi proses
yang paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengabdian guru dalam dunia
pendidikan yang sangat besar tersebut sangat memberikan kontribusi yang tinggi dalam rangka
mencapai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai yang tertera pada pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.
Guru sebagai sebuah profesi tenaga kependidikan memiliki hak dan kewajiban yang
menyangkut dunia pendidikan yang digeluti. Hak guru merupakan apa-apa saja yang didapatkan
oleh seseorang yang memiliki profesi guru, dan kewajiban guru adalah apa-apa saja yang harus
dilaksanakan seorang guru dalam menjalankan profesinya. Hak dan kewajiban guru ini
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen sehingga
setiap guru mandapatkan perlindungan terhadap hak yang dimiliki dan kewajiban yang harus
dilaksanakan.
2. HAK-HAK GURU
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 14 ayat 1 menyatakan, bahwa dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, guru memiliki hak sebagai berikut:

 Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan


sosial.
 Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
 Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
 Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
 Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan.
 Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik
 sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
 Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
 Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
 Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
 Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik
dan kompetensi, dan/atau
 Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
3. KEWAJIBAN GURU
Menurut UU Guru dan Dosen pasal 20, bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru
berkewajiban:

 Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta


menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
 Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
 Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
 belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
 Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-
nilai agama dan etika, dan
 Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
4. TUGAS UTAMA GURU DALAM PEMBELAJARAN
Dalam undang-undang guru dan dosen, ada tujuh tugas utama guru. Ketujuh tugas
tersebut adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Apa saja maksud dari ketujuh tugas utama guru tersebut?

 Mendidik
Mendidik adalah mengajak, memotivasi, mendukung, membantu dan menginspirasi orang lain
untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain atau lingkungan. Mendidik lebih menitikberatkan pada kebiasaan dan keteladanan.

 Mengajar
Mengajar adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru untuk membantu atau memudahkan
siswa melakukan kegiatan belajar. Prosesnya dilakukan dengan memberikan contoh kepada
siswa atau mempraktikkan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang diberikan
kepada siswa agar menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

 Membimbing
Suatu proses yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan bahan ajar untuk mentransfer ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni dengan pendekatan tertentu yang sesuai dengan karakter siswa.
Membimbing juga dimaksudkan untuk membantu siswa agar menemukan potensi dan
kapasitasnya, menemukan bakat dan minat yang dimilikinya sehingga sesuai dengan masa
perkembangan dan pertumbuhannya.

 Mengarahkan
Mengarahkan adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru kepada peserta didik agar dapat
mengikuti apa yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai. Mengarahkan bukan berarti
memaksa, kebebasan peserta didik tetap dihormati dengan tujuan agar tumbuh kreativitas dan
inisiatif peserta didik secara mandiri.

 Melatih
Menurut Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu
orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahanya mencapai tujuan
tertentu. Dalam dunia pendidikan tugas guru adalah melatih siswa terhadap fisik, mental, emosi
dan keterampilan atau bakat.

 Menilai
Menurut (BSNP 2007: 9), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.
Tugas guru adalah menilai siswa pada aspek keterampilan, sikap dan pengetahuan. Tujuannya
untuk mengukur sejauhmana kompetensi siswa setelah proses belajar mengajar selesai
dilaksanakan.

 Mengevaluasi
Mengevaluasi dapat dimaknai sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai (Gronlund, 1985, dalam
Djaali dan Pudji M). Evaluasi ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi yang dijadikan
dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta
keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan
penilaian.

D. ATURAN DAN REGULASI JABATAN FORMASI GURU

Berikut adalah beberapa peraturan danregulasi dari formasi guru kemenag, silahkan
ditambahkan jika masih ada.
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD)
 Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
 Peraturan Pemerintah RI No 53 Tahun 2010 tentang disiplin pns
 Peraturan Menteri Agama No 28 tahun 2013 tentang disiplin kehadiran pns kemenag
 Permenpan nomor 16 tahun 2009 tentang jabfung guru dan angka kreditnya.
 Permendiknas Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya.
 Keputusan Dirjen Pendidikan Islam nomor 7214 tahun 2017 tentang juknis pembayaran
tunjangan profesi bagi guru madrasah thn 2018

E. PNS DAN INDUSTRI 4.0


Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan aparatur sipil negara yang harus siap mengabdi
kepada negara dan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat. Apalagi, di era milenial ini
PNS harus bisa beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat.
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana mengatakan, seorang
PNS setidaknya harus memiliki 10 kompetensi soft skill (nonteknis). Bima mengatakan,
perubahan lingkungan saat ini disebabkan salah satunya oleh revolusi industri 4.0 (sistem
teknologi digital).
Revolusi industri 4.0 tersebut dapat berpengaruh terhadap pekerjaan, pekerja, dan tempat
kerja. “Pada pekerja, terjadi perubahan sistem atau pola interaksi kerja antara pekerja dan
pemberi kerja,” kata Bima di Jakarta baru-baru ini. Menurut Bima, kompetensi PNS yang
dibutuhkan saat ini bukan hanya piawai dalam hal teknis. Namun yang juga memiliki
keterampilan nonteknis.
Dia lantas menjabarkan kompetensi soft skill yang dibutuhkan PNS masa kini agar dapat
menghadapi tantangan perubahan. Keterampilan tersebut meliputi kemampuan memecahkan
masalah kompleks, berpikir kritis, kreatif, manajemen manusia, kemampuan berkoordinasi, serta
memiliki kecerdasan emosional. Kemudian, keterampilan dalam hal memberikan penilaian dan
membuat keputusan, berorientasi pelayanan, memiliki kemampuan negosiasi, dan fleksibilitas
kognitif. Selain itu, kata Bima, untuk menjembatani gap (jarak) antargenerasi yang kerap
muncul dalam dinamika organisasi, perlu kebesaran jiwa generasi old untuk memahami generasi
zaman now.
1. REALITA PEMANFAATAN TEKNOLOGI YANG MERUBAH TATA NILAI
KEHIDUPAN
Coba kita sedikit menengok berbagai fakta terkait dengan pemanfaatan teknologi yang
benar-benar mampu merubah pola kehidupan masyarakat yang lebih efisien. Penulis akan
memberikan gambaran, antara lain:
 Tutupnya beberapa gerai ritail yang memiliki skala usaha yang cukup besar yang
diakibatkan (salah satunya adalah) pergeseran minat masyarakat untuk berbelanja online.
 Persaingan antara taksi konvensional (dengan menggunakan argo) dengan moda angkutan
berbasis online (taksi online dan ojeg online), akankah taksi konvensional akan bertahan
dengan bisnis ini? Pengelola moda online tidak membutuhkan banyak penambahan modal
untuk ekspansi usaha. Bahkan diversifikasi moda dengan menggunakan online
menyediakan layanan pengiriman makanan sampai depan pintu rumah, hebat bukan!.
 Kecenderungan penggunaan literature berbasis online pada pendidikan, fenomena penerbit
konvensional yang menerbitkan buku dalam bentuk cetakkan dikertas melawan ebook.
 Kecenderungan penggunaan kartu debet, kartu kredit dan mesin ATM, aplikasi layanan
perbankkan berbasis internet dan aplikasi digawai dan masih banyak lagi.
Contoh tersebut diatas merupakan sebagian bagian yang sangat kecil dari menggunaan jaringan
komputer/ jaringan internet.

2. “4.0 INDUSTRIAL REVOLUTION (REVOLUSI INDUSTRI 4.0)”


Fenomena yang telah dipaparkan diatas lambat laun pasti akan lebih kencang lagi
prosesnya, kehadiran teknologi informasi menggantikan beberapa fungsi rangkaian kehidupan,
dalam kehidupan teknologi informasi telah dimanfaatkan secara universal oleh siapapun,
dimanapun berada, tidak ada batas usia, tidak mengenal jabatan dan seterusnya. Secara alamiah
manusia membutuhkan alat yang mendukung kenyamanan bagi berbagai aktifitas
kehidupannya.

Teknologi Informasi adalah indikator dari kebangkitan Revolusi Industri ke 4 (4rd


Industrial Revolution) ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi yang dimanfaatkan
secara masif oleh yang masyarakat. Internet of Thing demikian disebutkan dalam berbagai
literature yang berkaitan Revolusi Industri ke 4. Manusia bahkan akan hidup dalam
ketidakpastian (uncertainty) global, terjadi disruption (gangguan), penjungkirbalikan pada semua
tata kehidupan manusia, tidak ada batas-batas yang jelas tentang berbagai hal, sebagai contoh
batas negara menjadi kabur karena arus transaksi perdagangan berbasis online, informasi masuk
tak terbendung dari semua penjuru dunia, kontak fisik dan interaksi masyarakat diwakili dengan
berbagai aplikasi sosial media.

Hal tersebut diatas juga mulai menggejala pada organisasi korporasi dan pemerintahan,
sebagai contoh transaksi elektronik (maski tidak menggunakan bukti legal misal tandatangan
dan stempel) sudah menjadi bukti transaksi yang lazim dan sah. Pada Organisasi Publik /
Pemerintah misalnya mulai digunakannya berkas elektronik untuk proses Kenaikkan Pangkat
Regular dengan menggunakan istilah lesspaper (sedikit kertas) dan akan terus menjadi paperless
(tanpa kertas), contoh lain pengajuan dan pembayaran pajak dengan menggunakan e-filling
sehingga wajib pajak tidak perlu berjubel dikantor pajak.

3. REVOLUSI INDUSTRI 4.0 PELUANG ATAU ANCAMAN?


Kemajuan teknologi yang merupakan penggerak Revolusi Industri 4.0, dimana kemajuan
teknologi tersebut diwakili keberadaan teknologi informasi yang diwujudkan dalam berbagai
fasilitas aplikasi, penggunaan jaringan internet dan atomatisasi peralatan mekatronika lainnya
tetap meninggalkan permasalahan yang merupakan tantangan dimasa mendatang. Wolter
mengidentifikasi tantangan sebagai berikut:
 Masalah keamanan teknologi informasi
 Keandalan dan stabilitas mesin produksi
 Kurangnya keterampilan yang memadai
 Keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan
 Hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi
Suatu realita yang tidak dapat dipungkiri bahwa otomatisasi akan menghilangkan banyak
pekerjaan, bila dikaitkan dengan kontek statemen yang ’65 % pekerjaan saat ini akan hilang 10
tahun mendatang’, maka dampak ini yang saat ini menjadi bahan renungan bersama.
Irianto (2017) menyebutkan bahwa tahun 2020 struktur kerja berubah menjadi 1)
pemecahan masalah yang kompleks 2) berpikir kritis 3) kreativitas 4) manajemen orang 5)
kerjasama dengan orang lain 6) kecerdasan emosional 7) penilaian dan pengambilan keputusan
8) orientasi layanan; 9) negosiasi dan 10 fleksibilitas kognitif.

4. BAGAIMANA PNS MEMPERSIAPKAN DIRI MEMASUKI REVOLUSI INDUSTRI


4.0
Apakah kita (PNS) siap menghadapi kemungkinan 10 tahun mendatang?, hal ini tidak
cukup hanya direnungkan tetapi yang dipikirkan sekarang harus mulai direncanakan dan
dikerjakan mulai sekarang, karena waktu tidak akan kompromi dan akan melaju terus. Berikut
beberapa hal yang sekiranya dapat dikerjakan, antara lain;
 Memanfaatkan teknologi saat ini untuk mempelajari berbagai hal dalam rangka
mengantisipasi kemungkinan dimasa mendatang. Saat ini terdapat kecenderungan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi dilingkungan masyarakat (tidak terkecuali PNS) masih
sebatas mengikuti trend kehidupan sosial sebatas informasi dijadikan untuk memenuhi
rasa ingin tahu dan bahkan sekedar menumpuk sampah informasi (yang seharusnya tidak
penting tetap diakses). Penggunaan teknologi informasi belum pada tataran untuk
kepentingan peningkatan kapasitas. Teknologi Informasi yang diwujudkan dalam jejaring
internet dapat diibaratkan perpustakaan yang tiada batas sehingga pengetahuan apapun
bisa kita peroleh.
 Memperluas jejaring (network) dengan berbagai pihak, kungkungan bekerja di tempat
kerja tidak akan membatasi pengembangan jejaring pertemanan yang dapat memotivasi,
dan memberikan kesempatan untuk meraih kesempatan yang lain.
 Membangun kepercayaan dan memberikan pelayanan yang terbaik, maskipun informasi
dapat memberikan kepastian terhadap pelayanan tetapi saat dihadapkan pada hal-hal
tertentu masih diperlukan kontak fisik/bertatap muka untuk dalam hal ini harus mampu
membangun kepercayaan sehingga pelanggan menjadi lebih loyal dan citra organisasi
terangkat.
 Bekerja tidak hanya untuk hari ini, pada saat diberikan kepercayaan untuk melaksanakan
tugas maka tugas tersebut harus dikerjakan tidak hanya dengan baik tetapi harus harus
lebih baik dari yang dikerjakan sebelumnya.
 Belajar jangan berhenti dihari ini, bila mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat untuk
bekerja di hari ini maka hari esok harus mendapatkan informasi untuk merencanakan
kehidupan dimasa mendatang.

"65% Pekerjaan Hari ini akan Hilang 10 tahun mendatang" merupakan hal yang nyata dan pasti
akan terjadi, maka bersiap hari mulai sekarang akan membantu memperkecil resiko terimbas
karenanya.

F. KUMPULAN DO’A UNTUK MENUNJANG IKHTIAR KITA


1. DOA DIBERI KEMUDAHAN SEGALA URUSAN
Sebelum membahas perihal bacaan doa dimudahkan rezeki, hal yang tak boleh terlupa adalah
mengenai doa agar diberi kelancaran dalam urusan apapun. Seperti doa berikut,

‫ت سسههلل‬ ‫اَلللهللم لس سسههسل إشلل سماَ سجسعهلتسهل سسههلل سوأسهن س‬


‫ت تسهجسعلل اَلسحهزسن إشسذاَ ششهئ س‬

Alloohumma laa sahla illaa maa ja'altahu sahlaa, wa anta taj'alul hazna idzaa syi'ta
sahlaa.

Artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau
menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.

2. DOA AGAR DIPERMUDAH REZEKI


Ternyata doa dimudahkan rezeki halal bisa dilafalkan harus dengan niatan yang tulus.
Karena barangsiapa yang berdoa kepada Allah dengan hati yang khusyu’ dan berdoa sesuai
dengan aturan syariat.

‫اَسهلسحهملد شلش اَللشذ ه‬


‫ٍ ساَللهللم سباَشرهك فشهيشه‬،‫ى سرسزقسنشهىِّ هسذاَ شمهن سخهيشر سحهوةل شمننىِّ سولسقللوةة‬
Al-hamdu lillaahil ladzii rozaqonii haadza min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin,
alloohumma baarik fiihi

Artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah memberi rizqi kepadaku dengan tidak ada daya dan
kekuatan bagiku, ya Allah semoga Engkau berkahi pada rizkiku.

Bisa juga dengan menambahkan doa meminta diberikan rezeki yang baik dan halal
seperti berikut ini.

‫ك سعسلىِّ لكنل سشهىِّةء قسشدهيرْر‬


‫ب اَشنل س‬ ‫ب سولسسمسشقلةة سولس س‬
‫ضهيةر سولسنس س‬
‫ص ة‬ ‫ساَللهللم اَشننهىِّ اَسهسأ سلل س‬
‫ك اَسهن تسهرلزقسنشهىِّ شرهزلقاَ سحلسلل سواَشسلعاَ طسينلباَ شمهن سغهيشر تسسع ة‬

Alloohumma innii as-aluka an tarzuqonii rizqon halaalan waasi'an thoyyiban min ghairi
ta'abin wala masyaqqatin walaa dloirin walaa nashabin innaka 'a-laa kulli syai-in qodiir

Artinya: Ya Allah, aku minta pada Engkau akan pemberian rizki yang halal, luas, baik tidak
tanpa repot dan juga tanpa kemelaratan dan tanpa keberatan sesungguhnya Engkau kuasa atas
segala sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai