BAHAN AJAR

POMPA DAN KOMPRESOR

BAGIAN II : KOMPRESOR

OL E H :

IR. MADE SUARDA, M.ENG.

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Agustus 2016
 BAB I

DEFINISI DAN KLASIFIKASI KOMPRESOR

1.1. Definisi

Kompresor adalah suatu mesin untuk memanpatkan udara atau gas. Kompresor menerima
energi/kerja dari luar berupa daya poros. Fluida kerja (udara/gas) merupakan fluida compressible,
sehingga akibat kenaikan tekanan akan terjadi perubahan temperatur (T) dan rapat massa fluida (ρ).

2
 Gambar 1.1 Ilustrasi definisi kompresor

Seperti pada pompa, kompresor dalam kerjanya akan mentransfer energi mekanis dari suatu
sumber energi luar (prime mover) ke fluida kerjanya.

Kompresor Energi Fluida

Energi Mekanik
(Head: hz, hp, hv)
(Putaran Poros)

Gambar 1.2 Konversi energi pada kompresor

1.2. Klasifikasi Kompresor

Kompresor dapat diklasifikasikan berdasarkan prinsip kerjanya, menurut kenaikan tekanannya,

dan sebagainya.

1.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Prinsip Kerja

Berdasarkan prinsip kerjanya kompresor dapat dibedakan menjadi:

1) Positive Displacement Compressor

Fluida kerjanya diisap atas dasar pembesaran ruang kerja, sedangkan fluida kerja dimampatkan atas
dasar pengecilan ruang kerja. Lebih jauh berdasarkan cara merubah volume ruang kerjanya
kompresor displacement dapat digolongkan menjadi:

3
 a. Kompresor Torak (Reciprocating Compressor)
Perubahan volume ruang kerja diakibatkan oleh gerakan bolak-balik translasi dari
torak.
b. Kompresor Rotari (Rotary Compressor)
Perubahan volume ruang kerja diakibatkan bilah-bilah sudu yang berputar tidak
konsentris relatif terhadap casing. Lebih jauh berdasarkan elemen rotarinya,
kompresor rotari dapat digolongkan dalam: Screw type, Roots/Lobe type, dan Vane
type.

2) Rotodynamic/Centrifugal/Turbo/Dynamic Compressor
Fluida kerja dialirkan secara kontinyu dalam rotor yang berputar akibat efek dinamik oleh rotor ke
fluida kerja sedemikian sehingga daya yang diberikan melalui poros rotor akan dikonversikan
menjadi energi fluida berupa kenaikan total head fluida kerjanya. Lebih jauh berdasarkan
konstruksinya kompresor ini dapat digolongkan menjadi:

a. Kompresor Sentrifugal Tipe Radial

Aliran fluida secara aerodinamis dalam arah radial. Komponen utamanya adalah rotor dan
volute chamber.

b. Kompresor Sentrifugal Tipe Axial

Aliran fluida secara aerodinamis dalam arah axial. Komponen utamanya adalah rotor dan
sudu-sudu stator.

3) Ejector

Sedangkan menurut kenaikan tekanannya kompresor dibedakan menjadi:

1) Ventilator/Fan : (pd /ps = 1 ~ 1,1)

2) Blower : (pd /ps = 1 ~ 3,0)
3) Compressor : (pd /ps ≥ 3)

1.3. Pemakaian Kompresor

4
 Pemakaian kompresor sangat luas, antara lain:

Ventilator banyak digunakan sebagai penukar udara (ventilasi) atau pembuang udara (exauster).

Blower banyak digunakan sebagai penghembus udara pada tanur tinggi pabrik baja atau sebagai
pengaduk larutan kimia.

Kompresor banyak digunakan sebagai penyedia udara tekan untuk peralatan pneumatik dan rem
kendaraan, untuk memampatkan gas nitrogen/gas-asam/gas-nitrat pada industri kimia, untuk
kompresor gas CO2 pada pembuatan pupuk urea, untuk pengecatan, untuk supercharger atau untuk
menstater mesin kapal.

5
 BAB II
PROSES KOMPRESI

Teori dasar kompresi untuk gas ideal adalah :

Hukum Boyle

Jika gas dikompresikan (atau diekspansikan) pada temperatur tetap, maka tekanannya akan
berbanding terbalik dengan volumenya.

P1 . V1 = P2 . V 2 = konstan

Hukum Charles

Semua macam gas apabila dinaikkan temperaturnya sebesar 10 C pada tekanan tetap, akan

mengalami pertambahan volume sebesar 1 0

273 dari volumenya pada 0 C dan sebaliknya.

1  t 
V1 = V0 + . t 1 . V0 = V0 1 + 1 
273  273 

V1 (273 + t 1 ) V1 T
= = 1
V2 (273 + t 2 ) V2 T2

Jadi pada proses tekanan tetap, volume gas berbanding lurus dengan temperatur mutlaknya.

Hukum Boyle – Charles

PV = mR T m = massa gas (kg), w = m/time

Pv = RT T = Temperatur mutlak (K)

Pv
= R = konstan P = Tekanan mutlak (N/m2 )
T

6
 v = Volume spesifik (m3 /kg)

P.Q = w.R.T R = Konstanta gas (m2 /dt 2 .K)

untuk : udara lembab pada t = 20 0 C R = 29,46 (m2 /dt 2 .K)

udara kering pada t = 0 0 C R = 29,27 (m2 /dt 2 .K)

Massa :m = n x mw

Dimana : n = jumlah mol

mw = berat melekul

Konstanta gas spesifik adalah :

R = Ugc / mw

Dimana : Ugc = konstanta gas universal

Compresibility

Dari hukum persamaan gas ideal dapat diturunkan persamaan faktor kompresibilitas Z.
P.v = Z.R.T  Z = P.v / (R.T)  P.Q = w.Z.R.T
Temperatur kritis (Tc) adalah temperature dimana suatu gas tidak akan mencair pada
peningkatan tekanan yang terjadi. Sedangkan Tekanan kritis (P c) tekanan yang dibutuhkan pada
temperatur kritis supaya gas berubah keadaan.

Temperatur berkurang (reduced temperature) :

Tr = T / Tc

Tekanan berkurang (reduced temperature) :

Pr = P / Pc

7
 Spesific Gravity SG adalah ratio berat jenis gas terhadap berat jenis udara kering.
SG = mw / 28.96
Accoustic velocity dapat dihitung dengan persamaan :

a = k .R.g .T

Dimana : k = rasio panas spesifik

Mach number :

Ma = v / a

Kompresi gas dapat dilakukan menurut tiga cara yaitu Isothermal, Adiabatic, Politropic dan
Isentropic.

11.1 Kompresi dan Proses Isothermal

Pada proses kompresi pada suatu sistem tertutup ada energi mekanik yang diberikan dari luar.
Energi ini diubah menjadi energi dalam (u) dari gas sehingga temperatur gas naik selaras dengan
kenaikan tekanan gas.

Jika temperatur gas dapat dijaga tetap, maka disebut “kompresi isothermal”.

p.V = konstan atau p.v = konstan

8
 p1 . V1 = p2 . V2 atau p1 . v1 = p2 . v2

Pada proses ini, tidak ada perubahan temperatur. Namun pada kompresor sesungguhnya tidak
mungkin untuk menjaga temperatur udara/gas dalam silinder tetap, karena cepatnya proses kompresi.

∴ Untuk perhitungan kompresor tidak banyak gunanya.

11.2 Kompresi dan Proses Adiabatik

Adalah proses kompresi dimana silinder/sistem diisolasi secara sempurna, sehingga tidak ada panas
yang masuk/keluar sistem, maka :

p . V k = konstan atau p . v k = konstan

p1 . V1 k = p2 . V2 k atau p1 . v1k = p2 . v2k

Cp
dimana : k = ; Cp = panas jenis pada p konstan
Cv

Cv = panas jenis pada v konstan

k = 1,401 untuk udara kering.

Proses adiabatik tidak pernah sempurna, namun sering dipakai dalam pengkajian teoritis proses
kompresi E m U, maka temperatur dalam proses adiabatik secara teoritis :

(k -1 )
T2 p  k
=  2 
T1  p1 

Pengkajian proses kompresi secara teoritis di dalam kompresor umumnya dianggap berlangsung
adiabatik.

9
11.3 Kompresi dan Proses Politropic

Proses politropik adalah proses kompresi sesungguhnya yang ada diantara proses isothermis dan
adiabatik.

p . V n = konstan atau p . v n = konstan

p1 . V1 n = p2 . V2 n atau p1 . v1 n = p2 . v2 n

n = eksponen politropik, 1 < n < k, biasanya n = 1,25 ÷ 1,35

Perubahan temperatur dapat dihitung :

(n -1 )
T2 p  n
=  2 
T1  p1 

11.4. Proses Isentropik

Adalah proses yang berlangsung secara adiabatik dan menganggap tidak adanya kerugian-kerugian
yang diakibatkan oleh efek gesekan, efek sirkulasi dan lain-lain. Isentropik = Adiabatik – Reversible.
Pada proses isentropik, entropi spesifik udara/gas yang dikompresi menjadi konstan.

10
 Gambar 11.1.

Proses Isentropik

Yi = h 2s - h1 = Cp . (T2s - T1 )

( k-1)
p  k
T 2s = T1 .  2 
 p1 

Proses Politropik

Yp' = ∆h = h 2 - h 1 = Cp . (T2 - T1 )

( n-1)
p  n
T2 = T1 .  2 
 p1 

Persamaan energy untuk proses aliran steady :

Kerja teoritis :

11
Persamaan head adiabatic :

Kerja poros adiabatik :

Kerja poros politropik :

12
 BAB III
KARAKTERISTIK KOMPRESOR

Compressible Flow

Pada aliran kompresibel, karena kecepatan aliran tinggi, akan menyebabkan perubahan tekanan
yang cukup besar yang kemudian akan berkaitan dengan perubahan temperatur dan densitas yang
cukup berarti.

C >> ∆ p >> ∆ ρ >> & ∆T >>

Pada steady-one dimensional compresible flow dari gas ideal :

1)Continuity Equation :
A . C = konstan

2)Momentum :
F . dt = m . dv dE = Q . ω . r . dc

3)Energy Equation :

p1 c12 p2 c 22
m.g.z1 + m. + m. + W = m.g.z2 + m. + m. + m.g.HL
ρ 2 ρ 2

4)State Equation :
P = ρ .R .T

Ru
R = : Konstanta gas
Mo

Ru = Konstanta gas universal

= 8.314 N.m/kg.mole.0C

Mo = Massa molekul

13
Internal Energy

u = u ( v,T )

γu  γ 
du =   . dT +  u  . dv
 γT  V γ v T

 γu 
  . dv
 γv T

Enthalpy

h = u + p .v

untuk gas ideal h = u + RT

Secara umum :

h = h ( p,T )

γ h  γ 
dh =   . dT +  h  . dp
γT  p γ p 
 T

γh 
  . dp
γp 
 T

dari : h = u + R T

Cp = Cv + R

Cp k .R R
k = Cp = Cv =
Cv k -1 k -1

Entropi

14
 γQ γ Q
∆S = rev ∫ atau dS =  
T  T  rev

γQ
≤0 ds ≥ atau Tds ≥ γ Q
T

γQ
T. ds = reversible process
dm

γQ
T. ds > irreversible process
dm

γQ
Untuk proses adiabatik =0
dm

∴ ds = 0 adiabatik reversible process

ds > 0 irreversible adiabatik process

Untuk semua process yang berada dalam kondisi equilibrum (reversible), berlaku :

T.ds = du + p dv

T.ds = dh – v dp

Bila Cp dan Cv dianggap konstan

S2 – S1 = Cv . ln (T2 /T1 ) + R . ln (v2 /v1 )

S2 – S1 = Cp . ln (T2 /T1 ) – R . ln (p2 /p1 )

v dp p dv dp Cp dv dp dv
dT = = – + . = + k. = 0
Cp Cv p Cv v p v

ln p + k . ln . v = ln C

ln p + ln vk = ln C p . vk = konstan

Energy Balance of Compresible Flow

15
 Gambar 12.1. Volume Atur Untuk Aliran Terkompresi

Gambar 12.2 h-s diagram

(3) (3) (0) (1)

. . . . γ
Q + W shaft + W she ar + Wo ther =
γt ∫ e.ρ.dv + ∫ (e + pv ) . ρ. v. d A
Cv Cs

2
v
dimana : e = u + + g.z
2

16
 ρ1 . v1 . A1 = ρ2 . v 2 . A 2 = m

   v2 
{ } { }
2 2
 u + p . v + v1  - ρ . v1 . A 
+ u2 + p 2 . v2 + + ρ2 . v 2 . A 2
 1 1 1
2 
1 1
 2 
   

 v2
2
  2

(∆ h )S 
= h2 +  -  h + v1  = h − h
 2   1 2  o2 o1
   

 2

 h+v 
 2 
 

 v 2  
2
v1 
2

(∆ h ) 
= h2 + - h1 + + ∑ ∆ hL
 2   2 
   

ho2S - h o1
ηC =
h o2 - ho1

h 2S - h 1
ηC =
h2 - h1

Efisiensi kompresi :

Yi h - h1
ηc = = 2s
Yp h 2 - h1

Daya poros teoritis yang diperlukan :

SHP t = mt . Yi = mt . (h2s – h1 )

dimana :

17
 mt = ρ t . Qt

Daya poros aktual yang dibutuhkan :

Q t Yp Q (h - h ) Q (h - h )
SHP = ρ1 . . = ρ 1 . t . 2 1 = ρ 1 . t . 2s 1
ηv ηm ηv ηm η v ηm . ηc

SHPt
SHP =
η op

Efisiensi total operasional kompresor :

η op = η v .η m . η c

18
 BAB IV
RECIPROCATING COMPRESSOR

Gambaran umum reciprocating compressor :

 Jenis displacement compressor

 Bagian utamanya adalah piston yang bergerak bolak-balik (menghisap dan menekan)
udara/gas
 Jumlah silinder : satu atau lebih
 Kerja : single-acting atau double acting
 Susunan silinder ; inline, V, W, atau radial

13.1 Prinsip Kerja

Gambar 13.1 Prinsip kerja kompresor torak

1–2 : Proses kompresi, dari Ps – Pd , sampai P d > Ptank (2)

2 – 3 : Proses discharge, mulai saat P d > Ptank discharge valve is opened (2)

19
3–4 : Proses ekspansi, karena Vc pada P d , udara/gas berekspansi (dari TDC) (3) hingga mencapai P s
dimana suction valve is opened (4)

4–1 : Proses suction, mulai (4) dimana P s < Pa sampai BDC (1)

∴ Volume isap V4 – 1 < Vs , karena udara/gas pada Vc, P d > P a sehingga udara/gas dalam Vc tersebut
berekspansi karena tekanannya masih > P a sehingga suction valve belum mampu terbuka.

13.2 Performance Kompresor Torak

13.2.1 Displacement Rate (Kapasitas Teoritis)

π n
Qt = . D2 . L. .z untuk single acting
4 60

π
Qt = (
. 2 D 2 - d 2 .L . ) n
. z untuk double acting
4 60

dimana : D = diameter piston (m)

n = rpm poros

d = diameter batang torak (m)

z = jumlah torak/piston

L = stroke/langkah torak (m)

13.2.2 Volumetric Efficiency

Penyebab :

1) Clearance volume
2) Internal leakage : kebocoran pada valve, ring piston, cylinder cover
3) Gas friction in suction valve pressure drop ρ <<
4) Pemanasan awal gas masuk silinder akibat temperatur silinder yang tinggi

20
 Clearance Volumetric Efficiency :

η vc = 100 - C (r ) - 1
1
k
 

dimana : C = clearance volume (%), [ 4 % (besar) ~ 8 % (kecil) ]

r = Pd / P s , compresion ratio

k = eksponen adiabatik, k = 1,401 untuk udara kering

Total Volumetric Efficiency :

η vo = 100 + C - L - (r )

{ }. z
1
k S 
z d 

 1

V  P  n

≅ 1 - c  d 
 - 1
VS  PS  
 

dimana : L = kerugian karena faktor 2, 3, 4 di atas

≅ 4 % ~ 6 % , menurut Chlumsky

zs = faktor komprebilitas pada P s tabel gas

zd = faktor komprebilitas pada P d

n = koefisien ekspansi gas dalam volume cylinder, n = 1,2

13.2.3 Flow Rate

Kapasitas aktual kompresor torak :

Q act = Q t .η vo (m3 /detik)

21
 Laju aliran massa udara/gas yang dihasilkan :

13.2.4 Daya Poros

Daya kompresi teoritis yang diperlukan (daya adiabatik) :

i  k-1

z .k P  ik 
. PS . Q S  d  -1

k -1  P 
 s  

Daya poros aktual :

Pt Pt
Psh = =
η c . η vo .η m η op

dimana : η c = efisiensi kompresi adiabatik (0,76 ~ 0,83)

η vo = efisiensi volumetric total

η m = efisiensi mekanis, ≅ 0,90 ~ 0,95 untuk 1 tingkat

≅ 0,88 ~ 0,92 untuk tingkat banyak

η op = efisiensi adiabatik total operasional

13.3 Dimensi Utama Kompresor

L
(1) (Satisfactory Ratio)
D

L/D ≤ 0,5 untuk High Speed Comp. (Cm = 2 m/dt; Qs ≤ 160 m3 /jam)

22
 L/D < 0,5 untuk Low Speed Comp.(Cm = 2 m/dt; Qs ≤ 4000 m3 /jam)

(2) Cm (mean piston velocity)

Cm ≤ 2 m/dt untuk Small Comp. (Qa < 160 m3 /jam)

Cm ≤ 3 m/dt untuk Medium Comp. (Qa = 160 – 4000 m3 /jam)

Cm ≤ 5 m/dt untuk Large Comp. (Qa > 4000 m3 /jam)

13.4 Kompresor Torak dengan Dua Tingkat Kompresi

- Untuk perbandingan kompresi yang tinggi

- Memberikan η o p >> untuk r yang sama (1 tingkat)

- Selalu digunakan intercooling power <<

Gambar 13.2. P-V diagram kompresor torak dua tingkat dengan intercooler

23
 Pada Gambar 13.2, udara/gas pada tekanan intermediate, p2 , dengan temperatur, t2 , didinginkan
pada intercooler ke temperatur yang lebih rendah t 2 dengan tekanan konstan p2 . Besarnya tenaga
kompresi dua tingkat dengan perbandingan antara ini adalah luasan yang diarsir dibatasi garis kurva 2-3-
3’ dan 2’.

Reciprocating or Piston compressors are the most common machines available on the market. They are
positive displacement compressors and can be found in ranges from fractional to very high
horsepowers. Positive displacement air compressors work by filling an air chamber with air and then
reducing the chamber’s volume (Reciprocating, Rotary Screw and Rotary Sliding Vane are all positive
displacement compressors). Reciprocating compressors work in a very similar manner as does as
internal combustion engine but basically in a reverse process. They have cylinders, pistons, crankshafts,
valves and housing blocks.

Contoh Soal

24
25
26
27
28
29
30
31
 BAB V
KOMPRESOR ROTARY

There are several types of rotary compressor, the most common being “Rotary vane compressors”
and “Roots blowers”; both tend to be used for low pressure-ratio applications, and run at relatively high
speeds.

4.1. Rotary Screw Air Compressor

The rotary screw air compressor (helical-lobe compressor) has become the most popular source of
compressed air for industrial applications. A major reason is its simple compression concept. Air enters a
sealed chamber where it is trapped between two contra-rotating rotors. As the rotors intermesh, they
reduce the volume of trapped air and deliver it compressed to the proper pressure level. This simple
compression concept, with continuous contact cooling, allows the rotary screw air compressor to
operate with temperatures approximately one half that generated by a reciprocating compressor. This
lower temperature enables the rotary screw air compressor to operate in a "fully loaded" continuous
duty cycle 24 hours per day, 365 days per year, if necessary. Its ability to operate for extended periods
of time makes the rotary compressor ideal for demanding industrial applications.

Gambar 5.1. Screw compressor

Why Rotary compressor ?

Designed to provide pulsation-free air

24 hours a day, 100% continuous
duty, Quiet operation, Energy

32
 efficient at full load, Extended service intervals, Reliable long life, Improved air quality

Rotary Screw Compressors work on the principle of air filling the void between two helical mated
screws and their housing. As the two helical screws are turned, the volume is reduced resulting in an
increase of air pressure. Most rotary screw compressors inject oil into the bearing and compression
area. The reasons are for cooling, lubrication and creating a seal between screws and the housing wall to
reduce internal leakage. After the compression cycle, the oil and air must be separated before the air
can be used by the air system.

4.2. Rotary Sliding Vane Compressor

Rotary Sliding Vane Compressors like Reciprocating and Rotary Screw compressors are positive
displacement compressors. The compressor pump consists primarily of a rotor, stator, and 8 blades. The
slotted rotor is eccentrically arranged within the stator providing a crescent shaped swept area between
the intake and exhaust ports. As the rotor turns a single revolution, compression is achieved as the
volume goes from a maximum at the intake ports to a minimum at the exhaust port. The vanes are
forced outward from within the rotor slots and held against the stator wall by rotational acceleration.
Oil is injected into the air intake and along the stator walls to cool the air, lubricate the bearings and
vanes, and provide a seal between the vanes and the stator wall. After the compression cycle, the oil
and air must be separated before the air can be transferred to the air system.

Rotary vane compressors usually compress the gas in two stages, firstly by reducing the volume of
the chamber containing the gas (i.e. volume a is greater than volume c in the diagram below). Further

33
compression takes place when the outlet port is exposed and some of the previously compressed gas in
the outlet pipe flows back into the chamber, compressing the charge (irreversibly) up to the outlet
pressure (process d-e). Lastly, the compressed gas (including the back-flow quantity) is pushed out of
the space at constant pressure into the outlet pipe. Both parts of the compression are rapid and are
effectively adiabatic, but neither is reversible because of significant frictional effects, even during the
volume reduction stage. Thus the gas outlet temperature is even higher than would be expected from a
reversible adiabatic (isentropic) compression (i.e. n > γ ).

Roots Blowers
Roots blowers use a mechanism with clearances between lobes and synchronised with gears, which
transfers fluid with zero reduction in volume, (i.e. they could pump a liquid) so all compression of gas is
done by back–flow from the outlet pipe (like the second part of compression in a rotary vane
compressor). The pV diagram thus has no curved portion at all, and cycle power requirements are
greater.

34
Compression Work
The work done by a rotary compressor can be found in one of two ways, a detailed examination of
processes inside the machine, or a general energy balance.

Analysis of internal processes If we have details of its internal geometry, we can analyse the pV diagram
to calculate the work done in compression.

Irreversible adiabatic compression a-d (we can ignore a-b-a):

Constant pressure “pumping” e-f (after the irreversible back-flow process d-e with no change in system
volume):

35
Constant pressure induction f-a:

So total work done to compress quantity of gas va is:

If we take va to be 1 m3 , we can calculate the compression work per cubic meter FAD.

Analysis of steady flow energy balance

Alternatively, since vane type compressors are a “steady flow” devices, compression work can be found
from the steady flow energy equation (SFEE) as long as we know the inlet and outlet conditions:

Since heat losses and changes in kinetic and potential energy are negligible, the equation reduces to:

for any fluid: (for ANY fluid)

or, for ideal gas: (for an IDEAL GAS)

or, for mass m of ideal gas: (for an IDEAL GAS)

Isentropic Efficiency of Rotary Compressors

The ideal compression process for any compressor would be isothermal, because this requires least
work.Rotary compressors run at relatively high speeds, so compression is very rapid, and there is little
time for heat flow (adiabatic). This means the best rotary compressor we could hope for would only be
able to achieve reversible adiabatic (isentropic) compression.

36
 Gambar

Real rotary machines have frictional effects from gas turbulence, shock due to rapid changes in
flow direction, and mechanical contact between moving parts and walls. The gas temperature rise is
therefore even greater than would be expected from a reversible adiabatic process. Because of this
limitation, we arbitrarily choose to compare rotary compressor power with that for a reversible
adiabatic (isentropic) process, and refer to its. Isentropic Efficiency (rather than Isothermal Efficiency as
was used with reciprocating compressors). Note, this is despite the fact that the best process is still
isothermal.

Deriving the isentropic efficiency for a rotary compressor is straight forward. Consistent with the
“general” definition, it is defined as:

Gambar

37
Showing the irreversible adiabatic compression process on a T-S diagram, we se that it will inevitably
(from the Second Law) produce an increase in entropy (and the final gas temperature will be higher than
the reversible equivalent). Thus:

Comparing Rotary and Reciprocating Compressors

Having adiabatic compression, rotary compressor cycles would require more power to compress a given
quantity of gas than an equivalent reciprocating machine cycles which are closer to isothermal. The
rotary compressor’s compression by back-flow (when internal compression is insufficient to reach the
actual discharge pressure) makes it even more inefficient. Against this characteristic, their mechanical
compactness, lightness and simplicity, leads to a good mechanical efficiency.

At high compression ratios, rotary compressors would be very inefficient. So they tend to be used
at relatively low pressure ratios, where their good mechanical efficiency tends to offset their
compression process which is poor compared to that of reciprocating machines.

Reciprocating and rotary compressors therefore have similar overall efficiency when used in their
appropriate operating ranges.

Pressure rasio :

Displascement of screw compressor :

38
The rotor tip velocity :

39
40
41
Problem:

A rotary vane compressor 90 m3 of air per minute at 100 kPa, 25°C and compresses it to 270 kPa.
During the internal compression before back-flow, the volume is reduced by 35% at an isentropic
efficiency of 85%. Drawing a pV diagram for the machine and, assuming for convenience that the
induced volume is 1 m3 , calculate the:

(i) temperature at the end of internal compression if reversible;

(ii) temperature at the end of actual internal compression;

(iii) pressure at the end of actual internal compression;

(iv) work done/m3 of air for actual internal compression process;

(v) total net compression work done/m3 of air;

42
 (vi) indicated power of the compressor;

(vii) shaft power to drive the compressor if its mechanical efficiency is 90%;

(viii) overall isentropic efficiency of compressor (including mechanical losses);

(ix) shaft power to drive a Roots blower with the same flow rate, pressures, and mechanical
efficiency;

(x) overall isentropic efficiency of the Roots blower (including mechanical losses).

Contoh Soal

Molecule weight

43
 C = typical profile constant
d 3 .L / d
Qr =
C = 2.231 for circular profile

= 2,055 for asymmetric profile

Qd = Qi / η v

N = Qd / Qr

R = Ugc / mw

a = (k.g.R.T)1/2

u = π.d.n

44
45
46
47
48
 BAB VI

KOMPRESOR SENTRIFUGAL/RADIAL

15.1. Prinsip Kerja Kompresor Sentrifugal Radial

Pada kompresor sentrifugal/radial (juga pada kompresor axial) proses kompresi
dihasilkan dari efek dinamik antara sudu dengan fluida kerja yang mengacu pada persamaan moment of
momentum. Centrifugal

Compressors are not positive displacement compressors like the Reciprocating, Screw or Vane
Compressors. They use very high speed spinning impellers (up to 60,000 rpm) to accelerate the air then
diffuser to decelerate the air. This process, called dynamic compression, uses velocity to cause an
increase in pressure. In most Centrifugal compressors, there are several of these impeller/diffuser
combinations. Typically, these machines have intercoolers between each stage to cool the air as well as
remove 100% of the condensate to avoid impeller damage due to erosion.

49
 Gambar 15.1 Prinsip kerja kompresor radial

15.2. Komponen-Komponen Kompresor Sentrifugal Radial

50
Hukum Kontinyuitas di dalam Impeller

Hukum Kekekalan Massa

ρ1 . c m1 . π D1 . b1 c m1 . π D1 . b1
k1 ρ1 k1

ρ 2 . c m2 .π D2 . b2 cm2 . π D 2 . b 2
k2 ρ2 k2

ρ1 . c m1 . π D1 . b1 ρ2 . c m2 . π D 2 . b 2
k1 k2

Kecepatan normal

∴
ρ1 .π D1 . b1 ρ2 .π D2 .b2

dimana : k = faktor ketebalan sudu, k > 1

15.3. Tout, PRS, Head dan Power Kompresor Radial

Kerja Spesifik Teoritis

Energi mekanis per satuan massa alir untuk menaikkan energi fluida yang dialirkan.

p2 c 2   p1
2
c1 
2

Yt = E 2 - E 1 = g . H t 
=  + z 2 .g +   
ρ 2  -  ρ + z1 .g + 2 
 2   1 

15.4. Performance Kompresor Radial

51
Tinggi Tekan (Head) Teoritis

p2 c 2   p1
2
c1 
2


=  + z2 +   
Ht
γ 2g  -  γ + z 1 + 2g 
 2   1 

Kenaikan Tekanan Teoritis

Kenaikan energi fluida yang dinyatakan dalam satuan tekanan :

 c2 . ρ   c .ρ 
2 2

∆ pt = E 2 - E1 = p 2 + γ . z2 +
  -  p 1 + γ . z1 + 1
 


 2   2 

Kerja Spesifik Teoritis dengan Perubahan ρ dan T

Bila Δ pt >> ρ dan T berubah h berubah

(Δ z << diabaikan)

 c2  
2
c1 
2
 c 22 - c 12 
Y t = E 2 - E 1 =  h 2s + - h1 +  = (h 2s - h 1 ) +  
 2   2   2




Persamaan Euler untuk kerja spesifik (dari persamaan momentum) :

Y t = (u 2 . c 2u - u 1 . c 1u )

Tinggi tekan teoritis :

(u 2 . c 2u - u 1 . c1u )
Ht =
g

Untuk kompresor radial tanpa sudu-sudu pengarah sebelum impeller

c1 ⊥ u c 1u = 0 dan c m1 = c 1

u 2 . c 2u
∴ Y t = u 2 . c 2u dan H t =
g

52
Daya Teoritis yang Dibutuhkan

ρ . Q t . Yt pd
ps η i, iso
ρ . g . Q t . Ht 5 - 10 0,6 - 0,75
1,5 - 1,9 0,65 - 0,84
1,05 - 1,5 0,70 - 0,85
2,0 - 3,0 0,60 - 0,8

Daya Poros Actual yang Dibutuhkan

Pt ρ . Q t . Yt
Psh = =
η op η v .η c .η m

15.5. Dimensi Utama Kompresor Sentrifugal Radial

Bilangan Pengenal untuk Kompresor

Diperoleh dari pengalaman dan pengujian

ρ . u 22
 Bilangan Tekanan (ψ)
2
u2 suatu yang khas tekanan statis yang diukur dari

∆p 2 .Y
ψ = = (tanpa dimensi)
ρ . u 22 u 22
2

 Bilangan Kapasitas (φ )
Berkaitan dengan kapasitas aliran yang melewati rotor, seluas π . D 22 , tanpa memperhitungkan
4

diameter hub.

Q c 2m . D 2 . π . b 2 c 2m b2 4 .Q
ϕ = = = 4. . =
π . D 22 . u 2 π . D 22 . u 2 u2 D2 π . D 22 . D 2 . π . n
4 4 4

53
 4 .Q
ϕ = (dimana n RPS)
π 2 . D 23 . n

 Putaran Spesifik (ns)

n . Qa
ns = (dimana n RPM)
4 3
Ha

 Bilangan Putaran (σ )
1 /2
 4 .Q 
 3 2 
ϕ 1/ 2 D .π . n 
σ = =  2 3/ 4
ψ 3/4  2. Y 
 
 (π . D 2 . n )
2


Q 1/2 ns
σ = n. .2 π =
(2 . Y ) 3/ 4
157,8

 Bilangan Diameter
Untuk ; Qt , Yt dan Ht yang sama, bila n berbeda D2 berbeda

1/ 4
 2.Y 
 2 
δ =
ψ 1/4
= 
(π . D 2 . n )  δ = D2 . 4
2 .Y π
.
ϕ 1/ 2
1/ 2
 4.Q  Q2 2
D 3 .π 2 . n 
 2 

Diagram Cordier

Diagram yang digunakan untuk menentukan δoptimal (D2 ) atau σoptimal (n) sehingga diperoleh
konstruksi rotor dengan efisiensi yang optimal.

54
 Gambar 15.2 Diagram Cordier

Diagram Cordier digunakan terutama untuk :

1. Dalam Perencanaan
Bila Qt , Yt dan n diketahui D2 yang terbaik

Bila Qt , Yt dan D2 diketahui n yang optimal

2. Untuk mengontrol apakah efisiensinya sudah maksimal

Bila Qt , Yt , D2 dan n diketahui ρ dan δ dihitung

masukkan ke diagram Cordier apakah kompresor yang dipilih

optimal (match dengan grafik ?)

15.6. Contoh Soal

55
Soal :

Suatu ventilator

- Kapasitas suction, Qs = 4,16 m3 /det

- Kenaikan tekanan, Δp = 180 mm.aq. = 1.800 N/m2
- Putaran, n = 1.450 rpm
- Fluida kerja : udara pada kondisi isap :
ps = 1,03 bar ≅ 103.000 N/m2

t s = 20 0 C = (20 + 273) K = 293 K

Penyelesaian :

Tekanan rata-rata :

∆p 1.800 N
pm = ps + = 103.000 N 2 + 2 = 103.900
N 2
2 m 2 m m

Kerapatan rata-rata :

pm 103.900 N 2
m kg
ρm = = = 1,215 3
R . Ts  287 N m  (293 K ) m
 kg . K 


Head ventilator :

∆p ∆c2 1.800 N 2
H = ∆z + + = 0 + m + 0 = 151 m
ρg 2g 1,215 kg



3  9,81
m 
(
m 2
dt
)
Kerja spesifik :

Y = g . H = 9,81 m ( dt
2 )(151 m ) = 1.481 m 2

dt
2
 J 
 kg 
 

Bilangan putar :

56
 Qs  1.450 1
σ = n . 3/4 . 2 . π =  menit
(
 4,16 m

3

det ik
(2 ) π )
1 /2
( )
= 0,44
H  60 detik
 menit

(
 2 x 1.481
m2
detik 2
3/4
)
Putaran spesifik :

ns = n .
Qs
(
= 1.450 1
() 4,16 m 3

detik
) 1/ 2

= 69,7 rpm
H 3/4 menit (151 m)
0, 75

Dari diagram Cordier dapat dillihat bentuk

roda jalan (rotor) yang sesuai yaitu roda jalan

radial ? Diagonal juga, didapat :

Bilangan diameter yang optimal ;

δ = 2,4

agar memberikan efisiensi yang tinggi

Diameter luar rotor ;

57
 σ

δ
D2 =
2. Y π
4
2
.
Q 2
2,4
= = 0,735 m
2 (1.481 ) π
4 .
(4,16 )2 2

Diagram Cordier (lihat hal. 45)

Kecepatan keliling sisi luar rotor :

n (1.450 1 )
u 2 = D 2 .π . = (0,735 m ) . π . menit = 57 m
detik
60 60 detik
menit

Kecepatan udara masuk :

c s = ε . 2 . g . H ; dimana ε = 0,15 ~ 0,35 dipilih ε = 0,25

c s = 0 ,25 . 2 . (9,81) . (151) = 13,61 m

detik

58
Diameter lubang masuk :

4. Q 4 (4,16)
DS = = = 0,624 m
π .c s π (13,61)

Diameter sisi masuk/dalam rotor :

D1 ≅ Ds = 0,624 m

Kecepatan keliling sisi dalam rotor :

 1 
 
u1 = D1 . π . n = 0,624 m . 3,14 . 1.450 menit 
60  detik 
60
 menit 
= 47,35 m
detik

Kecepatan masuk sisi dalam rotor :

c1 = c s = 13,61 m
detik

Sudut α 1

α1 = 90 0 , untuk pemasukan tegak lurus (tanpa stator)

∴ c1u = 0

w1 W1 = c 12 + u 12
0 c1
90

β1
=

α1
u1 c1
β 1 = tg - 1 = tg - 1 ( ) =
u1

59
 Qs
b1 =sisi masuk :
Lebar dimana: c1m = c1 (karena tegak lurus)
D1 . π . c1m

=
(4,16 m detik)
3

= 0,16 m
(0,624 m)(π ) (13,61 mdetik)

Kecepatan c 2u :

g .H
c 2u = asumsi η c = 0,8
ηc .u2
(9,81 m/det 2 )(151 m)
= = 32,5 m/detik
(0 ,8) (57 m/det)

Lebar sudu pada sisi keluar :

b2 = 0,9 . b1 = 0,9 . 0,16 m = 0,144 m

Kecepatan arah radial :

Qs 4,16 m 3 / det
C 2m = = = 12,53 m/det
b 2 .π . D 2 0,144 m . 3,14 . 0,735 m

60
 c 2 = c 2u2 + c2m
2
= (32,5)2 + (12,53)2 = 34,83 m/det
w2 = c2m
2
+ (u2 - c 2u) 2 = (12,53)2 + (57- 32,5)2 = 27,52 m/ det
α2 β2 c 
α2 = tg-1  2 m  =
 c2u 
c 
β2 = sin-1  2m  =
 w2 

61
Contoh Soal-5 (Kompresor Centrifugal)

62
63
64
65
66
67
68
69
 BAB VII

AXIAL COMPRESSOR

7.1. Prinsip Kerja Kompresor Axial

Sentrifugal/radial Axial

Tergolong : Rotodynamic compressor

Kompresi : Efek dinamik antara sudu

Dengan fluida kerja

Aliran fluida : Arah radial Arah axial

Pada daya sama : Q << Q >>

H >> H <<

p2 /p1 >> p2 /p1 <<

untuk Q >> paralel untuk H >> multistage

D2 >> uk. radial kecil

7.2. Komponen-Komponen Kompresor Axial

1 stage : Rotor + Volute chamber Rotor + Stator

U1 ≠ U2 U1 = U2

Cm1 ≠ Cm2 Cm1 = Cm2

70
 ω

2
w3
2

w 12
2

Persamaan Kontinyuitas

Hukum kekekalan massa :

π
ω ρ1 . c m1 . . ( Do2 - D i2 )
4
k1

π
ρ 2 . cm 2 . ( Do2 - D22 )
4
71 k2
 Bila ∆p<< ρ1 = ρ 2 = ρ π
ρ. . ( Do2 - D i2 )
4

k 1 = k2 = k

Do = Diameter luar rotor (Ø casing )

Di = Diameter dalam rotor (Ø hub )

k = Faktor ketebalan sudu (k >1)

7.3. Pitch Line Analysis

Suatu analisa unjuk kerja dari individual compressor stage (rotor-stator) pada posisi jari-jari rata-
rata (Mean Radial Section) dari sudu, pada kondisi :

Hub-Tip Ratio  h  besar

r
- Sudu/blade pendek
 rt 

- Mempunyai penampang yang sama pada setiap posisi radial dA = konstan

dr

dp
- Variasi tekanan rad. diabaikan = konstan
dr

- Variasi kecepatan rad. diabaikan dv = konstan sehingga terjadi Radial Equilibrium dan aliran
dr
dianggap Two-Dimensional Flow

Dari persamaan Euler untuk arah radial :

72
 2 2
1 dp Cθ Cθ
[ ∆p ]
tip
= → = ∫ ρ.
tip
. dr
ρ dr
hub
r hub r

C m1 . π . D 1 . b 1 C m2 . π . D 2 . b 2
Bila ρ 1 = ρ 2 → Q t1 = Q t2 = =
k1 k2

7.4. Terminologi dan Tatanama Cascade

γ
α1 α3
β2

α2

l
l
β3

α3

γ
β1

α1

l = chord u = blade speed (kecepatan tang.)

S = space (jarak antar sudu) w = kecepatan relatif

t = tebal sudu (thickness) c = kecepatan absolut

g = jarak/lebar terdekat c x = kecepatan axial

γ = stagger angle c y = komponen c dalam arah y

U = 2 π rmean x n/60

Aerofoil yang biasa digunakan untuk kompresor/pompa axial :

73
 - Family British Profile dari seri C4 dan C7
- NACA Profile dari seri NACA 65
Contoh terminology :

l θ

θ θ

γ α1 - γ

α1
(α1' + α '2 )
γ = θ = α1' - α '2
2

θ = α1' - α '2
 4b 
γ + ARCTAN   = α1
'

 4a - l 
θ  4b 
γ - ARCTAN   = α2
'

 4a - l 

α '2

74
Beberapa terminologi sudut yang lain :

Incidence (i) : adalah perbedaan antara air inlet angle (α 1' ) : i = α 1 - α 1'

Deviation (δ ) : adalah perbedaan air outlet angle (α 2' ) : δ = α 2 - α 2'

Deflection (ε) : adalah perbedaan antara air inlet angle (α 1 ) dan air outlet angle (α 2 ) : ε =

α1 - α 2

Catatan : cascade diam α cascade bergerak dengan u β

c w

c 1 α1
c x1
c y1
x

y y

APPLIED
x FORCES

FORCES
ON BLADE c2 c x2
α2
cy2

 Cos α 1 
2 2 2
p2 p1 c2 c1 1
Kenaikan tekanan statis : - = - = c 12  1 - 

ρ2 ρ1 2 2 2  Cos 2
α 2 

 Cos α 1  ∆p o
2

Pressure Coefficient, Cp =  1 -  -
 1
 Cos 2 α 2  . ρ .c1
2
2

Δpo = total pressure loss

Koefisien Lift dan Drag

75
Gaya axial (X) yang diberikan fluida sudu

p = F/A X = (p2 – p1 ) . Ѕ = ½ . ρ (c 12 - c 22 ) . S - ∆p o . S

= ½. ρ . c x2 (tan 2 α 1 - tan 2 α 2 ) . S - ∆p o . S

Gaya tangensial (Y) :

Y = ρ . c x . S (c y1 - c y2 ) = ρ . c x2 . S (tan α 1 - tan α 2 )

Kecepatan rata-rata pada cascade :

 tan α 1 + tan α 2 
c m = c x . sec . α m dimana : α m = arctan  
 2 

c m = c x cos α
m
αm

Gaya angkat (lift) ⊥ c m :

L = X . sin α m + Y . cos α m

= ρ c x2 . S . sec α m (tan α 1 - tan α 2 ) - ∆p o . S . sin α m ← lihat diktat

Koefisien lift :

αm
cL =
L αm
1
2
ρ .c . l
2
m

Gaya seret (drag) || c m

76
 D = Y . sin α m - X . cos α m = ∆po . S . cos α m

Drag coefficient :

D ∆p o S cos α m
CD = = . .
1 . ρ .c .l 2
l cos 2 α 1
2 m

Total pressure loss coefficient, ζ V 1

S cos α m
CD = ζ V 1 . .
l cos 2 α 1

Kenaikan tekanan pada passage antara dua sudu :

ρ (c 12 - c 22 ) - ∆ p o
1
(p2 – p1 ) actual =
2

Cascade/diffuser efficiency perbandingan antara kenaikan tekanan actual dengan kenaikan

tekanan teoritis.

(p2 - p1)act 1 ρ (c12 - c22) - ∆po

ηD = = 2
(p2 - p1)th 1 ρ (c2 - c 2)
2 1 2

∆po ∆po
=1- =1 -
1 ρ . (c1 - c 2 ) 1 ρ . cx (tan α1 - tan α2)
2 2 2 2 2 1 ρ. c x (tan2 α1 - tan2 α2 )
2
2 2 2

Stage Loading (ψ)

Untuk 1 stage : perbandingan Rate of Shaft Work per mass flow rate (Δho) terhadap Rate of Compressor
Rotor Power per mass flow rate (U2 ).

Dari Euler Turbo Equation (Moment of Momentum) Compressor Rotor Power

Dari Energy Equation Shaft Power :

∆ ho ( h o2 - h o1 )

77
 ( h o2 - h o1 )
c x1 = c x2 = c x3 = c x
∴
α1 = α 3
U . C x (tan α 2 - tan α 1 ) = Cp (T o2 - To1 )

Cp . ∆ To ∆ h o1 → 3 cx
ψ = 2
= 2
= 1- (tan α 1 + tan β 1 )
U U U

Gaya tangensial yang bekerja pada sudu :

 tan β 1 + tan β 2 
Y = L . cos β m + D . sin β m β m = arctan  
 2 
 cD  c m2  c 
= L . cos β m  1 + . tan β m  = ρ . . l . c L . cos β m  1 + D . tan β m 
 cL  2  cL 

Rate of work yang ditransfer ke fluida oleh rotor impeller :

•
Y U = m . ∆ h o = ( ρ . S . c x ) (c p . ∆ T o )

maka
∆ ho ∆ To Y 1 ρ cm 2 l  c 
ψ = = Cp . = . = . . . c L . cos β m  1 + D . tan β m 
U 2
U 2
(ρ . ς . c x ) U ρ 2 cx ς  cL 
cx 1  c 
= . cL . . sec β m  1 + D . tan β m 
2U ς  cL 

Kenaikan tekanan di dalam rotor :

∆ p 12
2 2 2 2
W1 - W 2 cx cx
= = (tan β 1 - tan β 2 ) =
2 2
(tan β 1 - tan β 2 ) (tan β 1 + tan β 2 )
ρ 2 2 2

Kenaikan tekanan di dalam stator :

78
 ∆ p 23 c22 - c32 c2 c2
= = x (tan 2 α 2 - tan 2 α3 ) = x (tan α 2 - tan α 3 ) (tan α 2 + tan α3 )
ρ 2 2 2

Kenaikan tekanan untuk satu stage :

2
= ρ . x [(tan β 1 - tan β 2 ) (tan β1 + tan β 2 ) + (tan α 2 - tan α 3 ) (tan α 2 + tan α 3 )]
c
∆ p 13 = ∆ p 12 + ∆ p 23
2
c x2
= ρ. (tan β 1 - tan β 2 ) (tan α 1 + tan β 1 + tan α 2 + tan β 2 )
2 14444442444444
3
= 2U
cx

= ρ . U . c x (tan β1 - tan β 2 ) = ρ . U . c x (tan α 2 - tan α 1 )

= ρ . U . cy dimana ∆ c y = ∆ c y 2 -1 = ∆ c y 2 -3

Static to static efficiency dari stage :

∆p ∆p
ηS = =
ρ .c p . ∆ T ρ.U.cy

Off Design Performance

Adalah performance dari compressor stage yang ditentukan di luar design condition yaitu apabila

flow coefficient  φ = x  diubah.

c
 u

Bila : Kondisi kerja pada titik design :

* * *
 Cp . ∆ T   ∆p  c 
ψ *
=   =   = 1 -  x  (tan α 1* + tan β 2* )
ρU
2 2
 U    U
= 1 - φ (tan α 1 + tan β 2 )
*

Kondisi kerja untuk off design performance *

79
 ψ = 1 - φ (tan α 1 + tan β 2 )

Dari eksperiment didapat : outlet angle (α 3 = α 1 , β 2 ) hampir tidak berubah bila inlet angle β 1

diubah.

α 1* = α 3* = α 1 = α 3
∴
β 2* = β 2

ψ β2 α1

Jadi kenaikan temperatur (ΔT) dan tekanan (Δp) untuk ideal stage akan naik, bila φ dikurangi (ditrhotle)

c x dikurangi, U = konstan.

ψ
ψ*
ψ * << → makin sensitif terhadap φ
φ*
→ ∆ T makin sensitif terhadap φ
φ*

ψ * =1
Untuk subsonic compressor harga design ψ * = 0,3 ≈ 0,4
ψ *= 0
, 333 ψ = 0,5
*

φ
φ*

Pemilihan Design Reaction ( R* )

80
 1  tan α 1* - tan β 2* 
R *
= -  φ *

2  2 


Off design performance untuk ideal stage adalah tidak dipengaruhi oleh pemilihan stage reaction R*
design berapapun R* yang dipilih (tan α 1 + tan β 2 ) = tetap sama

Dari rumusan R dipengaruhi oleh perubahan φ kecuali untuk R* = 50 %, karena

β 2 = α 1 → (tan α 1 - tan β 2 ) = 0 .

R* > 50 % (β 2 > α 1 ) “ Off Design R ” << , dengan pengurangan φ * ke φ … R* < 50 % (β 2 < α 1 )

“ Off Design R ” akan naik menjadi = 50 % bila φ = 0

R = 50 % adalah derajat reaksi yang secara luas digunakan untuk desain, karena “Adverse pressure rise”
dapat diminimumkan.

ψ ε β1 - β 2
ε α 2 - α1
β2 =α1
α1 = 0 0

ε = 30 0

2 00 α1 = 100
Untuk R = 50 % ψ = 1 – 2 φ tan β 2
100
α1 = 300 α1 = 20 0
α1 = 60 0
α1 = 450 Bila φ * berkurang menjadi φ ψ dan ε akan
φ
naik

Irreversibility Aliran Melintasi Barisan Sudu

Enthalpi stagnasi (ho) dan temperatur stagnasi (To) adalah h dan T dari aliran yang dibawa ke
kondisi berhenti (diam) secara adiabatik.

c2 c2
ho = h + ≅ Cp . To = Cp . T + (perfect gas)
2 2
To 2

∫T
Cp . dt = c
2

81
Tekanan stagnasi (total), po adalah tekanan dari aliran yang dibawa ke kondisi berhenti (diam) secara
adiabatik – reversible (= isentropik).

k
po  T  k -1
  =  o 
 p   T 

• Aliran irreversible pada sudu – stationer ho dan To = konstan pada proses adiabatik
• Aliran irreversible pada rotor ho dan To = konstan pada kecepatan = W dan proses adiabatik.
Pada W seolah sudu diam

• po = konstan Pada proses isentropik

∴ po pada aliran keluar < po aliran masuk

Efek dari irreversibility

1. ∆ po diukur relatif terhadap barisan sudu dengan pitot tube

2. ∆ S tidak dapat diukur secara langsung
3. Drag force yang dikaitkan dengan Δ po D = Δ po . S . cos α m

4. Enthalpy loss Δ ho secara langsung terkait stage efficiency

To2 h o2 - h o2S
η stage = =
T2 h 2 - h 2S

Diffuser Efficiency untuk Incompresible Flow

Steady flow equation, secara adiabatik pada sudu stationer

 c2   1   c2 
dh + d   = 0
 →  Tds + . dp  + d   = 0

 2   ρ   2 

Untuk proses reversible adiabatik

82
  c2  1
p o = p + ρ   = 0 h 2S - h 1 = (p 2 - p 1 )
 2  ρ

Maka untuk incompresible flow

∆ po
T.∆S =
ρ

c22
2

c 12
2

Steady flow equation for and actual process (irreversible)

c 2
 c 2 
ho1 = ho2 h 1 +  1  = h2 +  2
  2


 2   

 p1 c1   p 2
2
c2 
2
1
∴ h 2 - h1 
=  +  
- +  = .∆po
 
 ρ 2   ρ 2  ρ

∴ Static to static efficiency untuk row blade :

1 
 . ∆p o 
η row = 1 -
h 2S - h 1
=1- 
ρ 
h 2 - h1 (h 2 - h1 )

Yang dapat dinyatakan sebagai diffusion efficiency :

83
 Kenaikan Tekanan Nyata (p 2 - p 1 ) 1 - ∆po
ηD = = =
Kenaikan Tekanan Ideal (p '2 - p 1 ) ρ (h 2 - h 1 )
(h 2 - h 2S ) k - 1 ∆po T2
η Row = η D = 1 - =1- . .
(h 2 - h 1 ) k p o1 (T 2 - T1 )

Catatan : untuk moving row blade c diganti w

Aliran Compresible Irreversible Melintasi Satu Stage

c32
2
c 22
2
w 22
2

w12
2
c 12
2

Bila koordinat pada reference yang diam rotor c 1 , po1 , ho1

Bila koordinat pada rotor rotor W1 , po1 rel , ho1 rel

Enthalpi stagnasi (total) yang diukur relatif terhadap rotor :

2 2
W1 W2
h o1 , rel = h o2 rel = h 1 + = h2 +
2 2

Terjadi losses pada diffusi irreversible dari st relatif

∆ p o , rel = p o1 , rel - p o2 , rel

Kerja per satuan massa yang diberikan pada rotor

84
  c2  
2
c1 
2

W p = h o2 - h o1 =  h 2 +  - h1 + 
 2   2 

Proses kompresi (diffusi) selanjutnya terjadi pada stator, p2 p3 sistem aliran pada stator aliran
absolut

Stator tidak memberikan kerja karena tidak berputar

 c3 
2
c2
2

h o3 = h o2 =  h 3 +  = h2 +
 2  2

Reversible work dari rotor hingga stator :

W R = h o3SS - h o1 = (h o3 - h o1 ) - (h o3S - h o3SS ) - (h o3 - h o3S )

To3 To3
= Wp - ( ∆ h rotor ) - ( ∆ h stator ) ≅ W p - (∆h Rt + ∆h St )
T2 T3

Static to static efficiency :

 (k - 1)    ∆p o. rel   ∆p 
Cp .  T   + T3  o 
 k  2    p 
WR     p o1   o2   ∆p o. rot + ∆ p o. st
η = = 1- = 1-
Wp h o3 - h o1 ρm . Wp

Total to total efficiency (c 3 = c1 ⇒ h o3 - h o1 = h 3 - h 1 : normal stage)

∆ p o. rotor + ∆ p o. stator
η total to total = 1 - = η static to static
ρ m (h 3 - h 1 )

7.7. Contoh Soal

85
Untuk contoh soal ini : cari di internet. URL:http://www.eng.fsu.edu dengan judul ‘Turbine and
Compressor Design’ by Mammolito and Myers.

86
Contoh Soal

87
88
89
90
91