Anda di halaman 1dari 53

KELOMPOK 3 :

ISAK JOHAN SARWA (16.221.001)

MELIANUS .R. CATUWE (15.221.002)

1) JENIS-JENIS RELAY??

A. RELE ELEKTROMAGNETIK

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet
(Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil
(low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh,
dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan
Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.

Gambar Bentuk dan Simbol Relay

Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering ditemukan di
Rangkaian Elektronika.

Prinsip Kerja Relay

Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :

• Electromagnet (Coil)
• Armature
• Switch Contact Point (Saklar)
• Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

 Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di
posisi CLOSE (tertutup)
 Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di
posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil
yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus
listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk
berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang
dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut
berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri
arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus
listrik yang relatif kecil.

Arti Pole dan Throw pada Relay

Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan Throw yang
dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah penjelasan singkat
mengenai Istilah Pole and Throw :

• Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay


• Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat
digolongkan menjadi :

• Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2
Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
• Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3
Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
• Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal,
diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2
Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang
dikendalikan oleh 1 Coil.
• Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal
sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay
SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk
Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya melebihi
dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double
Throw) dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw,
silakan lihat gambar dibawah ini :
Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay

Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika
diantaranya adalah :

1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)
3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari
Signal Tegangan rendah.
4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).
B. RELE STATIK

Relay Solid State Relay (Relai Statis)


Relai statis adalah relai generasi berikutnya setelah jenis elektromekanik. Relai Static
Padat pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an. Istilah ' statis ' menyiratkan bahwa
relai tidak memiliki bagian mekanis yang bergerak di dalamnya.
Dibandingkan dengan Relay Elektromekanik, relai Solid Statis memiliki rentang hidup yang
lebih panjang, penurunan kebisingan saat beroperasi dan kecepatan respons yang lebih cepat.
Namun, itu tidak sekuat Relay Elektromekanik. Relai statis telah dirancang untuk
menggantikan hampir semua fungsi yang telah dicapai sebelumnya oleh relay
elektromekanik.
Sebuah solid state relay (SSR) adalah saklar elektronik, yang tidak seperti sebuah
relay elektromekanis tidak berisi bagian yang bergerak.
Jenis SSR adalah foto-coupled SSR, transformer-coupled SSR, dan hibrida SSR Sebuah foto-
digabungkan SSR dan dikontrol oleh sinyal tegangan rendah yang terisolasi secara optik dari
beban. Sinyal kontrol dalam foto yang biasanya digabungkan dengan SSR energi adalah
sebuah LED yang mengaktifkan sebuah foto-dioda sensitif. Dioda berputar pada back-to-
back thyristor, silikon penyearah terkendali, atau MOSFET transistor untuk mengaktifkan
beban.

Gambar Solid State Relay

SSR Ditetapkan sebagaimana kontrol ON-OFF di mana arus beban dilakukan oleh
satu atau lebih semikonduktor - misalnya, sebuah transistor daya, sebuah SCR, atau TRIAC.
SCR dan TRIAC sering disebut “thyristors sebuah istilah yang diperoleh dengan
menggabungkan thyratron dan transistor, karena dipicu thyristor semikonduktor switch“.

Pada relay umumnya, SSR relatif rendah membutuhkan kontrol - sirkuit energi untuk
beralih keadaan menjadi keluaran dari OFF ke AKTIF, atau sebaliknya Karena energi kontrol
ini sangat jauh lebih rendah daripada daya keluaran yang dikendalikan oleh relay pada beban
penuh, "power gain" dalam SSR adalah substansial - sering banyak lebih tinggi daripada di
estafet elektromagnetik yang sebanding. Dengan kata lain, sensitivitas dari SSR seringkali
jauh lebih tinggi daripada sebuah EMR dari output yang sebanding rating.
Tegangan yang diberikan pada garis kontrol menyebabkan suatu SSR LED bersinar
pada foto-dioda sensitif. Hal ini menghasilkan tegangan antara sumber dan gerbang
MOSFET, menyebabkan MOSFET dihidupkan. Sebuah SSR didasarkan pada satu MOSFET,
atau beberapa MOSFET dalam array paralel bekerja dengan baik untuk beban DC.

Ada dioda substrat yang melekat dalam semua MOSFET yang melakukan dalam arah
sebaliknya. Ini berarti bahwa satu MOSFET tidak dapat memblokir arus dalam dua arah.
Untuk AC (bi-directional) operasi, dua MOSFET disusun kembali untuk kembali dengan
sumber mereka pin diikat bersama-sama. Pin menguras mereka terhubung ke kedua sisi
output. Dioda substrat kemudian secara bergantian bias balik dalam rangka untuk memblokir
arus ketika relay tidak aktif. Ketika relay aktif, sumber umum selalu naik di tingkat sinyal
seketika dan kedua gerbang yang bias positif relatif terhadap sumber oleh foto-dioda.

Hal ini umum untuk menyediakan akses ke sumber yang sama sehingga beberapa
MOSFET dapat ditransfer secara paralel jika switching DC beban. Ada juga umumnya
beberapa sirkuit untuk melaksanakan gerbang bila LED dimatikan, mempercepat giliran
relay-off.

S
olid State Relay (SSR) mampu melakukan banyak tugas yang sama sebagai relay
elektromekanis (EMR). Perbedaan utama adalah bahwa SSR tidak memiliki bagian mekanik
yang bergerak didalamnya. Pada dasarnya, ini adalah perangkat elektronik yang bergantung
pada listrik, magnetik, dan optic semi konduktor dan sifat komponen listrik untuk mencapai
isolasi dan fungsi switching Relay.

1. Jenis-Jenis SSR

Hal ini memudahkan untuk mengelompokkan SSR oleh sifat rangkaian input, dengan
referensi khusus kepada sarana yang terisolasi input-output akan tercapai. Tiga kategori
utama:

 Reed-Relay-Coupled SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan (secara langsung, atau


melalui Preamplifier) ke kumparan relay yang buluh. Penutupan buluh lalu
mengaktifkan sirkuit yang tepat dengan saklar memicu thyristor. Jelas, input-output
isolasi dicapai adalah bahwa dari buluh relay, yang biasanya sangat baik.
 Transformer-Coupled SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan (melalui DC-AC
converter, jika sudah DC, atau secara langsung, jika itu AC) ke domain utama trafo
berdaya rendah, dan sekunder yang dihasilkan dari eksitasi primer yang digunakan
(dengan atau tanpa rektifikasi, amplifikasi, atau lainnya modifikasi) untuk memicu
thyristor saklar. Dalam jenis ini, tingkat isolasi input-output tergantung pada desain
transformator.
 Foto-digabungkan SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan pada sebuah sumber
cahaya atau inframerah (biasanya, sebuah dioda pemancar cahaya atau LED), dan
dari sumber yang terdeteksi dalam foto - sensitive semi-conductor (misalnya, sebuah
dioda fotosensitif, sebuah foto-sensitif transistor, atau foto-sensitif thyristor). Output
dari foto-perangkat sensitif kemudian digunakan untuk memicu (gerbang) yang
TRIAC atau SCR itu aktifkan arus beban. Jelas, satu-satunya yang signifikan
"coupling path" antara input dan output adalah cahaya atau sinar infra - radiasi merah,
dan isolasi listrik yang sangat baik. “optically coupled” or SSR yang juga disebut
sebagai "optikal yang digabungkan" atau Foto terisolasi.

Selain jenis utama SSR yang dijelaskan di atas, ada beberapa tujuan khusus desain yang
harus disebutkan:

 Direct-kontrol jenis AC di mana eksternal jenis AC ini beroperasi di sirkuit energi


yang sama seperti yang digunakan untuk rangkaian beban, memicu TRIAC (atau
back-to-back-terhubung SCR's). Tipe ini juga memiliki input "saklar penutup". Jenis
relay, secara inheren lebih murah dibandingkan desain yang lebih canggih, dan
memiliki kerugian besar (untuk kebanyakan aplikasi) tidak memiliki isolasi antara
rangkaian kontrol dan beban.
 Direct-kontrol jenis DC di mana eksternal beroperasi di sirkuit yang sama energi
dengan Daya DC baris seperti yang digunakan untuk rangkaian beban yang
mengontrol konduksi transistor. Jenis relay, yang mungkin paling sederhana dari
semua, dan inheren yang paling mahal, juga memiliki kelemahan besar (untuk
sebagian aplikasi) tidak memiliki isolasi antara kontrol dan beban sirkuit.
 Jenis SCR dirancang untuk DC, di mana beban-arus membawa SCR dan dibuat untuk
menonaktifkan dengan cara kedua SCR, terhubung dalam "commutating sirkuit"
(seperti yang mampu mematikan SCR pertama untuk mengurangi arus ke nol.
Desain menggunakan cara mengisolasi khusus, seperti efek Hall di mana gerakan
magnet eksternal, tetapi dalam kedekatan menyebabkan perubahan tahanan di sebuah
ladang-materi sensitif, demikian memicu perilaku on-off. di mana sinyal eksternal
menggeser frekuensi dari osilator, sehingga menyebabkan resonan digabungkan
untuk memicu perilaku on-off. saturable reaktor atau penguat magnet, di mana DC
kontrol arus dalam satu kontrol berkelok-kelok induksi tegangan (dari sumber AC)
dalam gulungan lain. Tegangan induksi kemudian digunakan untuk memicu perilaku
on-off. SSR Aman untuk mengatakan bahwa lebih dari 95% dari semua SSR
persyaratan yang terbaik dipenuhi oleh salah satu dari tiga besar. jenis dijelaskan
sebelumnya.

Input Circuit Kinerja. Terisolasi Kepekaan SSR (yaitu, kontrol minimum tegangan dan
arus yang menyala) tergantung pada karakteristik yang mengisolasi komponen atau
rangkaian:

• Dalam hibrida (reed-relay terisolasi) desain, SSR's dengan kepekaan yang dibentuk
oleh kekuatan-operasi persyaratan relai buluh, yang berkisar antara 40 milliwatts
(misalnya, 5 volt dc di 8 mA) sampai setinggi mungkin beberapa ratus milliwatts.
Perhatikan bahwa tegangan rendah, berdaya rendah desain yang kompatibel dengan
standar-digital komputer "tingkat logika," dan bahwa standar "high-fan - out” atau
"tingkat logika TTL output dari komputer atau digital pengendali digital bisa
mengemudi dua atau lebih hibrida SSR dalam paralel.
• Dalam transformer-coupled SSR's, kepekaan biasanya jauh lebih tinggi dari jenis
hibrida karena semua sinyal input harus dilakukan adalah gerbang di AC-DC
converter (lihat gambar 2) yang menggerakkan transformer, dan yang memerlukan,
biasanya, kurang dari 10 milliwatts (misalnya, 4,5 v dc di 2 mA) dan jarang lebih dari
50 milliwatts. Sensitivitas ini lebih baik dari yang dibutuhkan oleh satu-TTL output
digital, dan yang tinggi-fan-out output bisa berkendara 3-10 SSR seperti itu secara
paralel.
• Optik SSR's, sensitivitas berkisar dari sekitar 6 milliwatts (misalnya, 3 volt dc di 2
mA) hingga 100 milliwatts. Menggunakan resistor seri yang sesuai atau arus
regulator, jenis rangkaian input juga kompatibel dengan Logika TTL tingkat, dan
beberapa optis digabungkan SSR dapat digerakkan secara paralel oleh tinggi-fan-
keluar jalur logika.
• Kepekaan paling "pengendalian langsung" SSR secara signifikan lebih rendah
daripada yang terisolasi desain, tetapi kenyataannya adalah begitu penting karena
mengendalikan daya yang diperlukan hampir selalu baik di dalam kapabilitas, bahkan
kemampuan kontrol terkecil kontak. Maksimum tingkat turn-off (tegangan dan / atau
arus) dari SSR adalah sekitar 50% dari tingkat minimum di mana ternyata
Karakteristik ini memberikan margin yang memadai dengan keselamatan antara OFF
ON , sehingga menghilangkan perilaku yang tidak menentu akibat perubahan kecil
sinyal kontrol. Dalam banyak SSR desain, kontrol-voltage range jauh lebih besar
daripada yang tersirat oleh minimum turn-on tegangan.Dalam desain dioptimalkan
untuk lebar kisaran tegangan input, tidak biasa untuk SSR akan diberi nilai untuk
digunakan selama lebih dari 6-ke-1 rentang kontrol tegangan (misalnya, 3.0 V
menjadi 32 V). hibrida desain, kumparan relay dari buluh mungkin luka untuk hampir
semua tegangan kontrol yang berguna, dari serendah 3 volt nominal, untuk 50 volt,
atau bahkan lebih tinggi, namun kisaran input tegangan ditoleransi oleh SSR hibrida
dibatasi oleh disipasi dalam kumparan relay. Umumnya, kisaran 1,5-1 adalah
diterima. Di sisi lain, perlawanan seri, atau "Konstan-current" rangkaian input aktif,
dapat digunakan untuk mengakomodasi hibrida relay tegangan input yang lebih
tinggi.

Karakteristik input. Di luar pertimbangan sensitivitas karakteristik (halaman Z-120), kita


harus juga menggambarkan isolasi input-rangkaian sifat-sifat suatu SSR, yang membutuhkan
pertimbangan dari berbagai parameter, termasuk:
• Dielektrik kekuatan, dinilai dalam hal minimum tegangan rusaknya dari rangkaian
kontrol baik kepada SSR kasus dan output (beban) rangkaian. Tipikal rating adalah 1500
volt ac (RMS), baik untuk kontrol output.
• Insulation Resistance, dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian.
Rentang pemberian peringkat Khas dari 10 megohms menjadi 100.000 megohms untuk
transformator dan desain hibrida. Untuk optik terisolasi SSR, tipikal kisaran resistensi
isolasi dari 1000 megohms sampai 1 juta megohms.
• Stray Kapasitansi dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian.
Kapasitansi ke kasus jarang signifikan, tetapi kapasitansi ke rangkaian output mungkin
control pasangan ac dan transien kembali ke kontrol sensitif sirkuit, dan bahkan lebih
jauh lagi, ke-sinyal kontrol sumber. Untungnya, di SSR dirancang dengan baik itu, ini
kapasitansi jarang cukup besar untuk menyebabkan interaksi. Kapasitansi tipikal berkisar
dari 1 sampai 10 picofarad. Kecepatan respon dari SSR untuk penerapan kontrol
tegangan akan dijelaskan nanti pada bagian ini.

Output Circuit Performance. Jelas, yang paling signifikan parameter maksimum


load-rangkaian tegangan yang mungkin terkesan di relay output di dalam kondisi MATI
tanpa menyebabkan itu terurai menjadi konduksi atau kegagalan, dan arus maksimum
yang dapat mengalir melalui output sirkuit dan beban dalam kondisi ON.

Perhatikan bahwa parameter tersebut adalah (setidaknya pada pandangan pertama)


dengan tegangan dan arus biasa pemberian peringkat dari kontak pada relay elektro-
magnetik. Namun, perbedaan antara peringkat dan keluaran EMR SSR output pemberian
peringkat - perbedaan yang akan dibahas dalam perincian sebagai hasil eksposisi ini.
Dalam pendekatan yang paling umum, orang dapat mengatakan bahwa "Kontak peringkat"
dari sebuah SSR ditentukan hampir sepenuhnya oleh karakteristik dari beban-current
perangkat switching. Mungkin fakta ini adalah yang paling jelas dari pemeriksaan yang
paling sederhana ac jenis SSR - sebuah kontrol langsung (non-terisolasi) desain, dengan
rangkaian setara baik untuk ON dan OFF . Dalam ON yang menampilkan TRIAC drop
tegangan hampir konstan (yaitu, hampir independen terhadap arus beban) kira-kira sama
dengan dua silicon. dioda - kurang dari 2 volt. Bagian dari arus beban melalui ini
menyebabkan jatuh tegangan disipasi daya
Dan kekuatan ini akan menyebabkan kenaikan suhu di persimpangan TRIAC. Jika
benar "panas - sinking” disediakan yaitu, konduksi termal dari TRIAC kasus ke udara luar
atau ke panas konduktif struktur logam yang pada gilirannya dapat menghilangkan
kekuatan untuk udara sekitarnya tanpa kenaikan suhu yang signifikan -- maka suhu
TRIAC tidak akan bangkit di atas nilai maksimum untuk memastikan keandalan
pengoperasian (biasanya, 100 ° C). Nilai arus yang SSR dapat tentukan, bukan oleh
kekuatan hawa nafsu, tetapi oleh nilai sekarang dari TRIAC. ketika TRIAC
dinonaktifkan, jumlah yang sangat kecil dari kebocoran arus dapat mengalir. Lintasan
arus ini, yang diwakili oleh sebuah perlawanan dalam rangkaian setara, sebenarnya
merupakan fungsi non-linear dari beban-rangkaian tegangan.

TRIAC adalah untuk menentukan nilai maksimum terburuk untuk keadaan OFF
kebocoran" dan nilai tipikal adalah 0,001 A max. Untuk 5-ampere beban-nilai sekarang.
Beban sirkuit tegangan hanya yang ditentukan oleh blocking rating tegangan thyristor.
Rangkaian output-peringkat yang lebih umum terisolasi SSR sebagian besar yang
dirancang untuk mengontrol beban ac sirkuit, yang sangat mirip dengan yang dijelaskan di
atas, kecuali bahwa OFF---- biasanya lebih tinggi pada urutan dari 5 mA pada 140 V
untuk sebuah 5-perangkat ampere kira-kira satu per seribu dari nilai arus beban. Bentuk
gelombang dalam rangkaian beban, untuk kedua OFF dan ON . Tegangan kurva tertarik
pada skala yang lebih luas dibandingkan dengan OFF dan beban kurva tegangan. Bahkan
pada tahap awal ini pemeriksaan kami SSR perlu untuk mempertimbangkan waktu
hubungan antara sinyal kontrol dan ac load-rangkaian tegangan dan arus.

Sehubungan dengan waktu, ada dua kelas switching SSR. Dalam satu, tidak ada
upaya khusus dibuat untuk mencapai sinkronisme antara pergantian dari sirkuit-beban
listrik dan menyalakan dari thyristor sakelar. Dalam hal ini "non-sinkron" kelas,
kemudian, Tanggapan penundaan antara aplikasi kontrol tegangan dan awal beban-
rangkaian konduksi adalah biasanya 20-200 mikrodetik digabungkan dan transformator
jenis, dan kurang dari satu milidetik pada hibrida (lagi karena reed relay waktu operasi).
Gelombang saat ini di turn-on di desain non-sinkron jelas fungsi dari ketika dalam siklus
ac sinyal kontrol diterapkan.

Dalam sinkron (nol-tegangan turn-on) desain, efek dari penerapan kontrol sinyal
tertunda (jika diperlukan) sampai kekuatan-line tegangan lewat melalui nol (Hal ini
dilakukan oleh internal yang merasakan besarnya garis tegangan, dan mencegah memicu
thyristor sampai persimpangan nol berikutnya terjadi.) Jadi, jika sinyal kontrol terjadi
untuk diterapkan segera setelah nol persimpangan, para SSR tidak akan benar-benar mulai
melakukan sampai hampir setengah siklus penuh kemudian. Di sisi lain, jika sinyal kontrol
yang terjadi untuk diterapkan tepat sebelum nol-persimpangan akan segera terjadi, SSR
akan mulai melakukan hampir segera, dengan hanya sangat kecil penundaan yang
dijelaskan di atas untuk non-sinkron desain. Jelas, saat itu, turn-on delay dari SSR dapat
memiliki nilai apapun kurang dari satu milidetik untuk setengah penuh siklus listrik
(sekitar 8,3 milidetik untuk daya Hz 60 baris). Biasanya, selama 60 Hz layanan, penilaian
diberikan sebagai 8,3 milidetik maksimum untuk semua solid-state-desain, dan 1,5
milidetik maksimum untuk desain hibrida. Akhir karakteristik utama AC-switching SSR
adalah perilaku turn-off. Karena thyristor, sekali tidak akan berhenti melakukan sampai
arus beban mengalir melalui jatuh ke nol, mungkin turn-off penundaan (antara
penghapusan sinyal kontrol dan penghentian arus beban) dari satu setengah siklus. Seperti
dalam kasus turn-on, turn-minimum off penundaan itu mendekati nol. Jadi, yang khas 60-
Hz rating untuk turn-off time adalah 9 milidetik maksimum.

2. Cara Pengoperasian

Tegangan yang diberikan pada garis kontrol menyebabkan suatu SSR LED
bersinar pada foto-dioda sensitif. Hal ini menghasilkan tegangan antara sumber dan
MOSFET gerbang, dan menyebabkan MOSFET menjadi hidup. Sebuah SSR didasarkan
pada satu MOSFET, atau beberapa MOSFET dalam array paralel yang bekerja dengan
baik untuk beban DC. Ada dioda substrat yang melekat dalam semua MOSFET
yang melakukan cara kinerja dengan arah sebaliknya. Ini berarti bahwa satu MOSFET
tidak dapat memblokir arus dalam dua arah. Untuk AC (bi-directional) operasi, dua
MOSFET disusun kembali untuk kembali dengan sumber mereka, pin diikat bersama-
sama. Pin menguras mereka dan terhubung ke kedua sisi output. Dioda substrat secara
bergantian membias balik dalam rangka untuk memblokir arus ketika relay tidak aktif.
Ketika relay aktif, sumber umum selalu naik di tingkat sinyal seketika dan kedua gerbang
yang bias positif relatif terhadap sumber foto-dioda.

Hal ini umum untuk menyediakan akses ke sumber yang sama sehingga beberapa
MOSFET dapat ditransfer secara paralel jika switching DC beban. Umumnya ada juga
beberapa sirkuit yang mengendalikan gerbang bila LED dimatikan, mempercepat giliran
relay-off. Baik SSR dan EMR menggunakan rangkaian control dan rangkaian terpisah
untuk mengganti beban. Ketika tegangan diberikan pada masukan dari SSR, relay diberi
energy oleh diode pemancar cahaya. Cahaya dari dioda adalah berseri-seri menjadi
sensitif terhadap cahaya semikonduktor itu, dalam kasus tegangan nol crossover relay,
kondisi sirkuit control untuk menghidupkan output solid state-switch disebelah tegangan
nol crossover. Dalam kasus tegangan nol crossover relay output solid state saklar
diaktifkan pada saat yang tepat tegangan yang terjadi pada saat itu. Pencabutan kekuasaan
menonaktifkan input rangkaian control dan solid state saklar dimatikan bila arus beban
melewati titik nol dari siklus.

3. Aplikasi SSR

Sejak pendahuluan, SSR telah memperoleh penerimaan di banyak daerah yang


sebelumnya satu-satunya domain yang EMR atau Kontaktor. Para SSR semakin digunakan
dalam industri aplikasi kontrol proses, terutama suhu kontrol, motor, solenoida, katup dan
transformer. Daftar aplikasi SSR adalah luas. Solid State Relay ini mirip dengan ditambah
OPTO perangkat yang sudah disebutkan, tetapi menggunakan MOSFET daya transistor
sebagai perangkat switching. Solid State Relay dapat menggantikan berbagai jenis relay
elektromekanis daya rendah. Ini menggunakan OPTO coupling untuk menyediakan listrik
lengkap isolasi antara rangkaian input daya yang rendah dan yang tinggi sirkuit output
daya. Ketika saklar output terbuka (MOSFET off) memiliki resistansi yang hampir tak
terbatas, dan resistansi yang sangat rendah ketika tertutup (MOSFET melakukan berat).
Juga dapat digunakan untuk beralih baik arus AC ataupun DC.

Contoh Aplikasi SSR mencakup:

• Otomasi Industri
• Peralatan elektronik
• Peralatan industry
• Mesin kemasan
• Tooling mesin
• Peralatan Manufaktur
• Peralatan makan
• Sistem keamanan
• Industry pencahayaan
• Api dan sistem keamanan
• Dispensing mesin
• Peralatan produksi
• On-board power control
• Traffic control
• Sistem instrumentasi
• Mesin penjual
• Uji sistem
• Mesin kantor
• Peralatan medis
• Tampilan pencahayaan
• kontrol lift
• Metrologi peralatan
• Hiburan pencahayaan

4. Perangkat Switching

Yang paling banyak digunakan dari keluarga ini adalah logam oksida
semikonduktor transistor efek medan (MOSFET), silikon-dikontrol penyearah (SCRs),
TRIAC dan alternistor TRIAC. Dalam banyak aplikasi perangkat ini melakukan fungsi-
fungsi utama dan sangat penting bahwa satu mamahami keuntungan mereka, serta
kekurangan mereka, untuk melakukan kebenaran sistem yang handal. Bila diterapkan
dengan benar, thyristor dapat menjadi keuntungan yang penting dalam pertemuan
lingkungan, kecepatan dan kehandalan spesifikasi elektromekanis rekan-rekan mereka
tidak bisa memenuhi.

 MOSFET, Adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari dua metaloxide
semikonduktor transistor efek medan (MOSFET)< satu jenis P-jenis, terpadu pada
satu chip silikon. MOSFET switching ideal untuk beban DC.
 SCR SCR, Silikon dikuasai penyearah (SCR) adalah empat lapisan perangkat solid
state yang mengontrol aliran arus. SCR bertindak sebagai switch, pelaksanaan ketika
menerima arus gerbang pulsa dan terus melakukan selama ini bias maju. SCR sangat
ideal untuk beralih ke semua jenis beban AC.
 TRIACS, Adalah komponen elektronik yang kurang lebih setara dengan dua
penyearah silikon dikendalikan terbalik bergabung dalam parallel (sejajar tetapi
dengan polaritas terbalik) dan terhubung dengan gerbang mereka bersama-sama. Hal
ini menghasilkan dua arah saklar elektronik yang dapat melakukan arus di kedua arah.
TRIAC ideal untuk beralih AC ke beban resistif.
 Alternistor TRIAC, Digunakan untuk beralih AC beban,yang alternistor telah
dirancang khusus untuk aplikasi yang beralih tinggi beban induktif. Chip khusus
menawarkan kinerja serupa sebagai dua SCRs, kabel parallel terbalik (back to back),
menyediakan turn off yang lebih baik dari pada standar perilaku TRIAC. Yang
Alternistor TRIAC adalah solusi ekonomis yang sangat ideal untuk beralih AC ke
beban induktif.
 Thermal Considerations dan Heat Sinking Thermal, Adalah sebuah pertimbangan
mendasar dalam desain dan penggunaan SSR,karena kontak disipasi (biasanya 1 W
per amp). Oleh karena itu, sangat penting bahwa cukup panas tenggelam disediakan,
jika tidak hidup dan keandalan switching SSR akan dikompromi. Untuk ukuran yang
benar heat sink, kita harus mempertimbangkan apa yang masuk, yang mendapat
nomor tahanan termal untuk memahami apa artinya.

Mari kita mulai pertama dengan mendefinisikan beberapa variabel:

P = Power Disipasi (W)

EDROP = Tegangan Drop ON maximum (V), dapat ditemukan di table spesifikasi

TA = maksimum temperature lingkungan dimana relay akan berlokasi (°C)

TJ = maksimum semikonduktor persimpangan umumnya suhu 100°

RKPT = Allowable kenaikan suhu (°C)

REJC = Thermal perlawanan, sambungan ke kasus ditemukan di tabel spesifikasi(°C/W)

RECS = Thermal perlawanan, kasus heat sink umumnya 0,1°C/W. ini menjelaskan
kerugian dalam minyak panas atau transfer thermal pad
RESA = Thermal perlawanan, heat sink untuk ambient ini heat sink yang diperlukan
berdasarkan karakteristik volume heat sink dan rancangan (°C/W)

5. Kelebihan Dan Kekurangan SSR

Baik relay kontaktor biasa maupun solid state relay (SSR) mempunyai keuntungan
dan kerugian. Baik keuntungan maupun kerugian tersebut merupakan ‘trade-off’ yang
harus dipilih bagi disainer sistem kontrol. Pada dasarnya Solid state relay (SSR)
merupakan relay yang dapat didiskripsikan sebagai berikut :

• Mempunyai empat buah terminal, 2 input terminal dan 2 buah output terminal.
• Tegangan input dapat berupa tegangan AC atau DC.
• Antara output dan input diisolasi dengan sistem optikal.
• Output menggunakan keluarga thyristor, SCR untuk beban DC dan TRIAC untuk
beban AC.
• Switching ON, yang sering disebut ‘firing’, solid state relay hanya bisa terjadi pada
saat tegangan yang masuk ke output pada level yang sangat rendah mendekati nol
volt.
• Output berupa tegangan AC (50 Hz atau 60 Hz).

Sebuah solid state kontaktor adalah tugas yang sangat berat solid state relay,
termasuk yang diperlukan heat sink, digunakan untuk beralih pemanas listrik, motor
listrik kecil dan pencahayaan load; di mana sering on / off siklus diperlukan. Tidak ada
bagian yang bergerak untuk memakai dan tidak ada kontak bouncing karena getaran.
Mereka diaktifkan oleh sinyal kontrol AC atau DC sinyal kontrol dari Programmable
logic controller (PLC), PC, transistor-transistor logic (TTL) sumber, atau lainnya kontrol
mikroprosesor dan mikrokontroler.

Gambar 1 Blok Diagram Solid-State Relay (SSR)


Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Solid-State Relay

Penggunaan solid state relay mempunyai beberapa keuntungan yang menyebabkan


solid-state relay saat ini menarik untuk digunakan pada aplikasi-aplikasi kontrol untuk beban
AC daripada digunakannya relay mekanik (Electromechanical Relay, EMR), walaupun biaya
sebuah solid-state relay lebih mahal daripada biaya sebuah relay mekanik biasa.

Gambar 2 Proses Kerja Solid-State Relay

Keuntungan solid-state relay :

1. Pada solid-state relay tidak teedapat bagian yang bergerak seperti halnya pada
relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan
bagian ini tidak ada pada solid-state relay. Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no contact’
karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.

2. Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada solid-
state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor
pada saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce
maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah keadaan.

3. Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat hanya
membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan mudah
dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata lain opersai
kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor.

4. Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay mekanik
biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena goncangan/getaran
yang cukup kuat pada body relay tersebut.
5. Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.

6. Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi yang
digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi
yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state relay akan
di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati
nol volt.

7. Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan


menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL. Rangakain
kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter.

8. Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil sehingga
arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada peralatan medical
yang memerlukan isolasi yang sangat baik.

Keuntungan solid-state relay begitu baik sekali tetapi dibalik keuntungan tersebut
terdapat kerugian penggunaan solid-state relay yang perlu dipertimbangkan dalam
penggunaannya.

Kerugian solid-state relay adalah sebagai berikut :

1. Resistansi Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state relay


benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa sinyal sinus
dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang dihasilkan oleh
induksi motor atau peralatan listrik lainnya. Spike ini level tegangannya bervariasi jika
terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay tersebut. Selain itu sumber-
sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari selenoid valve dan lain
sebagainya.

2. Tegangan drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat
tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh tersebut kira-
kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya yang
besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.
3. Arus bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau
keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang
mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang
sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada level
TTL yaitu sekitar 10mA rms.

4. Sukar dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.

5. Lebih mudah rusak jika terkena radiasi nuklir.

Gambar 3 Rangkaian internal Solid-State Relay

Pada solid-state ralay, switching unit-nya biasanya menggunakan TRIAC sehingga


solid-state relay ini dapat mengalirkan arus baik arus positif maupun arus negatif. Walaupun
demikian untuk mengontrol TRIAC ini digunakan SCR yang mempunyai karakteristik gate
yang sangat sensitif. Kemudian untuk mengatur trigger pada SCR sendiri diatur dengan
menggunakan rangkaian transistor. Rangkaian transistor ini menjadi penguat level tegangan
yang didapat dari optocoupler. Penggunaan SCR untuk mengatur gate TRIAC karena gate
SCR mempunyai karakteristik yang lebih sensitif daripada gate TRIAC.

Antara bagian input dan output dipisahkan dengan menggunakan optocoupler dan dengan
sinyal yang kecil, cukup untu menyalakan diode saja, maka cukup untuk menggerakkan
sebuah bebab AC yang besar melalui solid-state relay.

Gambar 4 Daerah Pengaktifan sebuah Solid-State Relay


Rangkaian kontrol merupakan rangkaian kontrol biasa, seperti pada
umumnya. Fungsi logika AND, pada blok diagram rangkaian internal SSR, dibangun dari
dua buah transistor Q1 dan Q2 yang bekerja untuk menghasilkan logika inverted NOR. Q1
akan melakukan ‘clamps’ jika optocoupler OC1 dalam keadaan off. Q2 akan melakukan
‘clamps’ jika tegangan bagi antara R4 dan R5 cukup untuk mengaktifkan transistor
Q2. Sehingga Q2 akan melakukan clamp pada SCR jika tegangan anode SCR lebih dari 5
volt.

Jika OC1 ‘ON’ maka Q1 akan OFF sehingga Q1 tidak melakukan clamp pada
SCR. SCR akan aktif jika Q2 juga dalam kondisi OFF. Kondisi ini terjadi pada saat
terjadinya zero crossing. Penambahan kapasitor C2 bertujuan untuk menghindari
kemungkinan SCR di trigger berulang-ulang. C1 berguna untuk menyediakan arus yang
cukup untuk sumber tegangan sementara pada saat terjadinya ‘firing’ pada gate SCR, selain
itu C1 juga berfungsi untuk menghindari kondisi ditriggernya gate SCR berulang-ulang.

Penambahan C1 dan C2 akan menghindari trigger SCR pada saat tegangan anode
SCR turun (down slope), kondisi ini memang tidak diharapkan. Komponen D2 akan
memperbolehkan gate SCR di-reverse bias untuk menghasilkan kekebalan terhadap
noise. D1 berfungsi untuk melindungi tegangan input yang berlebihan di atas rating tegangan
optocoupler OC1. Komponen SCR yang digunakan, jika ingin membangun sebuah SSR
sendiri, adalah SCR dengan tipe 2N5064, 2N6240.

TRIAC yang digunakan adalah 2N6343 dengan C11 sebesar 47nF dengan tegangan
disesuaikan dengan rating tegangan aplikasi TRIAC dan diode yang mentrigger gate TRIAC
ini harus 1N4004.

TRIAC merupakan komponen yang terdiri dari 2 buah SCR yang terpasang paralel
tetapi terbalik. Kondisi ini menyebabkan timbulnya masalah pada beban induktif yaitu pada
saat kondisi turn-off TRIAC. TRIAC harus mati pada saat setiap ½ cycle yaitu pada saat
tegangan jala-jala PLN mendekati nol volt. TRIAC harus melakukan bloking tegangan pada
saat tegangan mulai mencapai 1-2 volt dalam keadaan tegangan inverse. Kejadian ini terjadi
sekitar 30us pada rate frekuensi jala-jala 60Hz. Pada beban induktif TRIAC tidak sempat
dalam kondisi benar-benar OFF untuk dapat ditrigger kembali. Kejadian ini akan
menyebabkan TRIAC pada beban induktif tertentu akan menyebabkan TRAIC tidak dapat
OFF dan kontrol tidak akan berfungsi untuk mengontrol TRIAC ini kecuali dengan jalan
memutuskan aliran arus yang menuju terminal TRAIC ini secara manual.

Untuk menghindari kejadian seperti ini maka output sebuah solid-state relay harus
ditambahkan sebuah rangkaian snubber jika solid-state relay ini digunakan untuk beban yang
bersifat induktif.

Walaupun demikian dapat digunakan solid-state relay yang komponen output unitnya
berupa SCR. SCR lebih mudah digunakan dalam mengontrol beban induktif, walaupun
demikian untuk amannya sebuah sistem kontrol maka perlulah dipertimbangkan untuk
diberikannya sebuah rangkaian snubber pula untuk beban induktif.

Walaupun solid-state relay dengan SCR maupun TRAIC- nya yang membuat
perlunya sedikit pertimbangan dalam pemberian rangkaian snubber pada beban induktif,
solid-state relay secara umum lebih baik pada penggunaanya terutama untuk aplikasi yang
membutuhkan isolasi antara input dan output yang baik. Memang harga bolehlah mahal
tetapi untuk kualitas yang baik maka komponen ini bisa menjadi sebuah alternatif untuk
menggantikan sebuah relay mekanik pada aplikasi-aplikasi tertentu.
C. RELE BERBASIS MICROPROSESSOR

PLC (Programmable Logic Controller)

Seiring dengan berkembangnya teknologi mikroprosesor, maka penggunaan rangkaian analog


mulai bergeser pada sistem bermikroprosesor. Salah satunya ialah dengan penggunaan relay
yang semakin berkurang dan digantikan oleh peralatan baru yang disebut Programmable
Logic Controller (PLC). PLC diciptakan untuk menggantikan relay kontrol konvensional
dengan peralatan solid state. Supaya perpindahan dari relay ke PLC menjadi lebih mudah,
banyak simbol dan istilah yang digunakan pada relay ladder logic juga digunakan pada PLC.
Berikut ini simbol komponen – komponen kontrol elektris yang konvensional.

Contoh aplikasi pengendalian sistem dengan relay dan PLC

Berikut ini adalah contoh aplikasi menggunakan relay sebagai pengendali yang kemudian
digantikan dengan menggunakan PLC. Aplikasi berikut digunakan untuk mengendalikan
motor, rangkaian kontrol elektris berbasis relay berikut biasa digunakan.
Rangkaian di atas menggunakan relay sebagai pengendali, berikutnya relay akan digantikan
dengan PLC sebagai pengendali.

Kemudian dilanjutkan dengan merangkai output device pada modul output PLC.

Buat logika sistem dengan ladder diagram PLC.


Jika disatukan, berikut ini diagram hubungan keseluruhan dari modul input – program CPU –
modul output PLC.

Keuntungan PLC dibanding relay

Dari contoh di atas, tampak bahwa PLC control mempunyai banyak keuntungan
dibandingkan relay control. Berikut keuntungan – keuntungan lain dari PLC (”Beginner’s
Guide to PLC Omron”, 1-9):

• Pengkabelan pada sistem berkurang sampai 80%.


• Konsumsi daya jauh lebih hemat.
• PLC mempunyai self diagnostic function yang memudahkan troubleshooting pada
PLC.
• Perubahan logika kontrol sangat mudah, cukup dengan melakukan pemrograman
ulang (secara software).
• Komponen sistem seperti relay dan timer berkurang cukup banyak pada sistem
dengan PLC.
• Jauh lebih cepat karena PLC berbasis mikroprosesor (dalam kisaran miliseconds).
• Pada sistem dengan I/O yang banyak dan kompleks, penggunaan PLC lebih hemat
dibanding penggunaan relay.
• Keandalan PLC lebih tinggi dari pada relay mekanis dan timer.
• Dokumentasi sistem dengan PLC jauh lebih mudah, karena ladder diagram dapat
dicetak dengan mudah.
2. Klasifikasi Relay???

1. RELAY ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)


OCR (OVER CURRENT RELAY) atau Relay arus lebih adalah relay yang bekerja
terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I
set).berfungsi Untuk mengamankan peralatan terhadap gangguan hubung singkat antar fase,
hubung singkat satu fase ketanah dan dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih,
Sebagai pengaman utama pada jaringan distribusi dan sub-transmisi sistem radial, Sebagai
pengaman cadangan generator, transformator daya dan saluran transmisi. Pada dasarnya relay
arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan
bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.

a. Jenis relay arus lebih

Jenis relay arus lebih :

• Relay waktu seketika (Instantaneous relay)


• Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
• Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay)

1) Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita
lihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay).


Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus
lebih dengan karakteristik yang lain.
2) Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung
singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja
relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak
tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat gambar dibawah ini.

Gambar 2. Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay).

3) Relay arus lebih waktu terbalik

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara
terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini
bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda,
karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :

a. Standar invers
b. Very inverse
c. Extreemely inverse

Gambar 3. Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay).


b. Pengaman Pada Relay Arus Lebih
• Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:
Pengamanan hubung singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu,
disebut pula “Relay fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka
settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x
In (In = arus nominal peralatan terlemah).
• Pengamanan hubung tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan
lebih kecil dari arus beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal
berikut:
Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.
Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi, atau bahkan
tidak ditanahkan Dalam hal demikian, relay pengaman hubung singkat (relay fasa)
tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap
gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang
tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya.
Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen
simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol
dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui
tanah (melalui kawat netral).

Gambar 4. Sambungan Relay GFR dan 2 OCR.


c. Prinsip dasar perhitungan penyetelan arus
• Batas penyetelan minimum relay arus lebih dinyatakan bahwa “relay arus lebih
tidak boleh bekerja pada saat terjadi beban maksimum”, sehingga dapat ditulis
suatu persamaan sebagai berikut :

k fk
Is = × I maks
kd

dengan :
Is : penyetelan arus
Kfk : faktor keamanan, antara 1,1÷1,2

Kd : faktor arus kembali


Imaks : arus maksimum yang diijinkan pada peralatan yang diamankan
(diambil nilai arus nominalnya)

• Batas penyetelan maksimum relay arus lebih

Yang dimaksud batas penyetelan maksimum relay arus lebih adalah “relay harus
bekerja bila terjadi gangguan hubung singkat pada rel berikutnya”.
A B C

Gambar Jaringan listrik yang terbagi dalam 3 zone

Relay yang terdapat di A merupakan pengaman utama zone AB, sebagai pengaman
cadangan untuk zone berikutnya AB dan C.
Batas penyetelan maksimum :
Is = Ihs 2 fase pada pembangkitan minimum
Cara penyetelan arus

o Relay arus lebih definite

Penyetelan arus Is :

Is = k × In
dengan :

k : konstanta perbandingan, besarnya tegantung dari pabrik pembuatnya,


(umumnya 0,6 ÷1,4 atau 1,0 ÷ 2,0)

In : arus nominal, dapat merupakan dua nilai yang merupakan kelipatannya.


(misal 2,5 A atau 5,0 A;1,0 A atau 2,0 A dan seterusnya)

1. Relay arus lebih inverse


Jenis relay ini penyetelan arus Is langsung dalam Amper

d. Prinsip dasar perhitungan penyetelan waktu

Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif, maka penyetelan waktu dibuat bertingkat.

• Relay arus lebih Definite time

Misal suatu jaringan sistem radial seperti pada gambar dibawah:

A B C

Jika terjadi gangguan di titik F, maka untuk mendapatkan pengamanan yang selektif :
tA > tB > tc. Karena pada reley arus lebih definite time waktu kerja relay tidak
dipengaruhi oleh besarnya arus, maka untuk mendapatkan pengamanan yang baik
perlu menentukan beda waktu ( tingkatan waktu ∆t ) antara dua tingkatan pengaman.

Jadi untuk penyetelan waktu pada rangkaian tersebut diatas adalah :

tC = t1

tB = t2 = t1 + ∆t

tA= t3 = t1 + 2 ∆t

Misalkan suatu jaringan listrik radial seperti pada gambar berikut ini, seting waktu di
bus D dipilih yang paling cepat, dengan waktu tD = 0,2 detik. Untuk menghindari agar
relay tidak bekerja saat ada pemasukan beban baru, maka beban waktu dipilih sebesar
0,5 detik.

Contoh gambar jaringan listrik sistem radial untuk penyetingan waktu relay

A B C D

Sehingga relay akan bekerja dengan beda waktu sebagai berikut :

tD = 0,2 detik

tC = 0,2 detik + 0,5 detik = 0,7 detik

tB = 0,2 detik + 2 x 0,5 detik = 1,2 detik

tA = 0,2 detik + 3 x 0,5 detik = 1,7 detik

Karakteristik arus waktunya sebagai berikut :

tA
tB
tC tD
A B C D

• Relay arus lebih Inverse

Syarat untuk setting wakktu ( TD / Time dial atau TMS/ Time Multiple setting ) dari
relay arus lebih jenis ini, harus diketahui data-data sebagai berikut :

o Besarnya arus hubung singkat pada setiap bus


o Penyetelan / setting arusnya (IS)
o Kurve karakteristik relay yang dipakai
Kerja relay secara keseluruhan harus cepat bereaksi dan selektif, sehingga waktu kerja
relay untuk dua bus yang berurutan pada lokasi gangguan yang sama harus
mempunyai beda waktu ∆t minimum 0,4 s/d 0,5 detik.

Adapun untuk tempat / lokasi gangguan yang berlainan pada satu rangkaian ( satu
pengamanan ), maka relay akan bekerja sesuai dengan arus perkaliannya. Relay arus
lebih adalah suatu rangkaian peralatan rele pengaman yang memberikan respon
terhadap kenaikan arus yang melebihi harga arus yang telah ditentukan pada
rangkaian yang diamankan.

Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang
melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh
melewatinya disebut dengan setting.

Keuntungan dari penggunaan proteksi relay arus lebih ini antara lain :
o Sederhana dan murah
o Mudah penyetelannya
o Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan cadangan
o Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah, dan
dalam beberapa hal digunakan untuk proteksi beban lebih (overload).
o Pengaman utama pada jaringan distribusi dan substransmisi
o Pengaman cadangan untuk generator, trafo, dan saluran transmisi.
2. RELAY TEGANGAN JATUH (UNDER VOLTAGE RELAY)
Relay tegangan kurang adalah relay yang bekerja dengan menggunakan tegangan
sebagai besaran ukur. Relay akan bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan
melampaui batas yang telah ditetapkan..Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun
adalah lebih kecil dari 5% dari tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa
peralatan yang beroperasi dengan tegangan di bawah 10 % akan mengalami penurunan
efisiensi.
Relay tegangan kurang berfungsi sebagai :
a. Mencegah srating motor bila suplai tegangan turun .
b. Dalam pengamanan sistem dapat dikombinasikan dengan relai frekuensi kurang.

3. RELAY IMPEDANSI(IMPEDANCE RELAY)


Relay Impedansi (Impedance Relay) Relay ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan
antar fasa pada posisi output generator (di saluran penghantar atau feeder). Dengan adanya
setting keterlambatan waktu, relay ini memberi kesempatan terlebih dahulu pada relay
penghantar untuk mengatasi gangguan tersebut. Sensor relay ini berupa transformator
tegangan, transformator arus, serta elemen directional yang hanya melihat gangguan yang
ada pada posisi output generator saja, sehingga apabila terjadi gangguan dalam generator itu
sendiri atau pada input generator (turbin atau exciter), relay tidak akan bekerja karena zona
tersebut tidak berada dalam zona pengamanan yang dapat diamankan oleh relay impedansi.
Gambar Single Line Diagram Rele Impedansi
Keterangan :
C = elemen starting
P = power directional
D = elemen/relay jarak
ratio Ur/Ir = Z fault
Sinyal pada relay tidak tergantung pada arus gangguan, tetapi tergantung jarak dimana
gangguan terjadi, berhubungan dengan parameter saluran dimana Z = f (I)

4. RELAY JARAK (DISTANCE RELAY)


Relay jarak adalah relay yang bekerja dengan mengukur tegangan pada titik rele dan
arus gangguan yang terlihat dari relay, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka
impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat di tentukan.

Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan yang
terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan:
a. Bila harga impedansi ganguan lebih kecil dari pada impedansi seting relai maka relai
akan trip.
b. Bila harga impedansi ganguan lebih besar daripada impedansi setting relai maka relai
akan tidak trip.

5. RELAY ARAH (DIRECTIONAL RELAY)


Relay Arah adalah relay pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan
tegangan yang dapat membedakan arah arus gangguan ke depan atau arah arus ke belakang.
Relay ini merupakan pengaman cadangan dan bila bekerja akan mengerjakan perintah trip.
Relay arah bekerja berdasarkan pada hubungan sudut fasa antara dua besaran input dari relay
yaitu:
• Besaran referensi (patokan) umumnya adalah tegangan sistem
• Besaran kerja (operating) adalah arus .

6. RELAY HUBUNG TANAH (GFR)


Relay hubung tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya
gangguan hubung singkat fasa ke tanah.
7. RELAY ARUS HUBUNG TANAH TERBATAS (REF)
Relay arus hubung tanah adalah rela yang bekerja mengamankan transformator bila
ada gangguan satu fasa ketanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh
relay differensial.

8. RELAY DIFERENSIAL (DIFFERENTIAL RELAY)


Relay diferensial adalah relay yang bekerja berdasarkan Hukum Kirchof, dimana
arus yang masuk pada suatu titik sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut. Yang
dimaksud titik pada proteksi diferensial ialah daerah pengamanan, dalam hal ini dibatasi oleh
2 buah trafo arus.

Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik peralatan listrik yang diamankan (external
fault), maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap
sama dengan pada kondisi normal, sehingga relay pengaman tidak akan bekerja untuk
gangguan luar tersebut. Jika gangguan terjadi didalam (internal fault), maka arah sirkulasi
arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan keseimbangan pada kondisi normal
terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir melalui relay pengaman dari terminal 1 menuju
ke terminal 2. Selama arus-arus sekunder transformator arus sama besar, maka tidak akan ada
arus yang mengalir melalui kumparan kerja (operating coil) relay pengaman, tetapi setiap
gangguan (antar fasa atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu,
akan menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil relay pengaman, maka relai
pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping) kepada circuit
breaker (CB) sehingga peralatan atau instalasi listrik yang terganggu dapat diisolir dari
sistem tenaga listrik.
RELAY PROTEKSI PADA GENERATOR

Terdapat beberapa macam relay yang umum digunakan sebagai pengaman elektris pada
generator. Jenis relay yang umum digunakan pada sistem pengaman elektris generator yang
memiliki rating daya output yang cukup besar adalah :

1. Relay Tegangan Lebih (Over Voltage Relay)


Pada generator yang besar umumnya menggunakan sistem pentanahan netral melalui
transformator dengan tahanan di sisi sekunder. Sistem pentanahan ini dimaksudkan untuk
mendapatkan nilai impedansi yang tinggi sehingga dapat membatasi arus hubung singkat agar
tidak menimbulkan bahaya kerusakan pada belitan dan saat terjadi gangguan hubung singkat
stator ke tanah.
Arus hubung singkat yang terjadi di sekitar titik netral relatif kecil sehingga sulit
untuk dideteksi oleh relay differensial. Dengan dipasang transformator tegangan, arus yang
kecil tersebut akan mengalir dan menginduksikan tegangan pada sisi sekunder transformator.
Untuk mengatasi hal tersebut digunakan relay pendeteksi tegangan lebih yang dipasang pada
sisi sekunder transformator tegangan.
Tegangan yang muncul pada sisi sekunder transformator tegangan akan membuat
relay tegangan berada pada kondisi mendeteksi apabila perubahan tegangan melebihi nilai
settingnya dan generator akan trip. Rangkaian ini sangat baik karena dapat membatasi aliran
arus nol yang mengalir ke dalam generator ketika terjadi hubung singkat fasa ke tanah di sisi
tegangan tinggi transformator tegangan.
Akan tetapi karena efek kapasitansi pada kedua belitan transformator dapat
menyebabkan adanya arus bocor urutan nol yang dapat mengaktifkan relay tegangan lebih di
sisi netral generator. Dengan demikian relay tegangan lebih yang dipasang harus mempunyai
waktu tunda yang dapat dikoordinasikan dengan relay di luar generator. Adapun penyebab
over voltage adalah sebagai berikut :
• Kegagalan AVR.
• Kesalahan operasi sistem eksitasi.
• Pelepasan beban saaat eksitasi dikontrol secara manual.
• Pemisahan generator dari sistem saat islanding.
Adapun single line diagram relay gangguan tegangan lebih adalah sebagai berikut :

Gambar Single Line Diagram Relay Tegangan Lebih pada Generator

Pengaturan Tegangan Generator

Jika beban ditambahkan pada generator AC yang sedang bekerja pada kecepatan konstan
dengan eksitasi medan konstan, tegangan terminal akan berubah. Besarnya perubahan
akan bergantung pada rancangan mesin dan faktor daya beban. Pengaturan generator AC
didefinisikan sebagai persentase kenaikan tegangan ternibal ketika beban dikurangi dari
arus beban penuh ternilai sampai nol, dimana kepesatan dan eksitasi medan dijaga
konstan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaturan generator adalah sebagai berikut :

• Penurunan tegangan IR pada lilitan jangkar


• Penurunan tegangan IXL pada lilitan jangkar
• Reaksi jangkar (pengaruh magnetisasi dari arus jangkar)1

Untuk menghitung tegangan yang dibangkitkan generator perfasa maka dapat dilihat
dari persamaan berikut :

Eo = √(Vt. cos θ + Ia. Ra)2 + (Vt. sin θ + Ia. Xs)2 ............................. (2.1)

Dimana :

Eo = Tegangan yang dibangkitkan (volt)


Vt = Tegangan per phasa (Volt)

Ia = Arus nominal (A)

Ra = Tahanan dalam jangkar Xs = Reaktansi5

dan menghitung tegangan yang dibangkitkan oleh generator adalah :

(Eo)L = √3 x Eo/ph .............................................................................. (2.2)

Untuk mengatasi generator terhindar dari beban lebih, maka diperlukan pengaturan
tegangan beban atau presentase regulasi tegangan. Adapun besar persentase regulasi
tegangan maksimum yang diizinkan adalah 40% dan secara matematis ditulis:

1. Regulasi Naik = (Vt ) tb− (Vt )bp (Vt)bp × 100 % ...................................(2.3)

2. Regulasi Turun = (Vt ) tb− (Vt )bp (Vt)tb× 100 % .................................... (2.4)

Dimana (Vt)tb adalah tegangan terminal atau tegangan output generator tanpa beban
yang besarnya sama dengan ggl armatur (Eo) pada persamaan 2.1 sedangkan (Vt)bp
adalah tegangan terminal beban penuh,

dimana,

Vt = VL.............................................................................................. (2.5)

2. Relay Gangguan Stator Hubung Tanah (Stator Earth Fault Relay)

Ganguan hubungan tanah adalah gangguan yang paling banyak terjadi. Arus
gangguan hubung tanah yang terjadi belum tentu cukup besar untuk dapat
mengoperasikan relay arus lebih. Oleh sebab itu, harus ada relay arus hubung tanah yang
harus dapat mendeteksi arus urutan nol, karena setiap gangguan hunung tanah
menghasilkan arus urutan nol.

Relay gangguan tanah ini dipasang pada sirkuit stator seperti umumnya relay
hubung tanah pada sirkuit 3 fasa yaitu dengan menjumlah melalui transformator arus ke 3
fasa yang ada. Jika tidak terdapat gangguan hubung tanah jumlah ini sama dengan 0, tapi
jika terdapat gangguan hubung tanah maka jumlah ini tidak sama dengan 0 lalu relay akan
bekerja. Relay ini akan mendeteksi gangguan hubung tanah yang terjadi pada sirkuit yang
terhubung dengan sirkuit stator dari generator. Untuk membatasi pendeteksian gangguan
hubung tanah yang terjadi pada stator generator saja dipakai relay hubung tanah terbatas,
dimana jumlah arus dari 3 fasa tersebut dijumlah lagi dengan arus yang dideteksi
transformator arus pada konduktor pentanahan titik netral generator. Relay hubung tanah
terbatas sesungguhnya merupakan relay diferensial khusus yang dirangkai untuk
mendeteksi gangguan stator hubung tanah.

3. Relay Daya Balik (Reverse Power Relay)

Relay daya balik berfungsi untuk mendeteksi aliran daya balik aktif yang
masuk pada generator. Berubahnya aliran daya aktif pada arah generator akan membuat
generator menjadi motor, dikenal sebagai peristiwa motoring. Pengaruh ini disebabkan
oleh pengaruh rendahnya input daya dari prime mover. Bila daya input ini tidak
dapat mengatasi rugi-rugi daya yang ada maka kekurangan daya dapat diperoleh dengan
menyerap daya aktif dari jaringan. Selama penguatan masih ada maka aliran daya
aktif generator sama halnya dengan saat generator bekerja sebagai motor, sehingga
daya aktif masuk ke generator dan daya reaktif dapat masuk atau keluar dari generator.
Peristiwa motoring ini dapat juga menimbulkan kerusakan lebih parah pada turbin ketika
aliran uap berhenti. Temperatur sudu-sudu akan naik akibat rugi gesekan turbin dengan
udara. Untuk itu di dalam turbin gas dan uap dilengkapi sensor aliran dan temperatur
yang dapat memberikan pesan pada relay untuk trip. Akan tetapi pada generator juga
dipasng relay daya balik yang berfungsi sebagai cadangan bila pengaman di turbin gagal
bekerja.

4. Relay Gangguan Rotor Hubung Tanah (Rotor Earth Fault Relay)

Hubung tanah dalam sirkuit rotor, yaitu hubung singkat antara konduktor rotor
dengan badan rotor dimana dapat menimbulkan distorsi medan magnet yang dihasilkan
rotor dan selanjutnya dapat menimbulakn getaran (vibrasi) berlebihan dalam generator.
Oleh karena itu, hal ini harus dihentikan oleh relay rotor hubung tanah. Karena sirkuit
rotor adalah sirkuit arus searah, maka relay rotor hubung tanah pada prinsipnya
merupakan relay arus lebih untuk arus searah.
5. Relay Fasa Urutan Negatif (Negative Phase Sequence Relay)

Arus yang tidak seimbang pada stator akan menimbulkan arus urutan negatif
dalam stator. Arus urutan negatif ini akan menimbulkan medan magnet yang berlawanan
arah terhadap rotor dan menghasilkan arus putar eddy. Pada permukaan rotor, arus pusar
ini akan menimbulkan panas yang pada akhirnya dapat menyebabkan over-heat. Efek
pemanasan yang ditimbulkan dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur bagian-
bagian rotor yang juga dapat menimbulkan getaran pada rotor. Karena material rotor
memiliki batas temperatur yang dinyatakan dalam :

I2 . T = K................................................................................................(2.6)

Dimana,

I2 = Arus urutan fasa

T = waktu

K = karakteristik kerja

Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara arus negatif dan batas waktu yang
diijinkan mengalir pada generator. Relay arus urutan negatif berfungsi untuk mendeteksi
dengan karakteristik invers. Hal ini dikarenakan setiap jenis mesin sinkron memiliki
harga yang berbeda.

6. Relay Diferensial (Differential Relay)

Relay ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan dalam kumparan stator


generator dan harus bekerja lebih cepat daripada relay arus lebih agar terdapat selektifitas.
Prinsip kerja relay ini adalah membandingkan arus yang masuk dan keluar dari kumparan
stator generator. Apabila terdapat selisih, berarti terdapat gangguan dalam kumparan
stator generator. CT pertama dipasang pada bagian dekat pentanahan stator, sedangkan
CT kedua dipasang pada bagian output stator. Selisih arus yang terdeteksi di antara kedua
zona inilah yang mengoperasikan relay diferensial.
7. Relay Arus Lebih (Over Current Relay)

Relay ini berfungsi mendeteksi arus lebih yang mengalir dalam kumparan
stator generator. Arus yang berlebihan dapat terjadi pada kumparan stator generator atau
di dalam kumparan rotor. Arus yang berlebihan pada kumparan stator dapat terjadi karena
pembebanan berlebihan terhadap generator. Adapun single line diagram relay arus lebih
adalah sebagai berikut :

Gambar Single Line Diagram Relay Arus Lebih

Keterangan :

CB = Circuit Breaker

TC = Trip Coil CB

I = Arus yang mengalir pada saluran yang diamankan

CT = Transformator Arus

Ir= Arus yang mengalir pada relay

C= Relay arus lebih

Ip= Arus pick-up dari relay


8. Relay Gangguan Frekuensi (Frequency Fault Relay)

Relay ini berfungsi untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi dalam nilai yang
besar secara tiba – tiba. Kisaran frekuensi yang diijinkan adalah ±3% sampai ±7% dari
nilai frekuensi nominal. Penurunan frekuensi disebabkan oleh adanya kelebihan
permintaan daya aktif di jaringan atau kerusakan regulator frekuensi. Frekuensi yang
turun menyebabkan naiknya arus magnetisasi pada generator yang akan menaikkan
temperatur. Pada turbin uap, hal tersebut akan mereduksi umur blade pada rotor.
Kenaikan frekuensi disebabkan oleh adanya penurunan permintaan daya aktif pada
jaringan atau kerusakan regulator frekuensi. Frekuensi yang naik akan menyebabkan
turunnya nilai arus magnetisasi pada generator yang akan menyebabkan generator
kekurangan medan penguat. Sensor relay frekuensi dipasang pada tiap fasa yang keluar
dari generator.

9. Relay Impedansi (Impedance Relay)

Relay ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan antar fasa pada posisi output
generator (di saluran penghantar atau feeder). Dengan adanya setting keterlambatan
waktu, relay ini memberi kesempatan terlebih dahulu pada relay penghantar untuk
mengatasi gangguan tersebut. Sensor relay ini berupa transformator tegangan,
transformator arus, serta elemen directional yang hanya melihat gangguan yang ada pada
posisi output generator saja, sehingga apabila terjadi gangguan dalam generator itu sendiri
atau pada input generator (turbin atau exciter), relay tidak akan bekerja karena zona
tersebut tidak berada dalam zona pengamanan yang dapat diamankan oleh relay
impedansi.

Gambar Single Line Diagram Rele Impedansi


Keterangan :

C = elemen starting

P = power directional

D = elemen/relay jarak ratio Ur/Ir = Z fault

Sinyal pada relay tidak tergantung pada arus gangguan, tetapi tergantung jarak dimana
gangguan terjadi, berhubungan dengan parameter saluran dimana Z = f (I).

10. Relay Kehilangan Medan Penguat Rotor (Lost of Rotor Excitation Relay)

Hilangnya medan penguat pada rotor akan mengakibatkan generator kehilangan


sinkronisasi dan berputar di luar kecepatan sinkronnya sehingga generator beroperasi
sebagai generator asinkron. Daya reaktif yang diambil dari sistem ini akan dapat melebihi
rating generator sehingga menimbulkan overload pada belitan stator dan menimbulkan
overheat yang menimbulkan penurunan tegangan generator.

Gambar Diagram Relay Kehilangan Medan Penguat Rotor

Hilangnya medan penguat rotor dapat dideteksi dengan kumparan yang dipasang paralel
dengan main exciter dan kumparan rotor generator. Pada kumparan ini akan mengalir
arus yang apabila nilainya kurang dari arus setting yang diinginkan, maka akan membuat
relay mengeluarkan sinyal alarm atau trip.

 Relay Kehilangan Sinkronisasi (Out of Synchronism Relay)


Peristiwa lepasnya sinkronisasi pada generator yang sedang beroperasi disebabkan
oleh generator yang beroperasi melampaui batas stabilnya. Yang dimaksud dengan
stabilitas adalah kemampuan sistem untuk kembali bekerja normal setelah mengalami
sesuatu seperti perubahan beban, switching, dan gangguan lain. Gangguan tersebut
akan berdampak pada tidak sinkron-nya tegangan generator dan sistem. Untuk
mengamankan generator yang berkapasitas beban besar terhadap peristiwa ayunan
beban dari kondisi tak sinkron digunakan relay lepas sinkron. Relay ini mendeteksi
besar impedansi (arus dan tegangan sistem). Apabila kondisi sistem akan memasuki
impedansi generator maka relay tersebut akan mengaktifkan relay untuk trip PMT
generator. Relay impedansi merupakan backup bagi relay ini.

Gambar Single Line Diagram Relay Kehilangan Sinkronisasi


RELAY PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR

Proteksi transformator penaik tegangan generator sudah tercakup dalam proteksi generator.
Apabila dalam suatu pusat listrik terdapat transformator antar rel, maka transformator
semacam ini umumnya mempunyai proteksi yang meliputi :

1. Relay Arus Lebih di sisi primer dan sisi sekunder

Relay ini berfungsi melindungi transformator terhadap arus lebih yang dapat terjadi karena :

• Pembebanan yang berlebihan.


• Ada gangguan hubung singkat antar fasa diluar maupun didalam
transformator.

2. Relay Hubung Tanah

Relay ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan hubung tanah yang terjadi
di dalam maupun di luar transformator. Gangguan hubung tanah adalah gangguan yang
paling banyak terjadi. Relay hubung tanah pada prinsipnya adalah relay yang mendeteksi
adanya arus urutan nol karena gangguan hubung tanah menghasilkan arus urutan nol.

3. Relay Differensial

Relay ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan dari dalam (internal)
transformator tersebut. Apabila terjadi gangguan dalam transformator, maka timbul selisih
antara arus yang masuk dan keluar dari transformator bersangkutan dan selisih arus inilah
yang mengoperasikan relay differensial ini. Relay differensial transformator pada prinsipnya
sama dengan relay differensial generator.

4. Relay Hubung Tanah Terbatas

Relay ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan hubung tanah yang terjadi
dalam transformator. Prinsip kerjanya hampir sama dengan relay differensial tetapi yang
dideteksi adalah selisih antara arus urutan nol yang masuk dan yang keluar dari
transformator, mengingat bahwa gangguan hubung tanah menghasilkan arus urutan nol.
5. Relay Buchholz

Relay ini mendeteksi terjadinya gelembung-gelembung gas dalam transformator. Apabila


terjadi gelembung gas yang banyak dalam transformator (yang menandakan terjadinya
loncatan busur listrik yang cukup banyak), maka relay ini bekerja dan men-trip pemutus
tenaga (PMT) baik di sisi primer maupun sekunder.

6. Relay Suhu

Relay suhu ini mengukur suhu kumparan transformator. Cara kerja dan fungsinya serupa
dengan relay suhu pada generator. Pada suhu tertentu relay ini akan membunyikan alarm.
Jika suhu kumparan transformator terus naik, maka relay ini kemudian men-trip PMT
transformator di sisi primer dan sekunder.

7. Relay Tekanan Mendadak

Relay ini fungsinya sama dengan relay Buchholz, hanya saja yang dideteksi adalah tekanan
gas dalam transformator yang naik secara mendadak.

8. Relay Tangki Tanah

Karena bagian-bagian logam (misalnya inti kumparan) dan transformator ditanahkan melalui
tangki transformator, maka relay tangki tanah yang mendeteksi arus yang mengalir antara
tangki dan tanah sesungguhnya juga merupakan relay gangguan hubung tanah.

9. Relay Arus Urutan Negatif

Apabila salah satu kawat fasa putus atau lepas kontak, maka timbul arus urutan negatif yang
dapat dideteksi oleh relay arus urutan negatif ini. (Marsudi, 2011 : 40)
RELAY PROTEKSI PADA TRANSMISI

Sistem proteksi saluran transmisi ada dua jenis, yaitu : Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT). Adapun relay proteksi yang terdapat
pada jaringan transmisi (SUTT/SKTT) adalah sebagai berikut :

1. Relay Jarak

Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan antar fasa maupun
gangguan hubung tanah.

2. Relay Differensial Pilot Kabel

Relay ini berfungsi untuk memproteksi SKTT dan juga SUTT yang pendek terhadap
gangguan antar fasa, maupun gangguan hubung singkat.

3. Relay Arus Lebih Berarah

Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan antar fasa dan hanya
bekerja pada satu arah saja. Karena relay ini dapat membedakan arah arus gangguan.

4. Relay Arus Lebih

Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT/SKTT terhadap gangguan antar fasa, maupun
gangguan hubung tanah dan relay ini berfungsi sebagai pengaman cadangan bagi SUTT dan
SKTT.

5. Relay Gangguan Tanah Berarah

Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan hubung tanah.

6. Relay Gangguan Tanah Selektif

Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT (saluran ganda) terhadap gangguan hubung
tanah.

7. Relay Tegangan Lebih

Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT/SKTT terhadap teganganlebih.


8. Relay Penutup Balik (Recloser)

Relay ini berfungsi untuk menormalkan kembali SUTT akibat gangguan hubung singkat
yang temporer.

9. Relay Frekuensi Kurang


Relay ini berfungsi untuk melepas SUTT/SKTT bila terjadi penurunan frekuensi sistem.
RELAY PROTEKSI PADA DISTRIBUSI

Adapun proteksi distribusi memiliki alat pengaman sebagai berikut :


1. Fuse (Sekring)

Merupakan pengaman bagian dari saluran dan peralatan dari gangguan hubung singkat
antar fasa. Dapat pula sebagai pengaman hubung tanah bagi sistem yang
diketanahkan langsung dan bagi peralatan pada sistem dengan tahanan rendah.

2. CB dengan Relay arus lebih

Sebagai pengaman utama sistem terhadap gangguan hubung singkat antar fasa dan
hubung tanah bagi sistem yang diketanahkan langsung.

3. CB dengan Relay arus tanah dengan arah

Pengaman utama terhadap gangguan hubung tanah bagi sistem yang diketanahkan
langsung dan diketanahkan dengan tahanan rendah.

4. CB dengan Relay arus tanah

Pengaman utama terhadap gangguan hubung tanah bagi sistem yang diketanahkan
langsung dan diketanahkan dengan tahanan tinggi.

5. CB dengan Relay Recloser atau Automatic Circuit Recloser (disingkat ACR atau
Recloser)

Pengaman pelengkap untuk membebaskan gangguan yang bersifat temporer. Dengan


ACR jumlah pemutusan tetap dapat diperkecil 95 % dari gangguan yang bersifat
temporer dapat dibebaskan.

5. ACR ke-2 dst

Disamping sebagai pengaman gangguan temporer, juga sebagai pembatas daerah yang
padam karena gangguan.
6. Pemisah manual

Alat pemutus untuk mengurangi daerah yang padam karena gangguan dan mengurangi
lamanya pemadaman.

7. AS (Automatic Sectionalizer)

Alat pemutus otomatis untuk mengurangi/membatasi daerah yang padam karena


gangguan.

8. Indikator gangguan

Untuk mempercepat lokalisasi gangguan.

Anda mungkin juga menyukai