Kelompok 3 (Isak Sarwa Dan Melianus Catuwe) PDF
Kelompok 3 (Isak Sarwa Dan Melianus Catuwe) PDF
1) JENIS-JENIS RELAY??
A. RELE ELEKTROMAGNETIK
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet
(Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil
(low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh,
dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan
Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.
Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering ditemukan di
Rangkaian Elektronika.
• Electromagnet (Coil)
• Armature
• Switch Contact Point (Saklar)
• Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :
Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di
posisi CLOSE (tertutup)
Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di
posisi OPEN (terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil
yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus
listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk
berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang
dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut
berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri
arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus
listrik yang relatif kecil.
Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan Throw yang
dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah penjelasan singkat
mengenai Istilah Pole and Throw :
• Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2
Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
• Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3
Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
• Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal,
diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2
Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang
dikendalikan oleh 1 Coil.
• Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal
sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay
SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk
Coil.
Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya melebihi
dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double
Throw) dan lain sebagainya.
Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw,
silakan lihat gambar dibawah ini :
Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay
Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika
diantaranya adalah :
SSR Ditetapkan sebagaimana kontrol ON-OFF di mana arus beban dilakukan oleh
satu atau lebih semikonduktor - misalnya, sebuah transistor daya, sebuah SCR, atau TRIAC.
SCR dan TRIAC sering disebut “thyristors sebuah istilah yang diperoleh dengan
menggabungkan thyratron dan transistor, karena dipicu thyristor semikonduktor switch“.
Pada relay umumnya, SSR relatif rendah membutuhkan kontrol - sirkuit energi untuk
beralih keadaan menjadi keluaran dari OFF ke AKTIF, atau sebaliknya Karena energi kontrol
ini sangat jauh lebih rendah daripada daya keluaran yang dikendalikan oleh relay pada beban
penuh, "power gain" dalam SSR adalah substansial - sering banyak lebih tinggi daripada di
estafet elektromagnetik yang sebanding. Dengan kata lain, sensitivitas dari SSR seringkali
jauh lebih tinggi daripada sebuah EMR dari output yang sebanding rating.
Tegangan yang diberikan pada garis kontrol menyebabkan suatu SSR LED bersinar
pada foto-dioda sensitif. Hal ini menghasilkan tegangan antara sumber dan gerbang
MOSFET, menyebabkan MOSFET dihidupkan. Sebuah SSR didasarkan pada satu MOSFET,
atau beberapa MOSFET dalam array paralel bekerja dengan baik untuk beban DC.
Ada dioda substrat yang melekat dalam semua MOSFET yang melakukan dalam arah
sebaliknya. Ini berarti bahwa satu MOSFET tidak dapat memblokir arus dalam dua arah.
Untuk AC (bi-directional) operasi, dua MOSFET disusun kembali untuk kembali dengan
sumber mereka pin diikat bersama-sama. Pin menguras mereka terhubung ke kedua sisi
output. Dioda substrat kemudian secara bergantian bias balik dalam rangka untuk memblokir
arus ketika relay tidak aktif. Ketika relay aktif, sumber umum selalu naik di tingkat sinyal
seketika dan kedua gerbang yang bias positif relatif terhadap sumber oleh foto-dioda.
Hal ini umum untuk menyediakan akses ke sumber yang sama sehingga beberapa
MOSFET dapat ditransfer secara paralel jika switching DC beban. Ada juga umumnya
beberapa sirkuit untuk melaksanakan gerbang bila LED dimatikan, mempercepat giliran
relay-off.
S
olid State Relay (SSR) mampu melakukan banyak tugas yang sama sebagai relay
elektromekanis (EMR). Perbedaan utama adalah bahwa SSR tidak memiliki bagian mekanik
yang bergerak didalamnya. Pada dasarnya, ini adalah perangkat elektronik yang bergantung
pada listrik, magnetik, dan optic semi konduktor dan sifat komponen listrik untuk mencapai
isolasi dan fungsi switching Relay.
1. Jenis-Jenis SSR
Hal ini memudahkan untuk mengelompokkan SSR oleh sifat rangkaian input, dengan
referensi khusus kepada sarana yang terisolasi input-output akan tercapai. Tiga kategori
utama:
Selain jenis utama SSR yang dijelaskan di atas, ada beberapa tujuan khusus desain yang
harus disebutkan:
Input Circuit Kinerja. Terisolasi Kepekaan SSR (yaitu, kontrol minimum tegangan dan
arus yang menyala) tergantung pada karakteristik yang mengisolasi komponen atau
rangkaian:
• Dalam hibrida (reed-relay terisolasi) desain, SSR's dengan kepekaan yang dibentuk
oleh kekuatan-operasi persyaratan relai buluh, yang berkisar antara 40 milliwatts
(misalnya, 5 volt dc di 8 mA) sampai setinggi mungkin beberapa ratus milliwatts.
Perhatikan bahwa tegangan rendah, berdaya rendah desain yang kompatibel dengan
standar-digital komputer "tingkat logika," dan bahwa standar "high-fan - out” atau
"tingkat logika TTL output dari komputer atau digital pengendali digital bisa
mengemudi dua atau lebih hibrida SSR dalam paralel.
• Dalam transformer-coupled SSR's, kepekaan biasanya jauh lebih tinggi dari jenis
hibrida karena semua sinyal input harus dilakukan adalah gerbang di AC-DC
converter (lihat gambar 2) yang menggerakkan transformer, dan yang memerlukan,
biasanya, kurang dari 10 milliwatts (misalnya, 4,5 v dc di 2 mA) dan jarang lebih dari
50 milliwatts. Sensitivitas ini lebih baik dari yang dibutuhkan oleh satu-TTL output
digital, dan yang tinggi-fan-out output bisa berkendara 3-10 SSR seperti itu secara
paralel.
• Optik SSR's, sensitivitas berkisar dari sekitar 6 milliwatts (misalnya, 3 volt dc di 2
mA) hingga 100 milliwatts. Menggunakan resistor seri yang sesuai atau arus
regulator, jenis rangkaian input juga kompatibel dengan Logika TTL tingkat, dan
beberapa optis digabungkan SSR dapat digerakkan secara paralel oleh tinggi-fan-
keluar jalur logika.
• Kepekaan paling "pengendalian langsung" SSR secara signifikan lebih rendah
daripada yang terisolasi desain, tetapi kenyataannya adalah begitu penting karena
mengendalikan daya yang diperlukan hampir selalu baik di dalam kapabilitas, bahkan
kemampuan kontrol terkecil kontak. Maksimum tingkat turn-off (tegangan dan / atau
arus) dari SSR adalah sekitar 50% dari tingkat minimum di mana ternyata
Karakteristik ini memberikan margin yang memadai dengan keselamatan antara OFF
ON , sehingga menghilangkan perilaku yang tidak menentu akibat perubahan kecil
sinyal kontrol. Dalam banyak SSR desain, kontrol-voltage range jauh lebih besar
daripada yang tersirat oleh minimum turn-on tegangan.Dalam desain dioptimalkan
untuk lebar kisaran tegangan input, tidak biasa untuk SSR akan diberi nilai untuk
digunakan selama lebih dari 6-ke-1 rentang kontrol tegangan (misalnya, 3.0 V
menjadi 32 V). hibrida desain, kumparan relay dari buluh mungkin luka untuk hampir
semua tegangan kontrol yang berguna, dari serendah 3 volt nominal, untuk 50 volt,
atau bahkan lebih tinggi, namun kisaran input tegangan ditoleransi oleh SSR hibrida
dibatasi oleh disipasi dalam kumparan relay. Umumnya, kisaran 1,5-1 adalah
diterima. Di sisi lain, perlawanan seri, atau "Konstan-current" rangkaian input aktif,
dapat digunakan untuk mengakomodasi hibrida relay tegangan input yang lebih
tinggi.
TRIAC adalah untuk menentukan nilai maksimum terburuk untuk keadaan OFF
kebocoran" dan nilai tipikal adalah 0,001 A max. Untuk 5-ampere beban-nilai sekarang.
Beban sirkuit tegangan hanya yang ditentukan oleh blocking rating tegangan thyristor.
Rangkaian output-peringkat yang lebih umum terisolasi SSR sebagian besar yang
dirancang untuk mengontrol beban ac sirkuit, yang sangat mirip dengan yang dijelaskan di
atas, kecuali bahwa OFF---- biasanya lebih tinggi pada urutan dari 5 mA pada 140 V
untuk sebuah 5-perangkat ampere kira-kira satu per seribu dari nilai arus beban. Bentuk
gelombang dalam rangkaian beban, untuk kedua OFF dan ON . Tegangan kurva tertarik
pada skala yang lebih luas dibandingkan dengan OFF dan beban kurva tegangan. Bahkan
pada tahap awal ini pemeriksaan kami SSR perlu untuk mempertimbangkan waktu
hubungan antara sinyal kontrol dan ac load-rangkaian tegangan dan arus.
Sehubungan dengan waktu, ada dua kelas switching SSR. Dalam satu, tidak ada
upaya khusus dibuat untuk mencapai sinkronisme antara pergantian dari sirkuit-beban
listrik dan menyalakan dari thyristor sakelar. Dalam hal ini "non-sinkron" kelas,
kemudian, Tanggapan penundaan antara aplikasi kontrol tegangan dan awal beban-
rangkaian konduksi adalah biasanya 20-200 mikrodetik digabungkan dan transformator
jenis, dan kurang dari satu milidetik pada hibrida (lagi karena reed relay waktu operasi).
Gelombang saat ini di turn-on di desain non-sinkron jelas fungsi dari ketika dalam siklus
ac sinyal kontrol diterapkan.
Dalam sinkron (nol-tegangan turn-on) desain, efek dari penerapan kontrol sinyal
tertunda (jika diperlukan) sampai kekuatan-line tegangan lewat melalui nol (Hal ini
dilakukan oleh internal yang merasakan besarnya garis tegangan, dan mencegah memicu
thyristor sampai persimpangan nol berikutnya terjadi.) Jadi, jika sinyal kontrol terjadi
untuk diterapkan segera setelah nol persimpangan, para SSR tidak akan benar-benar mulai
melakukan sampai hampir setengah siklus penuh kemudian. Di sisi lain, jika sinyal kontrol
yang terjadi untuk diterapkan tepat sebelum nol-persimpangan akan segera terjadi, SSR
akan mulai melakukan hampir segera, dengan hanya sangat kecil penundaan yang
dijelaskan di atas untuk non-sinkron desain. Jelas, saat itu, turn-on delay dari SSR dapat
memiliki nilai apapun kurang dari satu milidetik untuk setengah penuh siklus listrik
(sekitar 8,3 milidetik untuk daya Hz 60 baris). Biasanya, selama 60 Hz layanan, penilaian
diberikan sebagai 8,3 milidetik maksimum untuk semua solid-state-desain, dan 1,5
milidetik maksimum untuk desain hibrida. Akhir karakteristik utama AC-switching SSR
adalah perilaku turn-off. Karena thyristor, sekali tidak akan berhenti melakukan sampai
arus beban mengalir melalui jatuh ke nol, mungkin turn-off penundaan (antara
penghapusan sinyal kontrol dan penghentian arus beban) dari satu setengah siklus. Seperti
dalam kasus turn-on, turn-minimum off penundaan itu mendekati nol. Jadi, yang khas 60-
Hz rating untuk turn-off time adalah 9 milidetik maksimum.
2. Cara Pengoperasian
Tegangan yang diberikan pada garis kontrol menyebabkan suatu SSR LED
bersinar pada foto-dioda sensitif. Hal ini menghasilkan tegangan antara sumber dan
MOSFET gerbang, dan menyebabkan MOSFET menjadi hidup. Sebuah SSR didasarkan
pada satu MOSFET, atau beberapa MOSFET dalam array paralel yang bekerja dengan
baik untuk beban DC. Ada dioda substrat yang melekat dalam semua MOSFET
yang melakukan cara kinerja dengan arah sebaliknya. Ini berarti bahwa satu MOSFET
tidak dapat memblokir arus dalam dua arah. Untuk AC (bi-directional) operasi, dua
MOSFET disusun kembali untuk kembali dengan sumber mereka, pin diikat bersama-
sama. Pin menguras mereka dan terhubung ke kedua sisi output. Dioda substrat secara
bergantian membias balik dalam rangka untuk memblokir arus ketika relay tidak aktif.
Ketika relay aktif, sumber umum selalu naik di tingkat sinyal seketika dan kedua gerbang
yang bias positif relatif terhadap sumber foto-dioda.
Hal ini umum untuk menyediakan akses ke sumber yang sama sehingga beberapa
MOSFET dapat ditransfer secara paralel jika switching DC beban. Umumnya ada juga
beberapa sirkuit yang mengendalikan gerbang bila LED dimatikan, mempercepat giliran
relay-off. Baik SSR dan EMR menggunakan rangkaian control dan rangkaian terpisah
untuk mengganti beban. Ketika tegangan diberikan pada masukan dari SSR, relay diberi
energy oleh diode pemancar cahaya. Cahaya dari dioda adalah berseri-seri menjadi
sensitif terhadap cahaya semikonduktor itu, dalam kasus tegangan nol crossover relay,
kondisi sirkuit control untuk menghidupkan output solid state-switch disebelah tegangan
nol crossover. Dalam kasus tegangan nol crossover relay output solid state saklar
diaktifkan pada saat yang tepat tegangan yang terjadi pada saat itu. Pencabutan kekuasaan
menonaktifkan input rangkaian control dan solid state saklar dimatikan bila arus beban
melewati titik nol dari siklus.
3. Aplikasi SSR
• Otomasi Industri
• Peralatan elektronik
• Peralatan industry
• Mesin kemasan
• Tooling mesin
• Peralatan Manufaktur
• Peralatan makan
• Sistem keamanan
• Industry pencahayaan
• Api dan sistem keamanan
• Dispensing mesin
• Peralatan produksi
• On-board power control
• Traffic control
• Sistem instrumentasi
• Mesin penjual
• Uji sistem
• Mesin kantor
• Peralatan medis
• Tampilan pencahayaan
• kontrol lift
• Metrologi peralatan
• Hiburan pencahayaan
4. Perangkat Switching
Yang paling banyak digunakan dari keluarga ini adalah logam oksida
semikonduktor transistor efek medan (MOSFET), silikon-dikontrol penyearah (SCRs),
TRIAC dan alternistor TRIAC. Dalam banyak aplikasi perangkat ini melakukan fungsi-
fungsi utama dan sangat penting bahwa satu mamahami keuntungan mereka, serta
kekurangan mereka, untuk melakukan kebenaran sistem yang handal. Bila diterapkan
dengan benar, thyristor dapat menjadi keuntungan yang penting dalam pertemuan
lingkungan, kecepatan dan kehandalan spesifikasi elektromekanis rekan-rekan mereka
tidak bisa memenuhi.
MOSFET, Adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari dua metaloxide
semikonduktor transistor efek medan (MOSFET)< satu jenis P-jenis, terpadu pada
satu chip silikon. MOSFET switching ideal untuk beban DC.
SCR SCR, Silikon dikuasai penyearah (SCR) adalah empat lapisan perangkat solid
state yang mengontrol aliran arus. SCR bertindak sebagai switch, pelaksanaan ketika
menerima arus gerbang pulsa dan terus melakukan selama ini bias maju. SCR sangat
ideal untuk beralih ke semua jenis beban AC.
TRIACS, Adalah komponen elektronik yang kurang lebih setara dengan dua
penyearah silikon dikendalikan terbalik bergabung dalam parallel (sejajar tetapi
dengan polaritas terbalik) dan terhubung dengan gerbang mereka bersama-sama. Hal
ini menghasilkan dua arah saklar elektronik yang dapat melakukan arus di kedua arah.
TRIAC ideal untuk beralih AC ke beban resistif.
Alternistor TRIAC, Digunakan untuk beralih AC beban,yang alternistor telah
dirancang khusus untuk aplikasi yang beralih tinggi beban induktif. Chip khusus
menawarkan kinerja serupa sebagai dua SCRs, kabel parallel terbalik (back to back),
menyediakan turn off yang lebih baik dari pada standar perilaku TRIAC. Yang
Alternistor TRIAC adalah solusi ekonomis yang sangat ideal untuk beralih AC ke
beban induktif.
Thermal Considerations dan Heat Sinking Thermal, Adalah sebuah pertimbangan
mendasar dalam desain dan penggunaan SSR,karena kontak disipasi (biasanya 1 W
per amp). Oleh karena itu, sangat penting bahwa cukup panas tenggelam disediakan,
jika tidak hidup dan keandalan switching SSR akan dikompromi. Untuk ukuran yang
benar heat sink, kita harus mempertimbangkan apa yang masuk, yang mendapat
nomor tahanan termal untuk memahami apa artinya.
RECS = Thermal perlawanan, kasus heat sink umumnya 0,1°C/W. ini menjelaskan
kerugian dalam minyak panas atau transfer thermal pad
RESA = Thermal perlawanan, heat sink untuk ambient ini heat sink yang diperlukan
berdasarkan karakteristik volume heat sink dan rancangan (°C/W)
Baik relay kontaktor biasa maupun solid state relay (SSR) mempunyai keuntungan
dan kerugian. Baik keuntungan maupun kerugian tersebut merupakan ‘trade-off’ yang
harus dipilih bagi disainer sistem kontrol. Pada dasarnya Solid state relay (SSR)
merupakan relay yang dapat didiskripsikan sebagai berikut :
• Mempunyai empat buah terminal, 2 input terminal dan 2 buah output terminal.
• Tegangan input dapat berupa tegangan AC atau DC.
• Antara output dan input diisolasi dengan sistem optikal.
• Output menggunakan keluarga thyristor, SCR untuk beban DC dan TRIAC untuk
beban AC.
• Switching ON, yang sering disebut ‘firing’, solid state relay hanya bisa terjadi pada
saat tegangan yang masuk ke output pada level yang sangat rendah mendekati nol
volt.
• Output berupa tegangan AC (50 Hz atau 60 Hz).
Sebuah solid state kontaktor adalah tugas yang sangat berat solid state relay,
termasuk yang diperlukan heat sink, digunakan untuk beralih pemanas listrik, motor
listrik kecil dan pencahayaan load; di mana sering on / off siklus diperlukan. Tidak ada
bagian yang bergerak untuk memakai dan tidak ada kontak bouncing karena getaran.
Mereka diaktifkan oleh sinyal kontrol AC atau DC sinyal kontrol dari Programmable
logic controller (PLC), PC, transistor-transistor logic (TTL) sumber, atau lainnya kontrol
mikroprosesor dan mikrokontroler.
1. Pada solid-state relay tidak teedapat bagian yang bergerak seperti halnya pada
relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan
bagian ini tidak ada pada solid-state relay. Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no contact’
karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.
2. Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada solid-
state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor
pada saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce
maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah keadaan.
3. Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat hanya
membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan mudah
dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata lain opersai
kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor.
4. Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay mekanik
biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena goncangan/getaran
yang cukup kuat pada body relay tersebut.
5. Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.
6. Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi yang
digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi
yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state relay akan
di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati
nol volt.
8. Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil sehingga
arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada peralatan medical
yang memerlukan isolasi yang sangat baik.
Keuntungan solid-state relay begitu baik sekali tetapi dibalik keuntungan tersebut
terdapat kerugian penggunaan solid-state relay yang perlu dipertimbangkan dalam
penggunaannya.
2. Tegangan drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat
tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh tersebut kira-
kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya yang
besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.
3. Arus bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau
keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang
mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang
sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada level
TTL yaitu sekitar 10mA rms.
Antara bagian input dan output dipisahkan dengan menggunakan optocoupler dan dengan
sinyal yang kecil, cukup untu menyalakan diode saja, maka cukup untuk menggerakkan
sebuah bebab AC yang besar melalui solid-state relay.
Jika OC1 ‘ON’ maka Q1 akan OFF sehingga Q1 tidak melakukan clamp pada
SCR. SCR akan aktif jika Q2 juga dalam kondisi OFF. Kondisi ini terjadi pada saat
terjadinya zero crossing. Penambahan kapasitor C2 bertujuan untuk menghindari
kemungkinan SCR di trigger berulang-ulang. C1 berguna untuk menyediakan arus yang
cukup untuk sumber tegangan sementara pada saat terjadinya ‘firing’ pada gate SCR, selain
itu C1 juga berfungsi untuk menghindari kondisi ditriggernya gate SCR berulang-ulang.
Penambahan C1 dan C2 akan menghindari trigger SCR pada saat tegangan anode
SCR turun (down slope), kondisi ini memang tidak diharapkan. Komponen D2 akan
memperbolehkan gate SCR di-reverse bias untuk menghasilkan kekebalan terhadap
noise. D1 berfungsi untuk melindungi tegangan input yang berlebihan di atas rating tegangan
optocoupler OC1. Komponen SCR yang digunakan, jika ingin membangun sebuah SSR
sendiri, adalah SCR dengan tipe 2N5064, 2N6240.
TRIAC yang digunakan adalah 2N6343 dengan C11 sebesar 47nF dengan tegangan
disesuaikan dengan rating tegangan aplikasi TRIAC dan diode yang mentrigger gate TRIAC
ini harus 1N4004.
TRIAC merupakan komponen yang terdiri dari 2 buah SCR yang terpasang paralel
tetapi terbalik. Kondisi ini menyebabkan timbulnya masalah pada beban induktif yaitu pada
saat kondisi turn-off TRIAC. TRIAC harus mati pada saat setiap ½ cycle yaitu pada saat
tegangan jala-jala PLN mendekati nol volt. TRIAC harus melakukan bloking tegangan pada
saat tegangan mulai mencapai 1-2 volt dalam keadaan tegangan inverse. Kejadian ini terjadi
sekitar 30us pada rate frekuensi jala-jala 60Hz. Pada beban induktif TRIAC tidak sempat
dalam kondisi benar-benar OFF untuk dapat ditrigger kembali. Kejadian ini akan
menyebabkan TRIAC pada beban induktif tertentu akan menyebabkan TRAIC tidak dapat
OFF dan kontrol tidak akan berfungsi untuk mengontrol TRIAC ini kecuali dengan jalan
memutuskan aliran arus yang menuju terminal TRAIC ini secara manual.
Untuk menghindari kejadian seperti ini maka output sebuah solid-state relay harus
ditambahkan sebuah rangkaian snubber jika solid-state relay ini digunakan untuk beban yang
bersifat induktif.
Walaupun demikian dapat digunakan solid-state relay yang komponen output unitnya
berupa SCR. SCR lebih mudah digunakan dalam mengontrol beban induktif, walaupun
demikian untuk amannya sebuah sistem kontrol maka perlulah dipertimbangkan untuk
diberikannya sebuah rangkaian snubber pula untuk beban induktif.
Walaupun solid-state relay dengan SCR maupun TRAIC- nya yang membuat
perlunya sedikit pertimbangan dalam pemberian rangkaian snubber pada beban induktif,
solid-state relay secara umum lebih baik pada penggunaanya terutama untuk aplikasi yang
membutuhkan isolasi antara input dan output yang baik. Memang harga bolehlah mahal
tetapi untuk kualitas yang baik maka komponen ini bisa menjadi sebuah alternatif untuk
menggantikan sebuah relay mekanik pada aplikasi-aplikasi tertentu.
C. RELE BERBASIS MICROPROSESSOR
Berikut ini adalah contoh aplikasi menggunakan relay sebagai pengendali yang kemudian
digantikan dengan menggunakan PLC. Aplikasi berikut digunakan untuk mengendalikan
motor, rangkaian kontrol elektris berbasis relay berikut biasa digunakan.
Rangkaian di atas menggunakan relay sebagai pengendali, berikutnya relay akan digantikan
dengan PLC sebagai pengendali.
Kemudian dilanjutkan dengan merangkai output device pada modul output PLC.
Dari contoh di atas, tampak bahwa PLC control mempunyai banyak keuntungan
dibandingkan relay control. Berikut keuntungan – keuntungan lain dari PLC (”Beginner’s
Guide to PLC Omron”, 1-9):
Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita
lihat pada gambar dibawah ini.
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung
singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja
relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak
tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat gambar dibawah ini.
Gambar 2. Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay).
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara
terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini
bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda,
karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :
a. Standar invers
b. Very inverse
c. Extreemely inverse
k fk
Is = × I maks
kd
dengan :
Is : penyetelan arus
Kfk : faktor keamanan, antara 1,1÷1,2
Yang dimaksud batas penyetelan maksimum relay arus lebih adalah “relay harus
bekerja bila terjadi gangguan hubung singkat pada rel berikutnya”.
A B C
Relay yang terdapat di A merupakan pengaman utama zone AB, sebagai pengaman
cadangan untuk zone berikutnya AB dan C.
Batas penyetelan maksimum :
Is = Ihs 2 fase pada pembangkitan minimum
Cara penyetelan arus
Penyetelan arus Is :
Is = k × In
dengan :
Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif, maka penyetelan waktu dibuat bertingkat.
A B C
Jika terjadi gangguan di titik F, maka untuk mendapatkan pengamanan yang selektif :
tA > tB > tc. Karena pada reley arus lebih definite time waktu kerja relay tidak
dipengaruhi oleh besarnya arus, maka untuk mendapatkan pengamanan yang baik
perlu menentukan beda waktu ( tingkatan waktu ∆t ) antara dua tingkatan pengaman.
tC = t1
tB = t2 = t1 + ∆t
tA= t3 = t1 + 2 ∆t
Misalkan suatu jaringan listrik radial seperti pada gambar berikut ini, seting waktu di
bus D dipilih yang paling cepat, dengan waktu tD = 0,2 detik. Untuk menghindari agar
relay tidak bekerja saat ada pemasukan beban baru, maka beban waktu dipilih sebesar
0,5 detik.
Contoh gambar jaringan listrik sistem radial untuk penyetingan waktu relay
A B C D
tD = 0,2 detik
tA
tB
tC tD
A B C D
Syarat untuk setting wakktu ( TD / Time dial atau TMS/ Time Multiple setting ) dari
relay arus lebih jenis ini, harus diketahui data-data sebagai berikut :
Adapun untuk tempat / lokasi gangguan yang berlainan pada satu rangkaian ( satu
pengamanan ), maka relay akan bekerja sesuai dengan arus perkaliannya. Relay arus
lebih adalah suatu rangkaian peralatan rele pengaman yang memberikan respon
terhadap kenaikan arus yang melebihi harga arus yang telah ditentukan pada
rangkaian yang diamankan.
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang
melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh
melewatinya disebut dengan setting.
Keuntungan dari penggunaan proteksi relay arus lebih ini antara lain :
o Sederhana dan murah
o Mudah penyetelannya
o Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan cadangan
o Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah, dan
dalam beberapa hal digunakan untuk proteksi beban lebih (overload).
o Pengaman utama pada jaringan distribusi dan substransmisi
o Pengaman cadangan untuk generator, trafo, dan saluran transmisi.
2. RELAY TEGANGAN JATUH (UNDER VOLTAGE RELAY)
Relay tegangan kurang adalah relay yang bekerja dengan menggunakan tegangan
sebagai besaran ukur. Relay akan bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan
melampaui batas yang telah ditetapkan..Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun
adalah lebih kecil dari 5% dari tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa
peralatan yang beroperasi dengan tegangan di bawah 10 % akan mengalami penurunan
efisiensi.
Relay tegangan kurang berfungsi sebagai :
a. Mencegah srating motor bila suplai tegangan turun .
b. Dalam pengamanan sistem dapat dikombinasikan dengan relai frekuensi kurang.
Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan yang
terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan:
a. Bila harga impedansi ganguan lebih kecil dari pada impedansi seting relai maka relai
akan trip.
b. Bila harga impedansi ganguan lebih besar daripada impedansi setting relai maka relai
akan tidak trip.
Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik peralatan listrik yang diamankan (external
fault), maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap
sama dengan pada kondisi normal, sehingga relay pengaman tidak akan bekerja untuk
gangguan luar tersebut. Jika gangguan terjadi didalam (internal fault), maka arah sirkulasi
arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan keseimbangan pada kondisi normal
terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir melalui relay pengaman dari terminal 1 menuju
ke terminal 2. Selama arus-arus sekunder transformator arus sama besar, maka tidak akan ada
arus yang mengalir melalui kumparan kerja (operating coil) relay pengaman, tetapi setiap
gangguan (antar fasa atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu,
akan menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil relay pengaman, maka relai
pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping) kepada circuit
breaker (CB) sehingga peralatan atau instalasi listrik yang terganggu dapat diisolir dari
sistem tenaga listrik.
RELAY PROTEKSI PADA GENERATOR
Terdapat beberapa macam relay yang umum digunakan sebagai pengaman elektris pada
generator. Jenis relay yang umum digunakan pada sistem pengaman elektris generator yang
memiliki rating daya output yang cukup besar adalah :
Jika beban ditambahkan pada generator AC yang sedang bekerja pada kecepatan konstan
dengan eksitasi medan konstan, tegangan terminal akan berubah. Besarnya perubahan
akan bergantung pada rancangan mesin dan faktor daya beban. Pengaturan generator AC
didefinisikan sebagai persentase kenaikan tegangan ternibal ketika beban dikurangi dari
arus beban penuh ternilai sampai nol, dimana kepesatan dan eksitasi medan dijaga
konstan.
Untuk menghitung tegangan yang dibangkitkan generator perfasa maka dapat dilihat
dari persamaan berikut :
Eo = √(Vt. cos θ + Ia. Ra)2 + (Vt. sin θ + Ia. Xs)2 ............................. (2.1)
Dimana :
Untuk mengatasi generator terhindar dari beban lebih, maka diperlukan pengaturan
tegangan beban atau presentase regulasi tegangan. Adapun besar persentase regulasi
tegangan maksimum yang diizinkan adalah 40% dan secara matematis ditulis:
2. Regulasi Turun = (Vt ) tb− (Vt )bp (Vt)tb× 100 % .................................... (2.4)
Dimana (Vt)tb adalah tegangan terminal atau tegangan output generator tanpa beban
yang besarnya sama dengan ggl armatur (Eo) pada persamaan 2.1 sedangkan (Vt)bp
adalah tegangan terminal beban penuh,
dimana,
Vt = VL.............................................................................................. (2.5)
Ganguan hubungan tanah adalah gangguan yang paling banyak terjadi. Arus
gangguan hubung tanah yang terjadi belum tentu cukup besar untuk dapat
mengoperasikan relay arus lebih. Oleh sebab itu, harus ada relay arus hubung tanah yang
harus dapat mendeteksi arus urutan nol, karena setiap gangguan hunung tanah
menghasilkan arus urutan nol.
Relay gangguan tanah ini dipasang pada sirkuit stator seperti umumnya relay
hubung tanah pada sirkuit 3 fasa yaitu dengan menjumlah melalui transformator arus ke 3
fasa yang ada. Jika tidak terdapat gangguan hubung tanah jumlah ini sama dengan 0, tapi
jika terdapat gangguan hubung tanah maka jumlah ini tidak sama dengan 0 lalu relay akan
bekerja. Relay ini akan mendeteksi gangguan hubung tanah yang terjadi pada sirkuit yang
terhubung dengan sirkuit stator dari generator. Untuk membatasi pendeteksian gangguan
hubung tanah yang terjadi pada stator generator saja dipakai relay hubung tanah terbatas,
dimana jumlah arus dari 3 fasa tersebut dijumlah lagi dengan arus yang dideteksi
transformator arus pada konduktor pentanahan titik netral generator. Relay hubung tanah
terbatas sesungguhnya merupakan relay diferensial khusus yang dirangkai untuk
mendeteksi gangguan stator hubung tanah.
Relay daya balik berfungsi untuk mendeteksi aliran daya balik aktif yang
masuk pada generator. Berubahnya aliran daya aktif pada arah generator akan membuat
generator menjadi motor, dikenal sebagai peristiwa motoring. Pengaruh ini disebabkan
oleh pengaruh rendahnya input daya dari prime mover. Bila daya input ini tidak
dapat mengatasi rugi-rugi daya yang ada maka kekurangan daya dapat diperoleh dengan
menyerap daya aktif dari jaringan. Selama penguatan masih ada maka aliran daya
aktif generator sama halnya dengan saat generator bekerja sebagai motor, sehingga
daya aktif masuk ke generator dan daya reaktif dapat masuk atau keluar dari generator.
Peristiwa motoring ini dapat juga menimbulkan kerusakan lebih parah pada turbin ketika
aliran uap berhenti. Temperatur sudu-sudu akan naik akibat rugi gesekan turbin dengan
udara. Untuk itu di dalam turbin gas dan uap dilengkapi sensor aliran dan temperatur
yang dapat memberikan pesan pada relay untuk trip. Akan tetapi pada generator juga
dipasng relay daya balik yang berfungsi sebagai cadangan bila pengaman di turbin gagal
bekerja.
Hubung tanah dalam sirkuit rotor, yaitu hubung singkat antara konduktor rotor
dengan badan rotor dimana dapat menimbulkan distorsi medan magnet yang dihasilkan
rotor dan selanjutnya dapat menimbulakn getaran (vibrasi) berlebihan dalam generator.
Oleh karena itu, hal ini harus dihentikan oleh relay rotor hubung tanah. Karena sirkuit
rotor adalah sirkuit arus searah, maka relay rotor hubung tanah pada prinsipnya
merupakan relay arus lebih untuk arus searah.
5. Relay Fasa Urutan Negatif (Negative Phase Sequence Relay)
Arus yang tidak seimbang pada stator akan menimbulkan arus urutan negatif
dalam stator. Arus urutan negatif ini akan menimbulkan medan magnet yang berlawanan
arah terhadap rotor dan menghasilkan arus putar eddy. Pada permukaan rotor, arus pusar
ini akan menimbulkan panas yang pada akhirnya dapat menyebabkan over-heat. Efek
pemanasan yang ditimbulkan dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur bagian-
bagian rotor yang juga dapat menimbulkan getaran pada rotor. Karena material rotor
memiliki batas temperatur yang dinyatakan dalam :
I2 . T = K................................................................................................(2.6)
Dimana,
T = waktu
K = karakteristik kerja
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara arus negatif dan batas waktu yang
diijinkan mengalir pada generator. Relay arus urutan negatif berfungsi untuk mendeteksi
dengan karakteristik invers. Hal ini dikarenakan setiap jenis mesin sinkron memiliki
harga yang berbeda.
Relay ini berfungsi mendeteksi arus lebih yang mengalir dalam kumparan
stator generator. Arus yang berlebihan dapat terjadi pada kumparan stator generator atau
di dalam kumparan rotor. Arus yang berlebihan pada kumparan stator dapat terjadi karena
pembebanan berlebihan terhadap generator. Adapun single line diagram relay arus lebih
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
CB = Circuit Breaker
TC = Trip Coil CB
CT = Transformator Arus
Relay ini berfungsi untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi dalam nilai yang
besar secara tiba – tiba. Kisaran frekuensi yang diijinkan adalah ±3% sampai ±7% dari
nilai frekuensi nominal. Penurunan frekuensi disebabkan oleh adanya kelebihan
permintaan daya aktif di jaringan atau kerusakan regulator frekuensi. Frekuensi yang
turun menyebabkan naiknya arus magnetisasi pada generator yang akan menaikkan
temperatur. Pada turbin uap, hal tersebut akan mereduksi umur blade pada rotor.
Kenaikan frekuensi disebabkan oleh adanya penurunan permintaan daya aktif pada
jaringan atau kerusakan regulator frekuensi. Frekuensi yang naik akan menyebabkan
turunnya nilai arus magnetisasi pada generator yang akan menyebabkan generator
kekurangan medan penguat. Sensor relay frekuensi dipasang pada tiap fasa yang keluar
dari generator.
Relay ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan antar fasa pada posisi output
generator (di saluran penghantar atau feeder). Dengan adanya setting keterlambatan
waktu, relay ini memberi kesempatan terlebih dahulu pada relay penghantar untuk
mengatasi gangguan tersebut. Sensor relay ini berupa transformator tegangan,
transformator arus, serta elemen directional yang hanya melihat gangguan yang ada pada
posisi output generator saja, sehingga apabila terjadi gangguan dalam generator itu sendiri
atau pada input generator (turbin atau exciter), relay tidak akan bekerja karena zona
tersebut tidak berada dalam zona pengamanan yang dapat diamankan oleh relay
impedansi.
C = elemen starting
P = power directional
Sinyal pada relay tidak tergantung pada arus gangguan, tetapi tergantung jarak dimana
gangguan terjadi, berhubungan dengan parameter saluran dimana Z = f (I).
10. Relay Kehilangan Medan Penguat Rotor (Lost of Rotor Excitation Relay)
Hilangnya medan penguat rotor dapat dideteksi dengan kumparan yang dipasang paralel
dengan main exciter dan kumparan rotor generator. Pada kumparan ini akan mengalir
arus yang apabila nilainya kurang dari arus setting yang diinginkan, maka akan membuat
relay mengeluarkan sinyal alarm atau trip.
Proteksi transformator penaik tegangan generator sudah tercakup dalam proteksi generator.
Apabila dalam suatu pusat listrik terdapat transformator antar rel, maka transformator
semacam ini umumnya mempunyai proteksi yang meliputi :
Relay ini berfungsi melindungi transformator terhadap arus lebih yang dapat terjadi karena :
Relay ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan hubung tanah yang terjadi
di dalam maupun di luar transformator. Gangguan hubung tanah adalah gangguan yang
paling banyak terjadi. Relay hubung tanah pada prinsipnya adalah relay yang mendeteksi
adanya arus urutan nol karena gangguan hubung tanah menghasilkan arus urutan nol.
3. Relay Differensial
Relay ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan dari dalam (internal)
transformator tersebut. Apabila terjadi gangguan dalam transformator, maka timbul selisih
antara arus yang masuk dan keluar dari transformator bersangkutan dan selisih arus inilah
yang mengoperasikan relay differensial ini. Relay differensial transformator pada prinsipnya
sama dengan relay differensial generator.
Relay ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan hubung tanah yang terjadi
dalam transformator. Prinsip kerjanya hampir sama dengan relay differensial tetapi yang
dideteksi adalah selisih antara arus urutan nol yang masuk dan yang keluar dari
transformator, mengingat bahwa gangguan hubung tanah menghasilkan arus urutan nol.
5. Relay Buchholz
6. Relay Suhu
Relay suhu ini mengukur suhu kumparan transformator. Cara kerja dan fungsinya serupa
dengan relay suhu pada generator. Pada suhu tertentu relay ini akan membunyikan alarm.
Jika suhu kumparan transformator terus naik, maka relay ini kemudian men-trip PMT
transformator di sisi primer dan sekunder.
Relay ini fungsinya sama dengan relay Buchholz, hanya saja yang dideteksi adalah tekanan
gas dalam transformator yang naik secara mendadak.
Karena bagian-bagian logam (misalnya inti kumparan) dan transformator ditanahkan melalui
tangki transformator, maka relay tangki tanah yang mendeteksi arus yang mengalir antara
tangki dan tanah sesungguhnya juga merupakan relay gangguan hubung tanah.
Apabila salah satu kawat fasa putus atau lepas kontak, maka timbul arus urutan negatif yang
dapat dideteksi oleh relay arus urutan negatif ini. (Marsudi, 2011 : 40)
RELAY PROTEKSI PADA TRANSMISI
Sistem proteksi saluran transmisi ada dua jenis, yaitu : Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT). Adapun relay proteksi yang terdapat
pada jaringan transmisi (SUTT/SKTT) adalah sebagai berikut :
1. Relay Jarak
Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan antar fasa maupun
gangguan hubung tanah.
Relay ini berfungsi untuk memproteksi SKTT dan juga SUTT yang pendek terhadap
gangguan antar fasa, maupun gangguan hubung singkat.
Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan antar fasa dan hanya
bekerja pada satu arah saja. Karena relay ini dapat membedakan arah arus gangguan.
Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT/SKTT terhadap gangguan antar fasa, maupun
gangguan hubung tanah dan relay ini berfungsi sebagai pengaman cadangan bagi SUTT dan
SKTT.
Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan hubung tanah.
Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTT (saluran ganda) terhadap gangguan hubung
tanah.
Relay ini berfungsi untuk menormalkan kembali SUTT akibat gangguan hubung singkat
yang temporer.
Merupakan pengaman bagian dari saluran dan peralatan dari gangguan hubung singkat
antar fasa. Dapat pula sebagai pengaman hubung tanah bagi sistem yang
diketanahkan langsung dan bagi peralatan pada sistem dengan tahanan rendah.
Sebagai pengaman utama sistem terhadap gangguan hubung singkat antar fasa dan
hubung tanah bagi sistem yang diketanahkan langsung.
Pengaman utama terhadap gangguan hubung tanah bagi sistem yang diketanahkan
langsung dan diketanahkan dengan tahanan rendah.
Pengaman utama terhadap gangguan hubung tanah bagi sistem yang diketanahkan
langsung dan diketanahkan dengan tahanan tinggi.
5. CB dengan Relay Recloser atau Automatic Circuit Recloser (disingkat ACR atau
Recloser)
Disamping sebagai pengaman gangguan temporer, juga sebagai pembatas daerah yang
padam karena gangguan.
6. Pemisah manual
Alat pemutus untuk mengurangi daerah yang padam karena gangguan dan mengurangi
lamanya pemadaman.
7. AS (Automatic Sectionalizer)
8. Indikator gangguan