Anda di halaman 1dari 20

TUGAS 1

SAKLAR MANUAL, ELEKTRONIK, MEKANIK DAN RELAY


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Mekatronika

Dosen :
Dr. Eko Marpanaji

Disusun oleh :
Dena Anugrah
NIM. 15720251024

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN INFORMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

SAKLAR MANUAL, ELEKTRONIK, MEKANIK DAN RELAY


Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan atau
memutuskan aliran listrik. Terdapat beberapa jenis saklar, namun yang akan dibahas pada
tugas ini yaitu saklar manual, saklar elektronik, saklar mekanik dan relay.
A. Saklar Manual
Saklar manual adalah jenis saklar yang dioperasikan dengan cara memindahkan tuas
saklar secara mekanis oleh operator. Saklar ini biasanya dipasang pada rangkaian kontrol dan
dipakai pada rangkaian elektronik dengan kapasitas daya dan tegangan yang kecil. Saklar
jenis ini yang digunakan sebagai komponen elektronik yaitu saklar toggle, saklar push button
dan saklar selector.
1. Saklar Toggle
Saklar toggle adalah saklar yang dapat menghubungkan atau memutuskan aliran
listrik dengan cara memindahkan tuas saklar ke atas atau ke bawah. Saklar ini memiliki
bentuk yang paling sederhana dan berukuran relatif kecil, sehingga cocok digunakan pada
sebuah panel kontrol. Saklar ini juga dapat digunakan pada rangkaian elektronik untuk
menyambungkan arus listrik yang kecil pula.

Gambar 1. Saklar Toggle


2. Saklar Push Button
Saklar push button adalah saklar yang dapat menghubungkan aliran listrik sesaat saja
saat ditekan dan setelah dilepas maka akan kembali lagi pada posisi off. Saklar ini befungsi
sebagai pemberi sinyal masukan pada rangkaian listrik. Ketika bagian knopnya ditekan, maka
alat ini akan bekerja, sehingga kontak-kontaknya akan terhubung untuk jenis Normally Open
(NO) dan akan terlepas untuk jenis Normally Close (NC). Sebaliknya ketika knopnya dilepas
kembali, maka akan terjadi kebalikan dari sebelumnya. Saklar ini memiliki kode warna pada
bagian knopnya untuk membedakan fungsi dari masing-masing alat, seperti warna merah

digunakan untuk tombol berhenti (stop), warna hijau atau hitam digunakan untuk tombol
jalan (start), warna kuning digunakan untuk tombol reset.
Saklar

push

button

banyak

digunakan

pada

rangkaian

elektronika

yang

dikombinasikan dengan rangkaian pengunci. Saklar push button bertipe NO memiliki


rangkaian pengunci yang dihubungkan dengan kontaktor dan digunakan sebagai tombol on
untuk menghidupkan rangkaian. Saklar push button bertipe NC biasanya digunakan sebagai
tombol off untuk mematikan rangkaian. Terdapat empat konfigurasi saklar push button, yaitu
tanpa pengunci (no guard), pengunci penuh (full guard), extended guard, dan mushroom
button.

Gambar 2. Saklar Push Button


3. Saklar Selector
Saklar selector biasanya dipasang pada panel kontrol yang berfungsi sebagai saklar
pemilih untuk memilih jenis operasi yang berbeda pada rangkaian yang berbeda pula. Saklar
ini pada umumnya terdiri dari dua, tiga, empat bahkan lebih pilihan posisi dengan berbagai
tipe knop seperti geser maupun putar. Saklar ini memiliki beberapa kontak, dimana untuk
setiap kontaknya dihubungkan oleh kabel pada rangkaian yang berbeda, misalnya untuk
rangkaian putaran motor cepat dan rangkaian putaran motor lambat.

Gambar 3. Saklar Selector


B. Saklar Elektronik
Dalam rangkaian elektronika, semikonduktor daya dapat dioperasikan sebagai saklar.
Seperti karakteristik saklar pada umumnya, semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai
saklar elektronik memiliki dua kondisi, yaitu kondisi on dan off yang berarti rangkaian dalam
keadaan tertutup atau terbuka. Dalam kondisi ideal, semikonduktor daya yang dioperasikan

sebagai seklar elektronik hanya menyerap daya yang relatif kecil, baik saat kondisi on
maupun off atau bahkan dalam kondisi tertentu daya yang diserap dapat diabaikan (nol).
Bahan semikonduktor memiliki sifat bisa menghantar atau juga bisa bersifat
menghambat arus listrik tergantung kondisi tegangan eksternal yang diberikan. Ketika
diberikan tegangan bias maju, maka semikonduktor akan berfungsi sebagai konduktor.
Namun ketika diberikan bias mundur, maka semikonduktor akan berfungsi sebagai isolator.
Beberapa komponen elektronika daya yang dapat dioperasikan sebagai saklar elektronik yaitu
dioda, transistor (MOSFET) dan thyristor (TRIAC, SCR, GTO).
1. Dioda
Dioda adalah komponen semikonduktor yang memiliki dua kaki, yaitu anoda dan
katoda. Jika sebuah dioda difungsikan sebagai saklar elektronis dalam suatu rangkaian
tertutup, maka dioda akan konduksi (on) jika potensial pada anoda lebih positif dari pada
potensial pada katoda. Kondisi ini biasanya disebut dalam keadaan bias maju (forward bias).
Sebaliknya, dioda akan memblok (off) jika potensial pada anoda lebih negatif dari pada
potensial pada katoda. Kondisi ini disebut dalam keadaan bias mundur (reverse bias).

Gambar 4. Bentuk dan Simbol Dioda


Ketika dioda dalam kondisi on, dioda memiliki karakteristik tegangan yang sama
dengan nol dan arus yang mengalir sama dengan arus bebannya. Sebaliknya, ketika dioda
dalam kondisi off, dioda memiliki karakteristik tegangan yang sama dengan tegangan
sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi dioda on dan off ini
dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada dioda sebagai saklar, maka dapat dikatakan
bahwa dioda dalam kondisi ideal.
2. Transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki tiga kaki yaitu basis,
kolektor dan emitor. Transistor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu transistor PNP dan NPN.
Pada transistor PNP arus basis dan arus kolektor berasal dari emitor. Hal ini berarti bahwa
emitor harus lebih positif dibandingkan dengan basis maupun kolektor. Pada transistor NPN

arus basis dan arus keloktor menuju emitor. Hal ini berarti bahwa basis dan kolektor harus
lebih positif dibandingkan dengan emitor.

Gambar 5. Bentuk dan Simbol Transistor PNP dan NPN


Dalam aplikasi elektronika daya, transistor banyak digunakan sebagai saklar
elektronika. Transistor dapat difungsikan sebagai saklar elektronik dengan mengatur arus
basis dan menghasilkan arus kolektor yang dapat menghidup dan mematikan beban. Dengan
tegangan supply pada tegangan basis, maka akan ada arus yang mengalir dari arus basis dan
membuat transistor cut-in dan menghantarkan arus ke kolektor, sehingga beban akan hidup.
Jika tegangan basis dimatikan maka arus basis sama dengan 0, maka dengan sendirinya beban
akan mati. Dengan pengaturan arus basis, maka transistor dapat difungsikan sebagai saklar on
atau off. Kondisi transistor sebagai saklar akan on ketika tegangan V CE saturasi, arus basis
dan arus kolektor maksimum, dan hambatan R CE mendekati nol. Kondisi transistor sebagai
saklar akan off ketika tegangan VCE mendekati tegangan supply, arus basis dan arus kolektor
mendekati nol, dan hambatan RCE tak terhingga. Transistor sebagai saklar dapat diaplikasikan
untuk menyalakan lampu selama t detik, dimana rangkaian tersebut dilengkapi dengan
rangkaian pewaktu (timer) dan lampu dapat menyala setelah tombol push button diaktifkan.
Ketika transistor dalam kondisi on, transistor memiliki karakteristik tegangan VCE
sama dengan nol dan arus yang mengalir sama dengan arus bebannya. Sebaliknya, ketika
transistor dalam kondisi off, transistor memiliki karakteristik tegangan sama dengan tegangan
sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi transistor on dan off ini
dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada transistor sebagai saklar, maka dapat
dikatakan bahwa transistor dalam kondisi ideal.
a. Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor (MOSFET)
MOSFET merupakan komponen semikonduktor daya yang memiliki tiga kaki yaitu
gate, source dan drain. Komponen ini bekerja atas dasar prinsip kendali tegangan. Jika pada
kaki gate source dicatu tegangan yang cukup besar, maka MOSFET akan on, sehingga
menghasilkan tegangan yang kecil antara kaki drain source. Dalam kondisi on, perubahan

tegangan pada kaki drain source berbanding lurus dengan arus pada kaki drain-nya. Jadi, kaki
drain source memiliki resistansi sangat kecil pada saat kondisi on.

Gambar 6. Bentuk dan Simbol MOSFET


MOSFET merupakan salah satu jenis transistor yang memiliki impedansi mauskan
(gate) sangat tinggi (hampir tak berhingga), sehingga dengan menggunakan MOSFET
sebagai saklar elektronik memungkinkan untuk menghubungkannya dengan semua jenis
gerbang logika. Dengan menjadikan MOSFET sebagai saklar, maka dapat digunakan untuk
mengendalikan beban dengan arus yang tinggi dan biaya yang lebih murah dari pada
menggunakan transistor bipolar. Untuk membuat MOSFET sebagai saklar maka hanya
menggunakan MOSFET pada kondisi saturasi (on) dan kondisi cutoff (off).

Gambar 7. Grafik Karakteristik MOSFET sebagai Saklar


1)

Wilayah Cutoff MOSFET


Pada daerah cutoff, MOSFET tidak mendapatkan tegangan input (Vin = 0V), sehingga

tidak ada arus drain ID yang mengalir. Kondisi ini akan membuat tegangan V DS = VDD.
Dengan beberapa kondisi diatas, maka pada daerah cutoff ini MOSFET dikatakan off.
Kondisi cutoff ini dapat diperoleh dengan menghubungkan jalur input (gate) ke ground,
sehingga tidak ada tegangan input yang masuk ke rangkaian saklar MOSFET.

Gambar 8. Rangkaian MOSFET Sebagai Saklar pada Kondisi Cutoff


2)

Karakeristik Cutoff MOSFET


Input gate tidak mendapat tegangan bias karena terhubung ke ground (0V)
Tegangan gate lebih rendah dari tegangan treshold (VGS < VTH)
MOSFET off pada daerah cutoff
Tidak arus drain yang mengalir pada MOSFET
Tegangan output Vout = VDS = VDD
Pada daerah cutoff MOSFET dalam kondisi open circuit
Dengan beberapa karakteristik diatas maka dapat dikatakan bahawa MOSFET pada

daerah cutoff merupakan saklar terbuka dengan arus drain I D = 0A. Untuk mendapatkan
kondisi MOSFET dalam keadaan open, maka tegangan gate VGS harus lebih rendah dari
tegangan treshold VTH dengan cara menghubungkan terminal input (gate) ke ground.
3)

Wilayah Saturasi MOSFET


Pada daerah saturasi MOSFET mendapatkan bias input (V GS) secara maksimum

sehingga arus drain pada MOSFET juga akan maksimum dan membuat tegangan VDS = 0V.
Pada kondisi saturasi ini, MOSFET dapat dikatakan dalam kondisi on secara penuh.

Gambar 9. Rangkaian MOSFET sebagai Saklar pada Kondisi Saturasi


4)

Karakteristik Saturasi MOSFET


Tegangan input gate (VGS) tinggi
Tegangan input gate (VGS) lebih tinggi dari tegangan treshold (VGS>VTH)
MOSFET on pada daerah saturasi
Tegangan drain dan source ideal (VDS) pada daerah saturasi adalah 0V (VDS = 0V)
Resistansi drain dan source sangat rendah (RDS < 0,1)
Tegangan output Vout = VDS = 0,2V (RDS.ID)
MOSFET dianalogikan sebagai saklar kondisi tertutup

Kondisi saturasi MOSFET dapat diperoleh dengan memberikan tegangan input gate
yang lebih tinggi dari tegangan tresholdnya dengan cara menghubungkan terminal input ke
VDD, sehingga MOSFET mejadi saturasi dan dapat dianalogikan sebagai saklar pada kondisi
tertutup (on).
Ketika MOSFET dalam kondisi on, MOSFET memiliki karakteristik tegangan VDS
sama dengan nol dan arus yang mengalir sama dengan arus bebannya. Sebaliknya, ketika
MOSFET dalam kondisi off, MOSFET memiliki karakteristik tegangan sama dengan
tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi MOSFET on
dan off ini dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada MOSFET sebagai saklar, maka
dapat dikatakan bahwa MOSFET dalam kondisi ideal.
3. Thyristor
Thyristor termasuk dalam komponen elektronik yang banyak dipakai dalam aplikasi
listrik industri karena memiliki kemampuan untuk bekerja pada tegangan dan arus yang
besar. Semikonduktor daya yang termasuk dalam keluarga thyristor dan dapat berfungsi
sebagai saklar antara lain triac, SCR, dan GTO.
a. Triode for Alternating Current (Triac)
Triac atau yang dikenal dengan nama Bidirectional Triode Thyristor dapat
mengalirkan arus listrik ke kedua arah ketika ditrigger (dihidupkan) dengan memberikan
tegangan positif ataupun negatif pada elektroda gate. Sekali ditrigger, komponen ini akan
terus menghantar hingga arus yang mengalir lebih rendah dari arus genggamnya. Operasi
triac sangat mirip dengan SCR. Perbedaannya adalah apabila SCR dihubungkan ke dalam
rangkaian AC, tegangan output disearahkan menjadi arus searah sedangkan triac dirancang
untuk menghantarkan pada kedua tengahan dari bentuk gelombang output. Oleh karena itu,
output dari triac adalah arus bolak-balik, bukan arus searah.

Gambar 10. Simbol Triac

Triac beroperasi sebagai dua SCR yang dihubungkan paralel terbalik dalam satu
bungkus. Triac mempunyai tiga kaki, yaitu terminal utama 2 (MT2), terminal utama 1 (MT1)
dan gate (G). Arus dapat mengalir dua arah antara MT2 dan MT1 juga antara gate dan MT1.
Triac dapat ditrigger agar konduksi pada salah satu arah dengan arus gate bergerak masuk
atau keluar dari gate. Apabila aliran arah arus terminal utama ditentukan, triac pada dasarnya
mempunyai karakteristik pengoperasian internal yang sama dengan SCR.

Gambar 11. Rangkaian Penghubung Triac ke Tegangan AC


Jika tombol tekan PB1 dipertahankan tertutup, maka arus trigger akan terus-menerus
diberikan pada gate. Triac menghantarkan kedua arah untuk menghubungkan semua tegangan
AC yang diberikan pada beban. Jika tombol tekan PB 1 dibuka, maka triac kembali off atau
mati, apabila tegangan AC dan penahanan arus turun menjadi nol atau polaritas terbalik.
b. Silicon Controlled Rectifier (SCR)
SCR adalah salah satu jenis thyristor yang dapat melakukan penyaklaran untuk arus
yang besar. SCR memiliki tiga kaki, yaitu anoda, katoda dan gate.

Gambar 12. Bentuk dan Simbol SCR


Operasi SCR sama dengan operasi dioda, akan tetapi SCR memerlukan tegangan
positif pada gate untuk menghidupkan saklar. Gate SCR membutuhkan tegangan 0,7 V untuk
memicu SCR, tegangan ini disebut sebagai tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage).
Komponen ini memiliki arus dan tegangan maksimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan
SCR. Arus dan tegangan maksimum ini dapat dilihat pada data sheet.

Gambar 13. SCR yang Dioperasikan dari Sumber Tegangan DC


Ketika SCR dioperasikan dari sumber tegangan DC, maka anoda akan terhubung
dengan terminal positif tegangan sehingga terjadi bias maju. Tombol tekan PB1 memberikan
pengaruh tegangan positif pada gate, dan men-switch on-kan SCR kemudian menghidupkan
lampu. Ketika SCR on, SCR akan tetap on bahkan sesudah tegangan gate dilepas. Satusatunya cara mematikan SCR adalah dengan cara menekan tombol PB2 yang akan
mengurangi arus anoda katoda sampai bernilai nol atau dengan cara melepas tegangan
sumber rangkaian anoda katoda.

Gambar 14. SCR yang Dioperasikan dari Sumber Tegangan AC


Selanjutnya, jika input sumber tegangan yang digunakan adalah tegangan AC, maka
SCR akan on ketika tegangan AC pada polaritas positif dan akan off pada polaritas negatif,
tetapi pada kaki gate harus selalu dialiri arus pulsa positif. SCR akan off ketika arus pulsa
pada gate diputus. Hal ini berarti, arus pulsa pada gate harus selalu dihubungkan dengan
terminal gate agar rangkaian dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan.
Ketika SCR dioperasikan dari sumber tegangan AC, maka tidak ada persoalan untuk
meng-off-kan SCR karena arus akan mencapai harga nol secara periodik. SCR memerlukan
waktu beberapa saat untuk on. Pada setengah periode positif antara t 0 dan t1, tegangan sumber
VS belum cukup untuk menghasilkan arus triger I G, sehingga SCR pada kondisi tersumbat
(off), dimana tegangan VAK sama dengan tegangan sumber VS. Tepat pada saat t1, VS mampu
menghasilkan arus triger IG untuk mengaktifkan SCR (on). Ini ditandai dengan turunnya
tegangan VAK dan naiknya tegangan beban. SCR menghantar selama t = t 1 sampai dengan t =

. Pada saat t = , tegangan sumber VS sama dengan nol, arus IA menjadi nol, maka SCR akan
menyumbat dan proses ini akan terus berulang.
Ketika SCR dalam kondisi on, SCR memiliki karakteristik tegangan sama dengan nol
dan arus yang mengalir sama dengan arus bebannya. Sebaliknya, ketika SCR dalam kondisi
off, SCR memiliki karakteristik tegangan sama dengan tegangan sumbernya dan arus yang
mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi SCR on dan off ini dapat dinyatakan tidak terjadi
kerugian daya pada SCR sebagai saklar, maka dapat dikatakan bahwa SCR dalam kondisi
ideal.
c. Gate Turn Off Thyristor (GTO)
GTO merupakan komponen elektronika daya yang memiliki tiga kaki, yaitu anoda,
katoda dan gate. Dalam rangkaian elektronika daya, GTO dioperasikan sebagai saklar.
Komponen ini termasuk dalam keluarga thyristor. Seperti SCR, GTO akan konduksi (on) jika
potensial anoda lebih positif dari pada potensial katoda dan pada kaki gate dialirkan pulsa
arus positif maka akan terus on. GTO akan off jika terminal gerbang dan katoda diberi
tegangan yang lebih negatif atau dialiri pulsa arus negatif.

Gambar 15. Simbol GTO


C. Saklar Mekanik
Saklar mekanik adalah jenis saklar yang akan on atau off secara otomatis oleh sebuah
proses perubahan parameter, misalnya posisi, tekanan, atau temperatur. Saklar akan on atau
off jika set titik proses yang ditentukan telah tercapai. Saklar jenis ini digunakan untuk
automatisasi dan juga proteksi rangkaian. Terdapat beberapa tipe saklar mekanik, yaitu limit
switch, flow switch, float switch, pressure switch dan temperature switch.
1. Limit Switch
Limit switch merupakan saklar yang bekerja berdasarkan sirip saklar yang memutar
tuas karena mendapatkan tekanan plunger atau tripping sirip wobbler. Saklar ini banyak
digunakan di industri. Konfigurasi saklar yang ada dipasaran adalah sirip roller yang bisa
diatur, plunger, sirip roller standar, sirip wobbler dan sirip rod yang bisa diatur. Pada saat tuas

tertekan oleh gerakan mekanis, maka kontak akan berubah posisinya. Contoh aplikasi saklar
ini adalah pada PMS (disconecting switch) untuk menghentikan putaran motor lengan PMS.

Gambar 16. Limit Switch


2. Flow Switch
Flow switch adalah saklar yang digunakan untuk mendeteksi perubahan aliran cairan
atau gas di dalam pipa yang tersedia untuk berbagai viskositas. Pada saat cairan dalam pipa
tidak ada aliran, maka kontak tuas tidak bergerak karena tekanan disebelah kanan dan kiri
tuas sama. Namun pada saat ada aliran, maka tuas akan bergerak dan kontak akan berubah,
sehingga dapat menyambung atau memutusklan rangkaian.

Gambar 17. Flow Switch


3. Float Switch
Float switch adalah saklar yang digunakan untuk mengontrol level permukaan cairan
di dalam tangki. Posisi level cairan dalam tangki digunakan untuk men-trigger perubahan
kontak saklar. Posisi saklar ini ada yang horizontal dan ada juga yang vertikal. Pada posisi
horizontal, apabila permukaan cairan turun, maka pelampung juga akan turun, sehingga
kontak akan berubah dari posisinya. Jika permukaan cairan naik lagi, maka pelampung akan
naik dan kontak akan berubah lagi. Pada posisi vertikal, di dalam pelampung terdapat magnet
tetap, yang bergerak naik turun mengikuti tinggi permukaan cairan. Di dalam pipa bagian
tengah pelampung terdapat saklar yang membuka dan menutupnya dikerjakan oleh piston
yang bergerak mengikuti magnet tetap di dalam pelampung. Saklar ini tersedia dalam dua
konfigurasi, yaitu open tank dan closed tank. Open tank digunakan untuk tanki terbuka,
sehingga terbuka juga terhadap tekanan atmosfir. Sedangkan closed tank digunakan untuk
tanki tertutup dan bertekanan.

Gambar 18. Float Switch


4. Pressure Switch
Pressure switch adalah saklar yang kerjanya tergantung dari tekanan pada perangkat
saklar. Tekanan tersebut berasal dari air, udara atau cairan lainnya, misalnya oli. Terdapat dua
macam Pressure Switch, yaitu absolut (trigger terjadi pada tekanan tertentu) dan konfigurasi
diferensial (trigger terjadi karena perbedaan tekanan).

Gambar 19. Pressure Switch

5. Temperature Switch
Temperature switch atau yang biasa disebut dengan thermostat adalah saklar yang
bekerja berdasarkan perubahan temperatur. Secara fisik saklar ini terdiri dari dua komponen,
yaitu bagian yang bergerak atau bergeser (digerakkan oleh tekanan) dan bagian kontak.
Bagian yang bergerak dapat berupa diafragma atau piston. Kontak elektrik biasanya
terhubung pada bagian yang bergerak, sehingga jika terjadi pergeseran akan menyebabkan
perubahan kondisi dari on ke off atau sebaliknya. Perubahan kontak elektrik di-trigger atau
dipicu oleh pemuaian cairan yang ada pada chamber yang tertutup (sealed chamber).
Chamber ini terdiri dari tabung kapiler dan silinder yang terbuat dari stainless steel. Cairan di
dalam chamber mempunyai koefisiensi temperatur yang tinggi, sehingga jika silinder
memanas, cairan akan memuai dan menimbulkan tekanan pada seluruh lapisan penutup
chamber yang akan menyebabkan kontak berubah status.

Gambar 20. Temperature Switch


D. Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang dikendalikan oleh
arus listrik. Sebagai komponen elektronika, relay mempunyai peran penting dalam sebuah
sistem rangkaian elektronika yang penggunaannya memiliki beberapa keuntungan, yaitu
dengan menggunakan arus atau tegangan yang relatif kecil dapat mengendalikan peralatan
dengan arus atau tegangan yang besar, dengan sebuah sinyal kontrol dapat mengendalikan
lebih dari satu kontak dan dapat menghidupkan atau mematikan peralatan yang sulit
dijangkau. Dalam peralatan elektronika, relay dapat digunakan untuk menjalankan fungsi
logika, memberikan fungsi penundaan waktu, mengendalikan sirkuit tegangan tinggi dengan
bantuan dari signal tegangan rendah, melindungi motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan tegangan ataupun hubung singkat.
Kebanyakan relay yang digunakan dalam teknik elektronik adalah relay dengan
voltase kecil. Relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang
diparalel dengan lilitannya dan dipasang terbalik, yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda
pada tegangan (+). Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada
saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen disekitarnya.

Gambar 21. Bentuk dan Simbol Relay

Relay memiliki fungsi sebagai alat pengganti saklar yang bekerja untuk mengontrol
atau membagi arus listrik ke sirkuit rangkaian lainnya. Komponen ini memiliki prinsip kerja
elektromagnetik sebagai penggerak kontak saklar, jadi tanpa listrik komponen ini tidak dapat
digunakan. Pada prinsipnya, relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang
besi (solenoid). Ketika solenoid dialiri arus listrik, maka tuas akan tertarik karena adanya
gaya magnet yang terjadi pada solenoid, sehingga kontak saklar akan menutup (on). Pada saat
arus dihentikan, maka gaya magnet akan hilang dan tuas akan kembali ke posisi semula dan
kontak saklar kembali terbuka (off).
Dalam sebuah relay terdapat kumparan yang merupakan gulungan kawat untuk
menciptakan medan magnet jika dialiri arus listrik. Selain itu terdapat juga kontak yang
merupakan sejenis saklar dimana pergerakannya tergantung dari ada atau tidaknya arus listrik
di kumparan. Apabila kumparan dialiri arus listrik, maka akan muncul gaya elektromagnetik
sehingga dapat menarik armature yang berpegas dan menyebabkan kontak saklar berpindah
posisi. Pada saat tidak dialiri arus listrik, armature akan kembali lagi ke posisi awal.

Gambar 22. Bagian-Bagian Relay


Berdasarkan cara kerjanya, relay dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Normally Open (NO),
Normally Close (NC) dan Change Over (CO). Relay dengan jenis Normally Open (NO)
memiliki kondisi awal kontaktor terbuka (off) dan akan tertutup (on) jika relay dialiri arus
listrik. Relay dengan jenis Normally Close (NC) memiliki kondisi awal kontaktor tertutup
(on) dan akan terbuka (off) jika relay dialiri arus listrik. Relay dengan jenis Change Over
(CO) memiliki dua pasang terminal dengan dua kondisi yaitu Normally Open (NO) dan
Normally Close (NC).

Gambar 23. Simbol Jenis-Jenis Relay Berdasarkan Cara Kerjanya

Karena relay merupakan salah satu jenis dari saklar, maka istilah Pole dan Throw
yang dipakai dalam saklar juga berlaku pada relay. Pole adalah banyaknya kontak yang
dimiliki oleh sebuah relay, sedangkan Throw adalah banyaknya kondisi yang dimiliki oleh
sebuah kontak. Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya, maka relay dapat
digolongkan menjadi :
a. Single Pole Single Throw (SPST), yaitu relay yang memiliki 4 terminal, 2 terminal untuk
saklar dan 2 terminalnya lagi untuk coil.

Gambar 24. Relay Single Pole Single Throw


b. Single Pole Double Throw (SPDT), yaitu relay yang memiliki 5 terminal, 3 terminal
untuk saklar dan 2 terminalnya lagi untuk coil.

Gambar 25. Relay Single Pole Double Throw


c. Double Pole Single Throw (DPST), yaitu relay yang memiliki 6 terminal, diantaranya 4
terminal yang terdiri dari 2 pasang terminal saklar sedangkan 2 terminal lainnya untuk
coil, sehingga dapat dijadikan 2 saklar yang dikendalikan oleh 1 coil.

Gambar 26. Relay Double Pole Single Throw


d. Double Pole Double Throw (DPDT), yaitu relay yang memiliki terminal sebanyak 8
terminal, diantaranya 6 terminal yang merupakan 2 pasang relay SPDT yang
dikendalikan oleh 1 coil, sedangkan 2 terminal lainnya untuk coil.

Gambar 27. Relay Double Pole Double Throw


Selain relay diatas, terdapat juga relay-relay yang Pole dan Throw-nya melebihi dari 2,
misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan
lain sebagainya.
E. Analisis
Jika transistor diberikan bias DC maka transistor akan bekerja seperti saklar dengan
cara mengontrol arus pada kaki basisnya. Jika kaki basis diberi arus yang besar maksimal
sama dengan tegangan supply, maka transistor akan berada pada kondisi on seperti saklar
tertutup yaitu arus akan mengalir antara kolektor dan emiter. Sebaliknya jika arus yang
diberikan ke kaki basis sangat kecil transistor akan seperti saklar terbuka atau kondisi off.
Rangkaian saklar dengan transistor banyak digunakan sebagai pengontrol relay,
motor, selenoid dan lampu atau sebagai driver input output pada rangkaian IC digital (TTL).
Cara kerja transistor sebagai saklar berada pada 2 keadaan, yaitu kondisi saturasi (switch on)
dan kondisi cutoff (switch off).

Gambar 28. Grafik Karakteristik Transistor sebagai Saklar


1. Wilayah Cutoff Transistor
Ketika arus yang masuk ke kaki basis sangat kecil bahkan mendekati nol, kondisi ini
mengakibatkan transistor berada pada kondisi cutoff sehingga arus pada kolektor mejadi nol
dan besar tegangan antara kaki kolektor dan emitter sama dengan supply (V CC). Kondisi ini
tidak ada arus mengalir antara kaki kolektor dan emiter seperti saklar terbuka atau off.

Gambar 29. Cutoff Transistor


2. Karakteristik Cutoff Transistor

Tegangan basis emiter (VBE) kurang dari 0,7V

Kondisi forward bias antara kaki basis dan kaki emiter

Kaki basis kolektor pada kondisi reverse bias

Tidak ada arus yang mengalir ke kolektor atau IC = 0

Vout = VCE = VCC = 1

Transistor beroperasi seperti saklar terbuka

Kaki basis harus lebih negatif dari emiter untuk transistor jenis NPN dan untuk
transistor tipe PNP arus basis harus lebih positif dari kolektor

3. Wilayah Saturasi Transistor


Transistor akan berada pada kondisi saturasi jika arus yang masuk ke kaki basis sangat
besar, bahkan sampai ketitik jenuh sehingga arus pada kaki kolektor akan maksimum.
Kondisi seperti ini diibaratkan seperti saklar pada posisi on.

Gambar 30. Saturasi Transistor


4. Karakteristik Saturasi Transistor

Tegangan basis emiter (VBE) lebih besar dari 0,7V

Kondisi basis emiter adalah forward bias

Kondisi basis kolektor adalah forward bias

Arus yang mengalir pada kolektor adalah maksimum (Ic = Vcc/RL)

Tegangan kolektor emiter (VCE = 0)

Vout = VCE = 0

Transistor beroperasi seperti saklar tertutup

Kaki basis harus lebih positif dari emiter untuk transistor jenis NPN dan untuk
transistor tipe PNP arus basis harus lebih negatifdari kolektor

5. Soal
a. Dik : Vbe = 0,7 V
=100
Ico = 20 nA

2
1

Dit : a) Ib = .....?
b) Ic = .....?
c) Vcb = .....?
d) Transistor aktif atau tidak = .....?
Jaw: a) -Vbb + Ib.Rb + Vbe = 0 (1)
-5 + 200.103.Ib + 0,7 = 0
Ib =

4,3
3
200. 10

= 0,0215 mA

b) Karena Ico<<Ib
Ic = .Ib = 100.0,0215.10-3 = 2,15 mA

c) -Vcc + Ic.Rc + Vcb + Vbe = 0 (2)


-10 + 2,15.10-3.3.103 + Vcb + 0,7 = 0
Vcb = 2,85 V
d) Karena Vcb bernilai positif yaitu 2,85 V, maka transistor aktif
b. Dik : Vbe = 0,7 V
=100
Ico = 20 nA
Ib = 0,0215 mA (jawaban dari soal sebelumnya)
Ic = 2,15 mA (jawaban dari soal sebelumnya)

Dit : a) Ie = .....?
b) Vcb = .....?
c) Transistor aktif atau tidak = .....?
Jaw: a) -Vbb + Ib.Rb + Vbe + Ie.Re = 0 (1)
-5 + 0,0215.10-3.200.103 + 0,7 + 2.103.Ie = 0
Ie =

0
3
2. 10

=0A

b) -Vcc + Ic.Rc + Vcb + Vbe + Ie.Re = 0 (2)


-10 + 2,15.10-3.3.103 + Vcb + 0,7 + 0.2.103 = 0
Vcb = 2,85 V
c) Karena Vcb bernilai positif yaitu 2,85 V, maka transistor aktif

Anda mungkin juga menyukai