SKB Wawancara
SKB Wawancara
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Jadi, secara etimologis, etika mempunyai arti yaitu
ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).
Lebih lanjut Bertens (2000) mengemukakan konsep dasar etika adalah ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral) serta kesusilaan hati
seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah
Laku seseorang terhadap orang lain.
Sementara itu Kementrian PAN-RI memberikan definisi etika sebagai nilai-nilai moral
yang mengikat seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur sikap, tindakan ataupun
ucapannya (2006: 43).
Dengan demikian, etika dapat diartikan sebagai suatu sikap dan perilaku yang
menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan
norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau satu organisasi.
Etika perlu dikembangkan, terutama dalam pelaksanaan birokrasi pemerintahan, dimana
etika administrasi memiliki fungsi sesuai penerapan pada bidangnya tersebut. Etika ini akan
membuat seseorang bisa berdisiplin, bertanggung jawab atas semua sikap dan perbuatan yang
dilakukan.
Secara spesifik nilai-nilai dasar dan etika PNS sebagai elemen utama organisasi
pemerintah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan
Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. Nilai-nilai dasar tersebut yang harus dijunjung tinggi oleh
setiap PNS, yaitu:
(1) Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
(3) Semangat nasionalisme;
(4) Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
(5) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
(6) Penghormatan terhadap hak asasi manusia;
(7) Tidak diskriminatif;
(8) Profesionalisme, netralitas dan bermoral tinggi; dan
(9) Semangat jiwakorps.
1. ETIKA BERNEGARA
melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
menaati semua peraturan perundang-undang yang berlaku dalam melaksanakan tugas;
akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan;
tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap
kebijakan program pemerintah;
menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara efisien dan
efektif;
tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.
Pada waktu memperingati 10 tahun berdirinya Kementerian Agama, tahun 1956, Menteri
Agama K.H. Muchammad Iljas menegaskan kembali politik keagamaan dalam Negara Republik
Indonesia. Ditegaskannya, bahwa fungsi Kementerian Agama adalah merupakan pendukung dan
pelaksana utama asas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kondisi saat ini
Pada perkembangan selanjutnya, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, saat ini
Kementerian Agama terdiri dari 11 unit eselon I yaitu : Sekretariat Jenderal, Inspektorat
Jenderal, Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan, dan 7 Direktorat
Jenderal yang membidangi Pendidikan Islam, Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Bimbingan
Masyarakat Islam, Bimbingan Masyarakat Kristen, Bimbingan Masyarakat Katolik, Bimbingan
Masyarakat Hindu, Bimbingan Masyarakat Buddha, dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal (BPJPH).
Selain 11 unit kerja tersebut, Menteri Agama juga dibantu oleh 3 (tiga) staf ahli dan 2
(dua) pusat yaitu : Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan Keagamaan, Staf Ahli Bidang
Manajemen Komunikasi dan Informasi, Staf Ahli Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, Pusat
Kerukunan Umat Beragama, Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu.
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) merupakan unit kerja baru dan
baru efektif melaksanakan tugasnya pada tahun 2017. BPJPH dibentuk sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH) yang disahkan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober 2014 dan pada tanggal
tersebut juga diundangkan oleh Menkumham Amir Syamsuddin. Dalam Undang-Undang JPH,
disebutkan bahwa BPJPH harus dibentuk paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-
Undang JPH diundangkan.
BPJPH merupakan unit eselon I di bawah Menteri Agama yang dipimpin oleh Kepala
Badan, hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agama yang mengatur ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Keberadaan BPJPH juga tertuang dalam
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama. PMA Nomor 42 Tahun 2016 mengatur mengenai tugas dan fungsi dari
masing-masing struktur BPJPH mulai dari eselon IV sampai dengan eselon I. Keputusan Menteri
Agama RI No. 270 tahun 2016 tentang Peta Proses Bisnis Kementerian Agama yang di
dalamnya ada Subprocess Map Penjaminan Produk Halal juga merupakan peraturan
pelaksanaaan UU JPH yang terkait dengan BPJPH.
Menurut UU JPH, dalam penyelenggaraan Jaminan Produk Halal BPJPH berwenang
antara lain: merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH, menetapkan norma, standar, prosedur
dan kriteria JPH, menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal pada produk luar negeri; dan
melakukan registrasi Sertifikat Halal pada Produk luar negeri.
Pembahasan draft RPP secara internal Kementerian Agama dilakukan semenjak tahun
2014 sampai dengan Juli 2016, sedangkan pembahasan panitia antar Kementerian dilakukan
pada bulan Agustus s.d. Desember 2016 atau sebanyak 12 x pertemuan.
Selain menyusun RPP, Kementerian Agama juga membuat Peraturan Menteri Agama,
yang materi muatannya meliputi: jenis-jenis produk halal, sanksi, penyelia halal, tata cara
permohonan sertifikat halal, lembaga pemeriksa halal, peran serta masyarakat, jenis hewan yang
diharamkan, kerja sama luar negeri, label halal, dan pengelolaan keuangan BPJPH.
Saat ini, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, Kementerian Agama menyelenggarakan
fungsi antara lain :
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, penyelenggaraan haji dan
umrah, dan pendidikan agama dan keagamaan;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agama;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Agama;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agama;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Agama di daerah;
f. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;
g. pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang agama dan
keagamaan;
h. pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal; dan
i. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Agama.
VISI
"Terwujudnya Masyarakat Indonesia yang Taat Beragama, Rukun, Cerdas, dan Sejahtera Lahir
Batin dalam rangka Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong" (Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2015)
MISI
1. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama
2. Memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama
3. Menyediakan pelayanan kehidupan beragama yang merata dan berkualitas
4. Meningkatkan pemanfaata dan kualitas pengelolaan potensi ekonomi keagamaan
5. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang berkualitas dan akuntabel
6. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum berciri agama, pendidikan agama pada
satuan pendidikan umum, dan pendidikan keagamaan
7. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, dan terpercaya
(Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2015)
Tugas :
Kementerian Agama mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Fungsi :
Dalam menjalankan tugasnya, Kementerian Agama menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, penyelenggaraan haji dan
umrah, dan pendidikan agama dan keagamaan;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agama;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Agama;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agama;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Agama di daerah;
f. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;
g. pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang agama dan
keagamaan;
h. pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal; dan
i. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Agama.
Bidang Pendidikan :
a. Peningkatan akses pendidikan yang setara bagi masyarakat tidak mampu terhadap
pendidikan dasar-menengah (wajib belajar 12 tahun).
b. Peningkatan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat pada berbagai jenjang
pendidikan.
c. Penurunan tingkat kegagalan masyarakat dalam menyelesaikan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar-menengah (wajib belajar 12 tahun).
d. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang pendidikan.
e. Peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam melakukan proses
mendidik yang profesional di seluruh satuan pendidikan.
f. Peningkatan akses masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan agama pada satuan
pendidikan umum yang berkualitas.
g. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan keagamaan yang berkualitas
( Lambang Kementerian Agama Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor : 717 Tahun
2006 )
Mendidik
Mendidik adalah mengajak, memotivasi, mendukung, membantu dan menginspirasi orang lain
untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain atau lingkungan. Mendidik lebih menitikberatkan pada kebiasaan dan keteladanan.
Mengajar
Mengajar adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru untuk membantu atau memudahkan
siswa melakukan kegiatan belajar. Prosesnya dilakukan dengan memberikan contoh kepada
siswa atau mempraktikkan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang diberikan
kepada siswa agar menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Membimbing
Suatu proses yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan bahan ajar untuk mentransfer ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni dengan pendekatan tertentu yang sesuai dengan karakter siswa.
Membimbing juga dimaksudkan untuk membantu siswa agar menemukan potensi dan
kapasitasnya, menemukan bakat dan minat yang dimilikinya sehingga sesuai dengan masa
perkembangan dan pertumbuhannya.
Mengarahkan
Mengarahkan adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru kepada peserta didik agar dapat
mengikuti apa yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai. Mengarahkan bukan berarti
memaksa, kebebasan peserta didik tetap dihormati dengan tujuan agar tumbuh kreativitas dan
inisiatif peserta didik secara mandiri.
Melatih
Menurut Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu
orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahanya mencapai tujuan
tertentu. Dalam dunia pendidikan tugas guru adalah melatih siswa terhadap fisik, mental, emosi
dan keterampilan atau bakat.
Menilai
Menurut (BSNP 2007: 9), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.
Tugas guru adalah menilai siswa pada aspek keterampilan, sikap dan pengetahuan. Tujuannya
untuk mengukur sejauhmana kompetensi siswa setelah proses belajar mengajar selesai
dilaksanakan.
Mengevaluasi
Mengevaluasi dapat dimaknai sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai (Gronlund, 1985, dalam
Djaali dan Pudji M). Evaluasi ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi yang dijadikan
dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta
keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan
penilaian.
Berikut adalah beberapa peraturan danregulasi dari formasi guru kemenag, silahkan
ditambahkan jika masih ada.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD)
Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Peraturan Pemerintah RI No 53 Tahun 2010 tentang disiplin pns
Peraturan Menteri Agama No 28 tahun 2013 tentang disiplin kehadiran pns kemenag
Permenpan nomor 16 tahun 2009 tentang jabfung guru dan angka kreditnya.
Permendiknas Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya.
Keputusan Dirjen Pendidikan Islam nomor 7214 tahun 2017 tentang juknis pembayaran
tunjangan profesi bagi guru madrasah thn 2018
Hal tersebut diatas juga mulai menggejala pada organisasi korporasi dan pemerintahan,
sebagai contoh transaksi elektronik (maski tidak menggunakan bukti legal misal tandatangan
dan stempel) sudah menjadi bukti transaksi yang lazim dan sah. Pada Organisasi Publik /
Pemerintah misalnya mulai digunakannya berkas elektronik untuk proses Kenaikkan Pangkat
Regular dengan menggunakan istilah lesspaper (sedikit kertas) dan akan terus menjadi paperless
(tanpa kertas), contoh lain pengajuan dan pembayaran pajak dengan menggunakan e-filling
sehingga wajib pajak tidak perlu berjubel dikantor pajak.
"65% Pekerjaan Hari ini akan Hilang 10 tahun mendatang" merupakan hal yang nyata dan pasti
akan terjadi, maka bersiap hari mulai sekarang akan membantu memperkecil resiko terimbas
karenanya.
Alloohumma laa sahla illaa maa ja'altahu sahlaa, wa anta taj'alul hazna idzaa syi'ta
sahlaa.
Artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau
menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.
Artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah memberi rizqi kepadaku dengan tidak ada daya dan
kekuatan bagiku, ya Allah semoga Engkau berkahi pada rizkiku.
Bisa juga dengan menambahkan doa meminta diberikan rezeki yang baik dan halal
seperti berikut ini.
Alloohumma innii as-aluka an tarzuqonii rizqon halaalan waasi'an thoyyiban min ghairi
ta'abin wala masyaqqatin walaa dloirin walaa nashabin innaka 'a-laa kulli syai-in qodiir
Artinya: Ya Allah, aku minta pada Engkau akan pemberian rizki yang halal, luas, baik tidak
tanpa repot dan juga tanpa kemelaratan dan tanpa keberatan sesungguhnya Engkau kuasa atas
segala sesuatu.