Anda di halaman 1dari 46

PEDOMAN IGD

RSUD DR. MOHAMAD SALEH

KOTA PROBOLINGGO

TAHUN 2013
VISI, MISI, MOTTO, KEBIJAKAN MUTU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOHAMAD SALEH

KOTA PROBOLINGGO

VISI

" Terwujudnya pelayanan kesehatan paripurna yang efektif dan efisien"

MISI

1. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat.


2. Mendayagunakan sumberdaya rumah sakit sebagai pelayanan kepada
masyarakat yang optimal
3. Perluasan jangkauan pelayanan rumah sakit
4. Pengelolaan rumah sakit dengan prinsip sosio ekonomi secara efektif dan
efisien

MOTTO

"Kesembuhan Pasien Pengabdianku, Kepuasan Pasien Kebahagianku"

KEBIJAKAN MUTU

 Memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan profesional kepada masyarakat ;


 Meningkatkan mutu sumber daya manusia yang berkopeten melalui pendidikan dan
pelatihan pegawai sesuai dengan bidangnya ;
 Penyediaan sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang memadai dan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit ;
 Mengupayakan pendapatan rumah sakit optimal melalui pengelolaan keuangan yang
efektif dan efisien.
Visi dan Misi IGD

Visi IGD

Menjadikan perawat kompeten dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan sebagai satu-


satunya pusat rujukan di wilayah Pronolinggo dengan pelayanan yang cepat, tepat, tanggap
melalui sumber daya tenaga yang mandiri dan berkualitas.

Misi IGD

1. Meberikan pelayanan yang berkualitas melalui pelayanan yang professional, dengan


memperhatikan aspek budaya dan privacy penderita.
2. Meningkatkan kualitas dan kemandirian sumber daya perawat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
3. Mewujudkan kepemimpinan yang berkualitas dan terbuka.
4. Meningkatkan semangat kebersamaan dan solidaritas untuk menjalin persatuan dan
kesatuan dengan penuh kasih sayang untuk mencapai kesejahteraan perawat dan
kenyamanan pasien/penderita.
5. Meningkatkan partisifasi aktif, kreatif dan inovatif perawat dalam memberikan
pelayanan kegawatdaruratan yang professional.
6. Mewujudkan pendidikan berkelanjutan melalui incervice training dan outservice
training.
7. Mewujudkan lingkungan Instalasi Gawat Darurat yang bersih dan nyaman.
8. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan Instalasi Gawat Darurat.

Falsafah

Melayani Dengan Hati

Motto

PERMATTA (Profesional – Ramah – Manusiawi – Tanggap – dan Tepat)


BAB I

PENDAHULUAN

1.2 LATAR BELAKANG

Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Sesuai dengan pasal
32 Undang-undang Republik Indonesia no.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam pelayanan kesehatan tersebut juga harus
dilengkapi dengan peralatan-peralatan medis dan non medis yang memadai sesuai dengan
jenis pelayanan yang diberikan dan juga harus memenuhi standar mutu, keamanan dan
keselamatan serta mempunya izin edar sesuai dengan ketentuan perundangundangan.
Dalam peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 147/menkes/per/I/2010
tentang perizinan rumah sakit menyebutkan bahwa untuk mendapatkan izin operasional,
rumah sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi : (1) Sarana dan prasarana, (2)
peralatan, (3) sumber daya manusia, dan (4) administrasi dan managemen. Salah satu
persyaratan izin rumah sakit lainnya adalah Rumah sakit memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam sehari. Dalam melakukan
pelayanan juga harus membutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten dalam
melakukan upaya kesehatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan , khususnya dalam kasus Gawat Darurat,
Rumah Sakit telah dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan sesuai yang dibutuhkan, namun
perlu disertai dengan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan secara terus menerus dari
tenaga kesehatan yang ada di IGD, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan kegawat
daruratan.

Adapun dasar hukum IGD adalah sebagai berikut :

1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


2. UU No. 23 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
3. UU No. 25 Tahun 1999 tentang Pertimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
4. UU No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi
5. UU No. 6 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsomen
6. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
7. PP No. 22 Tahun 1996 Tentang Tenga Kesehatan
8. Keputusan Presiden RI No. 111 Tahun 2001 Tentang Perubahan dan keputusan Presiden
no. 3 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsian
9. Keputusan Mentri Kesehatan RI no. 28/Menkes/SK/IV/1995 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana
10. Keputusan Mentri Kesehatan RI no. 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang Prosedur Tetap
Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Medik Korban Bencana dan Penanganan
Pengungsian.
11. Keputusan Mentri Kesehatan RI no. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Regetrasi dan
Praktek Perawat.
12. Keputusan Mentri Kesehatan RI no. 462/Menkes/SK/V/2002 tentang Safe Community
(Masyarakat Hidup Sehat dan Aman )

Prinsip umum IGD RSUD dr Mohamad Saleh adalah sebagai berikut :

1. RSUD dr Mohamad Saleh wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
kemampuan:
a. Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat
b. Melakukan resussitasi dan stabilisasi
2. RSUD dr Mohamad Saleh tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
3. RSUD dr Mohamad Salehmemberikan pelayanan keshatan 24 jam dalam sehari, 7 hari
dalam seminggu.
4. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah sampai di IGD
5. Organisasi Instalasi Gawat Darurat didasarkan pada organisasi multidisiplin, multi
profesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional yang terdiri dari unsur
pemimpin dan unsur pelaksana, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan
terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat, dengan wewenang penuh yang
dipimpin oleh dokter.
RSUD dr Mohamad Saleh Kota Probolinggo merupakan Rumah Sakit kelas B, dan
masuk dalam Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III, oleh karena itu RSUD
menyusun Pedoman IGD berdasar pada standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit,
Keputusan menteri Kesehatan RI no 856/Menkes/SK/IX/2009, yang dapat menjadi acuan
bagi petugas dalam memberikan dan mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Mohamad Saleh Kota Probolinggo.

1.2 TUJUAN

Tujuan Umum
Meningkatan Mutu pelayanan keperawatan gawat darurat di Rumah Sakit melalui Pedoman
Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit.

Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan Perawat tentang pelayanan gawat darurat
2. Meningkatkan ketrampilan Perawat tentang pelayanan gawat darurat
3. Meningkatkan kemampuan perawat dalam hal pemberian asuhan keperawatan gawat
darurat
BAB II

STANDAR TENAGA

Jenis Tenaga
Dokter Spesialis Spesialis 4 Besar + Anestesi On Site
1. Spesialis Bedah Umum
2. Spesialis Anak
3. Spesialis Obsgyn
4. Spesialis Penyakit Dalam
5. Spesialis Anestesi
Spesialis On Call
1. Spesialis Kulit Kelamin
2. Spesialis THT
3. Spesialis Syaraf
4. Spesialis Orthopedi
5. Spesialis Paru dan Pernafasan
6. Spesialis Mata
7. Spesialis Gigi dan Mulut
8. Spesialis Kesehatan Jiwa
9. Spesialis Radiologi
Dokter Umum On Site 24 jam
(+Pelatihan Kegawat Daruratan) GELTS,
ATLS, ACLS, dll
Perawat Kepala (S. Kep, Ns) Jam Kerja/Di Luar Jam Kerja
(+ Pelatihan Kegawat Daruratan : PPGD,
BTLS, BCLS)
Perawat On Site 24 jam
(+ Pelatihan Kegawat
Daruratan/Emergency Nursing)
Non Medis, terdiri dari : On Site 24 jam
1. Bagian Keuangan
2. Satpam
3. Pekarya
BAB III

STANDAR FASILITAS DAN LOGISTIK

3.1 Persyaratan Sarana


3.1.1 Persyaratan Fisik Bangunan :
1. Luas bangunan Unit Gawat Darurat disesuaikan dengan beban kerja Rumah Sakit
dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal/ bencana.
2. Lokasi gedung harus berada dibagian depan Rumah Sakit, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar Rumah Sakit.
3. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur
masuk kendaraan / pasien tidak sama dengan alur keluar.
4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai didepan pintu yang
areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan : untuk lantai Unit Gawat Darurat
yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
5. Pintu Unit Gawat Darurat harus dapat dilalui oleh brankar.
6. Memiliki area khusus parkir ambulans yang dapat menampung lebih dari 2 ambulans
(sesuai dengan beban Rumah Sakit).
7. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar dan tidak
terjadi “cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai dengan
kemampuan Rumah Sakit, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh
perawat kepala jaga.
8. Area dekontaminasi ditempatkan didepan/ diluar Unit Gawat Darurat atau terpisah
dengan Unit Gawat Darurat.
9. Ruang Triage harus dapat memuat minimal 2 (dua) brancar.
10. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
11. Apotik 24 jam tersedia di dekat IGD.
12. Memiliki ruang istirahat (dokter dan perawat).
3.1.2 Sarana
No. Kelas/Ruang Level III Keterangan (Saat Ini)
1 Ruang Penerimaan
a. R. Tunggu (Public Area)
1) Informasi + +
2) Toilet + +
3) Telepon Umum + -
4) ATM - -
5) Kafetaria - -
6) Keamanan + +
b. R. Administrasi
1) Pendaftaran Pasien Baru/Rawat Inap + +
2) Keuangan + +
3) Rekam Medis + +
c. R. Triage + +
d. R. Penyimpanan Stretcher + +
e. R. Informasi dan Komunikasi + +
2 Ruang Tindakan
a. R. Resusitasi + +
b. R. Tindakan
1) Bedah + +
2) Non Bedah (Medikal) + +
3) Anak Bisa +
4) Kebidanan Bergabung +
c. R. Dekontaminasi +/- -
3 Ruang Operasi + +
4 Ruang Observasi + +
5 Ruang Khusus
a. R. Intermediate/HCU +/- -
1) Umum + +
2) Cardiac/Jantung + -
3) Pediatric/Anak +/- -
4) Neonatus +/- +
b. R. Luka Bakar +/- -
c. R. Hemodialisa +/- -
d. R. Isolasi +/- -

3.2 Fasilitas Prasarana Medis Dan Logistik IGD


Fasilitas dan penunjang yang tersedia di IGD RSUD dr Mohamad Saleh Kota Probolinggo
Keterangan
No. Kelas/Ruang Level III
(Saat Ini)
1 Ruang Triage
1) Kit Pemeriksaan Sederhana + +
(Minimal 2) (Jumlah 1)
2) Brancar Penerimaan Pasien + +
(Minimal 2) (Jumlah 4)
3) Pembuatan Rekam Medik
Khusus
4) Labelisasi (Saat Korban
+ -
Massal)
2 Ruang Tindakan
a. Ruang Resusitasi
1) Nasopharingeal Tube + +
(Minimal 1 setiap no) Tidak Lengkap
2) Oropharingeal Tube +
+
(Minimal 1 setiap no)
3) Laringoskop Set Anak +
+
(Minimal 1 setiap no)
4) Laringoskop Set Dewasa +
+
(Minimal 1 setiap no)
5) Nasotrakheal Tube +
-
(Minimal 1 setiap no)
6) Orotracheal Tube +
-
(Minimal 1 setiap no)
7) Suction + -
( Sesuai dengan jumlah TT)
8) Tracheostomy Set +
-
(Minimal 1 setiap no)
9) Bag Valve Mask +
+
(Dewasa/Anak) (Minimal 1 setiap no)
10) Kanul Oksigen +
-
(Sesuai dengan jumlah TT)
11) Oksigen Mask (Dewasa/Anak) +
+
(Minimal 1)
12) Chest Tube +
-
(Minimal 1)
13) Crico/Tracheostomy +
-
(Minimal 1)
14) Ventilator Transpost + +
(Minimal 1) Di ICU
15) Vital Sign Monitor +
Jumlah 2
(Sesuai dengan jumlah TT)
16) Infusion Pump +
Jumlah 2
(2-3 tiap TT)
17) Syringe Pump +
Jumlah 3
(2-3 tiap TT)
18) ECG +
+
(Minimal 1)
19)Vena Section Set +
+
(Minimal 1)
20) Defibrilator +
+
(Minimal 1)
21) Gluko Stick +
+
(Minimal 1)
22) Stetoskop +
+
(Minimal 1)
23) Termometer + +
(Minimal 1)
24) Nebulizer +
+
(Minimal 1)
25) Oksigen Medis/Consentrators +
-
(Rasio 1:1 TT di IGD)
26) Warmer +
-
(Minimal 1)
Immobilization Set
1) Neck Collar +
+
(Minimal 1)
2) Splint +
-
(Minimal 1)
3) Long Back Spine +
+
(Minimal 1)
4) Scoop Stretcher +
+
(Minimal 1)
5) Kendrik Extrication Device +
-
(KED) (Minimal 1)
6) Urine Bag +
+
(Minimal 1/TT)
7) NGT +
+
(Minimal 1)
8) Wound Toilet Set +
+
(Minimal 1)
Obat-Obatan dan Alat Habis
Pakai
1) Cairan Infus Koloid + -
2) Cairan Infus Kristaloid + +
3) Cairan Infus Dextrose + +
4) Adrenalin + -
5) Sulfat Atropin + +
6) Kortikosteroid + +
7) Lidokain + +
8) Dextrose 50% + -
Selalu Tersedia
9) Aminophilin + +
Dalam Jumlah
10) Pethidin + -
Yang Cukup di
11) Morfin + -
IGD Tanpa Harus
12) Anti Convulsion + +
Diresepkan
13) Dopamin + +
14) Dobutamin + -
15) ATS, TT + +
16) Trombolitik + +
17) Amiodaron (Inotropik) + -
18) APD : Masker, Sarung tangan + +
19) Mannitol + +
20) Furosemid + +
b. Ruang Tindakan Bedah
Alat Medis
1) Meja Operasi/Tempat Tidur Minimal 3 +
Tindakan
2) Dressing Set Minimal 10 Jumlah 6
3) Infusion Set Minimal 10 -
4) Vena Section Set Minimal 1 +
5) Torakosintesis Set Minimal 1 -
6) Metal Couter Minimal 1 -
7) Film Viewer Minimal 1 +
8) Tiang Infus Minimal 6 -
9) Lampu Operasi Minimal 3 +
10) Termometer Minimal 1 +
11) Stetoskop Minimal 1 +
12) Suction Minimal 1 +
13) Sterilisator Minimal 1 +
14) Bidai Minimal 1 +
15) Splint Minimal 1 -
Obat dan Alat Habis Pakai
1) Analgetik +
2) Antiseptik +
3) Cairan Kristaloid +
4) Lidokain +
Selalu tersedia dalam jumlah
5) Wound Dressing +
yang cukup di Ruang Tindakan
6) Alat-alat Anti Septik +
Bedah tanpa harus Diresepkan
7) ATS -
8) Anti Bisa Ular -
9)Anti Rabies -
10) Benang dan Jarum +
c. Ruang Tindakan Medik
Alat Medis
1) Kumbah Lambung Set Minimal 1 +
2) EKG Minimal 1 +
3) Kursi Periksa Minimal 1 -
4) Irigatoreriksaan Minimal 1 -
5) Nebulizer Minimal 1 +
6) Suction Minimal 1 +
7) Syringpump Minimal 2 +
8) Infusion Pump Minimal 2 +
9)Jarum Spinal Minimal 1 -
10) Lampu Kepala Minimal 1 -
11) Bronchoscopy Minimal 1 -
12) Otoscope Set Minimal 1 +
13) Slit Lamp Minimal 1 +
14) Tiang Infus Minimal 1 +
15) Tempat Tidur Minimal 1 +
16) Film Viewer Minimal 1 +
17) Oksigen Medis Minimal 1 +
Alat dan Bahan Habis Pakai
1) SA Selalu tersedia dalam jumlah +
2) Aminophilin yang cukup di Ruang Tindakan +
3) Dopamin Medik tanpa harus Diresepkan +
4) Kristaloid +
5) Cairan Infus Koloid +
6) Cairan Infus Kristaloid +
7) Cairan Infus Dextrose +
8) Adrenalin +
9) Kortikosteroid +
10) Lidokain +
11) Dextrose 40% +
12) Aminophilin/β2 Blocker +
Selalu tersedia dalam jumlah
13) Pethidin +
yang cukup di Ruang Tindakan
14) Morfin -
Medik tanpa harus Diresepkan
15) Anti Convulsan +
16) Dobutamin +
17) ATS -
18) Trombolitik +
19) Amiodaron -
20) APD +
21) Mannitol +
22) Furosemid +
d. Ruang Tindakan Bayi dan
Anak
Alat Medis
1) Inkubator Minimal 1 -
2) Tiang Infus Minimal 1 +
3) Tempat Tidur Minimal 1 +
4) Film Viewer Minimal 1 -
5) Suction Minimal 1 +
6) Oksigen Minimal 1 +
Obat dan Bahan Habis Pakai
1) Stesolid +
Tersedia Dalam Jumlah Yang
2) Mikro Drips Set +
Cukup
3) Intra Osseus Set -
e. Ruang Tindakan Kebidanan
Alat Medis
1) Kuret Set Minimal 1/Bergabung +
2) Partus Set Minimal 1/Bergabung +
3) Suction Bayi Minimal 1/Bergabung +
4) Meja Gynecology Minimal 1/Bergabung +
5) Meja Partus Minimal 1/Bergabung +
6) Vacuum Set Minimal 1/Bergabung +
7) Forcep Set Minimal 1/Bergabung +
8) CTG Minimal 1/Bergabung +
9) Resusitasi Set Minimal 1/Bergabung +
10) Doppler Minimal 1/Bergabung +
11) Suction Bayi Baru Lahir Minimal 1/Bergabung +
12) Laennec Minimal 1/Bergabung +
13) Tiang Infus Minimal 1/Bergabung +
14) Tempat Tidur Minimal 1/Bergabung +
15) Film Viewer Minimal 1/Bergabung +
Obat dan Bahan Habis Pakai
1) Uterotonika Tersedia Dalam Jumlah Yang +
2) Prostaglandin Cukup +
f. Ruang Operasi
Ruang Persiapan
1) Ruang Ganti + -
Tindakan/Operasi yang
2) brankar + -
dilakukan terutama
3) Oksigen + -
untuk Cito bukan
4) Suction + -
Elektif
5) Linen + -
Kamar Operasi
1) Meja Operasi Minimal 1 +
2) Mesin Anestesi Minimal 1 +
3) Alat Regional Minimal 1 +
4) Anestesi Minimal 1 +
5) Lampu (Mobile/Statis) Minimal 1 +
6) Pulse Oximetri Minimal 1 -
7) Vital Sign Monitor Minimal 1 -
8) Meja Instrumen Minimal 1 +
9) Suction Minimal 1 +
10) C-Arm Minimal 1 +
11) Film Viewer Minimal 1 +
12) Set Bedah Dasar Minimal 1 +
13) Set Laparatomy Minimal 1 +
14) Set Appendictomy Minimal 1 +
15) Set Sectiocaecaria Minimal 1 +
16) Set Bedah Anak Minimal 1 +
17) Set Vascular Minimal 1 +
18) Torakosintesis Set Minimal 1 -
19) Set Neurosurgery Minimal 1 +
20) Set Orthopedic Minimal 1 +
21) Set Urologi Emergency Minimal 1 -
22) Set Bedah Plasrik Emergency Minimal 1 -
23) Set Laparascopy Minimal 1 -
24 )Endoscopy Surgery Minimal 1 -
25) Laringoskop Minimal 1 +
26) BVM Minimal 1 +
27) Defibrilator Minimal 1 +
Ruang Recovery
1) Infus Pump Minimal 2 -
2) Syringe Pump Minimal 2 -
3) Bed Side Monitor Minimal 1 -
4) Suction Minimal 1 -
5) Tiang Infus Minimal 1 -
6) Infus Set Minimal 1 -
7) Oxygen Line Minimal 1 +
3 Ruang Penunjang Medis
a. Ruang Radiologi
1) Mobile X-Ray Minimal 1 (Bisa
bergabung/tersendiri dan dapat +
diakses 24 jam)
2) Mobile USG Minimal 1 -
3) Apron Timbal Minimal 2 +
4) CT Scan Minimal 1 -
5) MRI Minimal 1 -
6) Automatic Film Processor Minimal 1 -
7) Film Viewer Minimal 1 +
b. Ruang Laboratorium
Lab Dasar
1) Lab Rutin + +
Bisa
2) Elektrolit + +
Bergabung/Tersendiri
3) Kimia Darah + +
dan Dapat Diakses 24
4) Analisa Gas Darah + +
Jam
5) CKMB +/- -
Lab Khusus
c. Bank Darah (BDRS) + +
BMHP (Bahan Medis Habis Bisa Diakses 24 Jam
+ +
Pakai)
d. Ruang Sterilisasi
1) Basah Minimal 1 -
2) Autoclave Minimal 1 +
e. Gas Medis : N2O
1) Tabung Gas + -
2) Sentral + -
4 Ruang Penunjang Non Medis
a. Alat Komunikasi Internal
1) Fax + -
2) Mobile +/- -
3) Radio Medik + +
b. Alat Komunikasi Eksternal
1) Fax + +
2) Mobile +/- -
3) Radio Medik + -
c. Alat Rumah Tangga
Tersedia
d. Alat Administrasi
1) Komputer + +
2) Mesin Ketik + +
3) Alat Kantor + +
4) Meubelair + +
5) Papan Tulis + +
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

IGD RSUD dr Moh. Saleh memberikan pelayanan sebagai berikut:


1. Diagnosis dan penanganan permasalahan pada A, B, C dengan alat yang lebih lengkap
termasuk ventilator
2. Penilaian disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilasi
3. HCU/Resusitasi
4. Bedah sito.
BAB V
LOGISTIK IGD

A. PERENCANAAN
Menentukan macam, mutu, dan jumlah alat yang dibutuhkan dalam pelayanan gawat
darurat
1. Peralatan kesehatan
Alat kesehatan yang digunakan untuk mendiagnosa, menangani, monitor, dan
mengevakuasi (proses rujukan) serta alat medis pendukung untuk penanggulangan
penderita gawat darurat
a. Trauma (bedah)
b. Non Trauma (jantung, interna, kebidanan, anak dan neonatus, neurologi dan
psikiatri)
2. Obat-obatan emergency
a. Kegawatdaruratan Jantung
b. Kegawatdaruratan interna
c. Kegawatdaruratan kebidanan
d. Kegawatdaruratan anak dan neonatus
e. Kegawatdaruratan neurologi dan psikiatri

B. PENGANGGARAN
1. Membuat perkiraan biaya
2. Barang yang diperlukan dan jumlahnya, harga satuan dan harga total harus disusun
dalam bentuk tabel

C. PENGADAAN
Pengadaan peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai kebutuhan :
1. Ada buku pedoman pelayanan gawat darurat Depkes
2. Ada peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan buku pedoman (kecuali
pneumatik trousers, pacemaker, CVP tidak menjadi persyaratan
3. Ada obat emergency yang selalu siap
Ada daftar obat-obat yang mudah diidentifikasi dan letak obat mudah diambil.
D. PENYIMPANAN
Peralatan disimpan dalam dua tempat :
1. Tempat penyimpanan utama atau cadangan dimana persediaan disimpan tetapi tidak
digunakan
2. Tempat penggunaan setelah digunakan
Untuk menyimpanan peralatan, diperlukan ketrampilan berikut:
1. Catatan penerimaan barang baru dan pengeluaran barang
2. Membuat neraca buku-stok (persediaan) atau buku besar

E. DISTRIBUSI
Peralatan dapat dikeluarkan untuk digunakan bila diperlukan. Terdapat tiga prosedur
administrasi yang berkaitan dengan pengeluaran peralatan, antara lain:
1. Catatan di buku besar (menuliskan pengeluaran barang tersebut dalam buku besar
persediaan)
2. Surat/kupon pengeluaran barang harus ditandatangani
3. Catatan inventaris dari bagian yang menerima dan menggunakan peralatan

F. PENGHAPUSAN
1. Pemeliharaan dan perbaikan alat
2. Ada protap pemeliharaan, pemeriksaaan, dan perbaikan alat secara berkala
3. Ada jadual pemeriksaan dan pemeliharaan alat
4. Ada bukti pelaksanaan dan pemeliharaan
5. Ada bukti kalibrasi alat
6. Ada prosedur penggantian kerusakan alat dan kadaluarsa obat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAVETY)

Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah sistem pelayanan dalam suatu Rumah
Sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk di dalamnya mengukur
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien, analisa insiden, kemampuan untuk
belajar & menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mengurangi risiko. "Safety
is a fundamental principle of patient care and a critical component of hospital quality
management." (World Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO, 2004). Oleh
karena itu diperlukan komitmen tenaga medis untuk menjaga keselamatan pasien ,kompeten
dan etis dalam keperawatan(CNA, 2002). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang
sangat dibutuhkan mengingat saat ini banyak pasien yang dalam penanganannya sangat
memprihatikan,dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam
penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap maupun pada pasien poliklinik
(PERSI,2006).

4.1 Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit


Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani
segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit
yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.
Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan
menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah Sakit. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri
dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:
Standar I. Hak pasien
Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Standar II. Mendidik pasien dan keluarga
Standar:
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan


Standar:
Rumah Sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari rumah sakit.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar
unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan
rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
4.1. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu
pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
4.2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan
secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris
Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien,
termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar:
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuksetiap jabatan men
cakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner
dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
6.1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf
baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
6.3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar:
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
4.2 Sasaran Keselamatan Pasien
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan
dari Joint Commission International (JCI). Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian
yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem
yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang
menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada
pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar
tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain.
Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk
identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan
kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan
dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses
identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat,
darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis;
atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau
prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di
rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk
identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk
Mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan
situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.

Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


Standar SKP II
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar
para pemberi layanan. Maksud dan Tujuan Sasaran II Komunikasi efektif, yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik,
lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat
perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan
hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. Rumah sakit secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan
elepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil
pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali
(read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian
juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila
tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan
atau melalui telepon secara konsisten.

Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-Alert)


Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat
yang perlu diwaspadai (high-alert).
Maksud dan Tujuan Sasaran III
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan
secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai
(high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan
serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan mkedengarannya mirip (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-obatan
yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat
secara tidaksengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat,
natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit
pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum
ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat
yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan
pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada
di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang
membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label
secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga
membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara
klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut
sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang
jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat Pasien Operasi


Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat-
prosedur, dan tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang menkhawatirkan
dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang
tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan
pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi
lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim
bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible
handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini.
Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for
Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi
perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu
harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang
akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua
kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel
level (tulang belakang).
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk:
1. memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
2. memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang; dan
3. melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant2 yang
dibutuhkan.
Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum
tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana
proses itu didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan checklist.
Elemen Penilaian Sasaran IV
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat
preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time-out”
tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para
profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections)
dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai
organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk
hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH


Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera
karena jatuh.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan
fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat
dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan
yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh
dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka rumah sakit harus merancang
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh
Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Bagi Rumah Sakit:
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada
staf, pasien dan keluarga.
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas
individual bilamana ada insiden.
2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
B. Bagi Unit/Tim:
1) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian
mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
2) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit anda
untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses
pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.

2. Memimpin Dan Mendukung Staf


Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di
rumah sakit.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1) Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
2) Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk
menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun
rapat-rapat manajemen rumah sakit
4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit anda
dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan
Keselamatan Pasien
2) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka
dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko


Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan
nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan
Pasien dan staf;
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat
dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit;
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu Keselamatan
Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait;
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko
rumah sakit;
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambillah langkah langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut;
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen
dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. Mengembangkan Sistem Pelaporan


Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar,
yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
B. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. Melibatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien


Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelasmenjabarkan cara-cara
komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan
keluarganya.
2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas
bilamana terjadi insiden.
3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka
kepada pasien dan keluarganya.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya
bila telah terjadi insiden
2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan
segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.
6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat,
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan Analisis
Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan
minimum satu kali per tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
untuk proses risiko tinggi.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan
bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien


Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi
setempat.
2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen
yang menjamin keselamatan pasien.
3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang
dilaporkan.
B. Untuk Unit/Tim :
1) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untukcmembuat asuhan
pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2) Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
3) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden
yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif
untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus
dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus
berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling
mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan
langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan
baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.

Formulir 1
FORMAT LAPORAN INSIDEN KE TKPRS

Rumah Sakit………………….
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 x 24 JAM
LAPORAN INSIDEN KNC, KTC, KTD DAN KEJADIAN SENTINEL

I . DATA PASIEN
Nama : ...............................................................................................................
No MR : ............................................ Ruangan : .................................................
Umur * : 􀀀 0-1 bulan 􀀀 > 1 bulan – 1 tahun 􀀀 > 1 tahun – 5 tahun 􀀀 > 5 tahun – 15 tahun
􀀀 > 15 tahun – 30 tahun 􀀀 > 30 tahun – 65 tahun 􀀀 > 65 tahun
Jenis kelamin : 􀀀 Laki-laki 􀀀 Perempuan
Penanggung biaya pasien :
􀀀 Pribadi 􀀀 Asuransi Swasta 􀀀 ASKES Pemerintah 􀀀 Perusahaan* 􀀀 JAMKESMAS
􀀀 Jaminan Kesehatan Daerah
Tanggal Masuk RS : ………………..........….............….......... Jam ….................…………......

II. RINCIAN KEJADIAN


1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ……………….............….............….......... Jam …..........................…………......
2. Insiden : ......................................................................................................................
3. Kronologis Insiden :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
􀀀 Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
􀀀 Kejadian Tidak Cedera/KTC (No Harm)
􀀀 Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
􀀀 Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
􀀀 Pasien
􀀀 Keluarga / Pendamping pasien
􀀀 Pengunjung
􀀀 Lain-lain ..................................................................................................(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada* :
􀀀 Pasien
􀀀 Lain-lain
.....................................................................................................................(sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS.
7. Insiden menyangkut pasien :
􀀀 Pasien rawat inap
􀀀 Pasien rawat jalan
􀀀 Pasien UGD
􀀀 Lain-lain ..................................................................................................(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ................................................................................................(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
􀀀 Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
􀀀 Anak dan Subspesialisasinya
􀀀 Bedah dan Subspesialisasinya
􀀀 Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
􀀀 THT dan Subspesialisasinya
􀀀 Mata dan Subspesialisasinya
􀀀 Saraf dan Subspesialisasinya
􀀀 Anastesi dan Subspesialisasinya
􀀀 Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
􀀀 Jantung dan Subspesialisasinya
􀀀 Paru dan Subspesialisasinya
􀀀 Jiwa dan Subspesialisasinya
Lokasi kejadian ............................................................................................(sebutkan)
10.Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab .....................................................................................(sebutkan)
11.Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
􀀀 Kematian
􀀀 Cedera Irreversibel / Cedera Berat
􀀀 Cedera Reversibel / Cedera Sedang
􀀀 Cedera Ringan
􀀀 Tidak ada cedera
12.Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
13.Tindakan dilakukan oleh* :
􀀀 Tim : terdiri dari : .....................................................................................................
􀀀 Dokter
􀀀 Perawat
􀀀 Petugas lainnya .......................................................................................................
14.Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
􀀀 Ya 􀀀 Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Pembuat Laporan :............................ Penerima Laporan :............................
Paraf :............................ Paraf :............................
Tgl Terima :............................ Tgl Lapor :............................
Grading Risiko Kejadian* (Diisi oleh atasan pelapor) :
􀀀 BIRU 􀀀 HIJAU 􀀀 KUNING 􀀀 MERAH
NB. * = pilih satu jawaban.
FORMAT LAPORAN KE TKPRS
Rumah Sakit………………….
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 x 24 JAM
Laporan Kondisi Potensial Cedera (KPC)
1. Tanggal dan Waktu ditemukan Kondisi Potensi Cedera (KPC)
Tanggal : ......................................................... Jam ......................................
2. KPC :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
3. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
􀀀 Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
􀀀 Pasien
􀀀 Keluarga / Pendamping pasien
􀀀 Pengunjung
􀀀 Lain-lain ...............................................................................(sebutkan)
4. Lokasi diketahui KPC
.................................................................................................(sebutkan)
5. Unit / Departemen terkait KPC
................................................................................................ (sebutkan)
6. Tindakan yang dilakukan selama ini, dan hasilnya :
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
7. Tindakan dilakukan oleh* :
􀀀 Tim : terdiri dari : ......................................................................................
􀀀 Dokter
􀀀 Perawat
􀀀 Petugas lainnya ..........................................................................................
8. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
􀀀 Ya 􀀀 Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Pembuat Laporan:

...................................
Penerima Laporan:

...................................
Tgl Lapor :................................... Tgl terima :...................................

Formulir 2
LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan
bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.
Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan
pemahaman yang ada.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Nasional Keselamatan Pasien
(KNKP).

KODE RUMAH SAKIT : ...................................


I . DATA RUMAH SAKIT:
Kepemilikan Rumah Sakit :
􀀀 Pemerintah
􀀀 Pemerintah Daerah (Provinsi / Kab / Kota)
􀀀 TNI /POLRI
􀀀 Privat
􀀀 BUMN / BUMD
Jenis Rumah Sakit :
􀀀 RS Umum
􀀀 RS Khusus:
􀀀 RS Ibu dan Anak
􀀀 RS Paru
􀀀 RS Mata
􀀀 RS Orthopedi
􀀀 RS Jantung
􀀀 RS Jiwa
􀀀 RS Kusta
􀀀 RS Khusus lainnya .....................................................
Kelas Rumah Sakit Umum Kelas Rumah Sakit Khusus
􀀀A􀀀A
􀀀B􀀀B
􀀀C􀀀C
􀀀D
Kapasitas tempat tidur : ..................................................................tempat tidur
Propinsi (lokasi RS):............................................................................................
Tanggal Laporan Insiden di kirim ke KNKP : ....................................................

II. DATA PASIEN


Umur * : 􀀀 0-1 bulan 􀀀 > 1 bulan – 1 tahun
􀀀 > 1 tahun – 5 tahun 􀀀 > 5 tahun – 15 tahun
􀀀 > 15 tahun – 30 tahun 􀀀 > 30 tahun – 65 tahun
􀀀 > 65 tahun
Jenis kelamin : 􀀀 Laki-laki 􀀀 Perempuan
Penanggung biaya pasien :
􀀀 Pribadi 􀀀 Asuransi Swasta
􀀀 ASKES Pemerintah 􀀀 Perusahaan*
􀀀 JAMKESMAS 􀀀 Jaminan Kesehatan Daerah
Tanggal Masuk RS : .................................................. Jam ...............................

III. RINCIAN KEJADIAN


1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : .................................................. Jam ..................................
2. Insiden : .............................................................................................
3. Kronologis Insiden
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
􀀀 Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
􀀀 Kejadian Tidak Cedera/KTC (No Harm Incident)
􀀀 Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
􀀀 Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
􀀀 Pasien
􀀀 Keluarga / Pendamping pasien
􀀀 Pengunjung
􀀀 Lain-lain...................................................................................(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada* :
􀀀 Pasien
􀀀 Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS.
7. Insiden menyangkut pasien :
􀀀 Pasien rawat inap
􀀀 Pasien rawat jalan
􀀀 Pasien UGD
􀀀 Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ............................................................................(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
􀀀 Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
􀀀 Anak dan Subspesialisasinya
􀀀 Bedah dan Subspesialisasinya
􀀀 Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
􀀀 THT dan Subspesialisasinya
􀀀 Mata dan Subspesialisasinya
􀀀 Saraf dan Subspesialisasinya
􀀀 Anastesi dan Subspesialisasinya
􀀀 Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
􀀀 Jantung dan Subspesialisasinya
􀀀 Paru dan Subspesialisasinya
􀀀 Jiwa dan Subspesialisasinya
􀀀 Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab .....................................................................(sebutkan)
11.Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
􀀀 Kematian
􀀀 Cedera Irreversibel / Cedera Berat
􀀀 Cedera Reversibel / Cedera Sedang
􀀀 Cedera Ringan
􀀀 Tidak ada cedera
12.Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
13.Tindakan dilakukan oleh* :
􀀀 Tim : terdiri dari : ...................................................................................
􀀀 Dokter
􀀀 Perawat
􀀀 Petugas lainnya : ....................................................................................
14.Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
􀀀 Ya 􀀀 Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini. Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil
pada Unit kerja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

IV. TIPE INSIDEN


Tipe Insiden : .....................................................................................................
Sub Tipe Insiden : ..............................................................................................

V. ANALISA PENYEBAB INSIDEN


Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat menggunakan Faktor
kontributor (bisa pilih lebih dari 1)
a. Faktor Eksternal / di luar RS
b. Faktor Organisasi dan Manajemen
c. Faktor Lingkungan kerja
d. Faktor Tim
e. Faktor Petugas & Kinerja
f. Faktor Tugas
g. Faktor Pasien
h. Faktor Komunikasi
1. Penyebab langsung (Direct / Proximate/ Immediate Cause)
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

2. Akar penyebab masalah (underlying 􀀀 root cause)


...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
3. Rekomendasi / Solusi
NO AKAR MASALAH REKOMENDASI/SOLUSI

NB. * = pilih satu jawaban, kecuali bila berpendapat lain.


BAB VII
KESELAMATAN PETUGAS

A. Latar Belakang
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
maka tuntutan pengelolaan program kesehatan dan keselamatan kerja di RS (K3RS) semakin
tinggi karena SDM Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat
sekitar RS ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja,
baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun kondisi sarana dan
prasarana yang ada di RS yang tidak memenuhi standar.
Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya Pasal 165 :
“ Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan dan pengobatan, serta pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan
pasal di atas maka pengelola tempat kerja di RS mempunyai kewajiban untuk menyehatkan
para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping
keselamatan kerja. RS harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik pasien, penyedia
layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di RS. Oleh
karena itu, RS dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3)
yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga resiko terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Keselakaan Akibat Kerja (KAK) di RS dapat dihindari.

B. Keadaan dan Masalah Di IGD


Bahaya-bahaya potensial di RS khususnya di IGD harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat resiko, yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan atau PAK.
Bahaya-bahaya potensial itu dapat dikelompokkan, seperti dalam tabel berikut:
Diantaranya: radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas,
Bahaya Fisik
suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan
Diantaranya: Ethylene Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde,
Bahaya Kimia
Ether, Halothane, Etrane, Mercury, Chlorine
Diantaranya: Virus (*misal: Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza,
HIV), Bakteri (misal : S. Saphrophyticus, Bacilus sp,
Bahaya Biologi Porionibacterium, H. Influenza, S. Pneumoniae, N.
Meningiditis, B. Streptococcus, Pseudemonas), Jamur (misal:
Candida), Parasit (misal: S. Scabiei)
Cara Kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat
Bahaya Ergonomi
pasien, membungkuk, menarik, mendorong
Diantarnya kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post
Bahaya Psikososial
traumatic
Diantaranya terjepit, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk
Bahaya Mekanik
benda tajam
Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran,
Bahaya Listrik
petir, listrik statis
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam
Diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah,
Limbah IGD darah), limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal
Droplet, liur, sputum

C. Standar Pelayanan K3RS di IGD


1. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja
Bentuk pelayanan kerja yang perlu dilakukan sebagai berikut:
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM IGD
 Pemeriksaan fisik lengkap
 Rontgen Paru-paru
 Laboratorium rutin
 Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
 Jika 3 bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter,
tidak ada keraguan maka tidak perlu dilakukan [pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja
b) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM IGD
 Pemeriksaan secara berkalameliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru, dan lab rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap
perlu
 Pemeriksaan kesehatan berkala bago SDM IGD sekurang-kurangnya 1 tahun
c) Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada:
 SDM yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan yang lebih dari 2 (dua)minggu
 SDM yang berusia di atas 40 tahun atau SDM wanita dan SDM yang cacat serta
SDM yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu
 SDM yang terdapat dugaan tertentu yan mengenai gangguan kesehatan perlu
dilakukan pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan
 Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan diantara
SDM atau atas pengamatan dari Organisasi Pelaksana K3RS
d) Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan
memberikan bantuan kepada SDM dalam menyesuaikan diri baik fisik maupun
mental
Yang diperlukan antara lain:
 Informasi umum IGD dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3
 Informasi tentang resiko dan bahaya khusus di IGD
 SOP kerja, SOP Peralatan, SOP penggunaan alat APD dam kewajibannya
 Orientasi K3 di IGD
 Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan kesehatan
kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka
menciptakan budaya K3
e) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM
 Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM IGD yag
dinas malam
 Pemberian imunisasi bagi SDM
 Olahraga, senam kesehatan, dan rekreasi
 Pembinaan mental/rohani
f) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM yang menderita
sakit
 Memberikan pengobatan dasar secara gratis
 Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan bagi SDM yang
terkena PAK
 Menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan
khusus
 Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait
g) Melakukan koordinasi dengan Tim Pencegahan dan Pengendalian infeksi mengenai
penularan infeksi terhadap SDM dan pasien
 Pertemuan koordinasi
 Pembahasan kasus
 Penanggulangan infeksi nosokomial

h) Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja


 Melakukan pemetaan (Maping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis bahaya
dan besarnya resiko
 Melakukan identifikasi SDM berdasarkan jenis pekerjaannya, lama pajanan dan
dosis pajanan
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
 Melakukan tindak lanjut analisis pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
(dirujuk ke spesialis terkait,rotasi kerja, merekomendasikan pemberian istirahat
kerja)
 Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM
i) Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan
kesehatan kerja
j) Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan
kepada Direktur RS dan Unit teknis terkait di wilayah kerja RS.

2. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja


Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana
dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakuakan:
a) Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan
b) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM
 Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan kerja
dan SDM
 Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan
resiko ergonomi
c) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
 Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial
 Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan
psikososial secara rutin dan berkala
 Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan
kerja
d) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi
 Penyehatan makanan dan minuman
 Penyehatan air
 Penyehatan tempat pencucian
 Penanganan sampah dan limbah
 Pengendalian serangga dan tikus
 Sterilisasi/desinfektan
 Perlindungan radiasi
 Upaya penyuluhan kesehatan
e) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
 Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
 Penyediaan alat keselamatan kerja dan APD
 Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
 Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan
peralatan keselamatan dan APD
f) Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk SDM IGD
 Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi SDM
 Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 IGD kepada petugas K3RS
g) Memberikan rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/lay out pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan
keamanan
h) Memberikan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
 Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka atau celaka
 Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindaklanjut kejadian nyaris celaka
dan celaka
i) Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan
Penanggulanagn Kebakaran (MSPK)
j) Membuat Evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja
yang disampaikan ke Direktur RS dan Unit teknis terkait di wilayah kerja RS

Anda mungkin juga menyukai