Anda di halaman 1dari 29

3.1.

PATOMEKANISME
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (arteriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
arteriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab atas
perkembangan arteriosklerosis.
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga
meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri
koroner akan berdilatasi dan akan mengalirkan banyak darah dan oksigen ke otot jantung.
Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis
dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan
kemudian akan terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (nitrat oksid)
yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini
dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belummencapai 75%. Bila penyempitan
lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan
berkurang. Oleh karena itu, sel-sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk
memenuhi kebutuhan eneginya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan
menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pektoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke proses
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pektoris mereda. Dengan
demikian, angina pektoris adalah suatu keadaan yang berlangsung singkat.1

Patofisiologi lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya angina pektoris tidak stabil :3
1. Ruptur Plak
Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting penyebab angina pektoris tidak
stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner yang
sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Plak aterosklerotik terdiri dari inti yang
mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik (fibrotic cap). Plak yang tidak
stabil terdiri dari inti banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya
ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari
timbunan lemak. Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan
menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah 100%
akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak menyumbat
100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angin tak stabil.
2. Trombosis dan Agregasi Trombosit
Agregasi platelet dan pembentukan trombus merupakan salah satu dasar terjadinya angina
tak stabil. Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan karena interaksi yang
terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen. Inti lemak merupakan bahan
terpenting dalam pembentukan trombus yang kaya trombosit, sedangkan sel otot polos dan
sel busa (foam cell) yang ada dalam plakberhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam
plak tak stabil. Setelah berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor
VIIa untuk memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan
fibrin.
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet dan platelet
melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas, vasokonstriksi dan
pembentukkan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut berperan dalam perubahan
terjadinya hemostase dan koagulasi dan berperan dalam memulai trombosis yang intermiten,
pada angina tak stabil.

3. Vasospasme
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil.
Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet
berperan pada perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan spasme. Spasme
yang terlokalisir seperti pada angina prinzmetal juga dapat menyebabkan angina tak stabil,
dan mempunyai peran dalam pembentukan trombus.
4. Erosi pada plak tanpa ruptur
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya poliferasi dan migrasi
dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel; adanya perubahan bentuk dan lesi
karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat
dan keluhan iskemia.
5. Kadang bisa karena : emboli, kelainan kongenital, penyakit inflamasisistemik
2.6 Gambaran Umum Obat Angina Pektoris
2.6.1 Definisi umum
Angina hpectoris adalah keadaan ischemia jantung pada angina pectoris dapat diobati
dengan vasodilator koroner yang merupakan obat pilihan pertama dan zat-zat yang
mengurangi kebutuhan jantung akan oksigen (β-blockers dan antagonis-kalsium)
2.6.2 Penggolongan Obat
1.Golongan Beta-blocker
β-bloker dibagi menjadi 2 jenis yaitu non selektif β-bloker dan cardioselektif β-bloker.
Berikut adalah contoh obat non selektif β-bloker dan cardioselektif β-bloker:
a.Non selektif β-bloker
-Propanolol
Nama Generik: Propanolol tablet 10mg, 40mg.
®
Nama Dagang: Farmadral (Fahrenheit) tablet 10mg, Inderal® (Astra Zaneca) tablet 10mg,
40mg.
Dosis dan aturan pakai: Angina dosis awal 40mg 2-3 kali sehari, dosis pemeliharaan 120-
240mg sehari. Bentuk sediaan obat : Tablet.
-Asebutolol
Nama Generik: —-
Nama Dagang: Sectral® (Aventis) tablet 400mg, Sectrazide® (Aventis).
Dosis dan aturan pakai: Angina dosis awal 400mg 1 kali sehari atau 200mg 2 kali sehari,
300mg 3 kali sehari pada angina berat sampai 1,2g sehari.
Bentuk sediaan obat: Tablet.
b.Cardioselektif β-bloker
Metoprolol
Nama Generik: ——
Nama Dagang: Seloken ® (Sastra Zaneca) 50mg, 100mg, Lopresor ® (Sandos) 100mg.
Dosis dan aturan pakai: Angina 50-100mg 2-3 kali sehari.
Bentuk sediaan obat: Tablet.
-Atenolol
Nama Generik: —-
® ®
Nama Dagang: Betablok (Kalbe Farma) 50mg, 100mg, Farnomin (Fahrenheit) 50mg,
Hiblok ® (Nufarindo) 50mg, Internolol ® (Interbat) 50mg, 100mg, Tenormin ® (Sastra Zaneca)
® ®
50mg, 100mg, Tensinorm (Medicon Prima) 50mg, 100mg, Zumablok (Sando) 50mg,
100mg.
Dosis dan aturan pakai: Angina 100mg sehari dalam 1 atau 2 dosis.
Bentuk sediaan obat: Tablet.
2.Golongan Nitrat
a. Nitroglycerin
Dosis:
Pemberian dosis: 5-10 mcg/menit IV melalui infus setelah dilusi. Ditambah 5 mcg/menit IV
setiap 3-5 menit sampai beberapa respon terlihat. Jika tidak ada respon dengan 20
mcg/menit: Boleh tingkatkan dosis sebesar 10 mcg/menit dan sesudahnya jika diperlukan,
tambahan sebesar 20 mcg/menit bisa diberikan. dosis umum: 10-200 mcg/menit
Bentuk sediaan : spray, tablet, kapsul, patch, tablet sublingual
Cara pemakaian :
1. Patch . Lepaskan patch dari kantung nya, dan lepaskan plastik pelindung seperti yang
diarahkan. Biasanya, pasien akan memakai patch pada lengan atas atau dada. Namun, pasien
bisa memakainya di mana saja pada tubuh di bawah leher dan di atas lutut atau siku.
Tempelkan patch ke daerah yang kering, dan tidak berbulu . Hindari daerah dengan luka atau
iritasi. Jangan menerapkan patch segera setelah mandi atau saat mandi. Tunggu sampai kulit
Anda benar-benar kering.
Pasien biasanya akan menggunakan 1 Patch sehari dan memakainya selama 12 sampai 14
jam atau seperti yang diarahkan oleh dokter. Dosis didasarkan pada kondisi medis pasien dan
respon terhadap pengobatan.
2. Spray
Lepaskan penutup plastik. JANGAN Dikocok. Pegang wadah tegak dengan telunjuk di atas
tombol berlekuk. Buka mulut dan bawalah spray sedekat mungkin. Tekan tombol dengan
telunjuk untuk melepaskan semprotan ke atas atau di bawah lidah. Jangan menghirup spray.
Jangan langsung menelan obat segera setelah pemberian obat. Obat tidak boleh dimuntahkan
atau mulut dibilas selama 5 sampai 10 menit setelah pemberian.
3. Tablet dan kapsul
diminum dengan air putih sesuai dosis dan waktu yang ditentukan dokter. tablet tidak
diperbolehkan dikunyah, dihancurkan atau dihisap. tablet ditelan dengan bantuan air putih
sebanyak kurang lebih setengah gelas. kapsul juga tidak diperbolehkan dibuka cangkangnya.
kapsul ditelan langsung dengan bantuan air putih.
4. Tablet sublingual
tablet Nitrogliserin sublingual tidak boleh dikunyah, hancur, atau tertelan. Obat ini bekerja
jauh lebih cepat ketika diserap melalui mukosa mulut. Tempatkan tablet di bawah lidah atau
di antara pipi dan gusi, dan biarkan larut. Jangan makan, minum, merokok, atau
menggunakan tembakau kunyah pada saat menggunakan obat.
b.Isosorbid mononitrat
Dosis dan aturan pakai: dosis awal 20 mg, 2-3 kali sehari atau 40 mg, 2 kali sehari (10 mg, 2
kali sehari pada pasien yang belum pernah menerima nitrat sebelumnya), bila perlu sampai
120 mg sehari dalam dosis terbagi.
Bentuk sediaan : Tablet dan Tablet lepas lambat
Cara pemakaian : Ambil obat ini, masukkan melalui mulut seperti yang diarahkan oleh
dokter, biasanya sekali sehari ketika Pasien bangun tidur. Menelan obat ini dengan setengah
gelas air putih. Jangan menghancurkan atau mengunyah obat ini. apabila Melakukannya akan
meningkatkan risiko efek samping.
3. Golongan antagonis kalsium
a. Golongan Dihidropiridin :
Nipedipin ( adalat 5, 10 mg, farmalat )
Amlodipin ( Norsvak , Tensivask )
Felodipin ( Plendil , Nirmandil )
Nikardipin ( Perdipine )
2. Golongan Difenilalkilamin ( Verapamil )
Nama dagang Isoptin
3. Golongan Benzotiazepin ( Diltiazem )
Nama dagang : Herbeser 30,
Herbeser CD 100 dan 200
2.7 Komposisi Obat Angina Pektoris
Jenis-jenis obat angina pektoris
1. Nama dagang : Vastarel
- Bahan : trimetazidine dihidroklorida, setiap tablet mengandung 20mg
hTrimetazidine.
- Indikasi : pengobatan simtomatik dari vertigo, tinnitus, gangguan iskemik
chorioretinal dan Penyakit Meniere.
- Kontraindikasi : Jangan gunakan obat Vastarel jika memiliki masalah masalah
jantung, penyakit ginjal dan penyakit hati , alergi terhadap Vastarel atau
dihidroklorida trimetazidine, Vastarel tidak direkomendasikan untuk penggunaan
pada wanita hamil atau ibu menyusui
- Efek samping : Mual, Gangguan, demam usus gastro, muntah anemia, dan
ruam.
- Dosis : 1 tablet di pagi hari dan 1 tablet pada malam hari.
- Penyimpanan : pada suhu kamar di 15 sampai 30oC, simpan obat ini di tempat
kering, jauh dari cahaya, panas dan kelembaban.
- Peringatan : Jauhkan obat ini dari anak-anak dan hewan peliharaan.
2. Amilodipine
- Nama Generik : Amlodipine tablet 5mg, 10mg.
- Nama Dagang : Tensivask® (Dexa Medica) tablet 5mg; 10mg, Norvask®
(Pfizer) tablet 5mg, 10mg.
- Indikasi : Hipertensi, Angina.
- Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap dyhidropiridine.
- Efek samping : sakit kepala, udema, letih, somnolensi, mual, nyeri perut, kulit
memerah, palpitasi, pening.
- Peringatan : ganguan fungsi ginjal dan hati, kehamilan dan menyusui, anak-anak
dan orang tua.
- Dosis dan aturan pakai : 1x sehari 1 tablet 5mg atau 10mg; Angina dosis awal 1x
sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.
- Bentuk sediaan obat : Tablet.
3. Diltiazem
- Nama Generik : Diltiazem tablet 30mg, 60mg.
- Nama Dagang : Carditen® (Dankos) tablet 30mg; 60mg, Delbres® (Harsen)
tablet 30mg, 60mg, Dilmen® (Sanbe Farma, A. Menarini) tablet 60mg, Diltan®
(Harsen) tablet 60mg, 90mg/kapsul SR, Farmabes® (Fahrenheit) tablet 30mg,
Herbesser®/ Herbesser 60®/ Herbesser 90 SR®/ Herbesser 180 SR®/ Herbesser CD
100® / Herbesser CD200® (Tanabe Indonesia) tablet 30mg, 60mg, Herbesser
injection® (Tanabe Indonesia), Racordil® (Rama Farma) 30mg; 60mg/tablet.
- Indikasi : Hipertensi, Angina pectoris.
- Kontraindikasi : gagal ginjal parah, wanita hamil,hipersensitivitas, hipotensi,
bradikardia, Sick Siannus Syndrome, A-V Blok
- Dosis dan aturan pakai : Angina Pectoris 3x sehari 1 tablet 30mg, Herbesser 3x
sehari 1 tablet dapat ditingkatkan menjadi 60mg (3x sehari 1 tablet) Herbesser 90
SR : 2x sehari 1 kapsul; Herbesser 180 SR : 1x sehari 1 kapsul; Herbesser CD:
Hipertensi esensial ringan sampai sedang : 100-200 sekali sehari; angina
pectoris,angina pectoris tipe varian : 100mg sekali sehari, Herbesser
injectiondewasa bolus injeksi iv 10mg selama 1-3menit, kemudian dilanjutkan
dengan drop infuse iv; takiaritmia dan angina tidak stabil: 1-5mcg/kgBB permenit;
5-15 mcg/kgBB permenit.
- Bentuk sediaan obat : Tablet dan Injeksi.
4. Felodipine
- Nama Generik : Felodipine tablet 2,5mg, 5mg, 10mg.
- Nama Dagang : Nirmadil® (Fahrenheit) tablet 5mg, Plendil® (AstraZeneca)
tablet 2,5mg, 5mg, 10mg.
- Indikasi : Hipertensi, Angina pectoris.
- Kontraindikasi: Wanita menyusui, kehamilan termasuk tahap dini.
- Dosis dan aturan pakai : 1x sehari 1 tablet, dosis awal mulai 2,5mg selanjutnya
5-10mg.
- Bentuk sediaan obat : Tablet.
5. Nifedipine
- Nama Generik: Nifedipine tablet 5mg, 10mg.
- Nama Dagang: Adalat® (Bayer) tablet 5mg; 10mg, Adalat Oros® (Bayer) tablet
20mg, 30mg, 60mg, Adalat Retard® (Bayer) tablet 20mg, Calcianta® (Armoxindo)
tablet 5mg, 10mg, Carvas® (Meprofarm) tablet 10mg, Cordalat® (kimia farma)
tablet 10mg, Coronipin® (Dexa Medica, Leiras) tablet 10mg, Farmalat®
(Fahrenheit) tablet 5mg, 10mg, Fedipin® (Medikon) tablet 10mg, Infacard®
(Indofarma) tablet 10mg, Kemolat® (Phyto Kemo Agung) tablet 10mg, Nifecard®
(Armoxindo) tablet 10mg, 20mg/tablet retard, Nifedin® (Sanbe Farma) tablet
10mg, Niprocor® (Yekatria farma) tablet 10mg, Vasdalat® (Kalbe Farma) tablet
5mg; 10mg, Vasoner® (Harsen) tablet 10mg, Xepalat® (Metiska Farma) tablet
5mg; 10mg, Zendalat® (Zenith) tablet 5mg; 10mg.
- Indikasi: terapi dan propilaksi gangguan koroner, terutama angina pectoris,
hipertensi, insufisiensi koroner kronik
- Kontraindikasi: wanita hamil dan menyusui, syok kardiogenik, hipersensitivitas,
- Efek samping: ringan dan hanya sementara, rasa panas, rasa berat kepala, mual
dan pusing, udem subcutan, hipotensi dan palpitasi.
- Peringatan: dapat meningkatkan aktivitas sediaan yang menurunkan tekanan darah
dan penghambat beta reseptor.
- Dosis dan aturan pakai: diberi dosis tunggal atau 3x sehari 5mg-10mg sebelum
makan; Angina dosis awal 1x sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.
- Bentuk sediaan obat : Tablet.
6. Nimodipine
- Nama Generik: Nimodipine tablet 30mg.
- Nama Dagang: Nimotop® (Bayer) tablet 30mg; 10mg/50ml botol infuse.
- Indikasi: Antagonis kalsium diindikasikan untuk terapi defisit neurologik iskemik
pada pendarahan subaraknoid traumatik dan spontan.
- Dosis dan aturan pakai: 6x sehari1-2 tablet selama 21 hari atau infuse 2,5 ml
perjam selama 5-7 hari lalu dilanjutkan tablet 6x sehari sampai hari ke-21infus:
0,5mg (2,5ml larutan infuse) per jam selama 2 jam bila toleransi baik, dosis
ditingkatkan menjadi 1mg (5ml larutan infuse) per jam
- Bentuk sediaan obat : Tablet dan Infus.
7. Verapamil
- Nama Generik: Verapamil tablet 80mg.
- Nama Dagang: Cardiover® (Landson) tablet 80mg, Isoptin/ Isoptin SR® (Tunggal
IA, Knoll) tablet 80mg, 240mg/kaplet.
- Indikasi: Angina pectoris
- Kontraindikasi: hipotensi atau syok kardiogenik, gangguan konduksi(AV blok
tingkat 2 dan 3, SA blok), sick sinus syndrome, penderita dengan atrialflutter atau
fibrasi atrial dan accessory by pass tract, misalnya wolf Parkinson.
- Efek samping: ortostastik hipotensi, musl, konstipasi, sakit kepala, gelisah.
- Dosis dan aturan pakai: dewasa 3x sehari 1 tablet ½ jam sebelum makan
- Bentuk sediaan obat : Tablet.
8. Cardio aspirin
- Indikasi:
Mengurangi bahaya trombosis koroner lebih lanjut dalam masa pemulihan dan
infark jantung (profilaksis re-infark), mengurangi risiko kematian dan atau
serangan MCI (infark miokard) pada penderita dengan riwayat infark atau angina
pektoris yang tidak stabil, pencegahan trombosis (profilaksis re-oklusi) setelah
aortocoronary bypass, mengurangi risiko serangan TIA (Transient Ischemic
Attack).
- Kontra Indikasi:
Tablet Cardio Aspirin® salut enterik 100 mg tidak boleh diberikan pada penderita
tukak lambung maupun duodeni dan pada pasien dengan tendensi hemoragik
yang patologis, penderita hemofilia, penderita gangguan pendarahan lainnya dan
penderita yang hipersensitif dengan asetosal.
- Komposisi: Setiap tablet salut enterik Cardio Aspirin® mengandung 100 mg asam
asetilsalisilat.
- Cara Kerja: Pencegahan agregasi platelet berdasarkan kerja biokimia asam
asetilsalisilat yaitu penghambatan ireversibel dari siklooksigenase di platelet dan
penghambatan reversibel dari siklooksigenase di dinding pembuluh darah.
- Dosis: Umumnya diberikan 1 tablet 100 mg/hari. Untuk mengurangi iritasi
lambung sebaiknya diminum sesudah makan, tablet ditelan dengan air.
- Efek yang Tidak Diinginkan: Nyeri lambung, rasa terbakar, mual, perdarahan
gastrointestinal, reaksi hipersensitivitas (serangan dyspnea, reaksi kulit), jarang
terjadi; dapat terjadi berkurangnya trombosit (trombositopenia), peningkatan
kadar enzim hati yang reversibel pada penggunaan jangka lama dan dosis tinggi.
- Jenis: Tablet
9. Cardismo
- Komposisi: Isosorbide 5-mononitrate
- Indikasi: Profilaksis angina pektoris. Terapi tambahan pada penyakit jantung
kongestif yang tidak memberi respon adekuat terhadap glikosida jantung & atau
diuretik.
- Kontra indikasi: Hipotensi berat, syok, infark miokard akut dengan tekanan
diastolik ventrikel kiri yang rendah, hipersensitif terhadap nitrat dan nitrit.
Anemia, trauma di kepala, pendarahan otak.
- Perhatian: tidak untuk mengatasi serangan angina pektoris akut. Hamil, laktasi,
glaukoma sudut tertutup, hipotiroid, hipotermia, malnutrisi, penyakit hati atau
ginjal berat.
- Efek samping: Penurunan tekanan darah, sakit kepala, mual, muntah, pusing,
lemah, mengantuk.
- IO: efek penurunan tekanan darah dapat dipotensiasi oleh antihipertensi,
antidepresan trisiklik oral, alkohol.
- Dosis: Dws 1 tab 2-3x/hari. Maksimal 120mg/hari.
10. Calcianta
- Komposisi : Nifedipine
- Indikasi: Terapi & profilaksis insufisiensi koroner kronik, khususnya ngina
pektoris, infark miokard & sebagai terapi tambahan antihipertensi.
- Kontra Indikasi: Hamil, laktasi.
- Dosis: 5-10 mg 3x/hari.
- Peringatan: Hipotensi berat; pengawasan ketat pasien dialisis dengan hipertensi
malignan; gagal jantung, stenosis aorta berat, diabetes.
- Efek samping: Vasodilatasi sementara dan ringan, hipotensi, rasa hangat, mual,
pusing, edema SK dan palpitasi.
- Interaksi obat: Antihipertensi, simetidin & reseptor β-blocker, digoksin, kuinidin
(monitor kadar dalam plasma).
11. Cordizem
- Komposisi: Diltiazem.
- Indikasi: angina pektoris, meredakan serangan angina pada penderita variant
angina.
- Dosis: Dws 30 mg 4x/hari, dapat ditingkatkan s/d 360 mg/hari.
- Kontra indikasi: Blok AV derajat 2-3, hipotensi, syok kardiogenik. Gangguan
irama sinus. Hamil, wanita usia subur. Hipersensitif terhadap diltiazem. Infark
miokard akut dan kongesti paru.
- Peringatan: penderita bradikardia berat atau blok AV derajat 1. Penghentian terapi
harus dilakukan secara bertahap. Payah jantung kongestif. Anak. Laktasi.
- Efek samping: nyeri kepala, pusing, gangguan saluran cerna, bradikardia.
Peningkatan SGOT, SGPT, & fosfatase alkalin. Hipersensitif (erupsi, eritematosis
multiform), ruam, pruritus.
- Interaksi obat: Digoksin, β-blocker, antihipertensi, karbamazepin, anestetik.
2. 8 Mekanisme Kerja Umum Angina Pektoris
Obat golongan nitrat merupakan lini (pilihan) pertama dalam pengobatan angina
pektoris. Mekanisme kerja obat golongan nitrat dimulai ketika metabolisme obat pertama kali
melepaskan ion nitit (NO2-), suatu proses yang membutuhkan tiol jaringan. Di dalam sel,
NO2- diubah menjadi nitrat oksida (NO), yang kemudian mengaktivasi guanilat siklase, yang
menyebabkan peningkatan konsentrasi guanosin monofosfat siklik (cGMP) intraseluler pada
sel otot polos vaskular. Bagaimana cGMP menyebabkan relaksasi, belum diketahui secara
jelas, tetapi hal tersebut akhirnya menyebabkan defosforisasi miosin rantai pendek (MCL),
kemungkinan dengan menurunkan konsentrasi ion Ca2+ bebas dalam sitosol. Hal tersebut
akan menimbulkan relaksasi otot polos, termasuk arteri dan vena. Nitrat organik menurunkan
kerja jantung melalui efek dilatasi pembuluh darah sistemik. Venodilatasi menyebabkan
penurunan aliran darah balik ke jantung, sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel (beban
hulu) dan volume ventrikel menurun. Beban hulu yang menurun juga memperbaiki perfusi
sub endokard. Vasodilatasi menyebabkan penurunan resistensi perifer sehingga tegangan
dinding ventrikel sewaktu sistole (beban hilir) berkurang. Akibatnya, kerja jantung dan
konsumsi oksigen menjadi berkurang. Ini merupakan mekanisme antiangina yang utama dari
nitrat organik.
- Dilihat dari farmakokinetiknya, nitrat organik mengalami denitrasi oleh enzim
glutation-nitrat organik reduktase dalam hati. Golongan nitrat lebih mudah larut
dalam lemak, sedangkan metabolitnya bersifat lebih larut dalam air sehingga efek
vasodilatasi dari metabolitnya lebih lemah atau hilang. Eritritil tetranitrat (berat
molekul tinggi, bentuk padat) mengalami degradasi tiga kali lebih cepat daripada
nitrogliserin (berat molekul rendah, bentuk seperti minyak). Sedangkan isosorbid
dinitrat dan pentaeritritol tetranitrat (berat molekul tinggi, bentuk padat)
mengalami denitrasi 1/6 dan 1/10 kali dari nitrogliserin. Kadar puncak
nitrogliserin terjadi dalam 4 menit setelah pemberian sublingual dengan waktu
paruh 1-3 menit. Metabolitnya berefek sepuluh kali lebih lemah, tetapi waktu
paruhnya lebih panjang, yaitu kira-kira 40 menit. Isosorbid dinitrat paling banyak
digunakan, tetapi cepat dimetabolisme oleh hati. Penggunaan isosorbid mononitrat
yang merupakan metabolit aktif utama dari dinitrat bertujuan untuk mencegah
variasi absorpsi dan metabolisme lintas pertama dari dinitrat yang dapat
diperkirakan.
- Mula kerja (onset) dan lama kerja (durasi) obat tergantung dari cara pemberian
dan formulasi farmasi. Pemberian nitrat organik sublingualefektif untuk
mengobati serangan angina akut. Dengan cara ini absorpsi berlangsung cepat dan
obat terhindar dari metabolisme lintas pertama di hati, sehingga
bioavailabilitasnya sangat meningkat (isosorbid dinitrat 30% dan nitrogliserin
38%). Mula kerja obat tampak dalam 1-2 menit, tetapi efeknya dengan cepat akan
menurun sehingga setelah 1 jam hilang sama sekali. Nitrat organik dapat diberikan
secara oral (p.o) untuk tujuan pencegahan timbulnya serangan angina. Dalam hal
ini, obat tersebut harus diberikan dalam dosis cukup besar agar kemampuan
metabolisme hati untuk obat ini menjadi jenuh. Mula kerja nitrat organik oral
adalah lambat, puncaknya tercapai dalam 60-90 menit dan lama kerja berkisar 3-6
jam. Nitrat organik dapat juga diberikan intravena (i.v) agar kadar obat dalam
sirkulasi sistemik yang tinggi cepat tercapai. Nitrogliserin i.v bermanfaat untuk
pengobatan vasospasme koroner dan angina pektoris tidak stabil dan mungkin
merupakan cara terbaik untuk mengobati segera angina akut. Pemberian
nitrogliserin dalam bentuk salep atau diskdimaksudkan untuk tujuan profilaksis
karena obat diabsorpsi secara perlahan lewat kulit. Efek terapi tampak dalam 60
menit dan berakhir dalam 4-8 jam. Pada sediaan disk, nitrogliserin terdapat
sebagai depot dengan reservoir suatu polimer pada plester. Mula kerja lambat dan
puncak efek tercapai setelah 1-2 jam.
2.9 Jenis-Jenis Obat Angina Pektoris
Ada tiga golongan obat yang digunakan untuk penderita angina pektoris, yaitu:
 Anti Iskemia
 Anti Agregasi Trombosit
 Anti Trombin
2.9.1 Anti Iskemia
2.9.1.1 Nitrat Organik
Merupakan ester alkohol polivalen dengan asam nitrat, sedangkan nitritorganik
adalahester asam nitrit.
Farmakodinamik
Nitrat organik melalui pembentukan radikal bebas nitrogen oksida (NO) menstimulasi
guanilat siklase sehingga kadar siklik-GMP dalam sel otot polos meningkat. Selanjutnya
iklik-GMP menyebabkan defosforilasi miosin sehingga terjadi relaksasi otot polos.Nitrat
organik menimbulkan relaksasi otot polos, termasuk arteri dan vena.
Farmakokinetik
Nitrat organik mengalami denitrasi oleh enzim glutation-nitrat organik reduktase dalam
hati.Metabolit yang terjadi bersifat lebih larut dalam air dan efek vasodilatasinya lebih
lemah atau hilang.Karena kelarutan dalam lemak yang lebih baik dan metabolisme yang
cepat, maka bioavabilitas dan lama kerja nitrat organik terutama ditentukan oleh
biotransformasinya.
a. Nitrogliserin (glisril trinitrat, trinitrin, nitrostat)
Trinitrat dari gliserol ini berkhasiat relaksasi otot pembuluh, bronchia, saluran
empedu, lambung usus, dan kemih.Berkhasiat vasodilatasi berdasarkan terbentuknya
nitrogenoksida dari nitrat di sel-sel dinding pembuluh. NO bekerja mengendurkan sel-sel
ototnya sehingga pembuluh terutama vena mendilatasi dengan langsung.
Akibatnya, TD turun dengan pesat dan aliran darah vena kembali ke jantung
berkurang. Penggunaan oksigen jantung menurun dan bebannya dikurangi.Arteri koroner
juga diperlebar, tetapi tanpa efek langsung terhadap miokard.
Efek samping: nyeri kepala, tachycardia, hipotensi ortostatis, pusing, nausea, flushing,
disusul dengan muka pucat. Plester dapat menimbulkan iritasi berupa kulit merah, rasa
terbakar dan gatal-gatal.
Dosis: pada serangan akut di bawah lidah 0.4-1 mg sebagai tablet, spray, atau kapsul
(harus digigit), jika perlu dapat diulang 3-5 menit. Bila efek sudah dicapai obat harus
dikeluarkan dari mulut. Profilaksis: tablet retard (Nitro Mack) 2.5-5 mg diletakkan antara
gusi dan bibir atas. Salep 2 % (nitro-bid) : 3 dd 7.5-30 mg pada dada, perut, atau lengan.
Plaster: 1 dd 5-10mg, hany digunakan siang hari dan malam hari sebelum waktu tidur
dilepas.
b. Isosorbida-5-mononitrat (Pentacard, Ismo)
Derivat siklis ini didinding pembuluh diubah menjadi nitrogenoksida, yang
mengaktivasi enzim tertentu. Karena itu, kadar cGMP disel otot polos naik dengan akibat
vasodilatasi.
Digunakan oral dan oromukosal sebagai profilaksi untuk mengurangi frekuensi
serangan jantung.
Dosis: oral semula 3 dd 10 mg p.c, sesudah beberapa hari 2-3 dd 20 mg. tablet retard:
pagi hari 50-120 mg.
c. Isosorbida dinitrat (cedocard/retard, iso Mack retard/ spray)
Secara sublingual mulai kerjanya dalam 3 menit dan bertahan sampai 2 jam. Secara
spray masing-masing 1 mnt dan 1 jam, sedangkan oral masing-masing 20 mnt dan 4 jam
(tablet retard 8-10 jam).
Dosis: pada serangan akut atau profilaksis, sublingual tablet 5 mg bila perlu diulang
sesudah beberapa menit, interval oral 3 dd 20 mg d.c. tablet/ kapsul retard maks 1-2 dd 80
mg. spray 1.25-3.75 mg (1-3 semprotan).
d. Dipiridamol (Persantin, Cardial)
Sebagai penghambat fosfodiesterase, berdaya inotrop positif lemah tanpa menaikkan
penggunaan oksigen dan vasodilatasi, juga terhadap arteri jantung.Sebagai obat pencegah
infark kedua (bersama asetosal), berdasarkan kerja antitrombotiknya.
Efek samping: gangguan lambung-usus, nyeri kepala, pusing, dan palpitasi yang
bersifat sementara.
Dosis: pada angina oral 3 dd 50 mg 1 jam a.c., pada bedah katup jantung: 4 dd 75-100
mg a.c.
2.9.1.2 Beta-blocker
Beta-blokers memperlambat pukulan jantung(bradycardia) sehingga mengurangi
kebutuhanoksigen myocard.
Blokade reseptor β1 menurunkan frekuensi jantung, daya kontraksi, dan volume-
menit jantung. Blokade reseptor β2 dapat antara lain menimbulkan bronkokontriksi dan
meniadakan efek vasodilatasi dari catecholamin terhadap pembuluh perifer.
Farmakodinamik
Beta-bloker efektif untuk pengobatab angina stabil kronik karena :
(1) mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan cara mengurangi frekuensi denyut
jantung, kontraktilitas miokard dan tekanan darah (beban hilir) melalui penghambatan
adrenoreseptor- β di jantung, sewaktu kerja fisik;
(2) meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara mengurangi tegangan dinding
ventrikel selama sitole, serta memperlambat denyut jantung (waktu ditle memanjang)
sehingga perfusi subendokard meningkat.
Farmakokinetik
Beta bloker adalah lipofilik hampir seluruhnya dimetabolisme dalam hati, bahkan
sebagian besar dari dosis telah mengalami metabolisme paa lintasan pertama di hat
sehingga bioavabilitas oral rendah, kadar plasma yang dicapai sangat bervariasi antar
individu dan waktu paruhnya pendek.
2.9.1.3 Antagonis Kalsium
Istilah antagonis kalsium digunakan untuk senyawa yang menghambat imfluks
kalsium transmembran, artinya memperkecil masuknya ion kalsium ke dalam sel dengan
apa yang disebut saluran kalsium lambat.
Berdasarkan struktur kimianya, CCB ( calcium channel bocker ) dapat dibedakan
atas 5 golongan:
1) Dihidropiridin (DHP) : nifedipin, nikardipin, felodipin, amlodipin, dll.
2) Difenilalkilamin : verapamil, galopamil, tiapamil, dll.
3) Benzotiazepin : diltiazem.
4) Piperazin : sinarizin, flunarizin, dll.
5) Lain-lain : prenilamin, perheksilin, dll.
Farmakodinamik
Antagonis kalsium mengurangi kebutuhan oksigen miokard melalui (1) vasodilatasi
perifer (terutama arteriol) sehingga menurunkan afterload; (2) pengurangan kontraktilitas
miokard; dan (3) penurunan frekuensi denyut jantung.
Antagonis kalsium efektif untuk angina akibat vasospasme koroner maupun
ateroklerosiskoroner
Farmakokinetik
Nipedifin (N), verapamil (V) dan diltiazem (D) mudah larut dalam lemak sehingga
mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun sublingual, dan dieliminasi terutama
melalui metabiolisme di hati. Tetapi karena sebagia dari dosis oral dimetabolisme pada
lintasan pertama di hati, maka bioavabilitas obat-obat ini tidak begitu tinggi, terutama
untuk V dan D.
a. Nifedipin (Adalat/Retard/Oros)
Berkhasiat vasodilatasi kuat dengan hanya krja ringan terhadap jantung. Efek inotrop
negatifnya ditiadakan oleh vasodilatasi, bahkan frekuensi jantung serta cardiac output
justru dinaikkan sedikit akibat antara lain turunnyav”afterload” (volume darah yang
dipompa keluar jantung ke arteri)
Dosis: angina dan hipertensi pagi hari 30 mg tablet retard, berangsur-angsur dinaikkan
sampai 1 dd 120 mg.
b. Verapamil (Isoptin/SR)
Khasiat vasodilatasinya tidak sekuat nifedipin dan derivatnya, tetapi efek inotrop
negatif ringan dan memperlambat penyaluran impuls AV. Digunakan pada angina
variant/stabil, hipertensi, dan aritmia tertentu (antara lain tachycardia supraventikuler,
fibrilasi serambi)
Dosis: angina variant/stabil, aritmia, dan hipertensi; oral semula 3-4 dd 80 mg,
pemeliharaan 4 dd 80-120 mg; tablet SR (slow release): 1-2 dd 240 mg.
c. Diltiazem
Berkhasiat vasodilatasi lebih kuat dari verapamil, tetapi efek inotrop negatifnya lebih
ringan. Penggunaannya sama dengan verapamil pada angina variant/stabil, hipertensi, dan
aritmia tertentu.
Dosis: angina dan hipertensi semula oral 3-4 dd 60 mg, maksimum 3 dd 120 mg.
Arimia: i.v. 1 dd 0,25-0,3 mg/kg dalam 2 menit.
2.9.2 Anti Agregasi Trombosit
2.9.2.1 Aspirin
Aspirin bekerja mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan
enzim cyclic endoperoxides. Aspirin juga menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di
dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit. Aspirin menginaktivasi
enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan
cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack). Pada
endotel pembuluh darah, aspirin juga menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini
membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak.
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aspirin dapat menurunkan resiko
terjadinya stroke, infark jantung non fatal dan kematian akibat penyakit vaskular pada pria
dan wanita yang telah pernah mengalami TIA atau stroke sebelumnya.
Farmakokinetik :
 Mula kerja : 20 menit -2 jam.
 Kadar puncak dalam plasma: kadar salisilat dalarn plasma tidak berbanding
lurus dengan besamya dosis.
 Waktu paruh : asam asetil salisilat 15-20 rnenit ; asarn salisilat 2-20 jam
tergantung besar dosis yang diberikan.
 Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan lambung,
pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.
 Metabolisrne : sebagian dihidrolisa rnenjadi asarn salisilat selarna absorbsi
dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh dengan kadar
tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan paru-paru.
 Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan oksidasi
serta konyugasi metabolitnya.
Farmakodinamik :
Adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya ; pemberian bersama
antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi meningkatkan kelarutan dan
absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat bentuk aktif terikat pada protein plasma.
2.9.2.2 Tiklopidin
Tiklopidin adalah inhibitor agregasi platelet yang bekerja menghalangi ikatan antara
platelet dengan fibrinogen yang diinduksi oleh ADP (Adenosin Di Pospat) secara irreversibel,
serta menghalangi interaksi antara platelet yang mengikutinya. Proses ini menyebabkan
penghambatan pada agregasi platelet dan pelepasan isi granul platelet.
Penderita yang diberi Tiklopidin harus dimonitor jumlah netrofil dan trombositnya
setiap dua minggu selama 3 bulan pertama pengobatan. Netropeni berat dapat terjadi dalam
waktu 3 minggu sampai 3 bulan sejak pengobatan dimulai. Karena waktu paruhnya panjang,
maka penderita yang berhenti mendapat Tiklopidin dalam waktu 90 hari sejak dimulai harus
tetap dimonitor darah lengkap clan hitung jenis lekositnya. Kadang-kadang dapat terjadi
trombositopeni saja atau kombinasi dengan netropeni.
Tiklopidin adalah obat pilihan pertama untuk pencegahan stroke pada wanita yang
pemah mengalami TIA serta pada pria dan wanita yang pemah mengalami stroke non
kardioembolik. Walaupun Tiklopidin telah terbukti efektif pada pria yang pernah mengalami
TIA, tetapi obat ini merupakan pilihan kedua bila tidak ada intoleransi terhadap aspirin.
Farmakokinetik :
 Mula kerja : diabsorbsi cepat.
 Kadar puncak dalam plasma: 2 jam.
 Waktu paruh : 4-5 hari.
 Bioavailabilitas : > 80%.
 Metabolisme : terutama di hati .
 Ekskresi : 60% melalui urine daD 23% melalui feses
Farmakodinamik :
 bioavailabilitas oral meningkat 20% hila diminum setelah makan ; pemberian
bersama makan dianjurkan untuk meningkatkan toleransi gastrointestinal.
 98% terikat secara reversibel dengan protein plasma terutama albumin dan
lipoprotein.
2.9.2.3 Klopidogrel
Kehadiran obat generik untuk penyakit jantung akan membuat biayapengobatan
relatif jadi lebih murah. Namun, biaya yang lebih murah juga harus didukung oleh manfaat
terapetik yang dihasilkan obat tersebut. Penderita penyakit jantung harus minum obat selama
sisa hidup mereka. Salah satu obat yang digunakan untuk penderita penyakit jantung, stroke,
maupun penyempitan pembuluh darah perifer biasanya clopidogrel.
Menurut Prof. Dr. Harmani Kalim, Sp.Jp, dari RS Jantung Harapan Kita,
Jakarta,clopidogrel bisa diberikan kepada mereka yang mengalami aterotrombosis. “Obat ini
mengurangi terjadinya trombosis atau gumpalan darah bila lapisan aterosklerosis mengalami
ruptur” ujarnya. Ruptur adalah pengelupasan kerak pembuluh darah. gumpalan darah ini bisa
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah jantung dan menimbulkan serangan
jantung (Sari, 2008).
Clopidogrel bekerja dengan menghambat ikatan antara ADP dengan reseptornya,
sehingga menghambat terjadinya agregasi platelet. Clopidogreldiberikan sebagai pengobatan
atau terapi pada mereka yang mengalami aterotrombosis misalnya. Selain
itu, clopidogrel bisa diberikan sebagai terapi pencegahan, terutama pada mereka yang
memiliki resiko penyakit jantung koroner, tentunya dengan indikasi dari dokter. Dosis yang
di rekomendasikan adalah 75 mg sekali sehari (Sari, 2008).
Mengingat pemberian clopidogrel dalam jangka waktu lama, biaya yang harus
dikeluarkan juga meningkat. Untungnya, sejak off patent pada Februari 2008, kini sudah ada
obat clopidogrel generic (Sari, 2008).
Clopidogrel generik yang sudah ada di pasaran memiliki kandungan sama,
formulasinya saja yang berbeda. Dikatakan Prof. Dra. Arini Setiawati, Ph.D, Kepala Unit
Studi Klinis, Bagian Farmakologi dan Terapetik FKUI, hasil studi bioavailability dan
bioekuivalen (BABE) menunjukan obat clopidogrel generik tersebut bioekuivalen
dengan clopidogrel produk innovator (Sari, 2008).
Ini artinya, clopidogrel generik memiliki manfaat terapetik dan keamanan sama
dengan produk referensi atau inovator. Selain manfaat terapetik yang sama, biaya relatif lebih
murah. “Biayanya bisa berbeda 25-40 persen,” katanya (Sari, 2008).
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit global yang berdampak besar pada
biaya pengobatan. Kematian karena penyakit kardiovaskular, disebutkan CDC/NCHS, 53
persennya karena penyakit jantung koroner (PJK). Ini artinya, dari 100 orang yang menderita
ganguan kardiovaskular, 53 orang meninggal karena PJK (Sari, 2008).
Dari segi biaya, data dari Kanada (1993) menyebutkan, biaya untuk penyakit
kardiovaskular sekitar 15,2 persen dari total biaya kesehatan. Lebih tinggi bila dibandingkan
dengan penyakit gangguan sistem saraf, pencernaan, dan lainnya. Di AS tahun 2006, estimasi
biaya langsung dan tidak langsung PJK sekitar 142,5 miliar dolar (Sari, 2008).
Terjadi penebalan dinding pembuluh darah sedang atau aterosklerosis bisa membuat
kejadian PJK. Proses ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Akan terjadi
aterostrombosis bila pada orang dengan aterosklerosis kemudian terjadi trombosis atau
gumpalan darah di pembuluh darah yang menyempit. Aterostrombosis, dijelaskan Prof.
Harmani, merupakan kondisi tiba-tiba dan tidak diperkirakan, di mana terjadi erosi, ruptur,
atau pengelupasan pada lapisan aterosklerosis yang menyebabkan gangguan aliran darah.
Kondisi ini memicu terjadinya aktivitas platelet dan pembentukan trombus. Aterotrombosis
menyebabkan infark miokard, stroke iskemik, dan kematian vaskular. Biasanya kejadian ini
disebabkan penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan pembuluh darah (Sari, 2008).
Nama generik: Clopidogrel
Nama dagang di Indonesia: Plavix® (Sanofi Aventis)
Indikasi
 Mengurangi kejadian atherosclerotic (myocardial infarction, stroke, kematian
pembuluh darah) pada pasien dengan atherosclerosis dibuktikan oleh
myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang terjadi, stroke yang
belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang sudah
terbukti; sindrom coronary akut (angina tidak stabil atau MI non-Q-wave) yang
terkontrol secara medis atau melalui percutaneous coronary intervention/PCI
(dengan atau tanpa stent) (Lacy, 2006).
 Kontra-indikasi
Hipersensitivitas terhadap clopidogrel atau komponen lain dari formulasinya;
perdarahan patologis aktif seperti PUD atau hemoragi intrakranial; gangguan
koagulasi; active peptic ulcer (tukak lambung aktif) (Koda Kimble, 2005)
 Bentuk sediaan: Tablet salut film 75 mg
 Dosis (tierney, 2006)
Oral, dewasa: myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang terjadi,
stroke yang belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang
sudah terbukti: satu kali sehari satu tablet 75 mg
 Aturan pakai
Satu kali sehari satu tablet 75 mg, dapat diminum dengan atau tanpa makanan.
 Efek samping
Perdarahan gastrointestinal (saluran pencernaan), purpura, bruising,
haematoma, epistaxis, haematuria, ocular haemorrhage, perdarahan
intracranial, nyeri abdominal (perut), gastritis, konstipasi, rash, dan pruritus
(gatal) (dipiro, 2005).
 Resiko khusus (wanita hamil/gagal ginjal/kelainan hepar)
Pada kehamilan memiliki faktor resiko B; tidak direkomendasikan untuk
wanita yang sedang menyusui; pasien yang memiliki resiko peningkatan
perdarahan dari suatu trauma, pembedahan atau kondisi patologik lainnya.
Pasien dengan penyakit hepatik sedang yang kemungkinan mengalami
perdarahan diatheses. Penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal
dan pasien usia lanjut tidak diperlukan (dipiro, 2005).
2.9.2.4 Obat Inhibitor Glikoprotein Iib/IIIa.
Inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa. Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP Iib/IIIa pada
platelet ialah ikatan terakhir pada proses agregasi platelet. Karena inhibitor GP IIb/IIIa
menduduki reseptor tadi maka ikatan platelet dengan fibrinogen dapat dihalangi dan agregasi
platelet tidak terjadi (Admin, 2011).
Reseptor glikoprotein (GP) IIb/IIIa adalah reseptor penting pada proses akhir agregasi
trombosit, yang akan berikatan dengan fibrinogen plasma atau faktor Von Willebrand. Ikatan ini akan menjadi
“jembatan“ antar trombosit yangberdekatan untuk saling berikatan, dan seterusnya berikatan satu sama
lainsedemikian rupa sehingga akhirnya terbentuk “sumbat“ hemostatik. Trombosisdapat dihambat secara
efektif dengan penghambatan reseptor ini.Penghambatan “jalur akhir“ agregasi trombosit oleh
glikoprotein IIb/IIIa initerbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien dengan APTS/NSTEMI
(Iin, 2012).
Reseptor glikoprotein IIb/IIIa yang diaktivasi akan berikatan dengan fibrinogendan
membentuk rantai dengan trombosit yang diaktivitasi dan dengan demikianterjadilah trombus. Jadi berbeda
dengan obat anti-trombosit lain yang hanyabekerja pada sebagian dari berbagai tahapan terjadinya agregasi
trombosit,inhibitor glikoprotein IIb/IIIa bekerja pada tahapan akhir adhesi, aktivitas,
danagregasi trombosit. Tiga kelompok terpenting obat golongan ini adalahmurine- human chimeric
antibiodies (misalnya abxicimab), peptida sintetik (misalnyaeptifibatide), dan nonpeptida
sintetik (misalnya trifiban dan lamifiban) (Iin, 2012).
Abxicimab merupakan inhibiditor nonsepesifik dengan daya ikatan reseptor kuatdan
seversibilitas hambatan trombosit lambat pulih walaupun terapi sudahdihentikan. Eptifibatide merupakan
peptida siklik yang merupakan inhibitor reseptor glikoprotein IIb/IIIa selektif. Masa kerjanya
pendek dan hambatantrombosit hilang 2-4 jam setelah terapi dihentikan. Tirofiban
merupakan inhibitor nonpeptida, bekerja cepat (5 menit), selektif dan cepat reversibel (4-6
jam) (Iin, 2012).
Lamifiban merupakan inhibitor nonpeptida sintetik dengan masa kerja 4 jam.Penyelidikan PRISM,
PRISM-PLUS, PURSUIT, PARAGON-A, PARAGON-B danCAPTURE membuktikan bahwa risiko
terjadinya infark jantung dan kematianturun bermakna dalam beberapa hari dan manfaat ini tetap diperoleh
dalampemantauan sampai 30 hari. Walaupun demikian, harus diingat bahwa desainpenyelidikan-
penyelidikan di atas tidak sama. Pada sebagian penyelidikandilakukan pula tindakan PCI (15% pada
PURSUIT, 35% pada PRISM-PLUS,hampir semuanya pada CAPTURE), sedangkan pada PRISM
angiografi dan PCIditunda sampai obat dihentikan setelah 48 jam.Pada PURSUIT, PARAGON-B,
PRISM-PLUS pada subgrup pasien yang tidakmenjalani tindakan revaskularisasi dini, manfaat
inhibitor glikoprotein IIb/IIIa sedikit atau tidak ada. Manfaat inhibitor glikoprotein IIb/IIIa
lebih besar padapasien yang mengalami peningkatan kadar troponin T atau troponin I (Iin, 2012).
2.9.3 Anti Trombin
2.9.3.1 Unfractionated Heparin
Heparin adalah glikosaminoglikan yangterdiri dari pelbagai polisakarida yang berbeda
panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berebda-beda. Antitrombin III, bila terikat
dengan heparin, akan bekerja menghambat trombin dan faktor Xa. Heparin juga mengikat
protein plasma yang lain, sel darah dan sel endotel, yang akan mempengaruhi
bioavailabilitas. Kelemahan lain heparin adalah efek terhadap trombus yang kaya trombosit
dan heparin dapat dirusak oleh platelet faktor IV.
2.9.3.2 Low Molecular Weight Heparin
Low molecular weight heparin (LMWH) dibuat dengan melakukan depolimerasi
rantai polisakarida heparin. Kebanyakan mengandung sakarida kurang dari 18 dan hanya
bekerja pada factor Xa, sedangkan heparin menghambat factor Xa dan trombin.
Dibandingkan dengan unfractionated heparin, LMWH mempunyai ikatan terhadap protein
plasma kurang, bioavailabilitas lebih besar dan tidak mudah dinetralisir oleh faktor IV, lebih
besar pelepasan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan kejadian trombositopenia lebih
sedikit.
2.9.3.3 Direct Trombin Inhibitors
Direct trombin inhibitor secara teoritis mempunyai kelebihan karena bekerja langsung
mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma protein maupun platelet
faktor IV. Activated partial thromboplastin time dapat dipakai untuk memonitor aktivitas
antikoagulasi, tetapi biasanya tidak perlu. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark
miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah. Bivalirudin juga menunjukkan efektivitas
yang sama dengan efek samping perdarahan kurang dari heparin. Bilivarudin telah disetujui
untuk menggantikan heparin pada pasien angina tyak stabil yang menjalani PCI. Hirudin
maupun bivalirudin dapat menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia
akibat heparin (HIT).
2.10Kontra indikasi dan efek samping
2.10.1 GOLONGAN ANTI ISKEMI
1. Nitrat
Secara umum efek samping yang timbul akibat penggunaan obat golongan nitrat untuk
antiangina, antara lain: dilatasi arteri akibat nitrat menyebabkan sakit kepala (30-60% dari
pasien yang menerima terapi nitrat), sehingga seringkali dosisnya dibatasi. Efek samping
yang lebih serius adalah hipotensi dan pingsan. Refleks takikardia seringkali terjadi. Dosis
tinggi yang diberikan jangka panjang bisa menyebabkan methemoglobinemia sebagai akibat
oksidasi hemoglobin. Sesekali juga dapat menyebabkan rash. Penggunaan nitrat yang
berkelanjutan dapat menyebabkan terjadinya toleransi, bukan saja pada efek samping, tapi
juga pada efek antiangina dari nitrat kerja lama. Ketergantungan pada nitrat terjadi pada
pemberian nitrat kerja lama baik pemberian oral maupun topikal. Penghentian terapi kronik
harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari timbulnya fenomena rebound berupa
vasospasme yang berlebihan dengan akibat memburuknya angina sampai terjadinya infark
miokard dan kematian mendadak. Udem perifer juga kadang-kadang terjadi pada pemberian
nitrat kerja lama (oral maupun topikal). Nitrat yang diberikan secara oral dapat menimbulkan
terjadinya dermatitis kontak.
Beberapa contoh obat antiangina dari golongan nitrat:
A. Isosorbid mononitrat
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi dan hipovolemia, kardiopati
obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis konstriktif, stenosis
mitral, anemia berat, trauma kepala, pendarahan otak, dan glaukoma sudut sempit.
Efeksamping: sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing hipotensi postural, takikardi
(dapat terjadi bradikardi paradoksial).
Risikokhusus:
- Kehamilan : faktor risiko C
- Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
- Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain diekskresi
melalui feses juga dieksresi melalui urin, akan tetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan
pada pasien usia lanjut yang mengalami gangguan fungsi ginjal.
- Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat dimetabolisme di hati,
akan tetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan pada pasien usia lanjut yang mengalami
gangguan fungsi hepar.
b) Isosorbid dinitrat
ToleransiIsosorbid dinitrat :
1. Terganggunya biotransformasi ISDN menjadi bentuk aktifnya, yakni NO
2. Aktivasi neurohormonal, yang menyebabkan pelepasan vasokonstriktor (penyempit
pembuluh darah), seperti endotelin dan angiotensin II, yang melawan kerja vasodilatasi
isosorbid dinitrat.
Efek samping isosorbid dinitrat (ISDN) meliputi sakit kepala, hipotensi, serta bradikardia
pada beberapa kasus.
2. Beta Blocker
Kontra indikasi
 Pasien yang hipersensitif terhadap Beta Blocker
 Disfungsi sinus node
 Bronkokontriksi kronik
 Klaudiokasia intermiten
 Penyakit vaskular perifer
 Ibu hamil
 Raynaud disease
 Penderita asma
Kontraindikasi lainnya, bagi jantung (gagal jantung berat, bradikardia berat, dan blok
AV derajat 2 dan 3), paru (asma bronchial, dan konstriksi bronkus), dan pembuluh darah
perifer (gangren klaudikasio berat, nekrosis kulit). Sementara itu, penyakit paru obdtruktif
kronis, disfungsi ereksi dan penyakit pembuluh darah perifer ringan bukan merupakan
kontraindikasi , terutama jika dihadapkan pada penyekat beta yang selektif (bisoprolol,
metoprolol).
Efek Samping:
Efek samping dari Beta-blockers terkait terutama karena efek adrenalin-blocking. Efek
samping ini sering dapat digunakan mengelola Jantung oleh jenis beta blocker yang dipilih,
dan harus dengan hati-hati memberi dosisnya. Efek samping meliputi:
 Jantung : Bradikradi, gagal jantung kongestif, penurunan sirkulasi perifer, hipotensi, sakit
dada, kontraksi miokardial, raynaud’s syndrom, menseterik trombosis, syncope.
 SSP : Depresi mental, amnesia, halusinasi, dizziness, insomia, vertigo, psikosis,
hypersomnolence dan fatigue.
 Dermatologi : Alopesia, dermatitis, hiperkeratosis, pruritis, urtikaria, sindrom Stevens-
Johnson , fuxil epiderma necrolysis.
 Gastrointestinal: Diare, muntah, mual, konstipasi dan anoreksia.
 Genitourinaria: Impoten, proteinuria, oligouria, interstitial nephritis, peyroie’s disease.
 Hematologi: agraniulositosis trombositopenia, trombositopenia purpura.
 Neuromuskular: rasa lemah, carpal tunnel syndrome, paresthesis, arthropathy.
 Mata: Konjugasi hyperemis, penurunan produki air mata,penurunan penglihatan.
 Pernapasan: mengik, faringitis, bronkospamus,udem pulmonari, laringospasmus.
3. Antagonis Ca
a) Diltiazem
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
b) Nifedipin
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki
c) Verapamil
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat
II dan III, hipersensivitas.
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia,
kulit kemerahan.
2.10.2GOLONGAN ANTI AGREGASI TROMBOSIT
1. Aspirin
Kontra indikasi:
 Pasien yang sensitif dengan aspirin
 Asma
 Tukak lambung
 Perdarahan subkutan
 Hemofilia
 Suatu penyakit gangguan mekanisme pembekuan darah.
 Trombositopenia
 Suatu penyakit kekurangan trombosit dalam darah, yang merupakan bagian dari
pembekuan darah.
 Pasien dengan terapi antikoagulan
Efek samping:
1. Sistem pencernaan:
Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan ulseratif.
2. Sistem saraf pusat:
Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, gangguan
penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.
3. Sistem Hemopoietik:
Trombositopenia dan anemia, namun jarang terjadi.
4. Sistem pembekuan darah:
Perpanjangan waktu perdarahan.
5. Sistem urin:
Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut,
sindrom nefrotik, namun jarang terjadi.
6. Reaksi alergi:
Ruam kulit, edema, bronkospasme, "aspirin triad" (kombinasi dari asma bronkial,
poliposis hidung kambuhan, sinus paranasal, intoleransi asam asetilsalisilat, dan obat-
obatan seri pirazolonic).
7. Efek samping lain:
Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sindrom Reye dan pada penggunaan jangka
panjang dapat meningkatkan gejala gagal jantung kronis.
2. Tiklopidin
Kontra indikasi:
Hipersensitivitas terhadap Tiklopidin, kelainan darah (misalnya netropeni, trombositopeni),
gangguan pembekuan darah, perdarahan patologis aktif (misalnya perdarahan lambung,
perdarahan intrakranial), gangguan fungsi hati berat.
Efek samping:
 Paling sering : diare, mual, dispepsia, rash, nyeri gastrointestinal, netropeni, purpura,
pruritus, dizziness, anoreksia, gangguan fungsi hati.
 Kadang-kadang ecchymosis, epistaksis, hematuria, perdarahan konjunktiva, perdarahan
gastrointestinal, perdarahan perioperatif, perdarahan intraserebral, urtikaria, sakit kepala,
asthenia, nyeri, tinnitus.
3. Inhibitor glikoprotein
Kontraindikasi:
 Umum: lemah, demam, hernia.
 Gangguan pembekuan darah: perdarahan gastrointestinal, perdarahanintrakranial,
hematoma, penurunan jumlah platelet, hematuria, hemoptisis,hemartrosis, perdarahan
retropenial, perdarahan luka operasi, perdarahanokular, perdarahan paru, alergi purpura.
 Gangguan sel darah: anemia, netropenia berat, trombositopenia.
 Gangguan saluran cerna: mual, nyeri abdomen, dispepsia, gastritis, konstipasi, diare, ulkus
peptikum, ulkus gaster dan duodenum, muntah, perdarahan gastritis.
 Gangguan kulit dan kelenjar: eksema, ulcer pada kulit, erupsi bullous, kemerahan pada
eritematous, kemerahan pada makulopapular, urtikaria, kemerahan pada pruritus.
 Gangguan sistem saraf otonom: sinkop, palpitasi.
 Gangguan kardiovaskuler: gagal jantung, edema umum.
 Gangguan sistem saraf sentral dan perifer: kram tungkai, hipestesia, neuralgia, parestesia,
vertigo, nyeri kepala, pusing, gangguan indra perasa.
 Gangguan fungsi hati dan empedu: peningkatan kadar enzim hati, bilirubinemia, infeksi
hepatitis, perlemakan hati.
 Gangguan muskuloskeletal: artritis, artrosis, athralgia.
 Gangguan nutrisi dan metabolik: gout, hiperuremia, peningkatan kadar non-protein
nitrogen (NPN).
 Gangguan psikiatri: ansietas, insomnia, bingung, halusinasi.
 Trombotic thrombocytopenia purpura (TTP).
 Gangguan denyut dan ritme jantung: fibrilasi atrium.
 Gangguan sistem pernafasan: pneumonia, sinusitis, hemothorax, bronkospasme.
 Gangguan vaskular: vaskulitis, hipotensi.
 Gangguan sistem urin: sistitis, glomerulonefritis.
 Gangguan penglihatan: katarak, konjungtivitis.
 Gangguan reproduksi: menorraghia.
 Gangguan sel darah putih dan sel retikuloendotelial: eosinofilia, granulositosis,
granulositopenia, leukemia, leukopenia, penurunan neutrofil.
Efek samping:
 Pasien yang mengalami perdarahan patologis seperti ulkus peptikum atau perdarahan
intrakranial.
 Ibu menyusui (lihat Peringatan : Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui).
 Gangguan hati berat.
2.10.3 GOLONGAN ANTI TROMBIN
1. Unfractioned heparin
Kontra indikasi:
Hipersensitifitas terhadap heparin atau komponen lain pada sediaan, penderita hemophilia,
trombositopenia, penyakit hati berat, dan penderita tuberculosis aktif.
Efek samping:
Sakit pada dada, sakit kepala, kedinginan, eksema, nekrosis kutan, peningkatan enzim SGPT
dan SGOT, terjadinya ulserasi, dieresis yang dimulai 36-48 jam setelah terapi dimulai dan
berlangsung selama 36-48 jam setelah terapi dihentikan, reaksi vasospatik yang
menyebabkan jenaikan tekanan darah, nyeri dada dan parestesia, pendarahan, dan juga
trombositopenia (jumlah trombosit yang terlalu rendah)
2. Low molecular weight heparin
Efek samping:
1. Pendarahan ringan dan berat.
2. Reaksi anafilaktik dan Reaksi lain seperti vasokontriksi paru, gangguan fungsi ventrikel
kiri, hipotensi sistemik dan netroporia sementara
3. Reaksi hipersensitivitas antara lain berupa menggigil, demam, utikarie, atau syok
anafilaksis. Pada penggunaan jangaka panajang dapat terjadi mialgia nyeri tulang dan
osteoportosis.
Kontra indikasi:
1. Thrombosis permukaan tromboflebitis, hematoma permukaan.
2. Peningkatan kecenderugan perdarahan, lesi pembuluh darah, hipertensi berat,tukak
lambung-usus, mimpi atau OP pada SSP, fungsi lumbal, nephrolithiasis,alkoholisme
kronis, injeksi IM, endokarditis bakterial, abortus immines,trombositopenia
3. Direct trombin inhibitor
Kontra indikasi:
Perdarahan, kelainan koagulasi, penyakit tromboelitik.
Efek samping:
Mual, muntah, pusing, perdarahan, hipotensi, dapat menyebabkan hemorrhage, gangguan
ginjal yang berat.
2.11 Informasi Terbaru Obat Angina Pektoris
Kabar terakhir menunjukkan adanya obat baru untuk angina pectoris yaitu
trimetazidine. Trimetazidin adalah garam 1-(2,3,4 trimethoxynenzyl) piperazin
dihidroklorida yang memiliki efek anti iskemik tanpa menginduksi perubahan hemodinamik
yang signifikan. Trimetazidine adalah obat untuk angina pektoris, kadang-kadang disebut
dengan nama merek Vastarel MR. Tiap tablet mengandung 35 mg trimetazidine.
Trimetazidine adalah agen anti-iskemik (anti-angina pektoris) metabolik, yang meningkatkan
penggunaan glukosa miokard melalui penghambatan metabolisme asam lemak (Josh, 2011).
Trimetazidine bekerja dengan menurunkan produksi laktat, mengurangi produksi
kalsium, serta meningkatkan produksi ATP dengan konsumsi oksigen yang lebih
sedikit.Dengan menjaga metabolisme energi dalam sel yang terkena hipoksia atau iskemia,
trimetazidine mencegah penurunan kadar adenosin trifosfat dalam intrasel, dengan demikian
memastikan berfungsinya pompa ion natrium dan aliran transmembran natrium-kalium,
sambil menjaga homeostasis sel.Trimetazidine juga menghambat oksidasi asam lemak dalam
pembuluh darah.Trimetazidine menghambat beta-oksidasi asam lemak dengan memblok
rantai panjang 3-ketoacyl-CoA thiolase, yang meningkatkan oksidasi glukosa. Dalam sebuah
sel iskemik, energi yang diperoleh selama oksidasi glukosa membutuhkan konsumsi oksigen
lebih sedikit dibandingkan dengan oksigen yang dibutuhkan pada proses oksidasi-beta.
Potensiasi oksidasi glukosa mengoptimalkan proses energi sel, sehingga menjaga
metabolisme energi yang tepat selama iskemia. Dengan menjaga atau mempertahankan
metabolisme energi dalam sel terkena hipoksia atau iskemia, trimetazidine mencegah
penurunan kadar ATP intraseluler, sehingga memastikan berfungsinya pompa ionik dan
transmembran arus natrium-kalium sekaligus mempertahankan homeostasis seluler (Josh,
2011).
Pengobatan dengan trimetazidin (1-[2,3,4-trimetoksibenzil] piperazin), digunakan
secara luas untuk pengobatan angina pada pasien-pasien kardiak, meningkatkan viabilitas sel
dalam responnya terhadap pemaparan dengan H2O2. Trimetazidine diindikasikan untuk
penyakit jantung iskemik (angina pektoris, infark sequale) dan tidak dapat digunakan untuk
pasien yang hipersensitivitas terhadap zat aktif atau salah satu eksipien yang digunakan,
penyakit Parkinson, gejala parkinsonian, tremor, sindrom kaki gelisah, dan gangguan gerak
lainnya yang terkait, gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin <30ml/min) (Josh, 2011).
Trimetazidine juga dikenal untuk efek kardioprotektif nya sebagaimana ditegaskan
dalam iskemia-reperfusi manusia. Obat bekerja pada pasien yang menjalani operasi bypass
dengan penangkapan kardioplegik dan revaskularisasi arteri koroner perkutan. Studi
menunjukkan bahwa modifikasi-release (MR) berupa obat ini, jika diambil dua kali sehari,
adalah bioekuivalen untuk formulasi sebelumnya yang diambil tiga kali sehari (Hidayati,
2011).
Sementara itu, studi terkontrol dilakukan pada pasien angina menunjukkan bahwa
trimetazidine meningkatkan cadangan aliran koroner, sehingga mengendalikan perubahan
yang cepat dalam tekanan darah, secara signifikan mengurangi frekuensi serangan angina
yang mengarah ke pengurangan penggunaan nitrat (Hidayati, 2011).
Untuk pasien diabetes dengan penyakit jantung koroner, trimetazidine membantu
meningkatkan fungsi ventrikel kiri. Trimetazidine juga menunjukkan efektivitas dalam
mengobati pasien dengan gagal jantung (Hidayati, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Hidyati. 2011. Pendekatan Metabolik pada Penyakit Jantung Iskemik. Available online at
http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-10-vol-xxxvii-2011/373-
kegiatan/751-pendekatan-metabolik-pada-penyakit-jantung-iskemik [diakses pada
tanggal 30 April 2013]

Anonim. 2012. Obat Digunakan Untuk Pengobatan Angina Pectoris. Tersedia onlinedi
http://id.prmob.net/kejang-jantung/penyakit-jantung/penyakit-jantung-iskemik-
1061722.html[ diakses tanggal 30 April 2013 ]

Anda mungkin juga menyukai