Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah SWT adalah Dzat yang Maha Perkasa, keperkasaan Allah tiada
bandingannya, tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam
semesta ini untuk kepentingan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah
tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita
sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah
dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga
menjauhi segala sesuatu yang telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan
wujud dari Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna,
termasuk di antaranya ialah Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr,
Al-Ghofur, Al-Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum, dan seterusnya. Nama-nama
tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna
sebagai bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka
kita wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu disini kita mencoba menguraikan 10 Asmaul Husna dari
99 Asma’ul Husna dalam bentuk makalah yang berjudul 10 Al- Asma Al-
Husna.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Makna Al-asma’ Al-husna?
2. Bagaimana Pengertian 10 Al- asma’ Al- husna?
3. Apa Bukti Kebenaran Tanda-tanda Kebesaran Allah melalui 10 Al-asma’ Al-
husna?
4. Bagaimana Perilaku Orang yang Mengamalkan 10 Al-asma’ Al-husna?
5. Bagaimana Meneladani Sifat-sifat Allah yang Terkandung dalam 10 Al-
asma’ Al-husna?
C. Tujuan
1. Memahami Makna Al-asma’ Al-husna.
2. Menjelaskan Makna Kebahasan 10 Al- Asma’ Al- Husna.
3. Menunjukkan Bukti Kebenaran Tanda-tanda Kebesaran Allah melalui 10 Al-
asma’ Al-husna.
4. Menunjukkan Perilaku Orang yang Mengamalkan 10 Al-asma’ Al-husna.
5. Mengetahui Cara Meneladani Sifat-sifat Allah yang Terkandung dalam 10
Al-asma’ Al-husna.

1
PEMBAHASAN

A. Makna Al-asma’ Al-husna


1. Ayat Al- Qur’an Sebagai Bukti Adanya Allah SWT

2
Banyak usaha yang dilakukan oleh manusia sepanjang masa untuk
mencari dan mengetahui sumber akhir dari segala sesuatu yang ada di muka
bumi ini. Tuhan adalah jawaban, dia diyakini sebagai satu-satunya sumber
akhir atas segala yang ada dan yang menyatukan segala perbedaan sehingga
berjalan harmonis. Tuhan menjadi suatu yang menarik untuk dicari. Tidak
jarang pencarian itu berakhir dengan sia-sia yang pada akhirnya
berkesimpulan bahwa tuhan sebenarnya tidak ada.
Menurut mereka yang gagal menemukan, Tuhan hanyalah gagasan
atau ide yang diciptakan sendiri oleh manusia. Tapi banyak juga yang
menemukan atau setidaknya mengenal Tuhan yang mereka cari. Hasil
pencarian orang yang mengetahui atau mengenal Tuhan bukanlah kinerja
dari pola pikir mereka sendiri melainkan tuhan sendiri yang
memperkenalkan diri-Nya sendiri kepada yang mencari. Bentuk penemuan
atau pengetahuan seperti itu disebut wahyu.1
Al Qur’an sebagai wahyu menceritakan bagaimana Ibrahim, sebelum
menjadi seorang Nabi, mencari Tuhan. Dia menolak segala anggapan bentuk
ketuhanan yang ada, seperti batu, patung, pohon, hewan bahkan benda
langit seperti bintang, bulan bahkan matahari sekalipun. Cerita tentang
pencarian Tuhan oleh Ibrahim dituliskan dalam Al Qur’an:

َّ‫ت ٌقبماَّبل ٌيبماَّ ٌقب موومم ٌإمنميِّ ٌببمريِمءء ٌممممما‬ ‫س ٌبباَّمزغبةة ٌقباَّبل ٌبهبذاَ ٌبرنبيِّ ٌبهبذاَ ٌأبوكبْبمرر ٌفَبملبمماَّ ٌأبفَبملب و‬ ‫فَبملبمماَّ ٌبربأىَ ٌاَل م‬
‫شوم ب‬
‫ض ٌبحمنيِةف م ماَّ ٌبوبم م ماَّ ٌأبنبم ماَّ ٌمم م مبن‬ ‫س م مماَّواَ م‬
‫ت ٌبواَلور ب‬
‫م م‬
‫ت ٌبووجمه م مبيِّ ٌللم م مذيِ ٌفَبطبم مبر ٌاَل م ب ب‬ ‫َ ٌإمنم مميِّ ٌبومجوه م م ر‬.‫تروش م ممرركوبن‬
ٌ َ.‫اَلورموشمرمكيِبن‬
“kemudian dia melihat matahari terbit, dia berkata: ‘inilah tuhanku,
ini yang lebih besar’, makatatkala matahari itu telah terbenam, dia
berkata:’hai kaumkku, sesungguhnya aku berlepas dari apa yang kamu
persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar
dan aku bukanlah termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan” (Al
An’am: 78-79).
Cerita yang sama juga terjadi dengan Nabi Musa a. s pada suatu hari,
Nabi musa yang sudah beriman kepada Allah terpengaruh oleh kritikan dan

1 http://harapan_10 Asma'ul Husna.html. Diakses pada 17/02/2016. Pukul : 10:35 WIB

3
permintaan yang dibuat-buat oleh umatnya bani israil untuk bisa
menghadirkan tuhannya sehingga mereka bisa melihat langsung dengan
mata kepala mereka sendiri. Kemudian Allah berfirman:

‫ك ٌقبماَّبل ٌلبمون ٌتبمبراَنممميِّ ٌبولبمكممن ٌاَنوظرمور‬ ‫بولبمماَّ ٌبجاَّبء ٌرموبسىَ ٌلممميِبقاَّتمنباَّ ٌبوبكلمبمره ٌبربره ٌقباَّبل ٌبر ن‬
‫ب ٌأبمرنممميِّ ٌأبنوظرمور ٌإملبويِم ب‬
َ‫ف ٌتبمبراَمنيِّ ٌفَبملبمماَّ ٌتببجملىَ ٌبربره ٌلمولبجبْبمل ٌبجبعلبره ٌبدككاَّ ٌبوبخمر ٌرموبسممى‬ ‫سوو ب‬ ‫مم‬
‫إبلىَ ٌاَلوبجبْبمل ٌفَبإن ٌاَوستْبمبقمر ٌبمبكاَّنبره ٌفَب ب‬
‫م‬
َ.‫ك ٌبوأبنباَّ ٌأبمورل ٌاَلورموؤمممنيِبن‬ ‫ت ٌإملبويِ ب‬
‫ك ٌترموبْ ر‬‫صمعةقاَّ ٌفَبملبمماَّ ٌأبفَباَّبق ٌقباَّبل ٌرسوبْبحاَّنب ب‬
‫ب‬
“Dan tarkala Musa datang untuk munajat kepada kami pada waktu
yang telah kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya,
berkatalah musa: ‘ya tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada engkau’. Tuhan berfirman: ‘kamu sekali-kali tida
sanggup melihat-Ku’. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung
itu, dijadikannya gunung itu hancur dan luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata:’Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman’. (Al
A’raf: 143)
2. Pengertian Al-asma’ Al-husna
Kata Asmaul Husna berasal dari bahasa Arab Al-asma’ yang berarti
nama atau beberapa nama dan Al-husna yang berarti baik, indah. Menurut
istilah, Asmaul Husna berarti nama-nama yang indah bagi Allah.
Nama-nama Allah dikenal dengan istilah Asmaul Husna. Sebagaimana
dijelaskan dalam Al- Qur’an :
َ.َ‫اَللمره ٌلِ ٌإملببه ٌمإلِ ٌرهبو ٌلبهر ٌاَلوسبماَّءر ٌاَلورحوسبنى‬
“Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, bagi-
Nyalah segala nama yang baik”. (QS Taha: 8)
Allah juga memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a kepada-
Nya:
‫صمملَتم ب‬
‫ك‬ ‫قرمل ٌاَودعرواَ ٌاَللمبه ٌأبمو ٌاَودعرواَ ٌاَلمروحبمبن ٌأبيكماَّ ٌبمماَّ ٌتبمودعرواَ ٌفَبملبمهر ٌاَلوسمبماَّءر ٌاَلورحوسمبنىَ ٌبولِ ٌتبوجبهمور ٌبم ب‬
َ.َ‫ك ٌبسمبْيِل‬ ‫ت ٌبمبهاَّ ٌبواَبومتْبمغ ٌببمويِبن ٌبذلم ب‬
‫بولِ ٌتربخاَّفَم و‬
“Katakanlah: ‘serulah Allah atau Ar Rahman. Dengan nama mana
yang kamu seru, Dia mempunyai nama yang baik, dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya
dan carilah jalan tengan diantara kedua itu”. (QS Al Isra: 110).

4
Allah melalui Al Qur’an memerintahkan manusia untuk memohon
kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna-Nya. Do’a dengan
menyebutkan nama-nama tersebut akan berfungsi sebagai kegiatan dzikir
keagungan dan kekuasaan Allah.
B. Pengertian 10 Al- Asma’ Al- Husna
1. Al- Aziz ( Yang Maha Berkuasa)
Al- Aziz artinya ialah yang maha kuat, maha berkuasa, yang tidak
dapat dilemahkan oleh apapun. Tidak ada yang bisa mendatangkan bahaya
kepada-Nya, dan tidak ada pula yang bisa mengalahkan-Nya. Sebagaimana
yang disebutkan dalam sebuah hadist qudsi :
ِّ‫ﺇنكﻢ ٌتْبْلﻐوﺍ ٌﻀرﻱ ٌفتْﺿرونيِّ ٌولن ٌتبْلﻐوﺍ ٌنفعيِّ ٌفتْفعوني‬
“Sesungguhnya kalian tidak akan bisa menimpakan bahaya kepada
ku, dan kalian juga tidak akan bisa member manfaat kepada-Ku”2
Makna Al-Aziz meliputi tiga hal, yakni: sedikit sekali ditemukan hal
yang semisalnya, ia sangatlah dibutuhkan, dan sulit untuk sampai
kepadanya. Jika salah satu dari tiga hal ini tidak terpenuhi, maka ia tidak
bisa dikatakan Aziz. Allah adalah zat yang maha mulia dan perkasa secara
mutlak; pertama karena Dia Esa dan menyendiri dan tiada sesuatu pun yang
menyamainya. Kedua, hajat segala sesuatu kepada-Nya adalah pasti, mulai
dari penciptaan, kelestarian sampai sifat-sifatnya. Dan tidaklah mengetahui
Allah kecuali Allah sendiri. Dengan demikian Allah adalah zat yang mulia
secara mutlak yang tiada menyamai-Nya sesuatu pun.
2. Al- Ghaffar (Yang Maha Pengampun)
Al-ghaffar yang artinya ialah maha pengampun. Nama lainnya ialah
“al-ghaffur, al-ghaffar, dan al-ghafiri” dan Dia adalah “ Khairul Ghaaafirin”
(sebaik-baik pemberi pengampun). Nama Al-Ghafur disebutkan di dalam
Al-Qur’an al-Karim sebanyak Sembilan puluh satu kali, seperti salah satu
firman-Nya yang terdapat dalam QS. Al-baqarah:173
‫إممن ٌاَللمبه ٌغبرفوءر ٌبرمحيِءﻢ‬
“Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” 3
Makna Al-Ghaffar berasal dari kata Al-Maghfirah dan Al-Ghufran
yang berarti pengampunan. Hak memberikan pengampunan atas dosa-dosa
yang telah diperbuat manusia adalah hak mutlak bagi Allah yang tidak

2 Salman Al Audah. Bersama Allah. Jakarta: Mutiara. Hlm: 112


3 Ibid , hlm: 140

5
dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh-Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam
QS. Ali Imran: 135
‫ب ٌمإلِ ٌاَللمهر‬ ‫م‬
‫بوبمون ٌيبمﻐوفرر ٌاَلبذرنو ب‬
“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah?”
Al-Ghaffar adalah Dzat yang memperlihatkan yang indah dan
menutupi yang jelek. Dosa-dosa adalah termasuk kejelekan yang ditutupi-
Nya, yakni dengan menutupinya di dunia dan dengan mengampuninya dari
siksa di akhirat.
Memberi ampun di dunia berarti menutupi kejelekan, keburukan dan
dosa. Pertama menutupi kejelekn semua anggota badan yang terbuka
sehingga tertutupi oleh keindahan dzahir-nya badan. Kedua, menjadikan
tempat bersarangnya segala keinginan dan sifat yang tercela tertutup
sehingga tidak terlihat oleh orang lain. Ketiga, mengampuni dosa-dosanya
dan tidak mencemarkannya dihadapan manusia.

3. Al- Basith (Yang Maha Melapangkan)


Al-Basith artinya yang maha membentangkan, meluaskan dan
melapangkan. Sebagaimana firman Allah :
‫ط ٌاَلنروزبق ٌلمبمون ٌيب ب‬
َ.‫شاَّرء ٌبويبموقمدرر‬ ‫سر‬ ‫م‬
‫اَللره ٌيبموبْ ر‬
“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan
membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki).(QS.Ar- Rad: 26)
Sebagaimana juga yang diriwayatkan dari Rasulullah, beliau bersabda
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada waktu malam,
agar orang-orang yang berbuat buruk disiang hari dapat bertaubat. Dan
Allah membentangkan tangan-Nya diwaktu siang, agar orang-orang yang
berbuat buruk di malam hari dapat bertaubat”. 4
Makna Al-Basith adalah Dzat yang maha meluaskan, melapangkan.
Allah-lah dzat yang memberi ruh dalam jasad ketika masih hidup. Dialah
yang memberikan kelapangan rizki kepada siapa saja yang dikehendaki-
Nya. Dan Dia pula yang melapangkan rizki orang-orang kaya hingga ia
tidak ditimpa kefakiran.
4. An- Naafi’ (Yang Maha Pemberi Manfaat)

4 Ibid, hlm: 207

6
Allah adalah pencipta kebaikan. Allah telah menciptakan manusia
sebagai makhluk-Nya yang paling baik dan telah memberikan kepada kita
karunia yang membuat kita unik dan unggul diantara seluruh makhluk yang
lain. Karunia tertinggi yang diberikan-Nya kepada manusia adalah akal, hati
nurani, dan iman. Itu semua adalah sarana yang diajarkan-Nya kepada kita
untuk membedakan dan memilih apa yang terbaik bagi diri kita sendiri.
Manusia juga unik karena memiliki kehendak satu-satunya didalam
alam semesta, selain Allah. Kehendak kita yang kecil hanya dapat
dikalahkan oleh kehendak Allah yang lebih besar. Keterbatasan ini
mengandung arti bahwa kita tidaklah bebas dan dibiarkan dengan kehendak
kita sendiri. Allah telah memberikan kita kebebasan hanya agar kita dapat
memutuskan apakah kita akan tunduk kepada kehendak Allah, memerintah
atas nama-Nya, menjadi makhluk terbaik, dan memiliki yang terbaik
diantara makhluk, ataukah kita akan durhaka, menyebabkan kejatuhan diri
kita sendiri, dan ditolak dari rahmat Allah, seperti hal nya iblis. Kemampuan
kita untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan bukanlah ujian bagi Allah
untuk menyaksikan bagaimana hamba-Nya akan bersikap. Allah telah
menciptakan takdir kita sebelum menciptakan kita, oleh karena itu dia sudah
mengetahui apa yang akan kita kerjakan. Hanya orang yang beriman kepada
takdir yang akan dilindungi darinya.
5. Ar- Ra’uuf (Yang Maha Pengasih)
Allah SWT adalah Dzat yang Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-
Nya. Dalil Naqli : Q.S Al Baqarah : 143 dan Ali Imran: 30

َ.‫ف ٌبرمحيِءﻢ‬
‫س ٌلببررءو ء‬ ‫وماَّ ٌبكاَّبن ٌاَللمره ٌلميِ م‬
‫ﻀيِبع ٌمإيبماَّنبركوﻢ ٌإممن ٌاَللمبه ٌبماَّلنماَّ م‬ ‫ر‬ ‫بب‬
“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh Allah Maha
Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”

َ.‫ف ٌبماَّلومعبْباَّمد‬
‫سره ٌبواَللمره ٌبررءو ء‬ ‫م‬
‫بويربحنذررركرﻢ ٌاَللره ٌنبموف ب‬
“Dan Allah memperingatkan kamu dari siksa-Nya. Allah Maha
penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.”
Ayat pertama menjelaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan
iman hamba-Nya, sedangkan ayat kedua menjelaskan bahwa

7
diperingatkannya manusia dari siksa Allah adalah salah satu wujud dari
kasih sayang-Nya kepada hamba.
6. Al- Baar (Yang Maha Melimpahkan Kebaikan)
Asma’ul Husna yang menyerupai Ar Ra’uf ialah Al Barr (Yang Maha
Melimpahkan Kebaikan). Karena Allah maha Pengasih, Dia juga Yang
Melimpahkan Kebaikan. Berdasarkan Firman Allah SWT:
‫َ ٌإمنماَّ ٌركنماَّ ٌممون ٌقبموبْرل ٌنبودرعوره ٌإمنمره ٌرهبو ٌاَولبْبمبر ٌاَلمرمحيِرﻢ‬.‫سرمومم‬ ‫فَببممن ٌاَللمره ٌبع بوليِمنباَّ ٌبوبوقباَّنباَّ ٌبعبذاَ ب‬
‫ب ٌاَل م‬
“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami
dari adzab neraka. Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dulu. Dialah
Yang Melimpahkan Kebaikan, Maha Penyayang.” (Q.S At - Tur: 27-28)
Allah telah melimpahkan segala kebaikan-Nya kepada hamba-hamba-
Nya “ ‫ “ الللبر‬untuk itu pantaskah kita sebagai manusia yang hanya bisa
menikmatinya saja tidak ta’at kepada-Nya, kita sebagai hamba Allah
mempunyai kewajiban untuk menjaga karunianya, menjaga segala bentuk
ciptaanya, dan selalu bersyukur atas nikmat-Nya.5
7. Al- Ghofuur (Yang Maha Memberi Ampunan)
Ampunan berarti penutupan dan penghilangan, sebagaimana firman
Allah SWT :
َ‫ت ٌاَوستْبمﻐومفررواَ ٌبربمركوﻢ ٌإمنمره ٌبكاَّبن ٌغبمفاَّةرا‬
‫فَبمرقول ر‬
“Maka katakanlah kepada mereka : ‘Mohonlah ampunan kepada
Tuhan mu. Sesungguhnya Dia adalah maha pengampun.” (QS. Nuh:10)
Kata ‫ الغفللار‬lebih berat artinya dibandingkan ‫ الغللاففرر‬. Sedangkan kata
‫ الغفور‬lebih berat artinya dibandingkan ‫ لغفار‬. Dan dua asma terakhir, ‫الغفار‬
dan ‫ الغفللور‬menunjukkan kepada zat yang sempurnah ampunan-Nya dan
banyak mengampuni.
Hanya Allah lah zat yang memiliki ampunan. Tak seorangpun yang
ber-hak memberikan ampunan, selain Allah. Sesatlah orang yang
mengatakan bahwa para pendeta mereka menjadi pengganti Allah untuk
mengampuni dosa, serta dapat menghilangkan semua kesalahan.
Sesungguhnya pengampunan dosa itu hanya dimiliki Allah semata, zat yang
memberikan ampunan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan yang
mengadzab siapapun yang dikehendakinya.
8. Al- Fattaah (Yang Maha Pembuka)

5 Umar al-Asyqar Sulaiman,Al-asma’ al-husna. (Qisthi Press, 2009).Cet. VI, hlm. 271

8
Kata Al- Fattah terambil dari kata “fataha” yang biasa diartikan
dengan “membuka”.6
Allah adalah Al- Fattaah, artinya Dzat yang dengan pertolongan Allah
menjadi terbuka segala yang terkunci dan dengan petunjuknya menjadi
mudah segala hal yang sulit.
Al- Qur’an hanya menyebutkan kata Al- Fattah dalam satu ayat yaitu :
َ.‫ح ٌاَلوبعمليِرﻢ‬ ْ‫قرول ٌيبوجبمرع ٌبب وميِمنبمنباَّ ٌبربمنباَّ ٌثرمﻢ ٌيبموفتْبرح ٌبب وميِمنبمنباَّ ٌبماَّلوبحنق ٌبورهبو ٌاَلو ب ت‬
‫فماَّ ر‬
Artinya : Katakanlah : “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua,
kemudian dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan dialah
maha pemberi keputusan lagi maha mengetahui”.( QS. Saba : 26)
Allah menjadi hakim atas seluruh hamba-Nya, tanpa perlu saksi dan
bukti. Karena itulah, penghujung ayat tadi berbunyi: “Dan Dialah Maha
Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”.
Disertakannya kata Al-Alim (Maha Mengetahui) dalam ayat ini adalah
untuk menunjukkan bahwa Allah memberi keputusan berdasarkan
pengetahuan-Nya yang mencangkup segala sesuatu.7
Menurut Imam Al Ghazali, Allah Al- Fattah adalah dia sebagai
pemberi pertolongan (‘inayah). Dengan perhatian-Nya, terbukalah segala
yang tertutup. Dengan hidayah-Nya, terungkaplah segala yang terjadi pada
hamba-Nya, terutama yang menyangkut sebab-sebab rezeki yang mereka
usahakan.
Di antara bentuk pertolongan allah dalam membukakan segala
ketertutupan itu adalah:
a) Pintu rezeki yang tertutup bagi seseorang dibuka-Nya, sehingga ia
menjadi bercukupan atau kaya.
b) Hati yang tertutup menerima sesuatu seperti kebenaran, ilmu
pengetahuan, atau cinta. Lalu allah membukannya sehingga mudah
menerima kebenaran dan ilmu pengetahuan.
c) Pikiran yang tertutup terkait suatu masalah. Allah kemudian
membukannya, sehingga terselesaikanlah segala kesulitan atau problema.
d) Allah membukakan pintu menuju cahaya bagi mereka yang selalu
melantunkan dzikir kepada- Nya.
e) Allah telah membukakan kerajaan dunia bagi Nabi-nabi–Nya dan
melepasnya mereka dari musuh- musuh-Nya. Dalam Firman Allah SWT:

6 Muhammad Syafi’i Antonio, Asmaul Husna For Succes in Bussiness & Life (Sukses,
Kaya dan Bahagia dengan Asmaul Husna). (Jakarta: Tazkia Publishing, 2009). Cet. III, hlm. 124
7 Ibid, hlm. 115

9
َ.َّ‫ك ٌفَبموتْةحاَّ ٌرممبْيِنةا‬
‫إمنماَّ ٌفَبمتْبوحنباَّ ٌلب ب‬
“ Sesungguhnya Kami telah memberikan kepamu kemenangan
yang nyata”. (QS. Al- Fath :1)
f) Allah yang telah menghilangkan tabir dari hati para kekasih-Nya, dan
membukakan bagi mereka pintu-pintu kerajaan langit-Nya dan
keindahan keagungan-Nya. Dalam Firman-Nya :
‫ك ٌبفَلَ ٌمرمسمل ٌلبمه ٌمممن ٌبمعممدهم‬ ‫س ٌممون ٌبروحبمةة ٌبفَلَ ٌرموممس ب‬
‫ك ٌلببهاَّ ٌبوبماَّ ٌيروممس و‬ ‫بماَّ ٌيبموفتْبمح ٌاَللمره ٌمللنماَّ م‬
‫رو ب ر و ب و‬

َ.‫بورهبو ٌاَلوبعمزيرز ٌاَلوبحمكيِرﻢ‬


“ Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa
rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahanya, dan apa
saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yang
sanggup melepaskanya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Faathir : 2)
Maka sesungguhnya hanya Allah lah yang berhak menyandang
nama Al- Fattah, Tuhan yang selalu memberikan pintu rahmat kepada
seluruh hamba-Nya, Dialah yang membukakan pintu keselamatan bagi
mereka yang tersesat. Sehingga terciptalah ketenangan dalam kehidupan
mereka. Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pembuka.8
9. Al- Adl ( Yang Maha Adil)
Kata Al- ‘Adil berasal dari kata yang terdiri dari huruf ‘ain, daal dan
laam. Rangkaian huruf-huruf ini mengandung dua makna yang bertolak
belakang yaitu lurus dan sama.9
Allah adalah Dzat yang dari-Nya muncul perilaku adil yang
merupakan lawan dari ketidakadilan dan kedzaliman. Dan tidak akan
mengetahui keadilan-Nya orang yang tidak mengerti perbuatan-Nya.
Orang yang ingin memahami sifat ini, maka hendaklah ia memahami
perbuatan-perbuatan Allah dari puncak kerajaan langit sampai dasar bumi.
Hingga ia tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatupun yang tidak seimbang. Lalu lihatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan

8 Mahmudin, Rahasia di Balik Asmaul Husna (Yogyakarta: Mutiara Media, 2008), Cet. I,
hlm. 101
9 Muhammad Syafi’i Antonio, Asmaul Husna For Succes in Bussiness & Life (Sukses,
Kaya dan Bahagia dengan Asmaul Husna). (Jakarta: Tazkia Publishing, 2009). Cet. III, hlm. 159

10
sesuatu cacat dan penglihatanmu itu dalam keadaan payah. Maka ketika itu
ia akan disinari oleh indahnya kehadirat Tuhan, keseimbangan, keteraturan,
dan ketertiban yang dibuat oleh-Nya, dan ketika itu ia akan senang
memahami makna keadilan Allah.
Salah satu keajaiban keteraturan yang ada di jagadraya adalah Dia
telah meletakkan bumi ditempat yang paling bawah, menjadikan air dan
udara di atasnya, dan langit di atas udara. Jika aturan ini dibalik, maka
aturan alam semesta akan rusak.
Al- ‘Adl juga berarti Dzat Yang Maha Menghitung dan menghukumi
segala amal perbuatan manusia. Jika seseorang melakukan perbuatan baik,
maka akan dibalas dengan kebaikan dan begitu pula sebaliknya.10
Contoh lain dari keadilan Allah adalah dia menciptakan manuisa
dengan sempurna dan seimbang. Allah berfirman dalam QS. Al- Infithar
ayat : 7 yaitu :
‫ك‬
‫سمواَبك ٌفَبمبعبدلب ب‬ ‫اَلممذيِ ٌبخلببق ب‬
‫ك ٌفَب ب‬
“Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu
dan menjadikan (susunanan tubuh) mu seimbang”.
Keadilan Allah juga dapat kita cermati dari ciptaan-Nya yang
berpasang-pasangan laki-laki disandingkan dengan perempuan agar satu
sama lain bisa hidup tentram dan menghasilkan keturunan (melalui
pernikahan). Begitu pula dengan adanya yang miskin dan yang kaya supaya
saling membutuhkan dan terciptanya kehidupan bermasyarakat yang
seimbang. Keadilan Allah, mungkin sulit dipahami oleh sebagian orang.
Namun yang pasti, keadilan-Nya merupakan suatu rahmat bagi seluruh
makhluk.
10. Al- Qayuum ( Yang Maha Berdiri Sendiri)
Qayyum adalah bentuk superlatif dari akar kata Qiyam, maknanya
adalah mengelola. Jika dikatakan qumtu bisy syai, berarti “ aku
mengelolanya”. Al- Qayyum adalah Dzat yang dengan-Nya segala sesuatu
tegak dan berdiri, hingga tidak ditemukan sesuatu pun yang wujudnya abadi
selain diri-Nya.11

10 Mahmudin, Rahasia di Balik Asmaul Husna (Yogyakarta: Mutiara Media, 2008), Cet. I,
hlm. 126

11 Ibid, hlm. 201

11
Allah Al- Qayyum adalah Dzat yang maha mengelola dan tidak
pernah alpa. Al- Qayyum bersifat hiperbolis yaitu : Memelihara ,
Mengaktualisasikan, Mengatur, Mendidik, Mengawasi dan menguasai
sesuatu. Pengelolaan terhadap semesta ini dilakukan Allah secara sendirian,
tanpa bantuan atau pertolongan siapapun. Baik pertolongan para malaikat,
para penyangga ‘Arsy dan seluruh penghuni langit dan bumi.
Dalam surat QS. Adz- Dzariyat :57-58 berbunyi :
ٌ َ.‫َ ٌإممن ٌاَللمبه ٌرهبو ٌاَلمرمزاَرق ٌرذو ٌاَلورقمومة ٌاَلوبممتْيِرن‬.ٌ ‫بماَّ ٌأرمريرد ٌمم ونمرهوﻢ ٌممون ٌمروزةق ٌبوبماَّ ٌأرمريرد ٌأبون ٌيرطومعرمومن‬
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah
dialah maha pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”.
Ketika menguraikan sifat Al- Qayyum, Imam Al- Ghazali memulai
penjelasanya dengan membagi segala sesuatu menjadi dua bagian pokok
yaitu :
a. Sesuatu yang memerlukan tempat
Dan yang memerlukan tempat ini tidak bisa dinamai qaim bi
nafsihi (berdiri sendiri).
b. Yang tidak memerlukan tempat
Dalam hal ini yang tidak memerlukan tempat bertingkat-tingkat
yaitu ada yang tidak membutuhkan tempat, tetapi masih membutuhkan
hal lain untuk wujud dan kesinambunganya. Walau dapat dikatakan qaim
bi nafsihi, tetapi yang demikian belum mencapai kesempurnaan, karena
dia membutuhkan sesuatu yang lain untuk wujudnya.
Allah adalah qaim bi nafsihi secara penuh, karena dia sama sekali
tidak membutuhkan apapun untuk kesinambungan wujud- Nya. Bahkan
dia memberi wujud segala sesuatu, memenuhi kebutuhan mereka secara
sempurna dan berkesinambungan. Jadi, Dzat yang menyandang sifat-sifat
ini hanyalah allah Al Qayyum.
C. Bukti Kebenaran Tanda-tanda Kebesaran Allah melalui 10 Al-asma’ Al-husna
1. Al- Aziz
Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, tak ada satu makhlukpun
yang mampu menghalangi kehendak-Nya. Hal ini terbukti bahwa tidak ada
satu makhluk pun yang dapat mempertahankan hidupnya. Apabila Allah
telah menghendaki mati, maka matilah makhluk.
2. Al- Ghaffar

12
Allah SWT senantiasa membuka kesempatan bertobat kepada hamba-
Nya yang terlanjur berdosa. Dia akan memberi ampunan kepada hamba
yang benar-benar bertaubat kepada-Nya.
3. Al- Basith
Nafsu setiap manusia ingin memiliki kekayaan yang banyak sebagai
sarana kesejahteraan hidupnya di dunia ini. Kenyataannya, tidak semua
manusia mencapai keinginannya. Banyak yang kaya, namun banyak pula
yang miskin. Allahlah yang membentangkan atau menyempitkan rezeki-Nya
kepada manusia.
4. An- Naafi’
Kasih sayang Allah terus-menerus diberikan kepada kita, seperti
kebaikan yang pernah diciptakan-Nya. Kehendak kita tidak dapat membawa
apapun yang menjadi hak orang lain kepada kita, atau mencegah apa pun
nasib yang sampai kepada kita. Kita juga tidak dapat memilih apa yang
lebih kita sukai, karna sering kali apa yang kita pilih tergelincir dari tangan
kita, sedangkan apa yang tidak pernah kita inginkan malah mengejar-ngejar
kita. Dan sekalipun kita memiliki apa yang kita pilih, ia pasti akan datang
kepada kita.12
5. Ar- Ra’uuf
Dia tidak mengabaikan amalan hamba-hamba-Nya yang mereka
lakukan sebelum terjadinya naskh (penganuliran hukum). Karena, suatu
ketika, para sahabat menanyakan amalan-amalan mereka dan saudara-
saudara mereka yang telah tiada, yang sholat menghadap Baitul Maqdis.
Menjawab pertanyaan ini Allah menurunkan,
َ.‫ف ٌبرمحيِءﻢ‬
‫س ٌلببررءو ء‬ ‫وماَّ ٌبكاَّبن ٌاَللمره ٌلميِ م‬
‫ﻀيِبع ٌمإيبماَّنبركوﻢ ٌإممن ٌاَللمبه ٌبماَّلنماَّ م‬ ‫ر‬ ‫بب‬
“Allah tidak akan menyia-nyiakan iman mu. Sesungguhnya Allah
maha pengasih lagi maha penyayang kepada semua manusia”.(QS. Al-
Baqarah:143)
6. Al- Baar
Kedermawanan Allah SWT atas hamba-Nya amat jelas dan langsung
oleh semua manusia, baik muslim maupun kafir. Nikmatnya jasmani,
tersedianya rezeki (termasuk oksigen) senantiasa tersedia walaupun manusia
enggan memohon kepada-Nya.
7. Al- Ghafuur

12 http://isti-bloggtu-isti.blogspot.com. Diakses pada 18/02/2016, Pukul : 11:15 WIB

13
Allah telah membentangkan sebab-sebab untuk memperoleh
ampunanya, melalui taubat, istigfar, beriman, beramal sholeh, berbuat baik
kepada sesama, memaafkan mereka, memperbesar keinginan terhadap
karunia Allah, berbaik sangka kepada Allah, dll.13
8. Al Fattah
Banyak manusia yang memaksimalkan usahanya, namun hasil yang
diperoleh belum atau tidak seperti apa yang diharapkan. Di sisi lain, banyak
manusia yang sederhana saja dalam berusaha, namun memperoleh hasil
yang lumayan. Manusia hanya dapat berusaha, sedangkan keberhasilan
usahanya pada kuasa dan kehendak Allah semata-mata.14

9. Al- Adl
Untuk mewujudkan kehidupan yang aman tentram, Allah membuat
aturan (agama) untuk ditaati manusia. Hukum Qisas diterapkan kepada
pelaku pembunuhan dengan sengaja. Hukum Qisas yang ditentukan Islam
sesuai dengan ungkapan utang nyawa dibalas nyawa. Adapun hukum
potong tangan diterapkan kepada pencuri yang curianya senilai seperempat.

10. Al- Qoyyuum


Sejak zaman Nabi Adam sampai sekarang, bumi tetap berputar pada
porosnya dengan mengelilingi matahari. Dengan demikian, terjadilah siang
dan malam. Keadaan seperti ini, berjalan terus sampai datangnya yaumul
akhir. Dalam mengatur alam semesta ini, Allah tak memerlukan bantuan
siapapun dari hamba-Nya.
D. Perilaku Orang yang Mengamalkan 10 Al-asma’ Al-husna
Adapun iman itu meliputi tiga insur yaitu,ucapan, ketetapan dalam hati
dan berbuat dengan anggota badan (berbuat), orang yang beriman kepada Allah
harus dapat membuktikan keimanan tersebut dalam perilaku hidup sebagai
pengamalan 10 Asmaul Husna di atas adalah sebagai berikut:15

13 Said bin Ali bin Wahf. Misteri Asmaul Husna.(Pustaka Ar-Rayyan,2007). Cet. VI,hlm.
101
14 http://www.harapan_10 Asma'ul Husna.html. Diakses pada 17/02/2016, pukul 10:35
WIB
15 http: //www. MAKALAH ASMAUL HUSNA _ lathifashofi.html. Diakses pada
11/02/2016, Pukul : 11.15 WIB

14
1. Al- Aziz
Dan orang yang mengamalkan sifat ini dia akan tegar, tidak lemah,
tegas, dan kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah,
karena godaan selalu ada. Adapun firman Allah :
َ.‫إممن ٌاَللمبه ٌيبموعلبرﻢ ٌبماَّ ٌيبودرعوبن ٌممون ٌردونممه ٌممون ٌبشويِّةء ٌبورهبو ٌاَلوبعمزيرز ٌاَلوبحمكيِرﻢ‬
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain
Allah. Dan Dia Maha perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Ankabut: 42)
2. Al- Ghaffar
Orang yang mengamalkan sifat ini maka ia mudah memaafkan
kesalahan orang lain, meskipun orang tersebut tidak meminta maaf. Seperti
Firman Allah :
َ.َ‫صاَّلمةحاَّ ٌثرمﻢ ٌاَوهتْببدى‬
‫ب ٌبوآَبمبن ٌبوبعممبل ٌ ب‬
‫م‬
‫بوإمننيِّ ٌلبﻐبمفاَّءر ٌلبمون ٌتباَّ ب‬
“Dan sesungguhnya Aku maha pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal shaleh, kemudia tetap dijalan yang benar”.
(QS. Thaha: 82)
3. Al- Basith
Seseorang yang mengamalkan sifat ini pasti bersifat qona’ah terhadap
nasib dirinya tidak murka terhadap semua anugrah yang diberikan kepada
orang lain, senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang mengatur rezeki
manusia.
4. An- Naffi’
Allah dengan kekuasaan-Nya mampu mendatangkan sesuatu menjadi
bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya. Karena kita harus tidak tamak terhadap
keduniaan karena sadar bahwa sesuatu yang dinilai belum tentu membawa
berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan keberkahan sesuatu
hanya ada pada kuasa dan Kehendak Allah SWT.
5. Ar- Ra’uuf
Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima
dengan cara memanfaatkan nikmat tersebut sesuai petunjuk Islam. Tidak iri
terhadap terhadap orang lain yang posisinya jauh lebih tinggi dibanding kita,
dan saling berkasih sayang dengan sesama, terlebih-lebih dengan sesama
mukmin.
6. Al- Baar
Gemar mendermakan sebagian harta yang dimiliki kepada kaum
dhuafa (fakir, miskin, anak yatim, maupun janda), sebagaimana Allah
sermawan terhadap hamba-Nya.
7. Al- Ghaffur

15
Tidak putus asa atau murung karena suatu dosa yang terlanjur
diperbuat, senantiasa bersikap tawadhu’, dan memohon ampunan kepada-
Nya.
8. Al – Fattaah
Seorang mukmin yang mampu memaknai sifat allah sebagai al-fattah,
akan memiliki karakter positif dalam dirinya, diantarannya :
a. Memohon hanya kepada Allah
Pengangguan terhadap allah sebagai al-fattah dapat diterapkan
dengan selalu memohon kepada-Nya agar membukakan kemudahan dan
menjauhkan segala kesulitan yang dihadapi. Baik itu kesulitan yang
menyangkut jalan rejeki, ilmu pengetahuan atau pesoalan hidup lainnya.
Kepasrahan dan permohonan semacam ini tergambar dalam doa:
“Ya tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaun kami dengan
haq (adil) dan engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya”.
b. Menumbuhkan ketaqwaan
Sebagai dzat yang maha pembuka, Allah membuka pintu
kamuliaan dan kamudahan bagi para hamba-Nya yang bertaqwa. Bahkan,
Allah juga pasti membukakan pintu keberkahan bagi sebuah negeri jika
para penduduknya bertaqwa kepada-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
c. Menumbuhkan semangat belajar
Allah adalah pembuka ilmu pngetahuan. Itulah sebabnya, orang
yang mengagungkan Allah sebagai al-fattah mestinya memiliki semangat
yang tinggi untuk belajar.
d. Menjunjung tinggi keterbukaan
Keterbukaan merupakan sikap yang perlu dimiliki oleh setiap
orang, terutama yang mengemban amanah kemimpinan. Baik itu
kepemimpinan dalam skala kecil seperti rumah tangga, atau dalam
lembaga organisasi yang besar.
Orang yang menjunjung tinggi keterbukaan akan berusaha
memberikan peluang kepada siapa saja yang memiliki potensi untuk
maju. Karenanya ia berupaya pula menciptakan suasana kerja yang
kondusif sehingga terbuka peluang inovasi dan kreatifitas.16
9. Al- Adl

16 Muhammad Syafi’i Antonio, Asmaul Husna For Succes in Bussiness & Life (Sukses,
Kaya dan Bahagia dengan Asmaul Husna). (Jakarta: Tazkia Publishing, 2009). Cet. III, hlm. 116-
117

16
Allah maha adil. Dengan keadilan-Nya itu, dia mengajarkan manusia
pentingnya besikap dan berbuat adil. Teladani keadilan Allah dengan
mengagungkan sifat-Nya itu.
a. Menerapkan keadilan
Allah menyuruh para hamba-Nya untuk menerapkan keadilan
dalam berbagai sikap dan perilaku. Keadilan harus di terapkan, tidak
hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada semua orang. Bersikap adil harus
pula dilakukan terhadap orang orang yang tidak kita sukai, bahkan
terhadap musuh.
Keadilan itu bisa juga seperti seseorang yang memaksa si sakit
untuk meminum obat yang pahit (demi kesembuhannya). Sebab,
kepahitan itu diposisikan pada tempat yang semestinya.
Ketidakadilan, seandainya seorang membagikan harta benda
kepada hartawan, misalnya ia termasuk tidak berlaku adil. Begitu pula
membiarkan si miskin kelaparan, sedangkan dirinya cukup harta untuk
diberikan.
b. Bijak dalam bersikap
Bersikap adil merupakan landasan untuk berperilaku secara bijak
itulah sebabnya, dalam pengertian sehari-hari, perkataan “adil” sering
beriringan dengan kata “bijaksana” : adil dan bijaksana.
Sebagai ilustrasi, dalam hukum Islam, seseorang yang terbukti
membunuh dapat dijatuhi hukuman mati. Tetapi, apabila pihak keluarga
korban memberi maaf karena si pembunuh itu bertaubat dan memiliki
anak istri yang harus dinafkahi, maka hukuman mati itu bisa saja
ditiadakan. Itulah contoh dari sikap bijaksana.17
10. Al- Qayyum
Dengan sifat-Nya sebagai Al- Qayyum, manusia masih dapat
memaknainya berdasarkan potensi yang dimiliki :
a. Bersikap Mandiri
Islam menghendaki umatnya agar menjadi orang yang mandiri.
Yaitu yang tumbuh dan berkembang melalui upaya dan jerih payah
sendiri. Bukan malah menjadi orang yang mengharap belas kasihan pihak
lain. Berkenaan dengan kemandirian ini Rasulullah SAW bersabda : “
Meletakkan seikat kayu bakar di atas punggung salah seorang di antara

17 Ibid, hlm. 162

17
kamu lebih baik daripada meminta-minta pada orang lain yang
kemudian bisa jadi ia memberi atau menolaknya”.

b. Menghargai Upaya Kemandirian


Orang yang berusaha keras untuk mampu hidup secara mandiri
harus dihargai tanpa melihat tinggi rendahnya jenis pekerjaan yang
dilakukan. Selama pekerjaan itu halal dan baik, siapa pun wajib
menghargainya.
E. Meneladani Sifat-sifat Allah yang Terkandung dalam 10 Al-asma’ Al-husna
1. Al- Aziz
a. Mengoptimalkan kemampuan dan peran diri dengan pengetahuan dan
ketrampilan.
b. Optimis dalam menjalani hidup, namun tetap semangat untuk terus
belajar dan berikhtiar.
c. Tidak takut menjalani beragam rintangan dan cobaan hidup.
2. Al- Ghaffar
a. Menjauhi sifat benci dan dendam serta berjiwa besar untuk memaafkan
kesalahan orang lain.
b. Tidak mau membuka aib orang lain.
c. Menyadari bahwa dalam menjalani hidup banyak sekali kekurangan yang
harus diperbaiki.
3. Al- Basith
a. Meyakini bahwa Allah lah yang Maha Kaya.
b. Membelanjakan harta yang dimiliki untuk syiar dan kemajuan Islam.
c. Tetap rendah hati dan senang membagikan kebahagiaan kepada fakir
miskin.
4. An- Nafi’
a. Ringan tangan, dermawan.
b. Senang membagikan pengalaman ilmu dan menasehati dalam kebaikan
dan kesabaran.
5. Al- Ra’uuf
a. Tenggang rasa dan berempati terhadap sesama.
b. Memberikan bantuan sesuai kondisi.
c. Mencegah diri dan orang lain melakukan perbuatan maksiat.

6. Al- Baar
a. Mendoakan kebaikan bagi orang tua.
b. Bertutur kata yang lemah lembut kepada kedua orang tua serta merawat
dan menjaganya sebaik mungkin hingga akhir khayat.
7. Al- Ghaffur
a. Memperbaiki diri dari segala kesalahan dan dosa.

18
b. Mampu menjadi pribadi yang bisa memberi inspirasi kepada orang lain
untuk memperbaiki dirinya.
8. Al- Fattaah
Untuk meneladani sifat ini yaitu bisa dengan cara :
a. Bersikap terbuka (jujur) dan senang memberi kemudahan kepada orang
lain.
b. Berusaha memberikan peluang kepada siapa saja yang memiliki potensi
untuk maju.
c. Membuka diri dari siapa saja yang membutuhkan bantuan sesuai
kemampuan yang dimiliki.
d. Menjadikan Allah sebagai tempat memohon dan meyakini bahwa Allah
pasti akan mengabulkan akan mengabulkan doa hamba- Nya yang
bersungguh-sungguh. Permohonan kepada Allah harus dilandasi dengan
keyakinan bahwa Allah senantiasa membuka peluang bagi kita untuk
menjadi lebih baik dari hari ke hari.
9. Al- Adl
Meneladani sifat Al- Adl bisa dilakukan dengan cara :
a. Mengakui keseimbangan dan keadilan Allah di muka bumi dan alam
raya. Dengan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, semuanya
berjalan teratur sesuai sunnatullah.
b. Berlaku adil pada diri sendiri dengan meredam nafsu syahwat dan
mengikuti agama dan akal. Bukan malah sebaliknya.
c. Membantu orang lain mencari keadilan dan berlaku adil kepada semua
pihak. Termasuk berlaku adil dalam memanfaatkan waktu yang tersedia
untuk melakukan hal yang bermanfaat.

10. Al- Qayyum


a. Berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri. Baik mandiri secara
finansial, sosial dan teknologi.
b. Lebih senang memanfaatkan waktu dengan berbagai kegiatan yang
mendukung kemajuan atau keberhasilan daripada berleha-leha.
c. Menghargai jerih payah, kerja keras, serta kesungguhan orang lain dalam
melakukan suatu kebaikan.18

18 Ibid, hlm. 312-313

19
KESIMPULAN

1. Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-
Asma’ul Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah
terhadap Hambanya.
2. Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang
masuk akal hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-
Nya karena Allah Maha Kuasa di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu
banyak kemurahan dan nikmat yang di berikan kepada hamba-Nya tanpa
pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah adalah Dzat yang Maha
Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.
3. Diantara bukti kebenaran Allah melalui pemahaman terhadap 10 Asma’ul
Husna yaitu: Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, tak satu makhluk pun
yang mampu menghalangi kehendak-Nya. Hal ini terbukti bahwa tidak ada
satu makhluk pun yang dapat mempertahankan hidupnya. Apabila Allah telah
menghendaki mati, maka matilah makhluk.
4. Salah satu perilaku orang yang mengamalkan 10 Asma’ul Husna yaitu: Tunduk
dan patuh terhadap ketentuan Allah SWT yang berlaku atas dirinya dan rela
menerimanya dengan ketulusan hati, tidak menggerutu, dan tidak menyesali
diri sendiri.

20
5. Meneladani Asma’ul Husna salah satunya adalah harus bersyukur, optimis,
dermawan, harus bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya dan sesuai
porsinya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.harapan_10 Asma'ul Husna.html. Diakses pada 17/02/2016. Pukul :


10:35 WIB
Al Audah , Salman. Bersama Allah. Jakarta: Mutiara
Sulaiman, Umar al-Asyqar. 2009. Al-asma’ al-husna. Qisthi Press
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2009. Asmaul Husna For Succes in Bussiness &
Life (Sukses, Kaya dan Bahagia dengan Asmaul Husna). Jakarta: Tazkia
Publishing
Mahmudin. 2008. Rahasia di Balik Asmaul Husna, Yogyakarta: Mutiara Media
http://www.isti-bloggtu-isti.blogspot.com. Diakses pada 18/02/2016, Pukul : 11:15
WIB
Said bin Ali bin Wahf. 2007. Misteri Asmaul Husna. Pustaka Ar-Rayyan
http://www.MAKALAH ASMAUL HUSNA_lathifashofi.html. Diakses pada
11/02/2016, Pukul : 11.15 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai