Anda di halaman 1dari 3

Drama Agama

Perumpaan tentang Lalang di antara Gandum


Mat 13:24-30
---------------------------- PEMBUKA ------------------------------
Narator : Pada hari itu keluarlah Yesus dari sebuah rumah dan duduk di
tepi danau. Maka datanglah orang berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia.
Rakyat 1 : Hei, lihat! Apakah itu Yesus, yang disebut-sebut Anak Allah?
Rakyat 2 : Sepertinya benar. Tetangga saya sering menceritakan tentang Dia
kepada saya.
Rakyat 3 : kalau begitu, ayo kita ke sana!
Rakyat 4 : Ayo! Saya tidak sabar untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Kata
banyak orang, cara Dia mengajar sangat berbeda dari para pengajar biasanya.
Narator : Yesus lalu membentangkan satu perumpaan lagi kepada mereka,
katanya..
Yesus : Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih
yang baik di ladangnya
( Penabur benih menaburkan benihnya di ladangnya )
Penabur : Hari ini sudah kutabur… Tumbuh baik baik ya… Benih. Saya
harap tahun ini bisa panen dengan hasil yang memuaskan.
Narator : Penabur itu lalu memanggil 4 orang pembantunya
Penabur : Hai, kalian semua. Saya titipkan benih-benih ini ke tangan kalian.
Tolong dijaga baik-baik.
Rakyat 1-4 : Baik, Tuan
Narator : Pada malam hari, waktunya semua rakyat beristirahat
Rakyat 1 : Tuan, hari sudah malam.
Rakyat 2 : Benar, Tuan. Tuan harus beristirahat dan jangan terlalu
mengkhawatirkan benih-benih itu.
Rakyat 3&4 : Setuju, Tuan
Penabur : Baiklah, mari kita bersiap-siap untuk istirahat
(Penabur Benih, dan rakyat di sekitar bersiap bersiap tidur )
Yesus : Tetapi, pada waktu semua orang sudah tidur, datanglah
musuhnya menanamkan lalang di antara gandum itu, lalu pergi
Narator : Penabur lalang tersebut datang dengan diam diam
Penabur
Lalang : Ha ha ha.. Betapa bodohnya mereka semua, mereka semua tidak
akan tahu… Ha ha ha…
( Sambil menaburkan lalang )
Penabur
Lalang : Hai, penabur benih yang baik! Kau akan menyesal karena berani
melawanku. Musuhmu ini akan menunjukkan kehebatannya suatu saat nanti.
Siap-siap saja... Ha ha ha.. Besok pagi mereka semua akan kebingungan. Aku
harap tidak ada siapa-siapa di sini.
( Penabur Lalang diam diam pergi )
Yesus : Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampaklah juga
lalang itu.
( Adegan gandum dan lalang bertumbuh )
Gandum 1 : lalala.. senangnya tumbuh di ladang yang subur ini!
Gandum 2 : Betul sekali! Hei, lihat! Sepertinya mereka bukan kalangan kita.
Bukannya tuan kita hanya menabur gandum yang baik?
Gandum 1 : Benar juga. Mereka adalah lalang, bukan?
Lalang 1 : Halo semuanya. Kami adalah lalang. Kami juga hidup di lading ini
Lalang 2 : Sepertinya kalian terkejut dengan kehadiran kami. Tenang, kami
tidak akan mengganggu kalian.. Ha ha ha…
Lalang 1 : benar sekali… ha ha ha.. (tertawa jahat)
Narator : Pada paginya, rakyat rakyat pun melihat keanehannya
( Rakyat rakyat sedang jalan )
Rakyat 1 : kawan-kawan! Aneh, bukankah gandum saja yang ditanam?
Rakyat 2 : Ada apa ?
Rakyat 1 : Itu, kamu lihat lalang yang tumbuh?
Rakyat 3 : Iya aneh sekali, bukankah gandum saja yang ditanam?
Rakyat 4 : Kita harus memberi tahu kepada tuan, kalau tidak dia tidak akan
tahu
Rakyat 1 : Baiklah, ayo!
( Rakyat rakyat datang ke penanam )
Rakyat 1 : permisi, Tuan. Maaf mengganggu pagi-pagi
Rakyat 2 : Tuan, bukankah benih baik yang tuan taburkan di ladang tuan?
Rakyat 3 : Iya tuan, bagaimana bisa ada ladang? Darimanakah lalang itu?
Penabur : Sepertinya seorang musuh yang melakukannya
Rakyat 4 : Jadi, maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang lalang itu?
Rakyat 1 : Iya tuan, apa yang bisa kami bantu?
Penabur : Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu
kamu mencabut lalang itu.Biarkanlah keduanya bertumbuh sampai menuai.
Rakyat 1-4 : Baik tuan..
Penabur : Pada waktu itu, aku akan berkata kepada para penuai,
“Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas berkas untuk dibakar,
kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku”
Narator : Ketika hari menuai telah tiba, para penuai melakukan sesuai
dengan yang diperintahkan penabur itu kepada mereka. Para penuai bekerja
sama mengumpulkan gandum dan membakar lalang
Rakyat 1 : hei, kau bisa membantuku membawa lalang-lalang ini ke tempat
pembakaran?
(Lalang-lalang berteriak minta tolong)
Rakyat 2 : Tentu saja
Rakyat 3 : Bisa tolong bukakan pinta lumbungnya?
Rakyat 4 : Mari kubantu bawakan gandumnya
(Gandum-gandum bersorak kegirangan karena dipindahkan ke tempat yang
aman)
Narator : para gandum memperoleh kehidupan yang damai di dalam
lumbung, sedangkan lalang mati terbakar di dalam api.

Pesan Moral
‘Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar;
kemudian kumpulkanlah gandum itu ke lumbungku’
Artinya: Gandum melambangkan umat Allah yang baik, mengasihi sesamanya,
dan dapat memberi pengaruh positif pada orang lain di sekitarnya. Sedangkan
lalang melambangkan orang yang jahat, berasal dari musuh Allah sendiri yaitu
setan, dan memberi pengaruh yang negatif. Lalang akan dikumpulkan lalu
dibakar, sedangkan gandum akan dimasukkan ke dalam lambung penaburnya,
yaitu Tuhan sendiri. Akan tiba saatnya maut menjemput; orang yang baik akan
mendapat keselamatan dan orang yang tidak menuruti kehendak Allah akan
dicampakkan ke dalam neraka.

Jadi, pesan moralnya yaitu dalam hidup ini, kita harus tetap menjadi gandum
yang baik dan anak Allah yang seturut dengan kehendak-Nya, meskipun
menghadapi berbagai cobaan dan rintangan, sehingga keberadaan kita di bumi
dapat menjadi teladan bagi orang lain pula. Dengan demikian, kelak kita semua
akan masuk ke dalam Kerajaan Allah yang abadi di surga dan hidup damai di
sana. Sedangkan orang yang hidupnya tidak baik di bumi, nantinya akan
dimasukkan ke dalam neraka dengan api yang menyala-nyala sehingga
ketakutan akan ada bagi mereka selamanya.

Anda mungkin juga menyukai