Anda di halaman 1dari 6

V.

Perhitungan dan Penggambaran Konstruksi

1 Tinggi Dasar Ganda ( Double Bottom )


Berdasarkan peraturan BKI vol. II tahun 2001 Bab 8.B.2.2, tinggi dasar ganda ditentukan
dengan rumus:

H = 350 + 45.18 mm

= 350 + (45x18)

= 1160 mm

= 1,160 m

Digunakan H double bottom = 1,160 M

h min = 600 mm

Tinggi double bottom direncanakan sebesar 1,160 m. Sedangkan untuk double bottom pada
kamar mesin menyesuaikan dengan tinggi pondasi mesin sehingga didapatkan tinggi double
bottom pada mesin adalah 1.4 m (±20% double bottom ruang muat).

2. Jarak Gading ( Frame Spasing )


Jarak gading atau Frame Spacing merupakan jarak antara 2 gading yang terletak antara
Sekat Ceruk Buritan (After Peak Bulkhead) dengan Sekat Tubrukan (Collision
Bulkhead).Jarak tersebut dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

L
 0,48
a0 = 500 ( m ).......(BKI vol II 1989 sec 9. A 1.1)

92,00
=  0,48 = 0,664 meter ..... ( Maksimum )
500

Harga a0 diambil sebesar 0.6 meter.

Jarak Gading di Depan Sekat Tubrukan Dan di Belakang Sekat Ceruk Buritan

Menurut BKI vol II 2006 section 9 A.1.1, di depan sekat tubrukan dan dibelakang sekat
ceruk buritan, jarak gading pada umumnya tidak boleh lebih dari 600 mm atau 0.6 m.
Sehingga dalam perencanaannya jarak gading di depan sekat tubrukan dan dibelakang
sekat ceruk buritan adalah 0,6 m.
3. Perencanaan Letak Sekat
 Perencanaan Sekat Kedap Air

Dalam peraturan BKI ‘2006 Sec.11, persyaratan untuk pembagian sekat ruang
muat (kamar mesin dibelakang) adalah sebagai berikut :

80 < L < 100, minimal ada 3 buah sekat kedap air.

Kapal ini memiliki panjang 92,00m dan dalam perencanaannya, sekat-sekat


kedap yang akan digunakan antara lain :

1 sekat tubrukan (collision bulkhead)

3 sekat ruang muat

1 sekat depan kamar mesin

1 sekat ceruk buritan (aft. peak bulkhead)

 Perencanaan Sekat Tubrukan

Berdasarkan BKI vol. II tahun 2001 bab 11.2.1.1, letak sekat tubrukan untuk
kapal dengan L < 200 m minimum 0,05 L dan maksimum 0,08 diukur dari FP.

Collision bulkhead (minimum) = 0,05 x Lc

= 0,05 x 92

= 4,6 m

Collision bulkhead (maksimum) = 0.08 x Lc

= 0,08 x 92

= 7,36 m

Disini saya menggunakan nilai diantara sekat minimum dan maximum yaitu 6,2
m dari FP terletak di gading no. 143
 Perencanaan Sekat Buritan

Sekat ceruk buritan diletakan sekurang-kurangnya 3 jarak gading dari ujung


depan boss propeller.

Letak minimum sekat ceruk buritan

The Propeller Post = (0,035-0,040) x Lc

= 0,035 x 92 m

= 3,22 m

Letak Maksimum sekat ceruk buritan

The Propeller Post = (0,035-0,040) x Lc

= 0,040 x 92m

= 3,68 m

Direncanakan sekat ceruk buritan diletakan pada gading no.12 dari AP.

Jarak sekat ceruk buritan = 13 x 600 mm = 7.2 m dari AP

 Perencanaan Sekat Kamar Mesin

Penentuan panjang kamar mesin harus memperhatikan beberapa hal misalnya ukuran
mesin utama dan perlengkapan. Ruang mesin yang dirancang harus bisa memenuhi kriteria
ini. Selain itu perlu diperhatikan juga bahwa jangan sampai merancang kamar mesin yang
berlebihan, sehingga akan berakibat berkurangnya ruang muat.Dalam hal ini panjang kamar
mesin diusahakan seminimal mungkin sesuai dimensi permesinan yang ada agar ruang muat
menjadi maksimal.

Sekat depan kamar mesin dilokasikan sejauh mungkin kebelakang untuk


memberi kapasitas ruang muat yang lebih besar, pada umumnya lokasi sekat
depan kamar mesin berjarak 17% hingga 22% didepan AP.
Letak minimum sekat depan ruang mesin

Sekat Depan Kamar Mesin= (17 ~ 22)% x Lc

= 17% x 92 m

= 15,64 m

Letak maksimum sekat depan ruang mesin

Sekat Depan Kamar Mesin= (17 ~ 22)% x Lc

= 22% x 92 m

= 20,24 m

Pada kapal ini direncanakan panjang ruang mesin dari Ap adalah 19.8 m dan tepat pada
gading ke 31

4. Tangki Ruang Muat


Untuk menentukan panjang ruang muat dapat diperoleh dari
Panjang ruang muat = Lpp – ( Panjang Depan Kamar Mesin + Panjang Tubrukan)

= 92 m – ( 19.2+ 6,2) m
= 66.6 m

 Ruang muat IV terletak pada frame no. 32 sampai dengan no. 60, dengan panjang
ruang muat 16,8 m
 Ruang muat III terletak pada frame no. 60 sampai dengan no. 88, dengan panjang
ruang muat 16.8 m.
 Ruang muat II terletak pada frame no. 88 sampai dengan no.116, dengan panjang
ruang muat 16.8 m.
 Ruang muat I terletak pada frame no.116 sampai dengan no.143, dengan panjang
ruang muat 16.2 m.
Perhitungan volume ruang muat disesuaikan dengan jumlah ruang muat yang telah
direncanakan (terletak pada frame berapa sampai berapa). Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan Metode Simpson. Perancangan pada ruang muat direncanakan berjumlah 3
ruangan. Adapun peletakannya adalah sebagai berikut.
5. Perencanaan Tutup Palka
Posisi palka menurut BKI 2006 BAB 17 section A, yaitu:

1. Posisi 1: pada geladak lambung timbul terbuka, pada geledak penggal yang
ditinggikan, pada bangunan atas terbuka didaerah seperempat bagian depan dari Lc.
Posisi 2: pada geladak bangunan atas terbuka pada bagian belakang dari seperempat
bagian depan dari Lc
Ambang tinggi untuk posisi 1 = 600 mm

untuk posisi 2 = 450 mm

Dengan memakai posisi satu


Panjang = 0,6 panjang ruang muat , II, III, IV

= 0,6 x 17,4

= 10,44 m

Lebar = 0,6 x B pada ruang muat II, III,

= 0,6 x 18 dli

= 10,8 m

Tinggi = sesuai jenis palka (min = 1,1m) direncanakan 1,2 m

Dengan memakai posisi palka pada ruang muat I


Panjang = 0,6 panjang ruang muat I

= 0,6 x 16,8

= 10,08 m

Lebar = 0,6 x B pada ruang muat I

= 0,6 x 18 dli

= 10,8 m

Tinggi = sesuai jenis palka (min = 1,1m) direncanakan 1,2 m

Jenis tutup palka yang digunakan adalah tutup palka geser

Pelat tutup palka(scantling)

 Pelat atas ponton palka


t = 10 x a

= 10 x 0,6

= 6 mm dengan penambahan 2,0 mm untuk t korosi Pelat


(BKI 2006) , jadi t = 8 mm

bawah ponton palka


t =8xa

= 8 x 0,6
= 4,8 mm dengan penambahan 2,0 mm untuk t korosi (BKI 2006) ,
jadi t = 7 mm
 Pelat penumpu utama
t =8xa

= 8 x 0,6

= 4,8 mm dengan penambahan 2,0 mm untuk t korosi Pelat

(BKI 2006) , jadi t = 7 mm

penumpu tepi

t = 10 x a
= 10 x 0,6
= 6 mm dengan penambahan 2,0 mm untuk t korosi
(BKI 2006) , jadi t = 8 mm

Palka yang digunakan pada Km AMNOR CREW adalah HATCH COVER SIDE-ROLLING
TYPE MAC GRAGOR

Anda mungkin juga menyukai