Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Al Islam Studi Al Quran yang diampu oleh Nur
Khaeriah, S.Th.I., M.Si. Makalah ini membahas tentang Ekonomi Islam Dan Ekonomi
Modern Menurut Al-Quran.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
EKONOMI ISLAM DAN
Ekonomi islam jika diterjemahkan ke bahasa arab akan menjadi al istishad al islamy.
Secara harfiah al istishad (ekonomi) berarti qashada: bertujuan dalam suatu perkara, tidak
berlebihan, berhemat dalam membelanjakan uang atau tidak boros. Sehingga dapat dikatakan
bahwa ekonomi islam berarti analisa tentang hal-hal seputar ekonomi yang berasaskan hukum-
hukum syariah islam. Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang ekonomi islam:
1. Menurut S.M. Hasanuzzaman, ilmu ekonomi islam adalah pengetahuan dan aplikasi
ajaran-ajaran dan aturan-aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam pencarian
dan pengeluaran sumber-sumber daya, guna membarikan kepuasan bagi umat manusia.
2. Menurut M.N. Siddiqi, ekonomi islam adalah respon para pemikir muslim terhadap
tantangan-tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu okeh
Alquran dan Sunnah maupun akal dan pengalaman.
3. Menurut M.Akram khan, ekonomi islam adalah ilmu yang bertujuan mempelajari
kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi
atas dasar kerjasama dan perisipasi.
Dari beberapa defini diatas, dapat disimpulkan bahwa ekonoi islam sesungguhnya adalah
bagian dari sistem hidup (way of life) itu sendiri yang telah ada aturannya dalam alquran dan
sunnah yang hadir sebagai solusi ekonomi yang tak dibatasi waktu dan tempat.
Didalam menjalankan kehidupan, manusia tidak hanya dituntut untuk menjalankan
sholat, namun lebih dari pada itu, Allah SWT juga memerintahkan kepada umat manusia untuk
mencari nafkah yang halal. Proses memenuhi kehidupan inilah yang kemudian menghasilkan
kegiatan ekonomi. Seperti jual beli, produksi, distribusi dan kegaitan lain yang berhubungan
dengan cara manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika kita melihat dari perkembangan
ilmu modern, Ekonomi Islam yang ada sekarang ini masih dalam proses tahap pengembangan.
Itu dikarenakan Ekonomi Islam sudah terlalu lama ditinggalkan oleh umatnya. Berbagai
pemerintahan didalam dunia Islam dari mulai kolonial penjajah hingga saat ini senantiasa
memisahkan Islam dari dunia Ekonomi. Jika kita mengacu kepada pemikir Ekonomi Thomas
Khun contohnya. Menurutnya sistem ekonomi yang ada pasti memiliki paradigma. Dan
paradigma Ekonomi Islam sudah tentu bersumber dari Al Qur’an dan Hadits. Dimana, dua
sumber ini tidak dapat di paralelkan dengan prinsip dasar dua sistem ekonomi lainnya. Yakni
kapitalis dan sosialis. 6 Ilmu Ekonomi Islam merupakan teori atau hukum-hukum dasar yang
menjelaskan perilaku-perilaku antar variable Ekonomi dengan memasukkan unsur norma
1
ataupun aturan tertentu unsur ilahiah. Untuk itu, Ekonomi Islam tidak hanya menjelaskan fakta-
fakta secara apa adanya. Tetapi juga harus menerangkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa
yang seharusnya disesampingkan.
Islam adalah agama yang berorientasi kepada kebaikan dan keadilan seluruh manusia.
Islam senantiasa mengajarkan agar manusia mengedepankan keadilan, keseimbangan dan juga
kesejahteraan bagi semuanya. Islam tidak mengajarkan pada kesenjangan sosial, prinsip siapa
cepat siapa menang, atau pada kekuasaan hanya dalam satu kelompok atau orang tertentu saja.
Prinsip ini pun diajarkan islam dalam hal ekonomi. Dalam hal ekonomi, islam pun ikut
mengatur dan memberikan arahan atau pencerahan agar umat manusia tidak terjebak kepada
ekonomi yang salah atau keliru.
ُور
ُ ش ُ نم َو ُكلُوا َمنَا ِك ِب َهي ِففَا ُْم
ُ ُّشوا الن ِ ول َو ِإلَ ْي ِه ِ ِّر ْز ِق ِه َُ يالُ ِذ ُه َوُ َج َع َلُ لَ ُك ُُم ْْل َ ْر
ُ ً ُض ذَل
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagikamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanyakepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (Q.S Al Mulk ; 15).
Prinsip dasar dari ekonomi islam tentunya tidak hanya bergantung atau memberikan
keuntungan kepada salah satu atau sebagian pihak saja. Ajaran islam menghendaki transaksi
2
ekonomi dan kebutuhan ekonomi dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran manusia
hidup di muka bumi.
َُل لَ َعل ُك ُْم ت ُ ْر َح ُمون ُ َُو أَقِي ُمو َوآُت ُوالص ََلُة َ َوأ َ ِطيعُوالز َُكاُة َ الر
َُ سو
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi
rahmat.” (QS An-Nur : 56)
Zakat, infaq, dan shodaqoh adalah jalan islam dalam menyeimbangkan ekonomi. Yang kaya atau
berlebih harus membantu yang lemah dan yang lemah harus berjuang dan membuktikan dirinya
keluar dari garis ketidakberdayaan agar mampu dan dapat produktif menghasilkan rezeki dari
modal yang diberikan padanya.
3
yang ada di muka bumi ini. Tentu akan menghasilkan keberkahan dan juga keberlimpahan
nikmat jika benar-benar dioptimalkan.
Untuk itu, dalam hal ekonomi prinsip islam adalah jangan sampai manusia tidak
mengoptimalkan atau membiarkan apa yang telah Allah berikan di muka bumi dibiarkan begitu
saja. Nikmat dan rezeki Allah dalam hal ekonomi akan melimpah jika manusia dapat mencari
dan mengelolanya dengan baik.
4
PERANAN EKONOMI ISLAM DALAM TEORI EKONOMI MODERN
Sebelum mengamati bagaimana peranan ekonomi Islam dalam beberapa teori ekonomi
modern perlu kiranya bagaimana al-Qur’an & Al-Hadits menyatakan tentang hal-hal tersebut,
umpamanya tentang permasalahan larangan Islam terhadap Riba: Tahap Pertama : Allah SWT
dalam firmanNya menyatakan bahwa:
ل َوأ َ ْعتَدْنَا ِل ْل َكافِ ِرينَُ ِم ْن ُه ُْم َعذَابًاا أ َ ِلي ًما ِ َاس ُِب ْالب
ُِ اط َُ َع ْن ُهُ َوأ َ ْكُِل ِه ُْم أ َ ْم َوا
ُ ِ ل الن
ِّ ِ َوأ َ ْخ ِذ ِه ُُم
الر َب َاوقَ ْدنُ ُهوا
Artinya: “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir dl antara mereka itu siksa yang pedih. “
5
B. Prinsip – Prinsip Dasar Ekonomi Islam modern
Prinsip-prinsip Ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani. Disebut ekonomi
Rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiah. Dikatakan ekonomi Insani karena
system ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia.
Keimanan sangat penting dalam ekonomi Islam karena secara langsung akan
mempengaruhi cara pandang dalam membentuk kepribadian, perilaku, gaya hidup, selera dan
preferensi manusia. Dalam ekonomi Islam sumber daya insani menjadi faktor terpenting.
Manusia menjadi pusat sirkulasi manfaat ekonomi dari berbagai sumber daya yang ada.
Dalam Ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau
titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal
mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu untuk diri
sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan tersebut akan
dipertanggung-jawabkannya di akhirat nanti.
Tujuan ekonomi islam adalah bahwa setiap kegiatan manusia didasarkan kepada
pengabdian kepada Allah dan dalam rangka melaksanakan tugas dari Allah untuk memakmurkan
bumi, maka dalam berekonomi umat islam harus mengutamakan keharmonisan dan pelestarian
alam.
Secara umum prinsip-prinsip ekonomi menjadi 2 kelompok besar. Masing-masing
kelompok besar ini membentuk suatu bangunan yang akan menjadi prinsip ekonomi islam.
Berdasarkan pada definisi dan ruang lingkup ekonomi islam, maka terdapat berbagai prinsip
yang harus dipegang teguh dalam menjalankan ekonomi islam. Bagian bangunan pertama
ekonomi islam didasarkan atas lima nilai universal yakni: tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan),
nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah), dan ma’ad (hasil).
Tauhid
Tauhid merupakan fondasi ajaran islam. Isi tauhid itu sendiri jelas terpampang pada dua
kalimat syahadat yang menyatakan bahwa: “Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah”. Dengan tauhid, manusia menyaksikan bahwa tiada satupun yang layak disembah
selain Allah, tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah. Jadi Allah adalah
pencipta alam semesta dan isinya sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh
sumber daya yang ada. Karena itu segala aktivitas manusia tak terkecuali aktivitas ekonomi
dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah. Dan segala sesuatu yang kita perbuat di
dunia nantinya akan dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Sehingga termasuk
didalamnya aktivitas ekonomi dan bisnis nantinya akan dipertanggungjawabkan juga. Dengan
tauhid yang benar, pelaku ekonomi menjadikan landasan ketauhidan dalam setiap aktivitasnya.
Dengan tauhid yang benar pula, pelaku ekonomi melakukan aktivitas ekonomi dengan senantiasa
mengingat bahwa pertanggungjawaban yang hakiki adalah pertanggungjawaban akhirat. Dengan
pondasi yang kokoh ini, diharapkan agar setiap pelaku ekonomi dapat memahami dan
6
melaksanakan islam secara benar, lalu meyakini bahwa ekonomi islam tidak terlepas dari islam
itu sendiri.
1. ‘Adl
Dalam islam didefinisikan sebagai “tidak menzalami dan tidak dizalimi”. Implikasi (keterlibatan
masalah) ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar
keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam.
2. Nubuwwah
Nubuwwah merupakan perwujudan dari rahman, rahim dan kebijaksanaan Allah.
Manusia tidak dibiarkan begitu saja didunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itulah diutus
para nabi dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentang bagaimana
hidup yang baik dan benar didunia. Sebagaimana di dalam Al Qur’an juga sudah di jelaskan
yaitu Telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik. Rasul merupakan “manusia model”
Model percontohan ideal bagi umat manusia. Maha Suci Allah yang telah menciptakan para Nabi
agar senantiasa memberi kita pedoman dan bimbingan untuk senantiasa selamat menjalani
bahtera dunia menuju kampung akhirat untuk diteladani manusia, karenanya Rasulullah memiliki
sifat-sifat utama yaitu siddiq (benar, jujur), amanah (kepercayaan), tabligh
(keterbukaan/menyampaikan), dan fatanah (kecerdasan).
Sifat nabi di atas menjadi acuan bagi aktivitas ekonomi. Sifat di atas juga sangat
manusiawi sehingga dalam pelaksanaanya sangat nyata untuk dilakukan. Juga sifat di atas adalah
lambang profesionalitas, prestatif, dan kontributif dalam pelaksanaan aktivitas ekonomi.
3. Khilafah
Khilafah artinya manusia memiliki misi untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Nilai
mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia, fungsi dan peran utamanya adalah agar menjaga
keteraturan interaksi (mu’amalah) antar kelompok termasuk bidang ekonomi, dan memastikan
bahwa perekonomian suatu negara berjalan dengan baik tanpa distorsi dan telah sesuai dengan
syariah.
4. Ma’ad
Ma’ad secara harfiah berarti kemballi. Maksudnya manusia akan kembali pada Tuhan
untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, karena kehidupan manusia bukan hanya
berlangsung didunia saja melainkan terus berlajut diakhirat.
Dan bisa juga di artikan sebagai hasil atau imbalan, sesuai dengan kata Imam Ghazali
bahwa motif para pelaku ekonomi adalah untuk mendapatkan keuntungan/profit/laba. Dalam
islam, ada laba/keuntungan di dunia dan ada laba/keuntungan di akhirat. Oleh karena itu
pencapaian adalah suatu hal yang mutlak
Ekonomi adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan usaha-usaha yang bertujuan
untuk memenuhi segala keperluan hidup manusia. Dalam pengertian masa kini, ekonomi ialah
7
satu pengkajian berkenaan dengan kelakuan manusia dalam menggunakan sumber-sumber untuk
memenuhi keperluan mereka. Dalam pengertian Islam pula, ekonomi ialah satu sains sosial yang
mengkaji masalah-masalah ekonomi manusia yang didasarkan kepada asas-asas dan nilai-nilai
Islam. Ekonomi Islam adalah sebahagian daripada asas kepada masyarakat dan negara Islam.
Kedua-duanya tidak boleh dipisahkan dan pada kedua-dua asas inilah terhubung jalin sistem
sosial Islam.
ُضيتُُ نِ ْع َمتِي َعلَ ْي ُك ُْم َوأَتْ َم ْمتُُ دِينَ ُك ُْم لَ ُك ُْم أ َ ْك َم ْلتُُ ْال َي ْو َم
ِ دِينًا اْ ِإل ْسَلَ َُم لَ ُك ُُم َو َر
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu.” (Q.S. Al-Maidah (5): 3)
Di dalam ayat ini Allah telah menjelaskan bahwa Dia telah menyempurnakan agama kita
untuk kita. Maka, agama ini tidak akan kurang selama-lamanya, dan tidak butuh tambahan
selama-lamanya. Ayat yang mulia ini merupakan nash (teks) yang nyata, bahwa agama Islam
tidaklah meninggalkan sesuatupun yang dibutuhkan oleh manusia di dunia dan di akhirat, kecuali
agama ini telah menerangkannya dan telah menjelaskannya, apa saja perkara itu. Di antara
masalah besar yang dijelaskan oleh Islam dan merupakan topik pembicaraan dunia adalah
masalah ekonomi. Al-Qur’an telah menjelaskan prinsip-prinsip ekonomi yang semua cabang-
cabang kembali kepadanya. Hal itu karena masalah-masalah ekonomi kembali kepada dua
prinsip yakni, pertama kecerdasan di dalam mencari harta, dan yang kedua kecerdasan di dalam
membelanjakan pada tempat-tempatnya.
Perhatikanlah bagaimana di dalam kitab-Nya, Allah membuka jalan-jalan untuk mencari harta,
dengan cara-cara yang sesuai dengan kehormatan dan agama. Allah telah menerangi jalan di
dalam hal tersebut. Dia berfirman,
ت فَإِذَا
ُِ ض َي ُ ِ ل ِمن َواُْبتَغُوا اْْل َ ْر
ِ ُض فِي فَا ْنتَش ُِروا الصَلَُة ُ ق ْ َللاِ ف
ُِ ض ُ َوا ْذ ُك ُروا
َللا ً ِت ُ ْف ِل ُحونَُ ل َعل ُك ُْم َكث
ُ يرا
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Q.S. Al-Jumu’ah/62: 10).
Allah juga berfirman,
ُ ِ ل ِمن يَ ْبتَغُونَُ اْْل َ ْر
َُض فِي يَض ِْربُونَُ َو َءاخ َُرون ْ َللاِ ف
ُِ ض ُ
“Ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah.” (Q.S. Al-Muzammil/73: 20).
Allah juga berfirman,
8
Allah juga berfirman,
ُْ َ ارُة ً ت َ ُكونَُ أ
ُن ِإل َ ِ ِّمن ُك ُْم ت َ َراضُ َعن ِت َج
“Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.” (Q.S.
An-Nisa’/4: 29).
Allah juga berfirman,
ُ ْال َب ْي َُع
ُللاُ َوأ َ َحل
“Dan Allah menghalalkan jual beli.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 275).
Allah juga berfirman,
َُك بَيْنَُ َو َكانَُ يَ ْقت ُ ُروا َولَ ُْم ُيُ ْس ِرفُوا لَ ُْم أَنفَقُوا ِإذَآ َوالذِين
َُ قَ َوا ًما ذَ ِل
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Q.S.
Al-Furqan/25: 67).
ُِ ُْالعَ ْف َُو ق
ُل يُن ِفقُونَُ َماذَا َويَ ْسئَلُون ََك
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, ‘Yang lebih dari
keperluan.’” (Q.S. Al-Baqarah/2: 219).
Dan perhatikanlah, bagaimana Allah melarang membelanjakan harta pada perkara yang tidak
halal membelanjakan harta padanya,
َ َون ثُمُ ف
سيُن ِفقُونَ َها ُُ ُيُ ْغلَبُونَُ ثُمُ َح ْس َرُة ً َعلَ ْي ِه ُْم ت َ ُك
“Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan
dikalahkan.” (Q.S. Al-Anfaal/8: 36).
9
Menurut penulis, untuk mengembangkan sistem ekonomi Islam tidak diperlukan upaya
untuk mencari konseptual Islam dalam hal kegiatan ekonomi secara terperinci, seperti konsep
produksi, investasi, distribusi, pertukaran, konsumsi dan kegiatan yang berhubungan dengan
produksi, karena hal itu akan memeras tenaga intelektual muslim. Persoalan tersebut, kita
serahkan pada sistem yang telah berlaku pada saat ini, kita tinggal mengadopsi sistem yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam, dan menyingkirkan mekanisme yang bertentangan dengannya.
Selain itu, kita juga tidak perlu untuk menyamakan atau meminjam istilah sistem ekonomi yang
telah ada, dengan konsep dasar ekonomi yang kita lahirkan dari Al Qur’an, misalnya dengan
mengatakan Sosialisme Islam atau Kapitalisme Islam.
Satu hal yang perlu disadari bahwa pemikiran ekonomi yang terdapat dalam Al Qur’an,
merupakan konsep dasar yang tidak independen, suatu konsep yang tidak bisa ditegakkan tanpa
adanya keterkaitan dan penopang dari subsistem kehidupan lainnya, baik dalam bidang politik,
sosial, budaya, ataupun etika masyarakat muslim. Masing-masing elemen ini, harus saling terkait
guna mewujudkan sebuah sistem kehidupan yang integratif. Pemikiran ekonomi yang terdapat
dalam Al Qur’an tidak bisa dipisahkan dengan konsep-konsep Al Qur;an lainnya, karena ia
bersifat closely related dengan konsep-konsep tersebut. Konsep ekonomi tidak bisa dijalankan
secara parsial, namun ia harus diintegrasikan dengan nilai-nilai politik, sosial, budaya, etika dan
keyakinan masyarakat yang bersumber dari Al Qur’an. Bagi suatu negara yang menjadikan Al
Qur’an sebagai pijakannya, sistem ekonomi yang dibangun haruslah bersenyawa secara positif
dengan dimensi kehidupan lain, adalah sebuah keniscayaan untuk menghubungkan dan membuat
kaitan relasional diantara subsistem kehidupan guna mewujudkan sebuah sistem kehidupan yang
holistik.
Dengan munculnya peradaban baru dalam kehidupan manusia, hal itu akan memberikan
perubahan terhadap gaya hidup dan nilai-nilai yang dipegang dalam kehidupan, terlebih dalam
bidang ekonomi. Peradaban ini akan membawa perubahan yang cukup signifikan bagi
kehidupan, sehingga memacu Islam untuk bisa menghadirkan pemikiran ataupun nilai-nilai
untuk mengakomodir perubahan sebagai konsekwensi atas hadirnya peradaban baru. Dalam
konteks ekonomi, sistem ekonomi yang telah berkembang, akan mempengaruhi aktivitas
ekonomi masyarakat muslim, sehingga diperlukan pencerahan nilai-nilai dari perspektif Islam.
Khazanah pemikiran Islam semakin luas diperkaya dengan pengalaman empiris yang
telah dilakukan oleh kedua khalifah pertama, nilai-nilai yang tercatat dalam sejarah tersebut
memberikan kontribusi bagi dinamika pemikiran Islam. Tentunya, fenomena ini akan
memperkaya pemikiran ekonomi yang mungkin akan diterapkan oleh negara tertentu. Apa yang
telah dicatat oleh ulama, dijadikan sebagai bahan inspirasi guna mengembangkan pemikiran dan
kebijakan yang mungkin akan diambil oleh komunitas tertentu seiring dengan perkembangan
kebutuhan manusia. Pemikiran dan kebijakan yang akan diambil oleh masing-masing negara bisa
jadi berbeda antara satu dengan lainnya, perbedaan tersebut hanyalah merupakan kebijakan
strategis yang disesuaikan dengan kondisi sosio-ekonomi masyarakat yang melatarbelakanginya,
yang terpenting konsep dasarnya tidak dilupakan. Dengan adanya perbedaan kebijakan di negara
10
maju, berkembang, atau bahkan terbelakang, akan memperkaya khazanah pemikiran Islam, baik
dalam tataran teoritis ataupun aplikatif.
Menurut keyakinan penulis, dewasa ini merupakan masa team building, suatu kondisi
masyarakat untuk saling bekerjasama guna mewujudkan tujuan bersama. Sudah saatnya untuk
melepaskan nilai-nilai individu dan egoisme masing-masing pihak, variabel primordialisme
harus ditinggalkan dan diganti dengan nilai tolong menolong dan saling menopang satu sama
lain. Dalam masyarakat muslim, harus dikembangkan sebuah kesadaran untuk bersatu guna
merealisasikan tujuan yang diimpikan oleh Islam. Mungkin, kita bisa mengaca pada realitas yang
telah ditorehkan dalam sejarah oleh masa kekhalifahan. Khalifah Islam yang merepresentasikan
bentuk pemerintahan Islam, terdiri dari berbagai macam wilayah dan negara yang mempunyai
kultur yang beragam, namun hal itu bisa disatukan di bawah ‘kata khalifah’. Bendera
kekhalifahan mampu menyatukan suku-suku yang berbeda serta memiliki budaya dan kebiasaan
yang beragam. Seharusnnya, negara-negara Islam dewasa ini mau bersatu guna memikirkan
langkah ke depan bagi kemajuan dan kejayaan Islam. Apa yang telah dicapai oleh kedua khalifah
pertama dan khalifah Umar bin Abdul Aziz (Umar bin Abdul Aziz bin Marwan, khalifah kelima,
Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam hadits: “Sesungguhnya Allah akan mengutus di setiap
seratus tahun, orang yang akan meluruskan persoalan umat atas agamanya“ dan Umar bin Abdul
Aziz merupakan pilihan, beliau merupakan sosok yang zuhud, wara’ dan tidak mau tertipu oleh
gemerlapnya dunia) setidaknya bisa dijadikan sebagai inspirasi dalam menjalankan sistem
kehidupan bagi masyarakat muslim. Miniatur kehidupan yang telah dicontohkan oleh khalifah
dimaksud, tentunya tidak terlepas dari dampak negatif, namun kita sebagai muslim yang cerdas
harus mampu melakukan koreksi dan mengikuti nilai-nilai yang positif bagi kehidupan.
Apa yang telah dilkukn khalifah, setidaknya dapat dijadikan sebagai pendorong bagi
masyarakat muslim dewasa ini guna melakukan kebangkitan untuk memperbaiki realitas yang
ada. Sejarah telah menyaksikan dinamika kehidupan masyarakat muslim berikut perangkat
kehidupan yang dibutuhkan, baik dari segi hukum, aturan ataupun pemikiran-pemikiran yang
relevan dengan realitas yang ada. Dinamika Islam menyentuh seluruh aspek kehidupan, baik
politik, ekonomi, sosial, budaya, ataupun etika masyarakat, fenomena ini menunjukkan
dinamisnya hukum dan aturan Islam untuk menjawab perubahan zaman. Realitas yang sekarang
terjadi dalam masyarakat muslim, sudah saatnya untuk dicarikan solusi ataupun alternatif dalam
perspektif Islam. Intelektual muslim harus bekerja keras untuk merekonstruksi apa yang telah
dituliskan ulama terdahulu dengan melihat realitas yang ada, baik dari segi teoritis maupun
praksis. Namun, satu hal yang perlu dicatat, tidak boleh keluar dari aturan dasar yang telah
ditentukan oleh agama. Pembaharuan yang akan dilakukan oleh intelektual muslim harus
mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan agama, agama telah menetapkan aturan-aturan
maupun instrumen yang mungkin bisa digunakan untuk melakukan pembaharuan.
11
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
2. Sistem ekonomi islam adalah sistem ekonomi yang mandiri dan terlepas dari sistem
ekonomi yang lainnya. Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang
mendasar dengan sistem ekonomi yang lain, dimana dalam sistem ekonomi Islam
terdapat nilai moral dan nilai ibadah dalam setiap kegiatannya.
3. Prinsip Islam yang dapat dijadikan poros adalah bahwa, “kekuasaan paling tinggi
hanyalah milik Allah semata (Q.S. Ali Imran :26, Q.S. Al - Hijr:2, Q.S. Al Mulk:1)
dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya di muka bumi,” (Q.S. Al Baqarah:30,
Q.S. An-Nisa’:166, Q.S. Fatir:39). Sebagai khalifah-Nya, “manusia telah diciptakan
dalam bentuk yang paling baik. Seluruh ciptaan lainnya seperti matahari, bulan,
langit (cakrawala), telah ditakdirkan untuk dipergunakan oleh manusia.”
4. Tujuan ekonomi Islam adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia
dan di akhirat.
5. Jual beli dalam konsep Islam didasarkan atas kesukaan kedua pihak untuk membeli
dan menjual, sehingga tidak ada perasaan menyesal setelah peristiwa jual-beli
berlangsung.
6. Perbedaan paling mendasar antara sistem ekonomi Islam dengan ekonomi lain
adalag ekonomi Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan ekonomi
lain didasarkan pada aturan buatan manusia.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
1. https://islamic-center.or.id/ternyata-masalah-ekonomi-telah-diatur-dalam-al-quran/
2. http://www.baitul-maal.com/ekonomi-dalam-perspektif-al-quran/
3. https://www.kompasiana.com/jemilfirdaus/55289a29f17e616d698b4598/alquran-solusi-
peradaban-modern-untuk-manusia-abad-21
4. https://ramlisemmawi.blogspot.com/2017/09/islam-dan-perubahan-ekonomi-modern.html
5. https://ramlisemmawi.blogspot.com/2017/09/islam-dan-perubahan-ekonomi-modern.html
6. n Finance: the Islamic Finance Alternative. Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte.
Ltd., 2012.
7. http://www.academia.edu/11984092/SEJARAH_PEMIKIRAN_EKONOMI_ISLAM_ER
A_MODERN
8. https://www.scribd.com/document/332726714/Perkembangan-Ekonomi-Islam-Pada-
Abad-Modern
9. https://www.researchgate.net/publication/317299573_Peran_dan_Tantangan_Ekonomi_I
slam_di_Era_Global
13