Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
“Pandangan Jual Beli Menurut Hadist” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita dalam mengetahui bagaimana
Pandangan jual beli menurut hadist. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cirebon, 08 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

1.3 Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

A. Pengertian Jual Beli ......................................................................................... 2

B. Dasar Hukum Jual Beli ................................................................................... 3

C. Hadits-hadits Tentang Jual Beli ..................................................................... 4

D. Sebab-sebab Turunnya Hadist ....................................................................... 5

 Penjelasan lafazh ............................................................................................ 6

 Makna Global ................................................................................................. 6

 Kesimpulan Hadits ......................................................................................... 7

E. Ayat AlQuran yang Berkaitan dengan Jual Beli .......................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 9

Kesimpulan .............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak
lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Menurut etimologi, jual beli
adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-
ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah. Dalam proses jual beli ada ketentuan-
ketentuan yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli sehingga, jika proses jual beli
sudah selesai tidak ada yang dirugikan. Bagaimana pandangan Islam dalam jual beli
dan apa saja dalil-dalilnya sehingga jual beli itu merupakan sesuatu yang halal bukan
sesuatu yang haram atau syubhat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian, tentang jual beli?
2. Apa saja dasar hukum jual beli ?
3. Apa saja Hadist-hadist tentang jual beli?
4. Bagaimana sebab-sebab turunnya Hadist?
5. Apa saja Ayat Alquran yang berkaitan dengan Hadist?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pengertian, tentang jual beli
2. Untuk mengetahui apa saja dasar hukum jual beli
3. Untuk mengetahui apa saja Hadist-hadist tentang jual beli
4. Untuk mengetahui bagaimana sebab-sebab turunnya Hadist
5. Untuk mengetahui apa saja Ayat Alquran yang berkaitan dengan Hadist

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli

Al-Buyu’ jama’ dari al-bai’. Kata ini merupakan mashdar, padahal mashdar
tidak dapat di jama’kan. Tapi kata ini tetap di jama’kan karena jenisnya yang berbeda-
beda. Maknanya menurut bahasa ialah mengambil sesuatu dan memberi
sesuatu. Mereka juga mengambil kata ini dari al-ba’u, satu depan, entah dimaksudkan
untuk tepukan atau untuk ikatan harga dan barang yang dihargai menurut
persrtujuannnya. Lafazh al-ba’i juga dapat diartikan membeli,yang termasuk makna
kebalikan. Tapi jika diucapkan kata al-ba’i, maka makna yang langsung bisa ditangkap
darinya ialah orang yang mengeluarkan barang dagangan atau penjual.

Adapun definisinya menurut syariat ialah tukar-menukar harta dengan harta


yang dimaksudkan untuk suatu kepemilikan, yang ditunjukkan dengan perkataan dan
perbuatan.

Dalam literatur syari’ah Islam, jual beli atau istilah modernnya bisnis termasuk
dalam kategori mu’amalat yang dibahas dalam bab Al-Buyu’, dalam Al Qur'an atau Al
Hadis istilah yang digunakan untuk muamalah ini adalah al bai', as syiro' dan at tijaroh.

Bagi seorang muslim yang menyibukan diri dengan urusan ini, hendaknya
mempelajari hukum-hukum yang bersangkutan dengannya secara rinci dan seksama
agar ia mampu berinteraksi dalam koridor syariat dan terhindar dari tindakan-tindakan
aniaya dan merugikan sesama manusia, karenanya Umar bin Khottob berkata:

ِ ‫الَ يَـبْـ ُع فِ ْي سـُوقـِـنَا ِإ اال مـِ ْن تـَفـَقـَهُ فِي الـ ِدِّ ي‬


‫ْـن‬

2
Artinya:

"Janganlah melakukan jual beli di pasar kami melainkan orang yang memiliki
pengetahuan agama" (HR.Tirmidzi)

Dalam kitab Tafsir Al Allam syarah umdatul ahkam karya Abdullah Al Bassam
rahimahullah disebutkan, secara etimologi (bahasa) jual beli adalah:

َ ُ‫أ َ ُخـذ‬
َ ‫شـْي ُء َو ِإعْـ‬
‫طا ُء شَـ ْي ُء‬
Artinya: "Mengambil dan memberi sesuatu".

Adapun secara terminologinya:

‫صيْـ َغ‬ ْ ‫عـلَـيْـ ِه ِم‬


ِ ‫ـن‬ َ ‫صـ ِد الــتـَ ْمـ ِل ِك ِبـ َما َيـدُ ُل‬ ْ ‫ُمـ َبادَ لـَة َمـا َل بـِ َما ٍل لـقَـ‬
‫الـْقَ ْو ِل َوالـْ ِفـ ْعـ ِل‬
Artinya:

"Pertukaran harta benda dengan tujuan saling memiliki yang dibarengi dengan
sesuatu yang menunjukkan hal tersebut dengan perkataan dan perbuatan".

B. Dasar Hukum Jual Beli

‫ْالبَ ْي َع ّللاه َوأ َ َحل‬


“Dan Allah telah menghalalkan jual beli.” (Q.S. Al Baqarah: 275).

3
Al-Hafizh Ibnu katsir dalam tafsir ayat diatas mengatakan: “Apa-apa yang
bermanfaat bagi hamba-Nya maka Allah memperbolehkannya dan apa-apa yang
memadharatkannya maka Dia melarangnya bagi mereka”.

Dari ayat ini para ulama mengambil sebuah kaidah bahwa seluruh bentuk jual
beli hukum asalnya boleh kecuali jual beli yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Yaitu setiap transaksi jual beli yang tidak memenuhi syarat sahnya atau terdapat
larangan dalam unsur jual-beli tersebut.

C. Hadits-hadits Tentang Jual Beli

‫عل ْي ِه‬َ ُ‫ى هللا‬ ‫صل ا‬َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ُ ‫ع ْن َر‬ َ ‫ع ْن ُه َما‬
َ ُ‫ضي هللا‬َ ‫ع َم َر َر‬ ُ ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬ َ ‫ع ِن‬ َ
‫ار َمالَ ْم‬ِ ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما ِب ْال ِخ َي‬
ِ ‫نن فَ ُك ُّل َو‬
ِ َ‫الر ُجال‬‫سلا َم أَناهُ قَا َل ِإذَا ت َ َبا َي َع ا‬ َ ‫َو‬
‫علَى ذَ ِل َك فَقَ ْد‬ َ ‫َيتَفَ ارقَا َو َكانَا َج ِم ْيعًا أَ ْو يُ َخيِِّ ُر أَ َحدُ ُه َما اآلخ ََرفَتَ َبايَ َعا‬
‫احدٌ ِم ْن ُه َما ْالبَ ْي َع فَقَ ْد‬ ِ ‫ب ْالبَ ْي ُع َوإِ ْن تَفَ ارقَا بَ ْعدَ أَ ْن يَتَبَايَ َعا َولَ ْم يَتْ ُر ْك َو‬َ ‫َو َج‬
‫ب ْالبَ ْي ُع‬ َ ‫َو َج‬
“Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, dari Rasulullah SAW, beliau
bersabda, jika dua orang saling berjual-beli, maka masing-masing di antara
keduannya mempunyai hak pilih selagi keduanya belum berpisah, dan keduanya sama-
sama mempunyai hak, atau salah seorang di antara keduanya membei pilihan kepada
yang lain, lalu keduanya menetapkan jual-beli atas dasar pilihan itu, maka jual-beli
menjadi wajib.”

4
ِ ‫سلا َم ْالبَ ِيِّ َع‬
‫ان‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل َر‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫اض‬ ِ ‫ع ْن َح ِكي ِْم ب ِْن ِحزَ ٍام َر‬ َ
‫ور َك لَ ُه َما‬ َ ‫ار َمال ْم َيتفَ ارقَا أ َ ْو قَا َل َحتتِّى يَتَفَ ِّرقَا فَا ِْن‬
ِ ُ‫صدَقَ َو َبيِّنَا ب‬ ِ ‫الخ َي‬ ِ ‫ِب‬
‫ت َب َر َكةُ َب ْي ِع ِه َما‬ْ َ‫فِي َب ْي ِع ِه َما َو ِإ ْن َكتَ َما َو َكذَ َبا ُم ِحق‬
“Ada hadist yang semakna dari hadist Hakim bin Hizam, dia berkata,
Rasulullah SAW bersabda, Dua orang yang berjual beli mempunyai hak pilih selagi
belum berpisah, atau beliau bersabda, Hingga keduanya saling berpisah, jika
keduannya saling jujur dan menjelaskan, maka keduanya saling menyembunyikan dan
berdusta, maka barakah jual beli itu dihapuska.

D. Sebab-sebab Turunnya Hadist

Hadist ini dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, dan hadist ini shahih. Hadist
tersebut dari Ibnu Umar Ra. Dari Rasulullah Saw yang menjelaskan apabila ada dua
orang melakukan jual beli maka masing-masing keduamya mempunyai hak khiyar,
selama mereka belum berpisah. Dan hadist tersebut ditunjukkan dengan perbuatan Ibnu
Umar yang terkenal. Bila kedua pihak semuanya berdiri dan pergi bersama-sama,
maka hak khiyar tetap ada. Kemudian Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari
sebab-sebab keberkahan dan pertumbuhan, sebagian dari sebab-sebab kerugian dan
kerusakan.

Sebab-sebab barakah, keuntungan dan pertumbuhan adalah kejujuran dalam


muamalah, menjelaskan aib, cacat, dan kekurangan atau sejenisnya dalam barang yang
dijual. Adapaun sebab-sebab kerugian dan ketiadaan barakah ialah yang
menyembunyikan cacat, dusta dan memalsukan barang dagangan. Yang demikian itu
merupakan sebab-sebab yang hakiki tentang keberkahan di dunia, yang memberikan

5
nilai tambah dan ketenaran bagi dirinya, karena dia bermuamalah dengan cara yang
baik, sedangkan di akhirat dia mendapatkan pahala dan balasan yang baik. Sementara
sifat kedua merupakan hakikat hilangnya mata pencaharian, karena pelakunya
bermuamalah dengan cara yang buruk, sehingga orang lain menghindar darinya dan
mencari orang yang lebih dapat dipercaya, sedangkan di akhirat dia mendapatkan
kerugian yang lebih besar, karena dia telah menipu manusia. Rasulullah SAW, “Siapa
yang menipu kami, maka dia bukan termasuk golongan kami.”

 Penjelasan lafazh

1. Bil-Khiyar merupakan masdhar dari ikhtara, dari al-ikhtiyar, berarti meminta


yang terbaik dari dua hal, entah berupa pengesahan atau penolakan.
2. Al-Bayyi’ani, artinya penjual dan pembeli. Makna ini diberikan kepada
keduanya, yamg termasuk masalah kebiasaan. Seperti yang sudah dijelaskan,
masing-masing dari dua lafazh ini dapat diartikan pula bagi yang lainnya.
3. Muhiqat merupakan mabny lil-majhul, yang artinya, tambahan mata
pencaharian dan laba keduanya dihilangkan.
4. Yukhayyiru ahadahuma al-akhara, seperti ucapan, “Pilihlah pengesahan jual-
beli.”

 Makna Global

Karena biasanya jual-beli terjadi tanpa berpikir lebih jauh, maka acapkali
menimbulkan penyesalan bagi penjual maupun pembeli, karena itulah pembuat syariat
yang bijaksana memberi tempo itu, yang memungkinkan terjadinya pembatalan akad
selam tempo itu. Tempo ini ialah selama masih berada di tempat pelaksanaan akad.

Jika kedua belah pihak (penjual dan pembeli) masih berada di tempat
pelaksanaan jula beli, maka masing-masing mempunyai hak pilih untuk mengesahkan

6
atau membatalkan jual beli. Jika keduanya saling berpisah, sesuai dengan perpisahan
yang dikenal manusia, atau jual beli disepakati tanpa ketetapan hak pilih di antara
keduanya, maka akad jual beli dianggap sah, sehingga salah seorang diantara keduanya
tidak boleh membatalkannya secara sepihak, kecuali dengan cara pembatalan
perjanjian yang disepakati.

 Kesimpulan Hadits

1. Penetapan hak pilih di tempat bagi penjual dan pembeli, untuk dilakukan
pengesahana jual-beli atau pembatalannya.
2. Temponya ialah semenjak jual beli dilaksanakan hingga keduanya saling
berpisahdari tempat itu.
3. Jual-beli mengharuskan pisah badan dari tempat dilaksanakan akad jual-beli.
4. Jika penjual dan pembeli sepakat untuk membatalkan akad setelah
akaddisepakati sebelum berpisah, atau keduanya saling melakukan jual-beli
tanpa menetapkan hak pilih bagi keduanya, maka akad itu dianggap sah, karena
hak itu menjadi milik mereka berdua, bagaimana keduanya membuat
kesepakatan, terserah kepada keduanya.
5. Perbedaan antara hak Allah dan yang semata merupakan hak anak Adam,
bahwa apa yang menjadi hak Allah, pembolehannya tidak cukup dengan
keridhaan anak Adam, seperti akad riba. Sedangkan yang menjadi hak anak
Adam diperbolehkan menurut keridhaannya yang diungkapkan, karena hak itu
tidak melanggarnya.
6. Pembuat syariat tidak menetapkan batasan untuk perpisahan. Dasarnya adalah
tradisi. Apa yang dikenal manusia sebagai perpisahan, maka itulah ketetapan
jual-beli.
7. Para ulama’ mengharakan penjual atau pembeli meninggalkan tempat (sebelum
akad di tetapkan), karena dikhawatirkan akan terjadi pembatalan

7
E. Ayat AlQuran yang Berkaitan dengan Jual Beli

Jual beli adalah perbuatan yang dihalalkan oleh Allah SWT. Sebagaimana
Allah berfirman dalam al-qur’an:

َ‫ان ِمن‬ُ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬ ‫طهُ ال ا‬ ُ ‫الربَا َال يَقُو ُمونَ ِإ اال َك َما يَقُو ُم الاذِي يَتَ َخبا‬ ِّ ِ َ‫الاذِينَ يَأ ْ ُكلُون‬
‫ّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح ار َم‬ ِّ ِ ‫س ۚ َٰذَ ِل َك بِأَنا ُه ْم قَالُوا إِنا َما ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬
‫الربَا ۗ َوأَ َح ال ا‬ ِّ ِ ‫ْال َم‬
ۚ ‫الر َبا‬
ِّ ِ
Artinya:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba (QS.Al baqarah ayat 275).

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Jual beli adalah tukar-menukar harta dengan harta yang dimaksudkan untuk
suatu kepemilikan, yang ditunjukkan dengan perkataan dan perbuatan. Rasulullah
menjelaskan bahwa hukum jual beli adalah perbuatan yang dihalalkan selama penjual
dan pembeli tidak ada yang dirugikan dan tidak ada penipuan dalam jual beli.

Manfaat yang dapat kita ambil dari bab-bab muamalah ini ialah agar kita bisa
memahami kaidah yang sangat penting, yang memberi batasan muamalah-muamalah
yang diperbolehkan, di samping kita dapat memahami batasan-batasan muamalah yang
diharamkan, yang semua bagian-bagiannya kembali kesana. Kaidah itu ialah: Dasar
hukum dalam muamalah, berbagai jenis perniagaan dan mata pencaharian ialah halal
dan diperbolehkan, tidak ada yang mencegahnya kecuali apa yang telah diharamkan
Allah dan Rasul-Nya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdulllah Abu Ahmad, Umdatul Ahkam, (Jogjakarta: Media Hidayah, 2006)

Abu Amar Imron, Edisi Indonesia: Fathul Qarib, (Kudus: Menara Kudus, 1983)

AlQur’an dan Terjemahannya

Hadist Bukhari Muslim

Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Press,
2004)

10
11

Anda mungkin juga menyukai