Nim : 170121028
Prodi :Akuntansi
Mata Kuliah :Akuntansi Keuangan Menengah II
Dosen Pengampu :Itat Tatmimah
Pajak ini harus dilihat secara detail dan teliti untuk menentukan biaya jual. Pajak
dikenakan pada tiap transaksi dan tidak ada mekanisme pengurangan atas pajak yang
sudah dibayar pada tahap perolehan bahan baku.
Utang adalah perikatan sebagai akibat perjanjian khusus yang disebut utang
piutang, yang mewajibkan debitur untuk membayar jumlah uang yang telah
dipinjamnya dari kreditur.
Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam masa
pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kas xxx
Penjualan xxx
1
Utang Pajak Penjualan (PPN) xxx
Kas xxx
Contoh 1:
Jika pada tanggal 24 Juli mesin kas X Grocery menunjukan penjualan sebesar
Rp12.000.000 dan pajak penjualan sebesar Rp720.000 (tarif PPN sebesar 6%),
maka jurnal yang perlu dibuat:
Kas 12.720.000
Penjualan 12.000.000
Utang Pajak Penjualan 720.000
(Ket : Mencatat penjualan dan pajak penjualan)
Pada jurnal tersebut ditulis Utang Pajak Penjualan, karena pajak tersebut akan
ditumpuk dahulu, maka ditulis sebagai utang pada kredit. Namun pada saat
pajak tersebut disetor ke kantor pajak, Utang Pajak Penjualan didebit dan Kas
dikredit.
Pajak ini tidak dilaporkan sebagai beban bagi perusahaan. Perusahaan hanya
berperan untuk menjembatani pajak yang harus dibayar konsumen ke kantor
pajak. Jadi, X Grocery hanya sebagai pihak pemungut untuk kantor pajak.
Contoh 2:
Penjualan tunai Rp12.000.000 termasuk PPN 10%
2
B. Hutang Pajak Penghasilan
Utang pajak adalah utang yang timbulnya secara khusus, karena negara (kreditor)
terikat dan tidak dapat memilih secara bebas, siapa yang akan dijadikan debiturnya.
Hal ini terjadi karena utang pajak timbul karena undang-undang.
Sedangkan saat timbul utang pajak mulai adalah kajian dari hukum pajak untuk
menentukannya, dalam hal ini terdapat dua teori yang membahas tentang timbulnya
utang pajak, yaitu teori materil dan teori formil.
Teori Materil
Dalam teori materiil utang pajak timbul dengan syarat adanya taatbestand,
yaitu rangkaian perbuatan-perbuatan, keadaan dan peristiwa-peristiwa yang dapat
menimbulkan utang pajak seperti :
Teori Formal
3
Teori kedua adalah Teori Formal dimana utang pajak timbul disebabkan oleh
surat ketetapan pajak oleh fiskus (Inspeksi pajak), meskipun sudah dipenuhi
tatbestand namun belum ada surat ketetapan pajak maka belum ada utang pajak.
Keuntungan dari teori adalah saat utang pajak timbul dapat diketahui berapa besarnya
utang pajak akan tetapi kelemahan dari sistem ini adalah utang pajak ditetapkan tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Pembayaran/Pelunasan
Berdasarkan pasal 10 Udang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pembayaran atau
pelunasan yang dapat menghapus utang pajak adalah pembayaran secara lunas yang
4
telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi pada instansi-instansi yang ditunjuk seperti Kantor
Kas Negara, Kantor Pos maupun pada Bank-Bank Negara.
Konpensasi
Kompensasi dilakukan bila terdapat kelebihan pembayaran pajak, baik pajak
sejenis pada tahun yang berbeda ataupun jenis pajak yang berbeda dalam tahun pajak
yang sama. Contoh : Kelebihan pembayaran PPh dengan kelabihan pembayaran
PPN,kelebihan pembayaran PPh pada tahun lalu dengan kekurangan PPh tahun
berjalan yang mana diatur lebih lanjut pada pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER – 7/PJ/2011.
Penghapusan utang
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2012
tertanggal 2 Mei 2012 utang pajak dihapuskan karena :
Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak
mempunyai harta warisan atau kekayaan;
Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
perpajakan; atau
Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena
kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau
berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
5
Daluarsa
Fiskus harus memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak tentang batas
waktu tertentu untuk penagihan pajak, batas daluarsa yang berlaku saat ini27 :
Untuk pajak pusat 10 tahun
Untuk pajak daerah 5 tahun
Untuk retribusi daerah 3 tahun
Sedangkan untuk wajib pajak yang terlibat tindak pidana pajak tidak diberikan
batas waktu
Pembebasan
Dalam hukum pajak ada 2 (dua) pembebasan, yaitu kwijtschelding dan
Kwijtschelding (Peniadaan utang)
Pajak hapus karena ditiadakan oleh fiskus yang didasarkan pada surat keputusan
Administrasi Pajak. Pajak yang terutang hanya dapat ditiadakan karena sebab tertentu,
misalkan karena sawah terkena musibah bencana lama atau karena dasar
penetapannya tidak benar.
Ontheffing (Pembebasan)
Pembebasan ini hanya diberikan apabila subyek pajak setelah dikenakan pajak
ternyata memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang untuk
diberikan pembebasan pajak. Peniadaan utang ini tidak berlaku dengan
sendiria’uyhjinm,nya atau dianggap berlaku dengan sendirinya, melainkan harus ada
perbuatan positif dari pihak negara (kreditur, Direktorat Jendral Pajak) dan inipun
sering harus didasarkan pada permintaan wajib pajak.
Bagi yang dipotong / dipungut (yang membayar pajak)
Pencatatan transaksi pajak bagi yang dipotong / dipungut pajaknya akan ditentukan
oleh sifat dari pajak yang dipotong tersebut, sebagai berikut:
6
2. Kedua, pajak yang dipotong bersifat Tidak Final / Dapat
Dikreditkan, maka pajak yang dipotong / dibayar tersebut
merupakan uang muka PPh dan dicatat sebagai aset (aset lancar).
PPh Pasal 21
Sesuai dengan UU PPh Pasal 21 dan aturan penjelasannya baik dalam PMK
maupun PER DJP, penghasilan yang diterima oleh WP OP sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan wajib dipotong PPh oleh pemberi penghasilan.
Contoh 1 : Umum
PT. Maju Makmur Mandiri melakukan pembayaran gaji pegawai tetap bulan
September 2015 pada tanggal 25 sebesar Rp. 650 juta. Dari Jumlah tersebut
perusahaan memotong PPh Pasal 21 sebesar Rp. 45 juta. PT. Maju Makmur Mandiri
kemudian melakukan setoran PPh Pasal 21 Masa September 2015 pada tanggal 10
Oktober 2015.
Jurnalnya:
25 – 09 – 15 Beban Gaji Rp. 650.000.000,-
7
(Jurnal pembayaran gaji dan pemotongan PPh pasal 21 September 2015)
8
Misal pada contoh 1 di atas, PT. Maju Makmur Mandiri menanggung seluruh
pajak pegawai tetapnya, sehingga jurnal yang dicatat oleh PT. Maju Makmur Mandiri
sebagai berikut:
Jurnalnya:
25 – 09 – 15 Beban Gaji Rp. 650.000.000,-
Ket:
1. Coba perhatikan jurnal pembayaran gaji dan pemotongan PPh pasal 21 yang ini
dengan contoh pertama di atas, analisa perbedaannya.
2. Beban PPh pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan ini, sesuai dengan
ketentuan perpajakan pada akhir periode oleh perusahaan (PT. Maju Makmur
Mandiri) harus dikoreksi fiskal / tidak bisa dibebankan sebagai biaya perusahaan
(Non Deductable Expense), karena PPh pasal 21 karyawan yang ditanggung
perusahaan dianggap sebagai pemberian dalam bentuk kenikmatan (benefit in
kind) atau natura.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://klikpajak.id/mengenal-utang-pajak-penjualan/
https://www.online-pajak.com/pph-terutang
https://www.academia.edu/32895126/CONTOH_SOAL_DAN_JAWABA
N_AKUNTANSI_KEUANGAN_MENENGA_2_UTANG_LANCAR_
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-mengenal-jurnal-perpajakan-
pertambahan-nilai-dalam-akuntansi/
10