Anda di halaman 1dari 11

1.

Hukum Monroe-Kellie
Doktrin Monroe-Kellie menyatakan bahwa volume total dalam kranium selalu
tetap karena tulang tengkorak tidak elastis sehingga tidak bisa mengembang jika ada
penambahan volume. Pada kondisi normal, volume intrakranial terdiri dari 80%
jaringan otak, 10% LCS, dan 10% darah. Peningkatan volume dari salah satu
komponen ini, atau adanya tambahan komponen patologis (misalnya hematom
intrakranial), akan menimbulkan kompensasi melalui penurunan volume dari
komponen lainnya untuk mempertahankan tekanan.
Bila terdapat penambahan masa seperti hematoma akan menyebabkan
tergesernya LCS akan terdesak melaui foramen magnum ke arah rongga sub-
arakhnoid spinalis dan vena akan segera mengempis/kolaps, dimana darah akan
diperas keluar dari ruangan intrakranial melalui vena jugularis atau melalui vena
emisaria dan kulit kepala. Mekanisme kompensasi ini hanya berlangsung sampai
batas tertentu saja. Namun jika mekanisme kompensasi ini terlampaui maka kenaikan
volume sedikit saja akan menyebabkan kenaikan TIK yang tajam.
Dengan meningkatnya aliran darah pada pembuluh darah otak, maka
perdarahan intra cerebral akan meningkat volumenya, sehingga dapat mendorong atau
menekan masa otak. Otak yang normal mempunyai kemampuan melakukan
autoregulasi aliran darah serebral. Autoregulasi menjamin aliran darah konstan
melalui pembuluh serebral di atas rentang tekanan perfusi dengan mengubah diameter
pembuluh darah dalam berespon terhadap tekanan perfusi serebral. Faktor-faktor yang
mengubah kemampuan pembuluh darah serebral untuk berkontraksi dan berdilatasi,
seperti iskemia, hipoksia, hiperkapnea, dan trauma otak dapat mengganggu
autoregulasi.
Karbon dioksida merupakan vasodilator yang paling potensi pada pembuluh
serebral, menyebabkan kenaikan aliran darah serebral yang mengakibatkan
peningkatan volume intrakranial, mengarah pada peningkatan tekanan intrakranial.
Agar autoregulasi berfungsi, kadar karbon dioksida harus dalam batasan yang dapat
diterima dan tekanannya dalam batasan : tekanan perfusi serebral di atas 60 mmHg,
tekanan arteri rata-rata dibawah 160 mmHg dan tekanan sistolik antara 60 – 160
mmHg dan, TIK di bawah 30 mmHg. Cedera otak juga dapat merusak autoregulasi.
Bila autoregulasi mengalami kerusakan, alirah darah serebral berfluktuasi berkaitan
dengan tekanan darah sistemik. Pada klien dengan kerusakan autoregulasi, setiap
aktivitas yang menyebabkan tekanan darah, seperti batuk, suction, dan ansietas dapat
menyebabkan peningkatan aliran darah serebral yang dapat meningkatkan tekanan
intrakranial.
Otak mampu mengkompensasi atau menerima perubahan minimal pada
tekanan intrakranial dengan cara pengalihan CSS ke dalam spasium subaraknoid
spinal, peningkatan absorbsi CSS, penurunan pembentukan CSS dan pengalihan darah
vena ke luar dari tulang tengkorak.
Aliran darah otak normalnya 50 - 60 mL/100 gr jaringan otak/menit. Bila
aliran darah otak menurun sampai 20-25 mL/100gr/menit maka aktifitas EEG akan
hilang dan pada nilai 5 mL/100gr/menit sel-sel otak mengalami kematian dan
terjadilah kerusakan sel yang menetap. Pada penderita non trauma, fenomena
autoregulasi mempertahankan aliran darah pada tingkat yang konstan apabila MAP
(mean arterial pressure) berada dikisaran 50-160 mmHg. Bila MAP dibawah 50
mmHg, aliran darah otak sangat berkurang dan bila MAP diatas 160 mmHg terjadi
dilatasi pasif pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah meningkat.
Mekanisme autoregulasi sering mengalami gangguan pada penderita cedera
otak sekunder karena iskemia akibat hipotensi yang tiba-tiba. Sekali mekanisme
kompensasi tidak bekerja diikuti kenaikan TIK yang curam, perfusi otak akan
berkurang jauh terutama pada keadaan hipotensi. Oleh karena itu bila terdapat
hematom intrakranial, haruslah dikeluarkan sedini mungkin dan tekanan darah yang
adekuat tetap harus dipertahankan.
2. Anatomi Fisiologi kepala dan pengertian TIK
Tengkorak terbagi atas:

a. Tengkorak Otak
Tengkorak otak menyelubingi otak dan alat pendengar. Tengkorak otak terdiri
dari :

1) Kubah tengkorak
Kubah tengkorak yang berbentuk cembung menyelubungi rongga
tengkorak dari atas dan dari sisi. Kubah tengkorak terdiri atas beberapa tulang
ceper yang dihubungkan oleh sutura tengkorak. Dari depan ke belakang
terdapat berturut-turut sebuah tulang dahi, sepasang tulang ubun-ubun dan
sebuah tulang belakang kepala. Pada dinding sisi kubah tengkorak terdapat
sepasang tulang pelipis. Tulang dahi, tulang belakang kepala turut pula
membentuk dasar tengkorak.
2) Dasar Tengkorak
Bagian dasar tengkorak dapat dibedakan 3 bagian, yaitu lekuk
tengkorak depan, lekuk tengkorak tengah dan lekuk tengkorak belakang.
Bagian tengah dasar lekuk tengkorak depan dibentuk oleh tulang lapisan
yang mempunyai banyak lubang halus untuk memberi jalan kepada serabut-
serabut saraf penghidu, oleh karena itu bagian tulang lapisan tersebut
dinamakan lempeng ayakan yang merupakan atap bagi rongga hidung.

Lekuk tengkorak tengah terdiri dari atas bagian tengah dan dua bagian
sisi, bagian tengah adalah pelana turki. Dasar lekuk tengkorak belakang
letaknya lebih rendah daripada dasar lekuk tengkorak depan. Lekuk
tengkorak belakang letaknya lebih rendah lagi daripada lekuk tengkorak
tengah.

b. Tengkorak Wajah
Tengkorak wajah letaknya di depan dan di bawah tengkorak otak. Lubang-
lubang lekuk mata dibatasi oleh lubang dahi, tulang pipi dan tulang rahang atas.
Dinding belakang lekuk mata juga dibentuk oleh tulang baji (sayap besar dan
kecil). Dinding dalamnya dibentuk oleh tulang langitan, tulang lapisan dan tulang
air mata. Selain oleh toreh lekuk mata atas dan oleh lubang untuk saraf penglihat
maka dinding lekuk mata itu tembus oleh toreh lekuk mata bawah yang terletak
antara tulang baji, tulang pipi dan tulang rawan atas. Toreh itu mangarah ke lekuk
wajah pelipis. Tulang air mata mempunyai sebuah lekuk yang jeluk, yaitu lekuk
kelenjar air mata yang disambung ke arah bawah oleh tetesan air mata yang
bermuara di dalam rongga hidung.

c. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan sebagai scalp, yaitu :

- Kulit
- Jaringan penyambung (connective tissue)
- Galae aponeurotika yaitu jaringan ikat yang berhubungan langsung dengan
tengkorak.
- Perikranium.
Kulit kepala banyak memiliki pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan akibat
laserasi kulit kepala akan mengakibatkan banyak kehilangan darah, (American
College of Surgeons 1997)

d. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kalvakrium dan basis kranii. Rongga tengkorak
dasar adalah tempat lobus frontalis, fosa medis adalah tempat lobus temporalis dan
fosa posterior adalah ruang bagi batang otak bawah dan serebelum, (American
College of Surgeons 1997)

e. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak yang terdiri dari 3 lapisan,
yaitu dura meter, arakhnoid dan pia meter. Dura meter adalah selaput keras terdiri atas
jaringan ikat fibrosa yang melekat erat dan tabula interna atau bagian dalam kranium.
Di bawah dura meter terdapat lapisan kedua yang tipis dan tembus pandang di sebut
selaput arakhnoid. Lapisan ketiga adalah pia mater yang melekat pada permukaan
kortek serebri, (American College of Surgeons 1997)

f. Sistem Saraf Pusat (SSP)


Sistem saraf pusat di sini adalah otak dan medula spinalis yang tertutup di dalam
tulang dan terbungkus dalam selapu-selaput (meningen) pelindung, serta rongga yang
berisi cairan.

a. Otak dan pembagiannya


Otak secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : serebrum,
batang otak, dan serebelum.

1) Serebrum
Setiap hemisfer dibagi atas empat lobus yaitu : lobus frontalis,
parietal, oksipital, temporalis. Fungsi dari setiap lobus berbeda-beda.
Berikut penjelasan dari masing-masing fungsi lobus :

a) Lobus Frontalis, bagian depan bekerja untuk proses belajar,


merancang, psikologi, lobus frontalis bagian belakang untuk proses
motorik termasuk bahasa.
b) Lobus parietal, bekerja khusus untuk sensorik somatik (misal
sensibilitas kulit) dan peran asosiasinya, beberapa areanya penting bagi
proses kognitif dan intelektual.
c) Lobus Oksipital, merupakan area pengoperasian penglihatan.
d) Lobus temporalis, merupakan pusat pendengaran dan asosiasinya,
beberapa pusat bicara, pusat memori. Bagian anterior dan basal lobus
temporalis penting untuk indra penghidu.
2) Batang Otak
Batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongata.
Masing-masing struktur mempunyai tanggung jawab yang unik dan fungsi
ketiganya sebagai unit untuk menjalankan saluran impuls yang
disampaikan ke serebri dan lajur spinal.

a) Otak Tengah, merupakan bagian pendek dari batang otak yang


letaknya di atas pons. Bagian ini terdiri dari bagian posterior yaitu
tektum yang terdiri dari bagian bagian kolikuli superior dan kolikuli
inferior dan bagian anterior yaitu pedunkulus serebri. kolikuli
superior berperan dalam refleks penglihatan dan koordinasi gerakan
penglihatan, sedangkan kolikuli inferior berperan dalam reflek
pendengaran, misalnya menggerakkan kepala ke arah datangnya suara.
Pedunkulus serebri terdiri dari berkas serabut-serabut motorik yang
berjalan turundari serebelum.
b) Pons, terletak diantara otak tengah dan medula oblongata. Pons berupa
jembatan serabut-serabut yang menghubungkan kedua hemisfer
serebelum, serta menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan
medula oblongata bawah. Pons merupakan mata rantai penghubung
yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang menyatukan hemisfer
serebri dan serebelum.bagian bawah pons berperan dalam pengaturan
saraf kranial trigeminus, abdusen dan fasialis (lihat gambar 2)
c) Medula Oblongata, terletak diantara pons dan medula spinalis. Pada
medula ini merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung.
Vasokonstriktor, pernapasan,bersin,batuk,menelan, pengeluaran air liur
dan muntah.
3) Serebelum
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
durameter yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang menisahkan
dari bagian posterior serebrum. Serebelum terdiri dari bagian tengah,
vermis dan dura hemisfer lateral. Serebelum dihubungkan dengan batang
otak oleh tiga berkas serabut yang dinamakan pedunkulus. Pendukulus
serebeli superior berhubungan dengan mesensefalon ; pendukulus serebeli
media menghubungkan kedua hemisfer otak ; sedangkan pendukulus
serebeli inferior berisi serabut-serabut traktus spinosere belaris dorsalis
dan berhubungan dengan medula oblongata. Semua aktivitas serebelum
berada di bawah kesadaran. Fungsi utama serebelum adalah sebagai pusat
refleks yang mengkoordinasi dan memperluas gerakan otot, serta
mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan
keseimbangan dan sikap tubuh.

b. Medula Spinalis
Medula spinalis terletak di dalam kanalis neural dari kolumna vertebra,
berjalan ke bawah dan memenuhi kanalis neural sampai setinggi vertebra
lumbalis kedua. Sepasang saraf spinalis berada diantara pembatas vertebra
sepanjang kolumna vertebra. Di bawah ujung tempat medula spinalis berakhir. Di
dalam ujung tempat medula spinalis terletak interneuron, serabut sensori,
asenden, serabut motorik desenden dan badan sel saraf dan dendrit somatik
sekunder (volunter) dan motor neurons otonom utama. Area sentral medula
spinalis merupakan massa abu-abu yang mengandung badan sel saraf dan neuron
internunsial.

g. Sistem Saraf Tepi (SST)


Menurut Price & Wilson, (1995) susunan saraf tepi terdiri dari saraf kranial
bervariasi, yaitu sensori motorik dan gabungan dari kedua saraf. Saraf motorik
dipersarafi oleh beberapa percabangan saraf kranial, 12 pasang saraf kranial adalah :

a. Nervus I (Olfaktorius) : Sifatnya sensorik mensarafi hidung membawa


rangsangan aroma (bau-bauan) dari aroma rongga hidung ke otak.
b. Nervus II (Optikus) : Sifatnya sensorik, mensarafi bola mata
membawa rangsangan penglihatan ke otak
c. Nervus III (Okulomotorius) : Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital
(otot penggerak bola mata) / sebagai pembuka bola mata.
d. Nervus IV (Trochlear) : Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital,
sebagai pemutar bola mata
e. Nervus V (Trigeminus) : Sifatnya majemuk (sensorik- motorik)
bertanggung jawab untuk pengunyah.
f. Nervus VI (Abdusen) : Sifatnya motorik, sebagai pemutar bola mata ke
arah luar
g. Nervus VII (Fasial) : Sifatnya majemuk (sensorik- motorik), sebagai
mimik wajah dan menghantarkan rasa pengecap, asam, asin dan manis.
h. Nervus VIII (Vestibulokokhlearis) : Sifatnya sensorik, saraf kranial ini
mempunyai dua bagian sensoris yaitu auditori dan vestibular yang berperan
sebagai penterjemah.
i. Nervus IX (Glosofharyngeal) : Berperan dalam menelan dan respons sensori
terhadap rasa pahit di lidah.
j. Nervus X (Vagus) : Sifatnya majemuk (sensorik- motorik) mensarafi
faring, laring dan platum
k. Nervus XI (Asesoris) : Sifatnya motorik, saraf ini bekerja sama dengan
vagus untuk memberi informasi ke otot laring dan faring.
l. Nervus XII (Hipoglosal) : Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot lidah.
h. Sistem Saraf Otonom (SSO)
Sistem Saraf Otonom merupakan sistem saraf campuram. Serabut-serabut
aferennya membawa masukan dari organ-organ viseral (menangani pengaturan denyut
jantung, diameter pembuluh darah, pernafasan, percernaan makanan, rasa lapar, mual,
pembuangan dan sebagainya). Saraf aferen motorik SSO mempersarafi otot polos,
otot jantung dan kelenjar-kelenjar viseral-SSO terutama menangani pengaturan fungsi
viseral dan interaksinya dengan lingkungan dalam.

Sistem Saraf Otonom dibagi menjadi dua bagian : Bagian Pertama adalah Sistem
Saraf Otonom parasimpatis (SSOp) dan Sistem Saraf Otonom simpatis (SSOs),
bagian simpatis meninggalkan sistem saraf pusat dari daerah thorakal dan lumbal
(torakolumbal) medula spinalis. Bagian parasimpatis ke luar otak (melalui komponen-
komponen saraf karanial) dan bagian sakral medula spinalis (kraniosakral).
Fungsi simpatis adalah peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan,
serta menurunkan aktivitas saluran cerna.tujuan utama fungsinya adalah
mempersiapkan tubuh agar siap menghadapi stress atau apa yang dinamakan respon
bertempur/ lari.

Fungsi parasimpatis adalah menurunkan kecepatan denyut jantung dan


pernapasan dan meningkatkan pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan
pencernaan dan pembuangan. Jadi saraf parasimpatis membantu konservasi dan
hemostatis fungsi-fungsi tubuh.

i. Cairan Serebrospinal
Fungsi cairan serebrospinal adalah sebagai penahan getaran, menjaga jaringan
SSP yang sangat halus dari benturan terhadap struktur tulang yang mengelilinginya
dan dari cedera mekanik. Juga berfungsi dalam pertukaran nutrien antara plasma dan
kompartemen selular. Cairan serebrospinal merupakan filtrat plasma yang dikeluarkan
oleh kapiler di atap dari keempat ventrikel otak. Seperti yang telah disebutkan, ini
serupa dengan plasma minus plasma protein yang besar, yang ada di balik aliran
darah. Sebagaian besar cairan ini dibentuk dalam ventrikel bagian lateral, yang
terletak pada masing-masing hemisfer serebri.

Cairan mengalir dari ventrikel lateral ini melalui duktus ke dalam ventrikel ketiga
diensefalon. Dari ventrikel ketiga cairan mengalir melalui aquaduktus Sylvius
midbrain dan masuk ke ventrikel keempat medula. Kemudian sebagian dari cairan ini
masuk melalui lubang (foramen) di bagian atas dari ventrikel ini dan masuk ke dalam
spasium subarakhnoid (sejumlah kecil berdifusi ke dalam kanalais spinalis). Dalam
spasium subarakhnoid, CSS diserap kembali ke dalam aliran darah pada tempat
tertentu yang disebut pleksus subarakhnoid.

Pembentukan dan reabsorbsi CSS diatur oleh tekanan osmotik koloid dan
hidrostatik yang sama yang mengatur perpindahan cairan dan partikel-partikel kecil
antara plasma dan kompartemen cairan interstisial tubuh. Secara singkat direview,
kerja dari tekanan ini adalah sebagai berikut : dua tim yang berlawanan dari tekanan
mendorong dan menarik mempengaruhi gerakan air dan partikel-partikel kecil melalui
membran kapiler semipermiabel. Satu tim terdiri atas tekanan osmotik plasma dan
tekanan hidostatik CSS. Ini memudahkan gerakan air dari kompartemen CSS ke
dalam plasma. Gerakan air dari arah yang berlawanan dipengaruhi oleh tim dari
tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmotik CSS. Tim yang berpengaruh bekerja
secara simultan dan kontinu. Dalam ventrikel, aliran CSS menurunkan tekanan
hidrostatik CSS. Hal ini memungkinkan tim bersama mempengaruhi gerakan air dan
partikel kecil dari plasma ke ventrikel.

Tekanan hidrostatik darah yang rendah dalam sinus venosus bersebelahan dengan
vili arakhnoid menunjukkan skala untuk gerakan air dan terlarut dari kompartemen
CSS kembali ke dalam aliran darah. Kematian sel-sel yang melapisi kompartemen
CSS akan mengeluarkan protein ke dalam CSS. Ini akan meningkatkan tekanan
osmotik CSS dan memperlambat reabsorbsi (sementara juga mempercepat
pembentukan bila kerusakan terjadi di dalam dinding ventrikel). Peningkatan protein
CSS karena hal ini atau penyebab lain dapat merangsang atau mencetuskan kondisi
kelebihan CSS yang disebut hidrosefalus.

j. Tekanan Intrakranial
Menurut American College of Surgeon, (1997) berbagai proses patologis yang
mengenai otak dapat mengakibatkan kenaikan tekanan intrakranial yang selanjutnya
akan mengganggu fungsi otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap kesudahan
penderita. Dan tekanan intrakranial yang tinggi dapat menimbulkan konsekuensi yang
mengganggu fungsi otak dan tentunya mempengaruhi pula kesembuhan penderita.
Jadi kenaikan intrakranial tidak hanya merupakan indikasi adanya masalah serius
dalam otak tetapi justru sering merupakan masalah utamanya. TIK normal pada saat
istirahat kira-kira 10 mmHg (136 mm H2O), TIK lebih tinggi dari 20 mmHg dianggap
tidak normal dan TIK lebih dari 40 mmHg termasuk dalam kenaikan TIK berat.
Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.

Gejala klinik tekanan tinggi intrakranial

1. Nyeri Kepala (Gilroy J, Youman JR)


Nyeri kepala pada tumor otak terutama ditemukan pada orang dewasa dan
kurang sering pada anak-anak. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun
tidur, karena selama tidur PCO2 arteril serebral meningkat sehingga
mengakibatkan peningkatan dari serebral blood flow dan dengan demikian
mempertinggi lagi tekanan intrakranium. Juga lonjakan tekanan intrakranium
sejenak karena batuk, mengejan atau berbangkis akan memperberat nyeri kepala.
Pada anak kurang dari 10-12 tahun, nyeri kepala dapat hilang sementara dan
biasanya nyeri kepala terasa didaerah bifrontal serta jarang didaerah yang sesuai
dengan lokasi tumor. Pada tumor didaerah fossa posterior, nyeri kepala terasa
dibagian belakang dan leher.
2. Muntah
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan biasanya
disertai dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa
posterior. Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak
disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu.
3. Kejang
Kejang umum/fokal dapat terjadi pada 20-50% kasus tumor otak, dan
merupakan gejala permulaan pada lesi supratentorial pada anak sebanyak 15%.
Frekwensi kejang akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan tumor. Pada tumor
di fossa posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih lanjut. Schmidt
dan Wilder (1968) mengemukakan bahwa gejala kejang lebih sering pada tumor
yang letaknya dekat korteks serebri dan jarang ditemukan bila tumor terletak
dibagian yang lebih dalam dari himisfer, batang otak dan difossa posterior.
4. Papil edem
Papil edem juga merupakan salah satu gejala dari tekanan tinggi intrakranial.
Karena tekanan tinggi intrakranial akan menyebabkan oklusi vena sentralis retina,
sehingga terjadilah edem papil. Barley dan kawankawan, mengemukakan bahwa
papil edem ditemukan pada 80% anak dengan tumor otak.
3. Mekanisme Cedera Kepala
Percobaan biomekanika cedera kepala telah banyak dipelajari pada hewan
coba, kadaver manusia, dan model eksperimental tulang kepala dan otak. Pada tahun
1943, Holbourn menunjukkan efek kekuatan rotasional dengan gel pada tengkorak
manusia, dan 3 tahun kemudian, (Pudenz and Shelden, 1947) merekam fenomena ini
pada tengkorak monyet yang digantikan dengan plastik transparan. Perkembangan
teknologi memungkinkan dengan Computed Tomography (CT Scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) mempelajari efek linier dan angular akselerasi pada otak
pasien percobaan (Bayly dkk, 2005).
Dengan mekanisme fisiologis pada cedera kepala akan dapat memperkirakan
dampak pada cedera kepala primer. Komponen utama diantaranya kekuatan cedera
(kontak atau gaya), jenis cedera (rotasional, translational, atau angular), dan besar
serta lamanya dampak tersebut berlangsung. Kekuatan kontak terjadi ketika kepala
bergerak setelah suatu gaya, sedangkan gaya inersia terjadi pada percepatan atau
perlambatan kepala, sehingga gerak diferensial otak relatif terhadap tengkorak.
Meskipun satu proses mungkin mendominasi, sebagian besar pasien dengan cedera
kepala mengalami kombinasi dari mekanisme ini.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan cedera kepala (Goldsmith, 1966);
benturan kepala dengan benda padat pada kecepatan yang cukup, beban impulsif
memproduksi gerak tiba-tiba kepala tanpa kontak fisik yang signifikan, dan statis
beban kompresi statis atau kuasi kepala dengan kekuatan bertahap. Kekuatan kontak
biasanya mengakibatkan cedera fokal seperti memar dan patah tulang tengkorak.
kekuatan inersia terutama translasi mengakibatkan cedera fokal, seperti kontusio dan
Subdural Hematoma (SDH), sedangkan cedera rotasi akselerasi dan deselerasi lebih
cenderung mengakibatkan cedera difus mulai dari gegar otak hingga Diffuse Axonal
Injury (DAI). Cedera rotasi secara khususmenyebabkan cedera pada permukaan
kortikal dan struktur otak bagian dalam (Youmans, 2011). Percepatan sudut
merupakan kombinasi dari percepatan translasi dan rotasi, merupakan bentuk yang
paling umum dari cedera inersia. Karena sifat biomekanis kepala dan leher, cedera
kepala sering mengakibatkan defleksi kepala dan leher bagian tengah atau tulang
belakang leher bagian bawah (sebagai pusat pergerakan).Cedera lainnya merupakan
trauma penetrasi atau luka tembak yang mengakibatkan perlukaan langsung organ
intrakranial, yang pasti membutuhkan intervensi pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai