A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.1 Memahami sejarah perbankan di indonesia
2. KD pada KI keterampilan
4.1 Menyajikan sejarah perbankan di Indonesia
E. Materi Pembelajaran
H. Sumber Belajar
1. Buku Referensi
2. Elektronik
3. Alam lingkungan
4. SOP DU/DI
5. Modul 1A, Karangan Dwi Harti
I. LAangkah Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
Menit
· Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
· Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
· Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada
peserta didik.
· Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
· Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai sejarah perbankan di indonesia
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
· Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai sejarah perbankan di indonesia
· Peserta didik diminta untuk menyebutkan sejarah perbankan di
indonesia
Elaborasi
· Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai sejarah perbankan di indonesia
· Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi sejarah perbankan di indonesia atau bagian yang belum
dimengerti.
3Penutup 15 menit
· Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.2 Menganalisis persyaratan dan pendirian bentuk badan hukum
2. KD pada KI keterampilan
4.2 Melakukan identifikasi persyaratan dan pendirian bentuk badan hukum
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan Persyaratan pendirian bank
2. Menjelaskan bentuk hukum bank
3. Menjelaskan kerahasian bank
4. Menjelaskan sanksi pelangaran kerahasian bank
E. Materi Pembelajaran
Persyaratan Mendirikan Bank
Pendirian suatu perusahaan dalam bentuk apapun harus mendapat izin dari instansi yang
terkait terlebih dulu, demikian pula izin untuk melakukan usaha perbankan.
Bagi perbankan sebelum melakukan kegiatannya harus memperoleh izin dari Bank
Indonesia. Artinya jika ingin mendirikan bank atau pembukaan cabang baru, maka di haruskan
untuk memenuhi berbagai persyaratan yang telah di tentukan Bank Indonesia, Bank Indonesia
mempelajari permohonan tersebut untuk menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan.[2]
Menurut UU No.3 Tahun 2004, Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai
wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur
dan mengawasi perbankan serta menjalan fungsi sebagai lender of the last resort. Bank sentral
yang dimaksud adalah Bank Indonesia.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal
yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. jenis bank indonesia pada perbankan yaitu
syariah, bank umum, bank perkreditan rakyat.
a. Tujuan Bank Indonesia
Menurut UU RI No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, dijelaskan tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud Bank
Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
b. Tugas Bank Indonesia
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:
(1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia berwenang:
(a) menetapkan sasaran moneter dengan memerhatikan sasaran laju inflasi;
(b) melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak
terbatas pada:
- operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing
- penetapan tingkat diskonto.
- penetapan cadangan wajib minimum
- pengaturan kredit atau pembiayaan
Cara-cara pengendalian moneter dapat dilaksanakan juga berdasarkan prinsip syariah.
Pelaksanaan ketentuan tersebut ditetapkan Peraturan Bank Indonesia..
(2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, bank Indonesia berwenang:.
(a) melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran,
(b) mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
tentangkegiatannya..
Pelaksanaan kewenangan di atas ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
(3) Mengatur dan mengawasi bank.
Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha
tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai
dengan peraturan Bank Indonesia.
Dalam kapasitasnya sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung
dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap
mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek
kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan
tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia
serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank
Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan
tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi
perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.
A. Status Badan Hukum
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai
ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan
berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai
suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak
lainnya. Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi
penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana
ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan
tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan
intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Untuk lebih menjamin independensi tersebut, undang-undang ini telah memberikan
kedudukan khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.
Sebagai Lembaga negara yang independen kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan
Lembaga Tinggi Negara. Disamping itu, kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan
Departemen, karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar Pemerintah. Status dan kedudukan
yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya
sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata
ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang
menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang
mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum
perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar
pengadilan.
Menurut Pasal 2 PBI No.6/24/PBI/2004, bentuk hukum suatu bank dapat berupa perseroan
terbatas, koperasi, atau perusahaan daerah. Pasal 3 menjelaskan, bahwa bank hanya dapat didirikan
dengan izin Bank Indonesia dalam dua tahap:
a. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank; dan
b. Izin usaha, yaitu izin yang di berikan untuk melakukan kegiatan usaha bank setelah persiapan
pendirian bank selesai dilakukan.
Di samping izin yang telah diajukan, maka pemohon dapat memilih bentuk badan hukum
ini tergantung dari jenis bank yang dipilihnya. Masing-masing bentuk badan hukum mempunyai
kelebihan dan kekurangannya.
Ada beberapa bentuk badan hukum bank yang dapat di pilih jika ingin mendirikan bank
sesuai dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bentuk badan hukum Bank Umun dapat
berupa salah satu dari alternative di bawah ini.
- Perseroan Terbatas,
- Koperasi atau,
- Perseroan Daerah(PD)
Sedangkan betnuk bdan hukum Bank Pengkreditan Rakyat sesui dengan Undang – Undang Nomor
7 Tahun 1992 dapat berupa:
- Peusahaan Daerah(PD)
- Koperasi
- Perseroan Terbatas(PT)
- atau bentuk lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
B. Pengurus Bank
Menurut Pasal 5 PBI No. 6/24/PBI/2004, bank hanya dapat didirikan oleh warga Negara
Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia, atau warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum
Indonesia dengan warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan. Kepemilikan
yang berasal dari warga negaraasing dan/atau badan hokum asing tersebut setinggi-tingginya
sebesar 99% (Sembilan puluh Sembilan perseratus) dari modal di setor bank.
Kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal sendiri
bersih badan hokum yang bersangkutan. Ketentuan modal sendiri bersih wajib dipenuhi pada saat
badan hokum yang bersangkutan melakukan penyetoran modal untuk pendirian bank atau pada
saat bdan hokum yang bersangkutan penambahan modal di setir bank. Sumber dana yang
digunakan dalam rangka kepemilikan bank dilarang:
a. Berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan/atau pihak
lain;/atau
b. Berasal dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syariah termasuk dari/dan/untuk tujuan
pencucian uang(money laundering).
Yang dapat menjadi pemilik bank adalah pihak-pihak yang:
a. Tidak termasuk dalam daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemegang saham dan/atau
pengurus bank sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
b. Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik, yaitu
memiliki akhlak dan moral yang baik, mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku,dan
memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional bank yang sehat.
Pemegang saham pengendali wajib memenuhi persyaratan, bahwa yang bersangkutan
bersedia untuk mengatasi kesulitan permodalan dan likuiditas yang dihadapi bank dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Penggantian dan/atau penambahan pemilik bank dan/atau
pemegang saham pengendali tunduk kepada tata cara penggantian dan/atau penambahan pemilik
bank yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang merger, konsolidasi,
dan akuisisi bank, serta mengenai pembelian saham bank umum.
Beberapa pihak yang dapat mendirikan bank umum dapat dijabarkan sebagai berikut :
warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. warga negara Indonesia dan atau
badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dan atau badan hukum asing secara
kemitraanDalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia menetapkan
peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari
bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan
perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian.Berkaitan dengan kewenangan di
bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat
memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan
atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
Di bidang pengawasan Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun tidak
langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun
sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis
dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.
Sebagai upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan
dan perekonomian Indonesia, Bank Indonesia telah menempuh langkah restrukturisasi perbankan
yang komprehensif. Langkah ini mutlak diperlukan guna memfungsikan kembali perbankan
sebagai lembaga perantara yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, disamping sekaligus
meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter.
Restrukturisasi perbankan tersebut dilakukan melalui upaya memulihkan kepercayaan
masyarakat, program rekapitalisasi, program restrukturisasi kredit, penyempurnaan ketentuan
perbankan, dan peningkatan fungsi pengawasan bank.
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk memutuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter yang tepat. Kebijakan itu bisa berupa Open Market Operation,
Discount Policy, Sanering, dan Selective Credit.
Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga
stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem
Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang
handal (robust). Jadi, semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi
kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan lancar maka
muaranya adalah stabilitas nilai tukar.
BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai otoritas moneter,
bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki
kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas
SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem (systemically important),
bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank melalui
infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara sistem
kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral juga adalah satu-satunya
lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah.
BI juga berhak mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari
peredaran.
Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari komponen SPN ini.
Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di Indonesia. BI juga menentukan standar
alat-alat pembayaran tadi serta pihak-pihak yang dapat menerbitkan dan/atau memproses alat-alat
pembayaran tersebut. BI juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan
sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau
hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang
bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya BI juga mesti menetapkan kebijakan
terkait pengendalian risiko, efisiensi serta tata kelola (governance) SPN.
Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran BI dalam mengeluarkan dan
mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan
dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy
tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari
pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai dengan pemusnahan
uang.
Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan perencanaan agar
uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga.
Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan
mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik serta masa edar uang. Selain itu dilakukan
pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak selama satu
tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan tersebut kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk
pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah
dikeluarkan.
Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau diedarkan di
seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang Rupiah di setiap kantor Bank
Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian
uang selama jangka waktu tertentu. Kegitan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan darat,
laut dan udara. Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa dilakukan baik melalui
pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem monitoring.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum
maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan
setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran
secara langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui
kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan Bank Indonesia adalah
pencabutan uang terhadap suatu pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak lagi berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah
dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan.
Uang Rupiah yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau
pihak lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Sementara itu untuk menjaga menjaga kualitas uang Rupiah dalam kondisi yang layak edar
di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan
tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetak kurang
sempurna dan uang yang sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui
prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga yang dengan pengawasan oleh tim Bank
Indonesia (BI).
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan
Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur sebagai pemimpin, dibantu oleh seorang Deputi
Gubernur Senior sebagai wakil, dan sekurang-kurangnya empat atau sebanyak-banyaknya tujuh
Deputi Gubernur. Masa jabatan Gubernur dan Deputi Gubernur selama-lamanya lima tahun, dan
mereka hanya dapat dipilih untuk sebanyak-banyaknya dua kali masa tugas.
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan
persetujuan DPR. Sementara Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur dan diangkat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat
diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau melakukan
tindak pidana kejahatan.
Sebagai suatu forum pengambilan keputusan tertinggi, Rapat Dewan Gubernur (RDG)
diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum di
bidang moneter, serta sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas
pelaksanaan kebijakan moneter atau menetapkan kebijakan lain yang bersifat prinsipil dan
strategis. Pengambilan keputusan dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur, atas dasar prinsip
musyawarah demi mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur menetapkan keputusan
akhir.[12]
Pembinaan Dan Pengawasan
Kegiatan perbankan yang dilakukan sehari-hari, baik oleh bank umum maupun Bank
Pengkreditan Rakyat tidak terlepas dari berbagai kesalahan. Kesalahan ini dapat dilakukan secara
sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu agar dunia perbankan berjalan sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap segala
aktivitas yang dilakukan oleh dunia perbankan. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap
dunia perbankan di Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia.
Dalam hal pembinaan dan pengawasan tersebut Bank Indonesia menetapkan kriteria
kesehatan bank yang meliputi aspek kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
manajemen,likuiditas, rentabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Rahasia Bank
Dikarenakan kegiatan dunia perbankan mengelola uang masyarakat, maka bank wajib pula
menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat. Bank wajib menjamin keamanan uang tersebut
agar benar-benar aman. Agar keamana uang nasabahnya terjamin, pihak perbankan di larang untuk
memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuanganan hal-hal lain dari
nasabahnya. Dengan kata lain bank harus menjaga tentang rahasia tentang keadaan keuangan
nasabah dan apabila melanggar kerahasiaan ini perbankan akan dikenakan sanksi.
Namun dalam kasus tertentu kerahasiaan bank tidak berlaku untuk nasabah. Rahasia bank akan
gugur apabila kondisi:
1. untuk kepentingan perpajakan. Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan menteri keuangan
berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti-bukti tentang keuangan nasabah penyimpanan tertentu kepada pejabat pajak.
2. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang
Negara/Panitia Urusan Piutang Negara. Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat
Badan Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan
nasabah debitur.
3. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, pimpina bank Indonesia dapat memberikan
izin kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari pihak bank mengenai
simpanan tersangka atau terdakwa pada bank.
4. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank dapat memberitahukan keadaan
keuangan nasabahnya kepada bank lain.[14]
C. Perizinan Bank Indonesia
Bank sebagai suatu badan usaha yang mempunyai kegiatan usaha menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada massyarakat dalam berbagai bentuknya, sudah
tentu membutuhkan persyaratan dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Ini sangat penting untuk
melindungi kepentingan masyarakat, terutama terhadap nasabah penyimpan dan simpanannya.
Untuk maksud tersebut dalam undang- undang Perbakan telah sedemikian rupa diatur
mengenai perizina untuk menjalankan kegiatan usaha bank sebagaimana ditentukan dalam Pasal
16 Ayat (1),(2), dan (3) yaitu:
Pasal 16 Ayat (1):
Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpana
wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Pengkreditan Rakyat
dari Pimpinan Bank Indonesia,kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri.
1. Proses Perizinan Pada Bank
Izin pendirian bank umum dan BPR biasanya di berikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Untuk memperoleh izin usaha bank, persyaratan yang wajib di penuhi menurut Undang- Undang
Nomor 10 Tahun 1998 sekurang-kurangnya adalah:
1. Susunan organisasi dan kepengurusan
2. Permodalan
3. Keahlian di bidang perbankan
4. Kelayakan Rencana Kerja
Semua persyaratan dan tata cara perizinan bank di atas di tetapkan oleh Bank
Indonesia.Menurut Pasal 9 PBI No. 6/24/PBI/2004, permohonan untuk memperoleh izin usaha
diajukan oleh pihak yang telah mendapat persetujuan prinsip kepada Gubernur Bank Indonesia dan
wajib disertai dengan:
a. Akta pendirian badan hokum, yang memuat anggaran dasar yang telah disahkan oleh instansi
berwenang;
b. Data kepemilikan yang masing-masing disertai dengan dokumen yang telah diminta dalam hal
terjadi perubahan;
c. Daftar susunan direksi dewan komisaris, disertai dengan identitas dan dokumen dalam hal
terjadi perubahan
d. Dokumen lainnya yang telah diajukan sebelumnya dalam hal terjadi perubahan;
e. Bukti pelunasan modal disetor minimum
f. Bukti kesiapan operasional; dan
g. Surat pernyataan dari pemegang saham bagi bank, bahwa pelunasan modal disetor tidak berasal
dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank/atau pihak lain; dan tidak
berasal dari sumber dana yang diharamkan menurut prinsip syariah termasuk dari/dan/untuk tujuan
pencucian uang(money laundering).
Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha diberikan selambat-lambatnya
60(enam puluh) hari setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap. Dalam rangka
memberikan persetujuan atau penolakan, Bank Indonesia melakukan:
Pertemuan 1
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
· Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
· Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
· Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada
peserta didik.
· Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
· Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai persyaratan dan pendirian bentuk badan hukum
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
· Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai persyaratan dan pendirian bentuk badan hukum
· Peserta didik diminta untuk menyebutkan persyaratan dan pendirian
bentuk badan hukum
Elaborasi
· Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai persyaratan dan pendirian bentuk badan hukum
· Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi persyaratan dan pendirian bentuk badan hukum atau bagian
yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
· Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.3 Menganalisis berbagai jenis lembaga keuangan
2. KD pada KI keterampilan
4.3 Melakukan klasifikasi lembaga keuangan bank dan non bank
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan pengertia lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank
2. Menjelaskan jenis lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank
3. Menjelaskan peran masin masing lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank
4. Mengidentifikasikan kriteria lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank
5. Membedakan lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank
E. Materi Pembelajaran
Jenis - Jenis Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank
Bank Umum
Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering
disebut bank komersil (commercial bank).
Usaha utama bank umum adalah funding yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas, kemudian
diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih
dikenal dengan istilah kredit. Dalam penghimpunan dana, penabung diberikan jasa dalam bentuk
bunga simpanan. Sementara dalam pemberian kredit, penerima kredit (debitur) dikenakan jasa
pinjaman dalam bentuk bunga dan biaya administrasi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan :
Bank Umum Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah adalah BPR yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Adapun pengertian prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembayaran kegiatan usaha, atau kegiatan lain
yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
3. Membeli, menjual dan atau menjamin atas risiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip jual-beli atau
hiwalah.
4. Membeli surat-surat berharga Pemerintah dan atau BI yang diterbitkan atas dasar Prinsip
Syariah;
5. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan prinsip wakalah;
6. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan
dengan atau antar pihak ketiga dengan prinsip wakalah;
7. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip
wadi’ah yad amanah;
8. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah;
9. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga
yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujrah;
10. Memberikan fasilitas Letter of Credit (L/C) berdasarkan prinsip walakah, murabahah,
mudharabah, musyarakah, dan wadi’ah, serta memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan
prinsip kalafah;
11. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip walakah;
12. Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujrah;
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah
Nasional;
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf;
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah dan atau mudharabah
16. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip Syariah
sesuai ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku
17. Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul ma’al yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infaq, shadaqah, waqaf, hibah atau dana sosial lainnya.
a) Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam kegiatan usaha Bank
Umum di atas;
b) Melakukan usaha perasuransian;
c) Melakukan kegiatan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam kegiatan
usaha Bank Umum di atas;
d) Melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
Berdasarkan bentuk hukumnya bank ini dapat berupa perseroan terbatas, perusahaan daerah atau
koperasi.
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pengertian Lembaga Keuangan Bukan Bank ( LKBB ) :
Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang
keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif
Keuntungan Asuransi :
Bagi Pemilik Asuransi :
Ø keuntungan dari premi yang dibayar nasabah
Ø keuntungan dari hasil penyertaan modal ke perusahaan lain
Ø keuntungan dari hasil bunga investasi surat-surat berharga
2. Bagi Nasabah :
Ø memberi rasa aman
Ø merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat ditarik lagi
Ø terhindar dari resiko kerugian
Ø memperoleh penghasilan di masa datang
Ø memperoleh penggantian akibat kerugian kerusakan atau Kehilangan
3. Koperasi Simpan Pinjam : menghimpun dana dari masyarakat dan meminjamkan kembali
kepada anggota atau masyarakat
Modal Koperasi :
1. Simpanan Pokok : dibayar sekali pada awal menjadi anggota
2. Simpanan Wajib : dibayar selama menjadi anggota dengan jangka waktu tertentu sesuai
keputusan rapat anggota
Simpanan Sukarela : dibayar dalam jangka waktu yang tidak ditentukan
Landasan Koperasi :
Ø Landasan Idiil : Pancasila
Ø Landasan Struktural : UUD 1945 pasal 33 ayat 1
Ø Landasan Operasional : UU no 25 tahun 1992
Ø Landasan Mental : kesetiakawanan dan kesadaran
Keuntungan :
Tidak memakai jaminan
Angoota terhindar dari rentenir
1. Akhir tahun memperoleh SHU
5) Perusahaan Anjak Piutang : Badan Usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang.
Manfaat bagi klien :
1. Peningkatan penjualan
2. Kelancaran modal kerja
3. Memudahkan penagihan hutang
4. Efisiensi usaha
Manfaat bagi factor :
1. Fee dari klien
Manfaat bagi customer :
1. Kesempatan untuk membeli secara kredit
2. Pelayanan penjualan yang lebh baik
6) Perusahaan Modal Ventura : Badan Usaha yang melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal kedalam perusahaan
keunggulan Modal Ventura :
1. Sumber dana bagi perusahaan baru.
2. Adanya penyertaan manajemen.
3. Keperdulian yang tinggi dari perusahaan modal Ventura.
4. Dengan adanya penyertaan modal,PPU dapat mencari bantuan modal dalam bentuk lain.
5. MV menaikkan pamor PPU.
6. PPU mendapat mitra baru yang dimiliki perusahaan modal ventura
7. Mendukung usaha kecil yg berpotensi berkembang dan memperluas kesempatan kerja
7) Pegadaian : suatu usaha yang memberikan pinjaman bagi nasabah dengan jaminan barang
bergerak
· Tujuan Pegadaian :
1. Mencegah praktik ijon, riba, dan pinjaman tidak wajar
2. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijakan program
pemerintah di bidang ekonomi
8) Perusahaan Sewa Guna : pembelian secara angsuran, namun sebelum angsurannya selesai
(lunas), hak barang yang diperjualbelikan masih dimiliki oleh penjual. Namun demikian, begitu
kontrak leasing ditandatangani, segala fasilitasdan kegunaan barang tersebut boleh digunakan oleh
pembeli
· Manfaat Leasing :
1. Menghemat modal
2. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan
3. Persyaratan lebih mudah dan fleksibel
4. Biaya lebih murah
H. Sumber Belajar
1. Buku Referensi
2. Elektronik
3. Alam lingkungan
4. SOP DU/DI
5. Modul Dasar Dasar Perbankan, Karangan Ernawati
Pertemuan 3
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
· Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
· Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
· Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada
peserta didik.
· Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
· Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai berbagai jenis lembaga keuangan
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
· Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai berbagai jenis lembaga keuangan
· Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai jenis lembaga
keuangan
Elaborasi
· Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai berbagai jenis lembaga keuangan
· Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi berbagai jenis lembaga keuangan atau bagian yang belum
dimengerti.
3Penutup 15 menit
· Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.4 Menganalisis berbagai jenis uang
2. KD pada KI keterampilan
4.4 Melakukan klasifikasi berbagai jenis uang
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan pembahasan berbagai jenis uang
2. Menjelaskan pengertian uang
3. Menjelaskan kriteria uang
4. Menjelaskan fungsi uang
5. Menjelaskan jenis jenis uang
6. Mengevaluasi kendala kendala dalam system barter
E. Materi Pembelajaran
Pengertian uang, sejarah, fungsi, syarat, jenis, dan teorinya
Dewasa ini kehidupan manusia bisa dibilang tidak bisa lepas dari uang. Orang sejak
sebelum lahir sampai meninggal pun butuh benda yang mempunyai nama lain duit itu. Meski
hanya lembaran kertas dan logam biasa (bukan emas atau perak), setiap orang mau bekerja dan
sebagian rela melakukan apa saja demi mendapatkannya.
Akhirnya muncul istilah-istilah populer yang menyatakan “sangat berartinya uang”. Seperti
ada uang Abang disayang, tak ada uang Abang ditendang, hampir semua di dunia ini bisa dibeli
pakai uang, mabuk duit (uang), dll.
1. Pengertian uang
Pengertian uang dibagi menjadi dua. Yaitu pengertian dalam ilmu ekonomi tradisional dan
modern.
Pengertian uang dalam ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
diterima secara umum. Alat tukar ini bisa berupa apapun yang diterima orang dalam masyarakat
dalam proses pertukaran barang dan jasa. Uang seperti ini disebut juga uang barang.
Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia
dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa
serta kekayaan berharga lainnya bahkan untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli juga
menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.
2. Sejarah uang
Jangankan uang, pertukaran barang secara barter pun awalnya belum dikenal manusia.
Kehidupan saat itu belum sekompleks sekarang. Dengan sangat sederhana manusia memenuhi
kebutuhan hidup sendiri-sendiri.
Misalnya pergi berburu jika lapar; butuh pakaian tinggal membuat sendiri dengan bahan
kulit binatang atau pohon; jika ingin makan makanan lain, mereka pergi ke hutan untuk mencari
dan memetik buah yang diinginkan; dan lain sebagainya.
Namun, seiring berjalannya waktu manusia menghadapi kenyataan bahwa yang mereka
peroleh tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri secara menyeluruh. Sehingga dicarilah cara
tukar-menukar barang antara individu satu dengan yang lain. Cara seperti ini dikenal sebagai
sistem barter.
a. Sistem barter
Sistem barter digunakan cukup lama, berabad-abad. Sampai akhirnya manusia mendapati
kendala pada sistem tersebut karena kehidupan lebih kompleks lagi
Kendala pada sistem barter misalnya sulit ketemunya dua orang pemilik barang yang
saling membutuhkan satu sama lain. Misal, Si A punya buah dan butuh ikan, ketemunya dengan B
yang punya ikan tetapi butuhnya bukan buah, melainkan pakaian.
b. Uang barang
Menghadapi masalah seperti di atas, manusia memikirkan lagi hingga menemukan solusi
baru. Yaitu menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda yang ditetapkan biasanya
yang dapat diterima secara umum. Contohnya pada orang Romawi zaman dulu menggunakan
garam.
Kalau diilustrasikan pada si A dan B di atas, maka seperti ini. A menemui penghasil
garam dan menukarnya dengan buah. Setelah garam dimiliki, barulah menemui B yang memiliki
ikan. Meskipun butuhnya pakaian, B menerima garam karena sudah ditetapkan sebagai uang
barang. Sehingga B pun akan lebih mudah lagi menukarnya dengan orang lain yang memiliki
pakaian.
Meski lebih mudah dari sistem barter, seiring perkembangan kehidupan manusia yang
lebih kompleks, sistem uang barang memiliki kelemahan juga. Hal ini karena uang barang tidak
mempunyai pecahan kecil sehingga kesulitan menentukan nilai, penyimpan dan pengangkutan
yang susah, dan mudah hancur atau tidak tahan lama.
Akhirnya dicarilah benda yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
Diterima secara umum
Lebih mudah dibawa, dan tahan lama
Benda tersebut ialah uang logam yang bahan pembuatannya dari emas dan perak.
Pada waktu itu pemilik uang logam berhak penuh atas uang tersebut. Ia bebas menimbun
sebanyak-banyaknya bahkan menempa untuk dijadikan perhiasan pun tak ada larangan. Hingga
muncul ketakutan pedagangan makin maju tidak bisa dilayani oleh uang logam. Hal ini mengingat
jumlah emas dan perak yang terbatas.
Lagi pula, uang logam juga akan menemui kendala lain jika dalam transaksi tukar-
menukar menukar berskala besar. Jumlah yang dibutuhkan makin banyak tentu akan menyulitkan
dipindahtangankan. Sampai akhirnya terciptalah uang kertas.
Namun, jangan salah. Uang kertas yang beredar saat itu adalah bukti kepemilikan emas
atau perak. Kertas-kertas itu dijamin seratus persen oleh emas dan perak yang tersimpan pada
pandai. Sewaktu-waktu uang ini dapat ditukar kembali dengan jaminannya secara penuh.
Pada perkembangan selanjutnya, inilah yang menjadi cikal bakal uang yang kita pakai
seperti sekarang ini. Orang-orang tidak lagi menggunakan emas secara langsung untuk transaksi.
Mereka lebih suka memakai kertas-kertas bukti tersebut.
3. Fungsi uang
Sudah dijelaskan di atas, fungsi uang sebagai perantara pertukaran barang dengan barang,
menghindari sistem barter yang banyak menemui kendala, sehingga diharapkan transaksi
perdagangan menjadi lebih mudah. Namun, secara lebih rinci dibedakan menjadi dua. Yaitu fungsi
asli dan fungsi turunan.
Fungsi asli dibagi menjadi tiga:
a. Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran
b. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) : Menunjukan nilai barang/ jasa (alat
penunjuk harga), dan sebagai satuan hitung yang mempermudah pertukaran.
c. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta).
Fungsi turunan dibagi menjadi:
a. Uang sebagai alat pembayaran yang sah.
b. Uang sebagai alat pembayaran utang.
c. Uang sebagai alat penimbun kekayaan.
d. Uang sebagai alat pemindah kekayaan.
e. Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi
Syarat-syarat uang
a. Suatu benda dapat dijadikan sebagai uang jika memenuhi syarat-syarat berikut:
b. Benda itu harus diterima secara umum (acceptability)
c. Untuk memenuhi kriteria poin 1, benda tersebut harus bernilai tinggi atau setidaknya dijamin oleh
pemerintah
d. Terbuat dari bahan yang bisa tahan lama (durability)
e. Kualitasnya sama (uniformity)
f. Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang tersebut
g. Tidak mudah dipalsukan (scarcity)
h. Mudah dibawa (portable)
i. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility)
j. Memiliki cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value).
4. Jenis uang
Berdasarkan jenisnya, uang dibagi menjadi dua. Yaitu
a. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan
transaksi jual beli sehari-hari (common money).
b. Uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat
ditarik sesuai kebutuhan, contoh cek.
Uang menurut bahan pembuatannya
a. Uang logam Adalah uang yang terbuat dari logam. Dipilih menggunakan logam karena bisa tahan
lama. Pada awal kemunculannya dibuat dengan bahan emas atau perak. Semakin tinggi kadarnya
semakin tinggi pula daya tukarnya. Dengan begitu uang seperti ini memiliki tiga nilai: Nilai
intrinsik, yaitu nilai bahannya. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercetak/tercantum pada uang
tersebut. Nilai tukar, yaitu nilai daya tukarnya. Misal Rp500.00 nilai tukarnya dapat permen,
Rp10.000.00 nilai tukarnya bisa dapat sepiring nasi.
b. Uang kertas Yaitu uang yang terbuat dari bahan kertas. Uang jenis ini hanya memiliki nilai
nominal dan nilai tukar yang tinggi, sedangkan nilai intrinsiknya tidak. Begitu juga pada zaman
sekarang, uang logam dibuat dengan logam biasa sehingga nilai intrinsiknya tidak sebanding
dengan nilai nominal.
Menurut nilainya uang dibedakan menjadi dua:
a. Uang penuh (full bodied money). Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang
tertera di atas uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain, nilai
nominal yang tercantum sama dengan nilai intrinsik yang terkandung dalam uang tersebut.
b. Uang tanda (token money). Uang tanda adalah apabila nilai yang tertera pada uang lebih tinggi
daripada nilai bahan yang digunakan untuk membuatnya. Dengan kata lain nilai nominal lebih
besar daripada nilai intrinsik. Misal, untuk membuat uang Rp1.000,00 pemerintah mengeluarkan
biaya Rp750,00.
Teori nilai uang dibagi menjadi dua. Yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis.
a. Teori uang statis Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai uang yang
diakibatkan perkembangan ekonomi. Teori ini dibuat dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan
seperti: apakah sebenarnya uang? Mengapa uang itu ada harganya? Mengapa uang itu sampai
beredar?
Teori ini meliputi:
a. Teori metalisme. Teori yang hampir sama dengan pengertian nilai intrinsik.
b. Teori konvensi. Teori yang menyatakan uang bisa diterima secara umum di masyarakat karena
atas dasar perjanjian/mufakat.
c. Teori nominalisme. Teori ini menyatakan diterimanya uang berdasarkan nilai daya belinya.
d. Teori negara. Teori ini menyatakan bahwa uang adalah benda yang ditetapkan oleh negara yang
berfungsi sebagai alat tukar dan alat bayar. Jadi nilainya pun ditetapkan oleh pemerintah yang
diatur oleh undang-undang.
b. Teori uang dinamis
Kalau teori diatas tidak mempersoalkan perubahan nilai uang, maka teori uang dinamis ini adalah
sebaliknya.
Teori ini meliputi:
a. Teori kuantitas. Pada teori ini David Ricardo menyatakan kuat atau lemahnya nilai uang sangat
tergantung pada jumlah uang yang beredar. Kemudian Irving Fisher menyempurnakan teori diatas
dengan menyatakan tidak hanya tergantung pada jumlah saja, melainkan juga pada kecepatan
peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang memengaruhi nilai uang.
b. Teori persediaan kas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai uang tergantung dari jumlah
uang yang tidak dibelikan barang-barang.
c. Teori ongkos produksi. Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam
dan uang itu dapat dipandang sebagai barang.
H. Sumber Belajar
1. Buku Referensi
2. Elektronik
3. Alam lingkungan
4. SOP DU/DI
5. Modul Dasar Dasar Perbankan, Karangan Ernawati
Pertemuan 4
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai berbagai jenis uang
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai berbagai jenis uang
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai jenis uang
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai berbagai jenis uang
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi berbagai jenis uang atau bagian yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Pertemuan 5
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai berbagai jenis uang
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai berbagai jenis uang
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai jenis uang
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai berbagai jenis uang
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi berbagai jenis uang atau bagian yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Membaca nyaring:
a. Pengucapan, intonasi, tata bahasa, kosa kata
b. Sikap
Menulis
a. Ketepatan penggunaan sebutan untuk hubungan keluarga sesuai dengan bagan silsilah yang
diberikan.
b. Ejaan, tanda baca, tulisan tangan materi berbagai jenis uang
Cara penilaian:
a. Tes lisan/tertulis
b. Observasi kelas
c. Portofolio.
Keterangan penilaian:
1 = tidak kompeten
2 = cukup kompeten
3 = kompeten
4 = sangat kompeten
Jika seorang siswa memperoleh skor 20 dapat ditetapkan ”sangat kompeten”. Dan seterusnya sesuai dengan jumlah
skor perolehan.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.5 Menganalisis berbagai jenis bank di Indonesia
2. KD pada KI keterampilan
4.5 Melakukan klasifikasi berbagai jenis bank di Indonesia
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan jenis jenis bank di lihat dari fungsi, kepemilikan
2. Menjelaskan jenis jenis bank di lihat dari statusnya dan cara menentukan harga
3. Menjelaskan jenis jenis kantor bank
4. Mengidentifikasi kriteria bank umum dan bank BPR
5. Mengidentifikasi bank milik pemerintah dan swasta nasional
6. Mengidentifikasi kriteria bank milik asing dan milik campuran
7. Mengidentifikasi kriteria bank devisa dan bank nondevisa
8. Mengidentifikasi kriteria bank konvensional dan bank syariah
9. Mengidentifikasi kriteria kantor pusat dan kantor cabang penuh
10. Mengidentifikasi kriteria kantor cabang pembantu dan kantor kas
E. Materi Pembelajaran
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya pada pengertian bank, dapat diketahui
bahwa ada Jenis-Jenis Bank dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:
Setelah berlakunya UU No.7/1992, jenis bank yang diakui secara resmi di Indonesia hanya
terdiri dari dua jenis yaitu:
Bank Umum, dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Dalam Pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa Bank Umum dapat rnengkhususkan diri dalam
melaksanakan aktivitas tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada aktivitas
tertentu. Meskipun jenisnya dibatasi hanya kepada bank umum dan BPR, namun bank umum boleh
saja terlibat dalam bidang dan jenis aktivitas lain tanpa harus terikat dengan satu aspek saja.
Menyederhanakan jenis bank diharapkan dapat memudahkan bank dalam memilih aktivitas-
aktivitas perbankan yang paling sesuai dengan karakter masing-masing tanpa perlu disulitkan
dengan izin tambahan.
Sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 10/1998, Bank Umum merupakan bank yang
melaksanakan aktivitas usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam aktivitasnya memberikan pelayanan dalam urusan pembayaran. Adapun aktivitas-aktivitas
yang dapat dilakukan oleh bank umum adalah; menghimpun dana, menyalurkan dana, dan aktivitas
lainnya, sementara aktivitas yang terlarang bagi bank umum adalah:
Melakukan penyertaan modal, kecuali kepada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan yang
menyertakan modal, untuk mengantisipasi kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.
Melakukan aktivitas pengasuransian.
Melakukan yang lain di luar aktivitas usaha sebagaimana diuraikan di atas.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang melaksanakan aktivitas usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah (UU No. 21/2008 memakai istilah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah) yang dalam aktivitasnya tidak memberikan pelayanan dalam urusan
pembayaran. Adapun aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukannya ialah menghimpun dana dan
menyalurkan dana, sedangkan aktivitas yang terlarang bagi BPR adalah seperti:
Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam urusan pembayaran.
Melakukan aktivitas dalam mata uang asing.
Melakukan penyertaan modal.
Melakukan aktivitas pengangsuransian.
Melakukan lain di luar aktivitas sebagaimana dimaksud di atas.
Dari kedua bentuk aktivitas bank umum dan bank perkreditan rakyat di atas, terlihat
perbedaan mendasar di antara keduanya yaitu dalam hal penghimpunan dana secara giro dan ikut
serta dalam urusan pembayaran, aktivitas dalam mata uang asing, serta penyertaan modal kepada
lembaga keuangan dan untuk mengatasi kredit tunggakan. Bagi bank umum, itu semua dibolehkan
sementara bagi bank perkreditan rakyat tidak dibolehkan sama sekali. Untuk melakukan usaha
pengasuransian, kedua-duanya (bank umum dan bank perkreditan rakyat) sama-sama tidak
dibolehkan.
Dilihat dari sisi target pasar, dalam bentuk fokus pelayanan dan transaksinya terhadap penabung,
maka jenis bank dapat digolongkan menjadi tiga yakni:
a. Retail Bank (bank dalam layanan berskala kecil); Bank jenis ini memfokuskan layanan dan
transaksinya kepada penabung-penabung individual, perusahaan, dan lembaga lain yang berskala
kecil. Dalam usahanya, pelayanan kredit yang diberikan sekitar Rp. 20 juta, walaupun angka ini
tidaklah tetap.
b. Corporate Bank (bank dalam layanan berskala besar); Bank jenis ini memfokuskan layanan dan
transaksinya kepada penabung-penabung yang berskala besar, seperti dalam bentuk perusahaan.
Walaupun demikian, dalam usahanya sering membawa akibat berupa layanan yang harus diberikan
kepada pegawai, direksi, dan komisaris dari perusahaan tersebut secara pribadi, dengan aturan
untuk menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemegang saham perusahaan.
c. Retail-Corporate Bank (bank dalam layanan kecil/besar); Bank jenis ini tidak memfokuskan
layanan dan transaksinya kepada kedua-dua jenis penabung di atas. Bank jenis ini memandang
bahwa potensi pasar, baik ritel maupun perusahaan, harus dimanfaatkan untuk mengoptimalkan
keuntungan, meskipun terdapat kemungkinan penurunan kemampuan. Begitu juga apabila
disebabkan perubahan keadaan pasar, penggantian pengelola, bahkan juga dipengaruhi adanya
program-program tertentu dari pemerintah untuk dijalankan bank tersebut.
Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara
lain:
Dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun
harga beli bank terbagi dalam 2 jenis berikut:
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial
Belanda.
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga bagi para nasabahnya, bank
konvensional menggunakan metode:
a) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro,
tabungan, maupun deposito. Demikian pula, harga untuk produk pinjamannya
(kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan
harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan
lebih tinggi dari suku bunga pinjaman, dikenal dengan istilah negative spread.
Kondisi ini telah terjadi pada akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.
b) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan dapat menggunakan atau menerapkan
berbagai biaya-biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem pengenaan
biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun di
luar negeri terutama di negara timur tengah, bank yang berdasarkan prinsip
syariah sudah berkembang pesat sejak lama.
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, penentuan harga produk sangat
berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip
syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam dengan pihak lain
yang ingin menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya.
Penentuan harga atau keuntungan pada bank yang berdasarkan prinsip syariah
dilakukan dengan cara:
(a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
(b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
© Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
(d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
(e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank syariah juga dilakukan
sesuai Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank
syariah dasar hukumnya adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Jenis bank ini
mengharamkan penetapan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah, bunga adalah riba.
Pertemuan 6
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai berbagai jenis bank di Indonesia
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai berbagai jenis bank di Indonesia
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai jenis bank di
Indonesia
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai berbagai jenis bank di Indonesia
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi berbagai jenis bank di Indonesia atau bagian yang belum
dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Pertemuan 7
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai berbagai jenis bank di Indonesia
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai berbagai jenis bank di Indonesia
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai jenis bank di
Indonesia
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai berbagai jenis bank di Indonesia
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi berbagai jenis bank di Indonesia atau bagian yang belum
dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
5. Sumber Belajar
a. Buku referensi.
b. SOP DU/DI
c. Modul Akuntansi 1A, karangan Dwi Harti, hal 47 - 66.\
Keterangan penilaian:
1 = tidak kompeten
2 = cukup kompeten
3 = kompeten
4 = sangat kompeten
Jika seorang siswa memperoleh skor 20 dapat ditetapkan ”sangat kompeten”. Dan seterusnya sesuai dengan jumlah
skor perolehan.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.6 Menganalisis kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
2. KD pada KI keterampilan
4.6 Mengklasifikasikan kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan kegiatan usaha bank umum, BPR dan bank campuran dalam menghimpun
dana(funding)
2. Menjelaskan kegiatan usaha bank umum, BPR dan bank campuran dalam
menyalurkan dana(leanding)
3. Menjelaskan kegiatan usaha bank umum, BPR dan bank campuran dalam pelayanan
jasa(services)
4. Menjelaskan kegiatan yang dilakukan BPR
5. Menjelaskan kegiatan bank umum dan bank BPR
E. Materi Pembelajaran
H. Sumber Belajar
1. Buku Referensi
2. Elektronik
3. Alam lingkungan
4. SOP DU/DI
5. Modul Dasar Dasar Perbankan, Karangan Ernawati
I. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 8
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank
perkreditan rakyat
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai kegiatan usaha bank
umum dan bank perkreditan rakyat
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan
rakyat atau bagian yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Pertemuan 9
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank
perkreditan rakyat
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai kegiatan usaha bank
umum dan bank perkreditan rakyat
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan
rakyat atau bagian yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Pertemuan 10
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank
perkreditan rakyat
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai kegiatan usaha bank
umum dan bank perkreditan rakyat
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan
rakyat atau bagian yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Pertemuan 11
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank
perkreditan rakyat
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai kegiatan usaha bank
umum dan bank perkreditan rakyat
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan
rakyat atau bagian yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Pertemuan 12
No Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
1Pendahuluan 15
menit
Guru mengkondisikan kelas mulai dari mengabsen, menyapa dan
menanyakan kabar kepada peserta didik.
Guru membacakan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Guru membacakan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.
Guru meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan
kisah-kisah inspiratif atau dengan cara merelevansikan materi pelajaran
dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk merelevansikan materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan, yaitu mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank
perkreditan rakyat
2Kegiatan Inti 105 Menit
Eksplorasi
Peserta didik diminta untuk memaparkan pengetahuannya
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Peserta didik diminta untuk menyebutkan berbagai kegiatan usaha bank
umum dan bank perkreditan rakyat
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi kegiatan usaha bank umum dan bank perkreditan
rakyat atau bagian yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Keterangan penilaian:
1 = tidak kompeten
2 = cukup kompeten
3 = kompeten
4 = sangat kompeten
Jika seorang siswa memperoleh skor 20 dapat ditetapkan ”sangat kompeten”. Dan seterusnya sesuai dengan jumlah
skor perolehan.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.7 Menganalisis simpanan dana giro
2. KD pada KI keterampilan
4.7 Menghitung simpanan dana giro
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian simpanan dana giro
2. Menjelaskan sarana penarikan simpanan dana giro
3. Menjelaskan cara menghitung sarana simpanan giro
4. Menjelaskan kerahasian simpanan dana giro
E. Materi Pembelajaran
2. Pembukaan Giro
Proses pembukaan rekening Giro dilaksanakan bila calon nasabah telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Rekening Giro hanya bisa dibuka bila seluruh dokumen pembukaan
Giro telah lengkap dan disetujui oleh Pemimpin Seksi Customer Service dan Pemimpin Bagian
Pelayanan.
3. Pengadaan dan Penatausahaan Cek/Bilyet Giro
Untuk tujuan standarisasi dan kontrol, pengadaan Cek/Bilyet Giro dikoordinir dan
disentralisasi di Kantor Pusat. Persediaan blanko Cek/Bilyet Giro pada Customer Service masing-
masing Kantor Cabang harus diberikan dengan batasan jumlah yang diperkirakan cukup untuk
keperluan 1 (satu) minggu. Persediaan Cek/Bilyet Giro pada Customer Service harus dapat
diketahui setiap saat, yaitu dengan cara mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran
Cek/Bilyet Giro di dalam “Buku Register Cek/Bilyet Giro” atau dalam aplikasi yang tersedia
dalam sistem.
Penerbitan buku Cek/Bilyet Giro untuk nasabah dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan
bank, serta memenuhi penggunaan materai. Cek/Bilyet Giro hanya dapat diberikan kepada nasabah
setelah rekening Giro dibuka dan nomor Cek/Bilyet Giro didaftarkan ke dalam sistem. Setiap buku
Cek/Bilyet Giro yang diambil oleh nasabah atau kuasanya harus dimintakan tanda terima/resi.
Pada bagian depan setiap lembar Cek dan Bilyet Giro harus tercantum nomor rekening Giro.
4. Saldo Minimum
Setiap nasabah wajib memelihara saldo minimum yang jumlahnya sesuai dengan ketentuan
bank. Apabila terjadi pelanggaran atas ketentuan tersebut, maka nasabah harus dikenakan denda
yang besarnya sesuai dengan ketentuan bank. Proses pembebanan denda atas rekening yang
memiliki saldo di bawah minimal harus dilakukan pada setiap transaksi.
5. Transaksi Rekening Giro
Setiap transaksi yang dibukukan ke dalam rekening Giro harus memuat informasi, antara
lain: tanggal transaksi, nomor Cek/Bilyet Giro yang ditarik atau keterangan lainnya, debet atau
kredit dan nominal transaksi. Total saldo seluruh rekening Giro yang ada harus sama dengan saldo
perkiraan Giro dalam Neraca Harian pada hari yang sama. Semua bukti transaksi rekening Giro
yang sudah dibukukan harus diperiksa kembali oleh masing-masing unit kerja bersangkutan dan
dilakukan verifikasi ulang oleh Seksi Akuntansi.
6. Setoran Giro
Setoran awal sekurang-kurangnya adalah sebesar jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
bank, sedangkan penyetoran selanjutnya tanpa batasan nominal dapat dilakukan secara tunai,
pemindahbukuan, transfer dan kliring. Media yang digunakan untuk transaksi penyetoran secara
tunai adalah slip setoran. Penyetoran yang bersifat pemindahbukuan dilakukan dengan
menggunakan media pemindahbukuan.
7. Penarikan Giro
Media yang digunakan untuk transaksi penarikan adalah penarikan tunai menggunakan cek.
Penarikan non tunai, untuk dikliringkan menggunakan Bilyet Giro/Cross Cek. Untuk
pemindahbukuan antar rekening, menggunakan Cross Cek, Bilyet Giro atau media lainnya sesuai
ketentuan bank.Tidak ada batasan frekuensi penarikan dan jumlah pengambilan selama saldo
masih mencukupi (kecuali untuk rekening/saldo blokir, apabila ada).
Apabila nasabah menarik Cek/Bilyet Giro kosong melalui kliring, maka akan diberikan
Surat Peringatan kepada nasabah yang bersangkutan sesuai ketentuan yang berlaku. Penarikan giro
antar cabang dapat dilakukan dengan memperhatikan verifikasi tandatangan dan limit transaksi
sesuai ketentuan bank.
8. Jasa Giro
a. Jasa giro Kasda Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten (PKD) :
- Saldo < Rp 5.000.000, tidak memperoleh jasa 0,00% (2009)
- Saldo ≥ Rp 5.000.000 memperoleh jasa sebesar 3,00% (2009)
b. Jasa giro lainnya :
- Saldo < Rp 5.000.000, tidak memperoleh jasa 0,00% (2009)
- Saldo ≥ Rp 5.000.000 memperoleh jasa 1,00% (2009)
- Saldo ≥ Rp 25.000.000 memperoleh jasa 1,50% (2009)
- Saldo ≥ Rp 100.000.000 memperoleh jasa 2,00% (2009)
c. Jasa giro bank lain :
- Saldo < Rp 10.000.000, tidak memperoleh jasa 0,00% (2009)
- Saldo ≥ Rp 10.000.000 memperoleh jasa 0,25% (2009)
- Saldo ≥ Rp 50.000.000 memperoleh jasa 0,50% (2009)
9. Pajak Penghasilan atas Jasa Giro
Pajak penghasilan (PPh) atas jasa giro dikenakan sesuai dengan ketentuan pajak yang
berlaku yaitu 20% dari saldo terakhir dan dibebankan pada saat pembayaran jasa giro dengan cara
menyajikan pemotongan PPh secara terpisah dari jumlah jasa giro.
Penyetoran PPh atas jasa giro ke Kantor Kas Negara dilakukan sesuai peraturan yang
berlaku. Apabila terdapat perubahan peraturan pemerintah yang berkenaan dengan PPh atas jasa
giro, maka peraturan tersebut secara otomatis bersifat mengikat pada saat peraturan tersebut
diberlakukan.
Cek silang Jika suatu yang dipojok kiri atas diberi dua tanda silang sehingga cek tersebut
berfungsi sebagai pemindahbukuan bukan tunai.
Cek Mundur Yang merupakan cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal sekarang, misalnya
hari ini tanggal 10 mei 2007, Tn. Dede Royana bermaksud mencairkan ceknya dimana dalam cek
tersebut tertulis tanggal 12 Mei 2007. Jenis cek inilah yang disebut dengan cek mundur, hal ini
biasanya terjadi karena ada kesepakatan antara pemberi cek dengan penerima cek.
Cek Kosong Yaitu cek yang dananya tidak tersedia, sebagai contoh misalnya nasabah menarik cek
senilai 77 juta rupiah tertulis didalam cek tersebut, akan tetapi dana yang tersedia di rekening giro
tersebut hanya ada 30 juta rupiah. Jelas cek tersebut kurang jumlahnya dibandingkan jumlah dana
yang ada.
Apabila nasabah melakukan penarikan dengan cek kosong sampai 3 kali, maka nasabah
tersebut akan di black list atau masuk daftar hitam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,
kemudian disebarkan keseluruh perbankan, sehingga yang bersangkutan tidak dapat berhubungan
dengan bank manapun. Namun tentunya sebelum masuk daftar hitam terlebih dulu nasabah diberi
peringatan baik lisan maupun tertulis sebalumnya.
Keterangan yang ada dalam suatu cek :
Ada tertulis kata-kata Cek atau Cheque
Ada tertulis Bank Penerbit (Bank Monas Indonesia)
Ada nomor cek
Ada tanggal penulisan cek
Ada perintah membayar “bayarlah kepada …. Atau pembawa”
Ada jumlah uang (nominal angka dan huruf)
Ada tanda tangan atau cap perusahaan pemilik cek
3. Pengertian Bilyet Giro (BG)
Bilyet Giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening
giro nasabah tersebut untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan
kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya.
Syarat-syarat yang berlaku untuk BG agar pemindahbukuannya dapat dilakukan antara lain :
Ada nama bilyet giro dan nomor serinya
Perintah tanpa syarat untuk memindahbukukan sejumlah uang atas beban rekening yang
bersangkutan
Nama dan tempat bank tertarik
Jumlah dana yang dipindahkan dalam angka dan huruf
Nama pihak penerima
Tanda tangan penarik atau stempel penarik jika penarik merupakan perusahaan
Tanggal dan tempat penarikan
Nama bank yang menerima pemindahbukuan tersebut
Masa berlaku dan tanggal berlakunya BG juga diatur sesuai persyaratan yang telah
ditentukan seperti :
Masa berlaku bilyet giro adalah 70 hari terhitung mulai dari tanggal penarikannya
Bila tanggal efektif tidak dicantumkan maka tanggal penarikan berlaku pula sebagai tanggal
efektif
Bila tanggal efektif tidak dicantumkan, maka tanggal efektif dianggap sebagai tanggal penarikan
Dan persyaratan lainnya.
Keterangan yang ada didalam suatu Bilyet Giro :
Ada tertulis kata-kata Bilyet Giro
Ada bank penerbit (Bank Monas Indonesia)
Ada nomor Bilyet Giro
Ada tanggal penulisan Bilyet Giro ( dibawah nomor BG )
Ada perintahpemindahbukuan
Ada jumlah uang ( nominal angka dan huruf )
Ada tanda tangan pemilik Bilyet Giro
F. Model dan Metode :
1. Metode pembelajaran project based learning ( PJBL )
G. Media, Alat/Bahan Pembelajaran
1. Media
a. Papan tulis
b. Spidol
c. Pengaris
2. Alat/Bahan
a. LCD/OHP.
b. Komputer/Laptop.
H. Sumber Belajar
1. Buku Referensi
2. Elektronik
3. Alam lingkungan
4. SOP DU/DI
5. Modul Dasar Dasar Perbankan, Karangan Ernawati
Penilaian Pembelajaran
Keterangan
Skor 5 (85-100) : Sangat jelas
Skor 4 (75-84) : Jelas
Skor 3 (67-74) : Cukup jelas
Skor 4 (50-66) : Kurang jelas
Skor 5 (0-49) : Tidak jelas
Program Remedial
No. Jenis Tugas Kegiatan Nilai KKM
1. Kelompok Diskusi tentang Simpanan Jasa Giro
2. Individu Mengerjakan soal yang telah disiapkan
guru
Mengulang soal yang diangap sulit waktu
UH 1
Program Pengayaan
No. Jenis Tugas Kegiatan Nilai KKM
1. Kelompok -
2. Individu Merangkum materi yang berkaitan
dengan Simpanan Dana Giro.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.8 Menganalisis simpanan dana tabungan
2. KD pada KI keterampilan
4.8 Menghitung simpanan dana tabungan
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan pembahasan simpanan dana tabungan
2. Menjelaskan sarana penarikan simpanan tabungan
3. Menjelaskan persyratan bagi penabung
4. Menjelaskan perbedaan tabungan konvensional dengan tabungan syariah
5. Menjelaskan macam macam tabungan
6. Menjelaskan perhitungan bunga tabungan
E. Materi Pembelajaran
Tabungan
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu. Tabungan juga adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan. Jadi
disimpan dan akan digunakan di masa yang akan datang.
Pendapatan merupakan faktor utama yang terpenting untuk menentukan konsumsi dan
tabungan. Keluarga-keluarga yang tidak mampu akan membelanjakan sebagian besar bahkan
seluruh pendapatannya untuk keperluan hidupnya. Individu yang berpendapatan tinggi akan
melakukan tabungan lebih besar daripada individu yang berpendapatan rendah. Tabungan dapat
dilakukan oleh seorang pedagang dengan membeli barang dagangan dengan maksud untuk
mengkonsumsi lebih besar pada waktu yang akan datang.
Usaha perbankan dalam usaha meningkatkan pengerahan sumber dana dari masyarakat
salah satunya dengan menghimpun sumber dana tabungan. Tabungan adalah simpanan pihak
ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Biasanya
suatu bank menyelenggarakan suatu produk tabungan lebih dari satu jenis.
Dengan diperkenalkannya tabungan pada masyarakat hal ini akan memupuk kesadaran
masyarakat seberapa jauh pentingnya tabungan, karena dengan menabung berarti kita menyimpan
uang di bank dengan rasa aman, yang dapat diambil setiap saat apabila kita membutuhkannya juga
dengan menabung berarti menyisihkan sebagian dari pendapatan yang tidak dipakai untuk
konsumsi.
Pengertian tabungan menurut Undang-undang no. 10 tahun 1998 tentang perbankan atas
undang-undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 1 ayat 9: “Merupakan simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek atau alat yang diupersamakan dengan itu”.
Menurut Dumairy dalam bukunya yang berjudul “Perekonomian Indonesia” (1996:125)
tabungan adalah bagian dari “pendapatan dapat dibelanjakan” (disposable income) yang tidak
dikeluarkan untuk konsumsi.Pengertian tabungan menurut Thomas Suyatno (2001:71) Tabungan
adalah “Simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu”.
Sedangkan menurut Mandala Manarung dan Pratama Rahardja dalam bukunya yang berjudul
“Uang Perbankan, dan Ekonomi Moneter”, tabungan merupakan simpanan pihak ketiga yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro dan alat laiinya yang dipersamakan dengan itu.
Pedapat lain mengungkapkan bahwa, tabungan juga didefinisikan sebagai menyimpan uang
di Bank. Bank akan menyimpan uang dalam periode tertentu sesuai keinginan. Kreditur bebas
mengambilnya kapan saja baik itu secara langsung di teller atau melalui transaksi elektronis. Nilai
dalam tabungan bisa cepat habis karena sering diambil untuk keperluan.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tabungan adalah sebagian dari pendapatan
yang tidak digunakan untuk belanja atau tidak digunakan untuk kegiatan konsumsi. Tabungan
merupakan investasi paling mudah, paling tidak beresiko, namun memiliki keuntungan yang
sangat sedikit. Ada resiko, ada profit. Jika resiko kecil, profit juga kecil.Mungkin malah berkurang
karena mendapatkan segudang fasilitas dari Bank yang memudahkan dalam mengatur uang.
Konvensional
Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi,
atau Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan
bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro,
besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan. Dalam praktiknya bunga
tabungan lebih besar dari jasa giro.
Syariah
Bank syariah menerapkan dua akad tabungan, yaitu wadi’ahdan mudharabah. Tabungan
yang menerapkan akad wadi’ahmengikuti prinsip wadi’ah yad adh-dhamanah, artinya tabungan
ini tidak mendapatkan keuntungan karena ia titipan dan dapat diambil sewaktu-waktu dengan
menggunakan buku tabungan atau media lain seperti kartu ATM. Tabungan yang berdasarkan
akadwadi’ah ini tidak mendapatkan keuntungan dari bank karena sifatnya titipan. Akan tetapi,
bank tidak dilarang jika ingin memberikan semacam bonus/hadiah. Tabungan yangmenerapkan
akad mudharabah mengikuti prinsip-prinsip akad mudharabah. Diantaranya sebagai berikut,
keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara shahibul maal (dalam hal ini nasabah)
dan mudharib (dalam hal ini bank).
adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk
melakukan investasi dengan memutar dana itu diperlukan waktu yang cukup.
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI tentang Tabungan adalah sebagai berikut
Berikut perbedaan antara Tabungan Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Mungkin ini
bisa menjadi sebuah jawaban yang bisa warga Nagan jadikan referensi ketika ingin mengetahui
bagaimana prinsip-prinsip dan perbedaan yang ada diantara dua jenis bank yang saling bertolak
belakang ini.dari ruang konsultasi bank di website Okezone.com. berikut jawaban yang diberikan
oleh S Iman Santoso Consumer Portfolio Management Division Head Bank NISP.
Untuk menjawab "manakah yang lebih menguntungkan", kita lihat perbedaan tujuan dari
bank konvensional dengan bank syariah. Bank konvensional didirikan untuk mendapatkan
keuntungan material sebesar-besarnya, sedangkan bank syariah didirikan untuk memberikan
kesejahteraan material dan spiritual. Kesejahteraan material dan spiritual tersebut didapat melalui
usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang halal. Artinya, bank syariah tidak akan
menyalurkan dana untuk usaha pabrik minuman keras atau usaha lain yang tidak bisa dijamin
bahwa hasilnya berasal dari kegiatan yang halal.
Karena itu dapat dikatakan bahwa konsep keuntungan pada bank konvensional lebih
cenderung, berfokus pada sudut keuntungan materi, sedangkan konsep keuntungan pada bank
syariah harus memperhatikan keuntungan dari sudut duniawi dan ukhrawi (akhirat).
Jika memang tujuan nasabah sesuai dengan tujuan bank syariah, maka secara prinsip tidak
ada kekurangan dari menabung di bank syariah karena adanya keseimbangan antara duniawi dan
ukhrawi. Namun apabila tujuan nasabah lebih ke aspek-aspek material, maka bisa jadi benefit yang
diperoleh akan kurang sesuai dengan harapan.Untuk lebih jelasnya, kita coba bandingkan antara
tabungan di bank konvensional dengan tabungan syariah yang menerapkan prinsip mudharabah
atau bagi hasil, sebagai berikut:
Tabungan Konvensional:
Bunga sudah ditentukan besarnya terlebih dahulu oleh bank tanpa memperhitungkan apakah bank
sedang mendapatkan keuntungan atau tidak.
Besarnya bunga adalah tetap baik bank sedang rugi atau laba. Walaupun ekonomi sedang booming
dan bank sedang mendapatkan banyak laba, akan tetapi tetap bunga yang diberikan kepada
nasabah tidak bertambah.
Tidak menawarkan bunga tetapi bagi hasil dan yang ditetapkan terlebih dahulu adalah rasio
(nisbah) antara bagian keuntungan yang didapat nasabah dan bagian keuntungan yang didapat oleh
bank, misalnya 60:40 artinya 60 persen keuntungan bagi nasabah dan 40 persen keuntungan bagi
bank. Karena itu bagian keuntungan yang diterima nasabah tergantung dari keuntungan yang
didapat oleh bank.
Besarnya keuntungan yang diterima oleh nasabah akan meningkat apabila keuntungan bank
sedang booming.
Di bank syariah tidak berlaku sistem bunga karena bunga adalah riba, dengan kata lain bank
syariah menghindari adanya pihak yang dizalimi ataupun menzalimi.
Misalnya kita lihat nasabah tabungan dengan bunga (bank konvensional), pada saat krisis ekonomi
maka nasabah tabungan mendapatkan bunga tinggi dan bank menjadi pihak yang "dizalimi" karena
bank sedang sangat merugi tetapi harus membayar bunga tinggi kepada nasabah.
Macam Macam Tabungan
2. Tabungan Domestik
Kebijakan-kebijakan pemerintah juga mempunyai dampak yang cukup besar bagi
kemampuan NSB dalam memobilisasi tabungan domestik mereka. Di beberapa negara, yang
pemerintahannya secara aktif berusaha menetapkan kebijakan fiskal dan moneter untuk
mendorong pertumbuhan tabungan dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan yang
cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, banyak juga pemerintah di beberapa NSB yang
memperhatikan peningkatan tabungan domestik mereka, tetapi masih mengandalkan pada
instrumen-instrumen kebijakan yang kurang tepat dalam memobilisasi tabungan. Di sisi lain, pada
sekelompok negara tertentu , kebijakan fiskal dan moneter dari pemerintah nampaknya dirancang
memang tanpa memperhatikan implikasinya terhadap tabungan domestik. Seperti kita ketahui,
pada umumnya serangkaian kebijakan pemerintah akan mempunyai respons positif terhadap
tabungan di kelompok negara A, namun respons tersebut mungkin saja akan berbeda jika
kebijakan yang sama diterapkan di negara B, dan seterusnya.
3. Tabungan Pemerintah
Tabungan pemerintah merupakan kelebihan pendapatan pemerintah dari sektor pajak dan
sumber- sumber lainnya, setelah pendapatan ini digunakan untuk pengeluaran rutin. Pendapatan ini
diperoleh terutama dari sektor pajak. Pajak sebagai pendapatan pemerintah ini memiliki dua jenis
pejak yang dipungut yakni pajak langsung (direct taxes) dan pajak tidak langsung (indirect taxes).
Pajak langsung ini merupakan pajak yang dikenakan atas pendapatan yang diterima atau kekayaan
yang dimilki. Sedangkan pajak tidak langsung merupakan pajak yang dikenakan kepada para
pembeli yang menggunakan barang dan jasa yang ada dalam masyarakat.
Untuk memaksimalkan pendapatan dari sektor pajak demi pertumbuhan ekonomi suatu
negara perlu dilakukan beberapa langkah strategi, langkah mempercepat tabungan pemerintah ini
dilakaukan dengan 2 langkah: (i) mencari sumber penerimaan pajak yang baru, dan (ii)
memperbaiki administrasi pemungutan pajak.
6. Tabungan Swasta
Tabungan Swasta adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga
membayar pajak dan konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan :
Tabungan swasta = Y – C
Tabungan swasta terdiri atas tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate saving) dan
tabungan rumah tangga (household saving). Di Negara-negara berkembang, tabungan swasta
domestik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung pembentukan modal, dimana
utamanya berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari tabungan perusahaan. Sumber tabungan
swasta domestik ini diperoleh dari dua tabungan yakni berasal dari (i) tabungan perusahaan dan (ii)
tabungan rumah tangga.
7. Tabungan Perusahan
Tabungan perusahaan adalah laba yang ditahan oleh perusahaan-perusahaan (pendapatan
perusahaan setelah pajak dikurangi deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham).
Penilaian Pembelajaran
No Soal Waktu Analisi Pembagian Skor KKM
(45) Soal nilai/Soal
1 Tulis dan jelaskan pengertian 3 Mudah 10 70
simpanan dana tabungan?
Keterangan
Skor 5 (85-100) : Sangat jelas
Skor 4 (75-84) : Jelas
Skor 3 (67-74) : Cukup jelas
Skor 4 (50-66) : Kurang jelas
Skor 5 (0-49) : Tidak jelas
Program Remedial
No. Jenis Tugas Kegiatan Nilai KKM
1. Kelompok Diskusi tentang Simpanan Dana Tabungan
2. Individu Mengerjakan soal yang telah disiapkan
guru
Mengulang soal yang diangap sulit waktu
UH 1
Program Pengayaan
No. Jenis Tugas Kegiatan Nilai KKM
1. Kelompok -
2. Individu Merangkum materi yang berkaitan
dengan Simpanan Dana tabungan.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.9 Menganalisis simpanan dana deposito
2. KD pada KI keterampilan
4.9 Menghitung simpanan dana deposito
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian simpanan dana deposito
2. Menjelaskan jenis jenis simpanan dana deposito
3. Menjelaskan ciri ciri simpanan dana deposito
4. Menjelaskan fungsi simpanan dana deposito
5. Menjelaskan Manfaat simpanan dana deposito
6. Menjelaskan cara menghitung bunga simpanan dana deposito
E. Materi Pembelajaran
Pengertian Deposito
Deposito adalah produk simpanan di bank yang penyetorannya maupun penarikannya
hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu saja. Tidak seperti tabungan yang bisa ditarik kapan saja,
maka dalam deposito tidaklah demikian. Kalau kamu memaksa untuk menarik uang atau dana
tersebut sebelum waktu jatuh tempo maka biasanya kan dikenakan potongan.
Bunga deposito umumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan bunga tabungan. Ini
karena uang kamu akan dikunci selama jangka waktu tertentu, sehingga pihak bank merasa perlu
untuk menjanjikan suku bunga yang lebih tinggi dibanding suku bunga pada rekening tabungan.
Hal inilah yang menjadi daya tarik dari deposito.
Minimal SetoranPertama, pada umumnya, ketika Anda membuka rekening di Bank, maka ada
batas setoran minimal yang harus dibayar pertama kali. Begitu juga dengan deposito, ada setoran
minimal yang harus dibayarkan. Perbedaan dengan tabungan biasa, deposito mensyaratkan setoran
minimal berkisar Rp5 juta. Akan tetapi setiap bank mempunyai kebijakan masing-masing.
Jangka Waktu Simpanan Seperti yang telah diuraikan di awal tadi, deposito memiliki jangka
waktu simpanan. Dan simpanan tidak bisa diambil sebelum jangka waktu tersebut. Biasanya
nasabah akan diberikan beberapa opsi untuk jangka waktu ini mulai dari 1, 3, 6, 12 atau 24 bulan.
Mengenai jangka waktu ini sangat penting untuk diperhatikan karena ini akan menentukan
bagaimana Anda menggunakan simpanan tersebut.
Misalnya, ketika Anda memfungsikan simpanan deposito ini sebagai dana darurat maka Anda
jangan memilih jangka waktu 24 bulan. Karena bila sewaktu-waktu anda membutuhkan akan sulit
untuk mengambil simpanan tersebut (ada biaya penalti). Maka dari itu jika simpanan deposito ini
anda fungsikan sebagai dana darurat, maka pilih jangka waktu yang paling pendek misalnya 1
bulan.
Deposito ini sangat cocok bagi Anda yang kesulitan untuk menabung. Dengan memanfaatkan
deposito maka Anda akan kesulitan jika ingin ‘boros’ karena ada aturan jangka waktu tersebut dan
tidak bisa mengambil simpanan seenaknya.
Pencairan Dana Berhubungan dengan jangka waktu seperti dijelaskan di atas, pencairan dana
deposito tidak bisa sembarangan seperti tabungan. Setelah Anda menentukan atas pilihan jangka
waktu yang telah ditawarkan, maka pencairan dana deposito harus sesuai dengan jangka waktu
tersebut. Kalau tidak, Anda akan dikenakan sejumlah denda penalti yang membuat keuntungan
menjadi tidak maksimal.
Bunga Deposito Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa bunga deposito relatif lebih
tinggi dibanding tabungan. Hal tersebut sangat masuk akal karena adanya limitasi jangka waktu
yang diberikan. Dan hal inilah yang dimaksudkan bahwa deposito merupakan produk investasi
yang menguntungkan selain obligasi, saham dan emas.
Meskipun demikian, hal yang perlu diingat adalah suku bunga yang ditetapkan. Untuk itu bunga
harus disesuaikan dengan kebijakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Pasalnya, besaran suku
bunga tertentu ditetapkan dan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan.
Risiko Rendah Deposito dikatakan menjadi produk simpanan yang memiliki risiko rendah karena
deposito memiliki jaminan LPS dengan syarat tertentu. Dan bank yang Anda pilih merupakan bank
yang tercatat sebagai anggota LPS. Jaminan dari LPS tersebut berlaku jika deposito yang
dijaminkan kurang dari Rp2 miliar dan suku bunganya maksimal 7,5%. Oleh karena itu, jika Anda
mempunyai deposito yang nilainya lebih dari Rp2 miliar atau bunganya melewati persentase, maka
LPS tidak akan menjamin dana deposito milik Anda.
Deposito Sebagai Jaminan Mungkin untuk poin yang ini banyak orang yang belum mengetahui.
Ya, deposito ternyata tergolong dalam salah satu aset yang bisa jadi jaminan untuk pinjaman ke
bank. Namun, tidak semua bank mau dan bersedia menerima jaminan dalam bentuk deposito ini.
Meskipun demikian, jaminan deposito ini bisa menjadi alternatif jaminan selain aset yang biasa
kita ketahui seperti tanah atau rumah.
Produk Kena PajakDeposito merupakan produk kena pajak. Jadi, keuntungan yang Anda terima
terlebih dahulu harus berurusan dengan potongan pajak yang besarnya sampai 20 persen.
Meskipun begitu, masih ada 80 persen keuntungan yang bisa Anda terima kan?
Deposito Automatic Roll OverDeposito automatic roll over adalah suatu bentuk lain dari deposito
berjangka dimana simpanan masyarakat (dalam bentuk deposito) yang telah jatuh tempo sesuai
dengan jangka waktu yang diperjanjikan, namun pihak deposan belum mengambilnya maka secara
otomatis terhadap simpanan tadi dilakukan perpanjangan waktu tanpa menunggu persetujuan dari
deposan.
Sertifikat DepositoSertifikat deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito berjangka.
Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan. Agar
simpanan ini dapat diperjualbelikan dengan mudah maka penarikan pada saat jatuh tempo dapat
dilakukan atas unjuk, sehingga siapapun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat
menguangkannya pada saat jatuh tempo.
Deposit on Call Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara
pihak bank dengan nasabah. Deposit on call biasanya digunakan oleh nasabah yang tidak setiap
saat perlu menarik dananya dan keperluan penarikan dana itu dapat diprediksi oleh nasabah dalam
jangka waktu tertentu.
Fungsi dan Manfaat Deposito
Fungsi Intern
Maksudnya fungsi deposito ini sangat strategis dalam membantu kegiatan operasional bank
khususnya ruang lingkup bank itu sendiri. Jenis simpanan ini merupakan salah satu sumber utama
modal bank yang praktis penggunaannya karena mempunyai limit waktu. Deposito ini bagi suatu
bank berfungsi untuk memenuhi kebutuhan modal suatu bank, dan disamping itu juga membantu
menjaga posisi likuiditas bank. Kebutuhan akan modal kerja suatu bank harus selalu dipenuhi
setiap saat sehubungan dengan salah satu fungsi utamanya yakni sebagai lembaga yang
menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit.
Fungsi Ekstern
Fungsi ekstern ini dikaitkan dengan fungsi yang ada diluar perusahaan bank yakni sebagai lembaga
yang bergerak dalam bidang jasa yang memeperlancar arus pembayaran uang. Dalam upaya
mencapai tujuan pembangunan nasional diharapkan lembaga perbankan dapat berperan dalam
mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan
perkembangan erekonomian nasional maupun internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai
tantangan yang semakin luas, untuk itu bank harus mampu menghadapi persaingan yang sehat dan
efisien. Depositi ini merupakan sarana penghimpunan dana dalam jumlah yang besar, dengan
demikian pemerintah sangat mengharapkan inisiatif dari masyarakat untuk menanamkan dana yang
lebih ini melalui deposito demi meununjang pembangunan yang senantiasa membutuhkan dana
yang relatif besar.
Manfaat Deposito
Setiap bank tentunya menginginkan memperoleh simpanan masyarakat dalam jumlah yang
besar, dengan banyaknya simpanan masyarakat di bank, maka bank akan dapat memenuhi
kebutuhan dari nasabah yang dapat memberikan lebih banyak pinjaman kepada mereka yang
membutuhkan.
Persaingan yang tajam menuntut setiap bank dapat mencari dan memperoleh cara yang
khusus serta menarik simpanan masyarakat ini. Dana deposito ini disamping bermanfaat dalam
pembiayaan aktifitas bank, juga berguna untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai fungsi simpanan dana deposito
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi fungsi simpanan dana deposito bagian yang belum
dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Guru Mencek kembali tugas yang di kerjakan siswa
Guru mengasih tahu materi untuk pertemuan berikutnya tentang manfaat
simpanan dana deposito
Salam
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai manfaat simpanan dana deposito
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi manfaat simpanan dana deposito atau bagian yang belum
dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Guru melihat kembali tugas siswa yang dikerjakan
Guru mengasih tahu materi untuk pertemuan berikutnya tentang cara
menghitung simpanan dana deposito
Salam
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai cara menghitung simpanan dana deposito
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi cara menghitung simpanan dana deposito
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Guru memeriksa catatan siswa dan mengingatkan siswa untuk minggu
depan ada UH 1
Salam
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai simpanan dana deposito
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi simpanan dana deposito atau bagian yang belum
dimengerti.
Guru memberi waktu pada siswa untuk mempersiapkan perlengkapan
ujian dan waktu membaca ulang pelajaran yg bersangkutan
Guru mempersiapkan soal tentang UH II untuk dibagikan
Guru menjelakan metode UH II yg akan dilaksakan, dimulai dari
waktunya, dan ketentuan lainnya (waktunya 50 menit)
3Penutup 30 menit
Peserta didik memperiksa kembali jawaban sebelum di kumpulakan
Peserta didik mengumpulkan sesuai dengan waktu yg di berikan
Guru membahas hasil UH II secara bersama dengan siswa
Guru membahas pelajaran untuk minggu depan supaya siswa bisa
mengetahui kegiatan atau pelajaran berikutnya
Mengucapkan salam pertanda berakhirnya pelajaran.
Penilaian Pembelajaran
Keterangan
Skor 5 (85-100) : Sangat jelas
Skor 4 (75-84) : Jelas
Skor 3 (67-74) : Cukup jelas
Skor 4 (50-66) : Kurang jelas
Skor 5 (0-49) : Tidak jelas
Program Remedial
No. Jenis Tugas Kegiatan Nilai KKM
1. Kelompok Diskusi tentang Simpanan dana deposito
2. Individu Mengerjakan soal yang telah disiapkan
guru
Mengulang soal yang diangap sulit waktu
UH II
Program Pengayaan
No. Jenis Tugas Kegiatan Nilai KKM
1. Kelompok Simpanan dana deposito
2. Individu Merangkum materi yang berkaitan
dengan Simpanan Dana deposito.
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi
dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
2. Keterampilan
KI 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan
Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
3.10 Menganalisis kredit perbankan
2. KD pada KI keterampilan
4.10 Menghitung kredit perbankan
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan ini siswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian kredit perbankan
2. Menjelaskan fungsi kredit perbankan
3. Menjelaskan jenis jenis kredit perbankan
4. Menjelaskan perkreditan yang dijalankan Bank Indonesia (BI)
5. Menjelaskan perjanjian kredit perbankan
6. Menjelaskan jaminan atau angunan kredit perbankan
7. Menjelaskan prinsip prinsip pemberian kredit perbankan
8. Menjelaskan asuransi yang ditawarkan kredit perbankan
9. Menjelaskan penangaan kredit perbankan bermasaalah
E. Materi Pembelajaran
Kredit Perbankan
A. Pengertian Kredit
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan
membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang
pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian.
Kata ‘kredit’ berasal dari bahasa Latin creditur yang merupakan bentuk past participle dari
kata credere (lihat pula credoadedidikirawan dan creditum, yang berarti to trust atau faith). Kata
trust berarti ‘kepercayaan’. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi
kredit, lazim bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitur (nasabah, penerima kredit)
mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah
disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang bersangkutan.
Dalam KBBI, kata kredit antara lain diartikan : pertama, pinjaman uang dengan
pembayaran pengembalian secara mengangsur, dan kedua, pinjaman sampai batas jumlah tertentu
yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
Secara yuridis Undang-Undangadedidikirawan Nomor 10 Tahun 1998 menggunakan dua
istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama untuk pengertian kredit. Kedua istilah
itu, yaitu pertama, kata ‘kredit’, istilah yang digunakan pada bank konvensional dalam
menjalankan kegiatan usahanya, dan kedua, kata ‘pembiayaan’ berdasarkan Prinsip Syariah, istilah
yang digunakan pada bank syariah.
Istilah kredit banyak dipakai dalam sistem perbankan konvensional yang berbasis pasar
bunga (interest based), sedangkan dalam hukum perbankan syariah lebih dikenal dengan istilah
pembiayaan (financing) yang berbasis pada keuntungan riil yang dikehendaki (margin) ataupun
bagi hasil (profit sharing).
Pengertian kredit disebutkan dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,
yang berbunyi :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berddasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.”
Sementara itu pengertian pembiayaan disebutkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 12 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang berbunyi :
“Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan ituadedidikirawan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”
Pengertian pembiayaan tersebut lebih diperjelas lagi dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 PBI
No.9/19/PBI/2007, dan juga dirumuskan dalam ketentuan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008.
Dari rumusan kedua istilah kredit dan pembiayaan tersebut, perbedaannya terletak pada
bentuk kontraprestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana (debitur) kepada bank
(kreditur) atas pemberian kredit atau pembiayaan. Pada bank konvensional, kontraprestasinya
berupa bunga sebagai keuntungan, sedangkan pada bank syariah, kontraprestasinya dapat berupa
imbalan ujrah, bagi hasil, atau bahkan tanpa imbalan sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan
bersama bank syariah dengan debiturnya. Baik kredit maupunadedidikirawan pembiayaan, sama-
sama merupakan penyediaan dana atau tagihan / piutang yang nilainya diukur dengan uang.
Kemudian adanya persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak bank (kreditur) dan pihak
lain nasabah peminjam dana (debitur), dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian
kredit itu mencakup kewajiban nasabah peminjam dana atau pihak yang dibiayai melunasi
utangnya atau mengembalikan pinjamannya beserta dengan bunga, imbalan, atau bagi hasil dalam
tenggang waktu yang disepakati bersama.
Dalam perbankan konvensional penyaluran dana kepada nasabah selalu dalam bentuk uang
yang kemudian terserah bagi nasabah debitur untuk memakainya. Sedangkan dalam perbankan
syariah biasanya bank menyediakan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang nyata (asset)
baik yang didasarkan pada konsep jual-beli, sewa-menyewa, ataupun bagi hasil.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam makna kredit, yaitu :
Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada
nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu.
Waktu, yaitu adanya jangka waktu tertentuadedidikirawan antara pemberian dan pelunasan
kreditnya,
Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan
pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup
kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, diadakan pengikatan jaminan
(agunan).
B. Fungsi Kredit
Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang bagi kedua
belah pihak untuk saling menolong untuk tujuan pencapaian kebutuhan, baik dalam bidang usaha
maupun kebutuhan sehari-hari.
Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis, baik bagi debitur,
kreditur, maupun masyarakat membawa pengaruh padaadedidikirawan tahapan yang lebih baik.
Dari manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan
perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi :
Meningkatkan daya guna uang.
Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Meningkatkan daya guna dan peredaran barang.
Salah satu alat stabilitas ekonomi.
Meningkatkan kegairahan berusaha.
Meningkatkan emerataan pendapatan.
Meningkatkan hubungan internasional.
C. Jenis-Jenis Kredit
Jenis-jenis kredit berdasarkan klasifikasinya terdiri atas :
Jenis kredit menurut kelembagaan;
Jenis kredit menurut jangka waktu;
Jenis kredit menurut penggunaannya;
Jenis kredit menurut kelengkapan dan keterikatannya dengan dokumen yang dibutuhkannya;
Jenis kredit menurut aktivitas perputaran usaha;
Jenis kredit menurut jaminannya;
Jenis kredit dari berbagai kriteria lainnya.
1. Jenis Kredit Menurut Kelembagaan
Jenis kredit menurut kelembagaan terdiri atas :
Kredit perbankan adalah kredit yang diberikan oleh bank milik negara atau bank swasta kepada
masyarakat untuk kegiatan usaha dan atau konsumsi.
Kredit likuiditas adalah kredit yang adedidikirawandiberikan oleh bank sentral kepada bank-bank
yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan
perkreditannya.
Kredit langsung adalah kredit yang diberikan oleh BI kepada lembaga pemerintah atau
semipemerintah (kredit program). Adapun kredit program adalah kredit atau pembiayaan yang
disalurkan bank pelaksana dengan dukungan Kredit Likuiditas BI (KLBI) dalam rangka
mendukung program pemerintah.
Kredit pinjaman antarbank adalah kredit yang diberikan oleh bank yang kelebihan dana kepada
bank yang kekurangan dana. Bilateral loan adedidikirawanadalah transaksi pinjaman dua pihak
secara langsung antara bank yang meminjamkan dan bank peminjam, sedangkan kredit sindikasi
adalah pinjaman yang diberikan sekelompok. Kredit konsorsium adalah pembiayaan secara
bersama-sama, maksudnya beberapa bank secara bersama-sama berdasarkan perjanjian terentu
memberikan kredit kepada suatu perusahaan.
2. Jenis Kredit Menurut Jangka Waktu
Dari segi jangka waktunya jenis kredit meliputi :
Kredit jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun. Bentuknya dapat
berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembeli, dan kredit wesel, serta kredit modal
kerja.
Kredit jangka menengah adalah kredit berjangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun.
Bentuknya dapat berupa kredit investasi jangka menengah.
Kredit jangka panjang adalah kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. Bentuknya pada
umumnya berupa kredit investasi yangadedidikirawan bertujuan menambah modal perusahaan
dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi (perluasan), dan pendirian proyek baru.
Jangka waktu kredit kepada pemerintah daerah ditetapkan dalam PP 54 / 2005 tentang Pinjaman
Daerah, yang terdiri atas :
Pinjaman jangka pendek, merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu kurang atau sama
dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahu anggaran yang
bersangkutan.
Pinjaman jangka menengah, merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,
bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan
kepala daerah yang bersangkutan.
Pinjaman jangka panjang, merupakanadedidikirawan suatu pinjaman daerah dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai
dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
3. Jenis Kredit Menurut Penggunaannya
Dari segi tujuan kredit, jenis kredit terdiri atas :
Kredit konsumtif;
Kredit produktif, baik kredit investasi maupun kredit eksploitasi;
Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif.
Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau swasta yang
diberikan kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk kebutuhan sehari-
hari.
Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk penggunaan sebagai pembiayaan
modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, juga untuk membiayai
rehabilitasi, ekspansi, relokasi proyek, atau pendirian proyek baru, sedangkan jangka waktunya
dapat berjangka waktu menengah atau berjangka waktu panjang. Adapun kredit eksploitasi adalah
kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan adedidikirawankebutuhan dunia usaha akan
modal kerja berupa persediaan bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam proses
produksi, serta piutang, sedangkan jangka waktunya berlaku pendek.
4. Jenis Kredit Menurut Keterikatannya dengan Dokumen
Jenis kredit ini terdiri atas :
Kredit ekspor adalah semua kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor. DPL,
kredit ekspor adalah kredit untuk membiayai kegiatan investasi dan modal kerja yang diberikan
dalam rupiah dan atau valuta asing kepada eksportir dan atau pemasok.
5. Jenis Kredit Menurut Aktivitas Perputaran Usaha
Jenis kredit ini terdiri atas :
Kredit kecil adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha
kecil. Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja, yang
diberikan dalam rupiah atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit
keseluruhan maksimum Rp.350.000.000,00 adedidikirawanuntuk membiayai usaha yang produktif.
Kredit menengah adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih dari daripada
pengusaha kecil.
Kredit besar pada dasarnya ditinjau dari segi jumlah kredit yang diterima oleh debitur.
6. Jenis Kredit Menurut Jaminannya
Dari segi jaminanya, kredit dapat dibedakan antara lain :
Kredit tanpa jaminan adalah pemberian kredit tanpa jaminan materiil (agunan fisik),
pemberiannya sangat selektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah teruji bonafiditas,
kejujuran, dan ketaatannya, baik dalam traksaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang
dijalaninya.
Kredit dengan jaminan adalah kredit yang diberikan kepada debitur selain didasarkan adanya
keyakinan atas kemampuan debitur juga disandarkan pada adanya agunan atau jaminan ang berupa
fisik (collateral) sebagai jaminan tambahan.
D. Perkreditan yang Dijalankan Bank Indonesia (BI)
Menurut Ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 Pasal 29, BI betugas untuk
memajukan perkembangan yang sehat mengenai urusan kredit, sekaligus bertindak mengadakan
pengawasan terhadap urusan kredit tersebut. Dengan demikian, BI mempunyai wewenang untuk
menetapkan batas-batas kuantitatif dan kualitatif di bidang perkreditan bagi perbankan.
Selanjutnya sesuai dengan Pasal 32 ayat (2)-nya, adedidikirawanbahwa BI dalam
pemberian kredit likuditas bertindak dengan cara menerima penggadaian ulang, menerima sebagai
jaminan surat-surat berharga; dan menerima aksep dengan syarat yang ditetapkan BI.
Ketentuan di atas sejalan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Pasal
11, di mana dalam fungsinya sebagai bankers bank atau sebagai lender of de last resort, BI dapat
bertindak memberikan kredit dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah untuk jangka waktu
paling lama sembilan puluh hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek
bank yang bersangkutan.
Menurut jenisnya, kredit likuiditas darurat dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
Kredit Likuiditas Umum, yaitu kredit yang disediakan oleh BI kepada bank-bank yang mengalami
kesulitan likuiditas sebagai akibat dari perubahan yang mendadak di luar kekuasaan bank dan
bersifat jangka pendek. Melihat karakteristik dari Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek yang
selanjutnya disebut FPJP adalah fasilitas pendanaan dari BI kepada bank, yang kiranya dapat
dikelompokkan pada kredit likuiditas umum.
Kredit Likuiditas Darurat Khusus, yaitu kredit yang diberikan oleh BI kepada bank-bank yang
mengalami kesulitan di dalam faktor-faktor intern. Istilah kredit likuiditas darurat, saat ini dikenal
dengan Fasilitas Pembiayaan Darurat yang selanjutnya disebut FPD adalah fasilitas pembiayaan
dari BI kepada bank bermasalah yang mengalami kesulitan likuiditas, tetapi masih memenuhi
tingkat solvabilitas yang ditetapkan BI, serta berdampak sistemik yang pemberiannya didasarkan
pada keputusan rapat Menkeu dan Gubernur BI dan pendanaannya menjadi beban pemerintah.
Sejalan dengan perkembangan zaman serta perubahan perundang-undangan di bidang
perbankan, khususnya peraturan mengenai bank sentral maka kebijakan pengetatan pemberian
kredit likuiditas dan pembiayaan dari BI kepada perbankan nasional merupakan bagian dari upaya
BI untuk menyehatkan perbankan nasional. Namun begitu, BI dalam memberikan bantuan
likuiditas tersebut hanya tertuju pada bank yang memenuhi persyaratan.
E. Perjanjian Kredit
Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur maka
wajib dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis.
Perjanjian kredit menurut Hukum Perdata Indonesia merupakan salah satu bentuk
perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata Pasal 1754 – 1769.
Namun, dalam praktik perbankan yang modern, hubungan hukum dalam kreditadedidikirawan
bukan lagi semata-mata berbentuk perjanjian pinjam-meminjam, melainkan adanya campuran
dengan bentuk perjanjian yang lainnya, seperti perjanjian pemberian kuasa dan perjanjian lainnya.
Dalam bentuk yang campuran demikian maka selalu tampil adanya suatu jalinan di antara
perjanjian yang terkait tersebut. Akan tetapi, dalam praktik perbankan pada dasarnya bentuk dan
pelaksanaan perjanjian pinjam-meminjam yang ada dalam KUHPerdata tidaklah sepenuhnya
identik dengan bentuk dan pelaksanaan suatu perjanjian kredit perbankan, di antar keduanya ada
perbedaan-perbedaan yang gradual, bahkan dapat pula merupakan perbedaan yang pokok.
Sesuai dengan asas yang utama dari suau perikatan atau perjanjian, yaitu asas kebebasan
berkontrak, maka pihak-pihak yang akan mengikatkan diri dalam perjanjian kredit tersebut dapat
mendasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada KUHPerdata, tetapi dapat pula
mendasarkan pada kesepakatan bersama.
Dalam perkembangannya kebebasan berkontrak ini mendapat pengaruh dari peraturan
ekonomi yang memuat ketentuan yang bersifat memaksa, yang ditujukan untuk menyeimbangkan
kemampuan pihak-pihak pelaku ekonomi secara lebih adil dalam rangka pelaksanaan pembagunan
nasional yang berdasarkan asas pemerataan.
Dalam praktik, bentuk dan materi perjanjian kredit antara satu bank dan bank yang lainnya
tidaklah sama. Hal tersebut terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhannya masing-
masing. Dengan demikian, perjanjian kredit tersebut tidak mempunyai bentuk yang berlaku
umum, hanya saja dalam praktik ada banyak hal yang biasanya dicantumkan dlaam perjanjian
kredit, misalnya berupa definisi istilah-istilah yang akan dipakai dalam perjanjian ini (terutama
dalam perjanjian kredit dengn pihak asing / loan agreement), jumlah dan batas waktu peminjaman,
pembayaran kembali pinjaman (repayment) apakah si peminjam berhak mengembalikan dana
pinjaman lebih cepat dari ketentuan yang ada, penetapan bunga pinjaman dan dendanya jika
debitur lalai membayar bunga, dan dicantumkannya berbagai klausul.
Dalam praktiknya perjanjian kredit sering kali mengakomodasi hal-hal seperti di atas
sehingga semuanya dilakukan dan akhirnya terbentuklah perjanjian baku untuk perjanjian kredit
tersebut. Rumusan perjanjian baku tersebut harus terhindar dari kandungan unsur-unsur yang akan
mengakibatkan kecurangan yang sangat berlebihan dan terjadi suatu pemaksaan kaaena adanya
ketidakseimbangan kekuatan para pihak, juga harus dihindarkan pula syarat perjanjian yang hanya
menguntungkan sepihak, atau risiko yang hanya dibebankan kepada sepihak pula, serta
pembatasan hak dalam menggunakan upaya hukum.
Larangan demikian tercantum dalam Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999, yaitu bahwa pelaku usaha dilarang memcantumkan klausula baku yang letak dan bentuknya
sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau pengungkapannya sulit dimengerti. Apabila
ternyata perjanjian tersebut memuat klausul-klausul atau rumusannya kabur atau
tidakadedidikirawan mudah dimengerti serta tidak jelas arti rumusannya, berlaku asas the promise
to vague to be enforce dan a contract meaningless, sehingga selanjutnya perjanjian demikian tidak
mempunyai daya mengikat, bahkan menurut Pasal 18 ayat (3)-nya, perjanjian tersebut dinyatakan
batal demi hukum.
Dalam ruang lingkup pembahasan perjanjian kredit ini, sering pula dalam praktiknya
peminjam diminta memberikan representations, warranties, dan covenants. Adapun yang dimaksud
dengan representations adalah keterangan-keterangan yang diberikan oleh debitur guna
pemrosesan pemberian kredit. Sedangkan yang dimaksud dengan warranties adalah suatu janji,
misalnya, janji bahwa debitur akan melindungi kekayaan perusahaannya atau aset yang telah
dijadikan jaminan untuk mendapatkan kredit tersebut. Sementara yang dimaksud dengan covenants
adalah janji untuk tidak melakukan sesuatu.
Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, di antaranya :
Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.
Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban di
antara kreditur dan debitur.
Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.
Beberapa klausul yang selalu dan perlu dicantumkan dalam setiap perjanjian kredit, di antaranya :
Klausul mengenai syarat-syarat penarikan kredit pertama kali (predisbursement clause).
Klausul mengenai maksimum kredit (amount clause).
Klausul mengenai jangka waktu kredit.
Klausul mengenai bunga pinjaman (interest clause).
Klausul mengenai barang agunan kredit.
Klausul mengenai asuransi (insurance clause).
Klausul mengenai tindakan yang dilarang oleh bank (negative clause).
Klausul mengenaiadedidikirawan hak bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak
walaupun jangka waktu perjanjian kredit tersebut belum berakhir (tigger clause / opeisbaar clause).
Klausul mengenai denda (penalty clause).
Klausul mengenai beban biaya dan ongkos yang timbul sebagai akibat pemberian kredit (expence
clause).
Klausul mengenai pendebetan rekening pinjaman debitur harus dengan seizin debitur (debet
authorization clause).
Klausul mengenai debitur menjanjikan dan menjamin bahwa semua data dan informasi yang
diberikan kepada bank adalah benar dan tidak diputarbalikkan (representation an warranties clause
/ materiil adverse change clause).
Klausul mengenai ketaatan pada ketentuan bank.
Klausul mengenai pasal-pasal tambahan (miscellaneous / boiler plate provision clause).
Klausul mengenai metode penyelesaian perselisihan antara kreditur dan debitur, jika terjadi
(dispute settlement / alternatif dispute resolution clause).
Pasal penutup.
F. Jaminan dan Agunan Kredit
Dalam memberikan kreditnya bank wajib melakukan analisis terhadap kemampuan debitur
untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank perlu melakukan
pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi
kewajibannya. Selain itu, bank juga dituntut untuk melakukan peninjauan, penilaian, dan
pengikatan terhadap agunan yang disodorkan oleh debitur sehingga agunan yang diterima dapat
memenuhi persyaratan ketentuan yang berlaku. Hal tersebut harus ditaati karena telah dijadikan
asas dari Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Dari ketentuan tersebut di atas yangadedidikirawan paling penting, yaitu bahwa bank dalam
menyalurkan dana untuk kredit harus didasarkan pada adanya suatu jaminan. Adapun yang
dimaksud dengan jaminan dalam pemberian kredit, yaitu keyakinan bank atas kesanggupan debitur
untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. (Pasal 2 ayat (1) SK Dir BI No.
23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit). Sedangkan guna
memperoleh keyakinan tersebut maka bank sebelum memberikan kreditnya harus melakukan
penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha tersebut.
Menurut Subekti, jaminan yang ideal adalah jaminan yang :
Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang membutuhnya.
Tidak melemahkan posisi (kekuatan) si penerima kredit untuk meneruskan usahanya.
Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa apabila perlu, mudah diuangkan untuk
melunasi utang debitur.
Agunan merupakan jaminan tambahan yang diperlukan dalam hal pemberian fasilitas
kredit. Menurut Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bahwa agunan adalah
jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Menurut Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bentuk agunan dapat
berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang
kepemilikannya didasarkan pada hukum adat,adedidikirawan yaitu tanah yang bukti
kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat juga digunakan sebagai
agunan. Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan
objek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.
Meskipun adanya kemudahan, agunan tersebut harus tetap ideal karena agunan mempunyai tugas
melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, yaitu dengan memnberikan hak dan kekuasaan
kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari barang-barang yang diagunkan tersebut apabila
debitur wanprestasi.
Dalam pemberian fasilits kredit ini pada praktiknya agunan bahkan lebih dominan atau
diutamakan, sehingga agunan lebih dipentingkan daripada hanya sekedar jaminan yang berupa
keyakinan atas kemampuan debitur untuk melunasi utangnya.
Dalam rangka menambah keyakinan atas watak dan kemampuan debitur, bank selalu
meminta jaminan pemberian kredit dari pihak lain, seperti jaminan pribadi, garansi dari bank lain,
atau jaminan dari induk perusahaan. Jaminan perorangan atau jaminan pribadi (personal guaranty),
yaitu jaminan seseorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-
kewajiban dari debitur. Jaminan ini dapat dilakukan tanpa sepengetahuan debitur.
Avalist, pada praktik yang sebenarnya jaminan kebendaan (persoonlijke en zekerheid) yang
lebih banyak dipraktikkan. Jaminan kebendaan adedidikirawanmerupakan suatu tindakan berupa
suatu penjaminan yang dilakukan oleh kreditur dengan debiturnya ataupun antara kreditur dan
seseorang pihak ketiga guna menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur.
Dalam konteks perkreditan istilah jaminan sangat sering bertukar dengan istilah agunan.
Menurut Pasal 2 ayat (1) SK Dir BI No. 23/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan
Pemberian Kredit, yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan
debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
Berdasarkan Pasal 10 PBI No.7/2/PBI/2005, maka kualitas kredit ditetapka menurut faktor
penilaian yang meliputi prospek adedidikirawanusaha, kinerja (performance) debitur, dan
kemampuan membayar. Dengan memperhatikan ketiga faktor penilaian tersebut, berdasarkan
Pasal 12 ayat (3) PBI No.7/2/PBI/2005, maka kualitas kredit ditetapkan menjadi :
lancar;
dalam perhatian khusus;
kurang lancar;
diragukan; aau
macet.
Penyelesaian Kredit Bermasalah Secara Administrasi Perkreditan
Secara operasional penanganan penyelesaian kredit bermasalah dapat ditempuh melalui beberapa
cara, yaitu :
Penjadwalan kembali (reschedulling), yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal
pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya
angsuran maupun tidak.
Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit
yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan
lainnya sepanjang tidak menyangkut adedidikirawanperubahan maksimum saldo kredit dan
konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman menjadi penyertaan bank.
Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit berupa penambahan dana
bank, dan/atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan daam perusahaan.
Penyelesaian di atas merupakan langkah yang merupakan alternatif sebelum dilakukan
penyelesaian melalui lembaga yang lebih bersifat yudisial.
Pengaturan bentuk penanganan dan penyelesaian adedidikirawanmasalah perkreditan
tersebut ditetapkan dengan melihat jenis pembiayaan. Beberapa aturan yang memuat materi
ketentuan penanganan dan penyelesaian masalah kredit, di antaranya :
PBI No. 6/18/PBI/2004 tentang Kualitas Aktiva Produktif bagi Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
PBI No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, diubah oleh PBI
No.8/2/PBI/2006.
Pengertian restrukturisasi diatur dalam Pasal 1 angka 25 PBI No. 7/2/PBI/2005, yang berbunyi :
“Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan
terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya yang dilakukan, antara
lain, melalui :
penurunan suku bunga kredit;
perpanjangan jangka waktu kredit;
pengurangan tunggakan bunga kredit;
pengurangan tunggakan pokok kredit;
penambahan fasilitas kredit; dan atau
konvensi kredit menjadi penyertaan modal sementara.”
Pemeriksaan sengketa dalam arbitrase harus diajukan secara tertulis, tetapi dapat juga secara lisan
apabila disetujui oleh para pihak atau dianggap perlu oleh arbiter atau majelis arbitrase (Pasal 36).
Arbiter atau majelis arbitrase terlebih dahulu mengusahakan perdamaian antara para pihak yang
bersengketa (Pasal 45 ayat (1)).
Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180 hari sejak arbiter atau
majelis arbitrase terbentuk, tetapi dapat diperpanjang apabila diperlukan dan disetujui para pihak
(Pasal 48).
Putusan arbitrase harus memuat kepala putusan yang berbunyi “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, nama singkat sengketa, uraian singkat
sengketa, pendirian para pihak, nama lengkap dan alamat arbiter, pertimbangan dan kesimpulan
arbiter atau majelis arbitraseadedidikirawan mengenai keseluruhan sengketa, pendapat tiap-tiap
arbitrase dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis arbitrase, amar putusan,tempat dan
tanggal putusan, dan tanda tangan arbiter atau mejelis arbitrase (Pasal 54 ayat (1)).
Dalam putusan ditetapkan suatu jangka waktu putusan tersebut harus dilaksanakan (Pasal 54 ayat
(1)).
Apabila pemeriksaan sengketa telah selesai, pemeriksaan segera ditutup dan ditetapkan hari
sidang untuk mengucapkan putusan arbitrase (Pasal 55) dan diucapkan dalam waktu paling lama
tiga puluh hari setelah pemeriksaan ditutup (Pasal 57).
Dalam waktu paling lama empat belas hari setelah putusan diterima, para pihak
dapat mengajukan permohonan kepada arbiter atau majelis arbitrase untuk melakukan koreksi
terhadap kekeliruan administratif dan atau menambah atau mengurangi sesuatu tuntutan putusan
(Pasal 58).
d. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
Penanganan piutang negara oleh BPPN terbatas pada piutang yang terjadi karena proses
penyehatan perbankan.
BPPN dalam menanganai piutang negara dapat melakukan penagihan piutang yang sudah
pasti yang berasal dari bank dalam penyehatan. Yang dimaksud piutang bank dalam penyehatan
termasuk juga piutang yang sudah dialihkan kepada BPPN, piutang yang timbul sehubungan
dengan penanggungan utang, atau penyerahan kekayaan oleh pihak lain kepada bank dalam
penyehatan dan atau BPPN. Pelaksanaan penagihan melalui cara-cara sebgai berikut :
Penerbitan surat paksa;
Penyitaan;
Pelelangan.
Kewenangan yang dimiliki oleh BPPN seperti dalam penanganan kredit bermasalah ini
merupakan sesuatu yang bersifat lex specialis terhadap peraturan perundang-undangan lainnya,
maka penerapannya perlu dilandasi dengan kehati-hatian serta menjunjung asas keterbukaan.
2. Alat/Bahan
a. LCD/OHP.
b. Komputer/Laptop.
H. Sumber Belajar
1. Buku Referensi
2. Elektronik
3. Alam lingkungan
4. SOP DU/DI
5. Modul Dasar Dasar Perbankan, Karangan Ernawati
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai fungsi kredit perbankan
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi fungsi kredit perbankan atau bagian yang belum
dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Mengengatkan kembali pelajaran besoknya Jenis jenis kredit perbankan
dan perkreditan yang dijalan Bank Indonesia
Salam
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai perjanjian kredit perbankan dan jamianan atau angunan kredit
perbankan
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi perjanjian kredit perbankan dan jamianan atau angunan
kredit perbankan bagian yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Guru Mencek kembali tugas yang di kerjakan siswa
Guru mengasih tahu materi untuk pertemuan berikutnya tentang prinsip
prinsip pemberian kredit perbankan
Salam
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai prinsip prinsip pemberian kredit perbankan
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi prinsip prinsip pemberian kredit perbankan atau bagian
yang belum dimengerti.
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Guru melihat kembali tugas siswa yang dikerjakan
Guru mengasih tahu materi untuk pertemuan berikutnya tentang asuransi
dan penanganan kredit perbankkan bermasaalah
Salam
Elaborasi
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahamamnya dengan memberikan penjelasan
mengenai asuransi dan penanganan kredit perbankkan bermasaalah
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
tentang materi asuransi dan penanganan kredit perbankkan bermasaalah
3Penutup 15 menit
Peserta didik menuliskan kembali materi yang di pelajari.
Guru memeriksa catatan siswa dan mengingatkan siswa untuk minggu
depan ada UH 1
Salam
Program Remedial
No. Jenis Tugas Kegiatan Nilai KKM
1. Kelompok Diskusi tentang Kredit Perbankan
2. Individu Mengerjakan soal yang telah disiapkan
guru
Mengulang soal yang diangap sulit waktu
UH III
Program Pengayaan
No. Jenis Tugas Kegiatan Nilai KKM
1. Kelompok Kredit Perbankan
2. Individu Merangkum materi yang berkaitan
dengan Simpanan Dana deposito.