Anda di halaman 1dari 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

ABLASI RETINA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/7
Disahkan,
Direktur Utama RSUD Kabupaten Muna
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR OPERASIONAL

PENGERTIAN Pelepasan retina sensoris dari pigmen epitel retina


Klarifikasi :
1. Ablasi retina regmatogen
2. Ablasi retina Non Regmatogen :
a. Traction RD
b. Exudative RD

TUJUAN Diagnosis dan penanganan yang tepat untuk melekatkan kembali


lapisan retina sensoris pada pigmen Epitel Retina, dengan demikian
diharapkan perbaikan tajam penglihatan

KEBIJAKAN Penanganan ablasi retina berdasarkan :


a. Buku pegangan
1. American Academy of Ophthalmoligi, BCSC Vol. 12
2. Retina, editoor Stephen Ryan
b. Sarana dan prasarana yang ada diRSUD Kab. Muna

PROSEDUR kegiatan di Poliklinik Mata


Petugas : dokter spesialis mata, residen mata, perawat yang
bertugas di poliklinik mata
1. Pemeriksaan :
Perawat mempersiapkan alat dan pasien
 Tajam penglihatan dengan koreksi
 Inspeksi :
 Kedudukan bola mata
 Pergerakan bolaa mata
 Ada tidaknya nystagmus
 Pemeriksaan segmen anterior
 Pemeriksaan segmen posterior:
a. Otalmoskopi direk
b. Oftalmoskopi indirek
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ABLASI RETINA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/7
Disahkan,
Direktur Utama RSUD Kabupaten Muna
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR OPERASIONAL

c. Pemeriksaandengan lampu celah :


 Non kontak dengan lensa aspheric 78 D / 89 D,
9pD atau Hruby lens
 Kontak dengan Goldman Thremirror lens, wide
lens atau maister lens.
a. Pemeriksaan Tambahan
1. Tonometri
2. Kompimetri Statik / kinetuj Goldmaan
3. Foto fundus
Ablasi retina regmatogen
1. Defenisi : pelepasanretina sensoris dan pigmen epitel
retina dengan adanya cairan subretina yang masuk lewat
robekan retina
Klarifikasu :
a. Ablasi retina regmatogen simpel
b. Ablasi retina regmatogen dengan Proliferative
Vitreo Retinopathy (PVR)
Penatalaksanaan :
1. Pemmeriksan rutin :
Ablasi – keluhan subjektif. Riwayat trauma operasi
katarak
Pemeriksaab oftalmoogis : biomikroskopi dengan
lensa non komtak dan kontak
2. Membuat gambar fundus
3. Pemeriksaan ultrasonografi bila media keruh
4. Pemeriksaan mata yang 1 lagi untuk melihat faktor
predisposisi degenerasu retina perifer.
a.1. Ablasi retina regmatogeb simple
Gejaala Klinis :
 Subjektif :
 Floaters, photosia
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ABLASI RETINA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/7
Disahkan,
Direktur Utama RSUD Kabupaten Muna
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR OPERASIONAL

 Visus menurun, seperti tertutuo tirai


Pada ablasi retina laanjut : visus sangat menurun
 Objektif :
 Scgafer sign “tobacci dust appeararice” pada
vitreus
 Robekan retina atau “retina break” 90 – 95%
kasus
 Retina terangkat, berundulasu, atau ada
lipatan (retina folds)
 Tanda – taanda khusus : garis demakrasu
 “subretinal Fluids” (SRF) jernih, bila sudah
lama, kuning
 Tekanan intraocular menurun
a.2. Ablasi Retina Regmatogeb deengab PVR
Dinilai berdasarkan klarifikasi tahun 1991, dengan
gambaran – gambaran sebagi berikut :
Grade A : kekeruhan vitreus, bercaj – bercak pigmen vitreus
serta pigmen – pigmen dibagian inferior retina
Grade B : pengerutab permukaan dalam retina, pengkakuan
retina, menjadi kaku peningkatan turtositas pembuluh
darah, pinggiran robekan retina melingkar, berkurangnya
mobilitas vitreus.
CP 1 – 12 : bagian posterior dari ekuator, terlipatnya seluruh tebal
retina, fokal, difus maupun sirkumiferensial, *subretinal strands*
CA 1 – 12 : bagian anterior dari ekuatir, terlipatnya seluruh tebal
retina, fokal, difus maupun sirkumiferensial, *subretina strands*
*dinyatakan dalam luas daerah terkena berdasarkan jam (clock
hours) atau jumlah kwardan
Penatalaksanaan :
a. Penatalaksanaan :
1. Ablasio retina dengan “Macula ON” bedrest
persiapan operasi dalam narkose, dalam 2 x 24 jam
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ABLASI RETINA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/7
Disahkan,
Direktur Utama RSUD Kabupaten Muna
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR OPERASIONAL

2. Ablasio retina dengan “Macuka OFF” bedrest


persiapan operasi dalam narkose, dalam 2 x 24 jam
b. Persiapan operasi
Dilakukan oleh residen mata dan perawat bangsal
 Pasien dipuasakan
 Dicek tanda vital TNSP
 Pemberian tetes mata midriatyl atau tidak hipertensi
efrisel sampai madriasis penuh
 Bulu mata digunting dan mata dibebat
c. Operasi :
1. Ablasi RetinaRegmatogen simple maupun dengan
PVR sampai grade C1 :
a. Macular “ON” :
 Ablasi retina daerah temporalatas dengan
robekan diatad
 Ablasi retina daerah hemisfer atas
Pasien segera dirawat dan diharuskan
istrahat total.
Diberikan sulfas Atripin tetes mata 0,5 %
- 1%, 3 dd 1 tetes sampai hari operasi
dalam 2 x 24 jam
b. Macular “OFF” :
Pasien dirawat dan diharuskan istrahat total
dan diberikan Sulfas Atropin tetes mata
Bila tidak ada kontra indikasi dilakukan
operasi
Teknik operasi : simple Sclera Buckling
(SSB), meliputi :
 Pemasangan buckle
 Aspirasi sub retina fluid
 Merangsang pembentukan sikratriks
baik dengan cryo atau laser
fotokoagulasi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ABLASI RETINA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5/7
Disahkan,
Direktur Utama RSUD Kabupaten Muna
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR OPERASIONAL

 Pemberian tamponade udara atau gas


bila diperlukan
2. Aablasio Retina Regmatogen dengan PVR grade C 2
– 6 atau dengan macular hole.
Teknik Operasi : SB dengan vitrektomi, membran
peeling dan gas
3. Ablasio Retina Regmatogen dengan grade C 2 – 6
Teknik operasi : SB deengan vitrejtomi membran
peeling dan silicon oil
4. Impending Macular Hole (IMH) dengan macular
detachment : Pnemoretinopexy
d. Perawatan Pasca Operasi
Dilaakukan dibangsal atau pavilium
Pasca diberikan : Tetes mata antibiotic dengan /
tanpa steroid
Tetes mata sulfat atropine
Antibiotic oral
Anti inflasi NSAID atau steroiid
Pasien tidur tengkurap bila meenggunakan
tamponade intra vitreal berupa udara, gas atau
silicon oil
Difollow Up : Apakah retina attach, taanda – tanda
infeksi,tanda – tanda iskemi
Ablasi Retina Non Regmatogen
Traction Retina Detachment (TRD)
Defenisi :pelepasan retina sensoris dari pigmen
epitel retina oleh tarikan membrane vitreus atau
proliferasu vitreoretina
Gambaran klinik :
1. Membran vitreus dan jaringan proliferasu vitreoretina
2. Retina tidaj bengkak
3. Retina yang tidak lepas konkaf kearah anterior dan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ABLASI RETINA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
6/7
Disahkan,
Direktur Utama RSUD Kabupaten Muna
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR OPERASIONAL

jarang mencapai oraserrata


4. Kadang – kadang disertai ablasi retina regmatogen
Penata laaksanaan :
1. Pemeriksaan rutin
2. Pemeriksaan tambahan : USG, ERG
3. Operasi
a. TRD pada PRD Fotokoagulasj laser sebelum SB
dan vitreoktomi deengan membran peeling
b. TRD dengan ablasi retina regmatogen : operasi
SB dan vitrektomi dengan membran peeling dan
Gas
Exidative Retinal Detachment
Definisi : pengumpulan cairan di Sub Retina akibat
adanyakerusakan epitel pigmen retina atau pembuluh darah retina
sehingga cairan dapat masuk kedalam sub retina
Keadaan ini bisa terjadi pada proses inflamasj seperti Harada,
neoplasma, khoroid, hipertensi dan ARMD
Gejala Klinik :
1. Retina menggelembung dengan permukaan rata
2. Shifting fluid
3. Tidak ditemukan robekan retina
Penatalaksanaan :
1. Pemeriksaan rutin
2. Pemeriksaan taambahan : FFA,USG, ER
3. Konsul sub bagian lain sesuai keperluan
4. Terapi ditunjujan terhadao penyebab

UNIT TERKAIT  Radiologi kalau ada persiapan tindakan operatif


 Unit Pelayanan Penyakit Dalam
 Anastesiologi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ABLASI RETINA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
7/7
Disahkan,
Direktur Utama RSUD Kabupaten Muna
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR OPERASIONAL

 Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai