Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya. orang atau wirausahawan yang slalu berinovasi, maka ia sapat dikatakan sebagai
seorang wirausahwan yang inovatif. seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan
perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada. inovatif
juga merupakan sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh seorang wirausahawan.
wirausahawan yang slalu melakukan inovasi dalam ushanya. maka keuntungan dan kesuksesan
akan ia dapat. inovatif merupakan implikasi dari karakteristik wirausahawan yang mampu
membawa perubahan pada lingkungan sekitarnya. inovatif secara tidak langsung menjadi sifat
pembeda antara wirausahawan dengan orang biasa, maupun pengusaha. seorang wirausahawan
akan selalu memikirkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, tidak seperti yang dipikirkan
dan dilakukan oleh kebanyakan orang. kreatif dan inovatif adalah suatu kemampuan untuk
memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga
memberikan nilai ekonomis. baik langsung maupun tidak langsung seorang wirausahawan
adalah orang yangmampu membawa perubahan pada lingkunganya. disisi lain ia juga orang yang
sanggup menerima perubahan yang terjadi dan menyikapi perubahan tersebut dengan positif. ia
juga berani mengambil resiko berhasil ataupun gagal di setiap jalan yang ia ambil. wirausahawan
mampu bertahan pada kondisi perekonomian yang sulit dan serba kalut. karena disaat semua
resah, ia memiliki kreasi dan inovasi untuk memindahkan sumber daya yang kurang produktif
menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis.
Definisi Inovasi menurut Para Ahli
1. Everett M. Rogers (1983), Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan,
praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh
seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
2. Stephen Robbins (1994), Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang
diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu:
1. Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang
terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa penemuan
dari suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai pada kemungkinan gagasan yang
mengkristal.
2. Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindak
lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan sehingga
melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa yang siap
dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang pendidikan.
3. Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan
melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi itu
dapat dirasakan manfaatnya.
Mengenai inovasi itu sendiri, Peter M. Drucker mengemukakan ada lima prinsip inovasi, yaitu:
1. Inovasi memerlukan analisis berbagai kesempatan dan kemungkinan yang terbuka, artinya suatu
inovasi hanya dapat terjadi jika kita memiliki kemampuan analisis;
[Type here]
2. Inovasi sifatnya konseptual dan perseptual, yang bermula dari suatu keinginan untuk
menciptakan suatu yang baru dan dapat dimengerti oleh masyarakat;
3. Inovasi haruslah bersifat simple dan terfokus, artinya harus sederhana dan terarah;
4. Inovasi harus dimulai dengan yang kecil, artinya tidak semua inovasi dimulai dengan ide-ide
yang sangat besar yang tidak terjangkau oleh kehidupan nyata manusia. keinginan yang kecil untuk
memperbaiki suatu kondisi atau suatu kebutuhan hidup ternyata kelak mempunyai pengaruh yang
sangat luas terhadap kehidupan manusia selanjutnya;
5. Inovasi diarahkan pada kepemimpinan atau kepeloporan. inovasi selalu diarahkan bahwa
hasilnya akan menjadi suatu pelopor dari suatu perubahan yang diperlukan.
Ada 7 sumber peluang yang bisa kita ambil menurut pakar manajemen kaliber dunia, alm. Peter
Drucker. Tujuh sumber ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu berasal dari dalam (internal) dan luar
(external). Dari dalam, kita bisa temukan 4 sumber. Sumber-sumber internal yang bisa ditemukan
ialah sebagai berikut.
Kita selalu bisa melihat celah peluang dari kejadian-kejadian yang tidak terduga.
Keberhasilan yang tidak diharapkan bisa menjadi kejutan yang positif, melegakan dan
memotivasi untuk bekerja lebih keras. Di sisi lain, kegagalan yang terjadi tanpa ada
antisipasi sebelumnya juga akan memberikan kita pelajaran yang mahal dan berharga
tentang bagaimana harus mengantisipasinya di masa datang. Peristiwa-peristiwa lain yang
terjadi di luar lingkungan kita juga memberikan peluang yang tak kalah berharganya.
2. Ketidaksesuaian
Banyak peluang yang bisa kita manfaatkan dari kesenjangan yang bisa ditemukan antara
kenyataan dan ekspektasi/ harapan. Sebuah bisnis bisa didirikan dengan tujuan untuk
berusaha mengubah keadaan yang ada menjadi lebih mendekati harapan.
Kebutuhan merupakan ibu dari segala penemuan. Pepatah ini tampaknya berlaku
sepanjang waktu. Adanya ketidakcukupan dalam proses bisnis yang dianggap angin lalu
dan diterima orang kebanyakan dengan begitu saja justru bisa menjadi peluang emas yang
sangat menguntungkan.
Ada begitu banyak perubahan yang terjadi di sekitar kita. Perubahan-perubahan tersebut
bisa jadi begitu konkret atau hanya bisa diketahui oleh sebagian orang yang jeli dan
berpengalaman.
[Type here]
Sementara itu, 3 sumber peluang lainnya yang datang dari luar bisa dijelaskan sebagai berikut.
5. Perubahan kependudukan
Dinamika yang terjadi dalam masyarakat dunia bisa saling mempengaruhi satu sama lain.
Peristiwa-peristiwa seperti peperangan, konflik, perpindahan penduduk dalam jumlah
besar, perkembangan dunia medis yang luar biasa bisa menjadi hal-hal yang memicu
perubahan dramatis dalam kehidupan umat manusia secara umum.
6. Perubahan persepsi
Persepsi masyarakat dunia bisa berubah-ubah seiring waktu. Biasanya jika seorang tokoh
atau suatu organisasi berpengaruh di dunia mengeluarkan pendapatnya dan tersiar secara
luas, tidak mustahil bisa terjadi perubahan persepsi. Di dunia modern, aspek superfisial/
permukaan seperti fashion atau tren berbusana juga bisa berkontribusi dalam terjadinya
perubahan dalam ekonomi suatu negara bahkan dunia.
7. Perubahan kesadaran
Contoh yang paling nyata ialah kesadaran umat manusia tentang makin pentingnya
kepedulian lingkungan hidup. Perubahan kesadaran dalam pemikiran dan gaya hidup ini
bisa disebabkan oleh perkembangan baru dalam dunia pengetahuan. Seiring dengan makin
banyaknya penelitian ilmiah yang dilakukan oleh kalangan akademisi dan lembaga riset,
dunia pengetahuan terus membuat perubahan dalam wajah peradaban manusia.
dari peristiwa modernisasi adalah, selain teknologi adalah bidang ekonomi, bidang politik, dan
bidang pendidikan.
Dari sekian banyak kemajuan yang ditunjukkan oleh modernisasi di era global ini, ditentukan juga
oleh sumber daya manusia yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. Artinya manusia modern bersikap terbuka
terhadap hal-hal yang menguntungkan dirinya. Menerima kemajuan berarti menerima keterbukaan
untuk maju. Belajar adalah bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, maka pendidikan dalam
hal ini adalah wahana yang tepat untuk itu
2. Siap menghadapi perubahan sosial. Ekses yang paling nyata dari modernisasi adalah
adanya perubahan-perubahan sosial. Untuk ini, manusia modern harus siap menerima perubahan-
perubahan itu.
3. Memiliki pandangan luas. Kepemilikan pandangan luas ditandai dengan lahirnya
pendapat dan pemikiran yang disertai dengan ilmu pengetahuan yang cukup. Di samping itu,
seorang manusia modern di era global ini mampu dan mau menerima pandangan orang lain,
dengan pertimbangan dan alasan yang menguntungkan semua pihak. Sila keempat dari Pancasila
berbunyi ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan”, artinya di sini tersirat sebuah prasyarat manusia modern yang mampu mengeliarkan
pendapat dan menerima pendapat orang lain dalam suasana musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Memiliki dorongan rasa ingin tahu. Sifat curious atau rasa ingin tahu selayaknya dimiliki
oleh manusia modern, sehingga ia selalu terbimbing untuk selalu belajar. Life long education
merupakan semboyan bagi manusia yang bersedia belajar sepanjang hayat. Dan belajar sepanjang
hayat didasari dengan rasa ingin tahu yang kuat. Karena itu, tidak ada istilah belajar sesaat, pada
suatu waktu tertentu, kemudian berhenti. Seorang manusia modern selalu mencoba hal-hal baru,
menerima pengalaman baru, melalui belajar.
5. Berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Bagi manusia modern, masa
lalu merupakan sejarah untuk dapat diproyeksikan ke masa sekarang dan masa yang akan datang.
Namun kegagalan yang pernah terjadi, sebaiknya merupakan pengalaman yang berharga untuk
kemudian dicari solusinya demi keberhasilan di masa yang akan datang.
6. Berorientasi pada perencanaan. Ini mengindikasikan bahwa manusia modern selalu
bertindak berdasarkan rencana yang dibuat sebelumnya. Dengan demikian kegiatan yang
dilakukan jelas tujuannya. Rencana dimaksud bisa dalam bentuk rencana jangka pendek maupun
rencana jangka panjang. Rencana jengke pendek mencakup hal-hal yang ingin dicapai pada suatu
periode paling dekat dengan target waktu yang ditentukan. Rencana jangka panjang artinya
rencana yang pencapaiannya belum ditentukan targetnya.
7. Mempercayai perhitungan secara manusiawi. Manusia modern tidak berarti harus
melawan takdir Tuhan, namun takdir dianggap sebagai kepastian akhir setelah beberapa usaha
tidak berhasil. Sebelum itu, manusia modern akan selalu berpikir untuk mencapai tujuan. Melalui
pemikirannya manusia modern akan mencapai target yang ditentukan sebelumnya.
8. Menghargai keterampilan teknik dan menggunakannya sebagai imbalan. Bagi manusia
modern, kecanggihan teknologi merupakan orientasi yang kemudian menjadi tolok ukur menuju
[Type here]
ke arah kemajuan. Di samping itu, ia akan menggunakannya sebagai sebuah penghargaan atas
keberhasilan teknologi yang dicapai dunia secara umum.
9. Berwawasan pendidikan dan pekerjaan. Inilah yang kemudian menjadi dasar kebutuhan
inovasi dalam pendidikan, karena pendidikan dan pekerjaan dalam kehidupan manusia mdern
merupakan orientasi wawasan yang mutlak diperlukan.
10. Menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain. Ini merupakan dasar bagi manusia
modern, yakni akan selalu menghargai orang yang datang dari kalangan manapun. Bila ia
pemimpin, ia akan loyal terhadap atasan dan menghargai bawahan.
11. Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan selalu
mempertimbangkan sejauh mana dampak terhadap hasil produksi.
Dalam hubungan ini, para pengambil kebijakan dan guru adalah manusia-manusia modern yang
memiliki persyaratan di atas secara paripurna. Melalui kepemilikan persyaratan di atas, pengambil
kebiajakan pendidikan, dan khususnya guru, membuat keputusan untuk melakukan inovasi. Upaya
inovasi yang dilakukan kemudian lebih diarahkan kepada bagaimana memenuhi tuntutan dunia
global yang semakin berkembang secara cepat. Keterbukaan untuk menerima perubahan adalah
dasar bagi mereka untuk mengembangkan program inovasi memenuhi tuntutan era globalisasi ini.
Studi Kasus “Inovasi dan Ide Kreatif dalam Bisnis Wirausaha Tela-Tela”
STUDI KASUS
“Inovasi dan Ide Kreatif dalam Bisnis Wirausaha Tela-Tela”
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Mendapatkan pekerjaan tentu menjadi harapan bagi setiap orang untuk mencari penghasilan.
Akan tetapi saat ini mendapatkan pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Banyak hal mulai dari
persaingan yang ketat dan juga tingkat pendidikan yang variatif membuat seseorang kesulitan
untuk mendapatkan pekerjaan
Lapangan pekerjaan yang ada saat ini dinilai tidak mampu untuk menyerap tenaga kerja yang
tersedia. Perekonomian negara yang belum stabil juga membuat banyak perusahaan yang
bangkrut sehingga tidak bisa memperkerjakan pegawainya. Dibutuhkan sesuatu yang lebih dari
masyarakat untuk mampu menghadapi kenyataan yang ada.
[Type here]
Solusi yang ditawarkan adalah wirausaha. Dalam berwirausaha seseorang melakukan secara
mandiri kegiatan untuk mendapatkan penghasilan. Kegiatan berwirausaha antara lain membuat
produk, menjual produk dan menyediakan jasa. Wirausaha merupakan solusi tepat untuk mencari
penghaslian mengingat sangat sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan saat ini.
Seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam melakukan wirausaha.
Dibutuhkan kemampuan untuk mengatur permodalan serta usahanya dan pengetahuan yang
cukup mengenai usaha yang ditekuninya. Seorang wirausaha juga harus memiliki kreasi dan
inovasi yang baik agar usahanya dapat diterima oleh masyarakat
Kreasi dan inovasi inilah yang membedakan antara wirausaha dengan pekerjaan lainnya. Dengan
berwirausaha kita bisa menuangkan ide-ide kreatif kita sebebas mungkin sehingga memberikan
rasa kepuasan tersendiri. Kreasi kita dalam berwirausaha akan menentukan keberhasilan kita
dalam menjalankan pekerjaan ini.
Dengan memiliki kreasi dan inovasi yang cemerlang akan terlahir sebuah usaha baru yang
sebelumnya tidak ada di pasaran. Tentu saja hal ini akan menguntungkan kita karena berarti kita
tidak memiliki pesaing dalam menjalankan suatu usaha. Kecerdasan dalam melihat peluang yang
ada tentu saja harus dimiliki oleh setiap wirusahawan.
Pada makalah kali ini akan dibahas sebuah contoh wirausaha yang memiliki ide kreasi dan
inovasi yang cukup unik, yaitu bisnis waralaba Tela-Tela. Bisnis ini layak untuk diapresiasi
karena memiliki ide original yang sebelumnya tidak pernah ada. Belajar dari bisnis ini semoga
dapat menginspirasi kita untuk mulai berwirausaha.
2. Kajian Kasus
2.1 Awal Bisnis Tela-Tela
Adalah 4 sekawan Febri Triyanto (27), Fat Aulia Muhammad (31), Ashary Tamimi (31), dan
Eko Yulianto (32) pendiri dan pencetus waralaba “Tela-Tela”. Mereka adalah empat orang
[Type here]
pemuda asal Yogya yang memiliki minat yang sama terhadap bisnis dan sudah lama saling
mengenal sejak mereka masih sama-sama kuliah.
Sebelum serius mengembangkan usaha “Tela-Tela”, mereka juga pernah mencoba belajar
beberapa bisnis, hanya saja faktor keberuntungan mungkin belum berpihak kepada mereka.
Berkali-kali usaha yang mereka jalankan berakhir dengan kegagalan. Hebatnya mereka tidak
pernah menyerah, dengan modal spirit bisnis yang memang sudah kuat, mereka terus
bereksperimen dan berkarya, “Tela-Tela” adalah buah sukses perjuangan mereka.
Pada tahap awal mereka membuat singkong goreng dengan empat macam bumbu. Mereka juga
menyeleksi jenis singkong yang cocok. Lalu ditawarkan ke sejumlah rekannya di kampus untuk
mencicipi. Setelah ketemu rasa yang kira-kira menjual, mulailah berjualan pada pertengahan
2005 di depan rumah.
Kebetulan di kawasan itu banyak mahasiswa kos. Keripik singkong dengan aneka rasa dijual
dengan harga murah meriah. Gerobaknya diberi nama Tela Tela. Sambutannya ternyata
meriah.Pokoknya membuat mereka optimistis melanjutkannya.
Tiga bulan kemudian mereka menambah dua outlet (gerobak). Modalnya diambil dari uang hasil
penjualan televisi dan sebagainya hingga terkumpul Rp 1,5 juta. Setelah itu upaya
mengembangkan pasar dilakukan. Termasuk ikut bazar yang berlangsung lima hari di acara yang
diselenggarakan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. "Dalam sehari kami bisa menghabiskan 1
kuintal singkong di acara tersebut. Ini mengagetkan," ujar Eko. Berarti dalam lima hari mereka
harus menggoreng 500 kg singkong hanya untuk memenuhi acara tersebut.
Dari kegiatan ini juga ada orang yang ingin menjadi mitra Tela Tela. Tawaran itu disambutnya
dengan membuat gerobak dengan biaya Rp 2,5 jutaan. Bumbu "rahasianya" mereka pasok. Saat
itu mereka belum membuat sistem kerjasamanya. Setelah itu tawaran kerjasama berlangsung dari
mulut ke mulut. Tak terasa jumlah gerai Tela-Tela sudah mencapai 21 gerobak pada awal 2006.
Setelah bisnis Tela-Tela mulai sukses maka ada tantangan yang harus mereka hadapi, karena
akhirnya bisnis ini berkembang menjadi kemitraan. Banyak kesulitan yang harus ditemukan
solusinya mengingat bisnis kemitraan sangat beresiko dan dapat saja suatu saat akan membuat
citra yang buruk terhadap merk “Tela-Tela” karena dimitrakan dengan orang lain.
Tantangan utamanya adalah bagaimana agar kualitas dan rasa dari produk “Tela-Tela” ini tetap
sama walaupun dibuat oleh orang yang berbeda. Kualitas dan rasa merupakan sebuah hal yang
sangat penting dalam bisnis makanan. Harus ada jaminan dari “Tela-Tela” untuk selalu
memberikan yang terbaik kepada konsumen.
Kebutuhan akan bahan utama produk ini, yaitu singkong juga merupakan masalah yang serius.
[Type here]
Bila “Tela-Tela” ingin berkembang ke seluruh derah di nusantara maka harus tersedia singkong
sebagai bahan utama produk. Sementara tidak semua daerah memiliki kebun singkong, dengan
kata lain di suatu daerah tidak tersedia bahan utama untuk bisa menjual “Tela-Tela”.
Hal ini akhirnya diakali dengan adanya pendistibusian bahan baku untuk penjualan “Tela-Tela”.
Singkong dan juga bumbu untuk memasaknya langsung dipasok dari kantor pusat. Dengan
demikian diharapkan rasa “Tela-Tela” akan tetap terjaga dan selalu sama di setiap outletnya.
Tantangan semakin besar karena akhirnya makin banyak orang yang berminat untuk ikut
kemitraan berbisnis “Tela-Tela”. Walaupun hal ini dapat dilihat sebagai sebuah keuntungan
tetapi juga merupakan masalah penting yang bila akhirnya bisa diselesaikan dengan baik akan
memberikan kesuksesan.
Akhirnya manajemen “Tela-Tela” memberikan pelatihan khusus bagi para mitra kerjanya.
Pelatihan mulai dari cara memproses produk hingga bagaimana caranya untuk mendapatkan
pelanggan. Untuk masalah bahan baku sendiri akan dipasok langsung oleh “Tela-Tela” sehingga
kualitas dan rasa bisa terus terjaga.
Kesungguhan manajemen “Tela-Tela” merupakan ujian paling berat untuk tetap konsisten
menjalankan bisnis ini walaupum banyak tantangan yang harus dihadapi. Kualitas produk
menjadi prioritas utama untuk selalu diperhatikan karena akan mempengaruhi citra “Tela-Tela”
di masyarakat.
2.3 Upaya Kreativitas dan Inovasi yang Dilakukan dalam Pengembangan Usaha
Usaha yang diawali oleh empat sekawan ini akhirnya banyak menarik minat orang lain untuk
menjadi mitra bisnis. Tela-Tela akhirnya menawarkan pola kerjasama berupa franchise (business
opportunity) / waralaba. Dengan bahan baku dan resepnya tetap mereka yang membuat untuk
menjaga rasa dan kualitasnya.
Tela-Tela juga menambah varian rasanya yaitu: BBQ, balado, keju, ayam, kebab, jagung manis,
jagung pedas, jagung bakar, pepperoni, pizza, pedas manis, pedas asin, super pedas, lado mudo,
rujak dan rasa campur. Sehingga pelanggan memiliki banyak pilihan rasa untuk menikmati
singkong mereka.
1. Tela Tela adalah perusahaan pelopor dan pemimpin pasar dalam industri snack ketela.
2. Menjadi snack favorit no. l di Yogyakarta tahun 2006.
3. Investasi yang terjangkau mengurangi besarnya kerugian disbanding usaha lain.
4. Break Event Point yang relative cepat, dengan lokasi yang tepat dalam 3-6 bulan sudah balik
modal.
5. Konsep take Away menjadikan tela tela tidak membutuhkan tempat yang luas untuk berjualan,
[Type here]
3.Penutup
Kreasi dan inovasi sangat dibutuhkan dalam berwirausaha. Para pelaku wirausaha harus mampu
cerdas dalam memanfaatkan peluang yang ada. Dengan kreatif dalam berwirausaha maka
diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena dapat menarik minat
konsumen. Terdapat keistimewaan dalam berwirausaha yaitu kita dituntut tidak hanya mencari
keuntungan saja tetapi juga untuk mampu menampilkan sesuatu yang berbeda.
Dalam berwirausaha juga membutuhkan semangat yang tinggi untuk selalu pantang menyerah.
Semua kegiatan memang diawali dari nol, mungkin pada awalnya kita akan mengalami sedikit
kerugian karena tidak adanya pembeli. Tetapi lambat-laun hasil jerih payah kita dalam
berwirausaha akan mulai dapat dirasakan hasilnya.
Manfaat kegiatan wirausaha lainnya adalah penciptaan lapangan pekerjaan. Dengan banyaknya
bisnis baru dalam berwirausaha maka kebutuhan akan tenaga kerja juga akan meningkat.
Penyerapan tenaga kerja dari kegiatan wirausaha diharapkan dapat mengurangi tingkat
pengangguran. Wirausaha menjadikan kita sebagai masyarakat yang mandiri karena mampu
mendapatkan penghasilan tanpa harus menjadi pegawai.
Hal yang harus dimiliki oleh pelaku wirausaha antara lain kreatif dan inovatif untuk bisa
menciptakan suatu produk yang baru. Semangat pantang menyerah untuk selalu menjalankan
usahanya dengan keyakinan suatu saat usahanya akan sukses. Cerdas dalam mengelola
permodalan dan juga manajemen tenaga kerja.
Kegitan berwirausaha diharapkan dapat mulai menginspirasi masyarakat untuk mulai mencoba
[Type here]
menekuninya. Saat ini sangat sulit rasanya untuk mendapatkan pekerjaan maka berwirausaha
merupakan salah satu solusi untuk mendapatkan pekerjaan. Diharapkan dari kegiatan wirusaha,
akan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru sehingga membuka peluang bagi para tenaga
kerja untuk mampu berkreasi dan berinovasi dengan ide-ide yang dimiliki.
a).Hambatan Psikologis
Hambatan-hambatan ini ditemukan bila kondisi psikologis individu menjadi faktor penolakan.
Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka kunci untuk memahami apa yang
terjadi bila orang dan sistem melakukan penolakan terhadap upaya perubahan. Kita akan
menggambarkan jenis hambatan ini dengan memilih satu faktor sebagai suatu contoh yaitu
dimensi kepercayaan/keamanan versus ketidakpercayaan/ketidakamanan karena faktor ini
sebagai unsur inovasi yang sangat penting. Faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat
mengakibatkan penolakan terhadap inovasi adalah: rasa enggan karena merasa sudah cukup
dengan keadaan yang ada, tidak mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah.
Kita dapat berasumsi bahwa di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau kelompok akan ada
orang yang pengalaman masa lalunya tidak positif. Menurut para ahli psikologi perkembangan,
ini akan mempengaruhi kemampuan dan keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam
pekerjaannya. Jika sebuah inovasi berimplikasi berkurangnya kontrol (misalnya
diperkenalkannya model pimpinan tim atau kemandirian masing-masing bagian), maka
pemimpin itu biasanya akan memandang perubahan itu sebagai negatif dan mengancam.
Perubahan itu dirasakannya sebagai kemerosotan, bukan perbaikan.
b) Hambatan Praktis
[Type here]
Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik. Untuk memberikan
contoh tentang hambatan praktis, faktor-faktor berikut ini akan dibahas:
1) waktu
2) sumber daya
3) system
Ini adalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan untuk mencegah atau memperlambat perubahan
dalam organisasi dan sistem sosial. Program pusat-pusat pelatihan guru sangat menekankan
aspek-aspek bidang ini. Ini mungkin mengindikasikan adanya perhatian khusus pada keahlian
praktis dan metode-metode yang mempunyai kegunaan praktis yang langsung. Oleh karena itu,
inovasi dalam bidang ini dapat menimbulkan penolakan yang terkait dengan praktis. Artinya,
semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin mudah orang meminta penjelasan tentang
penolakan praktis. Di pihak lain, dapat diasumsikan bahwa hambatan praktis yang sesungguhnya
itu telah dialami oleh banyak orang dalam kegiatan mengajar sehari-hari, yang menghambat
perkembangan dan pembaruan praktek. Tidak cukupnya sumber daya ekonomi,teknis dan
material sering disebutkan.
Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering kurang diperhitungkan. Segala
sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengalokasikan banyak waktu
bila kita membuat perencanaan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah yang tidak
diharapkan, yang mungkin tidak dapat diperkirakan pada tahap perencanaan, kemungkinan akan
terjadi.
Yang kedua, masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi sebagai contoh tentang
hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi inovasi, tingkat pengetahuan dan
jumlah dana yang tersedia harus dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat
berbeda dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada perbedaan yang
besar antara yang lama dengan yang baru. Dalam kasus seperti ini, tambahan sumber daya dalam
bentuk keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa dana sangat
dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa penyebarluasan gagasan inovasi.. Ini
mungkin terkait dengan kenyataan bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku teks
dll. diperlukan selama fase awal. Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali
tidak disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya sering dibutuhkan
selama fase penyebarluasan gagasan inovasi.
Dalam kaitan ini penting untuk dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk melakukan
perbaikan dalam praktek. Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan orang-
orang yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini merupakan faktor yang sama pentingnya. Dengan
kata lain, jarang sekali kita dapat memilih antara satu jenis sumber atau jenis sumber lainnya,
melainkan kita memerlukan semua jenis sumber itu. Jelaslah bahwa kurangnya sumber tertentu
dapat dengan mudah menjadi hambatan.
penolakan terhadap inovasi pun muncul. Apakah kita berbicara tentang penolakan terhadap
perubahan atau terhadap nilai-nilai dan pendapat yang berbeda, dalam banyak kasus itu
tergantung pada definisi yang kita gunakan. Banyak inovator telah mengalami konflik yang jelas
dengan orang lain, tetapi setelah dieksplorasi lebih jauh, ternyata mereka mendapati bahwa ada
kesepakatan dan aliansi dapat dibentuk. Pengalaman ini dapat dijelaskan dengan kenyataan
bahwa sering kali orang dapat setuju mengenai sumber daya yang dipergunakan. Kadang-kadang
hal ini terjadi tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian kesepakatan atau ketidaksepakatan
di permukaan mudah terjadi dalam kaitannya dengan aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti
sangat penting bagi implementasi inovasi.
Dengan demikian, tujuan dari inovasi adalah untuk mencapai kesetimbangan dinamis. Akhirnya,
hal lainnya lagi yang harus dikaji dalam konsekuensi inovasi adalah cara mengatasi kenyataan
bahwa inovasi sering memperlebar kesenjangan sosio-ekonomik masyarakat.
Beberapa cara mengatasi kenyataan bahwa inovasi sering memperlebar kesenjangan sosio-
ekonomik masyarakat tersebut adalah
(a) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai akses lebih banyak dibanding orang
miskin pesan disampaikan lewat cara masal seperti lewat radio atau televisi; penggunaan bahasa
yang dimengerti orang miskin; penggunaan multi-media yang didasarkan kondisi sosial budaya
orang miskin; penyampaian dalam kelompok kecil di mana orang miskin biasanya berkumpul,
dan pengubahan fokus dari sasaran inovasi tradisional (yaitu pada kelompok yang paling
berpotensi untuk berubah) ke kelompok yang paling tidak berpotensi untuk berubah.
[Type here]
(b) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai akses lebih banyak pada hasil evaluasi
inovasi dibanding orang miskin: pemimpin opini orang miskin harus ditemukan (meski pun
relatif lebih sulit dibanding dengan menemukan pemimpin opini orang kaya) dan hubungan agen
perubahan dikonsentrasikan pada mereka, aide dari kalangan orang miskin digunakan untuk
menghubungi kelompok homofilinya dan kelompok formal di kalangan orang miskin diperkuat
dan/atau dibina serta
(c) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai sumber daya lebih dibanding orang
miskin: pemilihan inovasi yang cocok untuk orang miskin; membangun organisasi (misalnya
koperasi) di kalangan orang miskin; memberi kesempatan orang miskin berpartisipasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan inovasi; pengembangan programdan/atau agensi yang
diperuntukkan khusus orang miskin dan pergeseran dari difusi inovasi yang datang dari riset dan
pengembangan (R & D) formal ke penyebaran informasi tentang gagasan yang didasarkan pada
pengalaman lewat sistem difusi desentralistik: sering untuk ikatan intelektual dari kebijakan
konvensional adalah eksperimen di lapangan
[Type here]
INOVASI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017