Anda di halaman 1dari 15

[Type here]

Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya. orang atau wirausahawan yang slalu berinovasi, maka ia sapat dikatakan sebagai
seorang wirausahwan yang inovatif. seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan
perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada. inovatif
juga merupakan sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh seorang wirausahawan.
wirausahawan yang slalu melakukan inovasi dalam ushanya. maka keuntungan dan kesuksesan
akan ia dapat. inovatif merupakan implikasi dari karakteristik wirausahawan yang mampu
membawa perubahan pada lingkungan sekitarnya. inovatif secara tidak langsung menjadi sifat
pembeda antara wirausahawan dengan orang biasa, maupun pengusaha. seorang wirausahawan
akan selalu memikirkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, tidak seperti yang dipikirkan
dan dilakukan oleh kebanyakan orang. kreatif dan inovatif adalah suatu kemampuan untuk
memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga
memberikan nilai ekonomis. baik langsung maupun tidak langsung seorang wirausahawan
adalah orang yangmampu membawa perubahan pada lingkunganya. disisi lain ia juga orang yang
sanggup menerima perubahan yang terjadi dan menyikapi perubahan tersebut dengan positif. ia
juga berani mengambil resiko berhasil ataupun gagal di setiap jalan yang ia ambil. wirausahawan
mampu bertahan pada kondisi perekonomian yang sulit dan serba kalut. karena disaat semua
resah, ia memiliki kreasi dan inovasi untuk memindahkan sumber daya yang kurang produktif
menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis.
Definisi Inovasi menurut Para Ahli
1. Everett M. Rogers (1983), Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan,
praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh
seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
2. Stephen Robbins (1994), Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang
diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu:
1. Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang
terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa penemuan
dari suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai pada kemungkinan gagasan yang
mengkristal.
2. Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindak
lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan sehingga
melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa yang siap
dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang pendidikan.
3. Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan
melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi itu
dapat dirasakan manfaatnya.

Mengenai inovasi itu sendiri, Peter M. Drucker mengemukakan ada lima prinsip inovasi, yaitu:

1. Inovasi memerlukan analisis berbagai kesempatan dan kemungkinan yang terbuka, artinya suatu
inovasi hanya dapat terjadi jika kita memiliki kemampuan analisis;
[Type here]

2. Inovasi sifatnya konseptual dan perseptual, yang bermula dari suatu keinginan untuk
menciptakan suatu yang baru dan dapat dimengerti oleh masyarakat;

3. Inovasi haruslah bersifat simple dan terfokus, artinya harus sederhana dan terarah;

4. Inovasi harus dimulai dengan yang kecil, artinya tidak semua inovasi dimulai dengan ide-ide
yang sangat besar yang tidak terjangkau oleh kehidupan nyata manusia. keinginan yang kecil untuk
memperbaiki suatu kondisi atau suatu kebutuhan hidup ternyata kelak mempunyai pengaruh yang
sangat luas terhadap kehidupan manusia selanjutnya;

5. Inovasi diarahkan pada kepemimpinan atau kepeloporan. inovasi selalu diarahkan bahwa
hasilnya akan menjadi suatu pelopor dari suatu perubahan yang diperlukan.

Ada 7 sumber peluang yang bisa kita ambil menurut pakar manajemen kaliber dunia, alm. Peter
Drucker. Tujuh sumber ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu berasal dari dalam (internal) dan luar
(external). Dari dalam, kita bisa temukan 4 sumber. Sumber-sumber internal yang bisa ditemukan
ialah sebagai berikut.

1. Hal yang tidak diharapkan

Kita selalu bisa melihat celah peluang dari kejadian-kejadian yang tidak terduga.
Keberhasilan yang tidak diharapkan bisa menjadi kejutan yang positif, melegakan dan
memotivasi untuk bekerja lebih keras. Di sisi lain, kegagalan yang terjadi tanpa ada
antisipasi sebelumnya juga akan memberikan kita pelajaran yang mahal dan berharga
tentang bagaimana harus mengantisipasinya di masa datang. Peristiwa-peristiwa lain yang
terjadi di luar lingkungan kita juga memberikan peluang yang tak kalah berharganya.

2. Ketidaksesuaian

Banyak peluang yang bisa kita manfaatkan dari kesenjangan yang bisa ditemukan antara
kenyataan dan ekspektasi/ harapan. Sebuah bisnis bisa didirikan dengan tujuan untuk
berusaha mengubah keadaan yang ada menjadi lebih mendekati harapan.

3. Inovasi yang berdasarkan kebutuhan

Kebutuhan merupakan ibu dari segala penemuan. Pepatah ini tampaknya berlaku
sepanjang waktu. Adanya ketidakcukupan dalam proses bisnis yang dianggap angin lalu
dan diterima orang kebanyakan dengan begitu saja justru bisa menjadi peluang emas yang
sangat menguntungkan.

4. Perubahan dalam struktur industri atau struktur pasar

Ada begitu banyak perubahan yang terjadi di sekitar kita. Perubahan-perubahan tersebut
bisa jadi begitu konkret atau hanya bisa diketahui oleh sebagian orang yang jeli dan
berpengalaman.
[Type here]

Sementara itu, 3 sumber peluang lainnya yang datang dari luar bisa dijelaskan sebagai berikut.

5. Perubahan kependudukan

Dinamika yang terjadi dalam masyarakat dunia bisa saling mempengaruhi satu sama lain.
Peristiwa-peristiwa seperti peperangan, konflik, perpindahan penduduk dalam jumlah
besar, perkembangan dunia medis yang luar biasa bisa menjadi hal-hal yang memicu
perubahan dramatis dalam kehidupan umat manusia secara umum.

6. Perubahan persepsi

Persepsi masyarakat dunia bisa berubah-ubah seiring waktu. Biasanya jika seorang tokoh
atau suatu organisasi berpengaruh di dunia mengeluarkan pendapatnya dan tersiar secara
luas, tidak mustahil bisa terjadi perubahan persepsi. Di dunia modern, aspek superfisial/
permukaan seperti fashion atau tren berbusana juga bisa berkontribusi dalam terjadinya
perubahan dalam ekonomi suatu negara bahkan dunia.

7. Perubahan kesadaran

Contoh yang paling nyata ialah kesadaran umat manusia tentang makin pentingnya
kepedulian lingkungan hidup. Perubahan kesadaran dalam pemikiran dan gaya hidup ini
bisa disebabkan oleh perkembangan baru dalam dunia pengetahuan. Seiring dengan makin
banyaknya penelitian ilmiah yang dilakukan oleh kalangan akademisi dan lembaga riset,
dunia pengetahuan terus membuat perubahan dalam wajah peradaban manusia.

PENGEMBANGAN PROGRAM INOVASI DALAM ERA GLOBALISASI


Bisa dikatakatan bahwa kebudayaan yang dimiliki suatu bangsa akan menentukan kualitas
bangsa itu. Dikatakan demikian, karena di dalam terdapat konsep, gagasan, nilai, fikiran, dan
keyakinan yang dimiliki oleh suatu bangsa sacara turun-temurun, terus-menerus, dan ditrasferkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa berbeda di tempat yang satu dengan tempat
yang lainnya. Inilah yang kemudian disebut sebagai kebinekaan dalam kebudayaan. Misalnya,
perilaku suku Sunda pada hal-hal tertentu berbeda dengan perilaku suku bangsa Jawa. Merekayasa
kebinekaan dalam budaya ini merupakan tugas para pemimpin bangsa, bagaimana kebudayaan
diarahkan pada satu hal yang kemudian menguntungkan bangsa baik secara intern maupun ekstern.
Secara intern, kebudayaan harus bermanfaat sebagai dasar persatuan berdasarkan
kebinekaan yang ada. Kebudayaan yang dimiliki masyarakat di tempat masing-masing melahirkan
kekayaan kultural dengan berbagai aspeknya. Bahasa, adat-istiadat, dan kesenian merupakan
aspek-aspek yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan karakteristiknya yang satu sama lain
berbeda. Ini merupakan asset atau modal bangsa yang bisa menguntungkan bangsa.
Kebinekaan budaya ini kemudian melahirkan konsep kebangsaan Indonesia misalnya
tercermin dalam konstitusi (Panca Sila dan UUD 1945) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa
dan dikembangkan oleh generasi-generasi berikutnya. Konsep pembangunan kebudayaan ini
diimplementasikan melalui upaya penyelenggaraan pendidikan.
[Type here]

Dalam perkembangannya, pendidikan mengalami perubahan-perubahan melalui proses


penyempurnaan yang setiap satu dekade tertentu dilakukan oleh para pengambil kebijakan
pendidikan. Ini merupakan upaya nyata dari Pemerintah dalam rangka memberikan layanan
pendidikan secara maksimal kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu dilakukan upaya inovasi
pendidikan.
Inovasi dalam pendidikan dilakukan pada beberapa aspek, antara lain inovasi kurikulum,
inovasi pembelajaran, dan inovasi teknologi pendidikan. Berkenaan dengan itu, sebuah upaya
inovasi selalu diupayakan mengikuti perkembangan kemajuan jaman. Seperti diketahui, bahwa
sekarang ini kita sedang berada pada era globalisasi, yakni sebuah era yang membutuhkan
kesiapan dalam segala hal. Pendidikan akan sangat tertinggal jika mengikuti perkembangan jaman,
demikian juga dengan inovasi yang dilakukan.
Dengan kata lain, inovasi pendidikan diupayakan disesuaikan dengan perkembangan era
globalisasi yang sedang berkembang saat ini. Salah satu indikasi era globalisasi adalah
perkembangan ilmu dan teknologi yang cepat dan canggih. Teknologi informasi dan komunikasi
adalah salah satu karya era globalisasi yang seharusnya disikapi dengan serius dalam hubungannya
dengan penyelenggaraan pendidikan.
Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), para
pelaksana pendidikan melaksanakan pengembangan program inovasi ke arah pembelajaran
berdasarkan TIK tersebut. Kemungkinan pengembangan program inovasi pembelajaran
berdasarkan TIK ini tersedia tersedia secara luas sehubungan bahwa kemajuan di bidang teknologi
informasi banyak memberi kemudahan. Melalui berbagai media elektronik ( televisi dan internet
), kita setiap detik dibanjiri dengan berbagai informasi dari berbagai belahan dunia. Banyak
informasi yang memang berguna bagi kita dan anak-anak kita untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Tidak dipungkiri memang, bahwa kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi memiliki sisi negatif, seperti maraknya pornografi, kejahatan dan penipuan yang
terjadi di dunia maya memberi bukti atas hal ini. Banyaknya sisi mudhlarat tersebut bukan berarti
kita bisa menjauhkan diri dari pemanfaatan teknologi informasi. Karena, siapa pun yang
menjauhkan diri dari gegap gempitanya dunia teknologi informasi ini akan ditinggal oleh arus
perubahan. Akan terjerumus dalam kategori golongan primitif. Untuk itu, sebuah upaya inovatif
mutlak diperlukan.
Dasar Inovasi Pendidikan di Era Global
Di era global ini, sebagaimana disebutkan di atas, diperlukan tumbuhnya sikap-sikap
positif dan proaktif. Ini merupakan keniscayaan yang tidak bisa diabaikan, karena era globalisasi
pada intinya identik dengan dunia kemajuan dan modernisasi di segala bidang, termasuk dalam
industri pendidikan.
Essendalt di dalam Udin Saefudin menyebutkan, bahwa menurut sejarahnya modernisasi
asalah proses perubahan sistem sosial, ekonomi, dan politik. Donald P. Ely (1982) menyebut
bahwa ”What is involved in modernization is a total transformation of a traditional or pre-modern
society into the types of technology Apa yang terdapat dalam modernisasi adalah transformasi
total dari tradisional atau masyarakat pra-modern ke kemajuan teknologi. Karakteristik kemajuan
[Type here]

dari peristiwa modernisasi adalah, selain teknologi adalah bidang ekonomi, bidang politik, dan
bidang pendidikan.
Dari sekian banyak kemajuan yang ditunjukkan oleh modernisasi di era global ini, ditentukan juga
oleh sumber daya manusia yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. Artinya manusia modern bersikap terbuka
terhadap hal-hal yang menguntungkan dirinya. Menerima kemajuan berarti menerima keterbukaan
untuk maju. Belajar adalah bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, maka pendidikan dalam
hal ini adalah wahana yang tepat untuk itu
2. Siap menghadapi perubahan sosial. Ekses yang paling nyata dari modernisasi adalah
adanya perubahan-perubahan sosial. Untuk ini, manusia modern harus siap menerima perubahan-
perubahan itu.
3. Memiliki pandangan luas. Kepemilikan pandangan luas ditandai dengan lahirnya
pendapat dan pemikiran yang disertai dengan ilmu pengetahuan yang cukup. Di samping itu,
seorang manusia modern di era global ini mampu dan mau menerima pandangan orang lain,
dengan pertimbangan dan alasan yang menguntungkan semua pihak. Sila keempat dari Pancasila
berbunyi ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan”, artinya di sini tersirat sebuah prasyarat manusia modern yang mampu mengeliarkan
pendapat dan menerima pendapat orang lain dalam suasana musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Memiliki dorongan rasa ingin tahu. Sifat curious atau rasa ingin tahu selayaknya dimiliki
oleh manusia modern, sehingga ia selalu terbimbing untuk selalu belajar. Life long education
merupakan semboyan bagi manusia yang bersedia belajar sepanjang hayat. Dan belajar sepanjang
hayat didasari dengan rasa ingin tahu yang kuat. Karena itu, tidak ada istilah belajar sesaat, pada
suatu waktu tertentu, kemudian berhenti. Seorang manusia modern selalu mencoba hal-hal baru,
menerima pengalaman baru, melalui belajar.
5. Berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Bagi manusia modern, masa
lalu merupakan sejarah untuk dapat diproyeksikan ke masa sekarang dan masa yang akan datang.
Namun kegagalan yang pernah terjadi, sebaiknya merupakan pengalaman yang berharga untuk
kemudian dicari solusinya demi keberhasilan di masa yang akan datang.
6. Berorientasi pada perencanaan. Ini mengindikasikan bahwa manusia modern selalu
bertindak berdasarkan rencana yang dibuat sebelumnya. Dengan demikian kegiatan yang
dilakukan jelas tujuannya. Rencana dimaksud bisa dalam bentuk rencana jangka pendek maupun
rencana jangka panjang. Rencana jengke pendek mencakup hal-hal yang ingin dicapai pada suatu
periode paling dekat dengan target waktu yang ditentukan. Rencana jangka panjang artinya
rencana yang pencapaiannya belum ditentukan targetnya.
7. Mempercayai perhitungan secara manusiawi. Manusia modern tidak berarti harus
melawan takdir Tuhan, namun takdir dianggap sebagai kepastian akhir setelah beberapa usaha
tidak berhasil. Sebelum itu, manusia modern akan selalu berpikir untuk mencapai tujuan. Melalui
pemikirannya manusia modern akan mencapai target yang ditentukan sebelumnya.
8. Menghargai keterampilan teknik dan menggunakannya sebagai imbalan. Bagi manusia
modern, kecanggihan teknologi merupakan orientasi yang kemudian menjadi tolok ukur menuju
[Type here]

ke arah kemajuan. Di samping itu, ia akan menggunakannya sebagai sebuah penghargaan atas
keberhasilan teknologi yang dicapai dunia secara umum.
9. Berwawasan pendidikan dan pekerjaan. Inilah yang kemudian menjadi dasar kebutuhan
inovasi dalam pendidikan, karena pendidikan dan pekerjaan dalam kehidupan manusia mdern
merupakan orientasi wawasan yang mutlak diperlukan.
10. Menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain. Ini merupakan dasar bagi manusia
modern, yakni akan selalu menghargai orang yang datang dari kalangan manapun. Bila ia
pemimpin, ia akan loyal terhadap atasan dan menghargai bawahan.
11. Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan selalu
mempertimbangkan sejauh mana dampak terhadap hasil produksi.
Dalam hubungan ini, para pengambil kebijakan dan guru adalah manusia-manusia modern yang
memiliki persyaratan di atas secara paripurna. Melalui kepemilikan persyaratan di atas, pengambil
kebiajakan pendidikan, dan khususnya guru, membuat keputusan untuk melakukan inovasi. Upaya
inovasi yang dilakukan kemudian lebih diarahkan kepada bagaimana memenuhi tuntutan dunia
global yang semakin berkembang secara cepat. Keterbukaan untuk menerima perubahan adalah
dasar bagi mereka untuk mengembangkan program inovasi memenuhi tuntutan era globalisasi ini.

Studi Kasus “Inovasi dan Ide Kreatif dalam Bisnis Wirausaha Tela-Tela”
STUDI KASUS
“Inovasi dan Ide Kreatif dalam Bisnis Wirausaha Tela-Tela”

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah

Mendapatkan pekerjaan tentu menjadi harapan bagi setiap orang untuk mencari penghasilan.
Akan tetapi saat ini mendapatkan pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Banyak hal mulai dari
persaingan yang ketat dan juga tingkat pendidikan yang variatif membuat seseorang kesulitan
untuk mendapatkan pekerjaan

Lapangan pekerjaan yang ada saat ini dinilai tidak mampu untuk menyerap tenaga kerja yang
tersedia. Perekonomian negara yang belum stabil juga membuat banyak perusahaan yang
bangkrut sehingga tidak bisa memperkerjakan pegawainya. Dibutuhkan sesuatu yang lebih dari
masyarakat untuk mampu menghadapi kenyataan yang ada.
[Type here]

Solusi yang ditawarkan adalah wirausaha. Dalam berwirausaha seseorang melakukan secara
mandiri kegiatan untuk mendapatkan penghasilan. Kegiatan berwirausaha antara lain membuat
produk, menjual produk dan menyediakan jasa. Wirausaha merupakan solusi tepat untuk mencari
penghaslian mengingat sangat sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan saat ini.

Seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam melakukan wirausaha.
Dibutuhkan kemampuan untuk mengatur permodalan serta usahanya dan pengetahuan yang
cukup mengenai usaha yang ditekuninya. Seorang wirausaha juga harus memiliki kreasi dan
inovasi yang baik agar usahanya dapat diterima oleh masyarakat

Kreasi dan inovasi inilah yang membedakan antara wirausaha dengan pekerjaan lainnya. Dengan
berwirausaha kita bisa menuangkan ide-ide kreatif kita sebebas mungkin sehingga memberikan
rasa kepuasan tersendiri. Kreasi kita dalam berwirausaha akan menentukan keberhasilan kita
dalam menjalankan pekerjaan ini.

Dengan memiliki kreasi dan inovasi yang cemerlang akan terlahir sebuah usaha baru yang
sebelumnya tidak ada di pasaran. Tentu saja hal ini akan menguntungkan kita karena berarti kita
tidak memiliki pesaing dalam menjalankan suatu usaha. Kecerdasan dalam melihat peluang yang
ada tentu saja harus dimiliki oleh setiap wirusahawan.

Pada makalah kali ini akan dibahas sebuah contoh wirausaha yang memiliki ide kreasi dan
inovasi yang cukup unik, yaitu bisnis waralaba Tela-Tela. Bisnis ini layak untuk diapresiasi
karena memiliki ide original yang sebelumnya tidak pernah ada. Belajar dari bisnis ini semoga
dapat menginspirasi kita untuk mulai berwirausaha.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana awal bisnis Tela-Tela?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi serta usaha yang dilakukan?
3. Apa upaya kreasi dan inovasi yang dilakukan dalam pengembangan usaha?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mengetahui salah satu contoh kewirausahaan
2. Mengetahui bagaimana solusi dalam menghadapi permasalahan yang ada
3. Mengetahui kreasi dan inovasi yang dilakukan dalam mengembangkan wirausaha

2. Kajian Kasus
2.1 Awal Bisnis Tela-Tela

Adalah 4 sekawan Febri Triyanto (27), Fat Aulia Muhammad (31), Ashary Tamimi (31), dan
Eko Yulianto (32) pendiri dan pencetus waralaba “Tela-Tela”. Mereka adalah empat orang
[Type here]

pemuda asal Yogya yang memiliki minat yang sama terhadap bisnis dan sudah lama saling
mengenal sejak mereka masih sama-sama kuliah.

Sebelum serius mengembangkan usaha “Tela-Tela”, mereka juga pernah mencoba belajar
beberapa bisnis, hanya saja faktor keberuntungan mungkin belum berpihak kepada mereka.
Berkali-kali usaha yang mereka jalankan berakhir dengan kegagalan. Hebatnya mereka tidak
pernah menyerah, dengan modal spirit bisnis yang memang sudah kuat, mereka terus
bereksperimen dan berkarya, “Tela-Tela” adalah buah sukses perjuangan mereka.

Pada tahap awal mereka membuat singkong goreng dengan empat macam bumbu. Mereka juga
menyeleksi jenis singkong yang cocok. Lalu ditawarkan ke sejumlah rekannya di kampus untuk
mencicipi. Setelah ketemu rasa yang kira-kira menjual, mulailah berjualan pada pertengahan
2005 di depan rumah.

Kebetulan di kawasan itu banyak mahasiswa kos. Keripik singkong dengan aneka rasa dijual
dengan harga murah meriah. Gerobaknya diberi nama Tela Tela. Sambutannya ternyata
meriah.Pokoknya membuat mereka optimistis melanjutkannya.

Tiga bulan kemudian mereka menambah dua outlet (gerobak). Modalnya diambil dari uang hasil
penjualan televisi dan sebagainya hingga terkumpul Rp 1,5 juta. Setelah itu upaya
mengembangkan pasar dilakukan. Termasuk ikut bazar yang berlangsung lima hari di acara yang
diselenggarakan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. "Dalam sehari kami bisa menghabiskan 1
kuintal singkong di acara tersebut. Ini mengagetkan," ujar Eko. Berarti dalam lima hari mereka
harus menggoreng 500 kg singkong hanya untuk memenuhi acara tersebut.

Dari kegiatan ini juga ada orang yang ingin menjadi mitra Tela Tela. Tawaran itu disambutnya
dengan membuat gerobak dengan biaya Rp 2,5 jutaan. Bumbu "rahasianya" mereka pasok. Saat
itu mereka belum membuat sistem kerjasamanya. Setelah itu tawaran kerjasama berlangsung dari
mulut ke mulut. Tak terasa jumlah gerai Tela-Tela sudah mencapai 21 gerobak pada awal 2006.

2.2 Permasalahan yang Dihadapi

Setelah bisnis Tela-Tela mulai sukses maka ada tantangan yang harus mereka hadapi, karena
akhirnya bisnis ini berkembang menjadi kemitraan. Banyak kesulitan yang harus ditemukan
solusinya mengingat bisnis kemitraan sangat beresiko dan dapat saja suatu saat akan membuat
citra yang buruk terhadap merk “Tela-Tela” karena dimitrakan dengan orang lain.

Tantangan utamanya adalah bagaimana agar kualitas dan rasa dari produk “Tela-Tela” ini tetap
sama walaupun dibuat oleh orang yang berbeda. Kualitas dan rasa merupakan sebuah hal yang
sangat penting dalam bisnis makanan. Harus ada jaminan dari “Tela-Tela” untuk selalu
memberikan yang terbaik kepada konsumen.

Kebutuhan akan bahan utama produk ini, yaitu singkong juga merupakan masalah yang serius.
[Type here]

Bila “Tela-Tela” ingin berkembang ke seluruh derah di nusantara maka harus tersedia singkong
sebagai bahan utama produk. Sementara tidak semua daerah memiliki kebun singkong, dengan
kata lain di suatu daerah tidak tersedia bahan utama untuk bisa menjual “Tela-Tela”.

Hal ini akhirnya diakali dengan adanya pendistibusian bahan baku untuk penjualan “Tela-Tela”.
Singkong dan juga bumbu untuk memasaknya langsung dipasok dari kantor pusat. Dengan
demikian diharapkan rasa “Tela-Tela” akan tetap terjaga dan selalu sama di setiap outletnya.

Tantangan semakin besar karena akhirnya makin banyak orang yang berminat untuk ikut
kemitraan berbisnis “Tela-Tela”. Walaupun hal ini dapat dilihat sebagai sebuah keuntungan
tetapi juga merupakan masalah penting yang bila akhirnya bisa diselesaikan dengan baik akan
memberikan kesuksesan.

Akhirnya manajemen “Tela-Tela” memberikan pelatihan khusus bagi para mitra kerjanya.
Pelatihan mulai dari cara memproses produk hingga bagaimana caranya untuk mendapatkan
pelanggan. Untuk masalah bahan baku sendiri akan dipasok langsung oleh “Tela-Tela” sehingga
kualitas dan rasa bisa terus terjaga.

Kesungguhan manajemen “Tela-Tela” merupakan ujian paling berat untuk tetap konsisten
menjalankan bisnis ini walaupum banyak tantangan yang harus dihadapi. Kualitas produk
menjadi prioritas utama untuk selalu diperhatikan karena akan mempengaruhi citra “Tela-Tela”
di masyarakat.

2.3 Upaya Kreativitas dan Inovasi yang Dilakukan dalam Pengembangan Usaha

Usaha yang diawali oleh empat sekawan ini akhirnya banyak menarik minat orang lain untuk
menjadi mitra bisnis. Tela-Tela akhirnya menawarkan pola kerjasama berupa franchise (business
opportunity) / waralaba. Dengan bahan baku dan resepnya tetap mereka yang membuat untuk
menjaga rasa dan kualitasnya.

Tela-Tela juga menambah varian rasanya yaitu: BBQ, balado, keju, ayam, kebab, jagung manis,
jagung pedas, jagung bakar, pepperoni, pizza, pedas manis, pedas asin, super pedas, lado mudo,
rujak dan rasa campur. Sehingga pelanggan memiliki banyak pilihan rasa untuk menikmati
singkong mereka.

Alasan mengapa Tela-Tela dapat berkembang sukses:

1. Tela Tela adalah perusahaan pelopor dan pemimpin pasar dalam industri snack ketela.
2. Menjadi snack favorit no. l di Yogyakarta tahun 2006.
3. Investasi yang terjangkau mengurangi besarnya kerugian disbanding usaha lain.
4. Break Event Point yang relative cepat, dengan lokasi yang tepat dalam 3-6 bulan sudah balik
modal.
5. Konsep take Away menjadikan tela tela tidak membutuhkan tempat yang luas untuk berjualan,
[Type here]

bahkan dapat dilakukan dengan konsep kaki lima.


6. Harga jual yang terjangkau bagi semua golongan masyarakat. Murah, Enak, Kenyang.
7. Tidak menggunakan system jual putus. Dalam hal pelayanan Agen selalu memantau
perkembangan outlet dan terbuka untuk melakukan diskusi masalah.
8. Jaminan akan adanya inovasi produk menjadikan Tela Tela usaha jangka panjang.
9. Mampu dan berani bersaing dalam hal rasa, kualitas, maupun harga untuk produk yang
sejenis.
10. Dukungan dari pusat atau agen untuk melakukan promosi bagi outlet baru.
11. Franchise / mitra kerja dapat melakukan konsultasi setiap saat dengan pihak
perusahaan atau agen tanpa dikenakan biaya.

3.Penutup

Kreasi dan inovasi sangat dibutuhkan dalam berwirausaha. Para pelaku wirausaha harus mampu
cerdas dalam memanfaatkan peluang yang ada. Dengan kreatif dalam berwirausaha maka
diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena dapat menarik minat
konsumen. Terdapat keistimewaan dalam berwirausaha yaitu kita dituntut tidak hanya mencari
keuntungan saja tetapi juga untuk mampu menampilkan sesuatu yang berbeda.

Dalam berwirausaha juga membutuhkan semangat yang tinggi untuk selalu pantang menyerah.
Semua kegiatan memang diawali dari nol, mungkin pada awalnya kita akan mengalami sedikit
kerugian karena tidak adanya pembeli. Tetapi lambat-laun hasil jerih payah kita dalam
berwirausaha akan mulai dapat dirasakan hasilnya.

Berwirausaha memberikan kepuasan tersendiri dibandingkan kita bekerja sebagai pegawai.


Dengan berwirausaha kita dapat mencurahkan ide kreatif kita secara maksimal sehingga dapat
merasa bebas dalam melakukan inovasi dan kreasi. Berwirausaha juga mampu memberikan
penghasilan yang lebih banyak dibandingkan dengan menjadi pegawai yang hanya bergantung
kepada gaji bulanan saja.

Manfaat kegiatan wirausaha lainnya adalah penciptaan lapangan pekerjaan. Dengan banyaknya
bisnis baru dalam berwirausaha maka kebutuhan akan tenaga kerja juga akan meningkat.
Penyerapan tenaga kerja dari kegiatan wirausaha diharapkan dapat mengurangi tingkat
pengangguran. Wirausaha menjadikan kita sebagai masyarakat yang mandiri karena mampu
mendapatkan penghasilan tanpa harus menjadi pegawai.

Hal yang harus dimiliki oleh pelaku wirausaha antara lain kreatif dan inovatif untuk bisa
menciptakan suatu produk yang baru. Semangat pantang menyerah untuk selalu menjalankan
usahanya dengan keyakinan suatu saat usahanya akan sukses. Cerdas dalam mengelola
permodalan dan juga manajemen tenaga kerja.

Kegitan berwirausaha diharapkan dapat mulai menginspirasi masyarakat untuk mulai mencoba
[Type here]

menekuninya. Saat ini sangat sulit rasanya untuk mendapatkan pekerjaan maka berwirausaha
merupakan salah satu solusi untuk mendapatkan pekerjaan. Diharapkan dari kegiatan wirusaha,
akan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru sehingga membuka peluang bagi para tenaga
kerja untuk mampu berkreasi dan berinovasi dengan ide-ide yang dimiliki.

Hambatan-Hambatan dalam Difusi Inovasi


Dalam implementasinya kita sering mendapati beberapa hambatan yang berkaitan dengan
inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa hampir setiap individu atau organisasi memiliki
semacam mekanisme penerimaan dan penolakan terhadap perubahan. Segera setelah ada pihak
yang berupaya mengadakan sebuah perubahan, penolakan atau hambatan akan sering ditemui.
Orang-orang tertentu dari dalam ataupun dari luar sistem akan tidak menyukai, melakukan
sesuatu yang berlawanan, melakukan sabotase atau mencoba mencegah upaya untuk mengubah
praktek yang berlaku. Penolakan ini mungkin ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau secara
tersembunyi dan pasif. Alasan mengapa ada orang yang ingin menolak perubahan walaupun
kenyataannya praktek yang ada sudah kurang relevan, membosankan, sehingga dibutuhkan
sebuah inovasi. Fenomena ini sering disebut sebagai penolakan terhadap perubahan. Banyak
upaya telah dilakukan untuk menggambarkan, mengkategorisasikan dan menjelaskan fenomena
penolakan ini.
Ada empat macam kategori hambatan dalam konteks inovasi. Keempat kategori tersebut adalah:
a) hambatan psikologis
b) hambatan praktis
c) hambatan nilai-nilai, dan
d) hambatan kekuasaan.

a).Hambatan Psikologis
Hambatan-hambatan ini ditemukan bila kondisi psikologis individu menjadi faktor penolakan.
Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka kunci untuk memahami apa yang
terjadi bila orang dan sistem melakukan penolakan terhadap upaya perubahan. Kita akan
menggambarkan jenis hambatan ini dengan memilih satu faktor sebagai suatu contoh yaitu
dimensi kepercayaan/keamanan versus ketidakpercayaan/ketidakamanan karena faktor ini
sebagai unsur inovasi yang sangat penting. Faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat
mengakibatkan penolakan terhadap inovasi adalah: rasa enggan karena merasa sudah cukup
dengan keadaan yang ada, tidak mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah.
Kita dapat berasumsi bahwa di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau kelompok akan ada
orang yang pengalaman masa lalunya tidak positif. Menurut para ahli psikologi perkembangan,
ini akan mempengaruhi kemampuan dan keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam
pekerjaannya. Jika sebuah inovasi berimplikasi berkurangnya kontrol (misalnya
diperkenalkannya model pimpinan tim atau kemandirian masing-masing bagian), maka
pemimpin itu biasanya akan memandang perubahan itu sebagai negatif dan mengancam.
Perubahan itu dirasakannya sebagai kemerosotan, bukan perbaikan.

b) Hambatan Praktis
[Type here]

Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik. Untuk memberikan
contoh tentang hambatan praktis, faktor-faktor berikut ini akan dibahas:
1) waktu
2) sumber daya
3) system
Ini adalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan untuk mencegah atau memperlambat perubahan
dalam organisasi dan sistem sosial. Program pusat-pusat pelatihan guru sangat menekankan
aspek-aspek bidang ini. Ini mungkin mengindikasikan adanya perhatian khusus pada keahlian
praktis dan metode-metode yang mempunyai kegunaan praktis yang langsung. Oleh karena itu,
inovasi dalam bidang ini dapat menimbulkan penolakan yang terkait dengan praktis. Artinya,
semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin mudah orang meminta penjelasan tentang
penolakan praktis. Di pihak lain, dapat diasumsikan bahwa hambatan praktis yang sesungguhnya
itu telah dialami oleh banyak orang dalam kegiatan mengajar sehari-hari, yang menghambat
perkembangan dan pembaruan praktek. Tidak cukupnya sumber daya ekonomi,teknis dan
material sering disebutkan.
Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering kurang diperhitungkan. Segala
sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengalokasikan banyak waktu
bila kita membuat perencanaan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah yang tidak
diharapkan, yang mungkin tidak dapat diperkirakan pada tahap perencanaan, kemungkinan akan
terjadi.
Yang kedua, masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi sebagai contoh tentang
hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi inovasi, tingkat pengetahuan dan
jumlah dana yang tersedia harus dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat
berbeda dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada perbedaan yang
besar antara yang lama dengan yang baru. Dalam kasus seperti ini, tambahan sumber daya dalam
bentuk keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa dana sangat
dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa penyebarluasan gagasan inovasi.. Ini
mungkin terkait dengan kenyataan bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku teks
dll. diperlukan selama fase awal. Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali
tidak disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya sering dibutuhkan
selama fase penyebarluasan gagasan inovasi.
Dalam kaitan ini penting untuk dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk melakukan
perbaikan dalam praktek. Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan orang-
orang yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini merupakan faktor yang sama pentingnya. Dengan
kata lain, jarang sekali kita dapat memilih antara satu jenis sumber atau jenis sumber lainnya,
melainkan kita memerlukan semua jenis sumber itu. Jelaslah bahwa kurangnya sumber tertentu
dapat dengan mudah menjadi hambatan.

c) Hambatan Kekuasaan dan Nilai


Bila dijelaskan secara singkat, hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi
mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang dianut orang-orang
tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah orang lain. Jika
inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagian peserta, maka bentrokan nilai akan terjadi dan
[Type here]

penolakan terhadap inovasi pun muncul. Apakah kita berbicara tentang penolakan terhadap
perubahan atau terhadap nilai-nilai dan pendapat yang berbeda, dalam banyak kasus itu
tergantung pada definisi yang kita gunakan. Banyak inovator telah mengalami konflik yang jelas
dengan orang lain, tetapi setelah dieksplorasi lebih jauh, ternyata mereka mendapati bahwa ada
kesepakatan dan aliansi dapat dibentuk. Pengalaman ini dapat dijelaskan dengan kenyataan
bahwa sering kali orang dapat setuju mengenai sumber daya yang dipergunakan. Kadang-kadang
hal ini terjadi tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian kesepakatan atau ketidaksepakatan
di permukaan mudah terjadi dalam kaitannya dengan aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti
sangat penting bagi implementasi inovasi.

G. Dampak Inovasi dan Upaya-Upaya Penangananya


Konsekuensi inovasi sebagai perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial sebagai
akibat dari adopsi suatu inovasi pasti akan memberikan dampak. Namun konsekuensi inovasi
jarang diteliti karena;
(a) agensi perubahan memberi perhatian terlalu banyak pada adopsi dan mengasumsikan
konsekuensi adopsi pasti positif,
(b) metode riset survei mungkin tidak cocok untuk meneliti konsekuensi inovasi dan
(c) sulitnya mengukur konsekuensi inovasi.
Konsekuensi inovasi dapat dibagi menjadi;
(a) diinginkan vs. tidak diinginkan,
(b) langsung vs. tidak langsung dan
(c) diantisipasi vs. tidak diantisipasi;
Hal lain yang berkaitan dengan konsekuensi inovasi adalah tingkat perubahan dalam sistem yang
mungkin mengalami;
(a) kesetimbangan stabil (inovasi tidak menyebabkan perubahan dalam struktur dan/atau fungsi
sistem sosial),
(b) kesetimbangan dinamis (perubahan yang disebabkan inovasi setara dengan kemampuan
sistem sosial untuk menanganinya), atau
(c) disequilibrium (perubahan yang disebabkan inovasi terlalu cepat untuk dapat ditangani
sistem sosial).

Dengan demikian, tujuan dari inovasi adalah untuk mencapai kesetimbangan dinamis. Akhirnya,
hal lainnya lagi yang harus dikaji dalam konsekuensi inovasi adalah cara mengatasi kenyataan
bahwa inovasi sering memperlebar kesenjangan sosio-ekonomik masyarakat.
Beberapa cara mengatasi kenyataan bahwa inovasi sering memperlebar kesenjangan sosio-
ekonomik masyarakat tersebut adalah
(a) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai akses lebih banyak dibanding orang
miskin pesan disampaikan lewat cara masal seperti lewat radio atau televisi; penggunaan bahasa
yang dimengerti orang miskin; penggunaan multi-media yang didasarkan kondisi sosial budaya
orang miskin; penyampaian dalam kelompok kecil di mana orang miskin biasanya berkumpul,
dan pengubahan fokus dari sasaran inovasi tradisional (yaitu pada kelompok yang paling
berpotensi untuk berubah) ke kelompok yang paling tidak berpotensi untuk berubah.
[Type here]

(b) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai akses lebih banyak pada hasil evaluasi
inovasi dibanding orang miskin: pemimpin opini orang miskin harus ditemukan (meski pun
relatif lebih sulit dibanding dengan menemukan pemimpin opini orang kaya) dan hubungan agen
perubahan dikonsentrasikan pada mereka, aide dari kalangan orang miskin digunakan untuk
menghubungi kelompok homofilinya dan kelompok formal di kalangan orang miskin diperkuat
dan/atau dibina serta
(c) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai sumber daya lebih dibanding orang
miskin: pemilihan inovasi yang cocok untuk orang miskin; membangun organisasi (misalnya
koperasi) di kalangan orang miskin; memberi kesempatan orang miskin berpartisipasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan inovasi; pengembangan programdan/atau agensi yang
diperuntukkan khusus orang miskin dan pergeseran dari difusi inovasi yang datang dari riset dan
pengembangan (R & D) formal ke penyebaran informasi tentang gagasan yang didasarkan pada
pengalaman lewat sistem difusi desentralistik: sering untuk ikatan intelektual dari kebijakan
konvensional adalah eksperimen di lapangan
[Type here]

TUGAS KEWIRAUSAHAAN DAN INOVASI

INOVASI

Teresia Roseline Kezia


071.15.143

UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017

Anda mungkin juga menyukai