a. Target
Rasio RC penyulang merupakan salah satu KPI bagian Fasop yang dapat
mempermudah dalam monitoring ketepatan sasaran pemasangan RC sehingga
dapat menunjang kegiatan manuver lebih mudah dan effisien. Apabila titik
skema manuver gangguan sudah termonitor scada dan dapat dikendalikan
secara remote otomatis akan mempercepat recovery gangguan, sehingga dapat
menekan jumlah ENS (Energy Not Sale).
Pada tahun 2018 ini Bagian Fasop menargetkan pencapaian Rasio RC
penyulang sebesar 74% di akhir bulan desember dari pencapaian pada akhir
tahun 2017 sebesar 47,04%. Margin pencapaian dalam tahun 2018 ini sebesar
26,96% dari tahun sebelumnya.
Untuk mencapai targer tersebut sudah dipersiapkan pemasangan titik RC
pada tahun 2018 sebanyak 344 lokasi gardu dan 900 lokasi recloser/lbs/sso.
Berikut detai jumlah pemasangan rc pada tahun 2018 :
FEEDER /
PENYUL
ANG
MIDDLE
POINT
END POINT
c. Pencapaian
STATUS
NO BULAN PNY Aktif EXPRESS POLA 111 RASIO RC
1 JANUARI 1922 107 850 46,83%
2 FEBRUARI 1930 107 850 46,63%
3 MARET 1935 107 850 46,50%
4 APRIL 1949 108 850 46,17%
5 MEI 1958 110 840 45,45%
6 JUNI 1958 110 840 45,45%
7 JULI 1962 111 839 45,33%
8 AGUSTUS 1975 112 823 44,18%
9 SEPTEMBER 1969 112 932 50,19%
10 OKTOBER 1969 119 981 53,03%
11 NOVEMBER 1969 115 1180 63,65%
12 DESEMBER 1969 115 1184 63,86% TENTATIVE
PERTUMBUHAN RASIO RCTAHUN 2018
DESEMBER NOVEMBER OKTOBER SEPTEMBER AGUSTUS JULI JUNI MEI APRIL MARET FEBRUARI JANUARI
63.86%
63.65%
53.03%
50.19%
44.18%
45.33%
45.45%
45.45%
46.17%
46.50%
46.63%
46.83%
d. Kendala
Untuk mewujudkan nilai rasio rc pada akhir bulan desember sebesar 74%
tentunya ditemukan berbagai kendala. Kendala ini tidak hanya factor internal,
namun banyak didominasi factor ekxternal.
Berikut merupakan daftar kendala – kendala yang dihadapi untuk
mewujudkan pencapian rasio rc sebesar 74% ditahun 2018 :
Pada tahun 2018 ini target kegagalan fungsi remote control maximal sebesar 5%.
Perjuangan tahun ini cukup berat mengingat pencapain secara total sampai dengan bulan
november baru mencapai 6.14% dari target 5.18%. Indikasi kegagalan di tiap-tiap DCC masih
didominasi oleh RCTO (Remote Control Time Out).
DCC BANDUNG
Series1
445
234 227
63 2
DCC BOGOR
Series1
96
53
17 20
2
DCC BEKASI
Series1
173
95
48 48
5
a. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mengelompokkan penyebab kegagalan. Diurutkan
dari yang paling tinggi atau sering terjadi, kemudian disusunlah jadwal perbaikanya.
b. Berkoordinasi dengan area terkait jika ada penggantian kubikel untuk segera dilakukan
rewiring.
c. Uji coba penggunaan provider Telkomsel yang terkenal luas jaringanya untuk menjangkau
daerah atau lokasi-lokasi yang susah jaringan GPRS nya untuk menekan penyebab RTU out
of service.
d. Bersinergi dengan bagian IT untuk pemeliharaan PC front end untuk menjaga performa RC
media kabel pilot.
e. Selain itu tindakan pemeliharaan preventif juga perlu dilakukan seperti pemeliharan
Rectifier, RTU, FDI dan Mekanik Motorize.
10.00 9.98
9.51
9
8.60 8.54 8.5
8.00 8
% KEGAGALAN
2.00
0.00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
REALISASI 8.60 8.54 7.82 7.63 7.63 7.39 7.15 6.98 6.65 6.37 6.14
TARGET 9.98 9.51 9 8.5 8 7 6.43 6 5.67 5.4 5.18 5
Down Time Sistem SCADA merupakan salah satu KPI di 2018. Dimana Down Time Sistem
SCADA dipengaruhi oleh 3 paramater perfromance yaitu :
Memonitor Avability perangkat master station seperti Server, Client, Hub, Front End dan
lain-lain dalam periode 1 bulanan dengan satuan indikator kinerja dalam jam.
Memonitor Avability perangkat Remote Station seperti RTU-RTU di Gardu Distribusi dan
Gardu Induk yang mengakibatkan RTU tersebut mengalami gangguan Inac maupun LRU Fail
dalam periode 1 bulanan dengan satuan indikator kinerja dalam jam.
Memonitor Avability perangkat Recloser dan LBS yang telah terpasang fasilitas Remote
Control yang mengakibatkan Recloser atau LBS tersebut mengalami gangguan LRU Fail
dalam periode 1 bulanan dengan satuan indikator kinerja dalam jam.
UP2D Jawa Barat ditargetkan untuk Down Time Sistem SCADA secara akumulasi di akhir
tahun 2018 tidak boleh melebiihi 550 jam. Hal ini tidaklah mudah bagi UP2D Jabar untuk
mencapai target tersebut mengingat Jumlah aset remote APD Jawa Barat adalah :
Tim
No Lokasi Remote Jumlah Tim RTU & Pheripheral Telekomunikasi
DCC DCC DCC
UP2D Jawa Barat
Bandung Bekasi Bogor
1 Gardu Induk 99
Upaya-upaya yang telah dilakukan Bagian Fasilitas Operasi untuk mencapai target KPI
Down Time Sistem SCADA dibawah 550 jam adalah
Provider Telkomsel menjadi Opsi utama dalam upaya mencapai target Down Time
Sistem SCADA karena memiliki BTS sampai dengan pelosok daerah terpencil. Sudah 418
kartu Telkomsel tersebar secara geografis di Jawa Barat untuk mengatasi komunikasi daerah
blank spot provider XL dan Indosat.
Dukungan dari Kantor Distribusi juga terlihat dari peran sertanya di setiap Rapat
Koordinasi Operasi yang diadakan setiap satu bulan sekali. Tema pembahasan dalam rapat
adalah permasalahan-permasalahan didalam Operasional Pengaturan Sistem Kelistrikan Jawa
Barat termasuk didalamnya adalah Fasilitas Remote Control.
Tahun 2018 UP2D Jawa Barat melakukan perbaikan sistem power supply Gardu yang
meliputi :
Penggantian Rectifier sebanyak XXX lokasi
beth nanti hapus ya,
dcc bekasi 10 lokasi
dcc bogor 2 lokasi
dcc bandung
Penggantian Battery Gardu Distribusi sebanyak XXX Cell
beth nanti hapus ya,
dcc bekasi 4 lokasi
dcc bogor 2 lokasi
dcc bandung
Merubah semua lokasi gardu yang masih menggunakan Wifi 2.4 Ghz sebagai media
komunikasi SCADA mejadi GPRS. Hal ini karean Media komunikasi wifi seringkali mengalami
gangguan karena frekuensi yang digunakan adalah frekuensi umum. Migrasi dari Wifi ke
GPRS menjadi salah satu opsi utama untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh bagian Fasilitas Operasi didapatkan hasil
Pencapaian Down Time Sistem SCADA Tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Sistem Informasi Gangguan adalah sebuah sistem atau aplikasi yang akan memberikan
informasi gangguan trip penyulang ataupun recloser/LBS melalui aplikasi pesan singkat atau
messaging kepada user yang membutuhkan. Aplikasi ini sangat bermanfaat bagi APD sebagai
pengatur Distribusi ataupun Area yang melayani pelanggan untuk mengetahui secara real time
apabila terjadi gangguan trip di penyulang.
Pada awal implementasinya aplikasi ini menggunakan sistem SMS Gateway yang mana
pengiriman pesan atau informasi kepada user dikirim menggunakan layanan SMS dari operator
seluler. Seiring berkembangnya teknologi sistem pengiriman pesan pun dapat dilakukan
menggunakan aplikasi messaging yang tidak berbayar yang dapat diinstall pada smartphone
dengan sistem operasi Android maupun IOS yaitu sebuah aplikasi yang bernama “Telegram”.
Untuk dapat mengirimkan infomasi trip, server membutuhkan signal dari Relay dan DTU
yaitu:
Signal yang harus diterima oleh Server adalah perubahan status CB dari close to Open
kemudian indikasi gangguan, apabila kedua signal tersebut sudah diterima oleh server akan
menunggu arus gangguan selama 10 detik untuk kemudian dikirim kepada user.
Performance Sistem Informasi Gangguan merupakan KPI SCADA baru yang dimulai pada tahun
2017. Target yang diberikan adalah 90% tingkat keberhasilannya, untuk Performance Sistem
Informasi Gangguan pada tahun 2017 pencapaiannya adalah 92,10%. Sedangkan pada tahun
2018 performance Sistem Informasi Gangguan ditargetkan 95%, yaitu naik 5% dari target pada
tahun 2017. Sampai bulan November 2018 pencaiapainnya adalah 95%, artinya di bulan
November KPI SIstem Informasi Gangguan sudah dapat dicapai, dengan harapan pada bulan
desember tidak ada lagi penurunan performance atau terjadi banyak kegagalan sehingga KPI
ini dapat tercapai targetnya untuk tahun 2018.
Dengan tercapainya performace Sistem Informasi Gangguan sebanyak 95% di bulan November
2018 tentunya angka kegagalannya adalah sekitar 5% yang harus diperbaiki untuk mencapai
target yang lebih menantang di tahun depan. Adapaun rincian penyebab kegagalannya adalah
sebagai berikut :
6.90 1.38 2.76 3.45
9.66
71.72
CB Invalide
Tidak diterima indikasi Gangguan
Tidak diterima perubahan Status CB Open
Relay Commfail
Grafik 8. Penyebab
DoubleKegagalan
Address Sistem Informasi gangguan
Gangguan Server
Penyebab kegagalan terbesar adalah tidak diterimanya signal indikasi gangguan ataupun
perubahan status CB dari close to open oleh server sebagai syarat utama dikirimnya informasi
gangguan trip kepada user yaitu sebesar 71,72%, kemudian Relay commfail dengan 6,90%,
Double Address 1.38% dan gangguan server sebesar 2,76%.
Adapun langkah – langkah upaya untuk antisipasi kegagalan sistem informasi gangguan adalah
:
a. Melakukan koordinasi dengan rekan – rekan RTU untuk perbaikan Relay Commfail dan
bagian REMET untuk penggantian Relay yang tidak supportSMS Gateway.
b. Melakukan koordinasi dengan mitra kerja untuk memperbaiki bugs pada aplikasi yang
dapat menyebabkan gangguan pada server ataupun anomali pada aplikasi.
c. Memasang NVR pada setiap GI yang terpasang CCTV untuk penyimpanan rekaman
secara lokal sehingga tidak mengganggu komunikasi data SCADA dan juga memenuhi
Bandwidth pada Backhaul SCADA.
d. Memantau bandwitdh jaringan IPVPN untuk memastikan server menerima signal yang
dikirim oleh concentrator dengan baik.
e. Memastikan koneksi internet pada Server agar tidak terjadi kegagalan pengiriman
informasi trip kepada user.
Dari tabel pencapaian kinerja yang sudah tercapai tersebut, Bagian Fasilitas Operasi
berupaya membuat target-target KPI di tahun 2019. Target-target KPI 2019 yang tentunya
membuat setiap anggota tim Fasilitas Operasi menjadi merasa tertantang untuk melakukan
yang terbaik bagi kinerjanya.
Pada tahun 2019 mendatang akan dikaji kembali mengenai terbentuknya GITO.
Dikarenakan GITO merupakan suatu sistem yang dapat meningkatkan effisiensi dari berbagai
sudut. Oleh karena itu dari bagian fasilitas Operasi sudah membuat rencana untuk penambahan
GITO akan direalisasikan.
Dari hasil kajian bagian fasilitas Operasi banyak faktor yang perlu dipersiapkan untuk
menerapkan sistem GITO. Hal utama yang harus di persiapkan adalah sistem monitoring.
Dimana untuk mendukung sistem monitoring yang handal diperlukan juga jalur komunikasi
yang handal pula. Barikut merupakan hasil kajian yang akan disipakan oleh bagian fasop
apabila Penambahan gito akan direalisasikan.
1. Remote Control.
Sistem 20KV akan 100% terpasang Remote Control untuk menunjang kegiatan
manuver.
Untuk mendukung sistem ini berjalan dengan baik tentunya bagian Fasilitas Operasi
akan bekerja sama dengan bagian Har GI agar nantinya menyiapkan relay proteksi
yang terpasang di kubikel 20kv pada GITO harus support dengan SCADA sehingga
dapat terintegrasi dengan system yang ada.
3. Media Komunikasi
Media komunikasi di gardu induk 20kv tentunya menggunakan media fiber optic.
Untuk meningkatkan kehandalah media komunikasi tersebut, kami akan
bekoordinasi dengan pihak penyedia layanan ICON+ untuk menerapkan jaringan
FO bertopologi Ring. Sehingga apabila terjadi kabel putus pada satu line, masih
bias terbackup line satunya. Ini bertujuan untuk mewujudkan zero downtime scada.
5. CCTV
Untuk memantau keadaan yang terjadi pada GITO pastinya diperlukan peralatan
CCTV. Prioritas pemasangan CCTV nantinya dimulai dari gardu induk yang nantinya
akan diterapkan sistem GITO.
Pemasangan Radio Data untuk Media komunikasi SCADA UP2D Jawa Barat
Di awal tahun 2012 merupakan awal mula pemasang RC Reloser/Lbs dan Gardu
distribusi se-Jawa Barat di UP2D Jabar dan memerlukan waktu yang cepat dan efisiensi untuk
pemasangan RC nya maka media komunikasi yang dirasa cepat dan praktis saat itu
menggunakan media komunikasi GPRS.
Seiring berjalannya waktu hingga berapa tahun kemudian baru terasa performance
komunikasi GPRS mulai menurun karena semakin bertambahnya perangkat yang diintegrasi ke
SCADA sehingga terjadi trafic data yang cukup padat pada jaringan GPRS serta diiringi dengan
bertambahnya biaya operasional yang berupa paket data dan sewa jaringan dari provider
penyedia jaringan telekomunikasi.
Maka dengan alasan tersebut mulailah mencari alternatif media komunikasi selain GPRS
yaitu radio data, dimana radio data ini tidak ada biaya operasional bulanan untuk pembayaran
paket data dan sewa jaringan tersebut seperti halnya GPRS. Untuk throubleshot radio data bisa
dilaksanakan oleh tim Fasilitas Operasi karena dari Repeater radio data sampai radio slave kita
yang akan mengelola, lain halnya dengan GPRS kita ketergantungan oleh provider penyedia
layanan jaringan.
Rencana yang direncanakan UP2D Jabar akan membeli satu Repeater radio data dan
dua radio slave untuk dipasang di gardu prioritas yaitu gardu dengan intensitas RC tinggi
sehingga akan lebih cepat diketahui performancenya. Setelah terintegrasi dan mengetahui
performancenya, bila dengan hasil baik maka akan dikembangkan lagi media komunikasi radio
data untuk gardu gardu yang lainnya. Tentusaja Harapannya dengan radio data ini bisa
menekan biaya operasional bulanan dan sewa jaringan ke provider.