ABSTRACT: This paper reports a comparative analysis of overlay thickness design using
Falling Weight Deflectometer (FWD) data collected from the Southern Arterial Road of
Yogyakarta from KM 6.750 to KM 25.250. The analysis compares two methods that were used
to calculate overlay thickness, i.e the 2017 Bina Marga and the 1993 AASHTO methods. The
design results generated by 1993 AASHTO method tend to be greater than that of 2017 Bina
Marga method, ie. 4 cm with design traffic of 10.306.629 CESA, while the 1993 AASHTO
method produces an overlay thickness of 6,5 cm with design traffic amounting to 12.966.750.
Comparison of design concepts, design parameters, and procedures are described to explain
the differences of the results produced by the two methods.
Keywords: 1993 AASHTO, 2017 Bina Marga, Falling Weight Deflectometer (FWD), overlay
DL (2)
Hitung D0 dan D0 – D200 yang mewakili dengan LHRJK = lalu lintas harian tiap
jenis kendaraan, VDFJK = faktor
Hitung Tebal Overlay ekivalen beban tiap jenis kendaraan,
DD = distribusi arah dan DL =
distribusi lajur.
Selesai b. Desain Tebal Overlay
Gambar 2. Bagan Alir Analisis Data Metode Adapun prosedur desain tebal overlay
Bina Marga 2017 terbagi menjadi dua yaitu berdasarkan
lendutan maksimum dan lengkung
Penjelasan selengkapnya diuraikan sebagai
lendutan. Nilai lendutan harus dikoreksi
berikut ini.
dengan faktor koreksi musim, koreksi
a. Analisis Lalu Lintas beban normal, koreksi temperatur dan
Analisis lalu lintas dihitung penyesuaian FWD ke BB. Selanjutnya
berdasarkan faktor pertumbuhan lalu nilai lendutan maksimum yang
lintas, nilai VDF (Vehicle Damage mewakili suatu sub ruas jalan dihitung
Factor) tiap kendaraan dan beban menggunakan persamaan berikut ini.
sumbu standar kumulatif (CESAL).
untuk jalan arteri:
Faktor pertumbuhan lalu lintas dapat
dihitung menggunakan persamaan Dwakil d s (3)
sebagai berikut. untuk jalan kolektor:
, i -
(1) Dwakil d , s (4)
, i
untuk jalan lokal:
Dwakil d , s (5)
dengan dR = lendutan rata-rata dan s = Penjelasan selengkapnya diuraikan sebagai
standar deviasi. berikut ini.
Adapun prosedur desain tebal overlay a. Analisis Lalu Lintas
berdasarkan lengkung lendutan hampir Analisis lalu lintas dihitung berdasarkan
sama dengan prosedur lendutan faktor pertumbuhan lalu lintas, nilai
maksimum. Nilai lengkung lendutan VDF (Vehicle Damage Factor) tiap
rata-rata dihitung setelah dikoreksi oleh kendaraan dan Equivalent Single Axle
faktor musim, beban normal dan Load (ESAL). Nilai VDF pada
temperatur. AASHTO 1993 menggunakan
interpolasi dengan tabel faktor
CF = D0 - D200 (6)
ekivalensi beban gandar dengan
dengan CF = Curvature Function mencari nilai SN berdasarkan tebal
(Lengkung Lendutan), D0 = lendutan perkerasan, koefisien lapisan dan
maksimum pada suatu titik uji dan D200 koefisien drainase.
= lendutan berjarak 200 mm dari titik
uji. N a D (a D m )
3.2.2 Metode AASHTO 1993 a D m (7)
Tahapan analisis data metode AASHTO dengan a = koefisien lapisan, D = tebal
1993 dapat dilihat pada diagram alir berikut. perkerasan dan m = koefisien drainase.
Equivalent Single Axle Load (ESAL)
Mulai
dihitung menggunakan persamaan
berikut ini.
Hitung Lintas Ekuivalen Selama Umur E ∑
rencana (8)
b. Desain Tebal Overlay
Hitung Modulus resilien tanah dasar Adapun perhitungan desain tebal
overlay metode AAHTO 1993 adalah
sebagai berikut:
Hitung Reliabilitas
1) penentuan Modulus Resilien,
ditentukan dari hasil pengujian
Menentukan indeks pelayanan, Zr dan defleksi dengan alat uji FWD.
S0 Modulus Resilien (MR) dihitung
dengan menggunakan persamaan:
, P
Hitung Modulus Efektif Perkerasan M C dr r
(9)
(Ep)
dengan C = faktor koreksi = 0,33, P
Hitung SNeff dan SNf = beban yang digunakan, dr =
lendutan pada jarak r dan r = jarak
Hitung Tebal Overlay dari pusat beban
2) penentuan nilai Modulus Efektif
Perkerasan (Ep), nilai Ep didasarkan
Selesai pada besaran lendutan yang terjadi
di bawah pusat beban pelat (d0) yang
telah dikoreksi dengan faktor
Gambar 3. Bagan Alir Analisis Data Metode
AASHTO 1993
koreksi temperatur,
3) melakukan perhitungan nilai
kapasitas struktural perkerasan (SN)
yang terdiri dari Kapasitas Tabel 2. ESAL Kumulatif
Struktural Lalu Lintas Rencana Golongan CESA4 CESA5
(SNf) dan Kapasitas Struktural 5a 296.728,36 197.818,91
Effektif (SNeff), dan 5b 1.828.947,05 1.828.947,05
4) perhitungan tebal overlay (DoL) 6a 462.357,81 462.357,81
dengan persamaan sebagai berikut: 6b 1.095.905,07 1.095.905,07
Nf - Neff 7a 3.146.959,45 4.637.624,45
OL aOL
(10) 7b 2.321.592,22 5.687.586,37
7c 1.154.138,74 2.036.715,43
dengan SNeff = angka struktural Jumlah 10.306.628,73 15.946.955,11
efektif perkerasan eksisting, SNf =
angka struktural dimasa datang dan 4.1.2 Analisis Tebal Overlay Berdasarkan
aoL = koefisien lapisan. Lendutan Maksimum
4.3.4 Perbandingan Hasil Desain 1993 menghasilkan tebal overlay sebesar 6,5
cm, sedangkan metode Bina Marga 2017
Berdasarkan adanya perbedaan konsep desain,
menghasilkan tebal overlay sebesar 4 cm.
parameter desain dan prosedur desain yang
salah satu faktor penyebabnya adalah adanya
digunakan pada metode Bina Marga 2017 dan
perbedaan design traffic yang dihasilkan pada
metode AASHTO 1993, maka akan
kedua metode tersebut. Pada metode Bina
menghasilkan hasil desain yang berbeda pula.
Marga 2017, hanya kendaraan niaga dengan
Metode AASHTO 1993 menghasilkan hasil
jumlah roda enam atau lebih yang perlu
desain overlay yang lebih besar dibandingkan
diperhitungkan dalam analisis, sedangkan
metode Bina Marga 2017. Metode AASHTO
pada metode AASHTO 1993 kendaraan
ringan hingga berat juga perlu diperhitungkan dan prosedur desain pada kedua metode
dalam analisis, sehingga metode AASHTO tersebut.
1993 menghasilkan design traffic yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
besar dibandingkan metode Bina Marga 2017.
Hal ini yang membuat desain tebal overlay American Association of State Highway and
metode AASHTO 1993 jauh lebih besar Transportation Officials. 1993. Guide for
dibandingkan metode Bina Marga 2017, sebab Design of Pavement Structure. The
tebal overlay juga dipengaruhi oleh design American Association of State Highway
traffic suatu ruas jalan. Selain itu, faktor yang Transportation Officials. Washington,
mempengaruhi hasil ketebalan overlay D.C.
berdasarkan metode AASHTO 1993 Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017.
diantaranya adalah daya dukung tanah dasar Manual Perkerasan Jalan. Kementrian
eksisting dan kekuatan lapis perkerasan di Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
atasnya. Jakarta.
Fatah. 2014. Perbandingan Metode Evaluasi
5 KESIMPULAN
Kondisi Jalan Nasional Berkaitan
Berdasarkan hasil kajian di atas, didapat Dengan Biaya Pemeliharaan. Tesis.
beberapa kesimpulan berikut: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
a. kondisi struktural perkerasan ruas jalan Miswandi, R. 2009. Kajian Metode
Arteri Selatan KM 6.750 – 25.250 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur.
sebelum overlay berdasarkan data Tugas Akhir. Universitas Sumatera
lendutan pada pusat beban (d0) di Utara. Medan.
beberapa titik stasiun menghasilkan nilai Rizky, O. 2009. Evaluasi Tebal Lapis Tambah
lendutan yang cukup besar, maka (Overlay) dengan Metode Bina Marga
diperlukan penanganan berupa overlay dan Asphalt Institute Menggunakan Alat
untuk mengatasi deformasi permanen, Benkelman Beam. Tugas Akhir.
sedangkan berdasarkan nilai lengkung Universitas Sumatera Utara. Medan.
lendutan (D0 – D200) menghasilkan nilai
lendutan yang tidak terlalu besar,
sehingga pada kondisi ini, ruas jalan
tersebut dianggap masih sanggup untuk
mengatasi retak lelah. Hanya saja ruas
jalan Arteri Selatan KM 6.750 – 25.250
memerlukan tebal overlay sebesar 4 cm
untuk mencegah terjadinya alur dan
perubahan bentuk permanen pada
subbase dan tanah dasar,
b. desain tebal overlay dengan metode
AASHTO 1993 menghasilkan desain
yang lebih besar dibandingkan metode
Bina Marga 2017. Metode AASHTO
1993 menghasilkan desain tebal overlay
sebesar 6,5 cm, sedangkan metode Bina
Marga 2017 menghasilkan desain tebal
overlay sebesar 4 cm, dan
c. perbedaan hasil desain tebal overlay yang
diperoleh dari metode Bina Marga 2017
dan metode AASHTO 1993 disebabkan
oleh adanya perbedaan konsep, parameter