Anda di halaman 1dari 17

Prinsip kerja Transformator

November 10, 2015 By Rizky Nafiar ~ Leave a comment

Share to : Google Facebook Twitter Linkedin Print

Transformator, atau kerap disebut dengan ‘trafo’, merupakan suatu alat listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian
listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet yang berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Trafo digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika. Penggunaan trafo dalam sistem tenaga memungkinkan pemilihan tegangan yang
sesuai secara ekonomis dan teknis untuk kebutuhan beban atau permintaan konsumen, misalnya
kebutuhan akan tegangan tinggi dalam proses transmisi daya listrik jarak jauh. Dalam bidang
elektronika, trafo digunakan antara lain sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban,
untuk memisahkan satu rangkaian dengan rangkaian yang lain serta menghambat arus searah
dengan tetap mengalirkan arus bolak-balik antar rangkaian. Trafo memiliki frekuensi kerja yang
berbeda-beda sesuai penggunaannya yang bergantung kebutuhan beban/konsumen.

Secara umum, trafo terdiri atas beberapa bagian, yaitu: bagian utama trafo, bagian supporting,
dan juga peralatan proteksi. Penjelasan mengenai beberapa bagian trafo dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 1-Konstruksi Trafo beserta bagian-bagiannya

Sedangkan bagian utama trafo terdiri dari inti besi, kumparan primer dan kumparan sekunder:

Gambar 2-Bagian utama trafo (sumber : www.wikipedia.org)

Trafo dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan level tegangan AC, yang mana hal ini
berguna untuk membantu sistem transmisi tenaga listrik. Mengapa harus ada perubahan level
tegangan? Setelah listrik terbangkitkan melalui generator pada pembangkit listrik, level
tegangannya akan dinaikkan menggunakan trafo step-up. Ketika proses transmisi daya listrik,
dengan tegangan yang lebih tinggi maka akan didapatkan arus yang lebih rendah sehingga dapat
menekan kerugian daya yang terjadi selama proses transmisi. Oleh karena itu, trafo banyak
digunakan untuk mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi dalam proses transmisi daya listrik dari
satu tempat ke tempat lain melalui proses menaik-turunkan level tegangan. Setelah daya listrik
ditransmisikan, maka level tegangannya dapat diturunkan kembali sesuai dengan kebutuhan
konsumen menggunakan trafo step-down.
Gambar 3-Proses transformasi level tegangan pada trafo (sumber :www.learnengineering.org)

Pada trafo, terdapat dua hukum utama yang bekerja, yaitu: hukum induksi Faraday dan hukum
Lorentz. Hukum Faraday menyatakan bahwa gaya listrik yang melalui garis lengkung tertutup
berbanding lurus dengan perubahan arus induksi persatuan waktu pada garis lengkung tersebut,
sehingga apabila ada suatu arus yang melalui sebuah kumparan maka akan timbul medan magnet
pada kumparan tersebut. Sedangkan hukum Lorentz menjelaskan bahwa arus bolak-balik (AC)
yang beredar mengelilingi inti besi mengakibatkan inti besi tersebut berubah menjadi magnet,
apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu lilitan maka lilitan tersebut akan memiliki
perbedaan tegangan pada kedua ujung lilitannya.

Bagaimana Prinsip Kerja Trafo?

Prinsip kerja dari trafo melibatkan bagian-bagian utama pada trafo, yaitu: kumparan primer,
kumparan sekunder dan inti trafo. Kumparan tersebut mengelilingi inti besi dalam bentuk lilitan.
Apabila kumparan pada sisi primer trafo dihubungkan dengan suatu sumber tegangan bolak-
balik sinusoidal (Vp), maka akan mengalir arus bolak-balik yang juga sinusoidal (Ip) pada
kumparan tersebut. Arus bolak-balik ini akan menimbulkan fluks magnetik (Ф) yang sefasa dan
juga sinusoidal di sekeliling kumparan. Akibat adanya inti trafo yang menghubungkan kumparan
pada sisi primer dan kumparan pada sisi sekunder, maka fluks magnetik akan mengalir bersama
pada inti trafo dari kumparan primer menuju kumparan sekunder sehingga akan membangkitkan
tegangan induksi pada sisi sekunder trafo:

Dimana :
Vs = tegangan induksi pada sisi sekunder

Ns = jumlah belitan pada sisi sekunder

dФ/dt = perubahan fluks terhadap waktu

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa tegangan induksi yang terbangkitkan pada kumparan
trafo berbanding lurus dengan jumlah lilitan kumparan pada inti trafo. Selain itu, tegangan
induksi juga dapat terbangkitkan apabila ada perubahan fluks terhadap waktu, jika fluks yang
mengalir adalah konstan maka tegangan induksi tidak dapat terbangkitkan.

Setiap trafo juga memiliki suatu besaran yang dinamakan perbandingan transformasi (a), untuk
menunjukkan perbandingan lilitan atau perubahan level tegangan dan arus pada sisi primer dan
sekunder yang ditransformasikan pada trafo tersebut. Berikut perumusannya:

Gambar 4-Ilustrasi prinsip kerja trafo (sumber : www.electrical4u.com)


Gambar 5-(a) timbulnya fluks magnetik pada sisi primer, (b) terbangkitnya tegangan induksi
pada sisi sekunder akibat fluks bersama (sumber : www.learnengineering.org)

Pembahasan di atas merupakan penjelasan trafo dalam keadaan tanpa beban, bagaimana jika
trafo dihubungkan pada beban di sisi sekundernya ?

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, maka akan mengalir I2 pada
kumparan sekunder trafo, dimana besarnya I2dapat dirumuskan sebagai berikut:

I2 = V2 / ZL

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) atau fluks yang cenderung
berlawanan dengan fluks bersama (Ф) yang telah ada akibat arus pemagnetan pada sisi primer.
Agar fluks bersama tersebut nilainya tidak berubah akibat pengaruh ggm yang berlawanan, maka
pada kumparan primer harus mengalir arus I2 dan menimbulkan fluks Ф2’ yang menentang fluks
akibat arus beban I2.
Gambar 6-Ilustrasi trafo berbeban (sumber : sapoean.wordpress.com)

Dapatkah trafo bekerja untuk suplai tegangan DC ?

Berdasarkan prinsip kerja trafo yang telah dibahas pada poin sebelumnya, dapat diketahui bahwa
trafo dapat bekerja atau tegangan induksi dapat terbangkitkan pada kumparan sisi sekunder
apabila terdapat perubahan fluks terhadap waktu yang mengalir pada inti trafo. Fluks bolak-balik
yang berubah terhadap waktu ini dapat dihasilkan melalui suplai tegangan bolak-balik. Namun
yang menjadi pertanyaan adalah, dapatkan trafo bekerja apabila pada kumparan primer diberi
tegangan DC? Secara prinsip kerja dan dengan asumsi bahwa suplai tegangan DC yang diberikan
merupakan tegangan DC murni dan konstan maka trafo tidak dapat bekerja, hanya menimbulkan
tegangan induksi sesaat ketika kumparan baru disambungkan dengan suplai tegangan. Namun
bagaimana bila suplai tegangan DC tersebut direkayasa sedemikian rupa sehingga dapat
membangkitkan fluks bolak-balik yang berubah terhadap waktu? Simak pada pembahasan
selanjutnya!

Trafo pada peralatan sehari-hari

Seperti kita ketahui bersama, penggunaan trafo berukuran besar dan bertegangan tinggi banyak
dijumpai sepanjang jalan perkotaan maupun pada pusat perumahan yang mana trafo tersebut
digunakan untuk mengonversi tegangan tinggi menjadi tegangan distribusi yang lebih rendah
untuk kemudian disalurkan menuju konsumen. Namun tahukah anda bahwa di dalam rumah
anda juga terdapat beberapa penerapan trafo pada peralatan rumah tangga. Peralatan berukuran
besar seperti mesin cuci, kipas angin dan televisi mungkin masih menggunakan tegangan suplai
domestik sebesar 220V, namun untuk peralatan berukuran kecil seperti laptop, iPod, ataupun
telepon genggam biasanya menggunakan suplai tegangan rendah, sekitar 5-20 Volt untuk
kebutuhan pengisian baterai. Untuk itu, pada peralatan elektronik tersebut memiliki trafo kecil
untuk menurunkan level tegangan dari suplai tegangan domestik agar sesuai dengan kebutuhan
suplai tegangan peralatan.

TEKNIK PENGUKURAN
PEMBAHASAN

4.1 Megger

Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik maupun
instalasi-instalasi, output dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan tinggi arus searah yang
diputar oleh tangan.
Besar tegangan tersebut pada umumnya adalah : 500, 1000, 2000 atau 5000 volt dan
batas pengukuran dapat bervariasi antara 0,02 sampai 20 meter ohm dan 5 sampai 5000 meter
ohm dan lain-lain sesuai dengan sumber tegangan dari megger tersebut.
Dengan demikian maka sumber tegangan megger yang dipilih tidak hanya tergantung
dari batas pengukur, akan tetapi juga terhadap tegangan kerja ( sistem tegangan ) dari peralatan
ataupun instalasi yang aka diuji isolasinya.
Dewasa ini telah banyak pula megger yang mengeluarkan tegangan tinggi yang
didapatkan dari batere sebesar 8 – 12 volt (megger dengan sistem elektronis).

4.2 Pengujian Tahanan Isolasi pada Belitan Stator Generator

4.2.1 Umum
Salah satu jenis pemeliharaan yang dilakukan dalam kegiatan Combustion Inspection ( CI
) yaitu pemeliharaan periodik yang dilakukan setiap 8.000 jam generator beroperasi adalah
pemeriksaan stator generator, kegitan yang dilakukan dapat berupa pengujian tahanan isolasi (
Insulation Resistance Test ) dan Polarization Index Test.
Nilai Insulation Resistance ( IR ) stator diukur pada suhu ruangan 30,.5°C,
pengukuran dilakukan dengan cara melepas hubungan way ( Y ) generator terhadap ground
terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan pada tiap phasa yaitu phasa R, S, dan T masing-masing di
ukur langsung terhadap ground. Sehingga megger yang digunakan yaitu megger phasa terhadap
ground. Jenis Megger yang digunakan adalah Megger jenis analog dengan tegangan 5000 Volt,
pemilihan megger dengan tegangan 5000 Volt sesuai dengan besarnya tegangan kerja Generator
dan berdasarkan standar IEEE.
Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kelemahan isolasi tahanan. Pengujian
isolasi secara rutin dapat dilakukan dengan menggunakan Megger yang pembacaannya langsung
dalam meghoms. Tahanan isolasi adalah ukuran kebocoran arus yang melalui isolasi. Tahanan
berubah-ubah karena pengaruh temperatur dan lamanya tegangan yang diterapkan pada lilitan
tersebut, oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dicatat pada waktu pengujian. Nilai
tegangan minimum pengujian adalah satu kilovolt sebanding dengan satu (1) megaohm nilai
resistansi pada lilitan stator generator, nilai tahanan yang rendah dapat menunjukkan lilitan
dalam keadaan kotor atau basah.
Moisture dapat juga terdapat pada permukaan isolasi, atau pada lilitan atau pada
keduanya.Oleh sebab itu, pengujian dengan megger sebelum dan sesudah mesin dibersihkan
harus dilakukan. Jika nilai tahanan tetap rendah dan lilitan relatif bersih, ada kemungkinan
adanya moisture pada lilitan, dan lilitan harus dikeringkan sekurang-kurangnya sampai diperoleh
tahanan minimum yang dianjurkan.

Gambar 4.1 Rangkaian megger stator fasa – ground

Gambar 4.2. Rangkaian megger stator fasa – fasa


4.2.2 Batas Tahanan Isolasi
Hasil pengukuran tahanan isolasi belitan stator generator juga dipengaruhi oleh
kebersihan permukaan isolator dari stator, suhu generator, factor usia dan kelembaban udara di
sekitarnya.

4.2.3 Prinsip Kerja


Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan stator generator adalah untuk
mengetahui besar ( nilai ) kebocoran arus (leakage current) yang terjadi pada isolasi stator
generator. Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa generator cukup aman untuk
dipakai adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Keebocoran arus yang memenuhi ketentuan
yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi generator itu sendiri sehingga terhindar dari
kegagalan isolasi.
Insulation tester banyak jenisnya (merek dan tipe megger), masing-masing memiliki
spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mulai dari tipe sederhana,
menengah sampai dengan yang canggih. Display (tampilannya) juga banyak ragamnya, mulai
dari tampilan analog, semi digital dan digital murni.
Pada panel kendali (Front Panel) ada yang sangat sederhana, namun ada pula yang super
canggih. Tapi seluruhnya memiliki prinsip kerja yang sama.

Gambar 4.3 Contoh Insulation Tester Merk Metriso Type 5000 A

Keterangan :
1. Saklar pilih (Selector Switch) : tegangan uji megger, uji tegangan batere dan pemutus pasokan.
2. Tombol Range : pilihan jangkau-batas skala pengukuran.
3.  LED indicator : LED nyala hijau = pengukuran benar, LED mati = pengukuaran salah, batere
terlalu lemah.
4. LED nyala : pilihan jangkau-batas skala s.d. T ( Tera Ohm) terpilih.
5. LED nyala : pilihan jangkau-batas skala s.d. 100 M terpilih.
6. Skrup koreksi : pengaturan (koreksi) posisi jarum penunjuk pada angka 0.
7. Selector switch (saklar pilih) : pengukuran tegangan atau tahanan isolasi.
8. Analog display : Papan/plat skala penunjukan.
9. Test Prob ( - ) : Kabel pengukuran kutub (polaritas) negatif.
10. Test Prob ( + ) : Kabel pengukuran kutub (polaritas) positif.
11. Tempat penyimpanan jack konektor kabel.

Prinsip kerja alat pengukuran tahanan isolasi merk Metriso type 5000 A adalah sebagai
berikut :

1. Pemasangan Batere
Sebelum membuka tutup tempat batere pastikan dulu saklar selektorswitch (no.7) pada
posisi volt (“V”) dan saklar pilihan (no.1) pada posisi “OFF/V” dengan demikian berarti alat
ukur sudah bebas dari catu daya.
Uji kondisi batere : Setelah batere terpasang saklar pilihan (no.1) diposisikan pada
sehingga pada plat skala menunjuk tegangan batere.

2. Uji On/Off dan Fungsi Skrup Koreksi


Bila saklar selector switch (no.7) pada posisi Ohm (“”) dan saklar pilihan no.1 tidak
pada posisi “OFF/V” berarti alat ukur (megger) habis dipakai tetapi belum di-off-kan. Kondisi
yang benar bila megger tidak dipakai posisi saklar selektor switch (no.7) ke posisi volt (“v”) dan
saklar pilihan (no.1) di posisi “OFF/V”.
Skrup koreksi (no.6) berfungsi untuk koreksi posisi jarum penunjuk agar tepat pada
angka nol (0). Pengaturan dilakukan dalam kondisi alat ukur off (seperti diterangkan di atas) dan
skrup koreksi (no.6) diputar arah ke kiri atau ke kanan sehingga jarum tepat menunjuk angka nol.

3. Plat Skala ( Analog Display)


Lampu LED no.4 dan 5 pada sisi kanan plat skala adalah indikasi batas-jangkau pilihan
skala. Lampu indikasi Ohm (“Ohm”) LED no.3 akan menyala bila pengukuran isolasi adalah
benar, dan bila tidak menyala berarti rangkaian pengukuran salah atau saat tes tegangan ada yang
salah. Oleh karena itu tes batere sangat dianjurkan. Dua skala di bawahnya adalah untuk
pengukuran (pengujian) tegangan dan uji batere.

4.2.4 Pengukuran Tahanan Isolasi


Untuk mencegah kerusakan pada alat ukur perlu dipastikan dulu apakah titik ukur benar-
benar tidak ada tegangan induksi atau muatan residual.

Prosedur Pengukuran
1. Posisikan saklar selector switch (no.7) pada Ohm (“”).
2. Atur batas-jangkau skala 10 k  1 T atau 100 k  100 M dengan menekan tombol pilihan
batas-jangkau (no.2) “RANGE”.
3. Pilih tegangan uji megger dengan nominal 100 V, 250 V, 500 V, 1.000 V, 1.500 V, 2000 V,
2.500V atau 5.000 V dengan memindah posisi saklar pilihan (no.1) sesuai dengan kebutuhan.
Bila lampu LED no.4 menyala menandakan batas jangkau atas skala 10 k  1 T tercapai.
4. Hubungkan titik ukur dengan kedua prob (+) dan (-) dan ditunggu sampai dengan jarrum
penunjukan berhenti bergerak. Gerak ayun jarum tergantung pada objek yang diukur tahanan
isolasinya dan berkisar antara beberapa saat setelah terjadi kontak s.d. 30detik atau lebih.
Pembacaan nilai tahanan yang optimal adalah posisi jarum setelah tombol “ON” ditekan
ditambah 60 detik / 1 menit.

 Hasil pengukuran bias dibaca pada skala bagian atas. Jika lampu LED Ohm (“”) (no.3)
menyala hijau maka nilai pengukuran tahanan isolasi benar.
 Untuk melindungi (keamanan) alat ukur insulation tester (megger) maka pada awal pengukuran
dipilih batas-jangkau skala 100 k  100 M, melalui tombol no.2 “RANGE”. Dan lampu LED
no.5 akan menyala.

Yang perlu diperhatikan :


Jangan menyentuh titik ukur objek pengukuran yang baru selesai diukur tahanan
isolasinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya aliran arus yang melintas badan dan meskipun
tidak berakibat fatal namun bias menimbulkan tegangan kejut.
Bila pengukuran dilakukan pada objek yang komponen kapasitifnya relative besar ,
kemungkinan tegangan pegisian (charging) sampai dengan 5.000 V, hal ini sangat berbahaya bila
menyentuh titik ukur objek yang diukur tahanan isolasinya. Pada kondisi ini harus dilakukan
pembuangan tegangan induksi (residual) dengan memindah posisi saklar selector switch (no.7)
dari posisi Ohm (“”) ke posisi volt (“V”) dan prob tetap tersambung dengan objek pengukuran
s.d. jarum menunjukkan angka “0 volt”.
Jangan membalik polaritas prob (+) dan (-) selama terjadi pembungan muatan, sebab
pengaman tegangan lebih yang terpasang didalam lat uji (ukur) akan terpicu (triggered) dan
rusak.

4.2.5 Cara Penggunaan / pengukuran


Cara penggunaan meliputi alat ukur dan kesiapan objek yang diukur. Kesiapan objek
yang iukur adalah merupakan kegiatan yang tujuannya membebaskan objek (missal = generator)
dari tegangan sesuai Standar IEEE. Kesiapan objek yang akan diukur dilakukan dengan urutan
sebagai berikut :
1. Pemasangan pentanahan local (Local Grounding) disisi terminal busbar dengan tujuan
membuang Induksi Muatan ( Residuak Current) yang masih tersisa pada belitan.
2. Melepas hubungan way ( Y ) generator terhadap ground terlebih dahulu.
3. Pembersihan permukaan belitan, tempat belitan dengan memakai material cleaner dan lap kain
yang halus dan tidak merusak permukaan isolator dengan tujuan agar pengukuran memperoleh
nilai (hasil) yang akurat.
4. Melakukan pengukuran tahanan isolasi antara :
5. Terminal R terhadap cashing ( body ) / tanah.
6. Terminal S terhadap cashing ( body ) / tanah.
7. Terminal T terhadap cashing ( body ) / tanah.
8. Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi .
9. Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai bahan evaluasi
pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya.
Cara Megger Generator

Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi


dari alat-alat listrik maupun instalasi-instalasi, output dari
alat ukur ini umumnya adalah tegangan tinggi arus searah
yang diputar oleh tangan.
Besar tegangan tersebut pada umumnya adalah : 500,
1000, 2000 atau 5000 volt dan batas pengukuran dapat
bervariasi antara 0,02 sampai 20 meter ohm dan 5 sampai
5000 meter ohm dan lain-lain sesuai dengan sumber
tegangan dari megger tersebut.
Dengan demikian maka sumber tegangan megger yang
dipilih tidak hanya tergantung dari batas pengukur, akan
tetapi juga terhadap tegangan kerja ( sistem tegangan )
dari peralatan ataupun instalasi yang aka diuji isolasinya.
Dewasa ini telah banyak pula megger yang mengeluarkan
tegangan tinggi yang didapatkan dari batere sebesar 8 – 12
volt (megger dengan sistem elektronis).
Salah satu jenis pemeliharaan yang dilakukan dalam
kegiatan Combustion Inspection ( CI ) yaitu pemeliharaan
periodik yang dilakukan setiap 8.000 jam generator
beroperasi adalah pemeriksaan stator generator, kegitan
yang dilakukan dapat berupa pengujian tahanan isolasi (
Insulation Resistance Test ) danPolarization Index Test.
Nilai Insulation Resistance ( IR ) stator diukur pada suhu
ruangan 30,5°C, pengukuran dilakukan dengan cara
melepas hubungan way ( Y ) generator terhadap ground
terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan pada tiap phasa
yaitu phasa R, S, dan T masing-masing di ukur langsung
terhadap ground. Sehingga megger yang digunakan yaitu
megger phasa terhadap ground. Jenis Megger yang
digunakan adalah Megger jenis analog dengan tegangan
5000 Volt, pemilihan megger dengan tegangan 5000 Volt
sesuai dengan besarnya tegangan kerja Generator dan
berdasarkan standar IEEE.
Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelemahan isolasi tahanan. Pengujian isolasi secara rutin
dapat dilakukan dengan menggunakan Megger yang
pembacaannya langsung dalam meghoms. Tahanan isolasi
adalah ukuran kebocoran arus yang melalui isolasi.
Tahanan berubah-ubah karena pengaruh temperatur dan
lamanya tegangan yang diterapkan pada lilitan tersebut,
oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dicatat pada
waktu pengujian. Nilai tegangan minimum pengujian
adalah satu kilovolt sebanding dengan satu (1) megaohm
nilai resistansi pada lilitan stator generator, nilai tahanan
yang rendah dapat menunjukkan lilitan dalam keadaan
kotor atau basah.
Moisture dapat juga terdapat pada permukaan isolasi,
atau pada lilitan atau pada keduanya.Oleh sebab itu,
pengujian dengan megger sebelum dan sesudah mesin
dibersihkan harus dilakukan. Jika nilai tahanan tetap
rendah dan lilitan relatif bersih, ada kemungkinan adanya
moisture pada lilitan, dan lilitan harus dikeringkan
sekurang-kurangnya sampai diperoleh tahanan minimum
yang dianjurkan.
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
1. Dengan Pengujian Insulation Resistance ( IR ) dan Polarization Index Test dapat mengetahui
kondisi generator untuk menentukan tindakan pemeliharaan sederhana yaitu setiap 8000 jam
generator beroperasi
( Combustion Inpection ).
2. Nilai minimum tahanan isolasi ( Insulation Resisntace ) stator generator Wescan Unit 1 PLTG
keramasan sesuai dengan standar IEEE adalah 1.250 MΩ.
3. Berdasarkan analisis nilai Polarization Index ( PI ) yaitu dari 2.3 menjadi 2.8 maka kondisi
generator Wescan PLTG unit 1 Keramsan sesuai standar IEEE dalam kondisi Fair namun
menedekati kondisi good setelah dilakukan pemeliharaan yaitu pembersihan dan pemanasan
winding stator generator.

5.2. SARAN
1. Agar tidak mengganggu aktivitas karyawan PLN, sebaiknya setiap kelompok mahasiswa yang
melakukan kerja praktek dapat dibimbing oleh seorang pembimbing khusus yang ditunjuk oleh
Asman atau Supervisor masing-masing.
2. Pemeliharan rutin dan periodik generator harus dilakukan untuk menjaga kondisi generator
selalu dalamkondisi baik agar dapat mempertahankan dan menjaga kehandalan sistem
pembangkit.

Anda mungkin juga menyukai