Anda di halaman 1dari 50

RSUD

KAB.BANGKA SELATAN
DUSTING ANTI KECOA

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Dusting adalah suatu tindakan untuk pengendalian serangga
dan khususnya kecoa dengan metode
penyemprotan/pelepasan serbuk-serbuk anti kecoa(metode
dusting) pada lokasi keberadaan kecoa seperti; saluran
drainase tertutup,rak-rak gudang, bak control (lokasi lembab,
kotor)
Tujuan Untuk pengendalian kecoa secara efektif, penyebarannya luas
sehingga populasi kecoa terkendali karena serbuk anti kecoa
akan cepat tersebar bersama angin bersama saluran saluran
tertutup, menempel pada dinding-dinding dan cepat kontak
dengan kecoa dan + 10 menit kecoa akan mati.
Kebijakan Tindakan dusting kecoa dilakukan oleh pihak kontraktor pest
dan roden control yang bekerja sama dengan pihak rumah
sakit, berkoordinasi dan dalam pengawasan unit sanitasi.
Prosedur 1. Petugas menyiapkan peralatan, bahan APD (masker,
sarung tangan)
2. Dengan memakai APD kemudian mengisikan serbuk anti
kecoa kedalam tabung alat untuk didusting kira-kira 2/3
volume tabung tersebut kemudian segera ditutup.
3. Petugas datang kelokasi untuk dilakukan tindakan dusting,
mempersiapkan lokasi ( membuka tutup bak, tutup saluran
atau memindah barang digudang)
4. Tindakan selanjutnya adalah penyemprotan anti kecoa
dengan cara memompa berulang-ulang dan mengarahkan
keluaran serbuk-serbuk (dust) anti kecoa tersebut pada
lokasi yang dikehendaki searah angin.
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
DUSTING ANTI KECOA

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
5. Setelah diperkirakan cukup merata dan menyebar
penyemprotan dihentikan,segera menutup lubang-lubang
dan ditunggu kira-kira 5-15 menit kecoa akan mati.lokasi
dibersihkan dan dirapikan.
Unit terkait Unit sanitasi, kontraktor pest dan rodent control
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PEMERIKSAAN SUHU AIR BERSIH DAN LIMBAH CAIR

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Suhu air bersih dan limbah cair merupakan suatu kondisi yang
ditunjukkan alat pengukur (Termometer ) yang pengaruhnya
lebih pada reaksi atau proses yang akan terjadi apabila hasil
pengukuran menunjukkan tidak sesuai standart.
Tujuan 1. Mengetahui dan memantau kondisi suhu air bersih yang
sesuai standart baku mutu dan sesuai bagi peruntukannya
sehingga tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan.
2. Mengetahui dan memantau kondisi suhu air limbah cair pada
outlet IPAL sehingga pada waktu dibuang sudah sesuai
dengan standart baku mutu dan aman bagi lingkungan.
Kebijakan 1. Pemeriksaan suhu air bersih dilakukan setiap hari dengan
sampling dan pengukuran pada lokasi-lokasi sebagai berikut:
Ruang perawatan, Ruang dapur, Ruang Poli spesialis,
Ruang bedah, R.Laundry.Pelaksanaannya berkordinasi
dengan bagian – bagian terkait.
2. Pemeriksaan suhu limbah cair dilakukan setiap hari pada
lokasi inlet IPAL, bak – bak IPAL dan outlet IPAL.
Prosedur 1. Petugas menyiapakan peralatan – peralatan termometer,
labu erlenmeyer, alat tulis.
2. Petugas datang ke lokasi pengambilan sampel air bersih
atau limbah cair yang akan diukur suhunya.
3. Mengambil sampel air bersih atau limbah cair kedalam labu
erlenmeyer.
4. Memasukan bagian ujung alat pengukur suhu (termometer)
kedalam labu erlemeyer, membiarkan termometer didalam
erlenmeyer dan melihat yang ditunjukan (dalam keadaan
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PEMERIKSAAN SUHU AIR BERSIH DAN LIMBAH CAIR

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
termometer masih tercelup didalam sampel air bersih atau
limbah cair).
5. Mencatat hasil pengukuran berikut jam pengukuran, hari /
Tgl. Mengambil termometer, membilas dengan air bersih
dan membersihkan peralatan, mengemasi dan
meninggalkan tempat sampling.
Unit Terkait Sanitasi , Semua Unit / bagian untuk lokasi sampling dan
pemeriksaan
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL LIMBAH CAIR PEMERIKSAAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian - Sampel limbah cair adalah cair yang diambil dari satu
kumpulan limbah cair yang mengambarkan dan mewakili
dari seluruh kondisi, keadaan, kandungan dari keseluruhan,
kumpulan limbah cair tersebut.
- Paremeter fisika dan kimia (kep. MENLH No.58 /MENLH/
12/ 1995) adalah Ph. TSS BOD, COD, NH3 +, PO4, SUHU.
- Form label berisi keterangan yang memuat jenis sampel,
lokasi,hari/tanggal jenis pemeriksaan, jam pengambilan,
nama petugas.
Tujuan Agar pengambilan sampel limbah cair dapat di lakukan
dengan tepat, benar dan Standar, sehingga sampel yang
diambil adalah benar-benar mewakili kondisi limbah cair
sehingga hasil pemeriksaan terhadap sampel tersebut benar,
tepat, akurat, dan representatip.
Kebijakan Pengambilan sampel limbah cair dari outlet instalasi
pengolahan air limbah ( IPAL) dilakukan secara rutin minimal
dalam sebulan sekali untuk pemeriksaan kelaboratorium
penguji kualitas lingkungan yang ditunjuk resmi
/direkomendasikan oleh gubernur.
Prosedur 1. Petugas pengambilan sampel limbah cair mempersiapkan
alat dan bahan jerigen plastik yang bersih, toluol ( Bahan
pengawet sampel) alat tulis, form label, pipet.
2. Petugas datang kelokasi pengambilan sampel limbah,
membuka tutup Jerigen dengan mulut jerigen berlawanan
arah dengan aliran limbah cair untuk mengurangi aerasi,
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL LIMBAH CAIR PEMERIKSAAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
mengangkat jerigen yang sudah berisi dan membilas
jerigen sampai 3 x dengan cara mengocok – ngocok lalu
membuang isi dan mengisinya kembali
3. Selanjutnya mengisi jerigen dengan cara yang sama
hingga volume 2/3 iIsi jerigen, mengangkat jerigen lalu
menambahkan toluol sebanyak 5 tetes dengan alat pipet.
4. Menutup Jerigen, menempel form label dan sampel siap
dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeiksaan
Unit terkait Sanitasi, laboratorium penguji kualitas lingkungan.
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PENGISIAN KAPORIT PADA KHLORINATOR

No Dokumen No. revisi Halaman


1/1

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian a. Kaporit Ca (OCL)2 dapat terhidrolisa dalam air dan
menghasilkan khlorin (CL2OCL.HOCL) yang mempunyai
daya desinfeksi sehingga dapat membunuh bakteri, mikro
organisme.
b. Tangki klorin adalah suatu wadah yang berisi larutan kaporit
yang menghasilkan klorin yang diinjeksikan dalam limbah
cair sehingga dapat membunuh bakteri mikro organisme
sehingga outlet limbah cair sesuai dengan standart baku
mutu.
Tujuan Pengisian kaporit pada bak klorinasi adalah untuk memperoleh
larutan kaporit yang menghasilkan klorin paling efektif untuk
diinjeksikan pada limbah cair sehingga benar-benar dapat
membunuh bakteri, mikro organisme pada outlet limbah cair.
Kebijakan Pengisian kaporit secara rutin dilakukan 2 minggu sekali sesuai
dengan perhitungan dan untuk mencapai efektifitas proses
klorinasi sehingga menunjang kerja system instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) dan outlet IPAL sesuai dengan
baku mutu yang ditetapkan.

Prosedur a. Petugas mempersiapkan peralatan : ember, pengaduk,


sarung tangan, masker, corong.
b. Mempersiapkan kaporit dengan menimbang 17,5 kg dan
selama melakukan penimbangan harus memakai sarung
tangan dan masker sampai dengan pekerjaan selesai.
c. Memasukkan kaporit yang telah ditimbang tersebut dalam
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PENGISIAN KAPORIT PADA KHLORINATOR

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
ember-ember, lalu mengisikan air kedalam ember hingga ¾
volumenya kemudian diaduk hingga rata.
d. Membiarkan larutan kurang lebih 3 menit agar terbentuk
endapan dan cairan (filtrate).
e. Mengambil dan menuang cairan (filtrate), lalu memasukkan
kedalam tangki kaporit.
f. Menambahkan air sampai batas leher tangki klorin, lalu aduk
hingga rata.
g. Menutup tangki klorin
Unit Terkait Sanitasi
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN RUANGAN

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SOP)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Pengukuran suhu dan kelembaban yang dimaksud adalah
pengukuran suhu dan kelembaban ditempat atau ruang pasien
dirawat dan ruang atau tempat kerja
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui
suhu dan kelembaban ruang pasien, ruang kerja karyawan
maupun peralatan yang ada dengan cara mengetahui /
mengukur / memantau suhu ruangan dan kelembaban ruangan
guna menciptakan kenyamanan dan keamanan.
Kebijakan 1. Pengukuran / monitoring dilakukan oleh petugas dari bagian
sanitasi.
2. Pengukuran / monitoring dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam
setahun.
3. Standar (baku mutu) adalah sesuai dengan Kep. Dirjend
PPM & )PLP No. HK. 00.06.6.44.
Prosedur 1. ALAT YANG DIGUNAKAN : THERMOHYGROMETER
DIGITAL
a. Pasang dan check battery.
b. Ruangan dibagi menjadi beberapa titik pengukuran.
c. Buka cup (tutup) sensor atas dengan memutar
berlawanan arah jam.
d. Hidupkan alat dengan mengeser “swith” dari posisi “O”
untuk mengukur suhu ruangan.
e. Pengukuran dilakukan pada beberapa titik, baca dan
catat angka hasil pengukuran suhu atau kelembaban
pada saat menunjukan stabil.
f. Catat pula kondisi lingkungan yang ada disekitarnya
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN RUANGAN

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
g. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban adalah rata-rata
pengukuran.
h. Setelah selesai alat dimatikan (switch diarahkan keposisi
“O” dan battery dilepas, cup/tutup sensor juga dipasang.
i. Bila hasil pengukuran melebihi ketentuan yang
Prosedur dipersyaratkan, maka segera dilakukan evaluasi dan
tindak lanjut.
2. ALAT YANG DIGUNAKAN : PSYCHROMETER SLINK
a. Mula – mula kain katun dibasahi air, kemudian alat
diputar selama 1 menit.
b. Amati dan catat suhu kering sebagai suhu udara
c. Juga amati dan catat suhu basahnya
d. Hitung selisih antara suhu kering dan suhu basah
e. Pada tabel, tariklah hasil yang didapat pada suhu kering
dan suhu basah. Hasil yang didapat merupakan
kelembaban manager.
f. Catat kondisi lingkungan / ruangan pada saat pengukuran
(kipas angin, AC, ventilasi) dan catat pula waktu / jam
pengukuran.
g. Catat hasil pengukuran dan buat laporan.
h. Setelah selesai melakukan pengukuran, kembalikan alat-
alat yang digunakan pada tempatnya.
Apabila dari hasil pengukuran ditentukan suhu dan kelembaban
yang tidak sesuai standar (persyaratan), segera dilakukan
evaluasi dan tindak lanjut untuk mengatasinya.
Unit Terkait a. Sanitasi, tim K3, Sarana Medik, Pemeliharaan
b. Ruang / tempat perawatan pasien
c. Ruang / tempat kerja karyawan
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN /
PENCAHAYAAN

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SOP)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Pengukuran dan pengaturan penerangan / pencahayaan
dimaksudkan agar penerangan cukup memadai untuk
kelancaran pekerjaan/ aktivitas, membantu proses
penyembuhan pasien dan mencegah kesilauan yang akan
menyebabkan gangguan kesehatan dan keselamatan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui
penerangan ruang / tempat pasien dirawat / ruang karyawan
bekerja guna menciptakan penerangan yang cukup, tidak
menimbulkan kesilauan dan sesuai standar yang ada.
Kebijakan a. Pengukuran / monitoring dilakukan oleh petugas dari bagian
sanitasi.
b. Pengukuran / monitoring dilakukan minimal 2 kali dalam
setahun
c. Standar adalah sesuai dengan Kep. Dirjend. PPM dan PLP.
No. HK. 00.06.6.44.
Prosedur Alat yang digunakan : lux meter
1. Pengukuran Intensitas Penerangan Umum
a. Bagi luas ruang menjadi beberapa bidang / bagian
b. Pengukuran dilakukan pada salah satu sudut dimana tiap
fotocell menghadap sumber cahaya, tutup fotocell
dibuka, tombol di ON dan dipilih pada penunjuk yang
sesuai dengan tingkat intensitas cahaya / penerangan
(200, 2000, 20.000 lux), alat dipegang kira-kira 85 cm
dari lantai dan kira-kira 30 cm dari badan pengukur.
c. Amati dan catat hasil pengukuran
d. Lanjutkan pengukuran pada titik kedua dan seterusnya
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN /
PENCAHAYAAN

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
e. sampai titik terakhir
f. IPU adalah Jumlah Intensitas Pengukuran (Lux)
Jumlah Titik Pengukur
Prosedur 2. Pengukuran Intensitas Penerangan Lokal (IPL)
a. Bagi ruangan / tempat yang akan diukur menjadi
beberapa bagian
b. Ukur intensitas penerangan pada tengah-tengah kotak
c. Baca dan catat hasilnya
d. IPL adalah Jumlah Intensitas Pengukuran (Lux)
Jumlah Titik Pengukuran
3. Pengukuran Reflaktan
a. Ukur intensitas penerangan yang jauh pada dinding,
meja, lantai : a lux
b. Fotocell dibalik kemudian ditarik pelan-pelan sampai
jarum pada display konstan, misalnya : b lux
c. Reflaktan dihitung dengan rumus : b/a x 100%
d. Setelah selesai melakukan pengukuran, kembalikan alat-
alat yang digunakan pada tempatnya.
Unit Terkait a. Sanitasi, Tim K3, Sarana Medik, Pemeliharaan
b. Ruang / tempat perawatan pasien
c. Ruang / tempat kerja karyawan
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN LEMAK PADA GREASE TRAP

No Dokumen No. revisi Halaman


1/1

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SOP)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Grease trap adalah suatu desain bak/penampung yang
berfungsi untuk memisahkan lemak dari limbah cair yang akan
diolah pada system pengolah limbah (IPAL)
Tujuan Agar pengambilan lemak pada grease trap secara rutin
dilakukan secara higienis, tepat, rutin dan memperhatikan
keselamatan kerja (K3) sehingga akan membantu kelancaran
fungsi grease trap dan system instalasi pengolahan air limbah.
Kebijakan Pengambilan lemak pada grease trap secara rutin dilakukan
oleh petugas sanitasi setiap 2 hari sekali dan proses terakhir
dari pengambilan lemak adalah pembakaran lemak tersebut
dalam incinerator.
Prosedur a. Petugas mempersiapkan peralatan dan wadah penampung
lemak plastic, pengangkat lemak, kereta/troli.
b. Petugas memakai alat pelindung diri (sarung tangan,masker,
dan sepatu) dan siap segera membuka tutup “grease trap”
lalu mengambil pengangkat lemak. Memasukan kedalam lalu
mengangkat lemak yang tertangkap dan memasukannya
kedalam kantong plastic warna putih. Pengangkat lemak
terus-menerus hingga lemak pada grease trap bersih.
c. Setelah selesai pengangkatan lemak, segera plastic di ikat
ujungnya dimasukan kedalam troli/kereta.
d. Menutup bak grease trap, membersihkan peralatan dan
mengangkut lemak kemudian dibakar pada incenerator.
Unit terkait Sanitasi, dapur (instalasi gizi)
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
START-UP (PENGAKTIFAN, PENABURAN) BAKTERI
AEROB PADA BIOREAKTOR/BIODETOK IPAL

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian a. Start up merupakan suatu proses pengaktifan bakteri yang
semula disimpan dan non aktif dalam bentuk serbuk
dengan penaburan dalam air bersih, ditambah nutrient dan
diaerasi.
b. Bakteri aerob adalah jenis bakteri yang dalam proses
hidupnya harus ada/tercukupi kebutuhan oksigen (O2).
c. Bioreactor/biodetox adalah tempat (bak) dalam system
IPAL yang didalamnya terdapat rumpon/rumah bakteri dan
dilengkapi diffuser untuk proses aerasi.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengaktifan, penaburan bakteri aerob kedalam system IPAL
(Bioreaktor/Biodetox) pada saat memerlukan start up dan
untuk kelangsungan operasional system dan jaringan IPAL
untuk pengolahan limbah cair rumah sakit.
Kebijakan Proses star up bakteri dilakukan oleh petugas dari bagian
sanitasi dan dilakukan apabila bakteri dan kondisi
Bioreaktor/Biodetox dari hasil analisa, monitoring dan
identifikasi menunjukkan sudah tidak aktif atau tidak
menunjukkan aktifitas hidup seperti : film-film dan lender pada
permukaan rumpon berkurang, timbul bau busuk, limbah
didalam biodetox keruh dan out let dari biodetox tetap keruh
dan bau busuk.
Prosedur 1. PENGAKTIFAN BAKTERI DILUAR BIODETOX
(BIOREAKTOR)
a. Menuang serbuk bakteri ke botol yang sudah terisi 2/3
air bersih atau air hangat kuku lebih baik, dikocok
selama 15 menit.
b. Menuang isi botol kedalam ember kecil, membilas botol
dan menambahkan air kedalam ember hingga +3 liter.
c. Memasukan nutrient ke dalam ember tersebut.
d. Aerasi air dalam ember tersebut dengan pompa selama
+ 6 jam terus menerus.
e. Larutan air dalam ember (bakteri sudah aktif) siap
dituang merata di biodetox/bioreactor.
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
START-UP (PENGAKTIFAN, PENABURAN) BAKTERI
AEROB PADA BIOREAKTOR/BIODETOK IPAL

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
f. Sebelum 24 jam (1 hari) proses aerasi dan pengaktifan
bakteri di biodetox/bioreactor, limbah cair tidak boleh
masuk ke biodetox.
g. Setelah 24 jam (1 hari) masukan limbah cair ke dalam
Prosedur biodetox dari buffer tank dangan aliran kecil-kecil dulu
(maksimal ½ weir inlet biodetox) hingga hari ke-3.
2. PENGAKTIFAN BAKTERI LANGSUNG DITABUR DI
BIODETOX/BIOREAKTOR
a. Menuang serbuk bakteri kedalam botol yang sudah diisi
air + 2/3 volume, kemudian dikocok selama 15 menit
dan diamkan 15 menit.
b. Menuang dan tabor larutan bakteri dalam botol tersebut
kedalam biodetox secara merata (biodetox sudah terisi
air bersih, proses aerasi terus menerus dan memadai).
c. Menambahkan nutrient yang dilarutkan dalam air dan
dituang secara merata kedalam biodetox/bioreactor.
d. Aerasi terus biodetox/bioreactor selama 24 jam dan
limbah cair tidak dialirkan/dimasukkan kedalam
biodetox/bioreactor.
e. Setelah 24 jam, alirkan limbah cair dari bak buffer
dengan aliran kecil-kecil dulu (maksimal ½ weir inlet
biodetox) hingga pada hari ke-3.
Setelah hari ke-3 dan selanjutnya jalankan proses operasional
normal.
Unit terkait Sanitasi, pemeliharaan.
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL ( SAMPLING ) MAKANAN

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Sampel makanan adalah semua jenis makanan hasil olahan
dari dapur bagian gizi dan semua jenis makanan yang akan
disajikan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Tujuan a. Sebagai acuan pelaksanaan sampling makanan secara
representative dan benar-benar sampai adalah mewakili
kondisi sebenarnya makanan.
b. Sampling makanan dan analisa laboratorium terhadap
kualitas dari parameter fisik,kimia dan bateriologis dilakukan
sebagai monitoring mutu dan kesehatan makanan.
Kebijakan a. Sampling makanan dilakukan oleh petugas sanitasi.
b. Analisa sampel makanan dilakukan oleh laboratorium
penguji yang direkomendasikan institusi berwenang.
c. Sampling makanan dilakukan minimal sekali dalam sebulan
untuk memonitoring parameter bakteriologis.
Prosedur 1. Sampling makanan untuk analisa parameter fisik dan kimia
a. Petugas mempersiapkan peralatan dan prasarana
sampling seperti : pinset,wadah sampel, tas
sampling, kertas/form sampling dan alat tulis.
b. Petugas melakukan persiapan dan menentukan
lokasi jenis sampel yang akan disampling.
c. Petugas datang kelokasi sampling dengan membawa
peralatan dan prasarana sampling, melakukan/
mengambil sampel makanan, memasukkan kedalam
wadah sampel dan tutup rapat.
d. Wadah sampel diberi label atau form pengambilan
sampel yang memuat keterangan: jenis sampel, asal
sampel, hari/tanggal dan waktu sampling, jenis
pemeriksaan, nama pengambil sampel, kode sampel.
e. Wadah sampel yang sudah lengkap dengan labeling
dimasukkan dalam tas sampling, segera ditutup dan
dikirim ke laboratorium untuk dianalisa.
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL ( SAMPLING ) MAKANAN

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
2. Sampling makanan untuk pemeriksaan parameter
bakteriologis/mikrobiologis
a. Petugas sampling mempersiapkan peralatan dan
prasarana sampling, seperti : pinset steril, wadah
Prosedur sampel steril (botol kaca steril), lampu spritus, korek,
tas sampel, kertas/form sampling dan alat tulis.
b. Petugas menentukan lokasi dan jenis makanan yang
akan diambil sampelnya dan segera mempersiapkan
tempat/lokasi sampling.
c. Petugas dengan peralatan lengkap datang kelokasi
sampling, melakukan sampling secara steril yaitu
mengambil sampel makanan dengan pinset steril dan
memasukkan sampel makanan kedalam botol steril
(wadah sampel) dengan selalu melidah apikan pada
lampu spiritus.
d. Segera menutup wadah sampel (botol steril) bila
volume sampel sudah 2/3 volume botol/wadah steril
atau secukupnya dari jumlah sampel yang tersedia.
e. Wadah sampel/botol steril segera diberi labeling (form
pengambilan sampel) yang berisi keterangan : jenis
sampel, asal sampel, hari/tanggal dan waktu
sampling, jenis pemeriksaan, nama pengambil
sampel.
f. Wadah sampel/botol steril tadi segera dimasukkan
kedalam tas sampling, segera ditutup rapat dan
dikirim kelaboratorium untuk dianalisa.
Unit terkait a. Sanitasi
b. Gizi
c. Laboratorium
d. Ruang perawatan
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) MINUMAN (AIR
MINUM)

No Dokumen No. revisi Halaman


1/3

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Sampel minuman adalah semua jenis minuman (air minum)
hasil olahan dari dapur rumah sakit ( unit gizi) dan semua jenis
minuman (kemasan kaleng, botol, plastic) yang akan disajikan
pada pasien rumah sakit.
Tujuan a. Sebagai acuan pelaksanaan sampling minuman (air minum)
secara representative dan benar-benar sampel adalah
mewakili kondisi minuman (air minuman) sebenarnya.
b. Sampling dan analisa laboratorium terhadap minuman (air
minum) dilakukan untuk monitoring kualitas parameter fisik,
kimia, bakteriologis.
Kebijakan a. Sampling dilakukan oleh petugas sanitasi.
b. Analisa sampel minuman (air minum) dilakukan oleh
laboratorium penguji yang direkomendasikan institusi yang
berwenang.
c. Sampling minuman (air minum) dilakukan sebulan sekali
untuk monitoring parameter bakteriologis
Prosedur 1. Sampling minuman (air minum) untuk pemeriksaan
parameter fisik dan kimia
a. Petugas mempersiapkan perlengkapan sampling air
minum : jerigen plastic, form label, alat tulis.
b. Petugas datang kelokasi pengambilan sampel dan
memeriksa kondisi setempat
c. Mengambil jerigen dan masukkan air minum dari
tempat penyimpanan air minum didapur bagian gizi,
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) MINUMAN (AIR
MINUM)

No Dokumen No. revisi Halaman


2/3
kemudian membilas jerigen dengan cara menggojok-
gojok lalu membuang isi jerigen. Pembilasan
dilakukan sampai 2-3X.
d. Memasukkan sampel air minum dengan gayung
Prosedur kedalam jerigen dan harus hati-hati agar tidak
menimbulkan aerasi atau gelembung-gelembung air
sampai volume 2/3 jerigen dan segera ditutup.
e. Jerigen wadah sampel tersebut segera ditempeli
formlabeling yang berisi keterangan : jenis sampel,
asal sampel, jenis pemeriksaan, hari/tanggal dan
waktu sampling, nama petugas sampling dan kode
sampel.
f. Sampel segera dimasukkan kedalam tas sampling
dan segera ditutup dan sampel dikirim ke
laboratorium untuk dianalisa.
g. Untuk sampel minuman dalam kemasan (botol plastic
dan kaca atau kemasan lain) : pengambilan sampel
dilakukan dengan membawa 1(satu) jenis kemasan
minuman, ditempel form labeling, dimasukkan dalam
tas sampling dan dikirim kelaboratorium untuk
analisa.
2. Sampling minuman ( air minum) pemeriksaan parameter
bakteriologis mikrobiologis
a. Petugas mempersiapkan peralatan sampling : botol
sampel steril, lampu spiritus, korek api, alat tulis, form
label, tas sampling, alcohol 70%.
b. Petugas datang kelokasi sampling, membersihkan/
mensterilkan prasarana sampling dan lokasi sampling
dengan lampu spiritus atau alcohol 70%.
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) MINUMAN (AIR
MINUM)

No Dokumen No. revisi Halaman


3/3
c. Mengambil sampel air minum (minuman) dari
penampung dengan gayung yang bersih dan steril
dan dimasukkann dalam botol sampel steril, volume
Prosedur
sampel maksimal 2/3 volume botol sampel.
Membuka-menutup botol steril dan masukkan sampai
air minum harus dengan cara steril (melidah apikan
pada lampu spiritus).
d. Botol sampel steril sudah berisi sampel, segera
ditempeli form/labeling.
e. Botol sampel steril tadi segera dimasukkan ke dalam
tas sampling dan segera dikirim ke laboratorium
untuk dianalisa.
Unit terkait a. Sanitasi
b. gizi
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PEMERIKSAAN PH AIR BERSIH DAN LIMBAH CAIR

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)

dr. Annisa Nur Intan


NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian a. pH (derajat keasaman) adalah menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa (air bersih, air limbah)
b. standar pH adalah 6.5-9 untuk air bersih (menurut
permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990)
c. standart pH adalah 6-9 untuk limbah cair (menurut
Kep.MENLH/12/1995)
d. pengaruh adanya penyimpangan pH dari standart yang
telah ditetapkan adalah menyebabkan beberapa senyawa
kimia berubah sehingga menganggu kesehatan.
Tujuan a. Mengetahui dan mengetahui dan memantu nilai/besarny ph
(derajat keasaman) air bersih sehingga akan mencegah
gangguan kesehatan akibat dari ph yang tidak diketahui
karena sangat berperan pada reaksi- reaksi air dengan
bahan lain.
b. Mengetahui dan memantau nilai atau besarnya ph (derajat
keasaman)limbah cair dari out let ipal sesuai dengan baku
mutu standart dan tidak mencemari lingkungan.
Kebijakan a. Pemeriksaan air bersih dilingkungan setiap hari dengan
sampling dan pengukuran pada lokasi sebagai berikut ; R.
Bayi (anyerlir 2) R. Perawatan,dapur/Instalasi gizi,poli
spesialis,R bedah,laboratorium dan laundry.Pelaksananya
berkoordinasi dengan bagian bagian terkait.
b. Pemeriksaan Ph limbah cair di lakukan setiap hari pada
lokasi inlet IPAL,bak-bak IPAL,dan outlet IPAL.
Prosedur a. Petugas menyiapkn peralatan;
- PH meter
- Erlenmeyer
- aquades
- alat tulis
b. Petugas datang lokasi sampling,mengambil sampel dan
dimasukan kedalam Erlenmeyer.
c. Mempersiapkan alat pengukur (PH meter) dengan cara
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PEMERIKSAAN PH AIR BERSIH DAN LIMBAH CAIR

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
membuka tutup bagian bawah dengan cara
melepaskan/menarik,kemudian memasang electrode pada
bagian bawah yang sudah dibuka tersebut,selanjutnya
Prosedur
melepas botol kecil warna putih dengan cara memutar
berlawanan arah jarum jam sehingga lepas.
d. Langkah selanjutnya adalah mencelupkan Ph Meter
kedalam sampel air bersih atau limbah cair hingga electrode
masuk/mecelupkan didalam erlenmeyar. Kemudian
mengeser panel bagian atas
e. Membersihkan erlemeyer,merapikan peralatan dan
mengemasi kemudian meninggalkan lokasi sampling dalam
keadaan seperti semula.
Unit terkait Sanitasi, semua unit/bagian untuk lokasi sampling dan
pemeriksaan.
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN SPRAYING/PENYEMPROT UNTUK PENGENDALIAN
SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU(PEST &
RODENT CONTROL)

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Sprying atau penyemprotan adalah suatu tindakan untuk
mencegah, mengendaalikan dan membunuh serangga dengan
penyemprotan larutan/bahan anti serangga dan binatang
pengganggu dengan mengunakan alat penyemprot(sprayer).
Tujuan Tindakan spraying/penyemprotan dengan melalui prosedur
yang benar adalah untuk:
a. Mengendalikan dan membunuh serangga dan binatang
pengganggu secara optimal, tepat dan aman bagi
manusia dan lingkungan.
b. Menciptakan kondisi ruangan dan lingkungan yang
nyaman, bebas serangga dan binatang penganggu.
Kebijakan Pelayanan tindakan spraying/penyemprotan dilakukan oleh
petugas dari kontraktor pest dan rodent control yang ditunjuk
oleh rumah sakit sesaui dengan kontrak kerja dan dibawah
dengan pengawasan unit sanitasi.
Prosedur a. Petugas mebyiapkan peralatan-peralatan, bahan dan
memakai APD (bahan dan peralatan ; larutan anti
serangga,sprayer(B&g)
b. Mengisi tabung sprayer (b&g) dengan bahan anti serangga
dan mencampur dengan pelarut air.
c. Memompa sprayer (b&g) untuk memasukan udara
sehingga pada waktu spraying ada tekanan untuk
spraying.
d. petugas datang kelokasi spraying sesuai dengan schedule
tempat dan segera melakukan spraying dengan membuka
kran pada tangkai penyemprot dan mengarahkan
semprotan pada lokasi tujuan. Dan setiap selesai
melakukan spraying pada lokasi /ruangan harus minta
tanda tangan/keterangan pemilik ruangan.
e. Setelah selesai, kran pada tangkai sprayer (b&g) ditutup
tekanan pada tabung dibuka dan alat disimpan ditempat
penyimpanan yang aman.
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN SPRAYING/PENYEMPROT UNTUK PENGENDALIAN
SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU(PEST &
RODENT CONTROL)

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
f. Petugas segera membuka/melepas APD (masker, sarung
tangan) dan mencuci tangan.

Unit terkait Sanitasi, kontraktor pest dan rodent control


RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PEMASANGAN UMPAN RACUN TIKUS

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian - Umpan racun tikus adalah merupakan suatu racikan
makanan yang dicampur dengan racun untuk
mengendalikan tikus.
- Pemasangan umpan dilakukan pada lokasi yang
merupakan ; sarang, jalan /lalu lintas dan tempat-tempat
yang memungkinkan keberadaan tikus seperti : plafon,
gudang, sudut-sudut ruangan.
Tujuan Agar pemasangan umpan racun tikus dapat dicapai sasaran
(tikus) dan dimakan tikus sehingga keberadaan tikus dapat
terkendali karena setelah memakan umpan racun ini, tikus
akan segera mati.
Kebijakan Pemasangan umpan racun tikus dilakukan oleh kontraktor
pest dan rodent control yang bekerja sama dengan pihak
rumah sakit, berkoodinasi dan dalam pengawasan unit
sanitasi.
Prosedur a. Petugas menyiapkan kemasan-kemasan umpan racun
tikus dan mempersiapkan pakaian kerja, senter, tangga
untuk naik keplafon ( bila lokasi pemasangan diplafon).
b. Petugas datang ke lokasi pemasangan umpan dengan
membawa perlengkapan tersebut, lalu membagi dan
menaruh umpan pada lokasi terpilih yaitu : adanya tanda
tempat/sarang tikus, ada jejak jalan tikus atau
memungkinkan dapat menarik tikus untuk makan.
c. Dan untuk pemasangan umpan racun tikus diplafon,
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PEMASANGAN UMPAN RACUN TIKUS

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
dengan tangga petugas naik, masuk dan membagi dan
menaruh umpan tersebut sehingga tersebar dan dapat
dijangkau sasaran (tikus).
d. Setelah diperkirakan pemasangan umpan cukup tersebar
dan dapat dijangkau oleh sasaran (tikus), petugas segera
turun, merapikan lokasi, membawa semua peralatan dan
segera meninggalkan lokasi tersebut.

Unit terkait Unit sanitasi, kontraktor pest dan rodent control


RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) MAKANAN

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian Yang dimaksud dengan sampel makanan adalah sampel
dari makanan yang sudah diolah/hasil olahan dari bagian
gizi yang dihasilkan dan dikonsumsi oleh pasien maupun
karyawan.
Tujuan a. Sebagai acuan penerapan pengambilan sampel
(sampling) makanan oleh petugas secara benar,
representative dan benar-benar mewakili sesuai kondisi
yang sebenarnya.
b. Pengambilan sampel makanan, pengiriman dan
pemeriksaan dilaboratorium merupakan suatu
rangkaian tindakan monitoring terhadap hygiene
sanitasi dan kesehatan makanan.
Kebijakan a. Pengambilan sampel makanan dilakukan oleh petugas
dari bagian sanitasi atau petugas dari laboratorium
penguji kualitas lingkungan dengan pengawasan
petugas dari bagian sanitasi
b. Sampel makanan dikirim dan diperiksakan
kelaboratorium penguji yang sah atau
direkomendasikan oleh institusi yang berwenang.
Prosedur a. Mempersiapkan prasarana dan peralatan sampling
makanan, seperti : wadah steril, lampu spritus, pinset
steril, labeling dan alat tulis, tas sampling.
b. Menentukan jenis makanan yang akan diambil
(sampling) dan mempersiapkannya.
c. Membuka wadah sampel dengan hati-hati dan secara
steril (dilidah apikan pada lampu spritus), mengambil
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) MAKANAN

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
sampel makanan dengan pinset steril kemudian
dimasukan pada wadah sampel dan segera menutup
(proses membuka wadah sampai dengan menutup
wadah adalah dengan secara steril).
d. Member labeling (berisi : jenis sampel, lokasi/asal,
waktu pengambilan, jenis pemeriksaan dan nama
pengambil) pada wadah sampel.
e. Memasukan wadah sampel ke dalam tas sampling dan
segera dikirim kelaboratorium untuk diperiksa/dianalisa.
Unit terkait Sanitasi, gizi, laboratorium.
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN PENGAMBILAN SAMPEL AIR BERSIH UNTUK
PEMERIKSAAN
PARAMETER BAKTERIOLOGIS

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian 1. Parameter bakteriologis yang di persyaratkan adalah total
koliform (MPN)
2. Batas persyaratan total koliform menurut permenkes No.
416 /Menkes/ PER/1X / 1990 .
a. 50 MPN/100 ml untuk bukan air perpipaan.
b. 10 MPN / 100 ml untuk air perpipaan .
Tujuan a. Untuk mengambil sampel air bersih yang benar-benar
steril,tepat sehingga hasil Pemeriksaan laboratorium adalah
benar-benar mewakili an representatif.
b. Pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel air bersih
adalah untuk pemantauan secara rutin terhadap kualitas
parameter bakteriologis sehingga apabila terjadi
Penyimpangan dapat segera dilakukan pencegahan dan
pengendalian.
Kebijakan Pengambilan sampel air bersih untuk pemeriksaan parameter
bakteriologi di Lakukan sebulan sekali pada lokasi sebagai
berikut ;
Ruang anak,Ruang bedah, ICU, Ruang perawatan,
Dapur/Gizi,Poli spesialis,Pelaksanaannya berkoordinasi dengan
bagian-bagian terkait,pengiriman sampel ke Laboratorium
penguji kualitas lingkungan yang ditunjuk / direkomendasikan
oleh Gubernur basel dilakukan oleh petugas sanitasi.
Prosedur a. Petugas mempersiapkan peralatan sampling botol sampel
steril, lampu spirtus Korek api, alat tulis, form label dan
alkohol 70% atau di panasi dengan lampu spiritus 1- 2 menit
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN PENGAMBILAN SAMPEL AIR BERSIH UNTUK
PEMERIKSAAN
PARAMETER BAKTERIOLOGIS

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
b. Petugas datang kelokasi sampling, membuka kran sebesar-
besarnya dan Membiarkan air mengalir 2-3 menit kemudian
menutup kran
c. Membersihkan / mensterilkan bagian dalam dan luar kran
dengan alkohol 70 % atau dipanasi dengan lampu spiritus1-2
menit.
d. Kran di buka kembali, dibiarkan mengalir sebentar kemudian
mengisi botol Sampel kira-kira 2/3 volume botol, lalu segera
menutup sampel (mengisi sampai dengan langkah menutup
botol sampel harus dengan cara steril yaitu dengan cara
mendapatkan botol sampel dengan nyala api lampu spiritus
sehingga tidak ada kontaminasi bakteri lewat udara
e. Menutup kran
f. Memberi label pada botol sampel yang sudah diisi, kemudian
botol sampel dimasukkan keatas sampling, merapikan
Unit terkait Sanitasi , laboratorium penguji kualitas lingkungan
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN PENGAMBILAN SAMPEL AIR BERSIH UNTUK
PEMERIKSAAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

No Dokumen No. revisi Halaman


1/2

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian a. Sampel air bersih adalah contoh atau dari kumpulan air
bersih yang diambil pada suatu lokasi dan mewakili untuk
dilakukan pemeriksaan atau pengukuran.
b. Parameter fisika terdiri dari suhu, warna ,kekeruhan , bau,
rasa , TDS, TSS
c. Parameter kimia terdiri dari golongan kimia anorganik ( Hg,
Al , Fe , Kd , Cl , Mn , Nitrat, Nitrit, Phosphate , Cr 3+, …….)
golongan kimia organik ( Aldrin, DDT, Deterjen , Zat
Organik )
Tujuan Agar pengambilan sampel air bersih dapat dilakukan secara
tepat dan benar,sehingga sampel yang diambil adalah benar-
benar mewakili kondisi air bersih,sehingga hasil pemeriksaan
terhadap sampel tersebut benar,tepat,akurat dan representatif.
Kebijakan Pengambilan sampel air bersih untuk pemeriksaan parameter
fisika dan kimia dilakukan minimal dua kali
setahun.Pemeriksaan dilakukan oleh laboratorium penguji
kualitas lingkungan yang ditunjuk resmi/direkomendasikan ole
Gubernur Basel.
Prosedur a. Petugas mempersiapkan perlengkapan pengsmbilsn
sampel air bersih: jerigen plastik,form label,toluol,alat tulis.
b. Petugas datang ke lokasi pangambilan sampel dan
memeriksa.
c. Membuka kran hingga mangalir sebesar-besarnya selama
2-3 menit.
d. Mengambil jerigen dan memasukkan air dari aliran kran ke
dalam jerigen,kemudian membilas jerigen dengan cara
mengocok-ngocok.
e. Memasukkan air dari kran ke dalam jerigen yang telah
dibilas tersebut sampai dengan 2/3 volume jerigen atau
kurang lebih 3,5 liter.
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN PENGAMBILAN SAMPEL AIR BERSIH UNTUK
PEMERIKSAAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

No Dokumen No. revisi Halaman


2/2
f. Melakukan penutupan aliran kran.
g. Menambah bahan pengawet sampel kedalam jerigen yang
berisi sampel air bersih tadi sebanyak 6 tetes larutan toluol.
h. Menutup jerigen,menempel form label yang telah diisi.
i. Merapikan peralatan dan lokasi sampling dan sampel siap
dikirim ke laboratirium.
Unit terkait Sanitasi, laboratorium, keperawatan, instalasi gizi/ dapur,
laundry, pemeliharaan.
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PENGUKURAN INTENSITAS KEBISINGAN

No Dokumen No. revisi Halaman


1/3

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian 1. Pengukuran intensitas kebisingan adalah pengukuran
kekuatan kebisingan yang ditimbulkan oleh suara apapun
penyebabnya disuatu tempat/ruangan dengan
menggunakan alat pengukur intensitas kebisingan;
2. Noise Logging Desimeter adalah sebuah alat untuk analisa
kebisingan dengan computer mikro yang dipergunakan
untuk pengakumulasian,peragaan dan pengiriman data ke
printer atau computer (pengukuran kontinyu 24 jam secara
otomatis terekam atau terdata);
3. Sound level meter adalah sebuah alat untuk pengkuran
analisa kebisingan dengan sisitem digital dan digunakan
untuk pengukuran analisa kebisingan dengan system
digital dan digunakan untuk pengukuran sesaat (bukan
kontinyu 24 jam dan secara otomatis);
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui
dan monitoring intensitas kebisingan ruangan pasien, ruang
atau tempat kerja dan lingkungan rumah sakit;
Kebijakan 1. Ruangan atau tempat atau lokasi yang dilakukan
pengukuran adalah perawatan, laboratorium, ruang
operasi,dapur, ruang kerja, ruang ginset;
2. Pengukuran dilakukan 2 kali setahun;
3. Pengukuran dapat dilakukan bekerjasama dengan institusi
atau laboratorium yang sah atau direkomendasikan yang
berwenang;
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PENGUKURAN INTENSITAS KEBISINGAN

No Dokumen No. revisi Halaman


2/3
1. ALAT YANG DIGUNAKAN “ NOISE LOGGING
DESIMETER” (sebagai pemantau lingkungan)
a. Apabila layar kosong, tekan on atau of;
b. Bersihkan memori dengan menekan PAUSE?RESEK
sampai pada layar terlihat dari 5-p ke 0-p dan (…);
c. Jika terlihat LOWBAT, baterai diganti dan dilanjukan kali
brasi;
d. Hubungkan penopang mikropon dengan bagian
belakang alat dan mikropon dijepitkan kepenopang
tersebut jepitan mikropon dapat dilepas dan mikropon
disekropkan kepenopang sebelum penopang dipasang
pada kotak alat;
e. Pasang alat pada tripod atau alat lain yang bisa
mengantungkan atau menaruh set.
f. Arahkan mikropon keatas dengan sudut 700 sumber
kebisingan;
g. Tekan rund dan pasang penutup pelindung keamanan
alat;
Prosedur
h. Setelah waktu penurunan cukup (24 jam) atau data
terkumpul lepaskan penutup tekan pause atau riset;
i. Catat kondisi lingkungan yang ada disekitar pengukuran
dan cetak data;
2. ALAT YANG DIGUNAKAN “SOUND LEVEL METER”
a. Pasang baterai
b. Cek voltage (putar swite Batt jika jarum menunjukan
OK) berarti siap pakai;
c. Pengukuran sesuai dengan tingkat kebisingan terukur
“SLOW” untuk bising kontinyu “FASH” untuk bising
impulsive;
d. Amati sampai jarum atau angka pada layar stabil dan
catat hasilnya;
e. Catat pula kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya
serta waktu pengukuran;
f. Setiap kali pengukuran dilakukan pada siang hari dan
malam;
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PENGUKURAN INTENSITAS KEBISINGAN

No Dokumen No. revisi Halaman


3/3
g. Yang perlu diperhatikan selama pengukuran :
 Arahkan mikropon pada sumber bising atau bunyi;
 Tinggi alat ukur dari lantai 120 – 150 cm;
 Jarak antara 2 titik pengukuran tidak boleh lebih
dari 5m;
 Baca skema jarum/angka pada saat sudah stabil;
 Tingkat kebisingan adalah rata-rata pengukuran;
- Bila hasil pengukuran melebihi ketentuan yang
dipersyaratkan, maka segera dilakukan evaluasi
dan tindak lanjut;
Unit terkait Sanitasi, tim K3, semua unit/ruangan saat dilakukan
pengukuran.
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PEMERIKSAAN LIMBAH CAIR

No Dokumen No. revisi Halaman


1/4

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian 1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan
gas yang pengelolaannya diatur dan dilaksanakan oleh
pihak rumah sakit;
2. Limbah cair rumah sakit adalah semua semua air
buangan (sewage dan sullage) yang berasal dari kegiatan
Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan;
3. Limbah Cair dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, ganguan estetika dan gangguan kesehatan
dsb;
4. Sumber Limbah cair (penghasil limbah) adalah semua
kamar mandi, toilet, wastafel, dapur, wc, laboratorium
yang berada di Rumah sakit;
5. Pengelolaan limbah cair adalah rangkaian kegiatan Bak
1, Bak 2, Bak 3, IPAL (Ruangan aerobic I - Ruangan
aerobic – Ruang equalisasi – Ruangan Bio Filtration –
Ruang Desinfectan) – Badan air :
a. Bak 1 adalah tempat pengumpulan llimbah cair dari
ruangan kelas 2, Ruang Isolasi , VIP;
b. Bak 2 adalah tempat pengumpulan limbah dari panel 1
dan R.kebidanan, UGD, UTD, Labor, Ruang farmasi;
c. Bak 3 adalah tempat pengumpulan limbah dari panel 1
dan 2 dan ruangan kelas 3,Radiologi, ruangan anak
danmerupakan penampungan terakhir dan dari bak
inilah proses akan diteruskan ke proses pengolahan
IPAL;
d. IPAL adalah sarana untuk pengolahan limbah cair agar
air limbah yang dikeluarkan memenuhi standart baku
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PEMERIKSAAN LIMBAH CAIR

No Dokumen No. revisi Halaman


2/4
mutu limbah cair;
e. Badan Air adalah tempat air buangan untuk limbah cair
yang telah memenuhi standart baku mutu limbah cair:
f. Petugas pengelola limbah cair adalah petugas yang
melaksanakan pengelolaan Limbah cair yang terdiri
dari Petugas Penghasil Limbah, Petugas Backwash,
Petugas Operator, Petugas pemeriksa;
g. Petugas penghasil LMPT adalah karyawan rumah sakit
yang bekerja atau peserta pendidikan yang melakukan
magang di Ruangan/ Bagian/ Instalasi yang
menghasilkan limbah sebagai hasil dari pelayanan atau
tindakan medis;
h. Petugas Backwash adalah petugas kebersihan
(cleaning service) yang dipekerjakan oleh pihak rumah
sakit yang mempunyai tugas melakukan backwash
IPAL ;
Pengertian i. Petugas Operator adalah petugas khusus yang ditunjuk
Rumah Sakit yang bertugas mengoperasikan IPAL;
j. Petugas Pemeriksa adalah petugas yang melakukan
pengambilan sampel untuk diperiksa kualitas air limbah
yang akan dibuang kebadan air dan memonitor
efisiensi IPAL di Rumah Sakit;
k. Pengawas adalah petugas yang mengawasi
pengelolaan Limbah cair yang terdiri dari ;
 Pengawas dari pihak rumah sakit meliputi staf
Instalasi Kesehatan Lingkungan dan staf yang
ditunjuk mewakili Ruangan/ Bagian/ Instalasi
sebagai penghasil/ sumber limbah;
 Pengawas dari Kepala sub seksi pemantau
penggunaan fasilitas;
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PEMERIKSAAN LIMBAH CAIR

No Dokumen No. revisi Halaman


3/4
6. IPAL adalah Sewage treatment plant (STP) yang
digunakan adalah sistem Bio Filter Anaerob – Aerob
produk PT .Bestindo Aquatek sejahtera.
a. Tangki Anaerob 1st chamber memiliki kapasitas 30.58
M3 bahan yang digunakan adalah PVC dan
Polyurethane yang memiliki manfaat untuk mengolah
air limbah menjadi menjadi gas methan yang berfungsi
menurunkan kadar BOD dalam air limbah dan
menbiodegradasi senyawa xenobiotik serta senyawa
alami recalcitrat seperti lignin. Pada proses ini lumpur
yang dihasilkan sedikit;
b. Ruangan Equalisasi berfungsi untuk menyetarakan
debit aliran air limbah agar dalam proses mikrobiologis
tidak terjadi fluktuasi aliran yamg dapat mengakibatkan
Pengertian kurang optimal proses biologis;
c. Tangki Anaerobic 2 st memiliki kapasitas 39,96 M3
bahan yang digunakan sama dengan tangki anaerobic
1 pada ruangan ini terjadi proses bilogis yang lebih
kompleks yang menghasilkan methan ;
d. Ruangan Biofiltration adalah pengolahan limbah cair
organic secara biologis arerobic (Biakan melekat)
memiliki kapisitas 39.96 M3 dan terbuat dari bahan
stryrene foam spherical memiliki manfaat menurunkan
kadar BOD dan SS dalam Limbah Cair ;
7. Koordinator pengelolaan Limbah cair adalah Instalasi
Kesehatan Lingkungan sesuai dengan urai tugas dan
tanggung jawab sebagai unit pelayanan non struktural
yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
kegiatan pelayanan sanitasi dan pengelolaan
kesehatan lingkungan rumah sakit;
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
pelaksanaan/ pengelolaan limbah medis padat tajam di
RSUD.BANGKA SELATAN;
Kebijakan Pengambilan sampel limbah cair dari outlet instalasi
pengolahan air limbah ( IPAL) di lakukan secara rutin minimal
dalam sebulan sekali untuk pemeriksaan ke laboratorium
penguji kualitas lingkungan yang di tunjuk resmi
/direkomendasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup;
RSUD
KAB.BANGKA SELATAN
PEMERIKSAAN LIMBAH CAIR

No Dokumen No. revisi Halaman


4/4
Prosedur Proses pengelolaan limbah cair , terdiri dari :
a. Pengumpulan adalah : Proses pengumpulan limbah cair
yang biasa dilakukan petugas penghasil yang disimpan
didalam bak – bak pengumpul;
b. Pengolahan adalah : Proses pengolahan inflluent limbah
cair kedalam sistem Anaerobic – Aerob (Boifilter) sehingga
effluent yang dihasilkan dapat dibuang langsung kebadan
air sesuai dengan standar baku mutu limbah cair.
c. Pengambilan sampel limbah air pada inflluent dan Effluent
untuk diperiksa dan dikirm ke laboratorium untuk
mengetahui kualitas kadar limbah cair ;
d. Pengiriman sampel Limbah Cair ke Laboratorium dilakukan
oleh pihak rumah sakit melalui pihak rekanan yang
ditunjuk;
e. Menganalisa hasil pemeriksaan kulaitas limbah cair untuk
mengetahui efesiensi dari IPAL yang digunakan dalam
pengolahan Limbah Cair;
f. Pengawasan adalah Kegiatan pengamatan secara terus
menerus terhadap seluruh proses pengelolaan Limbah
Cair ;
g. Proses pengelolaan Limbah yang terdiri dari pengumpulan,
pengolahan, pengambilan sampel, Pemeriksaan sampel,
penganalisaan dan pengawasan limbah Cair;
Unit terkait Sanitasi, Tim K3, Sarana Medik, Pemeliharaan
Seluruh ruangan pelayanan/tindakan medis penghasil (sumber)
Limbah Cair yang berada di RSUD. BANGKA SELATAN;
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

No Dokumen No. revisi Halaman


1/4

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian 1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas
yang pengelolaannya diatur dan dilaksanakan oleh pihak
rumah sakit;
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah
sakit yang berbentuk padat sebagai hasil kegiatan rumah
sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis
padat;
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah medis padat tidak tajam (LMPTT) dan limbah medis
padat tajam (LMPT);
4. LMPT adalah limbah medis padat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan pada petugas meliputi syringe
dan jarum suntik, pisau bekas operasi (bistouri),
perlengkapan intravena, pecahan gelas dsb;
5. Sumber LMPT (lokasi penghasil limbah) adalah semua
ruangan di rumah sakit yang dipergunakan untuk
melakukan kegiatan pelayanan medis yang menghasilkan
limbah.
6. Pengelolaan LMPT adalah rangkaian kegiatan pemisahan,
pewadahan dan pengumpulan, pengambilan dan
pengangkutan, penyimpanan sementara serta pembuangan
akhir / pemusnahan;
a. Pemisahan, pewadahan dan pengumpulan adalah
kegiatan memilah atau memisahkan LMPT, menyimpan
LMPT pada tempat khusus dan mengumpulkan
sementara tempat husus tersebut.
b. Pengambilan dan pengangkutan adalah kegiatan
membawa LMPT yang sudah dikumpulkan dari sumber
limbah ke rumah limbah/TPS (tempat penampungan
sementara) untuk kemudian dilakukan pengukuran
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

No Dokumen No. revisi Halaman


2/4
c. beratnya melalui kegiatan penimbangan;
d. Pembuangan akhir/pemusnahan adalah kegiatan
membuang dan memusnahkan limbah dengan
Insenerator.
e. Petugas pengelola LMPT adalah petugas yang
melaksanakan kegiatan pengelolaan LMPT yang terdiri
dari petugas penghasil LMPT, petugas kebersihan
(cleaning service), petugas pengambil LMPT dan
petugas pemusnah LMPT.
f. Petugas penghasil LMPT adalah karyawan rumah sakit
yang bekerja atau peserta pendidikan yang melakukan
magang di Ruangan/ Bagian/ Instalasi yang
menghasilkan limbah sebagai hasil dari pelayanan atau
tindakan medis
g. Petugas pengambil LMPT adalah petugas kebersihan
(cleaning service) yang dipekerjakan oleh pihak rumah
sakit yang mempunyai tugas mengambil LMPT dari tiap-
tiap ruangan/ sumber limbah.
h. Petugas pemusnah LMPT adalah petugas khusus yang
ditunjuk Rumah Sakit yang bertugas memusnahkan
LMPT .
i. Pengawas adalah petugas yang mengawasi pengelolaan
LMPT yang terdiri dari :
j. Pengawas dari pihak rumah sakit meliputi staf Instalasi
Kesehatan Lingkungan dan staf yang ditunjuk mewakili
Ruangan/ Bagian/ Instalasi sebagai penghasil/ sumber
limbah;
k. Pengawas dari Kepala IPRS.

7. Tempat khusus LMPT adalah tempat yang terbuat dari


bahan khusus, bertutup, anti bocor, anti tusuk dan tidak
mudah terbuka, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Tempat dengan ukuran kecil (misalnya kotak dengan
ukuran + 1,5 kg )yang bertuliskan ”SAFETY BOX ”.
Tempat ini dipakai sekali buang dan berfungsi untuk
menampung sementara LMPT di ruangan/sumber
limbah;
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

No Dokumen No. revisi Halaman


3/4
b. Tempat beroda (troli) yang pada proses pengangkutan.
Tempat ini berfungsi sebagai alat angkut LMPT dari
ruangan ke rumah limbah/TPS;
c. Tempat / Ember plastik bertutup dengan kapasitas 20 lt
dan 50 lt yang berlokasi di tiap ruangan berwarna merah
8. Koordinator pengelolaan LMPT adalah Instalasi Kesehatan
Lingkungan sesuai dengan urai tugas dan tanggung jawab
sebagai unit pelayanan non struktural yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan sanitasi
dan pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit;
9. Sumber penghasil tempat penampungan khusus LMPT
adalah ruang pelayanan dan penunjang medik ( ruang
haemodialisa, OK, Laboratorium, Farmasi, Gizi dan lain-
lain);
10. Petugas Pengirim tempat penampungan khusus LMPT
adalah petugas Cleaning Servicedari ruangan penghasil
tempat penampungan khusus LMPT;
11. Pemanfaatan dan pendistribusian tempat penampungan
khusus LMPT adalah rangkaian kegiatan pengiriman,
pelabelan dan pendistribusian;
12. Insenerator adalah alat yang di sarankan untuk membakar
LMPT dengan suhu diatas 1000 0 Celcius.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pelaksanaan/
pengelolaan limbah medis padat tajam di RSUD Kab. Bangka
Selatan;
Kebijakan Pengujian emisi dari hasil pembakaran incenerator di lakukan
secara rutin minimal enam bulan sekali untuk pemeriksaan
kelaboratorium penguji kualitas lingkungan yang di tunjuk resmi
/direkomendasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup;

Prosedur Proses pengelolaan limbah medis padat tajam, terdiri dari :


a. Pemilahan adalah : Proses pemisahan LMPT dari limbah
medis biasa yang dilakukan oleh petugas penghasil;
b. Pewadahan adalah : Proses penampungan LMPT kedalam
tempat limbah khusus sampai terisi ¾ bagian dari tempat
khusus limbah tersebut, dilaksanakan pada proses
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

No Dokumen No. revisi Halaman


4/4
Prosedur pemilahan yang dilakukan oleh petugas penghasil ;
c. Pengambilan dan pengangkutan adalah : Proses
pengumpulan LMPT dari sumber penghasil menuju tempat
penyimpanan sementara ;
d. Penyimpanan sementara adalah : Proses penampungan
sementara LMPT sebelum dikirim menuju tempat
pengolahan akhir / insenerator;
e. Pengolahan akhir adalah Proses penghancuran LMPT;
f. Proses pengambilan, penyimpanan dan pengolahan akhir
dilakukan oleh pihak rumah sakit ;
g. Pengawasan adalah Kegiatan pengamatan secara terus
menerus terhadap seluruh proses pengelolaan LMPT;
h. Proses pengelolaan LMPT yang terdiri dari pemilahan,
pewadahan, pengambilan dan pengangkutan, penyimpanan
sementara dan pengolahan akhir dilakukan setiap hari pada
jam kerja ruangan.

Proses pemanfaatan & pendistribusian tempat penampungan


khusus LMPT.
a. Pengiriman adalah : Proses pengangkutan tempat
penampungan khusus LMPT oleh petugas Cleaning
Service ruangan dari sumber penghasil tempat
penampungan khusus LMPT menuju koordinator
pengelolaan LMPT untuk pelabelan dan pendistribusian;
b. Pelabelan adalah : Proses pembuatan tanda ”SAFETY
BOX ” pada tempat penampungan khusus LMPT yang
dilakukan oleh koordinator pengelolaan LMPT;
c. Pendistribusian adalah : Proses penyebaran tempat
penampungan khusus LMPT ke ruangan yang
membutuhkan yang dilakukan oleh petugas Cleaning
Service berdasarkan usulan dari ruangan;
Unit terkait Sanitasi , laboratorium penguji kualitas lingkungan
Seluruh ruangan pelayanan/tindakan medis penghasil (sumber)
Limbah Cair yang berada di RSUD.kab. Bangka Selatan;
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN SISTEM PENGELOLAAN TEMPAT PENCUCIAN LINEN
(LAUNDRY )

No Dokumen No. revisi Halaman


1/3

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian 1. Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin
cuci,alat dan desifectan,mesin uap (Steam boiler),
pengering, meja dan mesin setrika. Limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat,
cair dan gas;
2. Persyaratan air panas untuk pencucian 700 C dalam waktu
25 menit atau 950 C dalam waktu 10 menit.;
3. Standar kuman bagi linen bersih stelah keluar dari proses
tidak mengandung 6 x 103 spora bacillus perinci persegifel
,laboratorium yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit ;
4. Tempat laundry harus tersedia keran air bersih dengan
kualitas dan tekanan yang memadai, air panas unruk
desinfeksi dan tersedia desinfektan;
5. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat
dengan saluran pembuangan air limbah;
6. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen
infeksius dan non infeksius;
7. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang
dilengkapi pengolahan awal (pre – treatment) sebelum
dialirkan Ke IPAL;
8. Laundry harus tersedia ruang- ruang terpisah seperti :
ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang perlengkapan
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN SISTEM PENGELOLAAN TEMPAT PENCUCIAN LINEN
(LAUNDRY )

No Dokumen No. revisi Halaman


2/3
kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen,
kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk alat –
alat termasuk linen;
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
pelaksanaan/ pengelolaan Tempat Pencucian Linen
(LAUNDRY ) di RSUD Kabupaten Bangka Selatan;
Kebijakan Pencucian Linen ( LAUNDRY ) dilakukan setiap hari
Prosedur 1. Ketenagaan
Tenaga yang terlibat di dalam pengelolaan Tempat
pencucian Linen terdiri dari :
a. 2 orang petugas laundry
b. Pengawas
2. Cara kerja dan waktu Pelaksanaan
a. Proses pengelolaan tempat pencucian linen (Laundry),
terdiri dari :
a) Pengumpulan linen adalah : Proses pemilahan
Llinen antara infeksius dan non infeksius dimulai
dari sumer dan memasukkan kedalam kantong
plastik serta diberi label sesuai jenisnya kemudian
dihitung dan dicatat linen di ruangan;
b) Penerimaan linen adalah : Proses pencatatan linen
yang diterima dan telah terpilah antara infeksius
dan non infeksius dan linen dipilah berdasrakan
tingkat kekotorannya;
c) Pencucian linen adalah : Proses pencucian Linen
dengan cara menimbang berat linen utuk
disesuaikan dengan kapisitas mesin cuci dan
kebutuhan deterjen dan desinfektan;
membersihkan linen kotor dari tinja,darah dan
muntahan kemudian merendamnya dengan
desinfectan; mencuci berdasarkan tingkat
kekotorannya;
d) Penngeringan linen adalah : Proses pengeringan
linen menggunakan mesin pengering mesin cuci
dan tenaga matahari;
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN SISTEM PENGELOLAAN TEMPAT PENCUCIAN LINEN
(LAUNDRY )

No Dokumen No. revisi Halaman


3/3
e) Penyetrikaan linen adalah Proses penyetrikaan
menggunakan alat setrika sesuai dengan jenis
linen yang disetrika;
f) Penyimpanan linen adalah Proses penyimpanan
linen sesuai dengan jenisnya ,linen baru yang
diterima ditempatkan di lemari bagian bawah dan
disimpan dalam lemari selalu tertutup;
g) Distribusi linen dilakukan berdasarkan kartu tanda
terima dari petugas penerima, kemudian petugas
menyerahkan linen bersih kepada petugas
ruangan;
h) Pengangkutan Linen adalah proses pengangkutan
linen kantong linen kotor dan bersih harus terpisah,
menggunakan kereta yang berbeda antara linen
kotor dan bersih, waktu pengangkutan linen kotor
dan bersih harus berbeda;
b. Proses pengelolaan linen terdiri dari pengumpulan,
penerimaan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan,
penyimpanan pedistribusian dan pengangkutan
dilakukan setiap hari pada jam kerja ruangan;
Unit terkait Sanitasi, Tim K3, Sarana Medik, Pemeliharaan;
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS

No Dokumen No. revisi Halaman


1/4

Tanggal terbit Ditetapkan Direktur


RSUD Kabupaten Bangka Selatan
STANDAR PROSEDUR
OPERASIOAL (SPO)
dr. Annisa Nur Intan
NIP. 19810831 200804 2 001
Pengertian 1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk
padat, cair dan gas yang pengelolaannya diatur dan
dilaksanakan oleh pihak rumah sakit;
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah
sakit yang berbentuk padat sebagai hasil kegiatan
rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
non medis padat;
3. Limbah padat non medis adalah semua limbah padat
yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit diluar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya ;
4. Limbah padat non medis terdiri dari limbah padat
organik dan Limbah padat non organik ;
5. Limbah padat organik adalah limbah padat yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme contoh : sisa sayuran,
sisa nasi, sisa buah-buahan, sisa ikan / daging, daun,
rumput ;
6. Limbah Padat non organik adalah limbah padat yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme contoh:
plastik, kaleng, streofoam, ban bekas dsb;
7. Sumber Limbah padat non medis (lokasi penghasil
limbah) adalah semua ruangan di rumah sakit yang
dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan limbah;
8. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis adalah
rangkaian kegiatan pemisahan, pewadahan dan
pengumpulan, pengambilan dan pengangkutan,
penyimpanan sementara serta pembuangan akhir /
pemusnahan;
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS

No Dokumen No. revisi Halaman


2/4
9. Pemisahan, pewadahan dan pengumpulan adalah
kegiatan memilah atau memisahkan LPNM organik dan
non organik, menyimpan LPNM yang dapat
dimanfaatkan kembali pada tempat khusus dan
mengumpulkan sementara tempat khusus tersebut (
Penerapan konsep 5 R );
10. Pengambilan dan pengangkutan adalah kegiatan
membawa LPNM yang sudah dikumpulkan dari sumber
limbah ke rumah limbah/TPS (tempat penampungan
sementara) ;
11. Pembuangan akhir/ pemusnahan adalah kegiatan
membuang LPNM yang organic ke Dinas Kebersihan.
12. Petugas pengelola LPNM adalah petugas yang
melaksanakan kegiatan pengelolaan LPNM yang terdiri
dari petugas penghasil LPNM, petugas kebersihan
(cleaning service), petugas pengambil LPNM;
13. Petugas penghasil LPNM adalah karyawan rumah sakit
yang bekerja atau peserta pendidikan yang melakukan
magang di Ruangan/Bagian/Instalasi yang
menghasilkan limbah sebagai hasil dari pelayanan atau
tindakan medis;
14. Petugas kebersihan adalah petugas kebersihan yang
dipekerjakan oleh pihak rumah sakit yang mempunyai
tugas mengambil dan memilah LPNM ;
15. Petugas pengambil LPNM adalah petugas dari dinas
kebersihan yang mempunyai tugas mengambil LPNM
dari container di TPS;
16. Pengawas adalah petugas yang mengawasi
pengelolaan LPNM yang terdiri dari :
a. Pengawas dari pihak rumah sakit meliputi staf
Instalasi Kesehatan Lingkungan dan staf yang
ditunjuk mewakili Ruangan/Bagian/Instalasi sebagai
penghasil/ sumber limbah;
b. Pengawas dari Kepala IPRS;
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS

No Dokumen No. revisi Halaman


3/4
17. Koordinator pengelolaan LPNM adalah Instalasi
Kesehatan Lingkungan sesuai dengan urai tugas dan
tanggung jawab sebagai unit pelayanan non struktural
yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
kegiatan pelayanan sanitasi dan pengelolaan kesehatan
lingkungan rumah sakit;
18. Tempat khusus LPNM adalah tempat yang terbuat dari
bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, mudah
dibersihkan, tertutup (organik dan non organik );
19. Limbah padat organik dapat dimanfaatkan sebagai
kompos dan Limbah pada non organik dapat di
manfaatkan kembali atau di daur ulang ;
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
pelaksanaan/ pengelolaan limbah padat non medis di
RSUD Kabupaten Bangka Selatan;
Kebijakan Pengambilan sampel limbah padat non medis dari outlet
instalasi pengolahan air limbah ( IPAL) di lakukan secara
rutin minimal dalam sebulan sekali untuk pemeriksaan
kelaboratorium penguji kualitas lingkungan yang di tunjuk
resmi /direkomendasikan oleh gubernur;
Prosedur Proses pengelolaan limbah padat non medis , terdiri dari:
a. Pemilahan adalah : Proses pemisahan/pemilahan
LPNM antara limbah yang dapat dimanfaatkan
kembali dan yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
yang dilakukan oleh petugas penghasil;
b. Pewadahan adalah : Proses pewadahan LPNM
kedalam tempat tempat sampah sesuai jenisnya
terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan
karat, kedap air dan tertutup, apabila telah terisi 2/3
bagian harus segera diangkut ;
c. Pengangkutan adalah : Proses pengangkutan LPNM
dari setiap Ruangan ketempat penampungan
sementara menggunakan troli tertutup:
RSUD
KAB. BANGKA SELATAN
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS

No Dokumen No. revisi Halaman


4/4
Prosedur d. Tempat penampungan sementara adalah : Proses
penampungan sementara yang ditempatkan pada
tempat yang tertutup, kedap air, mudah dibersihkan,
terletak pada lokasi yang mudah dijangkau,
dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangya
1x24 jam ;
e. Pengolahan akhir adalah Proses pembuangan akhir
untuk dikelola oleh Dinas Kebersihan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku;
f. Proses pengambilan, penyimpanan sementara
dilakukan oleh pihak rumah sakit ;
g. Pengawasan adalah Kegiatan pengamatan secara
terus menerus terhadap seluruh proses pengelolaan
LPNM;
h. Proses pengelolaan LPNM yang terdiri dari
pemilahan, pewadahan, pengangkutan,
penyimpanan sementara dan pengolahan akhir
dilakukan setiap hari pada jam kerja ruangan.
Unit terkait Sanitasi , laboratorium penguji kualitas lingkungan .

Anda mungkin juga menyukai