Anda di halaman 1dari 2

Jangan Anggap Remeh, Putus Cinta Sama

Mematikannya dengan Serangan Jantung


Khadijah Nur Azizah - detikHealth

Share 0 Tweet 0 Share 0 0 komentar

Ilustrasi patah hati. (Foto: Thinkstock)

Jakarta - Patah hati bisa menjadi pengalaman yang sangat menghancurkan di


segala usia. Ketika hubungan berakhir setelah bertahun-tahun, beberapa orang
mengaku dunianya turut hancur hingga menangis berhari-hari sampai tak mau
keluar kamar. Biasanya hal ini akan berlangsung paling lama 1-2 bulan.

Tapi dalam beberapa kasus, putus cinta atau patah hati dianggap sebagai kondisi
yang memicu stres dan keadaan traumatis dan cukup hebat untuk menyebabkan
kerusakan fisik pada jantung, sebuah sindrom yang disebut kardiomiopati
takotsubo.

"Kardiomiopati berarti melemahnya otot jantung, dari pompa jantung," Satjit Bhusri,
seorang ahli jantung dari Lenox Hill Hospital di New York, mengutip NBC News.

Kondisi ini juga mendapat julukan sindrom patah hati ketika para peneliti mulai
memperhatikan bahwa sering kali stres emosional atau mental, seperti kehilangan
orang yang dicintai atau perceraian, menunjukkan gejala penurunan fungsi jantung.

Baca juga: Wanita Ini Gunakan Lirik Lagu Linkin Park untuk Menghentikan Percobaan
Bunuh Diri

Bhusri percaya ada kemungkinan bahwa sindrom patah hati menyebabkan kematian
aktris Debbie Reynolds, ibu aktris Carrie Fisher, yang meninggal sehari setelah
Fisher pada akhir 2016 lalu. Dia juga berpikir itu mungkin menjelaskan mengapa
pasangan yang telah bersama-sama untuk waktu yang lama akan meninggal dalam
beberapa hari 'menyusul' kepergian orang yang dicintainya.

Pada pasien dengan sindrom patah hati, "gejala yang paling umum muncul adalah
nyeri dada dan sesak napas," kata Zachary Goldberger, profesor kedokteran dan
ahli jantung di School of Medicine University of Washington.

Pasien juga biasanya memiliki elektrokardiogram abnormal, ekokardiogram


abnormal, dan peningkatan biomarker dalam darah mereka. Secara keseluruhan,
orang-orang dengan sindrom ini sangat mirip dengan serangan jantung.

Sementara ada banyak peneliti tidak tahu tentang mengapa dan bagaimana kondisi
ini terjadi, serangan semacam ini lebih sering dipicu karena beberapa jenis stressor
seperti operasi, emosional atau tekanan.

Jantung memiliki banyak reseptor yang mengambil perintah langsung dari otak.
Sementara pemahaman kita tentang kondisi ini masih berkembang, hipotesis umum
adalah bahwa di bawah tekanan atau trauma, sistem saraf simpatik melepaskan
banyak neurotransmiter yang sangat mirip dengan adrenalin.

"Hormon-hormon ini mungkin kardiotoksik, dan dapat melukai otot jantung," pungkas
Bhusri.

Anda mungkin juga menyukai