Kerangka Acuan Kerja
Kerangka Acuan Kerja
Republik Indonesia
PEKERJAAN KONSTRUKSI
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam kehidupan manusia, dalam
kenyataannya, pendidikan telah mampu membawa manusia ke arah kehidupan yang
lebih beradab. Pendidikan juga merupakan investasi yang paling utama bagi bangsa,
apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang. Pembangunannya hanya dapat dilakukan
oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan harus
dipersiapkan untuk menunjang pembangunan melalui peningkatan Sumber Daya Manusia
(SDM).
Lembaga pendidikan yang menerapkan manajemen mutakhir bisa dikatakan merupakan
lembaga pendidikan modern, begitu pula jika suatu lembaga atau institusi pendidikan
dikatakan maju apabila mempunyai sarana dan prasarana pendidikan yang memadai
berkaitan dengan proses pendidikan ataupun akademik, baik yang secara langsung
maupun tidak langsung.
Salah satu faktor yang dibutuhkan dalam peningkatan mutu pendidikan agama Islam di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ciamis adalah adanya Laboratorium keagamaan sebagai
tempat pameran atau display dari hasil-hasil percobaan atau penelitian yang telah
dilakukan, agar memberi gambaran lebih dan dapat memotivasi untuk penelitian atau
percobaan yang lebih baik. Adapun tujuan dengan adanya laboratorium agama bagi siswa
diantaranya yaitu digunakan untuk tempat ibadah, untuk memberikan lebih pemahaman
dalam keagamaan, untuk kegiatan para siswa seperti pengajian, untuk kegiatan rohis,
memberi keterampilan dan pelatihan. Hal tersebut merupakan jawaban Kementerian
Agama dalam Peningkatan akses dan mutu layanan pendidikan madrasah melalui upaya
pemenuhan standar sarana dan prasarana pendidikan yang merupakan salah satu
prioritas pembangunan nasional di bidang Pendidikan.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas dibutuhkan sebuah gedung Laboratorium yang
refresentatip, kokoh dan memenuhi syarat sebagai gedung pemerintah maka salah satu
tahapan yakni dengan menyusun kerangka acuan kerja (KAK) sebagai acuan bagi para
penyedia jasa dalam mengajukan penawara.
B. Rumusan Masalah
• Diperlukan bangunan gedung laboratorium keagamaan terpadu yang aman dan
nyaman sebagai fasilitas penunjang keberhasilan pendidikan.
• Diperlukan bangunan gedung laboratorium keagamaan terpadu yang refresentatif
guna menunjang proses belajar mengajar
Kerangka Acuan Kerja Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu MAN 1 Ciamis 1
2. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN
❖ Maksud
Maksud dari pengadaan pekerjaan konstruksi ini adalah terwujudnya Pembangunan
Laboratorium Keagamaan Terpadu MAN 1 Ciamis yang sesuai dengan persyaratan dan
kaidah-kaidah teknis.
❖ Tujuan
Tujuan dari Pengadaan pekerjaan konstruksi adalah untuk mendapatkan hasil
Pembangunan Laboratorium Keagamaan Terpadu Madrasah Aliyah Negeri 1 Ciamis
yang diselesaikan tepat waktu dan berkualitas.
.
3. SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam pengadaan pekerjaan konstruksi ini adalah, antara lain:
• Terbangunnya Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu Madrasah Aliyah Negeri 1
Ciamis.
• Tersediannya jasa konstruksi dalam proses pekerjaan yang dapat dipertanggung
jawabkan dengan biaya yang wajar dan berkualitas.
6. LINGKUP PEKERJAAN
Rencana pelaksanaan pekerjaan ini meliputi pada uraian pekerjaan standar, antara lain:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Bangunan Utama
b.1. Pekerjaan Bangunan Lantai Dasar
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Arsitektur
- Pekerjaan MEP
Kerangka Acuan Kerja Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu MAN 1 Ciamis 2
b.2. Pekerjaan Bangunan Lantai II
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Arsitektur
- Pekerjaan MEP
b.3. Pekerjaan Bangunan Lantai III
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Arsitektur
- Pekerjaan MEP
b.4. Pekerjaan Bangunan Lantai Atap
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Arsitektur
- Pekerjaan MEP
c. Pekerjaan Lain-Lain
d. Pekerjaan Site Plan MEP
7. LAPORAN
Untuk pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu
MAN 1 Ciamis Kabupaten Ciamis, Kontraktor diwajibkan menyiapkan laporan minimal
sebagai berikut :
a. Shop Drawing
b. Laporan Harian
c. Laporan Mingguan
d. Laporan Bulanan
e. Dokumentasi
f. Back Up Data
g. Quality Control
h. Final Quantity
i. As Built Drawing
j. Job Mix dan Hasil Uji Laboratorium dan Uji Material lainnya
Laporan tersebut di atas disampaikan Penyedia Jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen
selaku Pengguna Jasa dan dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAPP)
dan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAST).
9. PERSYARATAN KHUSUS
1. Memiliki sertifikat BPJS Ketenagakerjaan dan melampirkan bukti setor 3 (tiga) bulan
terakhir.
Kerangka Acuan Kerja Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu MAN 1 Ciamis 3
10. PERSYARATAN TAMBAHAN
Persyaratan tambahan untuk penyedia selaku peserta tender, yakni melampirkan surat
dukungan asli disertai spesifikasi teknis dari agen/distributor resmi dan jaminan dari supplier
mengenai bahan yang ditawarkan, yakni Baja Ringan, ACP, Kusen Alumunium, Granito,
Ready Mix, Air Conditioner (AC), Genteng Bitumen, Genset.
Kerangka Acuan Kerja Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu MAN 1 Ciamis 4
11. PERALATAN MINIMAL
Jumlah Alat minimal yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu MAN 1 Ciamis
Kabupaten Ciamis ini, sebagai berikut:
Status
Jumlah Alat Kapasitas Merk dan Tahun Lokasi Kepemilikan/
No Nama Alat Kondisi Bukti Kepemilikan
Minimal Alat Tipe Pembuatan Sekarang Dukungan
Sewa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Dump Truck 3 Unit 3-4 m3 ................. ................. ................. ................. Milik/Sewa STNK/BPKB
2 Pick Up 2 Unit 1,5 ton ................. ................. ................. ................. Milik/Sewa STNK/BPKB
6 Alat Potong Keramik 3 Unit - ................. ................. ................. ................. Milik/Sewa KWITANSI/FAKTUR
Catatan:
*”dalam kondisi Baik dan Berfungsi”
5
12. PELAKSANA PEKERJAAN
Dalam melaksanakan pekerjaan Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu MAN 1 Ciamis Kabupaten Ciamis, Kontraktor diwajibkan
untuk menyiapkan Tim dengan Personil minimal sebagai berikut :
3 Tahun
1 Penanggung S1 Teknik (Melampirkan 1 Orang √ √ √ √
SKA Muda (101) / Tetap/ Tidak
Jawab Teknis Sipil/Arsitektur bukti referensi
(201) Tetap
kerja)
3 Tahun
2 Pelaksana Teknis SMK Bangunan (Melampirkan 1 Orang √ √ √ √
SKT
Bangunan Gedung bukti referensi Tetap
(TA022)/(TS051)
kerja)
3 Tahun
3 Pelaksana Teknis SMK Elektro (Melampirkan 1 Orang Tetap/ Tidak √ √ √ √
SKT (TE061)
Elektrikal bukti referensi Tetap
kerja)
3 Tahun
4 Pelaksana Teknis SMA Sederajat (Melampirkan 1 Orang Tetap/ Tidak √ √ √ √
Sertifikat K3
K3 bukti referensi Tetap
kerja)
6
Tenaga
Tetap/ Tidak
5 Administrasi dan SMA sederajat 3 Tahun 1 Orang - √ √ √
- Tetap
Keuangan
Tetap/ Tidak
6 Tenaga Logistik SMA sederajat 3 Tahun 1 Orang - √ √ √
- Tetap
Catatan:
*“untuk semua personil diharusksan melampirkan Surat Kesedian Penuh Waktu dan CV (Daftar Riwayat Hidup)”
7
13. LAIN-LAIN
Hal-hal lain yang erat kaitannya dengan pekerjaan ini dan belum disebut/tercantum dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dapat dinegosiasikan kemudian oleh Penyedia Jasa dengan
Pengguna Jasa.
Demikian keterangan spesifikasi teknis yang diharapkan, mudah-mudahan bisa membantu Kelompok
Kerja Pemilihan di dalam melaksanakan proses pengadaan barang/jasa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kerangka Acuan Kerja Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu MAN 1 Ciamis 8
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN CIAMIS
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 CIAMIS
Kampus Pst. Darussalam Ciamis, Jl. Kh. Ahmad Fadlil 2
(0265) 773624 Fax. (0265) 77362
URL : www.mandarussalam.sch.id E.-mail: mandarussalamcms@yahoo.com
RENCANA KERJA
& SYARAT TEKNIS
Pembuatan DED Gedung Laboratorium Keagamaan
Terpadu MAN 1 Ciamis
Tahun
Anggaran
2019
DAFTAR ISI
1.7.1 U m u m.............................................................................................................................................. 12
1.8.1. U m u m.............................................................................................................................................. 13
1.10.1.Kebersihan Site.................................................................................................................................. 17
1.10.3.Bahaya Kebakaran............................................................................................................................. 17
1.11.1.U m u m ............................................................................................................................................. 18
1.12.1.Gambar .............................................................................................................................................. 18
1.12.2.Pemeriksaan....................................................................................................................................... 18
3.7.1. U m u m.............................................................................................................................................. 68
BAB I
PERATURAN UMUM
1.3.4. Kontraktor
Kontraktor atau Pemborong adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan dan mengikatkan diri
kepada Pemberi Tugas melalui Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan antara
Pemberi Tugas dan Perusahaan yang bersangkutan.
1.3.6. Addendum
Adalah semua penjelasan, perubahan serta perbaikan atas apa yang tercantum
dalam Dokumen Kontrak, yang diperintahkan secara tertulis oleh Pemberi Tugas
sebelum atau selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
3.8.2 Pengiriman
Kontraktor harus mengatur pengiriman bahan untuk meminimalkan pengelolaan di
site dan mencegah kerusakan-kerusakan. Periksa bahwa semua barang yang mudah
rusak selama perjalanan tetap dalam kemasan pabrik dan diberikan perlindungan
tambahan yang diperlukan.
dan sebagainya terhadap jalan raya permanen. Segala bentuk klaim atas
kejadian ini ditanggung oleh Kontraktor.
d. Kontraktor harus menyiapkan metoda pelaksanaan pekerjaan termasuk bila
pekerjaan akan dilaksanakan secara bertahap sesuai kondisi dan kesiapan
lahan. Segala bentuk biaya dan klaim atas kejadian ini termasuk tanggungan
Kontraktor.
1.8.7. Perlengkapan Cadangan
Harus selalu cukup tersedia perlengkapan cadangan, termasuk suku cadang, bahan
bakar, dan bahan-bahan lainnya, untuk menghindari hambatan pelaksanaan
pekerjaan.
1.8.8. Pengawasan terhadap Pengunjung
Kontraktor harus menjaga segala kemungkinan dari masuknya tamu yang tidak
berkepentingan ke dalam site. Apabila terjadi kehilangan peralatan dan bahan
bangunan di areal site, maka hal ini akan menjadi beban kontraktor untuk
penggantiannya.
1.9. Perlindungan
1.9.1. Perlindungan terhadap Lahan
Kontraktor harus bertanggung jawab atas keamanan pada lokasi pekerjaan dan
semua barang-barang yang ada di atasnya. Semua kegiatan pengamanan pekerjaan
tersebut harus sudah dimasukkan ke dalam kontrak, termasuk penggantian segala
barang yang hilang atau rusak akibat pencurian dan tidak adanya instruksi
pengamanan.
Seluruh barang, peralatan, dan bahan yang diperlukan selama pekerjaan harus
diletakkan atau disimpan di dalam batas site. Kontraktor harus bertanggung jawab
secara hukum atas keselamatan publik, sarana publik, dan bertanggung jawab atas
segala klaim terhadap kerusakan, kecelakaan, atau penghilangan benda-benda
tersebut. Pengamanan atas hal-hal tersebut harus diperhitungkan dan kontraktor
harus menyediakan tanda-tanda peringatan, pembatas, jaring pengaman, bila
dibutuhkan.
1.11. Dokumentasi
1.11.1. U m u m
Kontraktor harus membuat dan menyimpan dokumentasi dan catatan harian untuk
pemeriksaan atau sesuai permintaan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
1.11.2. Kegiatan - Kegiatan yang Didokumentasikan
Kontraktor harus mencatat dan merekam semua kegiatan yang berkaitan dengan
kontruksi pekerjaan, termasuk hal-hal yang disebutkan di bawah ini :
a. Semua gambar atau dokumen lainnya yang dikeluarkan atau diminta oleh
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
b. Semua instruksi yang diberikan kepada Kontraktor, tindakan yang dilakukan
dan tanggal-tanggal pembuatan konfirmasi.
c. Rincian perintah kerja harian.
d. Kondisi cuaca termasuk suhu udara, hujan, angin, dan kondisi lainnya yang
tidak normal.
e. Mutu pekerjaan yang buruk yang diketahui atau dilaporkan, dan pekerjaan
yang gagal dengan menyebutkan alasannya.
f. Keterlambatan pekerjaan dan alasannya.
g. Masalah tenaga kerja.
BAB II
PENYELENGGARAAN SMK3 (SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA) KONSTRUKSI
2.1.7 Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja.
2.1.8 Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap keselamatan
umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber
bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.
2.1.9 Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari
kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko.
2.1.10 Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan untuk
menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus diperhitungkan
dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.
2.1.11 Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah dokumen lengkap
rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan merupakan satu
kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh
Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan
sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam
penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
2.1.12 Monitoring dan Evaluasi K3 Konstruksi yang selanjutnya disingkat Monev K3
Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
Penyelenggaraan K3 Konstruksi yang meliputi pengumpulan data, analisa,
kesimpulan dan rekomendasi perbaikan penerapan K3 Konstruksi.
BAB III
PEKERJAAN STRUKTUR
yang bentuk dan isinya sudah disetujui oleh Pengawas. Isi drilling record
antara lain tertulis dalam item pkerjaan
3.4.3.9. Tahap pertama adalah pekerjaan pengeboran. Pekerjaan pengeboran harus
dilakukan dengan mempergunakan rotary drilling machine dengan
dilengkapi buckets dan augers yang sudah memperoleh persetujuan dari
Pengawas.
3.4.3.10. Minimum harus disediakan 1 set alat bor cadangan, serta peralatan casing
sementara (apabila diperlukan). Alat-alat ini harus dapat dipergunakan
untuk melakukan pengeboran menembus air, lapisan keras, batu besar,
serpihan-serpihan cadas, tanah liat yang keras, kerikil dan pasir.
3.4.3.11. Bila kekuatan dinding lubang bor diperkirakan tidak cukup kuat menahan
longsor, perlu dipergunakan steel casing sementara dengan ukuran panjang
yang sesuai dengan kebutuhan. Sambungan dari casing harus kedap air.
3.4.3.12. Kondisi lapisan tanah untuk proyek ini dapat dilihat pada Hasil
Penyelidikan Tanah. Dari kondisi tanah yang ada Kontraktor harus sudah
mempertimbangkan dalam mengajukan penawaran bahwa kemungkinan
besar perlu atau tidak digunakannya steel casing sementara sedalam lubang
bor.
3.4.3.13. Drilling record harus berisi antara lain kedalaman dari pengeboran, waktu
pelaksanaan, klasifikasi tanah dari kedalaman yang berbeda dan
gangguan-gangguan /kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi pada saat
pengeboran harus dibuat selengkap mungkin. Kontraktor diminta untuk
melampirkan drilling records yang biasa digunakan dalam penawaran.
3.4.3.14. Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah keras yang
disyaratkan. Pada waktu pengeboran dilakukan harus dilakukan pencatatan
mengenai elevasi dan jenis lapisan lapisan tanah yang dijumpai. Selanjutnya
harus diambil contoh tanah dari setiap elevasi tersebut dan disimpan
sedemikian rupa sehingga sifat asli dari tanah tersebut tidak berubah.
Contoh tanah tersebut harus dapat ditunjukkan kepada Konsultan
Perencana/ Pengawas setiap saat jika diperlukan oleh Konsultan
Perencana/Pengawas.
3.4.3.15. Untuk mencapai hasil pekerjaan yang maksimal Kontraktor diwajibkan
untuk menempatkan seorang Ahli Tanah yang sudah berpengalaman dengan
terperinci di dalam gambar atau seperti petunjuk Direksi Lapangan dan, bila
disyaratkan, penyediaan penulangan untuk dinding blok beton.
f. "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai
semua desain campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan
dari bahan dan proporsi dari bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan
kekuatan beton, dari perincian slump, yang akan bekerja/berfungsi penuh
untuk semua teknik dan kondisi penempatan, dan akan menghasilkan yang
diijinkan oleh Direksi Lapangan. Kontraktor berkewajiban mengadakan dan
membiayai Test Laboratorium.
3.5.1.2. Referensi dan Standar-Standar
Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam
gambar atau diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan,
standard dan spesifikasi berikut ini :
a. PBI - 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia - 1971
b. SKSNI - 1991 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
c. PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
d. ACI - 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced
Aggregate Conc. for Structural and Mass Concrete, Part
2
e. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete
f. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
g. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete
h. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh pengawas.
3.5.1.3. Penyerahan-penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada
Direksi Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk
menyerahkan dan dengan segera sehingga tidak menyebabkan
keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada pekerjaan kontraktor
lain.
a. Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh
Kontraktor kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin.
kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta
pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat
yang dipakai diambil dari sumber yang berlainan, merk semen yang
berbeda atau supplier beton yang lain.
- Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional
semen terhadap agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang
cocok dari ukuran untuk rencana proposional atau perbandingan
yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
- Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis
dan kekuatan dari berat normal beton, dibuat empat (4) adukan
campuran dengan memakai nilai faktor air-semen yang berbeda-
beda.
- Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah
benda uji silinder beton diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai PBI
1971, ACI Committee - 304, ASTM C 94-98.
- Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan
pengetesan dilakukan pada hari yang tercantum pada item 6) dari
satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata
tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil
yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maximum dari
beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan
adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
- Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk
umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari.
- Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan
di lokasi pengecoran dan disaksikan oleh Direksi Lapangan.
Apabila digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan
pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh seluruh
pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang
3.5.2. Bahan-Bahan/Produk
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-
peraturan Indonesia.
3.5.2.1. Semen
a. Mutu semen
Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-
0013-82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk,
kekuatan tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya
boleh dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas
oleh Direksi Lapangan.
Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland
dan bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII
0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk
semen hidraulis campuran.
Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan
jelas jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai
dengan jenis semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu
(semen tipe 1).
b. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan
dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah
dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan
pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga
mengeras ataupun tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan
harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang
Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak
beton. Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa
diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara
sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60
% dan minimum 10 % berat. Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa,
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 %
berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau
dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat
lebih dari 50 % sesuai SII 0087-75, atau PBI-71
Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar
terlindung dari pengotoran bahan-bahan lain.
3.5.2.3. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-
bahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan
kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan
dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh
Direksi Lapangan.
3.5.2.4. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)
Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari
container. Admixture harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-
64. Segala macam admixture yang akan digunakan dalam pekerjaan harus
disetujui oleh Direksi Lapangan. Admixture yang mengandung chloride
atau nitrat tidak boleh dipakai.
3.5.2.5. Mutu dan Konsistensi dari Beton
Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm X 300 mm umur 28 hari,
kecuali ditentukan lain, harus seperti berikut :
Balok, pile-cap : K-300
Semua kolom dan dinding beton : K-300
Pelat Lt.1, Ramp dan Selasar : K-350
Pelat diatas Lt.1 : K-300
melampaui 38oC.
g. Bahan Campuran Tambahan
Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix harus
sesuai dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila diperlukan dua atau
lebih bahan additive maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara
terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI
212.IR-63 dilakukan hanya oleh teknisi in-charge dengan persetujuan
Direksi Lapangan sebelumnya.
h. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan
pengukur air yang tepat.
i. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah
semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
j. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk
di kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5
jam atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas,
batas waktu tersebut di atas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi
Lapangan.
Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan
retarder yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
k. Keadaan Khusus
Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan
slump beton maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau
keputusan Direksi Lapangan dalam menentukan apakah adukan beton
tersebut masih memenuhi kondisi normal yang disyaratkan. Tidak
dibenarkan untuk menambah air ke dalam adukan beton dalam kondisi
tersebut.
l. Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI
309R-87 (Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Sedapat
mungkin penggetaran beton dilakukan dengan concrete-vibrator
(engine/electric).
3.5.3.2. Pengecoran dan Pemadatan Beton
a. Persiapan
- Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan menyerahan
kepada Direksi Lapangan untuk disetujui paling lambat 1 (satu) minggu
sebelum memulai kegiatan pengecoran.
- Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya, semprot
dengan air dan kencangkan. Sebelum pengecoran, semua cetakan,
tulangan beton, dan benda-benda yang ditanamkan atau di cor harus
telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi Lapangan.
Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada Direksi
Lapangan setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton di cor. Kelebihan air,
pengeras beton, puing, butir-butir lepasan dan benda-benda asing lain
harus disingkirkan dari bagian dalam cetakan dan dari permukaan dalam
dari pengaduk serta perlengkapan pengangkutan.
- Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang langsung di
sekeliling struktur dapat efektif dan menerus dicor.
Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan dan genangan
air sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa, drainase ataupun segala
perlengkapan dari kontraktor yang berhubungan dengan listrik untuk
pengadaan bagi maksud penyempurnaan.
Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian manapun, kecuali
bila galian tertentu telah bebas air dan lumpur.
- Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta disetujui. Logam-
logam yang ditanam harus bebas dari adukan lama, minyak, karat besi
dan pergerakan lain ataupun lapisan yang dapat mengurangi rekatan.
Kereta pengangkut adukan beton yang beroda tidak boleh dijalankan
melalui tulangan ataupun disandarkan pada tulangan. Pada lokasi dimana
beton baru ditempelkan ke pekerjaan beton lama, buat lubang pada beton
lama, masukkan pantek baja, dan kemas cairan tanpa adukan nonshrink.
- Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya retak,
basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi penyusutan
dan menjaga pelaksanaan beton.
- Penutup Beton. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus
sesuai dengan persyaratan SKSNI 1991.
- Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup
beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang
terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton
yang akan dicor.
Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk
blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak
minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-
penahan jarak tersebut harus tersebar merata.
b. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71, ACI
Committe 304 dan ASTM C94-98.
- Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat
dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan (segregasi).
- Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang
sudah dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan beton dari
tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan talang-
talang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Direksi
Lapangan. Dalam hal ini, Direksi Lapangan mempertimbangkan
persetujuan penggunaan talang miring ini, setelah mempelajari usul dari
pelaksana mengenai konstruksi, kemiringan dan panjang talang itu.
Batasan tinggi jatuh maximum 1,50 m.
- Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus
diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang.
Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan
beton digerakkan kontinue secara mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus
dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan
pembantu yang ditentukan dalam pasal 3.8. PBI '71.
c. Pengecoran
- Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI Committee
304, ASTMC 94-98.
- Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan
akhir dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan
30 cm.
- Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak
disebutkan lain atau disetujui Direksi Lapangan.
- Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih
dari 1,0 m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah,
corong pipa cor ataupun benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa,
sedemikian sehingga pengecoran beton efektif pada lapisan horisontal
tidak lebih dari ketebalan 30 cm dan jarak dari corong haruslah
sedemikian sehingga tidak terjadi segregasi/pemisahan bahan-bahan.
- Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan
asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.
- Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya
senantiasa tetap mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk pengaliran
dari satu posisi ke posisi lain dan tuangkan secepatnya serta sepraktis
mungkin setelah diaduk.
- Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda di
luar ketentuan yang tercantum di dalam PBI'71 termasuk pekerjaan yang
tertunda ataupun penyambungan pengecoran, maka "Kontraktor" harus
membuat usulan termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan
dari Direksi Lapangan paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan di
mulai.
d. Pemadatan beton
- Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat
penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong
dan sarang-sarang kerikil.
- Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven, type
"immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih
kecil dari diameter 180 mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar
c. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama harus
dilapisi dengan bahan perekat beton polyvinyil acrylic (polyvinyl acrylic
concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
d. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus
dilapisi dengan bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen
(epoxy cement base concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.
e. Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air dan semen
murni atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada permukaan beton lama
mengering.
3.5.3.8. Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor
Toppings)
a. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan
benda-benda asing, semprot dan bersihkan.
b. Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan
ditanam/dicor.
c. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk.
Gunakan lapisan pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum
mengecor lapisan penutup (topping).
d. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang
dikehendaki.
3.5.4. Pembesian
3.5.4.1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus
disertai surat keterangan percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian
periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1
benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan.
Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus
dilakukan di laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau
laboratorium lainnya direkomendasi oleh Direksi Lapangan dan minimal
sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah
beton.
3.6.1.3. Pelaksanaan
a. Umum
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar
dari bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus
juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-
gaya prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan
yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja
padanya sedemikian rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan
bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang
seharusnya.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah
lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu
sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan
tanda-tanda penurunan > 10 mm sehingga menurut pendapat Direksi Lapangan
hal ini akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar
rancangan tidak akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi
konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat memerintahkan untuk membongkar
pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk
memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Biaya
sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara
detail (termasuk perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
untuk disetujui dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum
gambar tersebut disetujui.
3.7.2. Bahan
a. Macam-macam Bahan.
Bahan-bahan yang digunakan pada proyek ini harus memenuhi mutu sebagai
berikut :
- Member atau Batang Profil baja H, I, U, C dan plat dengan spesifikasi :
Memiliki kemampuan menahan gaya tarik dan gaya tekan.
Kualitas baja = SS 41
- Bolt/ Baut struktur baja dengan spesifikasi :
Memiliki kemampuan menahan gaya tarik
Kualitas baja = ASTM A325, JIS F10T
b. Bahan-bahan Yang Dipergunakan.
Seluruh baja yang dipergunakan harus memenuhi SNI atau standar lainya yang
sederajat atau lebih tinggi (lengkap). Sebelum mulai dengan mendatangkan
bahan-bahan, penyedia jasa diwajibkan untuk memberikan keterangan detail-
detail seperlunya mengenai bahan-bahan baja yang akan dipakai kepada
pengawas proyek untuk mendapat persetujuan. Seluruh bahan-bahan baja ini
harus lurus dan tanpa cacat sebelum dikerjakan. Bahan-bahan baja yang sudah
ada cacatnya dan tidak dapat diperbaiki harus diganti / tidak dipergunakan.
bahan yang gagal memenuhi persyaratan dalam test harus seluruhnya ditolak
atau sebagai alternatif lain, pengawas proyek memerintahkan untuk digunakan
hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari struktur baja saja.
3.7.3. Persiapan Fabrikasi.
3.7.3.1 Gambar Kerja.
a. Penyedia jasa harus menyiapkan gambar kerja menyeluruh untuk struktur,
dalam 3 copy untuk pengawas proyek dalam waktu paling lambat 1 minggu
sebelum pelaksanaan untuk mendapat persetujuan pengawas proyek.
b. Gambar kerja ( Shop Drawings ) harus mengacu pada gambar rencana dan
mencantumkan semua informasi lengkap sambungan-sambungan yang tidak
tercantum dalam gambar kontrak dan semua penjelasan dilapangan,
termasuk detail-detail pemasangan, dasar-dasar perhitungan lubang baut,
ketebalan, tipe, grade, kelas baja, angker dan semua yang berhubungan
dengan members, dan alat pengikat lainya.
c. Gambar kerja harus mencantumkan semua informasi walaupun tidak
tercantum dalam gambar.
d. Gambar kerja harus memuat detail-detail seperti ketebalan, tipe, grade,
angker dan semua yang berhubungan dengan batang dan alat pengikat
lainya.
e. Gambar yang perlu dibuat antara lain detail-detail sambungan, cara-cara
erection, dan lain-lain.
f. Penyedia jasa boleh mengajukan alternatif detail-detail sambungan dengan
menyertakan perhitungan yang diperlukan dan dipertimbangkan oleh
pengawas proyek.
g. Sedapat mungkin dihindarkan pengelasan dilapangan kecuali yang
ditetapkan dalam gambar.
h. Setelah mendapat persetujuan, tidak boleh diadakan perubahan gambar lagi
kecuali dengan persetujuan pengawas proyek.
3.7.3.2 Gambar Jadi (As – Build Drawing).
Penyedia jasa harus membuat dan meyerahkan As-Build Drawings sebanyak 3
copy pada saat akhir pekerjaan untuk dokumentasi pemilik, serta sudah harus
mendapatkan persetujuan dari pengawas proyek.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................i
1. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK ............................................................................................ 1
1.1 Umum .................................................................................................................................................. 1
2.3 Pelaksanaan......................................................................................................................................... 6
3.3 Pelaksanaan......................................................................................................................................... 9
4.3 Pelaksanaan....................................................................................................................................... 12
7.3 Pelaksanaan....................................................................................................................................... 22
12.4 Pelaksanaan....................................................................................................................................... 39
13.3 Pelaksanaan....................................................................................................................................... 41
14.3 Pelaksanaan....................................................................................................................................... 44
15.2 Pelaksanaan....................................................................................................................................... 46
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Suhu dan ventilasi ruang dimana keramik akan dipasang harus dijaga agar sesuai
dengan rekomendasi pabrik sehingga tidak mempengaruhi rekat
2. Tile Adhesive berbahan dasar semen, filler, aditif dan pasir silica yang dikemas
kualitas baik sebagai pelekat keramik pada lantai atau menggunakan adukan 1 pc : 4
ps.
3. Tile grout sebagai pengisi celah-celah/nat antar keramik, memakai merk berkualitas
baik. Warna disesuaikan dengan warna keramik.
1.3 Pelaksanaan
1. Umum
a. Sebelum pekerjaan dimulai, lebih dahulu harus dipelajari dengan seksama lokasi
pemasangan keramik, kualitas, bentuk dan ukuran keramiknya dan kondisi
pekerjaan setelah studi diatas dilaksanakan, maka tentukan metoda persiapan
permukaan pemasangan keramik, joints dan curing, untuk diusulkan kepada Direksi
Lapangan.
b. Pemborong harus menyiapkan „tiling manual’, yang berisi uraian tentang bahan,
cara instalasi, sistim pengawasan, perbaikan/koreksi, perlindungan, hasil tes dan
lain-lain untuk diperiksa dan disetujui Direksi Lapangan.
c. Sebelum instalasi dimulai, siapkan layout nat-nat, hubungan dengan finishing
lain dan dimensi-dimensi joint, guna persetujuan Direksi/Perencana
d. Pemilihan Tile
Tile yang masuk ke lokasi harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan ukuran,
bentuk dan warna yang telah ditentukan.
e. Pemotongan Tile
Ujung potongan tile harus dipoles dengan gurinda atau batu grinda.
2. Level
a. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai karenanya screeding dasar
harus diatur hingga memungkinkan pada tiles dengan ketebalan yang berbeda
permukaan finishnya terpasang rata.
b. Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar maupun
yang ditentukan mempunyai kemiringan.
c. Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, keimiringan tidak boleh kurang
dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk area lain, tidak
boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air
bisa mengalir kearah floor drain tanpa meninggalkan genangan.
Jika ketebalan screed tidak memungkinkan untuk mendapatkan kemiringan
yang ditentukan, kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi untuk
mendapatkan jalan keluarnya.
3. Persiapan Permukaan
a. Kontraktor harus menyiapkan permukaan sehingga memenuhi syarat yang
diperlukan, sebelum memasang ubin/keramik.
2.1 Umum
1. Meliputi pekerjaan pengadaan bahan dan pelaksanaan pemasangan dinding bata ringan
untuk keperluan proyek.
2. Pekerjaan pemasangan dinding bata ringan yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor
harus mengikuti semua persyaratan yang tercantum didalam RKS ini, PUBBI, SII dan
semua perintah Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas yang disampaikan selama
berlangsungnya pekerjaan.
2.3 Pelaksanaan
1. Pemeriksaan lapangan
a. Perhatikan keadaan struktur yang akan mendukung/dibebani pasangan beton
aerasi, bila ada struktur pendukung yang belum sempurna maka pemasangan beton
aerasi/bata ringan harus di tunda dahulu.
b. Dalam hal penundaan dan rencana di mulainya lagi pekerjaan harus disampaikan/
diberitahukan secara tertulis.
2. Persiapan pekerjaan
a. Permukaan bidang kerja harus dibersihkan dari segala kotoran atau benda-benda
lain yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan
b. Berikan perlindungan terhadap hujan pada saat persiapan pemasangan maupun saat
dilaksanakan pemasangan.
3. Pembuatan dan penggunaan adukan seperti yang diterangkan pada bagian adukan
pasangan dan plesteran.
4. Pemasangan
a. Beton aerasi
Pasangkan beton aerasi yang utuh, tidak retak atau cacat lainnya untuk
pasangan dinding sesuai dengan yang direncanakan.
Tidak diperkenankan menggunakan bahan yang patah, hanya dalam keadaan
tertentu saja seperti pada sudut atau perpotongan dengan bahan atau pekerjaan
lain baru diijinkan menggunakan beton aerasi yang patah tetapi tidak boleh
melebihi 50%.
Bidang yang akan menerima pekerjaan/pemasangan harus di basahi terlebih
dahulu agar dapat dihindari penyerapan air semen dari adukan yang berlebihan.
Sebelum menambahkan/melanjutkan pasangan baru diatas pasangan lama
yang terhenti sekurang-kurangnya selama 12 jam, maka pasangan lama harus
di bersihkan dahulu, kedudukan beton aerasi yang longgar/lepas harus diganti
dan mortar yang lepas di tambal.
Tera/ Laveling.
Lapisan beton aerasi harus ditera datar dan tegaknya agar didapat kekuatan
pasangan yang sama dan merata di setiap tempat.
b. Pemasangan angkur
Pasangkan angkur pada permukaan perletakan pasangan kolom, kolom atau
balok dengan cara ditanamkan atau dibautkan. Buatkan jarak 60 cm untuk arah
vertikal dan 100 cm untuk arah horizontal dengan panjang angkur efektif 15
cm.
Tentukan posisi atau tempat-tempat angkur ini terkoordinasi dengan tera siar
datar dan tegak.
c. Balok/kolom praktis
Laksanakan pekerjaan balok dan kolom praktis ini seperti yang diisyaratkan
dalam spesifikasi pekerjaan beton, disetiap luas pasangan pasangan dinding
bata ringan > 9 m2 dan yang berhubungan dengan opening untuk kusen
alumunium harus diberi kolom/balok praktis ukuran 11 x 11 cm dengan besi
tulangan utama 4 Ø 8, sengkang Ø 6 jarak 20 cm atau besi 120 kg/m3. Bila
didalam gambar tidak terlihat, maka ketentuan ini harus dipatuhi.
3.1 Umum
1. Meliputi pekerjaan penyediaan, pengiriman dan pemasangan semua bahan yang
dilaksanakan oleh Kontraktor sebagaimana dalam gambar atau yang dipersyaratkan
dalam dokumen kontrak.
2. Pekerjaan dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.
2. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM, ISO
10545–2 sd 4, ISO 13006, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI
1982.
3. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.
4. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari
pabrik sebagai informasi bagi Direksi Lapangan/ Konsultan Pengawas.
5. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut, tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus kualitas terbaik dari
jenisnya dan harus disetujui Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.
3.3 Pelaksanaan
1. Pada permukaan plesteran dinding/beton yang ada, keramik dapat langsung diletakkan,
dengan menggunakan adukan 1 pc : 4 ps atau dapat juga menggunakan perekat keramik,
diaduk baik air 1,5 liter tiap 5 kg bahan perekat, pemakaian perekat menggunakan trowel
bergigi dengan tebal adukan ± 3 mm.
2. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna, motif tiap keramik
harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.
3. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus, sesuai dengan petunjuk
pabrik.
4. Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air supaya jenuh.
5. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yang akan
terpasang di dinding : Exhaust Fan, Panel, Stop Kontak, Meja Dapur, Lemari Gantung
dan lain-lain sebagimana yang tertera didalam gambar.
6. Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan dengan gambar.
7. Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus ditentukan serta
harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas sebelum
pekerjaan pemasangan dimulai.
8. Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus benar-benar lurus.
Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil lantainya harus merupakan
satu garis lurus.
9. Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4-5 mm setiap
perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar- siar keramik diisi
dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang
disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.
10. Bersihkan permukaan keramik segera jika terkotori dengan pekerjaan grouting dan
kotoran lainnya, bersihkan dengan hati-hati, tanpa merusak permukaan, lindungi keramik
selama 14 hari setelah pemasangan.
11. Pembersihan permukaan keramik yang sudah terpasang dari sisa-sisa adukan semen
hanya boleh dilakukan dengan menggunakan cairan pembersih untuk keramik.
12. Nat-nat pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan komponen semen mortar
siap pakai (tile grout) yang dicampur air diisikan ke nat keramik dan diratakan dengan
busa (spons).
13. Pemasangan keramik pada dinding kamar mandi atau lokasi lain yang disyaratkan harus
memakai waterproofing dilakukan setelah hasil tes waterproofing memenuhi syarat dan
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
standart teknis.
3. Semua pekerjaan pembersihan dan perapihan tersebut harus mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas bahwa pekerjaan tersebut telah bersih, rapih dan telah sesuai
dengan keinginan pihak pengguna maupun standart teknis.
4. Pada pekerjaan pemasangan finishing dinding keramik, harus benar benar rapih, lurus, rata
dan vertikal.
5. Bagian bagian yang kotor di bersihkan dengan material bantu/alat bantu yang tidak
menimbulkan cacat/goresan pada permukaan pekerjaan yang dibersihkan/ dilaksanakan.
4. PEKERJAAN PLESTERAN
4.1 Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan plester dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan
luar serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
4.3 Pelaksanaan
1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan Perencana/MK, dan persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat
Pekerjaan ini.
2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau pasangan
dinding bata ringan telah disetujui oleh Perencana/MK sesuai Uraian dan Syarat
Pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar
Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran
tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.
4. Bersihkan permukaan dari debu dan kotoran-kotoran lainnya yang melekat yang dapat
mengurangi efektivitas perekat.
5. Gunakan tempat adukan yang bersih dan baik sehingga campuran tidak larut keluar dari
tempatnya.
6. Tuangkan Semen Instan (Mortar) Plester secara bertahap ke dalam air. Aduk selama 2
menit sampai menghasilkan campuran yang merata, biarkan 10 menit supaya aditif
menjadi larut. Aduk kembali sebelum digunakan.
7. Pekerjaan plesteran dapat dilakukan dengan menggunakan roskam plesteran atau
5.1 Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan
Sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bovenlicht seperti
yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari Kontraktor.
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Pekerjaan Sealant
b. Pekerjaan Pintu dan Jendela Rangka Aluminium.
c. Pekerjaan Kaca dan Cermin.
3. Kriteria Desain
Seluruh pintu dan jendela harus mampu menahan beban angin (tarik maupun tekan) :
120 Kg/M2.
4. Standard
a. ASTM:
b. C 509 - Cellular Elastomeric Preformed Gasked and Selain Material.
c. C 2000 - Clasification System for Rubber Products in Automatic Applications.
d. C 2287 - Nonrigid Viny Chloride Polymer and Copolymer Molding and Extinasion
Compounds.
5. Persetujuan-persetujuan
a. Shop drawing :
Harus memperlihatkan dengan jelas dimensi, sistem konstruksi, hubungan-
hubungan antar komponen , cara pengangkuran dan lokasinya, penempatan
hardware, dan detail-detail pemasangan.
Harus memperlihakan kesesuaiannya dengan gambar rencana dan spesifikasi.
Shop drawing harus dikoordinasikan dengan "Ironmongery" guna ketepatan
perkuatan-perkuatan yang diperlukan serta lokasi dari hardware tersebut.
Shop drawing harus memperlihatkan juga detail-detail pemasangan kaca,
gasket, serta sealant.
b. Contoh bahan :
pintu partisi dan lain- lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit
didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong, punch dan drill, dengan mesin
harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela,
dinding dan pintu mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
a. Untuk tinggi dan lebar 1 mm.
b. Untuk diagonal 2 mm.
6. Accesssories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup caulking
dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka/kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal
2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat bergeser.
7. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang bersentuhan dengan bahan
alkaline seperti beton aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish
dari laquer yang jemih atau anti corrosive treatment dengan insulating varnish seperti
asphaltic varnish atau bahan insulation lainnya.
5.3 Pelaksanaan
1. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan
kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi untuk semua
detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan sistem konstruksi
bahan lain.
2. Prioritas proses fabrikasi harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan membuat
lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk perencana/ MK
3. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara fabrikasi
dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan
4. Pemotongan dan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaanya. Disarankan untuk
mengerjakanya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan
pada permukannya
5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah bagian dalam
agar sambungannya tidak tampak oleh mata.
6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap
dan harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap dan harus cocok.
Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan
gambar.
7. Angkur-angkur untuk rangka/kusen aluminium terbuat dari steel plate setebal 12-3 mm
dan ditempatkan pada interval 600 mm
8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrupan anti karat/stainless
steel, sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000
kg/cm2. Celah antara kaca dan sistem kusen aluminium harus ditutup oleh sealant.
9. Disyaratkan bahwa kusen aluminium ini dilengkapi oleh kemungkinan-kemungkinan
sebagai berikut ini :
a. Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
b. Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
c. Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
d. Untuk sistem partisi, Harus mampu dipasang tanpa harus dimatikan secara penuh
yang merusak baik lantai maupun langit-langit.
e. Mempunyai asesoris yang mampu mendukung kemungkinan diatas.
10. Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kusen aluminium akan
kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang bersangkutan
harus di beri lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi.
11. Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10-25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
12. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium agar diperhatikan sebelum rangka
kusen terpasang. Permukan bidang dinding horizontal (pelubang dinding) yang melekat
pada ambangan bawah dan atas harus waterpass.
13. Untuk memperoleh kekedapan kebocoran udara terutama pada ruang yang dikondisikan
hendaknya dapat digunakan synthetic rubber atau baan dari synthetic resin. Penggunaan
ini pada swing door dan double door.
14. Sekeliling tepi kusen yang terlihat dari berbatasan dengan dinding agar diberi sealant
supaya kedepan air dan kedepan suara.
15. Tepi bawah ambangan kusen eksterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.
6.1 Umum
1. Lingkup Pekerjaan:
Meliputi penyediaan bahan langit-langit GYPSUM serta GRC dan konstruksi
penggantungnya, penyiapan tempat serta pemasangan pada tempat-tempat yang
tercantum pada gambar untuk itu.
2. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan kayu kasar
b. Pekerjaan Pengecatan
c. Pekerjaan Logam non Struktur
d. Pekerjaan Mekanikal
e. Pekerjaan Elektrikal
3. Standard
ANSI : A 42.4 - Interior Lathing and Furring
4. Persetujuan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh jenis langit-
langit yang dipakai, lengkap dengan brosur dan syarat pelaksanaan dari pabrik.
b. Kontraktor harus menyediakan shop drawing yang memperlihatkan dengan jelas
hubungkan langit-langit satu dengan lainnya tanpa naad dan hubungannya dengan
lampu, AC dan lain-lain
6.2 Persyaratan Bahan
1. Gypsum tebal 9 mm untuk area selain area basah (atau yang ditunjukkan pada
gambar), ukuran, dan tipe sesuai gambar. Kemampuannya tahan api, kedap suara, dan
bebas asbestor. Rangka Hollow 40x40 mm dan 40 x 20 mm dengan sistem suspended.
Diberi tepian list profil pada bagian yang berbatasan dengan dinding.
Ajuan Produk : ex. Jayaboard
2. Akustik (Accoustic Ceiling Panel) ukuran 60 x 120 cm, tebal 9 mm KHUSUS
UNTUK Ruang Laboratorium Keagamaan (8) – R. Lab Multimedia. Rangka Hollow
40x40 mm dan 40 x 20 mm dengan sistem suspended. Diberi tepian list profil pada
bagian yang berbatasan dengan dinding.
3. KALSIBOARD tebal 4,5 mm untuk area basah seperti KM/ WC Pria & Wanita
Ajuan Produk : Kalsi
6.3 Pelaksanaan
1. Rangka langit-langit
a. Rangka hollow disusun sejajar dengan bidang plafon sesuai daerah yang akan
dipasang, dengan jarak mak. 60 cm, dipasang menerus, tidak terputus.
b. Rangka hollow pada arah tegak lurus disusun sejajar, jarak module mak. 60 cm.
c. Seluruh sisi bagian bawah rangka langit-langit harus diratakan, pola pemasangan
rangka/penggantung harus disesuaikan dengan detail gambar serta hasil pemasangan
harus rata/ tidak melendut.
d. Semua ukuran dalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
e. Pada Pekerjaan langit-langit ini perlu diperhatikan pekerjaan elektrikal dan
perlengkapan instalasi lain yang teletak di atas langit-langit. Untuk detail pemasangan
harus konsultansi dengan Konsultan MK.
f. Bidang pemasangan langit-langit harus rata/waterpass, jarak pemasangan naad dibuat
0,5 cm atau sesuai dengan detail gambar. Naad harus lurus dan sama lebar, pada
pertemuan harus saling berpotongan tegak lurus satu sama lain.
7.1 Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam
pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam
pemakaiannya/ operasinya.
b. Pekerjaan pemasangan kloset, washtafel, urinoir, kran air, pengering lantai (floor
drain)
2. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan Waterproofing
b. Pekerjaan Plumbing
3. Persetujuan
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Perencana/MK
beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan
yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, pengganti harus
disetujui Perencana/MK berdasarkan contoh yang dilakukan Kontraktor.
7.3 Pelaksanaan
1. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada
dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
2. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya
kepada Perencana/MK.
3. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan/berbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
4. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
5. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.
6. Pekerjaan Kloset
a. Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi
dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat- cacat lainnya dan
telah disetujui Konsultan MK.
b. Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar,
waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan, sambungan- sambungan pipa
tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
7. Pekerjaan Kran
a. Semua keran yang dipakai adalah ex. LOKAL TERBAIK, dengan chromed
finish.
b. Ukuran disesuaikan keperluan masing-masing sesuai gambar plumbing dan
brosur alat-alat sanitair. Keran-keran tembok dipakai yang berleher panjang dan
mempunyai ring dudukan yang harus dipasang menempel pada dinding. Keran-
keran yang dipasang dihalaman harus mempunyai ulir sink di ruang saji dan
dapat disambung dengan pipa leher angsa (extention).
c. Stop keran yang dapat digunakan ex. lokal bahan kuningan dengan putaran
berwarna hijau, diameter dan penempatan sesuai gambar untuk itu.
d. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.
8. Floor Drain dan Clean Out
a. Floor drain dan Clean out yang digunakan adalah metal verchroom, lobang dia.
2" dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor drain dan
depverchron dengan draad untuk clean out.
b. Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai gambar untuk itu. Floor drain yang
dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui Konsultan
MK/Pengawas.
c. Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai
d. harus dilubangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan
ukuran sesuai ukuran floor drain tersebut.
e. Hubungan pipa metal dengan beton/lantai menggunakan perekat beton kedap air
Embeco dan pada lapis teratas setebal 5 mm diisi dengan lem Araldit.
f. Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapih waterpass,
dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.
8. PEKERJAAN PENGECATAN
8.1 Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan. Cat emulsi,
cat Weather shield
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar dan yang
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk
Perencana.
2. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan Langit-langit Calsium Silicate atau GRC dan atau Kalsi board
b. Cat Dinding Eksterior dan Interior
3. Standar
a. PUBI : 54, 1982
b. PUBI : 58, 1982
c. NI :4
d. ASTM : D - 361
e. BS No. 3900, 1970
f. AS K-41
4. Persetujuan
a. Standard Pengerjaan (Mock-up)
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock-up ini akan
ditentukan oleh Direksi Lapangan.
Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan
dan Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal
keseluruhan pekerjaan pengecatan.
b. Contoh dan Bahan untuk Perawatan
Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan pada bidang-bidang
tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan
dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan akhir).
Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi Lapangan
dan Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh
Perencana dan Direksi Lapangan, barulah Kontraktor melanjutkan dengan
pembuatan mock-up seperti tersebut diatas.
Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan untuk kemudian
akan diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 galon tiap warna dan jenis
cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan jelas indentitas cat yang ada didalamnya. Cat ini akan
dipakai.
8.3 Pelaksanaan
1. Pekerjaan dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran
bangunan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada
retak-retak dan Kontraktor meminta persetujuan kepada Konsultan Pengawas.
c. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisal plamur dan plat baja tipis dan
lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
Unyuk dinding luar bila permukaan dinding belum rata tidak diizinkan diratakan
dengan plamur.
d. Sesudah 7 hari plamur terpasang, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam
sampai bersih betul. Selanjutnya dinding cat dengan menggunakan Roller.
e. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance
sealer atau cat primer untuk eksterior yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis
emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
Lapis I encer ( tambahan 20 % air )
Lapis II kental
Lapis III encer.
f. Untuk warna-warna yang jenisnya khusus, Kontraktor diharuskan menggunakan
kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch number) yang sama.
g. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata,
licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran.
2. Pekerjaan Cat Langit-langit
a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat langit-langit adalah langit-langit calcium
silicate/GRC, pelat beton atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Cat yang digunakan sama dengan cat bagian dalam bangunan untuk plafond
bagian dalam dan cat luar bangunan untuk plafond bagian luar. Warna putih atau
ditentukan perencana setelah melakukan percobaan pengecatan.
c. Plamur yang digunakan adalah plamur kayu kualitas baik.
8.4 Garansi
Untuk cat luar bangunan (weathershield) kontraktor harus memberikan garansi produk
dan garansi aplikasi kepada pemberi tugas yang berlaku selama 5 tahun.
9.1 Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan daun
pintu/daun jendela dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu aluminium dan daun jendela aluminium seperti
yang ditunjukkan/disyaratkan dalam detail gambar.
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Pekerjaan Pintu dan Jendela Rangka Aluminium
b. Pekerjaan Kusen dan Pintu Besi
3. Persyaratan Bahan
a. Semua 'hardware' yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian 'hardware' akibat dan pemilihan merek, Kontraktor wajib
melaporkan hal tersebut kepada Perencana/MK untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Dalam Perencanaan digunakan Ajuan Produk : DEKKSON
c. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari pelat
aluminium berukuran 3 x 6 cm dengan tebal 1 mm. Tanda pengenal ini
dihubungkan dengan cincin nikel kesetiap anak kunci.
c. Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang setinggi 100 cm dari lantai atau sesuai petunjuk Konsultan MK.
2. Pekerjaan Engsel.
a. Untuk pintu-pintu aluminium pada umumnya menggunakan engsel pintu
kualitas baik, dipasang sekurang-kurangnya 3 (tiga) buah untuk setiap daun
dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna yang sama dengan warna
engsel. Jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat
daun pintu.
b. Untuk pintu-pintu aluminium serta pintu panel menggunakan engsel lantai (floor
hinge) double action, kualitas baik dipasang dengan baik pada lantai sehingga
terjamin kekuatan dan kerapihannya, dipasang sesuai dengan gambar untuk itu.
c. Untuk jendela digunakan engsel kualitas baik.
d. Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan engsel kualitas baik disertai pada
posisi single action.
e. Untuk pintu-pintu besi dipakai engsel kupu dibuat khusus untuk keperluan masing-
masing pintu.
9.3 Pelaksanaan
1. Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel tengah dipasang
pada as. Engsel bawah dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
2. Penarikan pintu (Door Handle) dipasang 100 cm (as jungkit) dari permukaan lantai.
Untuk Fixed Handle dipasang 100 cm dari permukaan lantai hingga bagian bawah
Fixed Handle.
3. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
4. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya
5. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Didalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang
belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Dokumen Kontrak, sesuai dengan
Standar Spesifikasi pabrik.
6. Shop Drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh Manajemen
Konstruksi.
10.1 Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi : Pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan dan lain sebagainya, untuk
pekerjaan silicone sealant secara lengkap, terpasang sempurna sesuai RKS.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan dengan silicone sealant antara lain:
Setiap hubungan antara kaca dengan rangka aluminium.
Setiap hubungan antara rangka aluminium dengan dinding beton.
Setiap hubungan antara kaca dengan kaca.
2. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan Kusen Aluminium
b. Pekerjaan Kaca dan Cermin
11.1 Umum
Pekerjaan waterproofing meliputi pelaksanaan pekerjaan waterproofing pada
Daerah Basah (Plat Lantai KM/WC Pria & Wanita), Dak Beton Lantai Atap, Dak
Beton Ruang Tangga, serta bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar
pelaksanaan.
11.3 Pelaksanaan
1. Persiapan Permukaan.
1. Permukaan pelat beton yang akan diberi lapisan waterproofing harus
benar-benar bersih, bebas dari minyak, debu serta tonjolan-tonjolan tajam
yang permanen dari tumpahan atau cipratan adukan dan dalam kondisi
kering (dalam arti kata baik kering leveling screed maupun kering
permukaan).
2. Semua pertemuan 90o atau sudut yang lebih tajam harus dibuat tumpul,
yaitu menutup sepanjang sudut tersebut dengan adukan kedap air 1 PC : 3
Ps atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.
7. Untuk pelat atap yang miring harus dibagi menjadi beberapa segmen agar
genangan air tidak terlalu tinggi di titik pelat terendah.
8. Kontraktor wajib mengadakan pengamanan dan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran,
lecet permukaan atau kerusakan lainnya.
9. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian Kontraktor
baik pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan maupun pada saat
pekerjaan telah selesai, maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti
bagian yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi.
Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
12.1 Umum
1. Pekerjaan railing tangga menggunakan Pipa Stainless Steel dan sesuai dengan
petunjuk dalam gambar rencana.
2. Lingkup pekerjaan termasuk pengadaan Pipa Stainless Steel dan juga mempersiapkan
lokasi/tempat dudukannya.
12.4 Pelaksanaan
1. Stainless Steel dipotong-potong sesuai panjang yang dibutuhkan dan dikerjakan di
luar proyek (workshop). Pelaksanaan di lokasi hanya merakit dan memasang pada
dudukannya.
2. Railing harus dibuat sesuai bentuk dan ukuran seperti yang tertera dalam gambar
detail dan atau sesuai eksisting yang telah terpasang pada tangga di lantai dasar.
3. Sambungan las harus digerinda sampai halus dan siap untuk dicat
4. Dudukan railing pada dinding/lantai dengan cara disekrup dan dynabolt.
13.1 U m u m
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan baku, perlengkapan atap dan
alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan hingga diperoleh hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pemasangan atap meliputi seluruh pasangan pada rangka atap yang ditentukan
seperti yang ditunjukkan / diisyaratkan dalam gambar atau dalam tabel rincian jenis
pekerjaan.
13.3 Pelaksanaan
1. Lakukan pemasangan seperti yang direncanakan, tambahkan angkur-angkur atau
baut-baut untuk mendapatkan pekerjaan yang kaku, kuat, tepat dan benar seperti
yang direncanakan.
2. Pasangkan penutup atap tepat pada tempatnya, lurus, rata dan level, ukur dari
bagian-bagian yang sudah permanen, lakukan pemotongan, dan keperluan lain
untuk pemasangan, pasangkan sesuai dangan shop drawing.
3. Periksa hasil pekerjaan, perbaiki atau ganti pekerjaan yang rusak atau kotor akibat
pekerjaan lain-lain, buang bahan pelindung / pelapis dari pabrik, bersihkan dengan
alat dan cara yang di instruksikan pabrik pembuat.
4. Perbaikan/pembersihan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
menggangu pekerjaan finishing lainnya.
5. Apabila ada pekerjaan finishing yang rusak akibat perbaikan pekerjaan penutup atap
ini, maka kerusakan-kerusakan pekerjaan finishing tersebut harus segera diperbaiki.
14.1 Umum
1. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan yang
diperlukan untuk melaksanakan membuat konstruksi rangka dan pemasangan
ACP sesuai ketentuan perencanaan, dan pemasangannya di lapangan.
2. Semua pekerjaan dan tukang yang bekerja untuk melakukan pekerjaan harus
ahli dan yang berpengalaman serta profesional.
3. Kontraktor harus mempersiapkan dan membuat gambar kerja(Shop Drawing)
yang lengkap, daftar material, dan sambungan dari komponen-komponen, yang
sebelum dilaksanakan harus diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Pekerjaan Pemasangan ACP harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
tertera pada gambar kerja.
14.3 Pelaksanaan
1. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini dengan
menunjukkan surat keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang pernah
dikerjakan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
2. Aluminium Composite Panel yang digunakan untuk seluruh proyek harus dari
satu macam merk saja.
3. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk
mempermudah serta mempercepat pemasangan dengan hasil pemasangan yang
akurat, teliti dan tepat pada posisinya.
4. Untuk pemasangan rangka ke dinding, dilakukan pemasangan besi siku yang
dibor dengan dinabolt ø 10mm pada dinding sebagai dasar rangka panel.
5. Untuk pemasangan modul panel ke rangka, dipasang rangka aluminium 38x38
untuk landasan Panel Alumunium Composite pada rangka besi siku
menggunakan dinabolt ø10mm yang dibor.
6. Rangka-rangka dudukan harus diperiksa dengan teliti, harus tegak lurus, dan
terpasang pada posisinya.
7. Pemasangan modul panel Alumunium Composite dilakukan jika sudah
dipastikan rangka-rangka dudukan tegak lurus serta terpasang kuat pada
posisinya.
8. Pemasangan harus dilakukan secara teliti dan rapi dengan metode pemasangan
yaitu tepi panel Alumunium Composite di tekuk tepiannya sebanyak 2 kali
hingga membentuk huruf S, sebagai sambungan ke rangka alumunium
menggunakan rivet.
9. Celah antar sambungan panel diberi selang ø ½ Inch kemudian ditutup dengan
Sealant mencegah air masuk.
10. Pembersihan ACP yang sudah terpasang dilakukan setelah pekerjaan selesai.
Pembersihan dapat menggunakan air dan spons atau sikat lembut. Apabila
pengotoran lebih berat bisa ditambahkan deterjen netral.
11. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai dari hal-hal yang
dapat menimbulkan kerusakan. Bila hal yang tidak diinginkan terjadi,
Kontraktor harus memperbaiki tanpa biaya tambahan.
12. Hasil pemasangan pekerjaan Aluminium Composite Panel (ACP) harus
merupakan hasil pekerjaan yang rapih dan tidak bergelombang.
15.2 Pelaksanaan
1. Pada permukaan dinding bata merah yang akan difinis/ditempel batu alam,
dapat langsung dipasang (tanpa diplester terlebih dulu) dengan menggunakan
perekat 1 PC : 3 Ps sehingga mendapatkan ketebalan dinding seperti tertera
pada Gambar.
2. Siar-siar batu alam diisi dengan cairan semen berwama (wama siar ditentukan
kemudian).
1. UMUM
Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari
persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-
klausul lainnya dari syarat-syarat umum.
1.1. Standar dan aturan yang harus diikuti
Seluruh pekerjaan yang di laksanakan oleh Kotraktor harus mengikuti segala aturan dan
standar yang berlaku dan di lengkapi dengan segala peralatan untuk kesempurnaan
operasi, kemudahan pengaturan dan perawatan, keamanan pengopersian system sesuai
dengan salah satu atau lebih dari peraturan – peraturan yang di tulis di bawah ini :
1.1.1. Instalasi dan distribusi tenaga listrik.
a. SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.
b. SNI-04-0255-200 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
c. SNI-03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan.
d. SNI-03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.
e. SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat,
Tanda Arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.
f. SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Buatan pada Bangunan.
g. SNI-03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya darurat
1.1.2. Instalasi dan system elektronik.
a. SNI-03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran.
b. KepMen PU 10/KPTS/2000 tg. 1-03-2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
c. UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dgn PP No. 52/2000 tentang
Telekomunikasi Indonesia.
d. Wisi, CCTV System Refference
e. Sony, CCTV Equipment
f. AVE, VOE, PI, UIL
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) – Pekerjaan MEP
1
Perencanaan Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Ciamis
3.1.3. Khusus untuk ijin dari Instansi PLN, Telepon, PDAM diperkenankan bekerja sama
dengan perusahaan lain yang telah memiliki PAS yang sesuai dengan kelas
pekerjaan tersebut.
4. GAMBAR-GAMBAR
4.1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang
saling melengkapi dan sama mengikatnya
4.2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada, petunjuk instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga
kemudahan pengoperasian dan pemeliharaan jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan
4.3. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialist lainnya (bila ada) harus
dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi
4.4. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail,
“shop drowing” kepada Pengawas Lapangan untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih
dahulu sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Pemborong
dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi
ini. Persetujuan tersebut tidak berarti membebaskan Pemborong dari kesalahan yang
mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas pemenuhan kontrak
4.5. Pemborong instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built Drawings”
disertai dengan Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus
diserahkan kepada Pengawas Lapangan pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam
rangkap 5 (lima) terdiri dari atas 1 (satu) asli kalkir berikut diskettenya dan 4 (empat)
cetak biru dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya,
dalam ukuran A0 atau A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built Drawing ini
harus benar-benar menunjukkan secara detail seluruh instalasi M&E yang ada termasuk
dimensi perletakan dan lokasi peralatan, gambar kerja bengkel, nomor seri, tipe peralatan
dan informasi lainnya sehingga jelas
4.6. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original)
berikut terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan
dilegkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4
5. KOORDINASI
5.1. Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan pemborong lainnya, agar
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
5.2. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan
instalasi lain
5.3. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Pengawas
Lapangan, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi
tanggung jawab Pemborong ini
6. RAPAT LAPANGAN
6.1. Wakil Pemborong harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek yang diatur oleh DPL.
7. DAFTAR BAHAN DAN CONTOH
7.1. Dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah Pemborong menerima
pemberitahuan meneruskan pekerjaan kecuali apabila ditunjuk lain oleh Pengawas
Lapangan, Pemborong diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan
digunakan termasuk country or origin. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang
didalamnya tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan dan Konsultan Perencana.
Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Pengawas Lapangan akan diberikan atas dasar
diatas.
7.2. Pemborong harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang kepada
Pengawas Lapangan paling lama 6 (enam) minggu setelah daftar material disetujui.
Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini
adalah menjadi tanggungan Pemborong.
7.3. Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud didalam spesifikasi teknis
ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan haruslah dilakukan oleh orang-orang yang
ahli.
7.4. Pemborong diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/kapasitas peralatan
(equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguan-keraguan, Pemborong harus
segera menghubungi Pengawas Lapangan untuk berkonsultasi.
7.5. Pengambilam ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak
dikonsultasikan dengan Pengawas Lapangan, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut
menjadi tanggung jawab Pemborong. Untuk itu pemeliharaan peralatan dan material
inserts untuk penggantung (hangers) dan penyangga lainnya harus dipasang oleh
Pemborong.
15. PENAMBAHAN/PENGURANGAN/PERUBAHAN INSTALASI
15.1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan
Perencana dan Pengawas Lapangan.
15.2. Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada
Pengawas Lapangan sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan dikirim oleh Pengawas
Lapangan kepada Konsultan Perencana.
15.3. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pemborong kepada
Pengawas Lapangan secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan
tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui oleh Konsultan Perencana dan
Pengawas Lapangan secara tertulis.
16. PEMBOBOKAN, PENGELASAN DAN PENGEBORAN
16.1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup
pekerjaan Pemborong instalasi ini
16.2. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada
persetujuan dari Pengawas Lapangan secara tertulis
17. LAPORAN-LAPORAN
17.1. Laporan Harian dan Mingguan
Pemborong wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang memberikan
gambaran mengenai :
17.1.1. Kegiatan fisik
17.1.2. Catatan dan perintah Pengawas Lapangan yang disampaikan secara lisan
maupun secara tertulis
17.1.3. Jumlah material masuk/ditolak
17.1.4. Jumlah tenaga kerja
17.1.5. Pekerjaan tambah/kurang
Pengawas Lapangan. Penanggung jawab tersebut diatas juga harus berada ditempat
pekerjaan pada saat diperlukan/dikehendaki oleh pihak Pengawas Lapangan.
26. TESTING DAN COMMISSIONING
26.1. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan
baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur
testing dan commissioning dari pabrik pembuat dan instansi yang berwenang.
26.2. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Pemborong termasuk daya listrik untuk testing.
27. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN
27.1. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak
saat penyerahan pertama.
27.2. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 90 (sembilan puluh) hari
kalender sejak saat penyerahan pertama, bila Pengawas Lapangan/Pemberi Tugas
menentukan lain, maka yang terakhir ini yang akan berlaku.
27.3. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi ini diwajibkan mengatasi segala
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
27.4. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
27.5. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini tidak melaksanakan
teguran dari Pengawas Lapangan atas perbaikan/penggantian/penyetelan yang
diperlukan, maka DPL berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/penyetelan
tersebut kepada pihak lain atas biaya Pemborong instalasi ini.
27.6. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus melatih petugas-petugas
yang ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem
instalasi dan dapat melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaannya.
27.7. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti
pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh Pemborong
dan Pengawas Lapangan serta dilampiri Surat Ijin Pemakaian dari Instansi yang
berwenang, dimana surat ijin tersebut merupakan kelengkapan pengurusan IPB.
27.8. Pada waktu unit-unit mesin tiba di lokasi, maka Pemborong harus menyerahkan daftar
komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan
n. Seluruh bagian baja/besi dicat dengan cat bakar warna abu-abu kanzai,
atau lain atas persetujuan owner.
o. Jumlah dan jenis komponen panel harus sesuai dengan seperti gambar
rencana.
1.2.3. Panel Pembagi/Kontrol
a. Rakitan dalam negeri yang tergabung dalam APPI (Assosiasi Pembuat
Panel Indonesia).
b. Model modul cubicle yang ditanahkan secara sempurna pasangan pada
lantai atau pada dinding dan pintu dilengkapi master key.
c. Jenis pasangan dalam (indoor-type).
d. Menggunakan plat baja minimum 1,0 mm dengan rangka besi siku,
kompak dan kuat sehingga mampu menahan stress mekanik pada saat
hubung singkat.
e. Dilengkapi louvers untuk ventilasi.
f. Komponen-komponen peletakannya agar diatur dengan baik, terlindung,
sehingga mudah dioperasikan dan perawatan.
g. Terminal-terminal untuk kabel masuk atau ke luar serta kabel kontrol harus
diatur sedemikian rupa sehingga kabel-kabel tersebut tidak mengganggu
komponen- komponen panel.
h. Meter dan indikator harus sesuai gambar dengan perletakan yang mudah
dilihat.
i. Busbar terdiri dari 5 busbar dengan ukuran sesuai gambar rencana.
j. Seluruh bagian baja/besi dicat dengan cat bakar warna abu-abu kanzai.
k. Jumlah dan jenis komponen panel, seperti ditunjukkan dalam gambar.
l. Body badan cubicle harus ditanahkan secara sempurna.
m. Khusus Panel pembagi untuk tenant dilengkapi dengan KWH meter,
dimana perletakan KWH-KWH meternya disatukan pada satu tempat shaft
elektrikal.
1.2.4. Panel Kontrol Genset (PKG)
a. Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL 2000.
b. Panel-panel harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus di Zinchromate dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat
dengan cat bakar, warna dan cat akan ditentukan kemudian oleh pihak
Perencana.
c. Pintu dari panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan master key.
d. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan
perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen-
komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-
komponen lainnya.
e. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase
R-S-T, 1 busbar neutral dan 1 bubar untuk grounding, besarnya busbar
harus diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam bybar
tersebut tanpa menyebabkan suhu yang lebih dari 65 C. setiap busbar
copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang
dipergunakan untuk memberi warna busbar dan seluru harusdari jenis yang
tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
f. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis digital multi meter produk dari
SOCOMEC dengan skala linier dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh
induksi serta ada sertifikat tera dari LMK/PLN (minimum 1 buah untuk
setiap jenis alat ukur).
g. Panel control dilengkapi dengan peralatan proteksi seperti :
Short circuit
Overload
Ground fault (earth fault current)
Reverse power relay
Gangguan lain sesuai standard pabrik pembuat
Emergency shut-down system
Over voltage dan under voltage
Load Sharing, Load Shadding.
Dll, seperti gambar rencana.
h. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan , sesuai dengan yang telah disetujui oleh Pengawas Lapangan.
i. PKG harus mampu melayani dan mengontrol genset seperti yang
dijelaskan pada spesifikasi teknis diesel genset.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) – Pekerjaan MEP
5
Perencanaan Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Ciamis
2.2.3. Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah
jalannya kabel.
2.2.4. Penanaman kabel harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan
yang ditunjukan dalam gambar/RKS.
2.2.5. Kabel tidak boleh terpuntir dan diberi label yang menunjukan arah
disetiap jarak 1 meter.
2.2.6. Tidak diperkenankan melakukan sebelum Pengawas Lapangan
memeriksa dan menyetujui perletakan kabel tersebut.
2.2.7. Setelah pengurugan selesai setiap 15 meter harus dipasang patok beton
20 x 20 x 60 cm dan bertuliskan "KABEL TANAH". Patok-patok ini dicat
kuning dan bertulisan merah.
2.2.8. Kabel-kabel yang menembus dinding atau lantai harus menggunakan pipa
sleeve, pipa ini minimal dari Metal (Pipa GIP).
2.2.9. Penyambungan kabel feeder tidak diperbolehkan.
2.2.10. Kabel harus utuh menerus tanpa sambungan.
2.2.11. Kabel tidak boleh dibelokan dengan radius kurang dari 15 x diameternya.
Di atas belokan tersebut diletakan patok beton bertuliskan "KABEL
TANAH" dan arah belok.
2.2.12. Penanaman tidak boleh dilakukan di malam hari.
2.3. INSTALASI KABEL TENAGA
2.3.1. Letak pasti dari peralatan atau mesin-mesin di sesuaikan dengan gambar
dan kondisi setempat apabila terjadi kesukaran dalam menentukan letak
tersebut dapat meminta petunjuk Perencana, Pengawas Lapangan.
2.3.2. Pemborong wajib memasang kabel sampai dengan peralatan tersebut,
kecuali dinyatakan lain dalam gambar.
2.3.3. Tarikan kabel yang melalui trench harus diatur dengan baik/rapi sehingga
tidak saling tindih dan membelit.
2.3.4. Tarikan kabel yang menuju peralatan yang tidak melalui trench atau yang
menelusuri dinding (outbouw) harus dilindungi dengan pipa pelindung.
Agar diusahakan pipa pelindung tidak bergoyang maka harus dilengkapi
dengan klem-klem dan perlengkapan penahan lainnya, sehingga nampak
rapi.
2.3.5. Pada setiap sambungan ke peralatan harus menggunakan pipa fleksibel.
2.3.6. Setiap kabel yang keluar atau pun masuk kedalam panel harus
menggunakan Cable gland sesuai ukurannya, Sehingga serangga maupun
binatang kecil lain tidak bisa masuk ke dalam panel.
2.3.7. Pada setiap belokan pipa pelindung yang lebih besar dari 1 inchi harus
menggunakan pipa fleksibel, belokan harus dengan radius min. 15 x
diameter kabel.
2.3.8. Kabel yang ada di atas harus diletakkan pada rak kabel dan warna kabel
harus disesuaikan dengan phasanya.
2.3.9. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark
yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
2.3.10. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan PUIL.
2.3.11. Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel
(cable ladder), diklem dan disusun rapi.
2.3.12. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada
kabel penerangan.
2.3.13. Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan
sepatu kabel untuk terminasinya.
2.3.14. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah
pateri.
2.3.15. Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan
kabel support minimum setiap 50 cm.
2.3.16. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan diameter minimum 2½ kali
penampang kabel.
2.3.17. Setiap konduit yang dihubungkan dengan T-Doos dan komponen lampu
dihubungkan dengan menggunakan flexible conduit dari bahan yang
sama.
2.3.18. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada
suatu rak kabel.
2.3.19. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam
conduit.
2.3.20. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa dengan diameter minimum 2½ kali penampang
kabel.
2.3.21. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam
kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan
konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal
kotak terminal tadi minimum 4 cm. Penyambungan kabel memakai alat
penyambung berupa las-dop.
2.3.22. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m
disetiap ujungnya.
2.3.23. Penyusunan conduit di atas rak kabel harus rapih dan tidak saling
menyilang.
2.4. PENGUJIAN
2.4.1. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai serifikat
lulus uji dari PLN yang terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah
memenuhi persyaratan.
2.4.2. Pengujian dengan Megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan
isolasi minimum 50 ohm.
2.5. INSTALASI PENERANGAN
2.5.1. Letak pasti dari lampu dan stop kontak disesuaikan dengan gambar dan
kondisi setempat, apabila terjadi kesukaran dalam menentukan letak
tersebut, dapat meminta petunjuk Pengawas Lapangan.
2.5.2. Umumnya ketinggian saklar dari lantai 150 Cm, sedangkan ketinggian
stop kontak adalah 30 Cm. Kecuali pada tempat-tempat tertentu (misalnya
: ruang pompa, dapur dll) ketinggian stop kontak tersebut harus
disesuaikan dengan letak peralatan yang akan dihubungkan.
2.5.3. Setiap kabel penerangan dan stop kontak harus berada dalam conduit
kabel.
2.5.4. Semua tarikan kabel yang tidak tertanam harus menggunakan rak kabel
atau tangga kabel. Kabel ini harus diletakkan secara teratur dan tidak
saling tindih.
2.5.5. Pemasangan pipa pelindung/conduit yang berada dalam kolom dan pelat
beton harus dilaksanakan sebelum pengecoran. Pipa pelindung tersebut di
lengkapi kawat pancing dan ditutup agar tidak kemasukan kotoran atau
rusak.
2.5.6. Pemasangan pipa pelindung/conduit yang berada dalam dinding bata harus
dilaksanakan sebelum dinding diplester/disalut.
2.5.7. Semua kabel dalam konduit yang akan memasuki junction box atau
peralatan dihubungkan dengan flexible conduit.
2.5.8. Semua kable yang akan memasuki terminal box motor harus
menggunakan cable gland.
2.5.9. Tidak diperkenankan mengklem kabel ke rangka plafond. Bila jarak rak
kabel ke titik penerangan cukup jauh, harus digunakan pipa pelindung
Super High Impact pipe dan diklem pada plat beton diatasnya.
2.5.10. Sambungan dan pencabangan kabel hanya diperkenankan dalam junction
box/doos, menggunakan sepatu kabel dan di baut dengan sempurna.
2.5.11. Semua armature lampu harus dipasang sesuai dalam gambar, bilamana
tidak ditunjukkan dalam gambar, dapat mengajukan gambar kerja cara
pemasangan lampu tersebut dengan persetujuan Pengawas Lapangan.
2.6. PENTANAHAN
2.6.1. Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku dan
persyaratan yang ditunjukan dalam gambar/RKS.
2.6.2. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan
pada panel-panel menggunakan BCC dengan ukuran min. 6 mm² dan max.
95 mm², penyambungan ke panel harus menggunakan sepatu kabel (cable
lug).
2.6.3. Dalamnya pentanahan minimal 16 meter dan ujung elektroda
pentanahan harus mencapai permukaan air tanah, agar dicapai harga
tahanan tanah (ground resistance) dibawah 1 (satu) ohm.
2.6.4. Pengukuran Pentanahan tanah dilaksanakan oleh pemborong setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan. Pengukuran ini harus
disaksikan Pengawas Lapangan.
2.6.5. Setiap lantai gedung harus disediakan titik pentanahan yang dihubungkan
dengan ringbelt grounding setiap lantai.
2.6.6. Setiap stop kontak harus dihubungkan dengan pentanahan dengan ukuran
kabel sesuai ukuran kabelnya.
2.6.7. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan seperti frame besi, pintu besi,
tangki minyak, panel-panel, housing generator, housing transfbrmator,
housing dari peralatan metal lainnya harus diketanahkan secara baik,
dengan cara menghubungkannya kepada Ring copper pembumian yang
telah tersedia di semua lantai/dak beton.
2.6.8. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus dilakukan
dengan baut dari campuran tembaga. Electroda pembumian terbuat dari
batang tembaga diameter 3/4" dan harus ditanam minimal sedalam 16 m ,
sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal 1 Ohm.
2.6.9. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel,
housing peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-lain)
harus dihubungkan pada elektroda pembumian secara terpadu.
2.6.10. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat
hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standard-standard
yang berlaku dalam PUIL 2000.
2.6.11. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:
Penampang Konduktor Penampang
daya yang digunakan Konduktor pembumian
(mm2) (mm2)
Setelah pekerjaan listrik seluruhnya diselesaikan oleh pemborong, maka harus dilakukan
test.
Test meliputi :
Beban Kosong (No Load)
Beban Penuh (Full Load)
3.1. No Load Test
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) – Pekerjaan MEP
14
Perencanaan Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Ciamis
Test ini dilakukan tanpa beban artinya di test satu per satu, peralatan seperti :
3.2. Pengujian Instalasi 0,6/1 KV meliputi :
Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1.000 Volt
Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1.000 Volt
Pengukuran tahanan pentanahan
3.3. Pelaksanaan Test No Load untuk Transformator, harus dilakukan pihak ketiga yang
independent. Dan harus diberikan hasil test berupa LAPORAN TEKNIK LMK/hasil
pengujian pemeriksaan. Apabila hasil pengujian dinyatakan baik, maka test
berikutnya harus dilaksanakan secara keseluruhan (Full Load Test).
3.4. Full Load Test (Test Beban Penuh)
Test beban penuh ini harus dilaksanakan pemborong sebelum penyerahan pertama
pekerjaan.Test ini meliputi :
Test nyala lampu-lampu dengan nyala semuanya.
Test Air Conditioning seluruh mesin AC dihidupkan.
Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub pekerjaan
pompa pompa.
Lamanya test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh, dan
semua biaya dan tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban pemborong,
dengan schedule/pengaturan waktu oleh Pengawas Lapangan.
Hasil test harus mendapat pengesahan dari Perencana dan Pengawas Lapangan.
Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test jam untuk lampiran
penyerahan pertama pekerjaan.
4. REFERENSI PRODUK
Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi berikut ini.
Pemborong diminta mengajukan sesuai dengan spesifikasi (daftar material) sesuai prioritas
berikut ini.
Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
Telemecanicque
Telemecanicque, AEG,
8 Push Button & Pilot Lamp GAE
Creation, Metosu,
Armature Mentari, Artolile, Phillips
17 Sistem Pengaman Medik Modul monitor, Trafo Isolasi Medic, Bender, Pneumatic Berlin,
Modul Isyarat Isotrol, Medilec
3.2. Air Terminal harus dari jenis yang mempunyai respon dinamis terhadap terjadinya
Down Leader dari petir dengan membangkitkan elektron-elektron bebas dan
menyebabkan Fotonisasi antar bagian yang ditanahkan dan bagian yang terisolasi.
Radius perlindungan tersebut dalam bentuk Collective Volume. Arus petir minimum
yang bisa mengaktifkan air terminal adalah 1500A pada Impulse 8/20 Mikrodetik
dan harus mampu menyalurkan seluruh level arus petir yang mungkin terjadi.
3.3. Air Terminal harus tidak menimbulkan gangguan gelombang dalam Frekuensi Radio
(High Frequency RFI), kecuali pada saat terjadinya Leader dan pada saat terjadinya
sambaran balik (Main Return Strike).
3.4. Bentuk dari Air Terminal harus sedemikian rupa, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya pelepasan Ion Korona pada ujung runcingnya pada kondisi Medan Statis
Guruh
3.5. Air terminal harus tidak mengalami Korosi pada Atmosfir Normal.
3.6. Secara keseluruhan air terminal harus terisolasikan dari bangunan yang
dilindunginya pada seluruh kondisi.
4. BATANG PENINGGI
4.1. Sistem Penangkal Petir dipasang sesuai gambar perencanaan, atau sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuatnya, dan harus di sesuaikan dengan gambar arsitek dari
Segi Aestetiknya. (liat gambar detail untuk tiang penyangga di atap bangunan dan
tiang penyangga di area luar bangunan)
5. SALURAN/PENGHANTAR
5.1. Saluran atau penghantar haruslah dari kabel CONDUCTOR HV. SHIELDED /
Coaxial Cable ukuran minimal berpenampang 2x 35 mm2 OD. Saluran penghantar
ini mampu mencegah terjadinya Side Flashing dan Electrification
Building.Penghantar dari batang peninggi atau tiang ke bak kontrol pentanahan
seperti gambar rencana.
5.2. Seluruh saluran penghantar, harus diusahakan tidak ada sambungan baik yang
horizontal maupun yang vertical atau jalur menara, dengan kata lain kabel tersebut
harus menerus dan utuh tanpa sambungan.
Lingkup Pekerjaan ini akan meliputi Pengadaan dan Pemasangan Generator Set dengan
kapasitas sesuai tertera dalam gambar perencanaan ME termasuk Pengujian, Garansi,
Sertifikasi, Service, Pemeliharaan, Penyediaan gambar Terinstalasi (As-built Drawing),
petunjuk operasi dan pemeliharaan serta latihan petugas instalasi ini dari Pihak Pemilik
Bangunan.
Pemborong harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua persyaratan yang
diminta didalam spesifikasi ini, termasuk gambar-gambar, perincian penawaran (Bills of
Quantity), standard dan peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan
setempat dan perintah dari Pengawas Lapangan selama masa pelaksanaan pekerjaan.
Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas tidak akan diterima. Bila ternyata terdapat
perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan, merupakan kewajiban Pemborong untuk penggantinya tanpa ada
penggantian biaya.
2. LINGKUP PEKERJAAN
2.1. LINGKUP PEKERJAAN UTAMA
2.1.1. SISTEM KERJA GENSET
a. Diesel Generating set disediakan sebagai sumber daya cadangan bila PLN
padam.
b. Bila PLN padam, maka Genset akan start secara otomatis (Autostart)
dalam waktu 10 detik atau kurang (Adjustable) sebagai Slave.
c. Ketika PLN sudah hidup kembali, maka Breaker Genset Off dan Genset
terus Running tanpa beban untuk waktu tidak kurang dari 5 menit, setelah
itu Genset akan mati setelah melalui waktu Pendinginan/Cooling Down
Time sekitar tersebut diatas, dengan pertimbangan agar Rectifier
perangkat tidak mengalami perubahan catu daya dalam waktu pendek.
3.2.5. Perhitungan System Peredam Suara, Ventilasi Ruangan, Saluran Udara Buang
dan Saluran Asap harus dilampirkan pada surat penawaran, serta harus
dilengkapi dengan Brosur/Manual asli dari pabrik sebagai dasar perhitungan.
3.2.6. Mesin Diesel Generator yang dipergunakan harus merupakan peralatan yang
selalu siap dipergunakan pada setiap saat, untuk itu mesin ini harus
mempunyai perlengkapan berupa pompa sirkulasi minyak pelumas otomatis
dan manual, peredam suara pada saluran gas buang (max 60 dB), alat pengisi
muatan battery dengan catu daya yang berasal dari Generator dan yang berasal
dari PLN.
3.2.7. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur putaran
mesin secara otomatis sehingga mesin akan selalu bekerja pada putaran
nominalnya pada kondisi beban antara beban nol dan beban penuh dengan
toleransi tidak lebih dari 2 %.
3.2.8. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan Filter Bahan Bakar dan Filter Udara
Pembakaran
3.2.9. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan alat pengamam guna menghentikan
operasi mesin dan atau memberikan indikasi adanya gangguan untuk setiap
gangguan sebagai berikut :
a. Putaran kerja melebihi 110 % putaran nominal
b. Tekanan Kerja Minyak Pelumas lebih kecil dari nilai nominalnya
( tidak kurang dari 3 kg/cm2)
c. Temperatur kerja air pendingin melebihi nilai nominalnya
(tidak kurang dari 75 C)
d. Dan lain-lain pengaman yang dinilai perlu dan sesuai dengan rekomendasi
pabrik
3.2.10. Generator yang dipergunakan harus mampu membangkitkan tegangan tanpa
bantuan sumber daya lain, dimana rangkaian medan magnitnya mendapatkan
catu daya dari terminal Generator melalui suatu Rangkaian Elektronik dengan
tidak mempergunakan Sikat Komutator.
3.2.11. Rangkaian Elektronik yang dimaksud dalam butir di atas harus mampu
mengatur tegangan Generator secara terus-menerus pada tegangan nominal
sebesar 220/380 Volt dengan toleransi tidak lebih dari 1,5 %.
3.2.12. Generator yang dipergunakan harus mampu menghasilkan Daya Listrik sesuai
dengan kondisi terpasang yang ditunjukkan didalam Gambar Rencana secara
terus-menerus pada putaran nominal mesin Diesel dan pada tegangan nominal.
3.2.13. Generator yang dipergunakan harus dibuat untuk pemakaian dalam ruangan
dengan kelas pengamanan tidak kurang dari IP 22 dan dapat menahan
kelebihan beban 10 % selam 1 jam dalam selang waktu 12 jam.
3.2.14. Hubungan Kumparan Stator Generator hendaknya hubungan bintang dimana
reaktansi hubung singkatnya tidak lebih 15 %.
3.2.15. Mesin Diesel Generator secara keseluruhan harus mampu dioperasikan dari
Panel Kontrol Generator, untuk selanjutnya disebut PCG.
3.2.16. PKG harus mempunyai bagian yang dapat mengoperasikan mesin secara
otomatis pada saat terjadi gangguan pada sumber daya yang berasal dari PLN
dengan System Interlock, dimana untuk selanjutnya akan disebut Automatic
Main Failure (AMF). AMF module ini bisa disuplai oleh kontraktor Genset
yang pemasangannya dilakukan oleh Panel Maker atau Pengadaannya dan
Pemasangan oleh Panel Maker.
3.2.17. AMF yang dipergunakan harus dapat memberikan indikasi mengenai keadaan-
keadaan berikut :
a. Alat penghubung beban tersambung/terputus.
b. Kegagalan start.
c. Gangguan pada rangkaian pengisi battery.
d. Kapasitas battery lemah.
e. Gangguan operasi lainnya.
3.2.18. AMF harus dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
a. Saklar pemilih operasi Manual/Otomatis.
b. Tombol penghenti bunyi bel.
c. Tombol reset.
d. Tombol penghenti operasi mesin.
e. Tombol penguji Lampu Indicator dan Bel. Dan lain-lain.
3.2.19. AMF harus mampu menjalankan Diesel Genset pada waktu tegangan PLN
mencapai batas 80 % dari tegangan nominalnya tanpa kelambatan waktu
operasi. Waktu Start Diesel Genset adalah sekitar 10 – 15 detik kemudian.
3.2.20. AMF harus dapat menghentikan pelayanan Diesel pada waktu pelayanan dari
PLN telah normal kembali dan kemudian menghentikan Diesel dengan
kelambatan waktu operasi tidak kurang dari 5 menit.
3.2.21. Pemborong wajib menyediakan titik pentanahan bagi mesin Diesel Generator,
Titik Netral Generator, PCG dan semua bagian logam di dalam Ruang Diesel,
termasuk Rak dan Tangga Kabel dan Pintu-Pintu Ruangan yang terbuat dari
logam sesuai dengan ketentuan ini.
3.3.1. UMUM
Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE / DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL 2000.
Panel-panel harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus di Zinchromate dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat
dengan powder coating, warna abu – abu Kanzai atau akan ditentukan kemudian
oleh pihak Perencana / Pemberi Tugas.
Pintu dari panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan master key.
Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan
perbaikan - perbaikan, penyambungan - penyambungan pada komponen-
komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen -
komponen lainnya.
Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-
T, 1 busbar netral dan 1 busbar untuk grounding, besarnya busbar harus
diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut
tanpa menyebabkan suhu yang lebih dari 65C. Setiap busbar copper harus
diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan untuk memberi
warna busbar dan seluruh harus spasi dari jenis yang tahan terhadap kenaikan
suhu yang diperbolehkan.
Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semiflush mounting dalam kotak
tahan getaran, untuk Ampere meter dan Volt meter dengan ukuran 96 x 96 mm
dengan skala linier dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta ada
sertifikat tera dari LMK/PLN (minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur).
Panel control dilengkapi dengan peralatan proteksi seperti :
a. Short circuit
b. Over current
c. Under voltage dan Over voltage
d. Ground fault (earth fault current)
e. Over load
f. Reverse power relay
g. Gangguan lain sesuai standard pabrik pembuat
h. Emergency shut-down system
Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan sesuai dengan yang telah disetujui oleh Konsultan pengawas /
Perencana.
PKG harus mampu melayani dan mengontrol genset seperti yang dijelaskan
pada spesifikasi teknis diesel genset.
Start Blocking pada saat terjadi kebakaran atau AMF setelah menerima sinyal
general alarm dari sistem MCFA gedung.
Main CB outgoing / beban PKG tidak akan bekerja atau ON pada saat terjadi
kebakaran atau AMF setelah menerima sinyal general alarm dari system MCFA
gedung.
3.3.2. FUNGSI OPERASI PKG + AMF
Untuk pengaturan diesel genset secara manual baik untuk keperluan operasi
ataupun pengetesan berkala.Untuk pengaturan Diesel Genset secara Otomatik,
Auto Synchron, Auto Load Sharing, pada waktu PLN padam dan Auto Stop
pada saat PLN sudah hidup kembali.Untuk fungsi Engine Shutt-Down pada saat
terjadi kelainan operasi mesin.
3.3.3. SISTEM OPERASI PKG
PKG harus dapat mengontrol unit genset, seperti dijelaskan dalam lingkup
pekerjaan diesel generating set .
PKG terdiri atas beberapa cubicle paling kurang sebagai berikut:
a. 1 Cubicle Incomming G1
Measuring Device :
a. Ammeter c/w current transformator
b. Voltmeter c/w 7 step selector switch
c. Frequency meter
d. Power factor meter
e. KWH meter
f. KW meter
g. Hours meter
h. DC Volt meter
i. DC Ampere meter
Signal Lamps :
a. Main CB “ON”
b. Main Failure
c. Genset Running
d. Genset on Load
e. Alarm Enable
f. Battery On
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) – Pekerjaan MEP
9
Perencanaan Pembangunan Gedung Laboratorium Keagamaan Terpadu
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Ciamis
Push Button :
a. Signal Lamp Test
b. Signal Reset
c. Emergency Stop
d. CB “ Closed”
e. CB “ Open
3.4. INSTALASI
3.4.1. Diesel Genset harus didudukan di atas pondasi dengan mempergunakan spring
atau rubber mounting yang direkomendasikan oleh pabik pembuat.
3.4.2. Spring anti vibration mounting harus mempunyai effisiensi tidak kurang dari
95%.
3.4.3. Posisi Diesel Genset harus lurus baik secara vertical maupun horizontal.
3.4.4. Anchor dari Diesel Genset harus benar-benar tepat pada lubang pondasi yang
telah ditetapkan dan dicek dengan baik dan kuat.
3.4.5. Pipa exhaust dan Silencer harus diisolasi dengan Rockwell 2” density 150/m³
dan dibungkus dengan galvanized sheet disepanjang pipa.
3.4.6. Sambungan pipa ke mesin harus mempergunakan flexible joint.
3.5. PENGUJIAN
3.5.1. Test pabrik pembuat harus dilakukan menurut standard pabrik dan minimal
meliputi testing :
a. Insulation level
b. Squence
c. Protection device
d. Operation
e. Full load running (load bank)
f. Temperature rise
g. Governour control
h. Sound pressure level
3.5.2. Test lapangan harus dilakukan minimal meliputi :
a. Squence
b. Protection device
c. Operation
d. Sound pressure level
e. Load running (load bank) :
50% selama 1 jam tanpa interrupsi dan rejection & sudden load test
75% selama 2 jam tanpa interrupsi
100% selama 1 jam tanpa interrupsi
110% selama 1 jam tanpa interrupsi
100% selama 3 jam tanpa interrupsi dan rejection & sudden load test
f. Setelah lulus uji dengan load bank, akan dilakukan uji beban nyata selama
2 hari ( 2x 24 jam )
4. SISTEM BAHAN BAKAR
4.1. Tangki penyimpanan bahan bakar harian harus mempunyai kapasitas tidak kurang
dari 500 liter dan tangki bahan bakar mingguan mempunyai kapasitas 3.000 liter.
Tangki ini harus terbuat dari bahan Mild Steel plate melalui proses anti karat,
berbentuk silinder dimana pada bagian luarnya diberikan lapisan aspal dan goni.
4.2. Tangki penyimpanan bahan bakar harus mempunyai sarana penyambungan pipa
pengisian dari mobil tangki bahan bakar, pipa pemakaian, pipa pengembalian bahan
bakar, pipa pembuangan gas, alat pengukur isi tangki dan pengatur operasi pompa
bahan bakar.
4.3. Pondasi tangki mingguan/penyimpanan bahan bakar akan disediakan oleh Pemborong
pekerjaan struktur bangunan.
4.4. Pemborong wajib memberikan lapisan anti karan Zinchromate buatan ICI sebanyak 2
lapis dan cat akhir berwarna coklat pada dudukan tanki di atas.
4.5. Pompa bahan bakar adalah jenis Gear Pump yang sesuai untuk pemakaian bahan
bakar berkapasitas tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar Rencana, dan
digerakkan oleh motor listrik sesuai dengan kebutuhan serta dilengkapi dengan
kontrol operasi otomatis.
4.6. Pemborong wajib menyediakan pompa bahan bakar manual dengan pemipaan secara
parallel dilengkapi Gate Valve dan Check Valve.
4.7. Pipa bahan bakar yang dipergunakan adalah pipa baja hitam, medium class, dengan
penyambungan pipa ulir, kecuali pada tempat penyambungan tangki penyimpanan
bahan bakar, pompa bahan bakar dan peralatan-peralatan lainnya. Untuk hubungan
dengan peralatan tersebut dipergunakan tipe penyambungan Flange. Penyambungan
Flange juga diharuskaan pada pemipaan yang lebih dari 12 m.
4.8. Diameter pipa bahan bakar yang dipergunakan harus sama seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar Rencana dan mempunyai perlengkapan katub operasi seperti tertera
dalam Gambar Rencana.
4.9. Pipa bahan bakar secara keseluruhan harus dilapis dengan lapisan anti karat
Zinchromate dari ICI sebanyak 2 lapis dan kemudian pada bagian-bagian yang
ditanam harus dicat. Warna cat akan ditentukan kemudian.
4.10. Katup operasi yang diameter lebih bedar dari 50 mm harus terbuat dari bahan besi cor
dengan sambungan-sambungan jenis Flange
4.11. Check Valve yang dipergunakan harus dapat menahan aliran balik dari bahan bakar.
Diameter alat ini ditunjukkan dalam Gambar Rencana sesuai dengan ukuran pipanya.
4.12. Setiap hubungan pipa dengan pompa harus dilengkapi dengan pipa flexible, yang
terbuat dari bahan karet khusus untuk bahan bakar, dimana penyambungannya dengan
system flange. Ukuran alat ini harus sesuai dengan pipa yang terhubung.
5. SISTEM GAS BUANG
5.1. Pipa pembuangan gas buang adalah jenis pipa baja hitam kelas medium berdiameter
yang cukup untuk tidak mengakibatkan adanya terjadinya pengurangan kapasitas
mesin pada pemasangan seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
5.2. Pipa pembuangan gas buang harus diisolasi untuk menahan radiasi panas yang
mungkin timbul dengan Rockwool berbentuk Preform (setengan pipa) setebal tidak
kurang dari 100 mm dan kepadatan tidak kurang dari 80 kg/m³ dan dilapis lagi dengan
alumunium Jacketing tahan temperature sampai dengan 1000 C
5.3. Isolasi tersebut harus dipasang mulai dari pipa flexible penghubung mesin dengan
peredam suara sampai 50 cm dari ujung pipa gas buang.
5.4. Hubungan pipa gas buang antara mesin dan peredam suara (Silincer), harus dilengkapi
dengan penghubung flexible seperti yang telah direncanakan oleh pabrik pembuatnya.
Penghubung flexible ini tidak perlu diisolasi.
5.5. Peredam suara (Silincer) yang dipergunakan hendaknya tidak menimbulkan
kebisingan sehingga mengganggu operasi bangunan dan disyaratkan tidak melebihi
batas 60 dB diukur pada jarak 1 meter dari ujung pipa gas buang pada kondisi beban
mesin nominal.
6. SISTEM PENDINGIN
6.1. Pemborong wajib menyediakan cerobong udara bebas pendingin mesin dengan bahan
plat baja galvanis kelas BJLS 100, berbentuk sama seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana lengkap dengan penghubung flexible dan pengarah aliran udara
serta diisolasi sesuai dengan ketentuan ini.
6.2. Ujung cerobong saluran udara ini harus dilengkapi dengan wiremesh sebagaimana
tertera di Gambar Rencana.
7. SISTEM VENTILASI RUANG
7.1. Sistem ventilasi ruangan (Intake air dan Exhaust air) harus sedemikian rupa sehingga
dalam keadaan semua mesin beroperasi maka rata-rata temperature keliling tidak
melebihi 40 C atau batas temperature yang akan mengganggu operasi mesin.
7.2. Sistem ventilasi ruangan mengandalkan Intake air louver dan Intake fan yang akan
memasukkan udara ke dalam ruangan Genset.
8. KABEL TEGANGAN RENDAH
8.1. Spesifikasi Teknis
Pada prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah jenis NYFGbY dan NYY
Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan Bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada Pengawas Lapangan. Penampang kabel minimum
yang dapat dipakai adalah 2,5 mm².
8.2. Instalasi
8.2.1. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas
dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
8.2.2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan PUIL.
8.2.3. Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel, diklem dan
disusun rapi.
8.2.4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada kabel
penerangan.
8.2.5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu
kabel untuk terminasinya.
8.2.6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah
pateri.
8.2.7. Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah jalannya
kabel.
8.2.8. Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan kabel
support minimum setiap 50 cm.
8.2.9. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya
harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis
dengan diameter minimum 2 ½ kali penampang kabel.
8.2.10. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan
sleeve dari pipa galvanis dengan diameter minimum 2 ½ kali penampang kabel.
8.2.11. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu rak
kabel.
8.2.12. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit.
8.2.13. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak
terminal uang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan
dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi
minimum 4 cm.
8.2.14. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m
disetiap ujungnya.
8.2.15. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapid an tidak saling menyilang.
8.2.16. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak
penyambungan dan memakai alat penyambung berupa las-dop.
8.3. Pengujian
Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai serifikat lulus uji dari
PLN yang terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah memenuhi persyaratan.
Pengujian dengan Megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi
minimum 50 ohm.
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Umum
Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar – gambar, dimana bahan –
bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi ini.
Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga
sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
1.2. Uraian Pekerjaan Fire Alarm
Sebagai tertera dalam gambar – gambar rencana, pemborong pekerjaan instalasi Fire
Alarm ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam
keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.
Garis besar pekerjaan instalasi Fire Alarm yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian panel kontrol MCFA
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian semua jenis detektor, manual call point,
alarm bell & alarm lamp
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian JBFA & TBFA disetiap lantai
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel – kabel untuk keperluan monitor
dan kontrol
e. Pemasangan dan penyambungan kabel ke kontaktor (relay) pada panel – panel
listrik untuk control panel listrik AC
f. Pemasangan dan penyambungan kabel ke sistem lain yang berhubungan dengan
bahaya kebakaran: Public Address, LVMDP, PABX, dll.
g. Menyerahkan dokumen yang diperlukan antara lain:
System Description & prinsip operasi
Installations & Instruction
Connection Diagram
Testing & Commissioning Documentation
masih dalam kondisi fire alarm sampai dilakukannya sistem reset pada MCFA oleh
operator pertanda keadaan teratasi.
d. Lamp test
e. Fault Signal General
f. Signal for Alarm Condition
g. Signal for "Zone Off"
menggunakan dynabolt. Jarak yang diperkenankan antara tray elektronik dengan tray
listrik minimum 300 mm.
7. KONDUIT
Pipa konduit yang dipakai adalah PVC High Impact dengan diameter dalam minimal 1½
kali diameter kabel
8. KABEL
8.1. Kabel Data
Kabel yang dipakai untuk instalasi modul dan detektor addressable harus dari jenis
Fire Resistance Cable (FRC) dengan ukuran 2x(1x1.5 mm²)
8.2. Kabel Zone
Kabel yang dipakai untuk instalasi detektor konvensional menggunakan tipe NYA
dengan ukuran 2x(1x1.5 mm²) yang dipasang dalam pipa konduit, sedangkan untuk
Manual Call Point harus dari jenis NYA dengan ukuran 2x(1x1.5 mm²)
8.3. Kabel Signal / Kontrol
Kabel yang dipakai untuk sinyal alarm (alarm bell dan alarm lamp) ataupun kontrol
alarm harus dari jenis Fire Resistance Cable (FRC) dengan ukuran 2x(1x1.5 mm²)
8.4. Kabel Power
Kabel yang dipakai untuk sumber daya tegangan modul harus dari jenis Fire
Resistance Cable (FRC) dengan ukuran 2x(1x1.5 mm²)
9. PERSYARATAN INSTALASI
9.1. Peralatan
Detektor harus dipasang pada lokasi yang tertera pada gambar instalasi kecuali
ditentukan lain dan diperlukan kordinasi dengan peralatan dari sistem yang
lain.Manual Call Point dipasang dengan jarak 1.5 meter dari lantai dan lokasinya
berdekatan dengan peralatan fire protection.Pemasangan Alarm Bell dan alarm
Lamp harus simetris secara vertikal dengan MCP dengan jarak masing – masing 2.1
meter dan 2.4 meter dari lantai.Supply listrik untuk peralatan ini dimasukkan dalam
kelompok emergency load dari Genset.
9.2. Kabel
Semua kabel yang melalui shaft elektronik harus dipasang pada kabel tray. Semua
kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan menggunakan
flexible konduit.Isolasi antara urat – urat kabel terhadap tanah minimum 20 M.
- Power supply
- Battery charger
Nohmi, Horinglih
Nohmi, Horinglih
5. TESTING / COMMISIONING
5.1. Setelah pekerjaan Telephone ini diselesaikan, harus dilakukan Testing dan
Comissioning yang disaksikan oleh Manajemen Konstruksi.
5.2. Biaya Testing menjadi beban kontraktor.
6. LAIN-LAIN.
6.1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau
disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Pemborong sehingga
instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Ditempat
pekerjaan, pengawas menempatkan petugas pengawas yang bertugas setiap saat
untuk mengawasi pekerjaan Pemborong, agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau
dilakukan sesuai dengan isi Surat Perjanjian Pemborong, serta dengan cara-cara
yang benar, tepat dan serta cermat.
7. REFERENSI PRODUK
Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai
berikut.Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
No Uraian Merk/Produk
lengkap dengan :
No Uraian Merk/Produk
Monitoring panel
Speaker selector
Blower
Perforated panel & blank panel
Compressor limiter
Rak sentral tata suara, dan
Alat-alat bantu/alat-alat penunjang lainnya untuk kesempurnaan
system operasi tata suara seperti yang diper-syaratkan pabrik
pembuat.
b. Instalasi
Yang termasuk kedalam pekerjaan instalasi meliputi pekerjaan
terminal box tata suara, wiring tata suara lengkap dengan
conduitnya, attenuator serta kelengkapan lainnya yang dibutuh-kan
untuk kesempurnaan kerja sistem tata suara.
c. Kelengkapan (Accessories) Ceiling Speaker
Yang termasuk kedalam pekerjaan ini meliputi ceiling speaker, box
speaker (dalam & luar plafond), dudukan speaker, grille, matching
transformer dan peralatan bantu lainnya untuk kesempurnaan sisten
Tata suara seperti yang dipersyaratkan dalam gambar rancangan dan
persyaratan teknis ini.
d. Test Commissioning
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan test commissioning dengan
tahapan sebagai berikut,
Pengecekan instalasi secara parsial yang terpasang di setiap lantai
dari sub TBT sampai titik instalasi speaker yang berada pada tiap
ruangan untuk tahanan isolasi (merger = 1000 k?) dan fungsi
jaringan sesuai gambar rancangan.
Pengecekan instalasi dari sub TBT ke sub TBT dan dari M-TBT ke
peralatan utama Tata Suara dengan metoda yang sama seperti
tersebut diatas.
2.3. Tidak semua speaker digunakan untuk sarana penunjang ke tiga tujuan seperti
tersebut di atas. Ada speaker hanya untuk tujuan b dan ada speaker untuk tujuan a,
b dan c.
2.4. Untuk ruang-ruang yang dilengkapi dengan speaker untuk tujuan c, di setiap
ruangan disediakan minimal sebuah pengatur tingkat kuat suara (attenuator) untuk
melayani semua speaker yang terpasang di dalam ruang tersebut. Pengatur tingkat
kuat suara ini juga dapat 'menghidupkan'/'mematikan, speaker di ruang
tersebut.Pengaturan tingkat kuat suara dilakukan secara bertingkat dengan
menggu-nakan variable resitance devices.
2.5. Dalam kondisi biasa, Sistem Tata Suara digunakan sebagai back ground music
yang dilayani dari Ruang Kontrol.
2.6. Sistem Tata Suara disusun di dalam rak yang ditempatkan di Ruang Kontrol
seperti ditunjukan dalam gambar rancangan atau atas permintaan Pemberi
Tugas.Kontraktor sudah memperhitungkan kemungkinan kondisi ini tanpa
kemungkinan adanya biaya tambah.
3. KEMAMPUAN OPERASI
3.1. Sistem Tata Suara Public Address
3.1.1. Pemasangan/pengaturan Sistem Tata Suara Public Address System'
sedemikian rupa sehingga mampu dioperasikan
3.1.2. Untuk keperluan paging, messaging dan untuk keperluan tertentu harus
dapat dilakukan secara remote dari ruang kontrol, yaitu :
a. Menghidupkan sistem tata suara jika saat itu sedang dimatikan
b. Menghentikan back ground music yang sedang berlangsung .
c. Menghidupkan speaker yang dimatikan dari pengatur tingkat kuat
suara di setiap ruangan yang dilengkapi dengan sistem tata suara.
d. Mengambil alih fungsi seluruh speaker yang terpasang di dalam
bangunan untuk keperluan paging dan messaging atau emergency call,
walaupun pada saat itu sedang difungsikan sebagai sarana back ground
music.
e. Mengembalikan fungsi sistem tata suara ke keadaan semula, yaitu
sebelum dioperasikan untuk paging dan messaging atau emergency
call.
3.1.3. Untuk paging dan messaging tingkat kuat suara di setiap speaker sama dan
tidak dipengaruhi oleh posisi pengatur tingkat kuat suara yang dipasang
di setiap ruangan. Tingkat kuat suara untuk paging dan messaging dapat
diset secara terpusat dari sentral sistem tata suara.
3.1.4. Nada-nada yang mengawali paging dan messaging serta emergency call
harus mempunyai nada-nada yang cukup spesifik (berbeda dengan sumber
audio lainnya)
3.1.5. Back ground music dapat diprogram untuk cassette deck, atau radio tuner.
4. PERSYARATAN TEKNIS
4.1. Peralatan Sentral Sistem Sound System
4.1.1. Power Amplifier
a. Power Amplifier yang digunakan mempunyai output daya (rms) seperti
yang ditunjukkan di dalam Gambar Perencanaan.
b. Power Amplifier dilengkapi 'relay switching' untuk meng' hidup'kan
speaker (jika dimatikan dari attenuator) dan dapat pula dikontrol secara
remote dari Sentral Sistem Pengindera Kebakaran untuk keperluan
Emergency Call.
c. Fully Microprocessor Power Amplifier mempunyai pengatur tingkat
kuat suara (Volume Control), Indicator Lamp, Over Load dan Short
Circuit Protection, baik pada input power supply maupun beban dan
mempunyai data teknis sebagai berikut :
Distorsi : lebih kecil dari 3% THD pada rating
Poer outputnya.
Load Voltage : 50, 70 & 100 V
Freq. Response : 50 - 14.000 Hz + 3 dB
Power supply : 220V AC, 50 Hz & 24V DC
Ambient Temp. range : 0 - 60 oC, amplifier harus tetap bekerja
normal pada daerah tsb.
4.1.2. Mixer Pre Amplifier
a. Mixer Pre Amplifier ini dilengkapi dengan Filter dan Switching Unit.
penjadwalan.
a. On-Line Help
b. Up to 32 Channels of Audio Recording (Optional)
c. 8/16/24/32 Alarm Inputs and 8/16/24 Relay Outputs
d. Camera View Favorites
e. Instant Playback
f. Quick Menu Option to Turn Relays On/Off
g. Live Audio Over the Network
h. Video Loss Event Start and Recovery Time
i. Video Loss Event Linked to an Alarm
j. Up to 100 Servers in Client Tree
k. Network Bandwidth Throttling
l. Multiple Displays for Live Viewing or Playback While Recording
m. 6X Digital Zoom on Playback
n. Pre-Motion and Pre-Alarm Recording
o. On-Screen PTZ Control with Positioning Device Programming
p. Capability
q. Includes Remote PC, Web, and Handheld Client Software
r. Compression Technology Offering High-Quality and Small File
Sizes
s. Local and Remote Administration, Live, Search, and Playback
t. Viewing
u. Individual Camera Channel Configuration
v. Display of Cameras from Different Sites on One Screen
w. Dynamically Adjustable Frame Rate and Image Quality for Motion
and Alarm Recording and Pre-Alarm Recording
x. Pre-Alarm Recording up to 60 Seconds (up to 15 Minutes with
Optional)
y. Monitor System Changes Using Activity Logs
z. User-Friendly and Highly Intuitive Graphical User Interface
3.5. MECHANICAL
a. Connectors
b. BNC : Video inputs and outputs
c. 6-pin mini-DIN : PS/2 mouse and keyboard
d. DB9 : COM 1
e. DB15 : VGA port
f. RJ-45 : Gigabit Ethernet port (1000BaseT) and
RS-485/RS-422 ports
g. USB : Min. 4 high-speed USB 2.0 ports
h. Audio Connectors : Min. 1 miniature phone jack for audio
output
3.6. LCD MONITOR
a. Screen size : 19” or 20”
b. Type : LCD TFT, Flat
c. LCD Panel Type : 1280 x 1024 pixel
a. CONDUCTOR
Number of Coax :1
RG Type : 6/U
AWG : 18
Stranding : Solid
Sambungan lurus
Semua sistem kabel harus ditandai dengan label yang dibuat dari
stainless steel tipe 316 dengan huruf timbul dan diikat dengan tali
pengikat dari bahan stainless steel atau nilon. Penanda kabel
harus diikatkan pada ujung setiap kabel. Semua kabel kontrol
harus mempunyai identitas yang jelas dan dari tipe permanen.
y. Penomoran kabel harus diperlihatkan dalam shop Drawings.
z. Kabel kontrol harus mempunyai terminasi pada blok terminal di
dalam junction box. Untuk kabel luar instalasi terminalnya dilekukan
dengan menggunakan alat crimping yang layak pakai. Terminal tipe
ring tongue atau locking fork harus digunakan untuk terminasi tipe
sekrup. Untuk tipe pin harus menggunakan terminasi tipe clamp-screw
aa. Bila kabel kontrol atau instrument diterminasi pada peralatan yang
tidak dilengkapi titik terminal, maka blok terminal harus dipasang jika
jumlah titik terminalnya lebih dari empat dalam sebuah junction box.
Bila berjumlah empat atau kurang, terminasi harus dibuat dengan
mengaplikasikan self-insulated crimp type butt splice connectors.
bb. Satu terminasi hanya untuk dua kabel. Untuk sambungan harus
ditambahkan terminal yang baru pada titik yang sama
cc. Untuk kabel daya tidak diperbolehkan menggunakan terminal, kabel
daya harus diinstalasi tersendiri dengan menggunakan tipe crimp,
koneksi ini harus dibuat kedap air dengan menggunakan electrical
rubber tape dan plastic vinyl untuk mencegah uap/lembab masuk ke
dalam konektor.
dd. Bila suatu alat tidak mempunyai sepatu kabel atau terminal, kabel
daya harus diterminasi dengan menggunakan terminal tipe
compression ring tounge. Terminal harus dipasang dengan tipe roda
gigi searah atau hydraulic crimping.
ee. Pembengkokan dan pengukuran harus seragam dan semetris tanpa
memipihkan atau merusak permukaan konduit. Pembengkokan harus
dibuat dengan alat dan perlengkapan standar yang dibuat khusus untuk
A PEKERJAAN CCTV
B Kabel-Kabel
3. PENJELASAN SISTEM
3.1. AIR BERSIH
3.1.1. Untuk memenuhi kebutuhan ini, air disuplai dari sumur dalam (Tidak
termasuk dalam kontrak).
3.1.2. Air dari sumber ditampung ke Roof Tank jenis water torn dan di
distribusikan secara gravitasi ke masing-masing fixture unit.
3.2. AIR BUANGAN
3.2.1. Air buangan mencakup air bekas dan air kotor.
3.2.2. Air bekas adalah air buangan tidak tercemar dari bak cuci tangan,
kamar mandi, dan tempat wudhu.
3.2.3. Air kotor adalah untuk jenis air buangan dari urinal dan water closet.
3.2.4. Pada proyek ini sistem untuk pengelolaan air buangan ini dimana air
bekas dan air kotor disalurkan secara gravitasi dengan pipa menuju
Instalasi Pengolah Air Limbah jenis Biotech yang sudah dilengkapi
dengan Grease Trap, dan selanjutnya setelah diolah dialirkan ke
sumur resapan.
3.3. AIR HUJAN DAN DRAINASE
Air Hujan yang jatuh di atap bangunan disalurkan melalui pipa-pipa tegak
menuju ke dalam saluran air hujan halaman/drainase site secara gravitasi
menuju saluran luar dan dialirkan ke sumur resapan air hasil pengolahan
limbah.
4. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN
Material yang dipakai harus baru serta memenuhi persyaratan teknis dan gambar
rencana. Untuk itu pelaksana harus menyediakan contoh-contoh sebelum
pemasangan guna mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Konsultan Perencana. Material-material yang dipakai meliputi:
4.1. Pipa–pipa
4.3.1. Untuk jaringan air bersih digunakan pipa PVC kelas AW.
4.3.2. Untuk pemipaan utama dari suplai menuju shaft menggunakan pipa
Galvanize Steel Pipe (GSP) Kelas M yang difinish powder coating
dan pipa tegak (riser) menggunakan pipa PVC kelas AW.
4.3.3. Untuk pipa air buangan dan air kotor digunakan pipa PVC kelas D
dengan sambungan solvent cement atau sesuai dengna jenis pipanya.
a. Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel
dengan tepat dan sempurna agar dimungkinkan gerakan-gerakan pemuaian
atau peregangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan
dalam list berikut ini:
b. Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam ukuran,
maka jarak interval yang digunakan harus berdasarkan jarak interval pipa
ukuran terkecil yang ada.
d. Semua pipa dan gantungan, penumpu harus dicat dasar zinchromate dan
pengecatan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
5.1.3. PIPA DALAM TANAH
b. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2,000 mm pada dasar galian
dengan adukan semen. Semua galian pipa harus dilakukan pengurugan serta
pemadatan kembali seperti kondisi semula.
d. Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal 15–30 cm
untuk bagian atas dan bagian bawah pipa dan baru diurug dengan tanah
tanpa batu-batuan atau benda keras lainnya.
e. Pipa yang ditanam pada tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton pada
jarak 2–2.5 m.
sepenuhnya pada fitting, untuk itu harus menggunakan alat press khusus.
Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat pemotong khusus agar
pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.
Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari
pabrik pipa.
d. Sambungan yang mudah dibuka
Sambungan ini digunakan pada alat-alat saniter sebagai berikut :
Antara Lavatory Faucet dan supply Valve.
Pada waste fitting dan siphon. Pada sambungan ini kerapatan
diperoleh dengan adanya packing dan bukan seal threat.
5.1.5. SELUBUNG PIPA
a. Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus konstruksi beton.
b. Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
kelonggaran di luar pipa ataupun isolasi.
c. Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja, untuk
yang kedap air harus digunakan sayap.
d. Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis “flushing
sleeves”.
e. Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan rubber
sealed atau “caulk”.
5.1.6. KATUP LABEL (VALVE TAG)
c. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau
kawat.
5.1.7. PEMBERSIHAN
b. Desinfeksi
Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l
chlor selama 1 jam setelah itu dibilas.
Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan
setelah itu dibilas.
6 PENGUJIAN
7.1. UMUM
7.1.1. Semua biaya dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pengujian disediakan oleh pelaksana Kontraktor.
7.1.2. Kontraktor harus memberitahukan kepada direksi paling lambat 3
(tiga) hari kerja sebelum mulai pelaksanaan pengujian.
7.1.3. Jika masih ada kebocoran atau belum berfungsinya suatu sistem
dengan baik, maka pelaksana harus memperbaiki peralatan tersebut &
mengulangi pengujian lagi.
7.1.4. Alat-alat bantu untuk pengujian antara lain: manometer,
pompa-pompa dan lain-lain, harus dalam keadaan baik dan ditera
secara resmi.
7.2. PIPA DAN JARINGAN PIPA
7.2.1. Untuk pipa air bersih, pengujian dilakukan dengan ketentuan 2 (dua)
kali tekanan kerja selama 8 jam tanpa ada penurunan tekanan uji.
Dalam hal ini tekanan uji saluran air bersih = 12 atm. Selanjutnya
sebelum pipa dan jaringan pipa siap untuk pertama kalinya
dioperasikan, maka pelaksana wajib melakukan “desinfektansi”
terlebih dahulu (dengan desinfektansi yang disetujui). Pada prinsipnya
pengetesan dilakukan dengan cara bagian perbagian atau panjang pipa
max. 100 m.
7.2.2. Untuk pipa air kotor, air buangan dan ventilasi pengujian dilakukan
dengan test rendam dengan air selama 8 jam.
7 TRAINING
8.1. Kontraktor harus memberikan training bagi operator minimal 3 (tiga) orang
yang ditunjuk oleh pemberi tugas, sebelum diterbitkannya surat keterangan
serah terima pekerjaan pertama.
8.2. Materi training teori dan pratek dilakukan sampai dapat mengetahui operasi
dan maintenance.
8 REFERENSI PRODUK
9.1. Peralatan, bahan dan material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi.
Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan
Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan
tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas.
PASAL 2
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN
1. UMUM
1.1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan ini.
1.2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana
bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuan pada spesifikasi ini.
1.3. Kontraktor wajib melengkapi seluruh peralatan-peralatan yang dibutuhkan
sehingga sistem berjalan dan beroperasi dengan baik.
1.4. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut,
sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan
tambahan biaya.
2. FIRE EXTINGUISHER
Fire Extinguisher menggunakan type Dry Chemical Multi Purposes. Untuk Ruang
Genset, Trafo, Server dan Ruang Kontrol menggunakan CO2 kapasitas sesuai
dengan gambar perencanaan
3. REFERENSI PRODUK
Peralatan, bahan dan material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi.
Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan
Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis
dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Referensi produk yang dapat dipakai
adalah sebagai berikut :
No Peralatan Spesifikasi Alternatif Merk/Produk
1 Fire Extinguisher Dry Chemical Portable Yamato/Appron/Gunnebo/
CO2 dilengkapi dengan roda Sparta.
CO2
Pemasangan dan pengadaan unit air cooled yang terdiri atas indoor unit (IU)
dan condensing unit (OU) berikut pemipaan refrigerant dari kedua unit
tersebut. Kapasitas masing-masing unit sebagaimana yang tertera pada
gambar rencana.
3.1.2. Umum
a. Spesifikasi teknik yang diuraikan berikut ini adalah sebagai kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi. Sedangkan ketentuan spesifik dari kemampuan unit
(perfomance) dapat dilihat pada lembar gambar rencana yang melengkapi
dokumen ini.
b. Unit harus dirancang untuk beroperasi tenang, dimana semua peralatan yang
bergerak harus menggunakan unit vibration mounting dan dibalance dengan
teliti untuk menjamin vibration (getaran) yang kecil.
c. Indoor unit harus terdiri dari kompresor, kondensor coil, fan, kontrol,
lengkap dengan pemipaan. Setiap unit harus mempunyai satu atau lebih
kompresor dan masing-masing kompresor mempunyai sirkulasi refrigerant
dan elektrikal sirkuit tersendiri.
d. Spesifikasi Teknis.
Unit memakai refrigerant R-32 atau R-410 atau R-134a
Kapasitas unit berdasarkan kepada :
Udara pendingin kondensor 35ºC
Temperatur ruang 24oC ; 55% ± 5 % RH
Kompresor
Kompresor dari jenis Scroll, dimana motor didinginkan oleh gas dari
sisi suction. Masing-masing kompresor dilengkapi dengan :
1) Star delta starter atau DOL
2) High refrigerant pressure safety cut out (manual reset)
3) Low refrigerant pressure safety cut out (Automaticaly reset)
4) Spring Vibrator isolator
5) Crankcase heater
6) Automatic reversible oil pump
7) Automatic heater untuk pengaturan kelarutan minyak selama shut down
8) Oil pressure cut out (manual reset)
9) Thermal overload, single phasing protection dan external overload relay
10) Sight glass dan oil filter
11) Service valve disisi suction dan discharge untuk setiap kompresor.
Condensing Unit (OU)
Casing dari outdoor unit harus waterproof, galvanized steel yang difinish
memakai baked enamel. Coil harus dibuat dari seamless copper tube
dengan alumunium fin. Tipe Fan dari condensing unit adalah propeller
dengan hubungan langsung dan dilengkapi dengan pelindung /
pengaman.
Indoor Unit (IU)
1) Casing dari indoor unit seluruh permukaan bagian dalam harus
diisolasi dengan bahan fibre glass atau mineral wool tebal 25 mm.
Blower dari indoor fan dari type centrifugal, double inlet atau single
inlet forward curved, multi blade dengan pergerakan langsung atau
tidak langsung memakai belt.
2) Coil harus terbuat dari seamless copper tube lengkap dengan
mekanikal alumunium fin, refrigerant (liquid) line mempunyai
combination moisture indicator dan sight glass, refrigerant filter drier,
dan liquid line solenoid valve. Suatu drain yang cukup dapat
menampung air condensasi pada keadaan minimum.
Filter dan Control
1) Semua unit harus dilengkapi dengan washable alumunium filter tebal
25 mm. Suatu room thermostat yang dilengkapi dengan switch off, fan
speed (low, med, high), cool dan room temperatur setting akan
memfungsikan unit beroperasi.
4. PEREDAM GETARAN
4.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan alat peredam
getaran (Vibration isolation / Eliminator) untuk semua mesin yang bergetar
seperti Indoor unit, Condensing unit.
4.2. Spesifikasi Teknis
4.2.1. Alat peredam getaran ( Vibration Isolator ) ini harus dapat meredam getaran
dengan efisiensi 90 %
4.2.2. Jenis peredam getaran yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan
mesin/unit yang akan diredam getarannya. Peredam getaran yang terpasang
haruslah sesuai dengan persyaratan rekomendasi pabrik pembuat alat/mesin.
Peredam getaran dapat berupa Neoprene Pad. Neoprene Mounts, Spring,
Isolator, Restrain Isolator, Pipe hanger dll.
5. PEKERJAAN PEMIPAAN
5.1. Umum
Seperti apa yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana, jalur-jalur pipa yang
terlihat pada adalah gambar dasar yang menunjukkan route dan ukuran pipa.
Kontraktor wajib menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop drawing)
dan dengan jalur-Jalur instalasi lainnya, diperlukan dan mendapat persetujuan
dari Pengawas Lapangan sebelum dilaksanakan.
5.2. Peralatan
i. Suatu alat pengering refrigerant (filter drier) dengan kapasitas yang cukup
serta “sight glass moisture indicator” harus dipasang pada bagian “liquid
line” setiap pipa terpasang, sight glass harus dilengkapi dengan tutup
pelindung, filter drier harus menurut ARI Standard 710, hendaknya jenis full
flow replacable care.
j. Fitting untuk flare points hendaknya jenis standard SAE forged brass flare
nenurut ARI / Standard 720 dengan unit short shank flare.
k. Strainer hendaknya dipasang dalam jaringan refrigerant sebelum
pemasukkan tiap thermostatic expansion valve.
l. Pipa-pipa yang menembus dinding/plat betton harus memakai sleeve dan
sekitarnya diisi dengan bahan caulking umpamanya compriband atau
building sealant.
m. Pipa sebelum diisolasi harus ditest sampai 12 kg/cm² selama 24 jam.
n. Gantungan pipa sesuai dengan gambar detail, jarak gantungan
pipa/penyangga pipa tidak boleh lebih dari :
sampai ½” : berjarak 1,2 m
diameter ¾“ s/d 1” : berjarak 1,8 m
diameter 1¼“ s/d 2” : berjarak 2,3 m
o. Penggantung pipa pada plat beton memakai Phillips red heat (dyna-bolt).
p. Pipa-pipa yang ditahan lantai, ditunjang pakai clamp atau collar yang
dipasang erat pada pipa dan menumpu pada floor memakai rubber pad.
q. Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan dinding / bagian dari
bangunan pada arah horizontal maupun vertical.
r. Sudut belokan yang diperbolehkan ialah 90º dan 45º pada dasarnya untuk
sudut belokan 90º dan 45º terutama untuk pipa pembuangan digunakan long
radius dan dalam hal kondisi setempat tidak memungkinkan maka
menggunaan short radius harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas
Lapangan dan konsultan perencana.
Sebelum pipa dipasang, supports harus dipasang dulu dalam
keadaan sempurna.
Semua pipa harus bertumpu dengan baik pada supports.
Type dan fitting harus bebas dari tegangan dalam yang
diakibatkan dari bahan yang dipaksakan.
7.6.3. Setiap gantungan pipa yang diisolasi tetapi tanpa memakai metal
jacketing, antara clamp gantungan dan isolasi harus memakai metal
dudukan (saddle) dari BJLS 80 selebar 150 mm dan setengah
lingkaran atau penuh sesuai tipe gantungan yang sisi-sisinya dilipat
agar tidak tajam.
7. PEKERJAAN LISTRIK
8.1. Umum
8.1.1. Seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana, jalur-jalur kabel,
perletakan panel dan motor seperti yang tercantum adalah gambar
dasar yang menunjukkan route, lokasi panel dan perletakan
instrument control. Kontraktor wajib menyesuaikan dengan keadaan
setempat (shop drawing) dan dengan jalur-Jalur instalasi lainnya,
diperlukan dan mendapat persetujuan dari Pengawas
Lapangan/Pengawas Lapangan sebelum dilaksanakan
8.1.2. Kontraktor wajib mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku yang
dikeluarkan oleh :
Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL) 2000
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK)
Dinas Pemadam Kebakaran (DPK)
Lembaga Pengujian Bahan
Dinas Keselamatan Kerja
8.2. Spesifikasi Teknis
8.2.1. Motor Listrik
a. Motor, AC Split Jenis
: induction motor, permanent
split, dengan thermal overload
protector.
3 phase 220/380 V/50 Hz
3 tingkat kecepatan
Insulation class E
b. Motor Fan Motor yang menjadi
c. : satu dengan fan,
jumlah phase tergantung kapasitas
fan.
c. Semua motor listrik yang digunakan untuk proyek ini mempunyai
power factor minimal 0,8. Putaran maksimum 1450 rpm (untuk
motor-motor tersebut di atas). Motor-motor yang digunakan
disini harus sudah memenuhi standard NEMA (Amerika), BS
(Inggris), DIN (Jerman) dan JIS (Jepang)
8.2.2. Panel
a. Semua komponen yang digunakan untuk panel tenaga dan panel-
panel control harus dari merek yang sama dengan yang
digunakan pada instalasi listrik.
b. Panel-panel tenaga harus dibuat dari plat besi setebal 2 mm,
dilengkapi dengankunci panel. Pengecatan dengan cat dasar dan
duco minimal 2 kali. Warna finishing ditentukan kemudian.
c. Panel-panel yang bukan berasal langsung dari produk peralatan
tertentu yaitu panel-panel yang dirakit lokal haruslah berasal dari
pembuat panel khusus, untuk merek komponen yang dipakai.
d. Tiap-tiap panel dan unit mesin harus digrounded. Tahanan
pentanahan harus lebih kecil dari 2 ohm, diukur setelah minimal
tidak hujan 2 (dua) hari.
8.2.3. Panel Starter
a. Star Delta Starter : Bila motor berkapasitas lebih besar atau
sama dengan 7,5 HP
b. Direct on Line : Bila motor berkapasitas dibawah 7,5 HP
c. Panel starter harus dilengkapi dengan pilot lamp green, red, white
untuk ON, OFF, O/L, plat nama untuk peralatan yang dilayani
serta push button ON / OFF dan disconnecting switch bila
memakai remote star stop.
d. Semua komponen yang dipergunakan untuk panel tenaga dan
panel-panel control harus dari merk yang sama yang digunakan
pada instalasi listrik.
e. Panel-panel tenaga harus dibuat dari plat besi setebal 2 mm,
dilengkapi dengan kunci Yale atau setaraf. Pengecatan dengan cat
9. PEKERJAAN LAIN-LAIN
9.1. Semua pondasi beton yang diperlukan untuk mesin-mesin
pendingin, compressor, kipas angin (fan), air curtain, motor-
motor listrik, termasuk dalam pekerjaan kontraktor ac.
9.2. Kontraktor AC harus menyerahkan gambar layout beserta ukuran
pondasi atau ukuran concrete plint pada masing-masing peralatan
sebelum dilaksanakan oleh pihak lain kepada Pengawas
Lapangan untuk diperiksa dan disetujui
9.3. Pondasi peralatan-peralatan lainnya harus mengikuti petunjuk-
petunjuk / pedoman pabrik pembuat peralatan tersebut.
9.4. Kontraktor AC harus menyediakan dam memasang peredam
getaran (vibration eliminators) untuk melindungi bangunan dari
suara berisik dan getaran yang ditimbulkan oleh mesin-mesin
9.5. Kontraktor AC harus menyediakan dan memasang (seperti
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau gambar yang disetujui)
semua dudukan (support) atau penggantung (hanger) untuk
mesin-mesin, alat-alat, pipa kabel dan duct yang diperlukan.
9.6. Untuk menyesuaikan dengan kondisi-kondisi setempat, dudukan-
dudukan atau penggantung-penggantung tersebut harus dibuat
dari konstruksi pipa, profil batang (rod) atau strip sesuai dengan
Gambar Rencana atau gambar kerja yang disetujui. Semua
9.7. support yang menumpu pada lantai harus mempunyai pelat-pelat
(flanges) yang kuat pada titik tumpuannya pada lantai.
9.8. Semua penggantung harus dipasang pada balok atau pada rangka
baja dan harus berkonsultasi dengan Pengawas Lapangan dan
Kontraktor sipil.
9.9. Pembebanan pada balok atau pelat struktur yang ditimbulkan
oleh dudukan-dudukan atau penggantung-penggantung tersebut
hendaknya dijaga agar dapat terbagi merata sehingga tidak
menimbulkan tegangan-tegangan yang tidak wajar.
9.10. Kontraktor AC harus menjamin bahwa instalasi yang dipasang
tidak akan menyebabkan penerusan suara dan getaran (vibration
& noise transmission) ke dalam ruangan-ruangan yang dihuni
yang dalam hal ini dilakukan oleh ahli atau tenaga ahli yang
ditunjuk.
9.11. Kontraktor harus bertanggung jawab atas modifikasi-modifikasi
yang perlu untuk memenuhi syarat tersebut diatas.
10. PEKERJAAN TESTING, ADJUSTING DAN BALANCE
Pelaksanaan Testing, Adjusting dan Balancing (TAB) secara mendasar harus
mengikuti standard atau petunjuk yang berlaku secara umum seperti standard NEBB,
ASHRAE dan SMACNA dengan menggunakan peralatan-peralatan ukur yang
memenuhi untuk pelaksanaan TAB tersebut.
11. REFERENSI PRODUK
Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.
Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan
Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis
dari Pengawas Lapangan.
Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
Alternatif Produk /
No Uraian Spesifikasi Teknis
Merk
1 AC Split Tipe : Wall Mounted, DC - SHARP
Inverter - LG
- DAIKIN
2 Exhaust Fan Type: Wall & Ceilling - KDK
- National Fan Co.
3 Flexible Ducting Poly Urethane (PU 20 mm) TDI
4 Alluminium foil Double sided Fire Retardant - Thermo Foil
- Insfoil
- Harvifoil
5 Isolasi pipa Density 50 – 120 Kg/m³ - Armaflex
- Thermaflex
- K-Flex
- Insuflex
6 Alumunium Tape - Instape
- AB Tape
Alternatif Produk /
No Uraian Spesifikasi Teknis
Merk
- Idenden
7 Pipa Refrigerant Seamless Denji / Inaba / Elgin /
Standard ASTM B280 Kembla
8 Pipa drain PVC kelas AW 10 Kg/cm² - Rucika
- Wavin
- Pralon
9 Grille, diffuser Aluminium anodized profile - Comfort Air
- Primawangi,
- Modul
10 Hanger rod & Galvanized Ex Pabrikan
bracket