Oleh:
H1A013040
Pembimbing:
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
kasusini saya susun dalam rangka memenuhi tugas dalam proses mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum
bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Usia 29 tahun 28 th
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis dengan ibu dan ayah pasien
pada tanggal 07 mei 2019 didukung dengan data dari rekam medis pasien.
e. Ikhtisar Keluarga
f. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien hamil saat berusia 27 tahun. Ini merupakan kehamilan
pertama. Pasien rutin mengecek kehamilan di posyandu. Selama kehamilan
ibu pasien memeriksa sebanyak 7 kali dan USG sebanyak 3 kali. Ibu pasien
mengakui sudah pernah mendapatkan imunisasi TT saat kehamilan.
Riwayat mual dirasakan pada ibu pasien sampai usia kehamilan 5 bulan
tanpa disertai muntah. Ibu pasien juga mengatakan sering mengkonsumsi
rutin tablet Fe dan kalsium selama kehamilan.
Kesimpulan: Riwayat kehamilan cukup baik
g. Riwayat Persalinan
Pasien lahir dari Ibu usia 27 tahun dengan riwayat G1P0A0H0
tunggal/hidup/inrauterine. Pasien lahir secara normal di puskesmas di
puskesmas monta Bima dengan BBL 2900 gr, PBL 49 cm, LK 33 cm. pasien
saat lahir langsung menangis dan tidak biru. Pasien saat itu mendapatkan
Hb0, Vit K dan salep mata. IMD dilakukan satu jam setelah lahir.
Kesimpulan: Riwayat persalinan cukup baik
h. Riwayat Makanan
Sejak lahir pasien diberikan hanya ASI eksklusif dengan frekuensi
sering ( setiap 2 jam), durasi minum ialah 5 – 10 menit pada kedua payudara.
Terkadang pasien muntah ketika sedang diberikan ASI oleh ibu pasien. Saat
di rawat di rumah sakit pasien tetap mendapatkan ASI.
Kesimpulan: Riwayat makan pasien saat ini kurang baik.
j. Riwayat Vaksinasi
HB0 pada usia 1 hari
l. Anamesis Sistem
Thermoregulasi : Demam (+)
Sistem serebrospinal : Kejang (-), penurunan kesadaran (-)
Sistem kardiovaskular : kebiruan (-), edema (-)
Sistem respirasi : Batuk (-), pilek (+), sesak napas (+)
Sistem gastrointestinal : Muntah (-), BAB (+), Diare (+)
Sistem urogenital : BAK (+) warna kuning jernih
Sistem integumentum : Ruam (-), pucat (-)
Sistem muskuloskeletal : Kelemahan otot (+)
Lain-lain :-
o Palpasi
Massa (-)
Pengembangan dada simetris
Krepitasi (-)
o Perkusi
Sonor (+)
o Auskultasi
Cor
Jantung berada di sebelah kiri
Suara jantung S1 tunggal S2 split tak konstan
Suara murmur(-)
Suara gallop (-)
Pulmo
Suara nafas bronkovesikuler (+/+)
Suara tambahan rhonki (-/-)
Suara tambahan wheezing (-/-)
Abdomen
o Inspeksi
Distensi (+)
Massa (-)
o Auskultasi
Bising usus (+)
o Perkusi
Timpani
o Palpasi
Tidak teraba massa
Nyeri tekan (-)
Hepar tidak teraba
Limpa tidak teraba
Ekstremitas
Superior Inferior
Kekuatan +3 +3 +3 +3
Kulit
o Pucat (-)
Urogenital
o Kelamin jelas (laki-laki)
o Anus (+)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium 23 april 2019
b. Planning Terapi
Terapi farmakologis :
Inf D10 ¼ 240 cc/24 jam
Inj ceftriaxone 2 x 120 mg iv
Paracetamol drip 4 x 0,3 cc
Estazor 3 x 25 mg
Aspalys 1 x 0,4 cc
Terapi Non Farmakologis :
ASI perah 12 x 40 cc
Rencana Diet (Fase Rehabilitasi)
Kebutuhan cairan : 384 ml/hari(100 ml/kgBB/hari)
Kebutuhan protein : 5,28 gr/hari (4gr/kgBB/hari)
Kebutuhan kalori : 259,2 kkal/hari(150kkal/kgBB/hari)
Bentuk diet : ASI
Jalur Pemberian : NGT
c. Planning Tindakan
Monitor indeks nutrisi, intake, dan peningkatan berat badan
d. Edukasi
Mengedukasi untuk tetap memenuhi kebutuhan gizi pasien
Mengedukasi keluarga pasien tentang kebersihan
Mengedukasi keluarga tentang pentingnya kepatuhan konsumsi obat
secara teratur serta kontrol kesehatan
Mengedukasi keluarga tentang tujuan dan lama perawatan yang
dibutuhkan
a. Catatan Perkembangan
Tanggal Pemeriksaan
Subjektif Objektif Asessment Planning
Pemeriksaan Penunjang
16/04/2019 Kuning +, KU: lemah Demam febris Cek lab( GGT, alkali
Lab IGD
demam +, Tanda vital: hr 3 fosfatase, kolesterol,
HR: 120 x/m Hb 9,2
riwayat BAB Risk of FTT SGOT/SGPT,
RR: 30 x/m WBC PTT/APTT, UL
dempul 2 hari Kolestatis
yang lalu T: 38,8 C 20190
intrahepatal Inj ceftriaxone 2 x
BB : 2,4 kg PLT 120 mg iv
dd
K/l: anemis (+/+), ikterik (-/-) sianosis (-), mata 187000 Estazor 3 x 25 mg
ekstrahepatal
cowong (-/-) Albumin Apalys drip 1 x 0,4 cc
Tho: Retraksi(-), Simetris (+) Susp PJB
3,6 Paracetamol drip 4 x
C: S1 tunggal S2 split tak konstan, gallop (-),
Bilirubin 0,3 cc
murmur (-) ASI perah 12x 35 ml
total 9,3
P: bronkoves (+/+), rh (-/-), wh (-/-), NGT
Abd: Distensi (-), bising usus (+) Bilirubin
EKS: akral hangat, CRT <2 dtk direk 7,58
HIV
TB
Infeksi berulang
ISK kronik (pyelonephritis)
GERD
Alergi
Insufisiensi pancreas
Karies dentis
Asma
Displasia bronkopulmoner
Fibrosis kistik
Gangguan perkembangan
Sensoris Anosmia
Buta
Hipotiroid
Insufisiensi Adrenal
Kelainan Hipofisis
Defisiensi GH
Sindrom Diensefalik
Penyakit Rematik
Keracunan timbal
Untuk orang tua yang menyusui anaknya, evaluasi pemberian ASI pada bayi
dengan cara memperbaiki manajemen laktasi, selalu pastikan jumlah asupan serta
jadwal pemberian ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Frekuensi pemberian
berkisar 8-12 kali dalam 24 jam dengan lama pemberian minimal 10 menit disetiap
payudara. Atasi masalah ibu dalam pemberian ASI. Kebutuhan ASI pada balita
kurang lebih 1/3 dari total kebutuhan kalori dalam sehari. Makanan pendamping
dapat diberikan pada bayi di atas 6 bulan. Pastikan pemberian makanan cukup,
pemberian makanan pada balita sebaiknya 3 kali makan, 3 kali snack bergizi per
hari, susu sebanyak 480-960 ml/hari. 2,3
Dalam anamnenesis ibu pasien juga mengatakan saat di rumah sakit bayi
terlihat tampak kuning dan didapatkan hasil penunjang laboratorium terjadi
peningkatan bilirubin direk dan total. Hal ini serupa dengan Kolestasis pada bayi
yang didefinisikan sebagai hambatan aliran empedu dan bahan-bahan yang harus
diekskresikan oleh hati, yang menyebabkan terjadinya peningkatan bilirubin direk
dan penumpukan garam empedu. Gangguan dapat terjadi mulai dari membrana
basolateral dari hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke dalam
duodenum. Kolestasis pada bayi biasanya terjadi pada usia tiga bulan pertama
kehidupan. Dalam insidensinya kejadian kolestasis pada bayi masih sangat tinggi
terjadi pada 1:25.000 kelahiran hidup.4
Dalam kasus ini pasien juga dilakukan pemeriksaan imuno – serologi dapat
disimpulkan bahwa pada pemeriksaan didapatkan infeksi TORCH. Sesuai dengan
teori pasien ini disbebkan oleh kolestasis intrahepatic (infeksi virus, gangguan
metabolik, kelainan endokrin, bahan toksik, dan kelainan sistemik). 5,6
Terapi operatif
b. Sulfadiazin
c. Asam Folat
Obat-obatan Suportif Akhir-akhir ini obat yang sering untuk terapi suportif
adalah ursodeoxycholic acid (UDCA). Ursodeoxycholic acid (3α, 7β-dihidroksi-
5β-cholanic acid) merupakan asam empedu yang terbentuk secara alami, secara
normal terdapat pada 1-2% asam empedu manusia. Ursodeoxycholic acid
merupakan asam empedu tersier endogen yang disintesis di hepar dari 7
ketolithicolic acid, yang merupakan hasil produk dari oksigenasi asam
kenodeoksikolat (AKDK) oleh bakteri usus.5,6 Asam Ursodeoksikolat bekerja
dengan cara :
1. Merubah Pool Asam Empedu Pada manusia, asam empedu terutama terdiri dari
38-54% AKDK, 26-39% asam kolat (AK) dan 16-33% asam deoksikolat;
UDCA dan asam litokolat (LK) didapatkan hanya dalam jumlah kecil (0,1-5%).
Kecuali UDCA, semua asam 11 empedu bersifat toksis terhadap hati. Pada
keadaan kolestasis karena terjadi hambatan aliran empedu ke usus, asam
empedu tersebut akan merusak hati yang bila berlangsung lama akan
menyebabkan sirosis hati. Selama pengobatan dengan UDCA terdapat
perubahan komposisi asam empedu yang utama, sementara AKDK, asam
deoksikolat berkurang. Hal ini menyebabkan UDCA memegang peranan
penting dalam pengobatan kolestasis.5,6
Berat badan bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan umumnya
normal sesuai masa kehamilan. Toleransi makan bayi dengan penyakit jantung
bawaan pada awal pemberian makan pada umumnya masih cukup baik, tetapi sesak
dan napas yang cepat membuat anak/bayi kelelahan dan kemudian menyebabkan
bayi menghentikan makannya. Sejumlah mekanisme malnutrisi pada penyakit
jantung bawaan dapat dilihat pada Tabel. 7,8
Table. Mekanisme Malnutrisi pada Anak dengan Penyakit Jantung
Bawaan
Pada pasien PJB tata laksana yang ideal adalah memperbaiki kelainan
struktural jantung yang mendasarinya. Pemberian obat-obatan bertujuan untuk
memperbaiki perubahan hemodinamik, dan harus dipandang sebagai terapi
sementara sebelum tindakan definitif dilaksanakan. Pengobatan gagal jantung
meliputi (1) penatalaksanaan umum yaitu istirahat, posisi setengah duduk,
pemberian oksigen, pemberian cairan dan elektrolit serta koreksi terhadap
gangguan asam basa dan gangguan elektrolit yang ada. Bila pasien menunjukkan
gagal napas, perlu dilakukan ventilasi mekanis (2) pengobatan medikamentosa
dengan menggunakan obat-obatan. Obatobat yang digunakan pada gagal jantung
antara lain (a) obat inotropik seperti digoksin atau obat inotropik lain seperti
dobutamin atau dopamin. Digoksin untuk neonatus misalnya, dipakai dosis 30
µg/kg. Dosis pertama diberikan setengah dosis digitalisasi, yang kedua diberikan 8
jam kemudian sebesar seperempat dosis sedangkan dosis ketiga diberikan 8 jam
berikutnya sebesar seperempat dosis. Dosis rumat diberikan setelah 8-12 jam
pemberian dosis terakhir dengan dosis seperempat dari dosis digitalisasi. Obat
inotropik isoproterenol dengan dosis 0,05-1 µg/kg/ 159 menit diberikan bila
terdapat bradikardia, sedangkan bila terdapat takikardia diberikan dobutamin 5-10
µg/ kg/menit atau dopamin bila laju jantung tidak begitu tinggi dengan dosis 2-5
µg/kg/menit. Digoksin tidak boleh diberikan pada pasien dengan perfusi sistemik
yang buruk dan jika ada penurunan fungsi ginjal, karena akan memperbesar
kemungkinan intoksikasi digitalis. (b) vasodilator, yang biasa dipakai adalah
kaptopril dengan dosis 0,1-0,5 mg/kg/hari terbagi 2-3 kali per oral. Terakhir (c)
diuretik, yang sering digunakan adalah furosemid dengan dosis 1-2 mg/kg/ hari per
oral atau intravena.9
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Telah dilaporkan pasien jenis kelamin perempuan dengan usia 1 bulan 23
hari. Dalam kasus ini didapatkan hasi pemeriksaan tumbuh kembang pasien dengan
Z score BB/U Sangat Rendah, PB/U Stunted, BB/PB Gizi Buruk dan saat follow
up kenaikan berat badan pasien tidak sesuai usia. Menurut teori pasien ini dapat
dikatakan gagal tumbuh kembang, selain itu keluhan juga disertai kuning pada bayi,
saat dilakukan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil yang mendukung bahwa
pasien mengalami kolestasis intrahepatic. Selain itu dalam pemeriksaan
echocardiography didapatkan TR ringan, EF 71% yang dimana dalam teori
penyakit jantung bawaan sangat terkait dengan penyakit jantung bawaan.
DAFTAR PUSTAKA