Anda di halaman 1dari 15

RUMKIT TK.II 03.05.

01 DUSTIRA
KOMITE PPI

BUKU PANDUAN

PROSES STERILISASI BARANG SINGLE USE

DI RUMKIT TK.II 03.05.01 DUSTIRA

TAHUN 2017

RUMKIT TK.II 03.05.01 DUSTIRA


JL. DR. DUSTIRA NO.1
CIMAHI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan rahmatnya,

Buku panduan Proses Sterilisasi Barang single-use di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira dapat di
selesaikan. Dalam beberapa tahun terakhir,kemajuan yang pesat dalam desain,produksi dan
penggunaan Alat kesehatan telah memberikan manfaat besar selama proses operasi dan perawatan.
Namun, Beberapa isu tentang kepentingan keselamatan,etika dan legalitas timbul saat terjadi
penggunaan Ulang dari alat yang di produksi untuk sekali pakai.

Penggunaan alat single-use yang seharusnya sekali pakai,di lakukan proses sterilisasi sampai
menjadi Alat steril yang siap di pakai kembali. Proses sterilisasi barang single –use di Rumah Sakit
di lakukan Dengan berbagai alasan antara lain harga alat mahal,keterbatasan dana dan lain
sebagainya.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut ,panduan untuk proses ulang barang single-use
di rasa sangat penting di buat agar setiap proses di mulai dari mengumpulkan barang kotor,

Pre-cleaning dan cleaning sampai proses steril harus mengikuti aturan yang sesuai dengan standar
Sehingga semua petugas pelaksana mempunyai pemahaman yang sama, Sebagai salah satu
pemecahan masalah dari temuan ronde Managemen,temuan surveyor bimbingan

Akreditasi KARS,temuan Komite pencegahan dan pengendalian infeksi (PPIRS) dan sekaligus
menjawab.

Pertanyaan –pertanyaan dari petugas unit kerja yang melakukan proses pencucian dan
pengemasan barang single -use maka pimpinan rumah sakit mengadakan rapat koordinasi yang di
pimpin oleh Kepala Instalasi Kamar Bedah dan CSSD Direktur Penunjang medik pada tanggal
5/5/2017 rapat memutuskan harus ada kebijakan tentang proses sterilisasi barang single –use yang
daftarnya di susun oleh Kepala Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD).

Buku panduan proses sterilisasi barang single use sebagai lampiran dari surat keputusan
,sangat di perlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan proses sterilisasi barang single-use yang
sesuai dengan standar keselamatan pasien di Rumah Sakit.
Menyadari bahwa dalam penyusunan buku Panduan proses sterlisasi Barang single Use
masih jauh dari sempurna, diharapakan saran dan kritik dari Pimpinan, Konsultan KARS, Ketua
Komite PPIRS dan semua pihak yang terkait sebagai penyempurnaan buku panduan ini dikemudian
hari.

Pada kesempatan yang baik ini kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah membantu terbitnya buku panduan ini harapan kami agar buku ini dapat
dipergunakan sebagai panduan dalam melaksukan proses sterilisasi barang single use.

Cimahi, Januari 2017

Ketua Komite PPI RS Dustira

dr. Sandi Lesmana L.L, Sp.S


Letnan Kolonel Ckm NRP:1910012470362
BUKU PANDUAN

PROSES STERILISASI BARANG SINGLE USE

DI RUMKIT TK.II 03.05.01 DUSTIRA TAHUN 2017

BUKU PANDUAN

PROSES STERILISASI BARANG SINGLE USE

DI RUMKIT TK.II 03.05.01 DUSTIRA TAHUN 2017

BUKU PANDUAN

PROSES STERILISASI BARANG SINGLE USE

DI RUMKIT TK.II 03.05.01 DUSTIRA TAHUN 2017

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Barang single-use Adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk segala macam
komponen,suku cadang, aksesoris yang ditujukan untuk sekali pakai dalam diagnosis atau theraphy
medis pada manusia yang dikelompokan kedalam peralatan kritis yang harus disediakan dalam
keadaan steril atau yang harus disediakan setelah diproses dengan desifeksi tingkat tinggi ( DTT ).
Penggunaan barang single-use yang seharusnya sekali pakai sering dilakukan proses ulang sampai
menjadi barang steril di rumah sakit. Proses sterilisasi barang single-use di rumah sakit dilakukan
dengan berbagai alasan antara lain, mahalnya harga barang, keterbatasan dana dan susahnnya
mendapatkan barang pengganti.Karena barang-barang tersebut diproduksi dan disiapka untuk sekali
pakai ( single-use ) maka proses ulang pakai ( Re-use ) kemungkinan akan menimbulkan beberapa
masalah baik terhadap pasien atau pun terhadap petugas rumah sakit yang tentunnya berdampak
pada penurunan mutu pelayanan rumah sakit. Oleh sebab itu agar permasalahan yang mungkin
terjadi akibat proses sterilisasi ulang barang single use dapat dihindarkan maka perlu
dipertimbangkan beberapa factor seperti pertimbangan tehnis, pertimbangan khlinis, keamanan
personil, etika, medico legal dan cost effectif.
Memperhatikan dan mempertimbangkan permasalahan tersebut diatas yang terkait dengan proses,
sterilisasi barang single-use maka diadakan rapat koordinasi di bawah pimpinan direktur utama dan
tim yang terkait, hasil pertemuan memutuskan dan menugaskan kepada kepala instalansi CSSD
untuk membuat draff surat keputusan tentang kebijakan barang single-use.

Sebagai tindak lanjut dari hasil pertemuan maka intalasi CSSD melakukan beberapa kali,
melakukan koordinasi dengan komite mutu/PPIRS, serta unit kerja yang menggunakan barang
single-use di prose re-use. Selanjutnnya akan dibuat panduan proses sterilisasi barang single-use
dan membuat dfraff surat keputusan, kebijakan pemberlakuan panduan prosess sterilisasi barang
single-use sebagai pengganti surat keputusan kebijakan barang single use.

TUJUAN

Tujuan Umum

Sebagai panduan untuk penyelenggaraan proses sterilisasi barang single use di lingkungan Rumah
Sakit TK.II 03.05.01 Dustira

Tujuan Khusus

 Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan pertimbangan tehniks


seperti ruangan kerja, fasilitas dan sumberdaya manusia.

 Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan pertimbangan khliniks (


Patien safety ).

 Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan pertimbangan Etika dan
medico legal.

 Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan pertimbangan cost


effectivenes.

 Memahami proses sterilisasi barang single use sesuai dengan aturan spesifikasi dari setiap
barang yang akan diproses.

RUANG LINGKUP

Sistem pelayanan

a. Sentralisasi : Departemen Kamar Bedah dan CSSD

b. Desentralisasi : CSS
Lingkup kegiatan pelayanan

a. Unit kerja yang melakukan proses Re-use barang single use adalah :

UNIT YANG
MENGGUNAKAN UNIT YANG TIDAK
UNIT KERJA
ALAT SINGEL-USE MENGGUNAKAN ALAT
YANG DIPROSES RE- SINGEL-USE YANG
No USE DIPROSES RE-USE
1 INSTALANSI RAWAT INAP
2 Abednego 
3 Beria 
4 Clement 
5 Debora 
6 Filipus 
7 Gideon 
8 Hana 
9 Jokebed 
10 Lukas 
11 Magdalena 
12 Nazaret 
13 Obaja 
14 Petra 
15 HCU 
16 ICU 
17 Cath Lab 
18 NICU 
19 PICU 
20 Kebidanan Lt. 4 
21 Alkema lt 5 
22 Alkema lt 6 
23 Alkema lt 7 
24 KAMAR BEDAH 
INSTALANSI RAWAT
25 JALAN DIAGNOSTIK (
SPECIALIS )
26 PD BEDAH 
27 PD MATA 
28 PD KANDUNGAN 
29 PD KULIT 
30 PD PARU 
31 PD THT 
32 PD GIGI 
33 PD ANAK 
INSTALANSI RAWAT
34
JALAN ( MEDIK )
35 PM BEDAH 
36 PM MATA 
37 PM KANDUNGAN 
38 PM KULIT 
39 PM PARU 
40 PM THT 
41 PM GIGI 
42 PM ANAK 
43 WOUND CARE 
44 HOME CARE 
45 IGD 
46 HEMODIALISE 
47 ENDOSKOPI 

b. Proses Desinfesi tingkat tinggi


c. Proses sterilisasi dilakukan di sterilisasi sentarl ( CSSD )

DASAR HUKUM
Undang-undang nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Keputusan menteri kesehatan R.I Nomer 382/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret 2007 tentang pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.

Pedoman instalasi Pusat Sterilisasi ( Central Steril Supply Departemen/CSSD) di Rumah Sakit, Departement
Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2009.

SK Kepala Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira No. 02/I/20017 tentang struktur Organisasi Komite PPI
Rumkit TK.II 03.05.01 Dustira
BAB II
KETENTUAN UMUM
A. PENGERTIAN
1. Barang single-use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk segala macam
komponen, suku cadang, asessoris yang ditunjukan untuk sekali pakai dalam diagnosis atau
terapi medis pada manusia yang dikelompokkan kedalam peralatan kritis yang harus
disediakan dalam keadaan steril atau harus disediakan setelah diproses dengan desinfeksi
tingkat tinggi ( DTT ).
2. Barang steril sekali pakai yang dapat dipakai ulang harus melalui proses mulai dari Pre-cleaning
dan cleaning sampai proses bebas dari mikroorganisme dengan cara Desifeksi Tingkat Tinggi (
DTT) atau sterilisasi dengan mesin sterilisator.
3. Prabilas ( Pre-Cleaning ) adalah proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani
oleh petugas sebelum dibersihkan, mengurangi jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi, mengativasi virus HBV, HCV, HIV.
4. Pembersihan ( Cleaning ) adalah proses secara fisik membuat semua kotoran dan sejumlah
mikroorganisme dari alat kesehatan untuk mengurangi resiko bagi petugas selanjutnya.
5. Desifeksi Tingkat Tinggi ( DTT) adalah suatu proses yang dilakukan terhadap peralatan medis
golongan semi kritikal dengan menggunakan desifektan untuk membunuh semua bentuk
mikroorganisme kecuali endospora.
6. Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap peralatan medis golongan kritikal
dengan menggunakan mesin sterilisator baik suhu tinggi maupun suhu rendah untuk mebunuh
semua bentuk mikroorganisme termasuk endospora.

B. FAKTOR PERTIMBANGAN
1. Pertimbangan teknis
a. Sarana Rumah Sakit
Rumah sakit harus mempunyai sarana fasilitas yang sesuai dengan sfesifikasi dan kapasitas
untuk melakukan proses sterilisasi barang single-use, sudah tersentralisasi, proses sterilisasi
dibawah pengawasan instalansi sterilisasi sentral ( CSSD ) dan sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional yang telah ditetapkan.
- Ruangan
 Area Pre-Cleaning dan Cleaning barang Singel-Use Kotor
 Area Pengemasan barang single-use bersih
 Area penyimpanan barang steril
- Pearlatan :
 Proses Pre-cleaning dan cleaning :
 Washer Disinfector
 Lemari pengering
 Spray Gun
 Proses Pengemasan :
 Mesin sealing
 Mesin labeler
 Proses Sterilisasi :
 Mesin Sterilisator suhu tinggi ( Autoclave atau Dry Heat )
 Mesin sterilisator suhu rendah (Ethylene Oksida )
 Penyimpanan :
 Rak atau lemari penyimpanan yang memenuhi syarat
- Bahan Desifektan
Standar pemakaian desinfektan di Rumah Sakit terutama yang berkaitan dengan :
 Jenis Desinfektan
 Konsentrasi
 Aturan penggunaan
Pemakaian desifektan harus memenuhi standar karena beberapa desinfektan
mempunyai kelemahan anatara lain :
 Mengakibatkan peralataran korosif dan rusak
 Mengakibatkan karsinogen, toksik dan iritasi
 Tidak mempunnyai kemampuan membersihkan
- Bahan pengemas
 Sesuai dengan metode sterilisasi yang dipakai
 Dapat menahan mikroorganisme
 Kuat dan tahan lama
 Mudah digunakan dan tidak beracun
 Aman dan mudah dibuka
 Mampu menahan segel dengan baik
b. Sumber daya manusia Rumah Sakit
Rumah sakit harus mempunnyai Sumber Daya manusia yang terampil dan kompeten dalam
bidang sterilisasi baik yang bertugas di CSSD maupun yang bertugas melakukan proses pre-
cleaning dan cleaning di unit kerja. Kalau sumber daya manusiannya tidak kompeten sudah
bisa diperkirakan akan timbul masalah-masalah tehnis karena barang diproses oleh orang
yang tidak mempunyai pengetahuan, kompetensi dan keterampilan dibidang sterilisasi.
c. Disain/jenis barang
Perlu dipahami juga apakah barang single-use tersebut mudah dibersihkan atau tidak,
barang-barang yang mempunnyai disain yang kecil dan rumit misalnnya kateteter
mempunyai lumen yang kecil panjang dan sangat sulit dibersihkan, dengan demikian besar
kemungkinan masih ada sisa bahan –bahan organic maupun bakteri pada barang tersebut.
Tentu bila proses dekontaminasi tidak sempurna maka dapat dipastikan bahwa proses
sterilisasi tidak akan sempurna maka dapat dipastikan bahwa proses strerilisasi tidak akan
sempurna sehingga tidak bisa dijamin mutu sterilitas barang single-use tersebut.

d. Kerusakan struktur barang


Kemampuan barang untuk melewati proses pre-cleaning, cleaning dan sterilisasi tanpa
adanya kerusakan pada struktur barang tersebut, kerusakan pada struktur barang dapat
merugikan atau bahkan membahayakan pasien.
Kalau barang tersebut cukup kuat, sampai beberapa kali barang tersebut dapat diproses
kembali. Kerusakan struktur pada barang mengakibatkan barang menjadi rapuh, mudah
patah dan sobek atau berubah bentuk.
e. Rekomendasi dari pabrik asal barang single-use
Pabrik pembuat barang tersebut mendukung dan merekomendasikan untuk dilakukan
proses pemakaian ulang atau difungksikan menjadi re-use.
2. Pertimbangan klinik
- Keamanan pasien/Patient Safety
 Perlu dipastikan tidak terdapat sisa kotoran atau bahan toksik pada barang single-
use yang akan dilakukan proses re-use.
 Bila terjadi kerusakan struktur, perlu dipastikan tidak akan berakibat buruk pada
pasien.
3. Pertimbangan keamanan personil
Proses ulang barang-barang tersebut dapat menimbulkan bahaya pada personil rumah sakit,
misalnnya:
 Bahaya penularan penyakit, seperti hepatitis, HIV-AIDS, thypus dan lain sebagainya
 Bahaya penyakit kulit seperti gatal-gatal, kelainan kulit dan lain-lain.
4. Pertimbangan etika dan medico legal
Bila hasil penggunaan barang single-use yang diproses ulang tersebut ternyata tidak seperti
yang diharapkan oleh penderita maupun penggunanya, perlu dipastikan siapa yang
bertanggungjawab dan tindak lanjutnya. Apakah tanggung jawab dibebankan kepada :
- Kepala Instalansi CSSD
- Kepala unit kerja
- Dokter yang merawat pasien
- Perawat yang memakaikan kepada pasien
- Pimpinan Rumah Sakit
5. Pertimbangan cost effective
Proses penanganan barang single-use kotor menjadi barang steril membutuhkan biaya-biaya
yang terkait dengan :
- Tenaga kerja ( Sumber Daya Manusia )
- Sumber Daya ( energy listrik, air, uap )
- Bahan pembersih/desinfektan
- Bahan pengemas dan bahan medis habis pakai lainnya
- Pemeliharaan peralatan sterilisasi
- Fasilitas penyimpanan dan distribusi barang steril
- Pengawasan proses sterilisasi dan sebagainnya
Perlu dipastikan biaya-biaya yang terkait dengan komponen diatas sebanding dengan harga
barang single-use tersebut dan segala resiko yang harus dihadapi.
BAB III
SINGEL-USE DIPROSES RE-USE

A. TUJUAN PROSES STERILISASI BARANG SINGEL-USE


1. Menurunkan biaya Rumah sakit dalam penyediaan alat kesehatan
2. Memelihara efektifitas dan mutu alat kesehatan steril
3. Mengurangi resiko Healthcare Assiciated Infections ( HAIs )
4. Meningkatkan masa pakai alat kesehatan
5. Menjamin keamanan dan stabilitas alat kesehatan
6. Menjamin mutu pelayanan sterilitasi
7. Menjamin keselamatan pasien
B. PERSYARATAN BARANG SINGEL-USE BISA DI RE-USE
1. Instrumen single-use yang di re-use adalah instrument dengan harga yang mahal
2. Terdapat literature atau bukti yang menyatakan bahwa barang single-use dapat di re-use
3. Staf yang berhak menyatakan bahwa instrument baik dan dapat dilakukan proses re-use adalah
dokter terkhir yang menggunakan alat.
4. Instrument single-use yang di re-use harus ditandai dengan kode warna sesuai aturan.
5. Penandaan warna dilakukan setelah proses pre-cleaning oleh penanggung jawab alat di unit
kerja masing-masing.
6. Penandaan yang dimaksud terbuat dari bahan karet atau solatip sesuai kode warna yang sudah
di tetapkan.
7. Proses untuk pre-cleaning, cleaning dan sterilisasi harus sesuai dengan spesifikasi masing-
masing alat.
8. Harus ada prosedur tertulis ( Standar Prosedur Operasional ) tentang pembersihan dan
sterilisasi barang single-use.
9. Reprocessing alat yang terkontaminasi harus dilakuakn pada area yang dirancang dan
digunakan khusus untuk proses pre-cleaning/cleaning dengan syarat:
a. Ruangan harus terpisah dari ruangan lain
b. Ventilasi harus dapat mengeliminasikan zat toksik
c. Pembersihan manual mempertimbangkan bahan pembersih dengan busa yang sedikit ,ph
netral,formula enzimatik untuk seluruh komponen biologis seperti darah
,lemak,karbohidrat serat,dll.
d. Dibawah langsung ke tempat pembersihan dengan kontainer yang tertutup dan mudah di
bersihkan.

C. TAHAPAN PROSES STERILISASI BARANG SINGLE-USE


Dikelompokkan berdasarkan penggunaan barang medik apakah golongan semikritikan atau
golongan kritikal.
1. Golongan semi kritikal,tahapan proses barang single –use :
a. Pre-cleaning.
b. Cleaning.
c. Desinfeksi tingkat tinggi.
d. Pengemasan .
e. Penandaan.
f. Penyimpanan.
2. Golongan kritikal,tahapan proses barang single-use
a. Pre-cleaning.
b. Cleaning.
c. Pengemasan .
d. Penandaan .
e. Sterilisasi.
f. Penyimpanan.

D. PROSEDUR PROSES STERILISASI BARANG SINGLE-USE


1. Unit kerja
a. Perawat penanggung jawab Alat mengisi “ kartu persetujuan proses sterilisasi barang
single-use.
b. Dokter terakhir yang menggunakan alat menandatangani persetujuan re-use.
c. Perawat penanggung jawab alat
- Mengelompokkan alat berdasarkan proses re-use
- Menyerahkan alat yang akan di re-use ke bagian pre-cleaning bersamaan dengan kartu
persetujuan proses sterilisasi.
d. Petugas pre-cleaning
- Menerimaan alat dari perawat
- Melakukan proses pre-cleaning
- Memasangkan kode warna re-use pada alat
No Kode Warna Proses
1 Hijau Re-Use 1 kali ( R-1)
2 Biru Re-Use 2 kali ( R-1)
3 Kuning Re-Use 3 kali ( R-1)
4 Merah Re-Use 4 kali ( R-1)
5 Hitam Re-Use 5 kali ( R-1)
6 Merah Muda Re-Use 6 kali ( R-1)
7 Ungu Re-Use 7 kali ( R-1)
8 Putih Re-Use 8 kali ( R-1)
9 Orange Re-Use 9 kali ( R-1)

- Memasukkan alat ke dalam container trolley barang kotor


- Mengisi formulir permintaan sterilisasi rangkap 3 (tiga)
- Mengirim barang bersih ke Instalasi Kamar Bedah & CSSD dengan membawa kartu
persetujuan proses sterilisasi barang single-use dan formulir permintaan sterilisasi.
2. Instalasi Kamar Bedah dan CSSD
a. Petugas Loket
- Menerima kartu persetujuan proses sterilisasi barang single-use dan formulir
permintaan sterilisasi yang sudah di isi.
- Kode warna dan jumlah re-use dari setiap item barang single –use sesuai kartu
persetujuan proses sterilisasi barang single-use di tulis di formulir permintaan sterilisasi
pada kolom keterangan.
- Formulir permintaan sterilisasi yang sudah di isi,dibagi menjadi :
 Lembar ke 1 (asli) untuk distribusi barang steril
 Lembar ke 2 untuk unit kerja
 Lembar ke 3 untuk proses sterilisasi
- Menyerahkan formulir lembar ke 2 (dua) kepada petugas unit kerja
b. Petugas cleaning
- Melakukan proses cleaning berdasarkan kelompok barang yang di re-use
c. Petugas pengemasan dan penandaan
- Melakukan uji kelayakan alat sesuai dengan instruksi kerja
- Mengemas barang yang sudah bersih dari hasil proses cleaning dengan bahan
pengemas sesuai dengan instruksi kerja
- Memberi dan menempelkan kertas labeling sesuai dengan instruksi kerja di tambahkan
sebagai berikut :
 Warna gelang dari barang single-use
 Tanggal proses sterilisasi
 Tanggal expired date
d. Petugas sterilisasi
- Melakukan proses steril dengan metode sterilisasi suhu rendah (etilen oksida) atau
sterilisasi suhu tinggi (steam)
- Mengirim barang steril ke ruangan penyimpanan barang steril
e. Petugas penyimpanan dan distribusi barang steril
- Melakukan uji visual
- Membubuhkan paraf pada kartu persetujuan proses sterilisasi barang single-use
sebagai tanda persetujuan bahwa alat memenuhi syarat
- Melakukan penyimpanan pada rak-rak
- Mendistribusikan barang steril ke unit kerja
3. Distribusian
a. Petugas unit kerja
- Mengambil alat yang telah selesai proses sterilisasi di loket pendistribusian
- Melakukan pemeriksaan bersama dengan petugas pendistribusian barang steril
- Menanda tangani formulir permintaan sterilisasi
- Memcatat semua data tambahan pada formulir
- Membawa alat steril ke unit kerja
b. Penanggung jawab barang steril
- Menyimpan alat steril pada ruang penyimpanan barang steril
- Menempelkan kartu persetujuan proses sterilisasi barang single-use bersamaan dengan
alat
c. Dokter
- Memeriksa kelayakan barang single-use sebelum tindakan
- Menginstruksikan pemakaian barang single-use steril untuk pasien sesuai dengan
tindakan medik
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. MONITORING
1. Monitoring secara umum dilakukan dengan cara monitoring yang tercantum dalam
pedoman layanan sterilisasi
2. Monitoring khusus terhadap alat single-use yang di lakukan proses sterilisasi ulang
menjadi tanggung jawab utma dokter yang menggunakan.
3. Dengan pertimbangkan keselamatan pasien instalasi Kamar Bedah & CSSD mempunyai
wewenang untuk merekomendasikan tidak layaknya alat single-use tertentu di proses
re-use kepada bagian /instalasi /unit terkait.
4. Monitoring dan evaluasi di lakukan oleh instalasi Kamar Bedah & CSSD dan komite
pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Dustira ( PPIRS )
5. Monitoring dan evaluasi kejadian infeksi daerah operasi ( IDO ) pada pengguna alat
single use yang di proses re use harus jadi perhatian apakah infeksi di sebabkan oleh
alat single use yang tidak steril.
6. Melakukan uji mikrobiologi secara random terhadap hasil sterilisasi alat single use yang
di proses re-use setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh Instalansi Kamar Bedah & CSSD.

B. EVALUASI
1. Evaluasi mutu sterilitas secara berkala menjadi tanggung jawab unit kerja terkait
bekerja sama dengan instalasi Kamar Bedah & CSSD
2. Evaluasi secara umum sesuai dengan cara evaluasi yang tercantum dalam pedoman
layanan sterilisasi.
3. Evaluasi terhadap kinerja alat dan sarana selain di lakukan oleh unit kerja terkait dan
instalasi Kamar Bedah & CSSD juga menjadi tanggung jawab komite pencegahan dan
pengendalian infeksi Rumah Sakit.
4. Evaluasi kualitas alat dengan melakukan uji mikrobiologi 3 (tiga) bulan sekali.
5. Pemantaun pasien yang menggunakan alat single use di re-use melalui surveilens
infeksi daerah operasi ( IDO ) dilakukan oleh IPCN link Unit Kerja berkoordinasi dengan
Komite PPI RS Dustira.
BAB V
PENUTUP
Proses sterilisasi ulang single use menjadi penting karena di tinjau dari banyak aspek cara ini bukan hal yang
di anjurkan ,untuk menjamin bahwa barang single-use yang diproses sehingga bias di re-use harus
mempunyai beberapa ketentuan :

1. Pasien atau keluarga pasien setidaknya di beritahu bahwa alat yang mereka gunakan merupakan
alat single-use yang dip roses untuk re-use.
2. Penetapan jumlah re-use harus berpedoman kepada literature,jurnal resmi atau bukti pemakaian di
lapangan .
3. Dokter yang terakhir menggunakan aklat single –use berkewajiban menetapkan apakah alat bisa di
re-use atau tidak.
4. Setiap alat single –use yang di re-use di beri tanda sesuai dengan kode warna,penandaan di
lakukan oleh penanggung jawab alat di unit kerja.
5. Secara umum proses sterilisasi sesuai dengan pedoman layanan sterilisasi.

Pada akhirnya perlu di sampaikan bahwa barang single-use adalah barang yang tidak boleh di pergunakan
berulang,kalau pun dengan alasan penghematan biaya maka proses yang di mulai dari persetujuan re-use
sampai barang menjadi steril kembali harus melalui pengawasan yang ekstra ketat oleh segenap personil
yang terlibat dalam proses ini agar keselamatan pasien benar-benar di pastikan bias terjaga.

Cimahi, Januari 2017

Ketua Komite PPI RS Dustira

dr. Sandi Lesmana L.L, Sp.S


Letnan Kolonel Ckm NRP:1910012470362

Anda mungkin juga menyukai