Anda di halaman 1dari 29

19056718710014

DEVI WINDA SARI, S.Pd

TUGAS AKHIR MODUL 4 PROFESIONAL

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran
partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 1000 nm), sehingga mengalami efek Tyndall.
Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau
gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Misalnya,
sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa
(suspensi). Koloid dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, sabun serta
awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma
dalam sel juga merupakan sistem koloid. Dalam kenyataannya, banyak produk industri
yang diperlukan dalam kehidupan sekarang ini berupa koloid, baik sebagai bahan
makanan, bahan bangunan, maupun produk-produk lain. Mengapa sistem koloid
digunakan dalam produk industri? Salah satu ciri khas koloid, yaitu partikel padat dari
suatu zat dapat tersuspensi dalam zat lain, terutama dalam bentuk cairan. Hal ini
merupakan dasar dari berbagai hasil industri yang dibutuhkan manusia.

Tugas Saudara adalah membuat resume beberapa koloid: cat, keju, sampo dan sabun
yang berisi tentang karakteristik masing-masing koloid, bahan-bahan yang digunakan,
proses pembuatan dan jika mungkin cara kerja dari koloid tersebut apabila
dipergunakan. Sebagai contoh, sampo bekerja tidak hanya membersihkan rambut
maupun kulit kepala namun juga dapat memperbaiki penampilan rambut agar mudah
disisir dan kelihatan mengembang.

1
1. Cat
Cat merupakan salah satu contoh aplikasi penggunaan koloid di kehidupan. Cat
dikatakan sebagai koloid karena prosesnya yaitu pembentukan sol cat. Untuk proses ini
di dalam kaleng terdapat zat pewarna utama yang berbentuk bubuk. Yang akan
mengental setelah tercampur dengan cairan base. Base bisa berupa air, minyak, latex,
alcohol atau lainnya. Komposisi base dan pewarna sendiri berbeda untuk tiap merek
cat. Untuk mencampurkan antara base dengan pewarna, mengaduknya-ngaduk cat
tersebut hingga homogen. Fase ini bisa dikatakan fase sol, karena pigmen pewarna
yang bentuknya padat terdispersi pada fase medium cair
Cat merupakan bahan yang digunakan untuk melindungi dan menambahkan
warna pada permukaan objek dengan melapisinya menggunakan lapisan berpigmen.
Pada dasarnya pembuatan cat menggunakan teknologi yang berkaitan dengan
teknologi kimia organik dan kimia polimer. Prosesnya dengan memanfaatkan kimia
antar permukaan, kimia koloid, elektrokimia dan petrokimia.
Cat didefinisikan sebagai tebaran koloid dari pigmen dalam sarana (resin dan
pelarut). Dengan demikian properti cat sangat tergantung pada ukuran partikel dan
permukaan pigmen. Tebaran pigmen adalah proses untuk membasahi dan melepas
partikel utama pigmen dan menebarkannya ke dalam sarana secara merata. Untuk
menghindari koagulasi dan menjaga agar kondisi tetap stabil, yang sangat penting
adalah kontrol yang didasarkan atas kimia koloid dan kimia antar permukaan. Berbagai
properti cat, seperti fluiditas, kehalusan, kilap, kekuatan menyembunyikan dan stabilitas
penyimpanan sangat dipengaruhi oleh penebaran pigmen ini.
A. Bahan-Bahan Penyusun Cat
1) Resin Atau Binder
Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat. Resin berfungsi
merekatkan komponen-komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan
pada permukaan suatu bahan (membentuk film). Resin pada dasarnya adalah
polymer dimana pada temperatur ruang bentuknya cair, bersifat lengket dan
kental. Ada banyak jenis resin, seperti: Natural Oil, Alkyd, Nitro Cellulose,
Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane, Silicone, Fluorocarbon,
Venyl, Cellolosic, dll.

2
Resin dibagi berdasarkan mekanisme mengering atau mengerasnya
(pembentukan film), yaitu :
a. Penguapan Solvent (Lacquer dan Duco)
Mengering atau mengerasnya resin terjadi karena penguapan solvent yang
ada. Bahan yang padat akan tertinggal dan menempel merata pada seluruh
permukaan bahan yang dicat. Selama solventnya masih ada maka resin ini
belum mengeras. Untuk mempercepat proses menguapnya solvent,
biasanya dibantu dengan pemanasan. Resin jenis ini secara alamiah
polymer-nya sudah cukup besar sehingga film yang terbentuk sekalipun tidak
terjadi reaksi kimia sudah cukup kuat dan padat. Kecepatan mongering,
kualitas rata dan kilap dari permukaan film sangat dipengaruhi oleh pemilihan
jenis dan komposisi solventnya. Contoh resin jenis ini adalah Nitro Cellulosa
(NC), Cellolose Acetate Butyrate (CAB), Chlorinated Rubber, Acrylic Co-
polymer, dll
b. Reaksi dengan Udara (Varnish dan Syntetic Enamel)
Mengering atau mengeras karena ada reaksi kimia antara komponen udara
(oksigen atau air) dengan resin tersebut membentuk molekul-molekul baru
yang lebih besar dan saling berikatan satu sama lain. Resin Alkyd atau
Natural Oil (atau kombinasi keduanya) mempunyai ikatan rangkap (tak
jenuh) dalam struktur molekulnya, oleh karenanya resin ini bersifat reaktif
terhadap oksigen, namun pada temperatur ruang raktifitasnya masih kurang,
perlu ditingkatkan reaktifitasnya dengan penambahan katalis (dryer) jika
akan dipakai. Pada resin Prepolymer Polyisocyanate terjadi reaksi “ moisture
cure” antara gugus fungsional yang reaktif dengan air (kelembaban) di udara.
Ciri utama cat yang mempergunakan Resin jenis ini adalah akan mudah
mengeras pada permukaannya (atau mengulit), bila kena udara (terbuka
kalengnya cukup lama).
c. Reaksi Polymerisasi
Campuran akan mengeras atau mengering karena terjadi reaksi kimia antara
dua resin yang ada dalam campuran cat, reaksi ini sering disebut reaksi
polymerisasi. Reaksi polymerisasi (baik kondensasi maupun addisi) dapat

3
berlangsung karena adanya katalis, tanpa katalis (non katalis), panas atau
radiasi UV. Hasil reaksinya adalah sebuah campuran polymer yang
mempunyai berat molekul jauh lebih besar dan mempunyai ikatan tiga
demensi (crosslink) yang jauh lebih kuat dibanding reaksi yang dijelaskan
sebelumnya.
Tanpa katalis Pada suhu ruang, dua pasang resin jenis ini sudah cukup
reaktif untuk memulai reaksi, maka pasangan resin jenis ini harus dipisahkan
satu sama lain sebelum dipakai, dicampur satu dengan lainnya jika hanya
akan digunakan. Tergolong dalam jenis ini adalah resin Epoxy dengan
Polyamide dan Polyol dengan Polyisocyanate. Resin kedua dalam pasangan
tersebut, polyamide atau polyisocyanate biasa disebut sebagai “hardener”,
karena setelah resin ini dicampurkan dengan pasangannya akan terjadi
reaksi polymerisasi dimana hasilnya ditandai dengan mengerasnya
campuran tersebut.
Dengan Katalis, karena pasangan dua resin ini tidak cukup reactive, maka
perlu ditambahkan katalis untuk memulai reaksinya. Resin jenis ini bisa
dicampur dan disimpan dalam satu wadah satu dengan lainnya. Selama
katalis belum dicampurkan maka tidak akan terjadi pengerasan pada bahan-
bahan tersebut. Contoh resin ini adalah resin amino (melamine) dan alkyd
polyol yang akan bereaksi atau mengeras bila ditambahkan katalis yaitu
berupa asam organik atau anorganik.
Disamping katalis seperti sudah disebutkan di atas, panas juga biasa
digunakan sebagai alat untuk mempercepat reaksi kimia. Contohnya adalah
resin amino dan alkyd polyol yang dipakai pada cat jenis stoving
(pangggang) pada cat-cat mobil.
Beberapa resin tertentu, seperti: Polyester tidak jenuh, bisa bereaksi satu
dengan yang lain bila diradiasi dengan sinar UV. Pengeringan dan
pengerasan terjadi setelah campuran resin dikenai sinar UV.
Setiap jenis resin mempunyai banyak sekali type dan turunanya, bahkan
kombinasi antara satu resin dengan resin yang lain juga menambah

4
perbendaharaan jenis resin baru. Daya tahan, kekuatan dan karakter cat
secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh jenis resin yang dipakai.
Pemilihan resin yang dipakai sangat dipengaruhi oleh banyak pertimbangan
diantaranya adalah sebagai berikut:
 Pemakaian, jika akan digunakan dengan kuas maka sebaiknya dipakai
resin yang secara alami encer dan agak lambat keringnya. Resin yang
cocok adalah alkyd dengan kadar oil yang cukup banyak (alkyd long oil).
Resin dengan kekentalan tinggi dan cepat kering sangat tidak cocok
dipakai untuk pemakain dengan kuas, akan menimbulkan permukaan
yang tidak rata setelah cat kering. Begitu juga resin yang encer dan
lambat kering sangat tidak cocok untuk pemakaian dengan spray pada
permukaan vertical.
 Kekuatan, jika dibutuhkan cat dengan daya tahan tinggi terhadap sinar
matahari, maka resin yang tepat adalah Acrylic atau Polyurethane, namun
jika dibutuhkan cat dengan kekuatan tinggi terhadap kimia, gesekan,
benturan, dll namun untuk pemakian di dalam, maka resin Epoxy adalah
jawabannya.
 Dan pertimbangan-pertimbangan yang lain seperti ongkos/harga, substrat
(permukaan bahan yang akan di cat), lingkungan (berair, kering,
korosif,…), dan lain-lain.

2) Pigment Dan Extender (Filler)


Pigment dan dyestuff adalah bagian dari colorant. Dyestuff bersifat larut dalam
solvent, sedang pigment tidak. Pigment merupakan padatan halus (bubuk) yang
ditambahkan ke dalam cat dengan beberapa fungsi berikut:
a. OPTIS. Memberi karakter khas pada penampakan cat tersebut, seperti:
warna, derajat kilap (gloss) maupun daya tutupnya.
b. PROTECTIVE. Memberi nilai tambah pada karakter kekutan cat tersebut,
seperti: kekuatan terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dll.
c. REINFORCING. Meningkatkan sifat, seperti meningkatkan kekerasan,
kelenturan, daya tahan terhadap abrasi, dll.

5
Kekuatan, daya tahan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari cat dapat dibentuk
atau diciptakan dengan menambahkan pigment yang tepat dan konsentrasi yang
sesuai. Untuk memilih pigment yang tepat dan benar perlu dipelajari sifat-sifat
umum dari pigment itu sendiri. Sifat-sifat pigment tersebut adalah:
 Warna dasar
 Bentuk dan ukuran partikel
 Berat jenis, density atau specific gravity
 Oil absorption
 Hiding power (refractive index)
 Daya tahan terhadap panas dan asam basa
 PH
 Muatan Listrik
 Bleeding
Secara umum pigment terbagi dalam dua kategori besar berikut:
Ø PIGMENT ORGANIK. Pigment yang terbentuk dari senyawa-senyawa organic
(karbon)
Ø PIGMENT ANORGANIK. Terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garaman
logam yang terbentuk secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi kimia
di pabrik. Pada jenis ini dikenal true pigment (atau disebut sebagai pigment saja)
dan extender atau filler.
Pigment anorganik mempunyai daya tahan solvent, kimia, daya tutup,
kemudahan terdispersi, stabilitas terhadap panas, cahaya dan cuaca yang lebih
bagus dibanding pigment organik. Namun dalam kecerahan dan tinting strength,
pigment organik umumnya lebih bagus dibanding anorganik. Extender atau filler
ditambahkan ke dalam cat dengan tujuan untuk menurunkan harga, namun
dalam hal tertentu extender ditambahkan untuk memberbaiki sifat cat. Extender
umumnya mempunyai refractive index yang kecil (atau rendah daya tutupnya)
dibanding pigment.

3) Solvent

6
Seperti sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa masing-masing
komponen penyususun cat mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda.
Resin membentuk film dan memberi kontribusi terhadap karakter film yang
terbentuk, sedang pigment disamping memberi warna juga berfungsi menambah
kekuatan mekanis film. Sekalipun setelah pemakaian solvent akan terbuang ke
lingkungan dan tidak menjadi bagian dari lapisan cat, namun peran solvent
selama proses pembuatan, penyimpanan dan pemakaian cat, memperlihatkan
peran yang dominan dibanding komponen lainnya. Pada saat pembuatan cat,
solvent memberi kontribusi sedemikian rupa sehingga campuran mempunyai
kekentalan yang pas untuk diproses: diaduk, dicampur, digiling dan lain-lain.
Dengan penambahan solvent yang tepat dan cukup akan menurunkan
kekentalan dari resin atau campuran pada suatu titik dimana kekentalannya
memenuhi syarat untuk masing-masing proses. Demikian halnya pada saat
pemakaian cat, dengan penambahan jenis solvent yang tepat dan dengan
takaran pas, maka cat bisa dikuas, dispray atau dilumurkan dengan mudah pada
obyek yang akan dicat. Komposi solvent yang tepat juga memberi pengaruh
optimal pula pada mekanisme penguapan dari solvent-solvent yang ada,
sehingga akan membentuk film yang maksimal karakteristiknya, baik textur
permukaannya, sifat kilapnya maupun kecepatan keringnya.
Cat merupakan sebuah system campuran yang kompleks, ada padatan (solute)
yang terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solvent), ada juga cairan
(solvent active) yang terlarut dalam cairan lain (diluent). Jadi definisi solvent
adalah cairan (biasanya mudah menguap) yang berperan melarutkan atau
mendispersi komponen-komponen pembentuk film (resin, pigment dan/atau
additive) yang akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses
pengeringan.
Membicarakan solvent tidak bisa lepas dari thinner, karena keduanya saling
berkaitan satu dengan yang lain. Thinner adalah campuran beberapa solvent
yang dipakai untuk melarutkan resin di dalam cat atau mengencerkan cat selama
penggunaan. Di dalam prakteknya resin atau cat dilarutkan oleh tidak hanya satu
jenis solvent , tetapi oleh beberapa macam kategori solvent. Bagaimana dengan

7
cat water base, solvent dan thinner-nya adalah setali tiga uang atau sama saja,
yaitu air.

4) Additive
Disamping ke tiga komponen yaitu resin, pigment dan solvent, ada beberapa
komponen lain yang ditambahkan dalam jumlah sangat sedikit ke dalam cat.
Komponen-komponen ini, sekalipun ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun
memberi kontribusi yang sangat besar terhadap sifat cat, sehingga cat dapat
diproses, disimpan dan dipakai seperti harapan kita. Penambahan additive yang
ada dalam cat tidaklah serta merta muncul begitu saja, merupakan suatu proses
panjang dari beberapa percobaan atau riset pada cat tersebut. Selama proses
pembuatan, penyimpanan dan pemakaian dinilai kualitasnya secara menyeluruh,
kemudian kelemahan dan masalah yang timbul dicoba untuk diatasi dengan
variasi jenis dan takaran beberapa additive, hingga akhirnya muncul nama jenis
dan takaran additive tertentu yang pas untuk campuran cat tersebut. Additive
ditambahkan ke dalam cat disesuaikan dengan solvent apa yang dipakai (solvent
atau water base), apa jenis resinnya, bagaimana pemakaiannya dan bagaimana
mekanisme pengeringannya. Setiap supplier additive biasanya memberi
informasi yang jelas tentang apa dan bagaimana additive harus digunakan.
Additive biasanya dibagi berdasarkan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa
additive yang biasa dipakai dalam industri cat, diantaranya :
a. Wetting Agent. Mempermudah atau mempercepat proses penggantian udara
dan air oleh resin pada permukaan pigment atau extender.
b. Dispersing Agent. Mempermudah distribusi pigment dan extender ke dalam
cairan resin.
c. Anti Skinning Agent. Mencegah proses pengulitan pada permukaan cat (oil
atau alkyd base resin) selama penyimpanan.
d. Thickening Agent. Mempertahankan kekentalan cat atau melindungi cat selalu
dalam kondisi koloid.
e. Anti Settling Agent. Mempertahankan pigment selalu berada pada kondisi
dispersi yang stabil dalam campuran, sehingga tidak mengendap.

8
f. Anti Sagging. Mencegah turunnya atau melelehnya cat jika dipakai pada
permukaan tegak.
g. Anti Foaming. Mencegah atau menghilangkan timbulnya busa pada
permukaan cat.
h. Anti Flooding and Foating. Mencegah pemisahan pigment baik secara vertikal
maupun horisontal
i. Anti Fungus. Mencegah timbulnya jamur.

B. Tahapan Pembuatan Cat

Tahapan pembuatan cat sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi


yang dipakai untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih tinggi
teknologi yang dipakai maka makin singkat dan mudah proses pembuatan
catnya.
1) Persiapan
Pada tahap ini dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan baku sesuai
dengan formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan diambil dari
gudang yang sudah teruji kualitasnya, tidak kedaluwarsa dan tidak pula cacat
atau rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai dengan adanya perubahan
bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut). Mengukur bahan
yang akan diproses, bisa dilakukan dengan cara ditimbang beratnya atau diukur
volumenya, tergantung dengan basis apa yang digunakan dalam formula atau
resepnya. Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor penting
terhadap hasil akhir pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau
pigment. Bahan-bahan tersebut kemudian diangkut ke area produksi, bisa
dilakukan dengan tenaga manusia biasa, forklif atau melalui sistim pemipaan
(untuk bahan cair).
2) Produksi
Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat:
Cat Tanpa Pigment, Extender atau Filler
Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan stiring saja,
yaitu menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat

9
yang akan dibuat ke dalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian
mencampur bahan-bahan dengan putaran mixer relatif pelan, hingga
diperoleh suatu campuran yang benar-benar merata di semua titik. Waktu
stiring dan kecepatan mixer disesuikan dengan jumlah dan kekentalan
campuran. Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat thinner, hardener,
wood stain (solvent + dyestuff) atau campuran bahan lain yang tidak
mengandung pigment atau extender asli (padatan). Namun jika pigment atau
extender-nya sudah diproses menjadi bahan setengah jadi (pasta) terlebih dulu,
maka bahan atau campuran ini bisa diproses seperti tersebut di atas.
Cat Dengan Pigment dan/atau Extender.
Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada seberapa halus
padatan (pigment atau extender) terdispersi di dalam campuran. Jika diinginkan
padatan terdispersi secara kasar (dengan kehalusan antara 20 – 50 mikron),
maka proses yang dibutuhkan adalah cukup dengan proses dispersi saja; namun
jika dikehendaki padatan terdispersi secara halus (5 – 20 micron) maka
diperlukan proses penggilingan partikel padat dalam mesin giling. Contoh jenis
cat yang dibuat cukup dengan proses dispersi saja adalah dempul atau filler, cat
primer, undercoat, intermediate atau tembok dimana kehalusan partikel bukan
merupakan sifat yang harus dicapai.
3) Proses Dispersi
Tahapan dispersi meliputi:
 Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender
oleh bahan-bahan cair (millbase).
 Proses pemecahan secara mekanis terhadap kelompok-kolompok partikel
pigment dan/extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau
partikel-partikel primernya sesuai dengan derajad kehalusan yang
dikehendaki.
 Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil atau
partikel-partikel primer ini tetap terpisah satu sama lain, tidak bersatu
kembali.

10
Proses dispersi akan mendapatkan hasil optimal bila prinsip-prinsip
dispersinya terpenuhi. Adapun prinsip-prinsip dispersi yang perlu mendapat
perhatian adalah kecepatan peripheral campuran, bentuk cakram, diameter
cakram terhadap tangki, tinggi cakram dari dasar tangki, diameter tangki,
tinggi tangki dan perbandingan padatan dan cairan campuran (kadar padatan
= PVC) serta penambahan secara tepat additive wetting dan dispersingnya.
Jika kondisi ideal terpenuhi, maka akan terbentuk sebuah aliran yang
menyerupai donat, terbentuk “doughnut effect”. Pada kondisi ini diperoleh
proses dispersi yang optimal.
4) Penggilingan
Dengan hanya dispersi, kita belum mendapatkan kehalusan partikel lebih
rendah dari 20 mikron, yaitu ukuran rata-rata partikel primer dari pigment
dan/atau extender. Untuk itu diperlukan sebuah tahap lanjutan dimana ikatan
fisik partikel-partikel pigment akan dipecahkan lebih lanjut menjadi patikel-
partikel yang lebih kecil lagi. Tahapan ini disebut penggilingan. Untuk
memudahkan dalam pembuatan cat; biasanya pigmen, extender, sebagian
resin dan additive digiling terlebih dahulu untuk dibuat pasta (bahan
setengah jadi). Pasta ini bisa disimpan dalam gudang atau langsung
diproses untuk dibuat cat, yaitu hanya dengan proses mixing biasa, seperti
dijelaskan pada proses pembuatan cat tanpa pigment di atas. Alat dan
prinsip penggilingan bermacam-macam, diantaranya adalah:
 Melewatkan millbase diantara dua buah atau lebih silinder yang berhimpitan
satu dengan lainnya, dimana jarak diantara dua buah silinder ini bisa diatur
sesuai dengan derajad kehalusan yang diinginkan. Contoh dari alat ini
adalah Triple roll Mill.
 Melewatkan secara vertical atau horizontal millbase ke dalam mesin giling
yang terdiri dari agitator dan banyak glass bead di dalamnya. Di dalam
silinder giling, glass bead bersama dengan millbase akan diputar oleh
agitator pada kecepatan tertentu, menyebabkan pigment-pigment secara
mekanis akan terpecah karena tertumbuk oleh glass bead secara terus
menerus. Millbase melalui saringan akan keluar, sedangkan glass bead akan

11
tetap tertahan di dalam silinder giling. Sekalipun glass bead terbuat dari
bahan yang keras dan kuat, pada akhirnya juga akan terpecah, ini akan
menyebabkan proses penggilingan akan menurun performance-nya dan
glass bead harus diganti dengan yang baru. kecepatan putar agitator,
kekentalan, kadar padatan dan waktu tinggal millbase di dalam mesin adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitasnya proses penggilingan. Jika
satu tahap proses penggilingan belum mencapai hasil yang diinginkan,
millbase biasanya dikembalikan lagi ke dalam mesin, dilakukan bisa berkali-
kali hingga diperoleh derajad kehalusan yang diinginkan.
5) Penyelesaian
Seperti sudah dijelaskan bahwa proses pembuatan cat dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan
dan proses yang hanya melibatkan proses mixing saja. Tahap akhir dari
kedua proses ini juga berbeda, pada proses yang melibatkan dispersi
dan/atau penggilingan pigment, maka mengukur derajad kehalusan dari
partikel-partikelnya adalah tahap yang penting guna mengakhiri proses
tersebut. Sedang proses lain, yang hanya melibatkan proses mixing, maka
untuk melihat seberapa jauh campuran sudah tercampur sempurna dan
sesuai komposisi yang ditentukan, cukup mengukur kekentalan atau
viskositas campuran tersebut. Namun bila campuran tersebut mengandung
beberapa jenis pasta, maka menyamakan warna (colour matching)
campuran cat secara kasar perlu dilakukan, agar campuran tidak terlalu jauh
berbeda dengan warna standardnya. Kedua tahapan ini biasanya disebut uji
kualitas pendahuluan, yaitu tahapan antara sebelum cat diuji secara
seksama pada tahap paling akhir dari proses pembuatan cat, yaitu tahap
pengujian kualitas cat.
6) Proses Pembuatan Cat Secara Umum
Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-
down, filtering, color matching, dan packaging. Pre-mixing yaitu proses
pencampuran awal dimana bagian padat dari cat seperti pigmen dan
extender/filler didispersikan ke pelarutnya dengan tambahan aditif yang

12
sesuai seperti dispersing agent dan wetting agent. Pada proses grinding
partikel-partikel pigmen dihaluskan dengan mesin giling/grinder agar ukuran
partikel menjadi lebih kecil dan diperoleh kehalusan dan warna yang
diinginkan. Kemudian selanjutnya adalah proses finishing yang meliputi let-
down, filtering, color matching sampai packaging. Pada proses ini cat diatur
kekentalannya, ditambahkan zat aditif, disaring dari kotoran saat
pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya, dan pada akhirnya di
kemas.

Skema Pembuatan Cat


C. Jenis-jenis Cat
Jenis-jenis cat diantaranya :
a. Berdasarkan fungsi : Cat dempul (filler), anti karat (anti corrosion), anti jamur
(anti fungus), tahan api, tahan panas (heat resistance), anti bocor (water
proofing), decorative, protective, heavy duty, industrial.
b. Berdasarkan Methode Pengecatan : Cat kuas, spray, celup, wiping, elektrostatik,
roll.

13
c. Berdasarkan letak pemakaian : Cat Primer (sebagai dasar), undercoat,
intermediate (ditengah-tengah), top coat/finishing (pada permukaan paling atas
dari beberapa lapisan cat), interior (di dalam tidak terkena secara langsung sinar
matahari) dan exterior (di luar).
d. Berdasarkan jenis substrat : Cat besi (metal protective), lantai (flooring systems),
kayu (wood finishing), beton (concrete paint), kapal (marine paint), mobil
(automotive paint, plastik, kulit, tembok.
e. Berdasarkan kondisi dan bentuk campuran : Cat pasta, ready-mixed, emulsi,
aerosol.
f. Berdasarkan mekanisme pengeringan : Cat kering udara (varnish dan syntetic
enamel), cat stoving (panggang), cat UV curing, cat penguapan solvent (lacquer
dan duco).

D. Kualitas Cat
Untuk mendapatkan kualitas cat seperti yang diharapkan oleh pelanggan, berbagai
usaha harus diarahkan untuk mendapatkan kualitas hasil akhir dari setiap proses
seoptimal mungkin. Setiap proses dimulai dari pembelian bahan baku,
penyimpanan bahan baku, pemrosesan bahan baku menjadi bahan setengah jadi
maupun bahan jadi, penyimpanan bahan jadi dan pengiriman bahan jadi ke
pelanggan harus dikontrol dengan jadwal, pengujian dan pelayanan yang memadai.
Beberapa pengujian harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa resin, pigment,
extender, solvent dan additive yang dibeli dan kemudian disimpan di dalam gudang
sesuai spesifikasi, tidak terjadi salah barang, penyimpangan dan perubahan
kualitasnya. Proses pembuatan pasta menghasilkan pasta yang stabil, tidak
gampang mengulit, mengeras dan dengan dengan derajad kehalusan sesuai
kebutuhan.Proses pembuatan cat menghasilkan cat dan film dengan kualitas
seperti yang diharapkan.

14
Contoh Mesin Pembuat Cat
2. Keju
Keju merupakan suatu sistem koloid jenis emulsi. Menurut Elaine(2006) sistem
koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
Emulsi dapat terbentuk karena adanya koloid lain (emulgator/pengemulsi) sebagai
pengadsorpsi. Keju dibuat dengan cara koagulasi (penggumpalan) kasein susu
membentuk dadih atau curd(Koswara,2007). Penggumpalan kasein dapat juga
dilakukan dengan fermentasi bakteri asam laktat.
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur
pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu
tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari
beberapa molekul. Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan
bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan
pengendapannya disebut Koagulasi.

15
Berikut langkah-langkah berbeda dalam pembuatan keju,
1) Pasteurisasi
Susu yang diperuntukkan untuk keju mentah (keju segar) harus dipasteurisasi.
Secara tradisional, bahan-bahan kimia tertentu telah ditambahkan dalam susu
keju sebelum produksi. Hal ini untuk mencegah “blowing” dan perkembangan
rasa tidak enak yang disebabkan oleh bakteri tahan panas dan pembentuk spora
(terutama Clostridium tyrobutyricum). Bahan kimia yang paling sering digunakan
adalah sodium nitrat (NaNO3), tetapi pada produksi keju Emmenthal , hidrogen
peroksida (H2O2) juga digunakan.
2) Biakan Biang
Tugas utama biakan adalah mengembangkan asam dalam dadih. Ketika susu
mengental, sel-sel bakteri terkonsentrasi dalam koagulum dan kemudian dalam
keju. Dua tipe utama biakan yang digunakan dalam pembuatan keju biakan
mesophilic dengan suhu optimum antara 20 dan 40 °C serta biakan thermophilic
yang berkembang sampai suhu 45 °C. Jika biakan juga mengandung bakteri
pembentuk CO2, pengasaman dadih disertai dengan produksi karbondioksida,
melalui aksi bakteri pemfermentasi asam sitrat.
Penambahan lain sebelum pembuatan dadih
 Kalsium Klorida (CaCl2 )
 Jika susu untuk pembuatan keju merupakan kualitas rendah, maka
koagulum akan halus. Hal ini menyebabkan hilangnya “ fines ” (kasein)
dan lemak, serta sineresis yang buruk selama pembuatan keju. Dengan
penambahan CaCl2 akan menghasilkan koagulum yang keras.
 Karbondioksida (CO2)
 Penambahan CO2 adalah salah satu cara untuk memperbaiki kualitas
susu keju.
 Saltpetre (NaNO3 atau KNO3)
 Masalah fermentasi bisa dialami jika susu keju mengandung bakteri asam
butirat (Clostridia) dan/atau bakteri coliform. Saltpetre (sodium atau
potassium nitrate) bisa digunakan untuk menghadapi bakteri jenis ini.

16
3) Rennet
Penggumpalan kasein merupakan proses dasar dalam pembuatan keju. Hal
ini umumnya dilakukan dengan rennet, tetapi enzim proteolitik yang lain juga
bisa digunakan, dan juga pengasaman kasein ke titik iso-elektrik (pH 4.6-4.7).
Prinsip aktif pada rennet adalah enzim yang disebut chymosine , dan
penggumpalan terjadi dengan singkat setelah rennet ditambahkan ke dalam
susu.
Berbagai macam tipe bakteri dan jamur telah diteliti, dan enzim pengentalan
yang diproduksi dikenal dalam berbagai macam nama pasaran. Teknologi DNA
telah digunakan belakangan ini, dan sebuah rennet DNA dengan karakteristik
identik dengan rennet anak sapi saat ini sedang dites secara menyeluruh dengan
satu maksud untuk menjamin persetujuan/penerimaan.
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-
monolak.Sehingga perlu adanya penstabil dalam system koloidnya. Susu keju
diberi perlakuan berupa pematangan awal setelah penambahan kultur bakteri
yang tepat untuk setiap tipe keju, dan dicampur dengan rennet. Aktivitas enzim
pada rennet menyebabkan susu terkoagulasi menjadi jelly padat yang dikenal
dengan koagulum. Secara konvensional proses produksi keju adalah selama
pengadukan, selama pemotongan , selama pengeringan whey ,dan selama
pengepresan/penekanan akan mempengaruhi jenis produksi keju.Adapun yang
mempengaruhi efektivitas pada produksi keju keras dan semi-keras adalah
adanya dekomposisi protein,dekomposisi laktosa,biang bakteri,pematangan keju
dan penyimpanan keju dimanakombinasi spesifik antara suhu dan kelembaban
relatif ( relative humidity atau RH) harus dijaga di dalam ruangan penyimpanan
yang berbeda selama masa tahapan-tahapan penyimpanan.

17
Skema Pembuatan Keju
Kandungan Gizi Keju
Kandungan Gizi Keju Keju adalah makanan padat nutrisi, beberapa di antaranya
vitamin seperti vitamin C, vitamin B6, vitamin B-12, vitamin A, vitamin D, vitamin
E dan vitamin K. Vitamin lainnya seperti vitamin B1(hiamin), riboflavin, niacin
juga ditemukan dalam berbagai jenis keju. Keju juga menyediakan beberapa
mineral penting bagi tubuh seperti kalsium, natrium, seng, fosfor, kalium dan zat
besi .
Berikut Beberapa Manfaat Keju Bagi Kesehatan
 Kesehatan Gigi: Keju sangat-sangat tinggi kandungan kalsium, yang pertama
dan terpenting dibutuhkan untuk gigi yang kuat. Selain itu, keju sangat
rendah kadar laktosa. Semakin tua keju, semakin rendah kadar laktosa.
Laktosa adalah bentuk lain dari gula (glukosa, maltosa atau laktosa) , yang
umumnya bisa merugikan gigi.
 Kesehatan Tulang: Selain memiliki kandungan kalsium yang sangat tinggi,
keju juga kaya akan vitamin B, yang sangat baik untuk anak-anak,

18
perempuan (terutama untuk hamil dan menyusui) dan orang tua (baik juga
bagi orang dewasa), untuk pembentukan dan penguatan tulang dan tulang
rawan. Vitamin B juga berguna untuk membantu penyerapan dan peredaran
kalsium. Osteoporosis: Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan tulang,
terutama disebabkan karena kekurangan kalsium, yang mengakibatkan
penurunan kepadatan tulang. Terutama hal ini terlihat pada wanita yang
mengalami menopause, orang tua dan anak-anak yang menderita gizi buruk.
Penyakit tulang keropos ini dapat diobati dengan protein, kalsium dan
vitamin. Hanya kalsium saja tidak akan banyak membantu, karena
masalahnya penyerapan kalsium masih membutuhkan peran nutrisi lain
untuk pembentukan tulang. Dan banyak nutrisi yang saling mendukung
banyak ditemukan dalam keju.
 Menambah Berat Badan: Keju merupakan makanan yang sangat baik untuk
menambah berat badan, cocok bagi orang kurus yang ingin gemuk. Ini
karena keju penuh protein, lemak, kalsium, vitamin dan mineral. Anda butuh
protein untuk otot, lemak untuk lemak, kalsium untuk tulang yang lebih berat
dan lebih kuat, serta vitamin dan mineral untuk metabolisme tubuh yang lebih
baik.
 Manfaat Keju Lainnya: Keju mengandung Konjugasi Asam Linoleic dan
sphingolipids yang membantu mencegah kanker.Keju juga berisi banyak
vitamin B yang berkembang di dalamnya selama fermentasi. Vitamin B
sangat baik untuk menjaga banyak fungsi dalam tubuh, dan juga untuk
perlindungan terhadap penyakit seperti Beri-beri. Keju juga meningkatkan
pembentukan sel darah, memperkuat hati, memfasilitasi penyerapan nutrisi
dalam tubuh.
Bagaimana Memilih Dan Menyimpan Keju?
 Berbagai jenis keju tersedia di pasar di seluruh dunia. Beberapa varietas
keju seperti keju segar tanpa pengawet harus digunakan untuk beberapa
hari, karena ia mudah rusak. Simpan keju di tempat yang dingin atau
lemari pendingin. Sebelum makan atau menggunakan keju, kembalikan
pada suhu kamar agar rasa dan tekstur yang lebih baik.

19
 Keju Dan Hipertensi: Sodium dan kolesterol adalah dua elemen utama
yang dianggap berbahaya untuk hipertensi, dan penderita hipertensi
disarankan untuk menghindarinya. Kandungan lemak pada keju sangat
tergantung pada kualitas bahan baku yaitu susu. Penuh lemak atau penuh
krim, rendah lemak atau bebas lemak. Secara umum, keju memang tinggi
lemak. Namun keju rendah lemak juga diperkenalkan ke pasar. Secara
umum, keju tidak dapat direkomendasikan untuk penderita hipertensi.
Meskipun begitu, keju yang rendah sodium dan yang rendah lemak
sangat membantu mengurangi Homosistein, yaitu agen yang sering
berhubungan dengan penyakit jantung. Namun itu amasih belum
membuatnya dapat dianjurkan untuk penderita hipertensi. Hal lain dalam
keju yang dapat membantu orang dengan hipertensi adalah kandungan
vitamin B.

3. Sampo
Koloid dengan zat terdispersi gas dan pendispersi cair namanya adalah buih dan
contohnya adalah sabun detergen, sabun, shampoo, krim kocok. Menurut kamus besar
Bahasa Indonesia, Shampo adalah sabun cair untuk mencuci rambut dan kulit kepala,
terbuat dari tumbuhan atau zat kimia. Fungsi shampo pada intinya adalah untuk
membersihkan rambut dan kulit kepala dari kotoran yang melekat sehingga factor daya
bersih (Clearsing ability) merupakan suatu hal yang penting dari produk
shampoo.(Pramono;2002). Secara garis besar , produk shampoo dibagi menjadi 2
jenis, yaitu shampoo tradisonal dan shampoo modern. Shampoo tradisonal atau lebih
tepatnya sampo nabati mempunyai ciri-ciri:
1. Bahan baku utamanya berasal dari sayuran atau buah-buahan, seperti wortel,
seledri, jeruk nipis, merang dan lidah buaya
2. Proses pembuatannya sangat sederhana, ayitu mengambil sarinya (dengan
cara pemarutan,pemerasan dan penyaringan) kemudian ditambah air.
Keistimewaan sampo jenis ini, anatara lain bahan baku mudah didapat,tanpa
efek samping, relatif murah, serta ramah lingkungan. Kelemahannya adalah produk
tersebut tidak tahan lama. Pada sampo modern sebagian besar bahan baku tidak

20
merupakan bahan kimia olahan, beberapa diantaranya ditambahkan bahan
nabati.(Listiady;1998)
Fungsi sampo pada intinya adalah untuk membersihkan rambut dan kulit dari
kotoran yang melekat sehingga factor daya bersih (cleansing ability) merupakan hal
yang penting dari suatu produk sampo. Berikut ini diuraikan beberapa kriteria sampo
yang baik.
1. Mempunyai daya bersih yang baik dalam berbagai kondisi air. Kandungan
mineral atau senyawa dalam air antara satu daerah dengan daerah lain tidak
sama. Beberapa daerah memiliki kondisi air yang dapat menurunkan
kemampuan sampo, seperti daya bersihnya berkurang atau busa yang
dihasilkan sedikit. Sampo yang baik adalah dapat menetralisir kelemahan
tersebut.
2. Tidak menimbulkan luka pada kulit kepala dan rasanya pedih dimata saat
digunakan
3. Busa yang dihasilkan cukup banyak, mudah dibilas serta tidak meninggalkan
sisa pada rambut dan kulit kepala
4. Membersihkan efek mengilap dan lembut pada rambut sehingga mudah disisir
dan ditata
5. Mempunyai warna dan aroma yang menarik.
Berdasarkan bentuk fisiknya, sampo modern selanjutnya disebut sampo dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu sampo bubuk (powder shampoo) dan sampo cair (liquid
shampoo). Sampo bubuk pernah populer dua atau tiga dasawarsa alau, yaitu sampo
bubuk dalam kemasan (sachet). Namun dalam perkembangannya sampo bubuk mulai
tersaingi oleh sampo cair. Oleh karena itu, sampo cair inilah yang menjadi pokok
bahasan.(.Garianto W;2007)
Sampo cair dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu sampo clear,
sampo opak (buram /tidak tembus cahaya), serta sampo mkrim. Berdasarkan jenisnya
tersebut kemudian dihasilkan beragam jenis produk sampo, sep-erti sampo telur,
sampo pearl, sampo conditioning,sampo krim,sampo anti ketombe,sampo protein,
sampo lunak (sof sampo untuk rambut sensitive), sampo two in one, shampoo three in
one, shampoo tonic, sampo serba guna, bahkan sampo hewan.(Pramono;2002)

21
A. Bahan-Bahan yang Diperlukan
Bahan baku yang dipergunakan untuk membuat shampoo sangat bervariasi. Hal
ini dapat dimengerti karena perkembangan produk shampoo memang sangat intensif.
Berikut ini pengelompokkan bahan baku shampoo secara umum :
1) Bahan Aktif ( Active Ingredient )
Bahan ini merupakan bahan utama membuat shampoo, yang biasanya disebut
surfaktan. Berdasarkan proses kimianya, bahan ini mempunyai “ kemampuan “
mengikat dan mengangkat kotoran. Dari bahan surfaktan inilah shampoo dapat
menghasilkan busa. Berdasar muatan ionnya, dalam produk shampoo dikenal tiga jenis
surfaktan.
 Surfakatan An-ionik
Surfakatan An-ionik adalah surfaktan yang mengandung muatan ion negative.
Jenis surfaktan ini antara lain alkyl sulphate dan polyoxythylene alkyl ether
sulphate, yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa tingkatan (grade)
dengan nama dagang (trade name), seperti Emal E70C, Alksurf ES 30, Emal TD,
Mackadet BS, Emal 20 C, Tigerfax AOS, Mackadet SBC-8. Jenis surfaktan
anionic ini merupakan surfaktan yang paling banyak dipakai.
 Surfaktan Non-ionik
Surfaktan Non-ionik adalah surfaktan yang tidak mengandung muatan ion, baik
ion negative atau positif (netral). Umumnya, dikombinasikan dengan surfaktan
an-ionik. Surfaktan Non-ionik ini mempunyai struktur yang disebut fatty
alkanoolanide, dikenal dengan nama dagang, antara lain Standpol, Aminon S-01,
dan Aminon L-02.
 Surfaktan Kationik
Surfaktan Kationik bermuatan ion positif dan jarang dipakai karena beberapa di
antaranya dapat menimbulkan efek negative pada mata, kecuali jika jumlahnya
sedikit. Perkembangan surfaktan kationik agak lambat.
Perkembangan antara surfaktan kationik dan an-ionik ini juga tidak lazim
dilakukan karena tidak cocok (incompatible). Meskipun demikian, kemungkinan
menggabungkan keduanya semakin terbuka. Bahan-bahan surfaktan di atas, umumnya
berbentuk cairan kental (sebagian mendekati bentuk pasta), jernih agak kekuningan.

22
2) Bahan Tambahan (Additive)
· Bahan ini berfungsi sebagai pemberi nilai tambah yang merupakan keunggulan
dari suatu produk shampoo. Contohnya, untuk menimbulkan efek lembut pada rambut
dipakai stearyl alcohol, cetyl alcohol, iso propyl myristate, dan parafin cair. Meskipun
dapat menimbulkan efek positif pada rambut, tetapi penggunaan bahan ini sangat
terbatas mengingat harganya cukup mahal. Disamping itu, jika terlalu banyak dipakai
dapat menurunkan busa pada produk. Selain bahan kimia di atas, sesuai dengan
kecenderungan zaman untuk lebih kembali ke alam (back to nature), beberapa produk
dikombinasikan dengan zat aditif jenis nabati, seperti ekstrak seledri, lidah buaya, atau
merang unutk memberi nuansa alami dan kesan lebih ramah lingkungan.
3) Bahan Pengawet (Preservative)
Bahan Pengawet lazim dipakai pada produk shampoo. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terbentuknya mikroba pada produk. Seperti diketahui bahwa shampoo
sebagai produk kosmetik yang penggunannya bersentuhan langsung dengan badan
manusia, keberadaan suatu mikroba (seperti jamur) tentu akan mengontaminasi kulit
tubuh. Beberapa jenis pengawet yang sering dipakai adalah EDTA (Ethylen Diamine
Tetra Acetic), sodium benzoate, sodium salicylate, dan sebagainya.
4) Garam
Garam atau Natrium Klorida (NaHC) daalm campuran shampoo berperan unutk
mengatur kekentalan. Semakin kental produk shampoo, disperse penggunaannya
semakin hemat dan cenderung disukai konsumen. Namun, penambahan garam yang
terlalu banyak dapat menimbulkan efek keruh pada produk.
5) Parfum dan Pewarna
Berdasarkan fungsi teknisnya, keberadaan parfum dan pewarna memang tidak
signifikan. Artinya, suatu produk shampoo secara fungsional ada;ah sama meskipun
diberi atau tidak ditambahi parfum atau pewarna. Namun, dari segi marketing,
pemilihan parfum dan pewarna yang tepat akan sangat berarti bagi produk yang akan
dipasarkan.
6) Air
Produk yang berbasis cair (liquid based) –seperti shampoo- idealnya menggunakan
air yang telah diprosesterlebih dahulu yang disebut deionized water. Hal ini untuk

23
mencegah terjadinya reaksi ionic yang akan menurunkan kualitas produk jika air yang
dipakai mengandung unsur yang jumlahnya di ambang batas.
B. Jenis Sampo
Sampo antiketombe dapat dikelompokkan menurut kandungannya:
 Sampo zinc pyrithione
Mengandung zinc pyrithione yang merupakan agen antibakteri dan antijamur.
Dapat mengurangi jamur di kulit kepala yang menyebabkan ketombe dan
seborrheic dermatitis.
 Sampo berbahan dasat ter
Ter batubara yang merupakan hasil dari proses pabrikasi batubara dapat
membantu mengatasi ketombe, seborrheic dermatitis, dan psoriasis dengan cara
memperlambat kematian sel kulit dan pengelupasan kulit kepala.
 Sampo yang mengandung asam salisilat
Sampo jenis ini membantu menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat
menyebabkan kulit kepala menjadi kering. Gunakan kondisioner setelah keramas
untuk mengurangi rasa kering di kulit kepala.
 Sampo selenium sulfida
Bekerja dengan memperlambat kematian sel kulit dan dapat mengurangi jamur
malassezia. Sampo jenis ini dapat melunturkan rambut yang diwarnai, jadi
pastikan untuk menggunakannya sesuai petunjuk dan bilas dengan baik setelah
keramas.
 Sampo ketoconazole
Ketoconazole merupakan agen antijamur berspektrum luas yang bisa jadi
bekerja ketika sampo yang lain telah gagal.

4. Sabun
Sabun adalah kelengkapan mandi yang utama. Sabun mandi berbentuk cair
maupun batangan. sabun yang awalnya hanya untuk membersihkan badan, kini
bergeser menjadi produk yang nilainya lebih dari sekedar pembersih kotoran badan.
Salah satunya adalah jenis sabun kecantikan.

24
Struktur molekul sabun

Fungsi sabun mandi adalah membersihkan kotoran dan kuman yang menempel di kulit.
Kemampuan sabun dalam mengangkat dan mengikat kotoran (berupa debu dan lemak)
itu disebabkan oleh struktur molekulnya yang unik. Setiap molekul sabun tersusun atas
komponen polar dan non polar. Komponen polar bersifat hidrofilik (suka air) dan
komponen non polar bersifat hidrofobik (benci air).

Mekanisme sabun membersihkan kotoran

Sabun merupakan bahan pembersih yang tersusun atas komponen utama (bahan
dasar) berupa minyak dan larutan alkali (air plus alkali). Bisa dikatakan bahwa sabun
adalah campuran antara minyak-air (hidrofobik-hidrofilik) yang stabil. Cara kerja sabun
dalam membersihkan kotoran tergolong unik. Kotoran yang umumnya berupa partikel
lemak, keringat, dan debu yang menempel di permukaan kulit akan terikat pada bagian
hidrofobik dan akan terbilas pada saat disiram dengan air.

25
Dasar Teori Pembuatan Sabun
Reaksi saponifikasi
Sejatinya sabun adalah garam yang merupakan hasil reaksi saponifikasi antara asam
lemak dengan alkali/basa. Reaksi saponifikasi antara trigliserida dan basa kuat
menghasilkan produk berupa sabun dan gliserol. Proses saponifikasi dalam pembuatan
sabun melibatkan lemak hewan (tallow) atau minyak. Minyak tersusun atas asam lemak
(fatty acid) yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C12 sampai C18) yang
berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan
karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa
suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
Hasil Samping dalam Pembuatan Sabun
Gliserin
Selain garam berupa sabun, dalam reaksi saponifikasi juga dihasilkan gliserin. Dalam
industri pembuatan sabun skala besar, gliserin yang berlebih umumnya dipisahkan dari
sabun karena gliserin memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Fungsi gliserin
Sebagai humektan atau pelembab, gliserin banyak digunakan pada produk kecantikan
lainnya seperti moisturizer, cream, dan lotion. Gliserin akan mempertahankan air terikat
pada kulit dan tidak mudah menguap karena cuaca panas.
Reaksi asam dan basa disebut juga dengan penetralan, sedangkan nilai pH nya
bergantung pada jenis asam atau basa yang digunakan dalam reaksi
 Jika asam atau basa bersifat sama lemah atau sama kuat maka garam yang
dihasilkan akan ber pH netral (sekitar 7).
 Jika asam kuat dan basa lemah yang digunakan maka garam yang dihasilkan
akan memiliki pH di bawah tujuh (cenderung asam)
 Jika asam lemah dan basa kuat yang digunakan, maka akan dihasilkan garam
yang memiliki nilai pH di atas 7 (cenderung basa)

26
Gambar ilustrasi reaksi saponifikasi
 Asam lemak
Dalam kasus pembuatan sabun, jenis asam yang digunakan adalah asam lemak,
baik hewani maupun nabati. Asam lemak tersebut umumnya dikategorikan
sebagai asam yang bersifat lemah. Anda dapat menjumpai asam lemak tersebut
dalam minyak goreng (frying oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm
oil), minyak jarak (ricinnus oil), lemak sapi, lemak babi (haram bagi umat Islam),
dll. Minyak merupakan bahan alami dalam pembuatan sabun.
 Alkali
Untuk basa/alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah bahan kimia
berupa NaOH (Natrium atau Sodium hidroksida) atau KOH (Potassium or Kalium
Hidroksida) yang bersifat kuat (pH nya diatas 10). Bahan kimia ini bersifat
higroskopis (mudah menyerap air dan korosif (menyebabkan karat). Oleh
karenanya perlu berhati-hati menggunakan bahan kimia ini.

 KOH dan NaOH


Sabun hasil reaksi antara asam lemak dengan NaOH dan KOH berbeda. Jika
menggunakan NaOH akan dihasilkan sabun yang teksturnya keras, lazim dikenal
dengan sebutan sabun padat atau sabun batang. Jika menggunakan KOH akan
dihasilkan sabun cair/krim, tergantung tingkat pengenceran yang digunakan.

27
Teknik/Metode Pembuatan Sabun
Ada 3 teknik/metode pembuatan sabun yang umumnya dikenal, yaitu:
 Proses dingin (Cold Process)
Metode pembuatan sabun ini tidak memerlukan tambahan panas dari luar reaktor
seperti dari kompor. Bahkan terkadang suhu tinggi dihindari dalam reaksi
saponifikasi. Caranya dengan dengan menggunakan reaktor dngin (dibalut dengan
es). Proses dingin digunakan dalam proses pembuatan sabun susu.
 Proses panas (Hot Process)
Penambahan panas dari luar reaktor dilakukan dalam proses ini. Terutama, jika
menggunakan bahan yang memerlukan suhu dalam pelelehan dan penyempurnaan
reaksi seperti asam stearat.
 Lelehkan dan tuang (Melt and Pour)
Metode termurah dalam pembuatan sabun. Sabun setengah jadi dilelehkan,
tambahkan pewarna atau pewangi, dan cetak. Jadilah sabun.
Setelah mengetahui beberapa teknik dan metode pembuatan sabun, selanjutnya kita
perlu menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan. Beberapa diantaranya adalah
peralatan keselamatan, peralatan produksi dan bahan untuk produksi sabun.
Kelengkapan Keselamatan dalam Pembuatan Sabun (Safety Gear)
 Pelindung mata
 Sarung tangan
 Baju kerja lengan panjang
 Penutup rambut, bagi wanita
.

28
Gambar . Diagram alir pembuatan sabun

29

Anda mungkin juga menyukai