Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KIMIA ANORGANIK FISIK

SENYAWA KOMPLEKS

Disusun Oleh:

Kelompok : 4 (Empat)
Anggota : 1. Winda Regita Pratiwi (06101181621054)
2. Agriany Tarigan (06101281621023)
3. Nur Habibillah (06101181621004)

Dosen Pembimbing : Drs. M. Hadeli., L. M.Si

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk
membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam
transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron
pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion
kompleks.
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau
molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat
atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan.
Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan
koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan
elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-
orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.

1.2. Rumusan masalah


1. Jelaskan pengertian senyawa kompleks dan ligan?
2. Bagaimana Tata Nama Senyawa Kompleks?
3. Bagaimana pembuatan senyawa kompleks?
4. Bagaimana reaksi senyawa kompleks serta kegunaannya?
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Senyawa Kompleks


Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung kation logam pusat
yang berikatan dengan satu atau lebih ion atau molekul (ligan). Senyawa
kompleks terbentuk dari ion logam dan ligan. Pada umumnya ion logam yang
digunakan adalah: ion logam transisi golongan 3-11 dengan konfigurasi elektron
[gas mulia] nd1-9, sedang ligan yang terkoordinasi adalah basa Lewis. Struktur
dan sifat Senyawa kompleks serta syarat kestabilan telah banyak diteliti dan
dipelajari. Sementara itu ion logam dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd10,
yang disebut sel tertutup (closed shell) kurang diperhatikan karena strukturnya
selalu teratur dan sederhana. Ion logam sel tertutup ini adalah ion logam golongan
11 dengan bilangan oksidasi +1 dan golongan 12 yang berbilangan oksidasi +2.
Struktur kompleks ion logam d10 ini telah didominasi dengan struktur yang dapat
diramalkan, misalnya: struktur kompeks kation [Ag(NH3)2]+ adalah linier dengan
koordinasi dua dan kompleks kation [Zn(NH3)4]2+ adalah tetraeder dengan
koordinasi empat. Selain itu Senyawa kompleks dari ion logam d10 jarang diteliti
karena warnanya selalu putih, bersifat diamagnetik dan energi penstabilan medan
ligan berharga nol.
2.2. Pengertian Ligan
Ligan merupakan basa Lewis yang memiliki pasangan elektron bebas (lone
pair electron), misalnya ligan NH3, H2O dan Cl-atau memiliki pasangan elektron,
misalnya ligan C2H2 (asetilena), C2H4 (etilena) dan C6H6 (benzena). Suatu ligan
dapat memiliki elektron yang tidak berpasangan di samping pasangan
elektron misalnya ligan C5H5 (siklopentadienil), C3H5 (alil) dan NO (nitrosil). Di
dalam ligan terdapat atom donor yaitu atom yang memiliki pasangan elektron
bebas atau atom yang terikat melalui ikatan.Melalui atom-atom donor tersebut
suatu ligan mengadakan ikatan kovalen koordinasi dengan atom atau ion pusat
yang ada.Berdasarkan jumlah atom donor yang dimilikinya, ligan dapat
dikelompokkan sebagai ligan monodentat, bidentat, tridentat, dan
seterusnya. Atom dalam ligan yang menyumbangkan pasangan elektron disebut
atom donor. ikatan logam untuk atom yang melalui satu atom ligan disebut
monodentat Sebuah ligan bidentat pada atom logam melalui dua atom ligan.
Polydentate mengacu pada beberapa titik lampiran oleh satu ligan. Kalau cincin
beranggota enam-lima dihasilkan oleh ikatan ligan polydentate, kompleks ini
disebut sebuah khelat.
2.3. Tata Nama Senyawa Kompleks
Tata nama senyawa kompleks terbagai menjadi dua jenis yakni tata
nama sistematik dan tatanama umum:
a. Tata Nama Umum
Tata nama umum kini jarang bahkan tidak digunakan lagi. Hal ini
disebabkan tata nama dengan cara ini hanya didasarkan atas nama penemu atau
warna yang dimiliki senyawa koordinasi. Berikut adalah beberapa contoh
senyawa koordinasi yang penamaannya didasarkan atas nama penemunya:
Garam Vauquelin : [Pd(NH3)4] [PdCl4]
Garam Magnus : [Pt(NH3)4] [PtCl4]
Senyawa Gmelin : [Co(NH3)6]2(C2O4)3
Garam Zeise : K[PtCl3(C2H4)].H2O
Sedangkan nama senyawa koordinasi yang didasarkan atas warna yang dimiliki
adalah:
Biru prusia (prusian blue) : KFe[Fe(CN)6].H2O
Kompleks luteo (kuning) : [Co(NH3)5Cl]Cl2
Kompleks praseo (hijau) : [Co(NH3)4Cl2]
Alasan-alasan nama umum jarang digunakan atau tidak digunakan:
1. Banyak senyawa kompleks yang berbeda namun disintesis oleh orang yang
sama
2. Banyak senyawa kompleks yang berbeda namun memiliki warna yang sama.
b. Tata Nama Sistematik
Tata nama sistematik dibagi menjadi dua cara yakni:
a) Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan yang ada
serta nama atom pusat beserta tingkat oksidasinya. Bilangan oksidasinya ditulis di
dalam tanda kurung menggunakan angka Romawi. Anggka Romawi yang
diberikan disebut Angka Stock.
b) Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan, nama atom pusat
serta muatan dari kompleks yang ada. Angka arab yang digunakan dapat berupa
tanda positif atau negatif yang menunjukan muatan ion kompleks, angka Arab ini
disebut angka Ewens-Bassett.
c. Tatanama Ligan
 Tata nama Ligan netral
Tata nama ligan netral adalah seperti nama senyawanya kecuali untuk
beberapa ligan seperti yang tertera pada Tabel.
Ligan Nama senyawa Nama ligan
MeCN Asetonitril Asetonitril
En Etilenadiamina atau 1,2-diaminoetana Etilenadiamina
Py Piridina Piridina
AsPh3 Trifenillarsina Trifenillarsina
phen 1,10-fenantrolina atau o-fenantrolina 1,10-fenantrolina
Perkecualian
H2O Air Aqua
NH3 Amonia Amina atau azana
H2S Hidrogen sulfida Sulfan
H2Te Hidrogen telurida Telan
CO Karbon monooksida Karbonil
CS Karbon monosulfida Tiokarbonil
NO Nitrogen monooksida Nitrosil
NO2 Nitrogen monooksida Nitril
NS Nitrogen monosulfida Tionitrosil
SO Nitrogen monoksida Sulfinil atau tionil
SO2 Belerang dioksida Sulfonil atau
sulfulir

 Tatanama Ligan bermuatan negatif


Ligan negatif dapat berupa:
- Ion sisa asam. Ion sisa asam namanya dapat berakhiran –da, -it atau –at,
misalnya klorida (Cl‾), nitrit (NO2‾) dan nitrat (NO3‾)
- Ion bukan sisa asam. Ion bukan sisa asam namanya biasanya berakhiran –da,
misalnya nitrida (N3‾) dan ozonida.
Jika berlaku sebagai ligan baik ion sisa asam maupun ion bukan sisa asam
yang berakhiran –da, diganti dengan akhiran –do, kecuali untuk beberapa ligan
yang tertera pada Tabel.
Rumus kimia Nama ion Nama ligan
NH2 Amida Amido
NH2‾ Imida Imido
N3‾ Nitrida Nitrido
N3‾ Azida Azido
S2‾ Sulfida Sulfido
O3‾ Ozonida Ozonido
Perkecualian
F‾ Fluorida Fluoro
Cl‾ Klorida Kloro
Br‾ Bromida Bromo
I‾ Iodida Iodo
O2‾ Oksida Okso atau oksido
O22‾ Peroksida Perokso
Te2‾ Telurida Telurokso atau telurido
S2‾ Sulfida Tio, tiokso atau sulfido
H‾ Hidrida Hidro atau hidrido
SH‾ Hidrogen Merkapto atau sulfanido
sulfida
RO‾ Alkoksida Alkoksi
C6H5O‾ Fenoksida Fenoksi
CN‾ Sianida Siano
Sedangkan untuk ion sisa asam yang berakhiran -it atau -at jika sebagai ligan
akhirannya ditambah dengan akhiran –o, seperti yang tertera pada Tabel.
Rumus kimia Nama ion Nama ligan
ONO‾ Nitrit Nitrito
NO2‾ Nitrit Nitro
ONO2‾ Nitrat Nitrato
OSO22‾ Sulfit Sulfito
OSO32‾ Sulfat Sulfato
OCN‾ Sianat Sianato
SCN‾ Tiosianat Tiosianato
CO32‾ Kabonat Karbonato
Ligan bermuatan positif sangat jarang dijumpai pada senyawa kompleks oleh
sebab itu tidak dibahas pada bagian ini. Salah satu ligan yang bermuatan positif
adalah H2N-CH2-NH3+.
Dalam menulis ligan pada senyawa koordinasi biasanya atom donor selalu
ditulis didepan, kecuali H2O, H2S dan H2Te. Misalnya untuk ion nitrit (NO2‾), jika
N sebagai atom donor maka penulisan ligannya adalah NO2‾ sedangkan apabila O
yang bertindak sebagai atom donor maka penulisan ligannya adalah ONO‾.
Urutan Penyebutan Ligan
a. Apabila di dalam senyawa kompleks terdapat lebih dari satu ligan maka
urutan penyebutan ligan adalah secara alfabetis tanpa memperhatikan
jumlah dan muatan ligan yang ada. Pada aturan lama ligan yang disebut
terlebih dahulu adalah ligan yang bermuatan negatif secara alfabet
kemudian diikuti dengan ligan netral yang disebut secara alfabet pula.
b. Urutan penyebutan ligan adalah urutan berdasarkan alfabet pada nama ligan
yang telah di Indonesiakan. Misalnya alfabet awal untuk Cl‾
adalah kmeskipun dalam bahasa inggris nama chloro dengan alfabet awal c.
Sebagai contoh nama untuk senyawa kompleks [Co(en)2Cl2]+ adalah :
- Ion bis (etilenadiamina)diklorokobalt(III) (benar)
- Diklorobis (etilenadiamina)kobalt(III) (salah)
c. Jumlah ligan yang ada dapat dinayatakan dengan awalan di, tri. Tetra dan
seterusnya. tetapi apabila awalan-awalan tersebut telah digunakan untuk
menyebut jumlah substituen yang ada pada ligan maka jumlah ligan yang
ada dinyatakan dengan awalan bis, tris, tetrakis dan seterusnya. misalnya
di dalam suatu senyawa kompleks terdapat dua ligan PPh3 maka disebut
dengan bis(trifenilfosfina) bukan di(trifenilfosfina).
d. Ligan-ligan yang terdiri dari dua atom atau lebih ditulis dalam tanda kurung.
 Tatanama Senyawa Kompleks Netral
1) Nama senyawa kompleks netral ditulis dalam satu kata.
2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan
3) Menulis atau menyebut nama atom pusat serta bilangan oksidasi dari
atom pusatyang ditulis dengan anggka Romawi. Dan bilangan oksidasi
atom pusat yang harganya nol tidak perlu dituliskan.
Contoh
[Co(NH3)3(NO2)3] : triaminatrinotrokobaltt(III)
[Ni(CO)4] : tetrakarbonilnikel
[Fe(CO)5] : pentakarbonilbesi
[Fe(CO)2(NO)2] : dikarbonildinitrosilbesi
[Co(CO)3(NO)] : trikarbonilnitrosilkobalt
Keterangan: triaminatrinotrokobaltt(III) merupakan kompleks dengan
biloks = 0, selain itu merupakan kompleks dengan biloks 1.
 Senyawa Kompleks Ionik
Senyawa kompleks ionik kation sebagai ion koMpleks, penamaannya adalah
sebagai berikut:
1) Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion
2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki
3) Menulis atau menyebut nama atom pusat diikuti bilangan oksidasi yang ditulis
dalam anggka Romawi.
Contoh:
Kompleks Spesi yang ada Nama
[Cu(NH3)4]2+ Cu2+ dan 4NH3 ion tetraaminatembaga(II), atau Ion
tetraaminatembaga(2+)
[Co(NH3)4Cl2]+ Co3 , 4NH3, dan 2Cl‾ ion tetraaminadiklorokobalt(II) atau ion
+

tetraaminadiklorokobalt(1+)
[Pt(NH3)4]2+ Pt2+, dan 4NH3 ion tetraaminaplatina(II) atau
iontetraaminaplatina(2+)
[Ru(NH3)5(NO2)]+ Ru2+, 5NH3, dan NO2‾ ion pentaaminanitrorutenium(II) atau ion
pentaaminanitrorutenium(1+)
Senyawa kompleks ionik anion sebagai ion kompleks, Penamaannya adalah
sebagai berikut
1) Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion
2) Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki
3) Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran –
um atau ium diganti –at kemudian diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang
Contoh
Kompleks Spesi yang ada Nama
[PtCl4]2‾ Pt2 dan 4Cl‾
+
Ion tetrakloroplatinat(I) atau ion tetrakloroplatinat(2-)
[Ni(CN)4]2‾ Ni2+ dan 4CN‾ Ion tetrasianonikelat(II) atau ion tetrasianonikelat(2-)
[Co(CN)6] ‾ Co3 dan 6CN‾ Ion
3 +
heksasianokobaltat(III) atau ion
heksasianokobaltat(3-)
[CrF6]3‾ Cr3+ dan 6F‾ Ion heksafluorokromat(III) atau ion
heksasianofluorokromat(3-)
[MgBr4]2‾ Mg2+ dan 4Br‾ Ion tetrabromomagnesat(II) atau Ion
tetrabromomagnesat(2-)
Senyawa kompleks ionik kation dan anion sebagai ion kompleks
Penamaannya adalah menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih
dahulu kemudian nama anion diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis
dalam anggka Romawi atau menulis atau menyebut nama dan jumlah kation
terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti muatan ion kompleks yang ditulis
dengan angka Arab.
Contoh
K3[Fe(CN)6]3‾ : Kalium heksasianoferat(III) atau kalium heksasianoferat(3-)
K4[Fe(CN)6] : Kalium heksasianoferat(II) atau kalium heksasianoferat(4-)
[CoN3(NH3)5]SO4 : Pentaaminaazidokobalt(III) sulfat atau
Pentaaminaazidokobalt(2+) sulfat
[Cu(NH3)4]SO4 : Pentaaminatembaga(II) sulfat atau Pentaaminatembaga(2+) sulfat
[Cu(NH3)4] [PtCl4] : Tetraaminatembaga(II) tetrakloroplatinat(II) atau tetraamina
tembaga(2+) tetrakloroplatinat(2-)
[Co(NH3)6] : Heksaaminakobalt(III) heksasianokromat(III) atau
[Cr(CN)6] heksasianokobalt(3+) heksasianokromat(3-)

2.4. Pembuatan Senyawa Kompleks


Pada awal perkembangan senyawa-senyawa kompleks atau senyawa
koordinasi umumnya dibuat dari unsur-unsur transisi sebagai atom pusat.
Disamping itu, senyawa yang dibentuk dari logam transisi selalu memiliki
bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi positif.
Namun kini senyawa kompleks atau senyawa koordinasi atom pusatnya
tidak harus dari unsur transisi. logam alkali, alkali tanah dan logam utama lainnya
dapat digunakan sebagai atom pusat untuk mensintesis senyawa komplek atau
senyawa koordinasi. Misalnya NaCl yang dikonsumsi sehari-hari dalam kuah
masakan merupakan suatu kompleks. NaCl di dalam air membentuk ion
heksaaquanatrium(I), [Na(H2O)8]+. Ion tetrakloroaluminat(III) [AlCl]‾,
Be(NO3)2.4H2O dan BeSO4.4H2O yang mengandung ion komplek
tetraaquaberilium, [Be(H2O)4]2+, merupakan beberapa senyawa kompleks yang
dibentuk dari unsur-unsur bukan unsur transisi.
Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks,
tidak hanya dibuat dengan unsur transisi sebagai atom pusat, tetapi dapat pula
dibuat dengan unsur-unsur lain atau unsur-unsur logam golongan utama.
2.5. Bilangan Oksidasi Senyawa Kompleks
Awalnya senyawa kompleks yang berhasil disintesis selalu memiliki
bilangan oksidasi yang berharga positif. Berikut adalah beberapa contoh senyawa
kompleks dengan bilangan oksidasi ion pusat berharga positif
Ion kompleks Atom pusat b.o atom pusat
[Co(NH3)6]3+ Co3+ +3
[Co(CN)6]3‾ Co3+ +3
[Cu(NH3)4]2+ Cu2+ +2
[Fe(CN)6]3‾ Fe3+ +3
[Pd(NH3)4]2+ Pd2+ +2
[PtCl4]2‾ Pt2+ +2
Keterangan: b.o = bilangan oksidasi
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa atom pusat suatu kompleks
tidak harus memiliki bilangan oksidasi yang harganya positif. Atom pusat suatu
kompleks dapat memiliki bilangan oksidasi nol dan negatif.Berikut adalah contoh
kompleks dengan bilangan oksidasi nol dan harga bilangan oksidasi negatif.
Kompleks b.o atom pusat Kompleks b.o atom pusat
[V(CO)6] 0 [V(CO)6] ‾ -1
[Cr(CO)6] 0 [Cr(CO)5] ‾
2
-2
[Fe(CO)5] 0 [Mn(CO)5] ‾ -1
[Co(Cp)2] 0 [Fe(CO)4] ‾
2
-2
[Ni(CO)4] 0 [Re(CO)4] ‾
3
-3
Keterangan: b.o = bilangan oksidasi
Catatan: CO adalah ligan karbonil, Cp ligan siklopentadienil dan NO adalah ligan
nitrosil. Ketiga ligan tersebut merupakan ligan netral.
2.6. Bilangan Koordinasi
Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah
elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara
2 dan 9. Khususnya kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling
stabil secara elektronik dan secara geometri dan kompleks dengan bilangan
koordinasi 4-6 yang paling banyak dijumpai. Kompleks dengan berbagai bilangan
koordinasi dideskripsikan di bawah ini.
a. Kompleks berbilangan koordinasi dua
Banyak ion yang kaya elektron d10, misalnya: Cu+, Ag+, dan Au+, membentuk
kompleks linear seperti [Cl-Ag-Cl]- atau [H3N-Au-NH3]-. Kompleks dengan
valensi nol [Pd(PCy3)2] dengan ligan yang sangat meruah trisikloheksilfosfin juga
dikenal. Umumnya, kompleks berkoordinasi 2 dikenal untuk logam transisi akhir.
b. Kompleks berbilangan koordinasi tiga
Walaupun [Fe{N(SiMe3)3}3] adalah salah satu contoh, komplek dengan bilangan
koordinasi 3 jarang diamati.
c. Kompleks berbilangan koordinasi empat
Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah
geometri yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h)
juga dikenal. [CoBr4]2-, Ni(CO)4, [Cu(py)4]+, [AuCl4]- adalah contoh-contoh
kompleks tetrahedral. Ada beberapa kompleks bujur sangkar dengan ligan identik,
seperti [Ni(CN)4]2-, atau [PdCl4]2-. Dalam kasus kompleks ligan campuran,
sejumlah kompleks bujur sangkar ion d8, Rh+, Ir+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, telah
dilaporkan. Contohnya termasuk [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)(PMe3)2],
[NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5).
d. Kompleks berbilangan koordinasi lima
Contoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h)
Fe(CO)5 atau piramida bujur sangkar (C4v) VO(OH2)4. Dulunya, kompleks
berbilangan koordinasi lima jarang namun jumlahnya kini meningkat. Perbedaan
energi antara dua modus koordinasi (nbipiramida dan piramida bujursangakar,
pentj) ini tidak terlalu besar dan transformasi struktural mudah terjadi. Misalnya,
struktur molekular dan spektrum Fe(CO)5 konsisiten dengan struktur bipiramid
trigonal, tetapi spektrum NMR 13C menunjukkan satu sinyal pada suhu rendah,
yang mengindikasikan bahwa ligan karbonil di aksial dan ekuatorial mengalami
pertukaran dalam skala waktu NMR (10-1~10-9 s). Transformasi struktural
berlangsung melalui struktur piramid bujur sangkar dan mekanismenya dikenal
dengan pseudorotasi Berry.
e. Kompleks berbilangan koordinasi enam
Bila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral
(Oh) yang paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur oktahedral.
Khususnya, ada sejumlah kompleks Cr3+ dan Co3+ yang inert pada reaksi
pertukaran ligan, dinyatakan dengan [Cr(NH3)6]3+ atau [Co(NH3)6]3+. Keduanya
khususnya penting dalam sejarah perkembangan kimia koordinasi. [Mo(CO)6],
[RhCl6]3-, dsb. juga merupakan kompleks oktahedral. Dalam kasus ligan
campuran, isomer geometri cis- dan trans-[MA4B2] dan mer- dan fac-[MA3B3],
dan untuk ligan khelat ∆-[M(A-A)3] dan Λ-[M(A-A)3] isomer optik, mungkin
terjadi. Struktur oktahedral menunjukkan distorsi tetragonal, rombik, trigonal
yang disebabkan efek elektronik atau sterik. Distorsi tetragonal [Cr(NH3)6]3+ oleh
faktor elektronik adalah contoh khas efek Jahn-Teller.
Atom dengan koordinasi enam dapat berkoordinasi prisma trigonal.
Walaupun koordinasi ini diamati di [Zr(CH3)6]2- atau [Re{S2C2(CF3)2}3],
kompleks logam jarang berkoordinasi prisma trigonal karena koordinasi
oktahedral secara sterik lebih natural. Walaupun demikian telah lama dikenal
bahwa belerang di sekitar logam adalah prisma trigonal dalam padatan MoS2 dan
WS2.
f. Kompleks berbilangan koordinasi lebih tinggi dari enam
Ion logam transisi deret kedua dan ketiga kadang dapat mengikat tujuh atau
lebih ligan dan misalnya [Mo(CN)8]3- atau [ReH9]2-. Dalam kasus-kasus ini,
ligan yang lebih kecil lebih disukai untuk menurunkan efek sterik.
2.7 Reaksi Senyawa Kompleks
a. Reaksi substitusi dalam larutan air
Cara ini merupakan cara yang terpenting, reaksinya terjadi antara
larutan garam logam di dalam air dengan pereaksi koordinasi. Reaksi
pembentukan kompleks tetraamine tembaga (II) dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut :
[Cu(H2O)4]SO4 + NH3  [Cu(NH3)4]SO4 + 4H2O
Biru tua
+ C2H5OH

[Cu(NH3)4]SO4
Kristal
b. Reaksi substitusi dalam larutan bukan air
Penggunaan pelarut – pelarut bukan air tidak banyak dilakukan. Cara ini
hanya dilakukan bila :
1. Ion logam mempunyai afinitas besar terhadap air.
2. Ligan yang dipakai tidak larut dalam air.
Ion – ion yang mempunyai afinitas besar terhadap air dan membentuk ikatan
logam – oksigen yang kuat ialah Al3+ , Fe3+ , dan Cr3+ . Penambahan ligan yang
bersifat basis tidak membentuk kompleks, tetapi endapan basa yang gelatinous.
Dalam hal ini hidrat dari ion di atas bersifat sebagai asam protonik.
c. Reaksi substitusi tanpa adanya pelarut
Reaksi antara garam anhidrous dan suatu ligan cair dapat dipakai untuk
membuat kompleks logam. Dalam banyak hal, ligan cair yang jumlahnya
berlebihan dapat berfungsi sebagai pelarut untuk campuran reaksi.
[Ni(NH3)6]Cl2 dapat dibuat dengan mereaksikan NiCl2 dengan NH3 cair dan
menguapkan sisa NH3, yang mempunyai titik didih rendah (-33◦C).
NiCl2 + NH3  [Ni(NH3)6]Cl2
Kuning violet
d. Reaksi oksidasi – reduksi
Senyawa – senyawa kobalt (III) kompleks selalu dibuat dari garam kobalt
(II), sebab bilangan oksidasi kobalt biasanya (II). Kobalt (III) kompleks stabil bila
mempunyai gugus koordinasi tertentu. Reaksi kobalt (II) dengan ligan cepat dan
ini kemudian dapat dibuat kobalt (III) kompleks dengan jalan oksidasi.
Pembentukan kompleks [Co(NH3)6] Cl3 terjadi secara bertahap.
[Co(H2O)6] Cl2 + 6NH3  [Co(NH3)6] Cl2 + 6H2O
[Co(NH3)6] Cl2 + 4NH3Cl + O2  4[Co(NH3)6] Cl3 + 4NH3 + 2H2O
2.8 Kegunaan Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks sebagai katalis
Katalis senyawa kompleks logam transisi dengan rumus umum
[M(L)n]x[A]y dimana M adalah ion logam pusat, L adalah ligan lemah dan A
adalah anion lawan berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi,
beberapa diantaranya telah diaplikasikan sebagai katalis dalam reaksi kimia
organik. Reaktifitas senyawa kompleks logam transisi ini sebagai katalis muncul
disebabkan oleh karena dua hal. Pertama, ligan lemah yang terikat pada ion logam
pusat dapat dengan mudah disubsitusi atau digantikan kedudukannya oleh
substrat. Kedua, anion lawan yang berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non
koordinasi yang merupakan suatu asam lewis kuat, dapat meningkatkan keasaman
lewis dari logam pusat. Keasaman diperlukan untuk menarik substrat agar terikat
ke pusat aktif logam.
Beberapa senyawa kompleks tembaga(II) seperti [Cu(NCCH3)6][B(C6F5)4]2
dan [Cu(NCCH3)6][BF4]2 dilaporkan telah berhasil disintesis dan diaplikasikan
pada reaksi kimia organik seperti aziridinasi dan siklopropanasi berbagai senyawa
olefin pada tempratur ruang baik pada fasa homogen maupun heterogen. Pada fasa
homogen, katalis-katalis ini menunjukkan hasil yang memuaskan dengan
rendemen hasil dan selektifitas yang tinggi. Sedangkan pada fasa heterogen
katalis-katalis ini menunjukkan penurunan aktifitas setelah digunakan untuk
beberapa kali reaksi. Meski demikian, katalis homogen masih memiliki beberapa
kelemahan seperti sulitnya pemisahan dari produk, serta akumulasi logam dan
ligan yang bersifat toksik dari senyawa komplek logam transisi yang dapat
mecemari lingkungan.
Aplikasi senyawa kompleks
a. Aplikasi Dalam Bidang Kesehatan
Senyawa kompleks gadolinium-dietilentriaminpentaasetato (GdDTPA)
secara in vivo telah digunakan dalam bidang kesehatan sebagai senyawa
pengontras MRI untuk diagnose berbagai penyakit
b. Aplikasi Dalam Bidang Farmasi
Sintesis senyawa kompleks besi (II) dengan menggunakan ligan turunan
1,10-Phenantrolin (phen) seperti 4,7-dimetil-phen (DMP). 3,4,7,8-tetrametil-phen
(TMP) dan 4,7-difenil-phen (DIP) menggunakan metode substitusi ligan yang
digunakan sebagai kandidat senyawa obat pada terapi penyakit tumor/kanker.
c. Aplikasi Dalam Bidang Industri
Penentuan kesadahan air untuk menganalisa pembentukan kerak yang terjadi
pada dinding pipa yang disebabkan endapan CaCO3. Metode yang digunakan
dalam analisis larutan Ethyldiamine tetra acetic acid sebagai larutan standarnya,
untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam. Diantara indikator
yang digunakan adalah Eriochrome Black T.
d. Aplikasi Dalam Bidang Lingkungan
Proses biosintesis asam oksalat oleh jamur pembusuk coklat merupakan
proses fisiologis yang sangat penting bagi jamur, dimana jamur memberoleh
energi dengan mengoksidasi karbohidrat menjadi asam oksalat, seperti pada
persamaan: C6H12O6 + 5O2 2(COOH)2 + 2CO2 + 4H2O
Dalam metabolisme biosintesis asam oksalat pada jamur basidiomisetes,
asetil-KoA yang diperoleh dari oksidasi glukosa dikonversi menjadi asam oksalat
selanjutnya di disekresikan ke lingkungann sintesis asam oksalat dengan
mengunakan inhibitor spesifik menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jamur
untuk meminimalisir dalam degradasi polutan.
e. Aplikasi Dalam Bidang Pertanian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan urea dengan asam humat yang
berasal dari Gambut Kalimantan sebesar 1% menghasilkan pupuk urea yang lebih
tidak mudah larut daripada yang dilapisi asam humat dari Rawa Pening. Dengan
pelepasan N yang lebih lambat diharapkan keberadaan N di dalam tanah lebih
awet dan pemupukan menjadi lebih efisien.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung kation logam pusat
yang berikatan dengan satu atau lebih ion atau molekul (ligan). Senyawa
kompleks terbentuk dari ion logam dan ligan. Pada umumnya ion logam yang
digunakan adalah: ion logam transisi golongan 3-11 dengan konfigurasi elektron
[gas mulia] nd1-9, sedang ligan yang terkoordinasi adalah basa Lewis.
Ligan merupakan basa Lewis yang memiliki pasangan elektron bebas (lone
pair electron), misalnya ligan NH3, H2O dan Cl-atau memiliki pasangan elektron,
misalnya ligan C2H2 (asetilena), C2H4 (etilena) dan C6H6 (benzena).Suatu ligan
dapat memiliki elektron yang tidak berpasangan di samping pasangan
elektron misalnya ligan C5H5 (siklopentadienil), C3H5 (alil) dan NO (nitrosil).
DAFTAR PUSTAKA

Effendy. 2011. Kimia Koordinasi Jilid 1 Edisi 2. Malang: Universitas Negeri


Malang.
Novita, C. 2013. Senyawa Kompleks. (Online).
https://www.scribd.com/doc/138081858/Senyawa-Kompleks. (Diakses
pada tanggal 25 Januari 2019 ).
Zamulfah. 2014. Senyawa Kompleks. (Online).
https://www.scribd.com/doc/217009736/Senyawa-Kompleksn. (Diakses
pada tanggal 25 Januari 2019).

Anda mungkin juga menyukai