OPERASIONAL
dr.DedyDamhudi
NIP. 198306112011011008
1
berdenyut lakukan RJP.
2
DNR
RUMAH SAKIT
(DO NOT RESUCITATE)
UMUM DAERAH
MARTAPURA KELAS No Dokumen No Revisi Halaman
D KAB. OKU TIMUR
00
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan
OPERASIONAL 24 Januari 2019 Direktur
dr.Dedy Damhudi
NIP. 198306112011011008
Pengertian Resusitasi
Intervensi medis yang bertujuan untuk memulihkan aktivitas
Antung atau pernapasan, dan yang tercantum di sini:
1. Pacu jantung (penekanan dada)
2. Defibrilasi
3. Assisted ventilasi
4. Endotrakeal intubasi
5. Pemberian obat kardiotonik
DNR Order : Perintah untuk menahan resusitasi.
Sebuah Order DNR dianggap hanya jika satu atau lebih kondisi
berikut ada :
1. Terdapat bukti legal baik fotocopi maupun asli yang berisi
order DNR
2. Pasien memakai Medallion / gelang DNR
3. Untuk pasien yang berada dalam fasilitas perawatan kesehatan
berlisensi atau yang sedang ditransfer antara fasilitas kesehatan
berlisensi, dokumen yang ditulis dalam catatan permanen medis
pasien yang berisi pernyataan “Jangan Resusitasi”, “Kode Tidak
Resusitasi”, “Do Not Resuscitate (DNR)” atau tidak CPR, telah
dilihat oleh personil tenaga medis Rumah Sakit Umum Daerah
Martapura. Keaslian dokumen ini harus secara verbal
didokumentasikan oleh saksi dari fasilitas perawatan kesehatan.
Tuuan Untuk menetapkan criteria ketika menentukan kelayakan menahan
tindakan resusitasi yang memenuhi persyaratan perundang-undang
dan hak-hak pasien
Kebijakan Tidak boleh dilakukan resusitasi pada pasien yang mempunyai
DNR, kecuali sampai belum dibuktikan dengan keterangan yang
jelas dan legal
Prosedur 1. Semua paasien memerlukan evaluasi medis segera
3
2. Semua pasien dengan tanda-tanda vital tidak ada yang tidak
“jelas mati”, harus diperlukan dengan tindakan resusitasi,
kecuali petugas medis Rumah Sakit Umum Daerah disajikan
dengan Order DNR sebagaimana ditentukan sebelumnya. Tanda
jelas mati (Triple zero)
jelas pasien meninggal adalah mereka ditemukan non
bernapas, pulseless, asystolic, dan memiliki satu atau lebih dari
jangka panjang indikasi berikut kematian
Dekapitasi
Rigor Mortis tanpa hypothermia
Profound dependent lividity
Decomposition (pembusukan)
Mummifikasi / putrifikasi
Insenerasi
Pembekuan mayat
3. Identifikasi yang benar dari pasien sangat penting dalam proses
ini. Jika tidak mengenakan Medallion DNR, pasien harus positif
diidentifikasi sebagai orang yang disebutkan dalam Order DNR.
Hal ini biasanya akan memerlukan baik kehadiran saksi atau
band identifikasi.
4. Ketika Order DNR adalah operasi, jika pasien tidak teraba nadi
dan apneu, resusitasi akan ditahan atau dihentikan.. pasien
menerima perawatan lengkap selain resusitasi (misalnya, untuk
obstruksi jalan napas, nyeri, dyspnea, perdarahan, dll)
5. Sebuah Order DNR dianggap batal dan tidak berlaku di bawah
salah satu kondisi berikut. Jika ada dari keadaan ini terjadi,
pengobatan yang tepat akan terus atau segera dimulai, termasuk
resusitasi, jika perlu.
a. Pasien sadar dan menyatakan bahwa ia ingin resusitasi
b. Ada keberatan atau perselisihan dengan anggota keluarga
atau pengasuh
c. Ada pernyataan / perselisihan mengenai keabsahan Order
DNR
6. Petunjuk penting lainnya, seperti informal “Wasiat hidup” atau
instruksi tertulis tanpa agen untuk perawatan kesehatan mungkin
ditemui. Jika hal iini terjadi, resusitasi harus dimulai, jika ada
indikasi
7. Jiak agen perawatan resusitasi tidak dilakukan, petugas medis
Rumah Sakit Umum Daerah Martapura harus menginformasikan
4
agen konsekuensi dari permintaan
8. Order DNR harus dihormati selama transportasi rujukan
Dalam hal pasien berakhir selama transportasi, berikut harus
dipertimbangkan:
a. Kecuali secara khusus meminta, pasien tidak harus
dikembalikan
ke kediaman pribadi atau fasilitas keperawatan terampil
b. Lanjutkan ke rumah sakit tujuan atau kembali kerumah sakit
yang berasal jika waktu tidak berlebihan
c. Jika waktu transportasi akan berlebihan, mengalihkan
Kerumah sakit terdekat
9. Untuk semua kasus ketika seorang pasien dengan Order DNR
ditemui, petugas Rumah Sakit Umum Daerah Martapura harus
mendokumentasikan berikut pada laporan perawatan pra-rumah
sakit mereka:
a. Nama dokter pasien menandatangani Order DNR
b. Tanggal perintah itu ditandatangani
c. Jenis DNR Order (DNR Medallion, pra-rumah sakit DNR
Form,
ditulis urutan bagan fasilitas perawatan kesehatan berlisensi).
d. Nama orang yang mengidentifikasi pasien jjika Medallion
/gelang DNR bukanlah dasar keputusan
5
SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI
(DO NOT RESUCITATE)
Nama :.........................................................................................................................................
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya membuat keputusan dan menyetujui perintah do not
resuscitate (jangan diresusitasi).
Saya menyatakan bahwa jika jantung saya berhenti berdetak jika saya berhenti bernafas tidak
ada prosedur medis untuk mengembalikan bernafas atau berfungsi kembali jantung akan
dilakukan oleh staf Rumah Sakit, termasuk namun tidak terbatas pada staf layanan medis
darurat.
Saya memahami bahwa keputusan ini tidak akan mencegah saya menerima pelayanan
kesehatan lainnya seperti pemberian maneuver heimlich atau pemberian oksigen dan
langkah-langkah
perawatan untuk meningkatkan kenyamanan lainnya.
Saya memberikan ijin agar informasi ini diberikan kepada seluruh staf Rumah Sakit, saya
memahami bahwa saya dapat mencabut pernyataan ini setiap saat.
6
Formulir Do-Not-Resuscitate (DNR)
Formulir ini adalah perintah dokter di mana tenaga medis emergensi tidak boleh melakukan
resusitasi bila pasien dengan identitas di bawah ini mengalami henti jantung (di mana tidak
ada denyut nadi) atau henti napas (tidak ada pernapasan spontan). Formulir ini juga
menginstruksikan kepada tenaga medis emergensi untuk tetap melakukan intervensi atau
pengobatan atau tata laksana lainnya sebelum terjadi henti napas atau henti jantung.
Identitas Pasien
Nama lengkap pasien:_________________________________________________________
Tempat & tanggal lahir pasien:__________________________________________________
o Usaha komprehensif untuk mencegah henti napas atau henti jantung TANPA
melakukan intubasi. DNR jika henti napas atau henti jantung terjadi. TIDAK
melakukan CPR.
o Usaha suportif sebelum terjadi henti napas atau henti jantung yang meliputi
pembukaan jalan napas secara non-invasif, pemberian oksigen, mengontrol
perdarahan, memposisikan pasien dengan nyaman, bidai, obat-obatan anti-nyeri,
TIDAK melakukan CPR bila henti napas atau henti jantung terjadi.
Saya, dokter yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa keputusan DNR di atas
diambil setelah pasien diberi penjelasan, dan informed consent diperoleh dari :
o Pasien sendiri
o Tenaga kesehatan yang ditunjuk pasien
o Wali yang sah atas pasien (termasuk yang ditunjuk pengadilan)
o Anggota keluarga pasien
Jika hal di atas tidak dimungkinkan, maka saya, dokter yang bertandatangan di bawah ini
memberikan perintah DNR di atas berdasarkan pada:
7
Tandatangan Dokter
8
DAFTAR ISI
Halaman..................................................................................................................................... i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I DEFINISI........................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP......................................................................................................2
BAB III TATA LAKSANA.......................................................................................................
BAB IV DOKUMENTASI........................................................................................................
9
BAB I
DEFINISI
1. Tujuan
Untuk menyediakan suatu proses di mana pasien bisa memilih prosedur yang nyaman
dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi dalam kasus henti jantung atau
henti napas,
10
BAB II
RUANG LINGKUP
Rumah sakit menghormati hak paisen dan keluarga dalam menolak tindakan
resusitasi atau pengobatan bantuan hidup dasar. Penolakan resusitasi dapat diminta oleh
pasien dewasa yang kompeten dalam mengambil keputusan.
Pasien yang tidak bisa membuat keputusan terhadap dirinya (belum cukup umur,
gangguan kesadaran mental dan fisik) diwakilkan kepada anggota keluarga atau wali
yang ditunjuk.
GUIDELINES:
A. Menghormati keinginan pasien dan keluarganya :
1. Kecuali perintah DNR dituliskan oleh dokter untuk seorang pasien, maka dalam
kasus-kasus henti jantung dan henti napas, tenaga emergensi wajib melakukan
tindakan resusitasi
2. Ketika memutuskan untuk menuliskan perintah DNR, dokter tidak boleh
mengesampingkan keinginan pasien maupun walinya
3. Perintah DNR dapat dibatalkan (atau gelang DNR dapat dimusnahkan)
B. Kriteria DNR
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil
keputusan, telah mendapat penjelasan dari dokternya atau bagi pasien yang
dinyatakan tidak kompeten, keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat atau
wali yang sah yang ditunjjuk oleh pengadilan
2. Dengan pertimbangan tetntu, hal-hal di bawah ini dapat menjadi bahan diskusi
perihal DNR dengan pasien / walinya
a. Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau CRP
hanya menunda proses kematian yang alami
b. Pasien tidak sadar secara permanen
c. Pasien berada pada kondisi terminal
d. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian disbanding
keuntungan jika resusitasi dilakukan
11
BAB III
TATA LAKSANA
12
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara Rumah sakit dengan
menggunakan format yang sudah disediakan oleh Rekam Medis
2. Penolakan pemberian DNR (Do Not Resusitate) atau jangan lakukan resusitasi dengan
mengisi formulir keputusan DNR
3. Seluruh tindakan yang dilakukan dicatat dalam catatan keperawatan (RM)
Ditetapkan di : Martapura
Pada Tanggal : 17 Januari 2019
DIREKTUR RSUD MARTAPURA
KABUPATEN OKU TIMUR
13
PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR
Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang
mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas
spontan? Apakah Anda dapat menentukan orang tersebut sudah mati? Seseorang
yang mengalami henti nafas ataupun h e n t i jantung belum tentu ia
mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan
melakukan tindakan pertolongan pertama, seseorang yang henti napas dan
henti jantung dapat dipulihkan kembali. Tindakan pertolongan pertama yang
dilakukan untuk memulihkan kembali s e s e o r a n g y a n g m e n g a l a m i h e n t i
n a p a s d a n h e n t i j a n t u n g d i s e b u t b a n t u a n h i d u p d a s a r , a t a u dalam
istilah Inggris disebut BacisLife Support.
Bantuan hidup dasar inilah yang harus dikuasai oleh
masyarakat awam, karena bis a dilakukan sebelum korban sampai
d i r u m a h s a k i t . W a k t u s a n g a t p e n t i n g d a l a m m e l a k u k a n bantuan hidup
dasar. Otak dan jantung bila tidak mendapat oksigen lebih dari 8-10 menit akan
mengalami kematian, sehingga korban tersebut dapat mati.Bantuan hidup
dasar (BHD) dibagi menjadi 3 tahapan yaitu ABC yang dilakukan secara simultan.
Sebelum melakukan tayhapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal
pada pasien/ korban, yaitu:
1. Memastikan keamanan lingkungan Aman bagi penolong maupun aman bagi
korban itu sendiri.
2. Memastikan kesadaran korban dalam memastikan kesadaran korban dapat
dilakukan dengan menyentuh atau menggoyangkan bahu korban dengan lembut
dan mantap, sambil memanggil namanya atau Pak!/ Buk!/ Mas!/ Mbak!, dll.
3. Meminta pertolongan Bila diyakini korban tidak sadar atau tidak ada respon
segera minta pertolongan dengan cara: berteriak tolong! beritahu posisi dimana,
pergunakan alat komunikasi yang ada, atau aktifkan bel / sistem emergency yang
ada (bel emergency dirumah sakit).
4. Memperbaiki posisi korban Tindakan BHD yang efektif bila korban dalam
posisitelentang, berada pada permukaan yang rata/ keras dan kering. Bila
ditemukan korban miring atau telungkup korban harus ditelentangkan dulu
dengan membalikan badan menjadi satu garis lurus untuk mencegah cedera/
komlikasi.
5. Mengatur posisi penolong posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu korban
agar pada saat memberikan bantuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak
perlu banyak pergerakan.
14
A (AIRWAY) Jalan Nafas
Pada korban yang tidak sadar akan terjadi relaksasi dari otot-otot di dalam
mulut. Akibatnya lidah akan jatuh ke belakang dari tenggorokan dan akan menutupi
jalan napas. Akibatnya, korban tidak dapat bernapas. Penutupan jalan ini juga dapat
disebabkan oleh gigi palsu, sisa-sisa muntahan, atau benda asing lainnya. Di sini penolong
memeriksa apakah korban masih bernapas atau tidak. Bila tidak bernapas akibat adanya
sumbatan maka penolong harus membersihkan jalan napas ini agar menjadi terbuka.
Korban dibaringkan terlentang.
Penolong berltuut di samping korban sebelah kanan pada posisi sejajar dengan
bahu.
Letakan tangan kiri penolong di atas dahi korban dan tekan kearah bawah dan
tangan kanan penolong mengangkat dagu korban ke atas. Tindakan ini akan
membuat lidah tertarik ke depan dan jalan napas terbuka serta akan membentuk
satu garis lurus sehingga oksigen mudah masuk. Dekatkan ajah anda ke wajah
korban, dengar serta rasakan hembusan napas korban sambil melihat ke arah dada
korban apakah ada gerakan kedada atau tidak. Bila korban masih bernapas maka.
Baringkan korban di tempat yang aman dan nyaman, jangan dikerumuni, berikan
posisi berbaring yang senyaman mungkin bagi korban.
Bila Anda tidak dapat mendengar dan tidak merasakan napas korban serta adanya
gerakan dada, maka ia menunjukkan bahwa korban tidak bernapas. Setelah itu
lakukan langkah kedua
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Martapura maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang
bermutu tinggi dari setiap unit pelayanan yang ada,
b. Bahwa dalam rangka melindungi pasien dalam proses pengobatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Martapura, maka perlu ditetapkan kebijakan
penolakan
resusitasi (DNR).
c. Bawah berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b
perlu ditetapkan Surat Keputusan Direktur tentang kebijakan penolakan
resusitasi (DNR) Rumah Sakit Umum Daerah Martapura.
MEMUTUSKAN
Menetapkan;
KETIGA :Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaiki
sebagaimana mestinya
17
Ditetapkan di : Martapura
Pada Tanggal : 21 Januari 2019
Direktur,
dr.Dedy Damhudi
NIP. 198306112011011008
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Martapura
18
Nomor
Tanggal
Ditetapkan di : Martapura
Pada Tanggal : 21 Januari 2019
Direktur,
dr.Dedy Damhudi
NIP. 198306112011011008
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARTAPURA
Nomor :
19
Tentang
PANDUAN RESUSITASI JANTUNG DAN PARU
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MARTAPURA TENTANG PANDUAN RESUSITASI JANTUNG DAN
PARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARTAPURA
KEDUA : Panduan Resusitasi Jantung dan Paru dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas dan keamanan pelayanan pasien sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kesatu
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Martapura
Pada Tanggal : 21 Januari 2019
Direktur,
dr.Dedy Damhudi
NIP. 198306112011011008
20