Oleh :
Galih Nugraha
04084821618217
Pembimbing :
drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
1. Klasifikasi Karies (ICDAS)
D1 Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan gigi.
D2 Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada
permukaan gigi.
D3 Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
D4 Lesi email lebih dalam. tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah
mencapai bagian dentino enamel Junction (DEJ).
D5 Lesi telah mencapai dentin.
D6 karies dentin yang sudah sangat meluas (melibatkan pulpa).
2. Perjalanan Karies
Serabut saraf yang terdapat pada gigi baik rahang atas dan rahang bawah juga pada
mata terhubung melalui saraf trigeminus ( nervus V/ganglion gasseri).
N.V1 Cabang Opthalmicus
N.V2 Cabang Maxillaris
N.V3 Cabang Mandibula
PALATUM MOLE
N. Palatinus Minus (keluar dari foramen palatina minus), mempersarafi seluruh
palatina mole.
PERSARAFAN GINGIVA
a. Permukaan labia dan buccal :
o N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang bawah
o N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari foramen
Mentale
b. Permukaan lingual :
o N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior dan
posterior rahang bawah
4. White Spot
White spot atau lesi putih adalah proses awal terjadinya karies namun
pada fase ini permukaan gigi masih utuh. Lesi email awal dikenal pula dengan
“white spot lesion” karena secara klinis lesi ini terlihat sebagai bercak yang
berwarna putih pada gigi. Daerah white spot ini akan terlihat jelas pada gigi
karena gigi yang asli berwarna putih transparan dan mengkilat serta dilapisi
pelikel (lapisan tipis bening dan tipis pada gigi). Jika pelikel ditumbuhi oleh
kuman maka terbentuklah plak dan hal ini jika dibiarkan, lama kelamaan akan
terkalsifikasi (bercampur dengan kalsium), mengeras dan membentuk karang
gigi. Karang gigi inilah yang mengganggu keseimbangan proses demineralisasi
– remineralisasi tadi. White spot ini ditemukan pada area yang mudah tertimbun
plak seperti permukaan gigi incisivus maksila, area pit dan fissur serta dibawah
kontak pointdiantara gigi geligi.
5. Karies Email
6. Karies Dentin
7. Iritasi Pulpa
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami
kerusakan sampai batas dentino enamel junction.
Gejala-gejala :
Kadang-kadang ngilu bila makan/ minum dingin,manis,asam dan bila sikat gigi
Rasa ngilu akan hilang bila rangsangan dihilangkan
Pemeriksaan objektif :
Terlihat karies yang kecil
Dengan sonde : tidak memberi reaksi, tetapi kadang-kadang terasa sedikit
Tes thermis : dengan chlor etil terasa ngilu, bila rangsang dihilangkan biasanya
rasa ngilu juga hilang
Therapi :diberi tumpatan sesuai indikasinya
Iritasi pada jaringan pulpa akan mengakibatkan inflamasi. Iritan terhadap jaringan
pulpa dapat terbagi menjadi tiga yaitu iritan mikroba, iritan mekanik, dan iritan kimia.
1. Iritan mikroba.
Bakteri yang terdapat dalam karies merupakan sumber utama iritasi terhadap
jaringan pulpa. Bakteri akan memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalam
pulpa melalui tubulus dentinalis sehingga sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag,
limfosit, dan sel plasma akan berinfiltrasi secara lokal pada jaringan pulpa. Jika pulpa
terbuka, leukosit polimorfonukleus berinfiltrasi dan membentuk suatu daerah nekrosis
pada lokasi terbukanya pulpa. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk waktu yang
lama sampai akhirnya menjadi nekrosis atau bisa dengan cepat menjadi nekrosis. Hal
ini bergantung pada virulensi bakteri, kemampuan mengeluarkan cairan inflamasi guna
mencegah peningkatan tekanan intra pulpa, ketahanan host, jumlah sirkulasi, dan
drainase limfe.
2. Iritan mekanik.
Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak trauma,
trauma oklusal, kuretase periodontal yang dalam, dan gerakan ortodonsi merupakan
iritan-iritan yang berperan terhadap kerusakan jaringan pulpa.
Preparasi kavitas mendekati pulpa dan dilakukan tanpa pendinginan sehingga
jumlah dan diameter tubulus dentinalis akan meningkat. Pada daerah yang mendekati
pulpa menyebabkan iritasi pulpa semakin meningkat oleh karena semakin banyak
dentin yang terbuang. Pengaruh trauma yang disertai atau tanpa fraktur mahkota dan
akar juga bisa menyebabkan kerusakan pulpa. Keparahan trauma dan derajat penutupan
apeks merupakan faktor penting dalam perbaikan jaringan pulpa. Selain itu, aplikasi
gaya yang melebihi batas toleransi fisiologis ligamentum periodontal pada perawatan
ortodonsi akan mengakibatkan gangguan pada pasokan darah dan saraf jaringan pulpa.
Scaling yang dalam dan kuretase juga bisa menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah dan saraf di daerah apeks sehingga merusak jaringan pulpa.
3. Iritan kimia.
Iritan pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan untuk desentisasi, sterilisasi,
pembersih dentin, base, tambalan sementara dan permanen. Zat antibakteri seperti
silver nitrat, fenol dengan atau tanpa camphor, dan eugenol dapat menyebabkan
perubahan inflamasi pada jaringan pulpa.
8. Hiperemia Pulpa
Hiperemi pulpa adalah penumpukan darah secara berlebihan pada pulpa, yang
disebabkan oleh kongesti vaskular. Hiperemi pulpa ada dua tipe:
o Arteri (aktif), jika terjadi peningkatan peredaran darah arteri.
o Vena (pasif), jika terjadi pengurangan peredaran darah vena.
Jadi, hiperemi pulpa merupakan penanda bahwa pulpa tidak dapat dibebani iritasi
lagi untuk dapat bertahan sebagai suatu pulpa yang tetap sehat.
Hiperemi pula dapat disebabkan oleh:
a. Trauma, seperti oklusi traumatik, syok termal sewaktu preparasi kavitas,
dehidrasi akibat penggunaan alkohol atau kloroform, syok galvanik, iritasi
terhadap dentin yang terbuka di sekitar leher gigi.
b. Kimiawi, seperti makanan yang asam atau manis, iritasi terhadap bahan
tumpatan silikat atau akrilik, bahan sterilisasi dentin (fenol, H2O2, alkohol,
kloroform).
c. Bakteri yang dapat menyebar melalui lesi karies atau tubulus dentin ke pulpa,
jadi dalam hal ini sebelum bakterinya masuk ke jaringan pulpa, tetapi baru
toksin bakteri.
Gejala
Hiperemi pulpa bukanlah penyakit, tetapi merupakan suatu tanda bahwa ketahanan
pulpa yang normal telah ditekan sampai kritis. Hiperemi pulpa ditandai dengan rasa
sakit yang tajam dan pendek. Umumnya rasa sakit timbul karena rangsangan air,
makanan, atau udara dingin, juga karena makanan yang manis atau asin. Rasa sakit ini
tidak spontan dan tidak berlanjut jika rangsangan dihilangkan.
Diagnosis
Hiperemi pulpa didiagnosis melalui gejalanya dan pemeriksaan klinis. Rasa sakit
tajam dan berdurasi pendek, berlangsung beberapa detik sampai kira-kira 1 menit,
umumnya hilang jika rangsangan disingkirkan. Pulpa yang hiperemi, peka terhadap
perubahan temperatur, terutama rangsangan dingin. Rasa manis umumnya juga
menyebabkan rasa sakit.
Pemeriksaan visual dan riwayat sakit pada gigi tersebut harus diperhatikan,
misalnya apakah terdapat karies, gigi pernah ditumpat, terdapat fraktur pada mahkota
gigi, atau oklusi traumatik. Pada pemeriksaan perkusi, gigi tidak peka walaupun
kadangkadang ada respons ringan. Hal ini disebabkan oleh vasodilatasi kapiler di dalam
pulpa. Terhadap tes elektrik, gigi menunjukkan kepekaan yang sedikit lebih tinggi
daripada pulpa normal. Gambaran radiografi menunjukkan ligamen periodontal dan
lamina dura yang normal dan pada gambaran ini dapat dilihat kedalaman karies.
Hiperemi pulpa harus dibedakan dengan hipersensitivitas dentin walaupun
keduanya termasuk pulpitis reversibel. Hipersensitivitas dentin disebabkan oleh dua
faktor, yaitu:
o Transmisi rasa sakit melalui tubulus dentin yang terbuka.
o Ambang rasa sakit yang rendah akibat vasodilatasi kapiler yang kronis atau
peradangan lokal
Therapi :
Bila ada karies media ditambal sesuai indikasinya,bila mahkota cukup baik.
Bila karies propunda dilakukan pulpa capping , bila mahkotanya baik
9. Pulpitis Reversibel
11. Trepanasi
Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau
melalui tulang untuk mengalirkan sekret luka serta mengurangi rasa sakit. Jika
timbul abses alveolar akut, berarti infeksi telah meluas dari saluran akar melalui
periodontal apikalis sampai ke dalam tulang periaapeks. Nanah dikelilingi oleh
tulang pada apeks gigi dan tidak dapat mengalir keluar. Pada stadium ini belum
tampak pembengkakan. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan sehingga
untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase. Untuk itu dapat
dipakai dua cara:
a. Trepanasi melalui saluran akar
Usaha awal untuk memperoleh drainase adalah membuka saluran akar
lebar-lebar sampai melewati foramen apikalis dan saluran akar dibiarkan
terbuka beberap hari supaya sekret dapat mengalir keluar. Kedalam kavum
pulpa dimasukkan kapas yang longgar agar sisa makanan tidak menutup
jalan drainase. Setiap hari kapas diganti dan saluran dibersihkan dengan
larutan garam fisiologis atau NaCl 0,5% bila sekret pus tidak ada lagi.
Dalam hal ini, Schroeder (1981) menganjurkan terapi alternatif, yaitu
pemberian preparat antibiotik kortikosteroid dan menutup saluran dengan
oksida seng eugenol. Setelah rasa sakit berkurang, dan drainase telah
berhenti, saluran akar dipersarafi dengan sempurna dan diisi dengan bahan
pengisi saluran akar.
b. Trepanasi di daerah apeks akar
Trepanasi melalui tulang dikenal dengan nama fistulasi apikal.