1. Pengertian Obat
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua
mahluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan dan
menyembuhkan penyakit. Obat adalah zat aktif alami maupun sintesis dalam bentuk sediaan
seperti pil, tablet, kapsul, sirup, suspensi, supositoria, salep dan lain-lain dengan dosis atau
kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, terapi, diagnosa
terhadap suatu keadaan penyakit pada manusia maupun hewan.
a. Intravena (IV)
1) Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga
obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Menurut Sanders et al rute
intarvena diberikan secara langsung kedalam aliran darah. Adapun waktu
pemberian obat intravena sampai mendapatkan efeknya yaitu sekitar 30-60 detik.
2) Lokasi
Memberikan obat atau injeksi melaui vena dapat secara langsung, di berikan
pada daerah berikut:
a. vena medianan cubitus/cephalika (daerah lengan)
b. vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher)
c. vena frontalis/temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala.
3) Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui vena yaitu sebagai berikut :
a) Klien dengan penyakit berat seperti sepsis. Tujuan pemberian obat
intravena pada kasus ini agar obat langsung masuk ke dalam jalur
peredaran darah. Sehingga memberikan efek lebih cepat dibandingkan
memberikan obat oral.
b) Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas (efektivitas
dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) atau hanya tersedia
dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik).
c) Pasien tidak dapat minum karena muntah atau memang tidak dapat
menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas).
1
d) Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat
masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain
dipertimbangkan.
e) Klien dengan kejang-kejang.
f) Memasukkan obat secara cepat dengan tujuan kadar puncak obat
dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi
bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai.
4) Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam pemberian obat intravena dalah sebagai berikut :
a) Inflamasi atau infeksi di lokasi injeksi intravena.
b) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri – vena (A – V shunt) pada
tindakan hemodaliasis (cuci darah).
c) Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil
yang aliran darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai dan kaki).
5) Bahaya
Bahaya yang mungkin terjadi dalam Pemberian obat atau injeksi intravena
adalah sebagai berikut:
a) Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps
dll).
b) Pemberian obat intravena juga dapat menyebabkan emboli, infeksi akibat
jarum suntik yang tidak steril dan pembuluh darah pecah.
c) Pada bekas suntikan dapat terjadi abses, nekrose atau hematoma
d) Dapat menimbulkan kelumpuhan.
2
7. Nama obat dalam pemberian intravena
1) Ranitidin
3
2) Petidin hidroklorida
Mekanisme kerja: hampir sama dengan morfin yaitu pada sistem saraf dengan
menghambat kerja asetilkoin ( senyawa yang berperan dalam munculnya rasa
nyeri ) serta dapat mengaktifkan reseptor.
4
3) Eritromisin (eritetrasone)
Mekanisme kerja: Eritromisin yang sudah dicerna dan di serap oleh tubuh akan
bekerja dengan cara menembus membran sel bakteri dan mengikat sub unit
ribosom 50 S dan 70 S atau dekat dengan area P atau donor TRNA sehingga
TRNA sehingga pengikatan TRNA ke area donor terhambat.
5
4) Protamin sulfat
6
5) Fitomenadion