Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT ( P2P )

UPTD PUSKESMAS JALAN GEDANG


KOTA BENGKULU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan pedoman penyelenggaraan Program P2P di Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
Pedoman ini kami susun sebagai salah satu upaya memberikan acuan dan kemudahan dalam
pelaksanaan pelayanan Program P2P di Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.

Pelayanan P2P di Puskesmas terdiri dari kegiatan yang meliputi pelayanan dalam gedung dan diluar
gedung, pelayanan dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, sedangkan pelayanan diluar gedung meliputi pelayanan yang
berbasis masyarakat dan kelompok dalam bentuk promotif dan preventif.

Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih atas bimbingan, bantuan,
kerjasama dan partisipasi semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan pedoman
penyelenggaraan program P2P di Puskesmas Jalan Gedang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di berbagai negara masalah penyakit dan kualitas yang berdampak terhadap
kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah bersama masyarakat
sebagai bagian dari misi peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Faktor lingkungan dan prilaku
masih menjadi resiko utama dalam penularan dan penyebaran penyakit sehingga insiden
dan prevalensi penyakit yang berbasis lingkungan di Indonesia relatif masih tinggi.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integraldan terpenting dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia di Indonesia.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan tersebut ditetapkanlah visi
Indonesia sehat 2015 yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan
prilaku yang sehat serta memiliki kemampauan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah negara kesatuan republik indonesia.
Sejalan dengan tujuan tersebut diselenggarakan upaya pembangunan kesehatan yang
berkesinambungan, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota maupun oleh masyarakat termasuk swasta.
Menurut Undang-undang no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menyatakan bahwa
kesehatan merupakan hak azazi setiap orang dan salah satu unsur kesejahtraan yang harus
diwujudkan sesuai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945,
maka tuntutan untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu dan optimal menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Perubahan paradigma kesehatan bahwa pembangunan kesehatan lebih
diprioritaskan pada upaya pencegahan dan promosi dengan tanpa meninggalkan kegiatan
kuratif dan rehabilitatif, telah mendorong upaya dari dinas kesehatan umumnya dan dalam
bidang penyehatan lingkungan pemukiman serta tempat-tempat umum dan industri pada
khususnya untuk lebih menggali kamampuan dan kemauan masyarakat untuk dapat
meningkatkan dan memecahkan permasalahan kesehatannya sendiri.
Keadaan kesehatan lingkungan di masyarakat masih merupakan hal yang masih
mendapat perhatian, karena menyebabkan status masyarakat berubah seperti mobilitas dan
peningkatan jumlah penduduk, penyediaan air bersih, pemanfaatan jamban, pengelolaan
sampah, pembuangan air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman,
pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, polusi udara, air dan tanah serta banyak lagi
permasalahan yang dapat menimbulkan penyakit.
Puskesmas merupakan satuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dan dapat diterima serta terjangkau
oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dengan menggunakan hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat
ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan
menitikbertkan pada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan
yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan pada perorangan (Depkes RI 2004)
Salah satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang
diberikan pukesmas meliputi pelayanan pengobatan, upaya pencegahan, peningkatan
ksehatan dan pemulihan kesehatan ( Depkes RI, 2004 ).
Pencegahan penyakit merupakan salah stu pelayanan wajib puskesmas termasuk di
Puskesmas Jalan Gedang yang mempunyai peranan strategis mendukung peningkatan
pencapaian target lintas program dan diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja
puskesmas. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan VISI UPTD PUSKESMAS JALAN GEDANG
yaitu menjadikan PUSKESMAS JALAN GEDANG sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
berkualitas prima menuju kecamatan sehat. Dengan MISI UPTD PUSKESMAS JALAN GEDANG
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, proaktif, terjangkau, paripurna
dan terintegritas
2. Menjadikan puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan
3. Menjadikan puskesmas sebagai penggerak masyarakat
4. Menerapkan manajemen yang transparan pada setiap program
Dalam melakukan kegiatan petugas selalu membudayakan tata nilai WABAH yaitu
bertanggung jawab dan tanggap dalam melaksanakan program P2P, Ramah dalam
melakukan pelayanan.
B. Tujuan Pedoman
Meningkatnya upaya penanggulangan pemberantasan penyakit sehingga tidak menjadi
masalah kesehatan di masyarakat, menurunkan frekuensi angka kesakitan, jumlah kasus
akibat adanya suatu penyakit, jumlah kematian dan menurunnya penyebarluasan penyakit
di suatu wilayah khususnya wilayah kerja UPTD PUSKESMAS JALAN GEDANG
C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga P2 puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait
3. Pengambil kebijakan tingkat kabupaten
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pedoman ini meliputi : pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan di wilayah kerja PUSKESMAS JALAN GEDANG
E. Batasan Operasional
Berkaitan dengan program penanggulangan penyakit maka puskesmas bertugas
mengembangkan semua potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan kerja sama dengan
semua pihak yang terkait. Pelaksanaan mangemen program penanggulangan penyakit
meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber
dana ( dana tenaga, sarana dan prasarana ).
Selain itu dalam menghadapi hambatan yang dihadapi dengan menyesuaikan tugas
pokok dan fungsi uraian kegiatan program P2P maka strategi operasional yang dilakukan
dalam penanggulangan pemberantasan penyakit diantaranya melalui :
1. Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta dalam penanggulangan penyakit dengan strategi DOTS
2. Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta
3. Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral, institusi
pendidikan dan lain-lain
4. Pemberdayaaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk
mengatasi masalah TBC
Kegiatan yang dilakukan program P2 di puskesmas adalah :
1. Meningkatkan upaya penemuan penderita di Puskesmas
2. Meningkatkan upaya penemuan penderita melalui posyandu, rakordasi
3. Meningkatkan penemuan penderita di tempat kerja melalui posbindu
4. Meningkatkan petugas PTO dan pengelolaan program TBC
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar penyelenggaraan
upaya pencegahan penyakit di puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Peraturan menteri kesehatan nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang jenis
penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangan
2. Undang-undang no 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta PP no 40
tahun 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular mengatur agar setiap
wabah penyakit menular (Kejadian luar biasa/ KLB) harus ditangani secara dini
3. Undang-undang RI no 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 158 ayat 1 yang
menyatakan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat melakukan upaya
pencegahan, pengendalian, dan penanganan PTM beserta akibat yang ditimbulkan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan pasal 88 dan pasal 96 undang-undang No 36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan yang diizinkan berprofesi minimal berijazah
Diploma Tiga ( DIII ). Akan tetapi karena keterbatasan tenaga maka relisasi tenaga program
P2P yang ada di Puskesmas Jalan Gedang adalah :
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

P2P Minimal D III 1 orang petugas dengan latar


belakang pendidikan S1

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan penanggung jawab P2P di Puskesmas Jalan Gedang dikoordinir
oleh penanggung jawab masing-masing program sesuai dengan kesepakatan.
Kegiatan Petugas Unit Terkait
P2P Kepala Puskesmas
UKP
UKM
ADMIN
Lintas Sektor

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya P2P dilakukan bersama oleh para pemegang program
dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri bulanan/lintas sektor dengan
persetujuan kepala puskesmas
2. Jadwal kegiatan P2P dibuat untuk dalam jangka satu tahun dan di break down dalam
jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan sebelum pelaksanaan
jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan P2P dikoordinasikan oleh kepala
Puskesmas Jalan Gedang.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
1. Panduan bagi setiap pemegang program ; 1 Buah
2. Kit Penyelidikan Epidemiologi ( PE ) :
 Surat Tugas
 Buku
 Pulpen
 Form PE
 Pot Tempat Specimen : 2 Buah
 Label
 Kantong Plastik
 Spesimen Carrier dengan ice pack
 Senter
 Masker dan handscoon
 Rapid test
3. Kit Audiovisual audividual yang terdiri dari :
 Wireless system/Amplifier dan wireless Microphone 1 unit
 Microphone : 4 Buah
 Speaker 2 Buah
 Laptop
 LCD Projektor
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Berikut uraian rincian kegiatan program P2P seksi pencegahan dan pemberantasan penyakit
yaitu :
1. Menghimpun, mengelola, dan menganalisa data program salah satu jenis penyakit dari
puskesmas
2. Menghimpun, mengelola, dan menganalisa serta merencanakan kebutuhan obat-
obatan, membuat perencanaan kegiatan program tahunan
3. Menyiapkan bahan rencana renstra program P2P
4. Melaksanakan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor untuk mendukung
program P2P
5. Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas sektor dan lintas program untuk
mendukung program P2P
6. Melaksanakan fasilitas teknis program P2P di Puskesmas
7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P2P
8. Menyelenggarakan pertemuan Monev
9. Monev hasil pertemuan dengan lintas sektor dan lintas program
10. Melaksanakan kajian pencapaian program P2P
11. Membuat laporan kegiatan program P2P
B. Metode
Metode dalam program pemberantasan penyakit melalui beberapa kegiatan yaitu:
1. Pengumpulan data kesakitan
2. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakkan diagnosa
3. Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain dan benda-
benda yang ada di suatu wilayah yang di duga mengandung penyebab penyakit
C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi program pemberantasan penyakit tingkat kecamatan dan
pihak lain yang terkait
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan tingkat kecamatan
2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan program pemberantasan penyakit dengan lintas
sektor terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan program pemberantasan penyakit
yang bersumber dari dana BOK dan SOP
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor
dari puskesmas ( Penanggung Jawab program pemberantasan penyakit )
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
program pemberantasan penyakit di tingkat kecamata
4. Melaksanakan kegiatan program pemberantasan penyakit sesuai dengan jadwal yang
telah disusun
5. Monitoring
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya


dilakukan oleh semua petugas penanggung jawab program kemudian diajukan sesuai dengan alur
yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan di rencanakan dalam pertemuan
lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda
pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan program ada 2 yaitu
1. Kegiatan di dalam gedung puskesmas membutuhakan sarana dan prasarana antara lain :
 Meja dan kursi
 Alat tulis
 Buku catatan kegiatan
 Leaflet
 Buku panduan
 Komputer
Perecanaan untuk pengadaan sarana dan prasarana dibuat oleh koordinator kesehatan
lingkungan dengan petugas pengelola barang. Rencana pengadaan sarana dan prasarana
dibahas di dalam mini lokakarya puskesmas untuk mendapatkan persetujuan kepala puskesmas.
2. Kegiatan di luar gedung membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
 Surat tugas
 Buku
 Pulpen
 Refleks Hammer
 Form PE
 Pot tempat specimen ; 2 buah
 Label
 Kantong Plastik
 Spesimen carrier dengan ice pack
 Senter
 Masker dan hand scoon
 Rapid test
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator kesehatan lingkungan berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya puskesmas
untuk mendapatkan persetujuan kepala puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhakan untuk
pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program pencegahan penyakit
berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan lokakarya mini
puskesmas untuk selanjutnya dibuat perncanaan kegiatan ( POA – Plan of Action )
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko
yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada petugas
sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak
hanya menjadi sasaran pada satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program
kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan di mulai sejak membuat
perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksannan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Analisis Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang mungkin terjadi.
3. Rencana pencegahan resiko dan meminimalisasi resiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang mungkin
terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin
terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan
untuk menetukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dmpak yang terjadi
5. Monitoring dan evaluasi
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan
perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian pelaksanaan dengan
perencanaan sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang
terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan sudah tercapai.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety dalam istilah sehari-hari sering disebut Safety
saja. Secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan
kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas
terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko
pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya sarana dan prasarana kesehatan,
maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan merupakan
orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu semua petugas kesehatan
harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja
dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan
harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan
menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas pengawasan
mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan
dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan dibahas
pada tiap pertemuan lokakarya mini setiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan upaya pencegahan penyakit ini dibuat untuk memberikan petunjuk
dalam pelaksanaan upaya pencegahan penyakit di Puskesmas Jalan Gedang, penyusunan pedoman
disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi
yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan
masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada nilai yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan upaya
pencegahan penyakit di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari
kebijakan yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai