DOSEN MUDA
2015
Survey Status Gizi dan Deteksi Faktor Risiko Gizi Kurang Pada
Anak-Anak Sekolah Dasar di Dusun Muntigunung, Kecamatan
Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, 2015
Ketua Pengusul:
Anggota Pengusul:
1
2
A. JUDUL PENELITIAN
Survey Status Gizi dan Deteksi Faktor Risiko Gizi Kurang Pada Anak-Anak
Sekolah Dasar di Dusun Muntigunung, Kecamatan Kubu, Kabupaten
Karangasem, Bali, 2015
B. BIDANG ILMU
esehatan Masyarakat
C. PENDAHULUAN
Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 status gizi balita di Indonesia
dengan indikator BB/U menunjukkan prevalensi gizi buruk, yaitu 4,9 %, gizi
kurang 13,0% dan gizi lebih 5,8% (Depkes RI, 2010). Masalah gizi juga masih
menjadi masalah serius di beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia. Berdasarkan
data tahun 2004 menunjukkan masalah gizi terjadi di 77,3% Kabupaten dan 56%
Kota di Indonesia (Riskesdas, 2010). Propinsi Bali pada tahun 2007 memiliki
prevalensi gizi buruk mencapai 3,2% dan prevalensi gizi buruk kurang adalah
11,4%. Kabupaten Karangasem merupakan salah satu Kabupaten di Bali dengan
prevalensi gizi buruk yang masih tinggi. Status gizi anak berumur 6-14 tahun di
Kabupaten Karangasem merupakan prevalensi anak kurus tertinggi di provinsi
Bali, yaitu 12,6% pada anak laki-laki dan 11,1% pada anak perempuan menurut
Riskesdas Bali (2007). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan 40,6% penduduk
3
mengonsumsi makanan di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari
Angka Kecukupan Gizi/AKG) yang dianjurkan. Berdasarkan kelompok umur
24,4% pada balita dan 41,2% pada anak usia sekolah (Riskesdas, 2010).
Berbagai upaya juga telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan status gizi
anak di Indonesia, namun masih ada kesenjangan terutama di wilayah-wilayah
geografisnya tergolong sulit dan terpencil, seperti halnya sebuah dusun di Bali,
yaitu Dusun Muntigunung. Dusun yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten
Karangasem, dan merupakan salah satu daerah kantong kemiskinan di Provinsi
Bali dengan jumlah penduduk miskin diperkirakan sekitar 64% (BPS Prov. Bali,
2006). Kondisi geografis yang ada disekitar lereng gunung membuat akses
menuju pelayanan kesehatan menjadi sebuah hambatan untuk mendapatkan
informasi dan pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu. Status gizi balita di
wilayah ini, pada penelitan yang dilakukan Muliawan dkk (2009), didapatkan
sebesar 47,5% balita dengan status gizi kurang berdasar BB/U dan 37,1%
berdasarkan TB/U. Tingkat anemia pada balita di daerah ini juga sangat besar
yaitu 83,1% (Muliawan. 2009).
Masalah kecukupan gizi menjadi suatu masalah yang krusial. Salah satu faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak, yaitu faktor
asupan gizi. Kurangnya asupan gizi pada masa ini akan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan badan, mental, kecerdasan dan mudah terserang
penyakit infeksi. Selain gizi kurang juga ditemukan juga masalah pada anak
karena gizi lebih, yang menyebabkan kegemukkan dan anak akan berisiko
menderita penyakit degeneratif seperti penyakit hipertensi, jantung dan lain-lain
(Santoso, 2009). Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari.
Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan dan
membantu pertumbuhan bagi anak (Irianto, 2007). Kondisi gizi kurang yang
terjadi pada masa bayi dan balita, bila tidak tertangani dengan baik akan berlanjut
hingga anak memasuki usia berikutnya, yaitu usia sekolah. Pada usia sekolah,
kucukupan gizi pada anak – anak mesti terpenuhi karena beban fisik mereka
bertambah untuk berkonsentrasi dalam belajar, perkembangan fisik dan mental
4
juga cukup pesat. Kondisi gizi pada anak usia sekolah bila tidak tertangani akan
meningkatkan kesakitan dan menurunkan kecerdasan dari generasi penerus di
wilayah ini.
Upaya intervensi untuk kedaan gizi pada anak sekolah di Dusun Muntigunung
memerlukan sebuah gambaran status gizi anak sekolah di wilayah ini. Hingga
saat ini, data tersebut belum tersedia, sehingga memerlukan suatu penelitian awal
untuk mengetahui status gizi pada anak – anak sekolah dasar (usia sekolah), yang
nantinya dapat dijadikan acuan (baseline) untuk merancang program intervensi
selanjutnya. Data Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan
untuk mengetahui status gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
pada anak-anak sekolah dasar di Dusun Muntigunung, Kabupaten Karangasem,
Bali 2015.
D. PERUMUSAN MASALAH
5
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui status gizi dan deteksi factor risiko gizi kurang pada anak-anak
sekolah dasar di Dusun Muntigunung, Karangasem, Bali, 2015
Tujuan khusus:
F. URGENSI PENELITIAN
Status gizi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun mental. Berbagai
upaya juga telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan status gizi anak di
Indonesia, namun masih ada kesenjangan terutama di wilayah-wilayah
geografisnya tergolong sulit dan terpencil, seperti halnya sebuah dusun di Bali,
yaitu Dusun Muntigunung. Dusun yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten
Karangasem, dan merupakan salah satu daerah kantong kemiskinan di Provinsi
Bali dengan jumlah penduduk miskin diperkirakan sekitar 64% (BPS Prov. Bali,
2006). Kondisi geografis yang ada disekitar lereng gunung membuat akses
menuju pelayanan kesehatan menjadi sebuah hambatan untuk mendapatkan
informasi dan pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu. Status gizi balita di
wilayah ini, pada penelitan yang dilakukan Muliawan dkk (2009), didapatkan
sebesar 47,5% balita dengan status gizi kurang berdasar BB/U dan 37,1%
berdasarkan TB/U. Tingkat anemia pada balita di daerah ini juga sangat besar
yaitu 83,1% (Muliawan. 2009). Kabupaten Karangasem sendiri termasuk
kedalam satu dari tiga kabupaten/kota di Bali yang memiliki angka prevalensi
kekurusan diatas angka prevalensi provinsi, yaitu 13,4%, dimana angka
prevalensi kekurusan Provinsi Bali sekitar 11,4% (Riskesdas Bali, 2007).
Kabupaten Karangasem juga memiliki status gizi anak kurus tertinggi untuk usia
6
anak sekolah. Prevalensi anak kurus usia 6-14 tahun yaitu 12,6% pada anak laki-
laki dan 11,1% pada anak perempuan menurut (Riskesdas Bali, 2007).
Kondisi gizi kurang pada balita yang terjadi cukup tinggi di Dusun Muntigunung,
apabila tidak tertangani dengan baik maka akan berlanjut pada tahap kehidupan
mereka selanjutnya, yaitu masa sekolah. Masa sekolah dimana anak akan lebih
aktif dan dalam masa tumbuh kembang yang pesat, tentunya sangat memerlukan
kecukupan nutrisi yang memadai. Hal tersebut mereka perlukan karena saat usia
sekolah, mereka dituntut untuk bisa berkonsentrasi dengan baik dalam menerima
pelajaran disekolah. Selama ini program intervensi gizi lebih diutamakan kepada
balita, padahal sangat penting juga untuk tetap membuat kondisi gizi pada anak
usia sekolah berada dalam batas memadai. Data mengenai status gizi anak
sekolah dasar di Dusun Muntigunung juga tidak tersedia. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu adanya suatu survey untuk melihat status gizi anak sekolah
dasar di Dusun Muntigunung ini, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai data
dasar (baseline) untuk melakukan intervensi gizi selanjutnya.
G. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat dari Sisi Metodologi
7
3. Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk pengabdian
ataupun penelitian yang berupaya untuk peningkatan status gizi anak usia
sekolah.
H. STUDI PUSTAKA
1. Kondisi Status Gizi Anak di Indonesia
Masalah kesehatan masyarakat dibidang gizi dianggap serius bila prevalensi gizi
buruk-kurang antara 20,0-29,0 %, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ≥30
% (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi gizi buruk-kurang
pada anak balita sebesar 19,6 %, yang berarti masalah gizi berat-kurang di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi
tinggi. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi memiliki prevalensi gizi
buruk-kurang di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2%
sampai dengan 33,1%. (Riskesdas, 2013). Diantara 18 provinsi, terdapat tiga
provinsi termasuk kategori prevalensi sangat tinggi, yaitu Sulawesi Barat, Papua
Barat dan Nusa Tenggara Timur (Riskesdas, 2013).
8
kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun
0,8 persen dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik 1,2 persen dari tahun
2007. Prevalensi sangat kurus turun 0,9 persen tahun 2007. Prevalensi kurus turun
0,6 persen dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2,1 persen dari tahun 2010
dan turun 0,3 persen dari tahun 2007.
9
Status gizi anak umur 6-12 tahun menurut Riskesdas (2010), menunjukkan bahwa
prevalensi kependekan pa da anak laki-laki lebih tinggi 36,5% daripada anak
perempuan yaitu 34,5%. Prevalensi anak pendek di perkotaan sebesar 29,3%
lebih rendah dari anak pedesaan yaitu 41,5%. Prevalensi kependekan terlihat
lebih rendah pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang bekerja
sebagai pegawai 23,2%, dan tertinggi pada kepala rumah tangga yang sekolah
yaitu 48,0%. Prevalensi kependekan terlihat semakin menurun dengan
meningkatnya status ekonomi rumah tangga. Prevalensi tertinggi (45,6%) terlihat
pada keadaan ekonomi rumah tangga yang terendah (kuintil 1) dan prevalensi
terendah (21,7%) pada keadaan ekonomi rumah tangga yang tinggi (kuintil 5).
Prevalensi kekurusan terlihat pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 13,2 %
daripada anak perempuan yaitu 11,2%. Prevalensi kekurusan di perkotaan sedikit
lebih rendah dari anak di pedesaan yaitu 11,9% dan 12,5%. Prevalensi kekurusan
berhubungan terbalik dengan pendidikan kepala keluarga yaitu semakin tinggu
pendidikan kepala rumah tangga, semakin rendah prevalensi kekurusan.
Prevalensi kekurusan terlihat paling rendah pada rumah tangga yang kepala
rumah tangganya berpendidikan tamat Diploma 1 keatas yaitu 8,9%. Menurut
jenis pekerjaan rumah tangga terlihat paling tinggi pada jenis pekerjaan
berpenghasilan tidak tetap (petani/nelayan/buruh) yaitu sebesar 12,8% dan paling
rendah pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang sekolah yaitu 4%.
Prevalensi kekurusan juga berhubungan terbalik dengan keadaan ekonomi rumah
tangga, semakin baik keadaan ekonomi rumah tangga makan semakin rendah
prevalensi kekurusannya. Pada keadaan ekonomi rumah tangga terendah terlihat
prevalensi kekurusan 13,2% dan pada keadaan ekonomi rumah tangga yang
tertinggi prevalensinya 9,2% (Riskesdas, 2010).
Menurut Riskesdas 2010, prevalensi kegemukan pada anak laki-laki umur 6-12
tahun lebih tinggi dari prevalensi anak perempuan yaitu 10,7% dan 7,7%.
Prevalensi kegemukan lebih tinggi terjadi diperkotaan (10,4%) dibanding
pedesaan (8,1%). Prevalensi kegemukan semakin meningkat dengan
meningkatnya pendidikan kepala rumah tangga . Pada pendidikan kepala rumah
tangga SD dan tidak sekolah , prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun sekitar
10
7,6% sampai 8,3%. Pada pendidikan kepala keluarga setingkat SLTP keatas,
prevalensi kegemukan sekitar 9,5%-14,2%. Semakin meningkat keadaan ekonomi
kepala rumah tangganya sebagai pegawai berpenghasilan tetap, prevalensi
kegemukan semakin tinggi (11,3%), dan prevalensinya rendah pada kepala
keluarganya yang sedang sekolah (6,8%)
Secara umum prevalensi gizi buruk di provinsi Bali adalah 3,2% dan prevalensi
gizi buruk kurang 11,4%. Sebanyak 3 kabupaten/kota masih memiliki prevalensi
gizi buruk di atas angka prevalensi provinsi, yaitu Karangasem, Buleleng dan
Jembrana. Enam kabupaten/kota lainnya sudah berada di bawah angka prevalensi
provinsi. Ke 6 kabupaten/kota tersebut adalah: Tabanan, Badung, Gianyar,
Klungkung, Bangli dan kota Denpasar (Riskesdas Bali, 2007).
Menurut data provinsi, prevalensi kekurusan pada balita adalah 10% (5,6% dan
4,4%). Hal ini menunjukkan bahwa masalah kekurusan di provinsi Bali masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Jika dilihat untuk tiap kabupaten/kota,
prevalensi kekurusan diatas angka provinsi yaitu kabupaten Badung (13,4%) dan
kabupaten Karangasem (13,4%), kabupaten Bangli (11,6%), dan kab.Buleleng
(11,1%) (Riskesdas Bali, 2007).
11
Sumber ; Riskesdas Bali, 2007
Tabel 1. Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/TB) pada Beberapa
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Dusun Muntigunung merupakan sebuah wilayah di Kabupaten Karangasem yang
masih digolongkan terpencil di Provinsi Bali. Daerah ini juga merupakan salah
satu daerah kantong kemiskinan di Provinsi Bali dengan jumlah penduduk
miskin diperkirakan sekitar 64% (BPS Prov. Bali 2006). Kondisi geografis yang
ada disekitar lereng gunung membuat akses menuju pelayanan kesehatan menjadi
sebuah hambatan bagi beberapa daerah yang sulit dijangkau untuk mendapatkan
informasi dan pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu.
Hasil survey kesehatan dasar yang dilakukan oleh Muliawan dkk (2009)
mendapatkan bahwa kelompok Dusun Muntigunung di daerah atas yang sulit
dijangkau mempunyai tingkat pengetahuan tentang kesehatan anak lebih rendah
daripada daerah bawah yang lebih mudah dijangkau. Hal tersebut membuat
sebagian besar penduduknya memiliki perilaku hidup yang kurang sehat, seperti
misalnya sebanyak 61,3% ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilan ke
pelayanan kesehatan; hanya 49,2% yang mendapat imunisasi tetanus selama
hamil; hanya 55% mendapat tablet besi selama kehamilan; tujuh puluh tujuh
persen (77%) persalinan terjadi di rumah dengan bantuan/didampingi hanya dari
suami dan atau mertua; tali pusat pada bayi baru lahir kebanyakan (77,7%)
dipotong dengan bamboo (“ngad”) serta dirawat dengan ramuan tradisional yang
meningkatkan risiko bayi terkena tetatus neonatorum; pemberian asi eksklusif dan
kolostrum (yang berguna untuk ketahanan tubuh bayi) masih rendah yaitu hanya
12
sebesar 38.7%; pemberian makanan pendamping ASI (MP Asi) yang tidak tepat
waktu (72.6%) (Muliawan dkk, 2009).
Selain itu ada pula beberapa penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi
kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun
mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai.
13
Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu,
perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan
air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap
keluarga yang membutuhkan.
d. Akses masyarakat terhadap pangan yang kurang memadai.
Apabila akses terhadap pangan kurang memadai, maka masyarat di suatu
daerah terpencil cenderung hanya menggunakan sumber pangan seadanya,
sehungga mutu status gizi di daerah tersebut juga kurang.
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi
atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan
sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga
(Irianto, 2006)
Gizi merupakan suatu zat yang terdapat dalam makanan yang mengandung
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang penting bagi manusia
untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia, memelihara proses tubuh dan
sebagai penyedia energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Karbohidrat
menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup.
Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Lemak adalah
salah satu zat gizi yang mempu memperlambat sekresi asam lambung dan
memperlambat pengosongan lambung sehingga memberikan efek kenyang lebih
lama konsultan kolesterol. Protein adalah zat gizi yang berperan dalam
pertumbuhan, pembentukan dan perbaikan semua jaringan, dapat dijumpai
14
misalnya pada kacang-kacangan. Vitamin adalah zat gizi yang tidak dapat
diproduksi oleh tubuh, jadi vitamin dapat didapatkan dengan cara menonsumsi
buah-buahan dan juga sayuran. Seperti halnya vitamin, mineral adalah nutrisi
penting untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Mineral dan
vitamin bertindak secara interaksi. Gizi seimbang menjadi kebutuhan mendasar
bagi kehidupan manusia. Bukan hanya untuk orang dewasa namun juga bagi
pertumbuhan anak-anak. Mereka semua membutuhkan tersedianya gizi seimbang
dan memadai baik itu protein, karbohidrat, maupun lemak. Untuk memenuhi
tidak harus mengkonsumsi makanan berharga mahal, yang penting adalah gizi
seimbang untuk hidup sehat (Novella, 2012).
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Jika seseorang mengalami kekurangan
gizi, yang terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, maka ia akan lebih
rentan terkena penyakit dan kurang produktif. Sebaliknya, jika memiliki
kelebihan gizi akibat asupan gizi yang melebihi kebutuhan, serta pola makan
yang padat energi (kalori) maka ia akan beresiko terkena berbagai penyakit
seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dsb. Karena itu, pedoman
gizi seimbang disusun berdasarkan kebutuhan yang berbeda pada setiap golongan
usia, status kesehatan dan aktivitas fisik
.
I. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Desain Penelitian
15
pekerjaan orang tua, jumlah saudara, kebiasaan sarapan dan jajan di sekolah, serta
aktifitas fisik mereka
2. Lokasi Penelitian
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih selama 6 bulan pada tahun 2015
4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable dependen (terikat) dalam hal ini
adalah gizi kurang pada anak sekolah dasar di Muntigunung. Variabel dependen
(tergantung) adalah beberapa factor risiko yang akan diteliti diantaranya (jenis
kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah saudara dalam
keluarga, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajanan di sekolah dan aktifitas fisik).
5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara factor risiko gizi
kurang diantaranya (jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
jumlah saudara dalam keluarga, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajanan di sekolah
dan aktifitas fisik) dengan kejadian gizi kurang pada anak usia sekolah di Dusun
Muntigunug
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar yang ada di Dusun
Muntigunung. Berdasarkan data setempat, ada 2 buah sekolah dasar di Dusun
Muntigunung. Satu buah sekolah yang ada di daerah bawah (mudah diakses) dan
satu sekolah yang ada di daerah atas (sulit diakses). PMengingat jumlah siswa
yang tidak terlalu banyak, maka seluruh siswa dari ketiga sekolah ini akan
16
dijadikan sampel dalam penelitian ini (total sampling). Jumlah responden dalam
penelitian ini sebanyak 282 orang siswa sekolah dasar.
8. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang mana pengisiannya dibantu
pula dengan hasil dari pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dari
alat ukur timbangan dan meteran, yang kemudian dibandingkan dengan umur
mereka (U).
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pengukuran berat badan, tinggi badan dan wawancara pada siswa
dimasing-masing sekolah dilakukan pada tanggal 20 Juni 2015 sesuai dengan
jadwal kegaitan yang telah disepakati bersama dengan kepala sekolah masing-
17
masing. Seminggu berikutnya, yaitu tanggal 25 Juni 2015, kunjungan ke sekolah
kembali dilakukan untuk memaparkan hasil penelitian dan melakukan advokasi
kepada pihak sekolah.
18
tua, pekerjaan orang tua, jumlah saudara, kebiasaan sarapan dan jajanan, dan
aktifitas fisik) dengan kejadian gizi kurang pada anak usia sekolah dasar,
sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat.
J. HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini ada sebanyak 282 siswa
sekolah dasar (SD) yang berasal dari SD 3 Tianyar Barat (161 siswa atau 57,1%)
dan dari SD 6 Tianyar Barat (121 siswa atau 42,9%). Siswa yang berpartisipasi
mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, dengan jumlah siswa laki-laki 152 orang
(53,9%) dan perempuan 130 orang (46,1%). Rincian jumlah siswa berdasarkan
kelasnya dapat dilihat pada table berikut.
Bila dilihat dari pekerjaan orang tua, ada sebanyak 25 orang siswa (8,9%) yang
memiliki ayah tidak bekerja. Sebagian besar responden (91,1% atau 257 orang)
memiliki ayah yang bekerja, walaupun dari 257 orang tersebut, hanya 24 orang
(9,3%) yang memiliki ayah dengan pekerjaan tetap. Jenis pekerjaan dari ayah
para siswa yaitu sebagai guru, wiraswasta, balian, petani, pedagang, ojek,
pengerajin, buruh tani, buruh bangunan, pegawai negeri, pegawai swasta, serta
ada juga yang ayahnya telah meninggal. Selain ayah yang bekerja, beberapa siswa
juga memiliki ibu yang bekerja. Ada sekitar 72,4% siswa yang ibunya juga turut
19
bekerja, hanya 25.5% sebagai ibu rumah tangga dan sisanya 2.1% ibunya telah
meninggal dunia. Pekerjaan dari ibu para siswa SD di Dusun Muntigunung
berupa guru, wiraswasta, petani, pedagang, tenaga kerja wanita (TKW),
pengerajin, buruh tani, buruh bangunan, pegawai negeri dan pegawai swasta
terutama spa. Rincian pekerjaan orang tua siswa di SD 3 dan 6 Tianyar Barat
dapat dilihat pada table berikut.
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan orang tua, ada sebanyak 268 orang (95%)
siswa yang memiliki ayah berpendidikan rendah, dan hanya 5 orang 14% yang
memiliki ayah berpendidikan tinggi (SMA keatas). Sebagian besar siswa juga
memiliki ibu yang berpendidikan rendah yaitu sebanyak 270 orang (95,7%) dan
hanya 12 orang (4.3% ) yang memiliki ibu berpendidikan tinggi.
20
Sebagian besar siswa yaitu 260 orang (92.2%) memiliki keluarga besar (memiliki
saudara hidup lebih dari 1 orang) dan hanya 22 orang (7.8%) yang memiliki
keluarga kecil. Rata-rata jumlah saudara mereka adalah 4 orang dengan rentang
jumlah saudara dari 0-12 orang.
Apabila dilihat dari kebiasaan makan, sebanyak 116 siswa (41,1%) tidak sarapan
sebelum berangkat sekolah, sedangkan 166 siswa lainnya (58,9%) mengatakan
dirinya sarapan sebelum ke sekolah. Jumlah makan mereka rata-rata dalam sehari
adalah 2.8 kali ( dari 1-5 kali sehari). Jenis makanan mereka sebagian besar tidak
bervariansi (80,9%), dan hanya 19,1% yang makan makanan bervariasi setiap
harinya (makan makanan yang terdiri dari nasi, sayur dan lauk dalam satu porsi
sekali makan).
Sebagian besar siswa (271 orang atau 96,1%) membawa uang saku ke sekolah,
dan hanya sebagian kecil (11 orang atau 3.9%) yang tidak membawa uang saku.
Rata-rata uang saku mereka sebesar Rp. 3,668,- dengan variasi jajanan mereka
berupa minuman (2,5%), kue (54,3%), nasi (26,2%) dan campuran ketiganya
(13,1%).
Sebanyak 77,0% siswa (217 orang) ke sekolah dengan berjalan kaki, dan 65 siswa
lainnya (23%) dengan berkendaraan. Perlu kita ketahui jarak tempuh mereka ke
sekolah rata-rata memerlukan waktu 10-40 menit dengan berjalan kaki. Dua
sekolah ini melayani anak sekolah di Tianyar Barat termasuk Dusun
Muntigunung yang aksesnya cukup jauh dan sulit bagi ukuran anak sekolah dasar.
Aktifitas lainnya yang mereka lakukan berupa ekstrakulikuler di sekolah 66,7%
21
(188 orang). Selain itu 13,8% (39 orang) lainnya juga memgikuti les pelajaran
terutama anak kelas 4-6 SD.
2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Dusun Muntigunung, Karangasem,
Bali, 2015
Status gizi anak sekolah dasar dilihat dari nilai indek massa tubuh (IMT) yang
dibandingkan dengan umur dan jenis kelamin mereka. Responden pada penelitian
ini rata-rata memiliki berat badan 28,5 kg (16,0 – 58,0 kg). Rata-rata umur
responden adalah 9.9 tahun dengan umur terkecil 6 tahun dan tertua 14 tahun.
Tinggi badan responden rata-rata 130.1 cm (103.5 – 165.0 cm). Indek massa
tubuh dicari dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan dalam
meter kuadrat. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa rata-rata indek massa
tubuh siswa sebesar 16.3 (dengan rentang 10.7-24.6).
Status gizi anak sekolah dasar kemudian dicari dengan membandingkan IMT
mereka masing-masing menurut umur dan jelis kelamin. Standar yang digunakan
untuk mementukan status gizi adalah standar penilaian status gizi anak sekolah 6-
18 tahun menurut World Health Organization (WHO) 2007, yang membagi status
gizi anak sekolah menjadi 3 kategori yaitu Kurus, Normal dan Gemuk.
Berdasarkan perhitungan didapatkan sebanyak 14,2% siswa tergolong kurus,
84,0% tergolong normal dan 1,8% tergolong gemuk. Rincian mengenai status gizi
anak sekolah dasar di SD 3 dan SD 6 Tianyar Barat dapat dilihat pada table
berikut ini.
Kurus 40 14.2%
Normal 237 84.0%
Gemuk 5 1.8%
Total 282 100%
3. Prevalensi dan Faktor Risiko Gizi Kurang pada Anak Sekolah Dasar di
Dusun Muntigung, Karangasem, Bali, 2015
22
Berdasarkan hasil perhitungan status gizi sebelumnya, kategori kurus pada
responden dapat digolongkan kedalan status gizi kurang. Prevalensi siswa sekolah
dasar di SD 3 dan SD 6 Tianyar Barat yang tergolong gizi kurang ada sekitar
14,2%, yaitu sebanyak 40 orang. Dari anak yang tergolong kurus, 75% adalah
anak laki-laki dan 25% nya adalah anak perempuan. Anak kelas 3 SD lebih
banyak yang masuk dalam kategori kurus yaitu 32.5% (13 orang), disusul oleh
anak kelas 2 (27,5%), anak kelas 1 (15%), adank kelas 4 dan 5 masing-masing
10% dan anak kelas 6 (5%). Bila dilihat dari sekolahnya, SD 3 Tianyar Barat
memiliki 80% (32 orang) anak dengan kategori kurus, dan SD 6 Tianyar Barat
memiliki 20% (8 orang).
Faktor risiko gizi kurang (kurus) pada anak-anak sekolah dasar di SD 3 dan SD 6
Tianyar Barat dapat dilihat dari karakteristik responden yaitu pekerjaan orang tua,
pendidikan orang tua, jumlah saudara yang masih hidup hingga saat ini di
keluarga, kebiasaaan makan dan sarapan, serta aktifitas fisik yang biasa dilakukan
oleh siswa.
23
Tabel 6. Distribusi Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian Gizi
Kurang Pada Anak Sekolah Dasar di SD 3 dan SD 6 Tianyar Barat
Status Gizi
Total OR P
N Kurang Normal - Lebih
Var. Independen
o (95%)
n % n % n %
CI)
Ayah tidak
1 bekerja 35 13.6 223 86.4 258 100 0.6 0.5
Ayah bekerja 5 20.8 19 79.2 24 100 (0.2-1.7)
Ibu tidak bekerja 12 15.8 64 82.2 76 100 1.2 0.8
2
Ibu bekerja 28 13.6 178 86.4 206 100 (0.6-2.5)
Pendidikan ayah
rendah 37 13.8 231 82.2 268 100 0.6 0.4
3
pendidikan ayah
tinggi 3 21.4 11 78.6 14 100 (0.2-2.2)
Pendidikan ibu
rendah 38 14.1 232 85.9 270 100 0.8 0.7
4
Penddidikan ibu
tinggi 2 16.7 10 83.3 12 100 (0.2-3.9)
Keluarga besar 37 14.2 223 85.8 260 100 1.1 1
5
keluarga kecil 3 13.6 19 86.4 22 100 (0.3-3.7)
Tidak sarapan 18 15.5 98 84.5 116 100 1.2 0.7
6
Sarapan 22 13.3 144 86.7 166 100 (0.8-2.4)
Makanan tidak
bervariasi 31 13.6 197 86.4 228 100 0.8 0.7
7
Makanan
bervariasi 9 16.7 45 83.3 54 100 (0.4-1.8)
Tidak jajan di
8 sekolah 1 9.1 10 90.9 11 100 0.6 1
Jajan disekolah 39 14.4 232 86.5 271 100 (0.1-4.8)
Jalan kaki ke
sekolah 28 12.9 189 87.1 217 100 0.7 0.3
9
Diantar pakai (0.3-
motor 12 19.5 53 81.5 65 100 1.37)
Les Pelajaran 4 10.3 35 89.7 39 100 0.7 0.6
10 Tidak Les
Pelajaran 36 14.8 207 85.2 243 100 (0.2-1.9)
Mengikuti
Ekstrakulikuler 27 14.4 161 85.6 188 100 1 1
11
Tidak Mengikuti
Ekstrakulikuler 13 13.8 81 86.2 94 100 (0.5-2.1)
12 Laki-laki 30 75.0 122 50.4 152 100 2.95 0.05
Perempuan 10 25.0 120 49.6 130 100 (1.3-6.3)
Daerah tinggi
13
(SD 3 Tianyar) 32 80.0 129 53.3 161 100 3.5 0.03
Daerah rendah 8 20.0 113 46.7 121 100 (1.6-7.9)
24
(Sd 6 Tianyar )
K. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survei status gizi anak sekolah dasar di SD 3 dan SD 6 Tianyar
Barat, didapatkan bahwa ada sebanyak 14,2% siswa tergolong kurus, 84,0%
tergolong normal dan 1,8% tergolong gemuk. Dari Angka 14,2% anak kurus di
SD 3 dan 6 Tianyar Barat, 75% adalah anak laki-laki dan 25% anak perempuan.
25
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan Prevalensi anak kurus usia 6-14 tahun di
Kabupaten Karangasem menurut data Riskesdas Bali tahun 2007, yaitu 12,6%
pada anak laki-laki dan 11,1% pada anak perempuan. Begitu juga apabila dilihat
menurut jenis kelamin, anak laki-laki (75%) di wilayah ini lebih banyak yang
kurus dibanding anak perempuannya (25%).
Bila ditinjau dari penelitian Muliawan dkk (2009), Status gizi kurang pada balita
di Dusun Muntigunung, Karangasem, berdasarkan BB/U (47,5%) dan
berdasarkan TB/U (37,1%), maka status gizi kurang pada anak sekolah sebesar
14,2% tampak menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada anak-anak balita
sebelumnya. Namun, hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Hal tersebut
sangat penting karena bila status gizi dari balita tidak segera diperbaiki maka
akan memberikan dampak pada usia sekolah. Menurut Sihad, dkk (2001), anak balita
gizi buruk jika tidak segera mendapat penanganan yang serius akan memberikan dampak
yang cukup fatal. Hasil penelitian pada awal usia 6 9 tahun yang sewaktu balita
menderita gizi buruk memiliki rata-rata IQ yang lebih rendah 13,7 poin dibandingkan
dengan anak yang tidak pernah mengalami gangguan gizi.
Anak sekolah dasar kelas 1-3 lebih banyak yang kurus dibandingkan anak kelas
4-6. Pada hasil survei di wilayah Muntigunung ini, nak kelas 3 SD lebih banyak
yang masuk dalam kategori kurus yaitu 32.5% (13 orang), disusul oleh anak kelas
2 (27,5%), anak kelas 1 (15%), anak kelas 4 dan 5 masing-masing 10% dan anak
kelas 6 (5%). Tampak bahwa aktifitas fisik tambahan berupa les dan
ekstrakulikuler yang lebih banyak dilakukan anak kelas 4-6 tidak memberikan
pengaruh besar pada kejadian gizi kurang di Muntigunung. Dari hasil survei juga
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara status gizi siswa dengan
ketiga aktifitas tersebut.
Bila dilihat dari sekolahnya, SD 3 Tianyar Barat memiliki 80% (32 orang) anak
dengan kategori kurus, dan SD 6 Tianyar Barat memiliki 20% (8 orang). Perlu
kita ketahui bahwa SD 3 Tianyar Barat berada pada daerah yang lebih tinggi dan
sulit aksesnya dibanding SD 6 Tianyar Barat. Dapat disimpulkan bahwa anak-
anak di SD 3 Tianyar Barat , tempat tinggalnya tidak akan jauh juga dari sekolah,
yang mana lokasinya ada di ketinggian. Hal ini tentunya memberikan pengaruh
secara tidak langsung kepada masyarakat sekitarnya berupa akses yang sulit
26
untuk ketersediaan pangan. Apabila akses terhadap pangan kurang memadai,
maka masyarakat di suatu daerah terpencil cenderung hanya menggunakan
sumber pangan seadanya, sehingga mutu status gizi di daerah tersebut juga
kurang. Hasil penelitian ini juga menunjukan hubungan yang signifikan antara
lokasi geografis anak-anak sekolah berada, dimana anak-anak yang berada pada
lokasi geografis tinggi lebih berisiko 3.5 kali lebih tinggi dibanding lokasi
geografis rendah.
Karakteristik ayah dan ibu responden, yaitu tingkat pendidikan dan pekerjaan
mereka, dalam penelitian ini tidak ada hubungannya dengan kejadian gizi kurang
pada anak sekolah di SD 3 dan 6 Tianyar Barat. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sulastri, dkk (2014), Aramico (2011) dan Kusuma (2011) yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan bermakna pada
status gizi anak baru masuk sekolah.
L. KESIMPULAN
M. SARAN
Masalah jenis kelamin memang tidak banyak bisa diintervensi. Lokasi siswa yang
berada di ketinggian dengan kecenderungan kurang gizi lebih tinggi dapat kita
upayakan dengan memfokuskan upaya pemenuhan gizi anak lewat sekolah
dengan kerjasama bersama puskesmas setempat. Hal yang dapat dilakukan bisa
dengan edukasi tentang gizi seimbang, penyediaan serta pemilihan jajanan lokal
yang dapat memenuhi gizi anak melalui kantin sekolah. Hal lainnya yang juga
27
dapat dilakukan adalah membuat kebijakan sarapan bersama seminggu sekali di
sekolah untuk membiasakan anak sarapan sehingga asupan gizi bisa terpenuhi.
N. JADWAL PELAKSANAAN
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1. Persiapan
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan dan Analisis Data
4. Penyusunan dan Pengumpulan
Laporan
O. DOKUMENTASI PENELITIAN
28
29
30
31
32
P. PERSONALIA PENELITIAN
a. Ketua Pelaksana
Nama lengkap dan gelar : dr. Desak Yuli Kurniati, M.KM
Pangkat/Golongan/NIP : Penata muda Tk I, III/b,
NIP19830723 200801 2 007
Jabatan Sekarang : Asisten Ahli
Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Waktu yang disediakan : 6 jam/minggu
b. Anggota Pelaksana I
Nama lengkap dan gelar : dr. Ni Wayan Septarini, MPH
Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda Tk. I, Gol III/b,
NIP: 19800929 200801 2 015
Jabatan Sekarang : Asisten ahli
Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Waktu yang disediakan : 6 jam/mimggu
c. Anggota Pelaksana II
Nama lengkap dan gelar : dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH
Pangkat/Golongan/NIP : Penata, III/c,
NIP 197806272005012002
Jabatan Sekarang : Asisten Ahli
Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Waktu yang disediakan untuk : 6 jam/minggu
33
Q. PENGGUNAAN DANA PENELITIAN
34
5 Brosur Gizi Media promosi 1 paket 256.000 256.000
kesehatan yang akan
dibawa pulang oleh
responden untuk
bahan belajar di rumah
6 Timbangan dan Mengukur berat badan 2 buah 60.000 125.000
masker untuk (2 sekolah x 1
mengumpulan timbangan)
data
7 Kotak P3K Kotak berisi 2 unit 30.000 60.000
untuk sekolah perlengkapan
Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan
(P3K) untuk
kelengkapan UKS
sekolah (3 sekolah)
8 Paket alat tulis Pensil, penghapus, dan 300 buah 3.000 900.000
untuk responden rautan yang dikemas
dalam plastic kado
9 Double tape, Alat tulis kantor untuk 1 paket 60.454 60.454
binder, map keperluan penelitian
35
5 Konsumsi team Nasi kotak untuk 6 Paket 30.000 180.000
peneliti untuk keperluan perijinan ke
melakukan Muntigunung
perijinan ke
Muntigunung Snack kotak untuk 6 paket 10.000 60.000
keperluan perijinan di
Muntigunung
6 Konsumsi team Nasi kotak untuk 6 paket 180.000 180.000
peneliti untuk keperluan perijinan ke
melakukan survei Muntigunung
ke Muntigunung
36
DAFTAR PUSTAKA
37
BIODATA KETUA PENELITI
38
Augustus 2009: “ICAAP IX” di Nusa Dua, Bali
2009: Seminar Nasional “Optimizing Primary Health Care to
Achieve Millenium Development Goals at School of Public
Health”, PS IKM, FK, Univ. Udayana, Denpasar, Bali
24 Desember 2008: Diseminasi Hasil Penelitian “HIV-
positive among TB Patients in Bali” oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Bali & PS IKM, Univ. Udayana, disponsori Global
Fund, di Sanur Paradise Hotel, Denpasar, Bali
10 -12 Desember 2008: Diseminasi hasil penelitian
“Improved Sexual, Reproductive, Maternal and Newborn
Health by Promoting The Involvement of Men in Antenatal
and Postnatal Visits” diselenggarakan oleh Burnet Institute,
di Parijata Hotel, Sanur, Denpasar, Bali
24 Maret 2008: Seminar Nasional “Health on Tourism for
Increasing Tourism Quality for Visit Indonesia Year 2008”
diselenggarakan oleh PS IKM, Univ. Udayana, di Bukit
Jimbaran, Bali.
Workshop/Training
November 2013: Kursus Determinant Sosial Kesehatan
Oktober 2013 : Peserta Workshop Penyususnan Panduan
Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dan Pengembangan
Kemampuan Partisipasi Dosen Pembimbing Dalam
Mengikuti PKM Dikti di FK Udayana
September 2013 : Peserta Pelatihan Pembuatan Panduan
Pembelajaran
15-16 Februari 2013 : “Pelatihan Statistik Dasar Dengan
SPSS”, Denpasar, Bali
1 November 2012: “Pelatihan Pembuatan Skenario Blok”, FK
Udayana, Bali
7 Oktober 2012: “Workshop Penyuluhan dan Outreach:
Meningkatkan Wawasan Masyarakat untuk Mengkonsumsi
Makanan Sehat dan Bergizi Demi Mencapai Derajat
Kesehatan yang Lebih Baik”, PS IKM, Udayana, Denpasar
26 September 2012: “Pelatihan Peningkatan keterampilan
Dosen Pembimbing Akademik”, FK Udayana, Bali
11 Agustus 2012: “Pelatihan Analisis Multivariat Binary
Outcome pada Penelitian Cross-Sectional”, PS IKM
Udayana, Bali
19-22 Juli 2011: “Using Stata Effectively: Data Management,
Analysis & Graphics Fundamentals”, PS IKM Udayana, Bali
10-11 Januari 2011 : “Pelatihan Assesmen Cepat Kebutuhan
Layanan Kesehatan Pasca Bencana Alam di Indonesia”,
Health Research Center of Crisis and Disaster, FKM UI
22 April 2010: “Workshop ADS: Tapping The Research
39
Potential” Sanur, Bali
November 2009 – Februari 2010: “English for Academic
Purpose (EAP) at BELT level”, Indonesia Australia
Language Foundation (IALF) Bali.
Agustus 2009: “Training Proses Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi‘ diselenggarana oleh
Lembaga Penjamin Mutu Univ. Udayana, di Denpasar, Bali
Juli 2009 : “Training Bimbingan dan Konseling” , Univ.
Udayana, Denpasar, Bali
April-Juni 2009 : “HIV and AIDS Prevention Education: Can
We Be a Part of Its Solution?” A video-conference based –
Learning Course, Kerjasama FKM UI dan Global
Development Learning Network (GDLN), disponsori oleh
UNESCO, Denpasar, Bali
2008: GDLN & IAS Global Initiative: “Regional HUBS on
HIV/AIDS”, disponsori GDLN, at Denpasar, Bali
27 Oktober 2008: “Training Penulisan Artikel Ilmiah di
Jurnal Terakreditasi”, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran,
Denpasar
13 – 16 Mei 2008: “Training dan Perencanaan Penelitian
Lapangan: Reproductive, Maternal and Newborn Health by
Promoting The Involvement of Men in Antenatal and
Postnatal Visits” , Burnet Institute at Puri Dalem Hotel,
Sanur, Bali
28-29 April 2008: “Training Metodologi Penelitian” Univ.
Udayana, di Bukit Jimbaran, Bali.
2008: “Dinamika Kelompok” oleh PS IKM, Univ. Udayana ,
di Bukit Jimbaran, Bali
Keanggotaan dalam Anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia), cabang Bali (2008-
organisasi sekarang)
Anggota IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia), cabang Bali (2009-sekarang)
Penelitian Mei – November 2014 : Menjadi ketua peneliti dalam
Penelitian Dosen Muda tahun anggaran 2014 "Hubungan
Kejadian Kecacingan Dengan Status Gizi Anak SD Serta
Pengobatan Kecacingan Pada Anak SD di Desa Jagapati,
Kotamadya Denpasar, Bali"
Apirl – Oktober 2014 : Menjadi anggota peneliti dalam
penelitian dosen PS IKM tahun anggaran 2014 "Studi
Tentang Perilaku Berisiko Pelaku Pekerja Pariwisata
Terhadap HIV/AIDS di Desa Sanur Provinsi Bali
Mei – Oktober 2013. Menjadi Anggota Peneliti : Dosen Muda
" Survei Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan HIV-AIDS
pada Anggota Sekaa Teruna Teruni (STT) di Desa
Tegallalang, Kecamatan
40
Juni-Oktober 2013. Menjadi Ketua Penelitian Bagian Promosi
Kesehatan "Pemetaan Lokasi Hot Spot Penyebaran HIV-
AIDS dan IMS di Kota Denpasar"
Mei-Oktober 2013. Menjadi Ketua Penelitian Dosen Muda
"Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Masyarakat Tentang
Kematian Bayi di Dusun Muntigunung, Karangasem"
November-Desember 2012, “ Praktik Perawatan kehamilan,
Melahirkan dan Masa Nifas Pada Ibu-Ibu di Kelompok
Cangkeng, Muntigunung, Karangasem, Bali, 2012. Yuli
Kurniati, Utami Dwipayanti, Artawan Eka Putra, Rina
Listyowati
Februari-Juni 2012, “Pemenuhan Hak Kesehatan Reproduksi
Pada Ibu-Ibu PKK di Kelurahan Sesetan, Denpasar”. Desak
Putu Yuli Kurniati
November-Desember 2011, “Perilaku Pencegahan Hipertensi
pada Wanita di RW 08, Pancoran Mas, Depok, Tahun 2011”.
Desak Putu Yuli Kurniati, Karina Samaria, Giri Inayah, Puji
Astuti, Sarma Eko, dan Dewi Roro.
Juni-Agustus 2011, “Survey Kesehatan Reproduksi
Perempuan dan Penggalian Kebutuhan Perempuan Pekerja
Pasar Terhadap Layanan Kesehatan Reproduksi di Pasar
Tradisional, Kota Denpasar. (Interviewer)
April 2010 – 2011, “Perbedaan Pola Konsumsi dan Pola Asuh
(Kesehatan, Nutrisi, Higiene Sanitasi) pada Anak Balita
dengan Status Gizi Normal dan Pendek”. Kadek Tresna Adhi,
S.KM, M.Kes; Putu Widarini, S.KM, MPH; dr. Desak Putu
Yuli Kurniati. Didanai oleh Research Centre Udayana
University.
June - December 2008, “Survey HIV Positive among TB
Patients in Bali (Survei HIV Positif Diantara Pasien TB di
Bali)” Partha Muliawan; Made Sutarga; Sagung Sawitri;
Desak Putu Yuli Kurniati; I Dewa Gede Alit Putra; Sang
Gede Purnama. Didanai oleh Global Fund.
2008, “Improved Sexual, Reproductive, Maternal and
Newborn Health by Promoting The Involvement of Men in
Antenatal and Postnatal Visits”, Field worker (interviewer).
Funded by Burnet Institute.
2008, “Less Calorie Intake Increasing Work Load and
Subjective Complaints on Gamelan Craftsman in Tihingan
Village, Klungkung (Kurangnya Asupan Kalori
Meningkatkan Beban Kerja dan Keluhan Subjektif pada
Pengerajin Gamelan di Desa Tihingan , Klungkung)”, I Dewa
Gede Alit Putra; Desak Putu Yuli Kurniati.
2008, “Mother Risks Factors Between Child Under Nutrition
in Puskesmas Dawan I, Dawan, Klungkung, (Risiko Faktor
41
Ibu Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Dawan I, Dawan, Klungkung)” Desak Putu
Yuli Kurniati.
Publikasi dan November 2013 : Pembicara dalam acara Workshop
presentasi ilmiah Penyuluhan dan Outreach Himpunan Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat FK Udayana
29-30 Agustus 2013. Menjadi Poster Presenter dalam
Seminar & Symposium "Social Determinant of Health - The
MDGs and Beyond" dengan judul "Several Explanation
Regarding The High IMR at Muntigunung" dan "The
Fullfilment of Reproductive Right on PKK"
“Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Masyarakat Tentang
Upaya Pencegahan Flu Burung di Desa Taro Gianyar”.
Suariyani, Subrata, Sutarga, Kurniati, Kardiwinata,
Nopiyani. (Jurnal Udayana Mengabdi, Vol 11, No 2, Tahun
2012 -- ISSN 1412 0925
“Differences in Consumption and Parenting in Health
Patterns Bettween Children with Normal and Stunted
Nutritional Status”, Tresna Adhi, Widarini, Yuli Kurniati
(Poster Publication on the 1st International Symposium on
Health Research & Development and Teh 3rd Western
Pacific Regional Conference on Public Health – 17-18
November 2011, Sanur Paradise, Palza Hotel, Bali)
“Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) penduduk Migran
di Kawasan Pemukiman Kumuh di Kota Denpasar”. Dinar
Lubis, Yuli Kurniati, Lila Wulandari, Tangking Widarsa.
(Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan,
Denpasar, 2 Oktober 2010, ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
“Sosialisasi Anemia dan Pemerikasaan Hemog;obin pada
Warga panti Asuhan Tat Twam Asi, Denpasar” . Septarini,
Kurniati, Widarini, Wulandari, Sutiari. (Jurnal Udayana
Mengabdi, Vol.8, No.1, 2009) -- ISSN 1412 0925
“TB-HIV management: training for health care services in
Bali”. Yuli Kurniati, Partha Muliawan, Dewa Alit Putra &
Sang Gede Purnama (Prosiding International Congress on
AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP), Bali 9-13 August
2009 Pg 89).
“Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Terhadap
Rokok Pada Siswa SMU di Kelurahan Penatih” . Ekawati,
Kurniati, Nopiyani, Purnama, Subrata, Dewa Alit (Jurnal
Udayana Mengabdi, Vol. 8, No.2, 2009) – ISSN 1412 0925
“ Mother Risks Factors Between Child Under Nutrition in
Puskesmas Dawan I, Dawan, Klungkung, 2008”. Kurniati,
Dewa Alit (Oral Presentation at Optimizing Primary Health
Care to Achieve Millenium Development Goal, 2008)
42
Pengabdian Mei-Oktober 2014 : Menjadi ketua pengabdian PS IKM "
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Melalui Edukasi
Kesehatan Tentang HIV AIDS dan PMTCT Kepada Kader
Kesehatan di Desa Sanur Kauh Kecamatan Denpasar
Selatan, Bali
Mei-September 2014 : Menjadi ketua pengabdian pada
Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat " Sosialisasi
Makanan Lokal Kaya Fe (Zat Besi) untuk Penanganan
Anemia Defisiensi Besi pada ibu Hamil dan Balita di
Dusun Muntigunung, Karangasem, Bali
Anggota Team Pengabdian " Peningkatan Pengetahuan dan
Kewaspadaan Terhadap Hepatitis A Pada SD 1 Blah Batuh,
Kintamani, Bangli, 2013", Oktober 2013
Angota Team Pengabdian " Pemberdayaan Bidan dan
Kader Desa Dalam Upaya Penangglangan IMS dan HIV
pada Ibu Hamil di Kecamatan Dawan, Kabupaten
Klungkung", Agustus 2013
Pembinaan Pedagang makanan Olahan di Lingkungan
Sekolah untuk Meningkatkan Kualitas Makanan bagi Anak-
anak, 7-10 Oktober 2009, SD No 17 Kesiman, Denpasar
Pembinaan Pedagang Makanan Kaki Lima untuk
Meningkatkan Higiene dan Sanitasi Pengolahan dan
Penyediaan Makanan di Desa Penatih, Denpasar Timur, 25
September 2009, di Desa Penatih
Pelatihan dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat tentang
Upaya Pencegahan Rabies dengan Pendekatan Sosial
Budaya, 17 September 2009, Desa Ungasan Kuta, Badung
Sosialisasi Anemia dan Pemeriksaan Hemoglobin pada
Warga Panti Asuhan, 10 September 2009, di Panti Asuhan
Tat Twam Asi, Denpasar
Pendidikan kesehatan Masyarakat tentang Upaya
Pencegahan Flu Burung, 30 agustus 2009, di banjar
kemulan, Desa Jagapati, Badung
Pengetahuan, Sikap dan perilaku terhadap Rokok pada
Siswa SMU Negeri 8 Denpasar, Kelurahan Penatih, 19
September 2008, di SMU Negeri 8 Denpasar
Peningkatan Partisipasi Penggunaan APD Pada Petugas
DKP Kota Denpasar 2008, 12 September 2008, di DKP
Kodya Denpasar
43
BIODATA ANGGOTA PENELITI
I. DATA PRIBADI
Alamat
Rumah Jalan Akasia VIII No. 17 Denpasar, Bali - 80235,
Indonesia
Kantor Phone: 62-361-248160
Hp +62 8353342409
Email septa_rn@yahoo.com
Status Menikah
Kebangsaan Indonesia
44
Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Denpasar, Bali, Indonesia
Judul Thesis:
“The influence of daily meal frequencies and
1999 – 2003 family background toward nutritional status of 5th
and 6th grade elementary school at Kayangan
Village,West Lombok Regency,West Nusa
Tenggara”
Supervisor: dr. I Wayan Weta, MSc
III. Penghargaan
Australian Award (ADS)
2010-2012
Pendidikan Master (S2)
Gelar : Master of Public Health (MPH) with Distinction
Penyaji Poster terbaik
October 2012
13th of International Union against Sexually Transmitted
Infections (IUSTI) world congress
Melbourne-Australia
Australian Leadership Awards – Fellowship
2008
Round 3 – 2008
Kursus singkat: Managing Community Based HIV
Programs in Developing Countries ( 5 -25 July 2008)
Mahasiswa terbaik (dokter) ,
2005
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana tahun 2005
IPK 3,57 (skala maksimum 4,00)
Mahasiswa terbaik (Sarjana Kedokteran),
2003
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana tahun 2003
IPK 3,62 (skala maksimum 4,00)
Peraih IPK tertinggi
2002
Ulang tahun Fakultas Kedokteran , Universitas Udayana
yang ke-40
45
Januari 2008 – sekarang Staff pengajar Epidemiologi dan Gizi, PS Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana
Fasilitator blok CBP , PS Kedokteran, FK, Udayana
Maret 2007 – sekarang
Koordinator dan fasilitator pelatihan odha melalui
July 2009 – June 2010
pelatihan pengobatan tahun 2009, Yayasn Kerti Praja,
Bali-Indonesia
Koordinator dan fasilitator pelatihan odha melalui
April 2007 – Maret 2008
pelatihan pengobatan tahun 2008, Yayasn Kerti Praja,
Bali-Indonesia
Januari-Februari 2007 Dokter di Amertha Clinic untuk infeksi menular
seksual dan HIV, Yayasan Kerti Praja, Denpasar, Bali-
Indonesia
Dokter di Ambulance Dinas Kesehatan (Public Service
Juni 2006 – Oktober 2007
Centre), Bali Province, Bali – Indonesia
V. Pengalaman organisasi
Bendahara umum Persatuan Ahli Epidemiologi
Sekarang
Indonesia (PAEI) cabang Denpasar
Kepala Pusat Kajian Kesehatan Reproduksi dan
Januari 2009 – 2011
HIV/AIDS, PS IKM, FK Udayana
Anggota Ikatan Dokter Peduli AIDS
2008 – sekarang
Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
2007- sekarang
(IAKMI)
Pembimbing Kelompok Mahasiswa Peduli AIDS, FK
2007 – sekarang
Unud
Anggota Peneliti di Yayasan Kerti Praja Denpasar
2007- sekarang
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
2005 – sekarang
VI. KURSUS/SEMINAR/WORKSHOP/KONFERENSI
Penyaji Poster dan Peserta the 13th International Union
15 – 19 Oktober 2012
against Sexually Transmitted Infection (IUSTI) world
congress dan peserta ASHM conference
Melbourne Australia
Penyaji Poster dan peserta 9th of International
9-13 Agustus 2009
Conference on AIDS in Asia and The Pacific (ICAAP),
Nusa Dua-Bali, Indonesia
Fasilitator Stigma and Discrimination Topic on Short
5 Agustus 2009
Course: “Effective Community based responses to HIV
in Asia and the Pacific: an update on emerging trends,
latest evidence and current challenges”, Sanur-Bali,
Indonesia
46
Advancing Sexuality Studies: kursus singkat in
13 – 22 of Juli 2009
sexuality theory and research methodology, Surabaya,
Indonesia
Persiapan workshop of Treatment Education Program
4-8 Mei 2009
for HIV+ individuals, Collaborative Fund, Bangkok,
Thailand
10-12 Maret 2009 Peserta Workshop: “Qualitative Method on HIV
Research”
University of Illinois-Chicago affiliated with Atmajaya
University Jakarta
3-4 Maret 2009 Fasilitator of Basic HIV for Primary Health Care
Doctors
Burnet Institute bekerja sama dengan Ikatan Dokter
Peduli AIDS, Denpasar-Bali
2-6 Februari 2009 Peserta Training of Trainer (TOT) Ikatan Dokter Peduli
AIDS
Burnet Indonesia, Denpasar-Bali
Symposium: Focusing the development at the “poor
28 Desember 2008
area” in Bali, Udayana University, Denpasar-Bali
Peserta “Prajabatan Golongan III Tahun 2008”,
10 – 23 November 2008
Denpasar- Bali
Workshop Biotechnology untuk Dosen Universitas
28 Oktober 2008
Udayana, Denpasar - Bali
Workshop Penulisan textbook untuk Dosen Universitas
21 -22 Oktober 2008
Udayana U, Denpasar- Bali
Pemakalah “Optimizing Primary Health Care to
18 Oktober 2008
Achieve MDG’s” Seminar Nasional, PS
IKM,Universitas Udayana, Denpasar-Bali
Peserta International Distance Learning Workshop on
7 -9 Oktober 2008
HIV/AIDS, GDLN dan IAS Global Initiative
Peserta workshopHealth Research Ethics, Atmajaya-
28 Juli 2008
Indonesian Catholic University -Jakarta
5 – 25 Juli 2008 Kursus : “ Managing Community Based HIV Programs
in Developing Countries” di Burnet Institute (Monash
University) Melbourne- Australia
Workshop “Curriculum based on Competency”,
17-21 Juni 2008 Universitas Udayana, Denpasar-Bali
April 2008 Workshop “Research Methodology”, Universitas
Udayana, Denpasar- Bali
47
Peserta Seminar Nasional “Health and Tourism for Visit
April 2008 Indonesia Year 2008”, PS IKM, Universitas Udayana,
Denpasar-Bali
30 Juli – 13Agustus 2007 IELTS Fast Course, IALF Bali Language Centre
VII. Penelitian
Juli 2008 – Desember 2008 Asisten Peneliti Operation Study “Adherence to ARV
among IDU in Jakarta and Bali”, Phase I
Peneliti utama: University of Illinois Chicago, USA
48
PEMBIMBING
BIODATA
49
enumeration of lactic acid bacteria in ragi tape. The 1st Hokkaido Indonesian
Student Association Scientific meeting (HISAS I), Sapporo November 4,
2001. p: 79-81.
7. Akarat,S., Sujaya, I N., Saito, K., Yokota, A., Asano, K. Tomita, F. Studies
on 16S rDNA probes for dot blot and colony hybridization for genus and
species specific detection of intestinal microorganisms.Biotechnology for
Sustainable Utilization of Biological Resources in the Tropics vol. 15, 2002.
(in press)
8. Sujaya, I N., Ayanta, W.R., Yokota, A., Asano, K., Tomita, F. Biochemical
and sensorial properties of brem bali. Annales Bogorienses, 7: 24 - 31. 2000.
9. I Nengah Sujaya, Yoshifumi Tamura, Takayuki Tanaka, Tasoza Yamaki,
Takayuki Ikeda, Nao Kikushima, Hiroshi Yata, Atsushi Yokota, Kozo Asano
and Fusao Tomita. Development of Internal Transcribed Spacer Regions
Amplification Restriction Fragment Length Polymorphisms Method and Its
Application in Monitoring the Population of Zygosaccharomyces rouxii M2
in Miso Fermentation. J. Biosci. Bioeng. 96, 438-447.2003.
10. I N. Sujaya, N.S. Antara, T. Sone, Y. Tamura, W.R.Aryanta, A. Yokota, K.
Asano, and F. Tomita. Identification and characterization of yests in brem, a
traditional Balinese rice wine. W. J. Microbiol.Biotechnol. 20: 143-150.
2003.
11. Abe A, Sone T, Sujaya I N, Saito K, Oda Y, Asano K, Tomita F. rDNA ITS
sequence of Rhizopus oryzae: its application to classification and
identification of lactic acid producers. 2003. Biosci. Biotechno.l Biochem.
67(8): 1725-1731. 2003.
12. Kimiko Minamida, I Nengah Sujaya, Akiko Tamura, Norihiro Shigematsu,
Teruo Sone, Atsushi Yokota,Kozo Asano, Yoshimi Benno and Fusao Tomita
. The effects of Di-D-Fructofuranose-1,2:2,3-Dianhydride (DFAIII)
administration on human intestinal microbiota. J. Biosci. Bioeng. 98: 244-250
(2004).
13. Nyoman Semadi Antara, I Nengah Sujaya, Atsushi Yokota, Kozo Asano
and Fusao Tomita. Effects of indigenous starter cultures on microbial and
physicochemical characteristics of urutan, a Balinese fermented sausage. J.
Biosci. Bioeng. 98: 92 – 98 (2004).
14. A. Abe, I N. Sujaya, T. Sone, and Y. Oda. Microflora and selected
metabolites of potato pulp fermented with an Indonesian starter ragi tape.
Food Technol. Biotechnol., 43: 169 – 173 (2004).
15. Saito, K., A. Abe, I N. Sujaya, T. Sone, and Y. Oda. Comparison of
Amylomyces rouxii and Rhizopus oryzae in lactic acid fermentation of potato
pulp. Food Sci. Technol. Res. 10: 229-231. 2004
16. I N. Sujaya, W.R. Aryanta, K. Asano, F. Tomita. Microbial Ecology of
Brem Fermentation: Isolation and Cahracterization of Amylolytic Microbes
from Indonesai Ragi Tape. Annual Report of ICBiotech 2004.
17. Kimiko Minamida, Kazuki Shiga, I Nengah Sujaya, Teruo Sone, Atsushi
Yokota, Hiroshi Hara, Kozo Asano and Fusao Tomita. Effects of difructose
anhydride III (DFA III) administration on rat intestinal microbiota.J. Biosci.
Bioeng. 99: 230-236 (2005).
18. Kimiko Minamida, Maki Kaneko, Midori Ohashi, I Nengah Sujaya, Teruo
Sone, Masaru Wada, Atsushi Yokota, Hiroshi Hara, Kozo Asano and Fusao
50
Tomita Effects of difructose anhydride III (DFA III) administration on bile
acids and growth of DFA III-assimilating bacterium Ruminococcus
productus on rat intestine. J. Biosci. Bioeng.99: 548-554 (2005).
19. I N Sujaya, A. Abe, K. Minamida, W. R. Aryanta, K. Asano, F. Tomita.
Microbial ecology of traditional Balinese rice wine fermentation. Int. J. Food
Microbiol. (Submitted for publication).2006.
20. Saito, K., A. Abe, I N. Sujaya, T. Sone, and Y. Oda. Comparison of
Amylomyces rouxii and Rhizopus oryzae in lactic acid fermentation of potato
pulp. Food Sci. Technol. Res. 10: 229-231. 2004
21. I N Sujaya, N.M. Utami D., N.L.P. Suariani, N.P. Widarini, K.A. Nocianitri,
N.W. Nursini. Potensi Lactobacillus spp isolat susu kuda sumbawa sebagai
probiotik. J. Vet. 9:33-40 (2008)
22. I N Sujaya, Y. Ramona, N.M. Utami D., N.L.P. Suariani, N.P. Widarini,
K.A. Nocianitri, N.W.Nursini. Isolasi dan karakterisasi bakteri asam laktat
dari susu kuda sumbawa. J. Vet. 9:52-59 (2008)
23. H. Kita, A. Abe, I N Sujaya, Y. Oda, K. Asano, T. Sone. Molecular
caharacterization of the relationships among Amylomyces rouxii, Rhizopus
oryzae and Rhizopus delemar. Biosci. Biotechnol. Biochem., 73 (4): 861-864
(2009).
24. I N Sujaya, KA Nocianitri, K Asano. Diversity of bacterial flora of
Indonesian ragi tape and their dynamicsduring the tape fermentation as
determined by PCR-DGGE. International Food Research Journal 17: 239-245
(2010)
25. I-Nengah SUJAYA1, Dai MIKUMO2, Yoshitake ORIKASA2, Tadasu
URASHIMA3 and Yuji ODA. Baking Properties of Saccharomyces
cerevisiae Strains Derived from Brem, a Traditional Rice Wine in Bali. J
food Sci. 2011 (in press).
51
52