KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
proses penyusunan laporan kasus yang berjudul: “Penyakit paru obstrukti kronik “
sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
pulmunologi di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan, kritik
dan sarannya yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan case
ini di kemudian hari. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan ilmu di klinis dan masyarakat.
Medan, 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
PPOK adalah penyakit kronis saluran napas yang ditandai dengan
hambatan aliran udara khususnya udara ekspirasi dan bersifat progresif lambat
(semakin lama semakin memburuk), disebabkan oleh pajanan faktor risiko
seperti merokok, polusi udara di dalam maupun di luar ruangan. Onset (awal
terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan dan tidak hilang dengan
pengobatan. Didefinisikan sebagai PPOK jika pernah mengalami sesak napas
yang bertambah ketika beraktifitas dan/atau bertambah dengan meningkatnya
usia disertai batuk berdahak atau pernah mengalami sesak napas disertai
batuk.1
Menurut GOLD (the Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease) 2018, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit
umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan
persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan karena kelainan
saluran napas dan/atau alveolus. PPOK biasanya disebabkan oleh paparan
signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya. Hambatan jalan napas pada
PPOK disebabkan oleh obstruksi saluran napas kecil (obstruksi bronkiolitis)
dan kerusakan parenkim paru (emfisema).1-3 Menurut WHO dalam Global
Status of Non-communicable Diseases 2010, PPOK menduduki peringkat ke-
4 di antara penyakit tidak menular dengan mortalitas tertinggi setelah penyakit
kardiovaskuler, keganasan, dan diabetes melitus. Selain itu menurut GOLD
Report 2014, PPOK juga memerlukan biaya kesehatan hingga 56% total biaya
penyakit respirasi, tertinggi disebabkan oleh eksaserbasi PPOK.2,3,4
PPOK merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang
meningkatkan angka mortalitas di dunia.World health organization (WHO)
mengemukakan bahwa penyakit paru obstruktif kronik merupakan enam besar
penyebab kematian dan ke 12 penyebab angka kesakitan di seluruh dunia.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Dan Histologi Paru
1. Anatomi Paru
Paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara yang
terletak di rongga toraks. Paru merupakan jalinan atau susunan bronkus, bronkiolus,
bronkiolus respiratori, alveoli, sirkulasi paru, saraf, dan system limfatik. Paru adalah
alat pernapasan utama yang merupakan organ berbentuk kerucut apeks di atas dan
sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar leher.
Paru dibagi menjadi beberapa lobus oleh fisura. Paru kanan dibagi menjadi 3
lobus oleh 2 fisura, sedangkan paru kiri terbagi 2 lobus oleh 1 fisura. Paru memiliki
hilus paru yang dibentuk oleh arteri pulmonalis, vena pulmonalis, bronkus, arteri
bronkialis, vena bronkialis, pembuluh limfe, persarafan, dan kelenjar limfe. Paru
dibungkus oleh membran serosa yang disebut pleura.
Pleura yang melapisi rongga dada disebut pleura parietalis. Pleura yang
menyelubungi paru disebut pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan pleura
visceralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berfungsi untuk
memudahkan permukaan bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah
pemisahan thoraks dan paru.
6
b. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan segmen saluran konduksi yang terdapat di dalam
lobulus paru. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan maupun kelenjar dalam
mukosanya tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Selain silia, bronkiolus juga menghasilkan mukus
7
yang berfungsi sebagai pembersih udara. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu
silindris bersilia dengan sel goblet (kadang-kadang). Mukosanya berlipat dan otot
polos yang mengelilingi lumennya relatif banyak.
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus terminalis merupakan bagian konduksi saluran napas terkecil yang
menampakkan mukosa berombak dengan epitel silindris bersilia dan sudah tidak
dijumpai lagi sel goblet. Lamina propria tipis, selapis otot polos yang berkembang
baik, dan masih ada adventisia. Pada bronkiolus terminalis terdapat sel kuboid tanpa
silia, yang disebut sel clara. Fungsi sel ini adalah mensekresi surfaktan.
d. Bronkiolus Respiratorius
Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih bronkiolus
respiratorius yang berfungsi sebagai peralihan antara bagian konduksi dan bagian
respirasi dari sistem pernapasan. Bronkiolus respiratorius langsung berhubungan
dengan duktus alveolaris dan alveoli. Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis
silindris rendah atau kuboid dan dapat bersilia di bagian proksimal. Sedikit jaringan
ikat menunjang lapisan otot polos, serat elastin lamina propria, dan pembuluh darah
yang menyertainya. Setiap alveolus terdapat pada dinding bronkus respiratorius
berupa kantung-kantung kecil. Jumlah alveoli makin bertambah ke arah distal. Epitel
dan otot polos pada bronkiolus respiratorius distal tampak sebagai daerah terputus-
putus dan kecil di muara alveoli.
e. Duktus Alveolaris
Bagian terminal setiap bronkiolus respiratorius bercabang menjadi beberapa
duktus alveolaris. Dinding duktus alveolaris biasanya dibentuk oleh sederetan alveoli
yang saling bersebelahan.
8
f. Alveolus
Jumlah alveolus mencapai 300 juta buah. Dengan adanya alveolus, luas
permukaan seluruh alveolus diperkirakan mencapai 100 kali lebih luas daripada luas
permukaan tubuh. Dinding alveolus mengandung kapiler darah yang memungkinkan
terjadinya difusi gas. Alveoli dilapisi selapis sel alveolar gepeng dan sangat tipis (sel
alveolar tipe I). Sel ini letaknya rapat pada endotel pelapis kapiler dan membentuk
sawar udaradarah untuk respirasi. Sel alveolar tipe I merupakan lapisan tipis yang
menyebar menutupi lebih dari 90 % daerah permukaan paru. Selain itu, alveoli juga
mengandung sel alveolar besar (sel alveolar tipe II). Sel ini menghasilkan produk
kaya fosfolipid, yang disebut surfaktan. Surfaktan menutupi permukaan sel alveolar,
membasahinya, dan menurunkan tegangan permukaan alveolar. Makrofag alveolar
terdapat di dalam jaringan ikat septa interalveolar dan di dalam alveoli. Di dalam
septa interalveolar juga terdapat banyak kapiler darah, arteri dan vena pulmonalis,
duktus limfatik, dan saraf.6
3. Fisiologi Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang
telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume
toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi
beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot
seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. Selama pernapasan
tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-
paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan
lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume
toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura
maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir
menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan
9
tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. Tahap kedua dari proses
pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler
yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini
adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen
dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu
oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi
berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi
anatomi saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara
darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi
kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir.
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di
kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu
kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal
memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru,
udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak
lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi,
blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor
utama.7
2.2 Defenisi
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara
di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.8
2.4 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko penyakit paru obstruktif adalah :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-
rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia.8
2.5 Manifestasi Klinis
Gerald PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus
diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejalan yang biasa terjadi
pada proses penuaan.
Batuk Kronik
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang
dengan pengobatan yang diberikan.
Berdahak Kronik
Kadang pasien meyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertai batuk.
Sesak Nafas
Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat
progresif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan. Anamnesis harus
dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak.8
11
ksi
2.7 Patofisiologi
PPOK merupakanpenyakitinflamasikronik yang
bersifatprogresifdanberhubungandenganadanyaresponinflamasikronikpadapar
u yang disebabkanolehpartikeldan gas berbahaya.
Rokokmerupakanfaktorrisikoutama, dapatmenimbulkanresponinflamasi di
paru, inflamasisistemikselulardan humoral, stress oksidatif, perubahan
vasomotor dandisfungsiendotel. Sel-sel yang
terlibatdalamresponinflamasipada PPOK terutama neutrophil,
makrofagdanlimfosit. Sel-selinflamasitersebutselanjutnyamelepaskansejumlah
mediator inflamasisepertisitokin, kemokin, dankemoatraktan yang
memperpanjangreaksiinflamasiparumenjadikaskadeinflamasikronikdanprogre
sif.
13
Paparan gas
beracunkontakdennganselepitelparudanmengakitfkanmakrofag alveolar.
Makrofag alveolar meningkatkanpelepasan IL-8 dan TNF-α.
Sedangkanepitelsaluranpernafasanmelepaskankemokinseperti IL-8,
leukotriene B4 (LTB4), macrophage inflammatory protein- 1α (MIP 1α)
danmonocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1). Pada PPOK
terjadiketidakseimbanganantara proteinase
danantiproteinasesertaantaraoksidandanantioksidan. Neutrophil melepaskan
proteinase yang merupakanenzim proteolysis. Yang termasuk proteinase
adalah elastase, proteinase-3, cathepsin-G, cathepsin B, danmatrix
metaloproteinases (MMP). Proteinase
menyebabkandestruksiparenkimdanperubahanstrukturparu. Sedangkanoksidan
yang dihasilanoleh neutrophil
danmakrofagmenyebabkandestruksijaringanparu.
Padasaluranpernafasanterdapatpeningkatanjumlah neutrophil yang
nekrosissehinggadihasilkan elastase danreactive oxygen species (ROS).
Selsitotoksik CD8+
menyebabkandestruksiparenkimparudenganmelepaskanperforin, granzymedan
TNF- α..inflamasi yang terusmenerusakanmengakibatkan fibrosis
jaringanparudankerusakandinding alveolus
parusehinggaterjadiobstruksijalannafas. Obstruksidapatmenurunkan VEP1
danrasio VEP1/KVP, hambatanaliranudarasaatekspirasi (air trapping)
danpertukaran das terganggusertasemakinmemberat yang
mengakibatkanretensidari CO2 yang
ditandaidenganhipoksemiadanhiperkapnia.
SelanjutnyaterjadipeningkatanPaCO2
yangmengakibatkanasidosisrespitarorik.
14
Kerusakanepitelkolumnerbersiliamenyebabkangangguanpergerakansilia,
perubahandanpeningkatkanjumlahselsel goblet, sertakelenjarmukosa.
Perubahantersebutmengakibatkanterjadinyahipersekresimukus,
memudahkankolonisasikuman, danobstruksisalurannafas.
Defisiensiα1antitripsi
n
Penyempitansalurannaf
askecil
16
Retensi CO2
1.
Asidosisrespiratorik
2.
3. Klasifikasi PPOK3
Gejala Karakterisitik
Sesaknapas Progressif
Bertambahburukbilaberaktifitas
Persisten
Batukkronik Dapatintermitendantidakmenghasilkan
sputum
Wheezing yang berulang
Produksi sputum Produksi sputum yang
yang kronik
18
kronismungkindisebabkanoleh PPOK
b. Spirometrydilakukanuntukmenegakkandiagnosa. Nilai
FEV1/FVC<70% post
bronkodilatormenunjukkanobstruksisaluranpernapasanpersisten
2. Penilaian PPOK
19
Tujuandaripenilaian PPOK
adalahuntukmenilaiseberapaparahobstruksisalurannapas yang terjadi,
efeknyapada status kesahatanpasiendanrisiko di masadepan
(sepertieksaserbasi, rawatan di rumahsakitataukematian) agar
dapatmenetukanterapi yang diberikan.
MM Sayamerasasesakketikamelakukanolahragaberat
RC
1
MM Napassayamenjadipendekketikaberjalantergesa-
RC gesaatauberjalanmendakibukit yang landai
2
MM Sayaberjalanlebihlambatdari orang
RC seusiasayakarenanapassayamenjadisesakatausayaharusberhentis
2 ejenakuntukmengambilnapasketikaberjalannaik
MM Sayaberhentiunutkmengambilnapassetelahberjalankuranglebih
RC 100 meter atausetelahbeberapamenitberjalannaik
3
MM Sayaterlalusesakuntukpergikeluarrumahatausayamerasasesakket
RC ikamemakaiataumelepaskanbaju
4
nuntukmengklasifikasikankeparahanpadapasienPPOK yang
stabil.Nilai CAT
akanmemburuksebandingdengankeparahanobstruksisaluranpernapasan
.
<10 Low
10-20 Medium
21-30 High
b. Pneumothorax
Pneumothorax dapatterjadisecaraspontanpadapasiendenganemfisema.
Padakondisiemfisema, kerusakanronggaudarapada alveoli disebut
bullae. Bullae tersebutdapat rupture denganmudah yang
menyebabkanudaradidalam alveoli akankeluarmenujurongga pleura
danmenyebabkansyokparu-paru.
4. Prognosis 5
Indeks BODE merupakan predictor mortalitaspadapenderita PPOK.
Indeks BODE merupakankriteria yang bernilai 0 sampai 10.
Variabeldalamindeks BODE didapatkansetelahmengevaluasi 14 variabel
yang dianggapberperansebagaiprediktormortalitas PPOK,
sampaiakhirnyadidapatkan 4 komponen yang paling bermakna. Variable
yang dinilaiadalahpresentasi FEV1 prediksi, ujijalan 6 menit,
derajatsesaknafas yang dinilaidenganskalasesaknafas modified medical
research council (mMRC), danindeksmassatubuh (IMT).
Indeks BODE
Variable Nilai
0 1 2 3
SkormMRC
Sko Keterangan
r
0 Sesaknafastimbulbilaberaktivitasberat
1 Sesaknafasbilaberjalancepatataujalanmenanjak
4 Terlalusesaknafasuntukberjalankeluarrumahatausesaknafassaatberp
akaian
BAB 3
STATUS PASIEN
Nama Lengkap :Fanelama Eneru Sarumaha
No. MR : 1507053345
1. ANAMNESIS (Autoanamnesa)
Selain sesak nafas pasien juga mengeluhkan batuk berdahak yang dialami
bersamaan dengan sesak nafasnya. Dahak agak kental berwarna putih
kecokelatan dan kekuningan. Volume dahaknya bertambah seiring
25
Kepala dan leher: Tidak Ada Keluhan Alat kelamin : Tidak Ada Keluhan
Mata: Tidak Ada Keluhan Ginjal dan Saluran Kencing: Tidak Ada
Keluhan
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. STATUS GENERALISATA
DESKRIPSI UMUM
TANDA VITAL
SpO2: 89%
KEPALA DAN LEHER : Rambut: hitam, pembesaran KGB (-), struma (-)
MATA
TORAKS
Depan Belakang
JANTUNG
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris
PUNGGUNG
EKSTREMITAS:
NEUROLOGI:
Normal
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 27 Juni 2019
Hematologi
Hematokrit 36,9 %
MPV 8,2 Fl
RDW 14,0 %
PDW 53,1 %
Nilai-nilai MC
MCV 84,4 Fl
31
MCH 25,8 Pg
Hitung jenis
Eosinofil 7,9 %
Basofil 0,8 %
Neutrofil 67,3 %
Limfosit 16,2 %
Monosit 7,8 %
Diabetes
Glukosa darah puasa 328 mg/dl
Electrolyt Tes
Natrium 140 mmol/l
Renal Function
Urea 54 mg/dl
Hematologi
Eritrosit Schistocyte
Kimia
Diabetes
Kimia
Lipid Profile
Triglycerida 68 mg/dl
Diabetes
HbA1C 14,4 %
Foto Thorax
Pemeriksaan tgl 27-6-19
Cor tidak membesar dengan kalsifikasi aorta. Sinuses dan diafragma normal.
Pulmo: hili normal, tampak infiltrar di lapang tengah sampai bawah paru
bilateral
Kesan: Bronkopneumonia Bilateral, kalsifikasi aorta.
Spirometri
Pemeriksaan tgl 03-7-19
Unit Measure Prediksi % Prediksi
5. RESUME PEMERIKSAAN
Pasien TnF usia 73 tahun, datang ke IGD MTMH dengan keluhan sesak nafas(+)
memberat dalam 2 hari ini, batuk berdahak (+) dahak berwarna putih kecokelatan dan
kuning, nyeri dada (+). Pada pemeriksaan TD :160/90 mmHg, RR : 24 x/I, N :
98 x/i ,T : 36,8 ͦ C,Overweight (+), pursed lip breathing (+) ,
Retraksi intercostal minimal (+) Pengembangan dinding dada kanan=kiri(+),Stem
Fremitus: kiri = kanan(+),pada perkusi Sonor memanjang (+),suara pernapasan
vesikuler (+/+) suara tambahan wheezing (+/+), akral hangat (+),Abdomen : Inspeksi
Simetris (+), Palpasi Soepel(+)Perkusi Timpani (+) Auskultasi Bising usus (+). Pada
pemeriksaan laboratorium hematologi Hb 11,3 g/dl, leukosit 11,10 103/µl, eosinophil
7,9 %, limfosit 16,2%, blood film comment Microangiopathy hemolytic anemia +
Reactive neutrophilia, KGD Puasa 262 mg/dl, HbA1c 14,4% , Pada foto thorax
bronkopneumponia bilateral(+) dan kalsifikasi aorta (+). FVC Prediksi 3.27, %
Prediksi 57% (+), dan FEV1 Prediksi 2.49, % Prediksi 50% (+)
6. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : PPOK eksaserbasi akut + bronkopneumonia
7. TERAPI / TINDAKAN
Terapi di IGD :
O2 4 L per menit
IVFD RL 20 gtt/i
Nebulizer ventoline + pulmicort 1 respul
35
Tangga S O A P
l
(+), x/i
riwayat
RR: 24
sesak
x/i
nafas (+)
T:36,8
°C
SpO2:
89%
Auskulta
si thorax
: SP:
Ekspirasi
memanja
ng
ST :
Wheezin
g +/+
T:36,2
°C
SpO2:
98%
Auskulta
si thorax:
vesikuler
mengera
s +/+
29/6/20 Sesak KU: PPOK IVFD RL 20 gtt/i
19 nafas (+) tampak eksaserb
Combivent nebus 1 amp/8 jam
sakit asi akut
Batuk(+)
sedang Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Nyeri
Kesadara Inj Methylprednisolone 125/12 jam
dada (+)
n: CM Inj Omepazole 40 mg/12 jam
T:36,5°C
SpO2:
97%
Auskulta
si thorax:
vesikuler
+/+
30/6/20 Sesak KU: PPOK IVFD RL 20 gtt/i
19 nafas (+) tampak eksaserb
Combivent nebus 1 amp/8 jam
sakit asi akut
Batuk(+)
sedang Pulmicort Nebus 1 amp/8 jam
Nyeri
Kesadara Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
dada (+)
n: CM Inj Methylprednisolone 125/12 jam
RR: 22
x/i
39
T:36,5°C
SpO2:
97%
Auskulta
si thorax:
vesikuler
+/+
01/7/20 Sesak KU: PPOK IVFD RL 20 gtt/i
19 nafas (+) tampak eksaserb
Combivent nebus 1 amp/8 jam
sakit asi akut
Batuk(+)
sedang Pulmicort Nebus 1 amp/8 jam
namun
sudah Kesadara Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
T:36,5°C
SpO2:
40
97%
Auskulta
si thorax:
vesikuler
+/+
02/7/20 Sesak KU: PPOK IVFD RL 20 gtt/i
19 nafas (+) tampak eksaserb
Combivent nebus 1 amp/8 jam
sakit asi akut
Batuk(+)
sedang Pulmicort Nebus 1 amp/8 jam
namun
sudah Kesadara Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
T:36,5°C
SpO2:
97%
Auskulta
41
si thorax:
vesikuler
+/+
03/7/20 Sesak KU: PPOK Combivent nebus 1 amp/8 jam
19 nafas (+) tampak eksaserb
Pulmicort Nebus 1 amp/8 jam
saat sakit asi akut
beraktivi sedang Tab omeprazole 20 mg 2x1
BAB 4
PEMBAHASAN
Pasien laki laki usia 73 tahun datang ke IGD Rumah sakit Murni Teguh pada
tanggal 27 juni 2019 yang merupakan kasus PPOK dimana penyakit ini adalah
penyakit paru yang kronik ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas
yang bersifat progresif non reversible atau reversible parsial. Hambatan berhubungan
dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun /berbahaya.
Pembahasan kasus tersebut sebagai berikut : 16
Anamnesis
Kasus TEORI
Perubahan warna dahak kental berwarna Perubahan pada sel-sel penghasil mucus
putih kecoklatan dan kekuningan dan silia ini mengganggu sistem
escalator mukosiliaris yang menyebabkan
penumpukan mucus kental dalam jumlah
besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas mucus tersebut menjadi tempat
persemaian mikroorganisme penyebab
infeksi dan menjadi sangat purulen
Nyeri dada bersamaan dengan sesak dan Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya
batuk posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan
seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila
batuk atau bernafas dalam dan berkurang
bila menahan nafas atau sisi dada yang
sakit digerakkan. Nyeri berasal dari
dinding dada, otot, iga, pleura parietalis,
45
Pemeriksaan fisik
KASUS TEORI
Pasien bernafas dengan mulut mencucu Purshed lips breathing adalah sikap
seseorang dengan mulut mencucu dan
ekspirasi yang memanjang. Sikap ini
terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan retensi co2 pada kondisi
gagal nafas kronik
Assessment PPOK
KASUS TEORI
Score Penilaian CAT (COPD assessment Score > 30 menandakan derajat berat
test) 32 pada PPOK membuat semua aktivitas
harian pasien terhenti
Penunjang
KASUS TEORI
Foto thoraks pulmo dengan hili normal Pada foto thoraks ppok biasaya
tampak infiltrat di lapang tengan sampai ditemukan kelainan berupa paru hiper
bawah paru bilateral . Dengan kesan inflasi atau hiperlusen, diafragma
bronkopneumonia bilateral, kalsifikasi mnedatar, corakan bronkovaskuler
aorta meningkat, bulla dan jantung pendulum.
inspirasi maksimal.
Terapi
Kasus Teori
BAB 5
PENUTUP
Telah dilaporkan seorang Pasien laki laki usia 73 tahun,
datang ke IGD MTMH dengan keluhan sesak nafas(+) memberat dalam 2 hari
ini, batuk berdahak (+) dahak berwarna putih kecokelatan dan kuning, nyeri
dada (+). Pada pemeriksaan TD :160/90 mmHg, RR : 24 x/I, N : 98 x/i ,T
: 36,8 ͦ C,Overweight (+), pursed lip breathing (+) , Retraksi
intercostal minimal (+) Pengembangan dinding dada kanan=kiri(+),Stem
Fremitus: kiri = kanan(+),pada perkusi Sonor memanjang (+),suara
pernapasan vesikuler (+/+) suara tambahan wheezing (+/+), akral hangat
(+),Abdomen : Inspeksi Simetris (+), Palpasi Soepel(+)Perkusi Timpani (+)
Auskultasi Bising usus (+). Pada pemeriksaan laboratorium hematologi Hb
11,3 g/dl, leukosit 11,10 103/µl, eosinophil 7,9 %, limfosit 16,2%, blood film
comment Microangiopathy hemolytic anemia + Reactive neutrophilia, KGD
Puasa 262 mg/dl, HbA1c 14,4% , Pada foto thorax bronkopneumponia
bilateral(+) dan kalsifikasi aorta (+). FVC Prediksi 3.27, % Prediksi 57% (+),
dan FEV1 Prediksi 2.49, % Prediksi 50% (+). Pasien tersebut didiagnosa
dengan PPOK eksaserbasi akut
DAFTAR PUSTAKA